Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Puji syukur penulis
panjatkan ke hadirat-Nya, yang telah memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Teknologi dan Vokasi dengan
jenis tugas yang diberikan adalah membuat laporan. Perincian tugas laporan yang diberikan
adalah menyusun laporan Model-Model Kurikulum dan Kurikulum PTK, melalui penugasan
ini diharapkan semua peserta dapat memahami tentang tujuan dan sasaran kurikulum PTK.
Selain itu manfaat yang dapat dirasakan adalah meningkatnya kompetensi pembelajaran para
peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa, dan pada akhirnya menambah wawasan
bagi penulis dan pembaca serta diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa khususnya bagi
calon tenaga pendidik yang bisa bergerak sebagai tenaga ahli di bidang Teknik Sipil dimasa
yang akan datang. Penulis menyadari, bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi penulis, maupun siapa saja yang
memerlukannya.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan
gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang
selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan
manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan
yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Hari Sudrajat
(2003) mengemukakan bahwa : Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan
yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal
maupun sektor non formal.
Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat
bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan
memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut
dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal
maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur
pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang
siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang
kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang
mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi
persaingan kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya
masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan
pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang
memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
1.2 Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam laporan ini tiak lari dari sub pembahasan maka ada baiknya
penulis merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam laporan ini, antara lain:
1. Bagaimana model pengembangan kurikulum PTK?
2. Apa implikasi dari struktur kurikulum PTK?
3. Bagaimana proses perencanaan dan pengembangan kurikulum PTK?
4. Bagaimana karakteristik kurikulum PTK?
5. Bagaimana landasan konseptual perencanaan dan pengembangan kurikulum PTK?
PEMBAHASAN
[Ayat 6] Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMK/MAK, atau
bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan,
teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
[Ayat 8] Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada SD/MI/SDLB/
Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain
yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani,
olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.
Dalam Permen 22/2006 dibahas standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan mencakup:
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,
2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah,
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari
standar isi, dan
4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
2.2 Implikasi Struktur Kurikulum PTK
Di dalam penyusunan kurikulum SMK/MAK mata pelajaran dibagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Kelompok normatif adalah mata
pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni
Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS,
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok
produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi
Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran
yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat
diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan
disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi kerja
di dunia kerja. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar
kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.
Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit. Beban belajar SMK/MAK
meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di
dunia usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu.
Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK adalah 38 minggu dalam
satu tahun pelajaran. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK tiga tahun, maksimum
empat tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian.
2. Kurikulum Inti
Rancangan kurikulum dengan model kurikulum inti yaitu bahwa struktur kurikulum di
sekolah akan dibagi menjadi beberapa komponen. Komponen itu yaitu ada komponen inti
yaitu mata pelajaran atau mata diklat yang wajib diikuti oleh semua peserta didik, komponen
wajib yaitu mata pelajaran atau mata diklat yang wajib diikuti oleh semua peserta didik yang
mengambil spesialisasi tertentu yang relevan dengan minat, bakat atau potensinya, dan ada
komponen pilihan yang boleh diambil sebagai peserta yang memilih mata pelajaran atau mata
diklat efektif. Model rancangan kurikulum ini memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mendapat materi-materi mendasar yang secara umum diperlukan,
selanjutnya akan mendapat materi yang spesifik untuk bidang studi tertentu. Di samping
itu peserta didik iberi kesempatan untuk mengembangkan potensi dengan memilih mata
pelajaran elektif yang sesuai bakat, minat, dan potensinya.
3. Cluster-Based Curiculum
Pengorganisasian model cluster-based curriculum ini, kurikulum diorganisasikan
sedemikian rupa dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk tidak mengikuti
program spesifik untuk suatu tujuan tertentu. Di dalam program tersebut mengandung suatu
keluwesan bahwa lulusan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya
dunia kerja. Dasar dari pengorganisasian dengan model cluster-based curriculum ini bahwa
beberapa kelompok pekerjaan mempunyai dasar komponen skill dan kemampuan yang
kurang lebih sama, juga peserta didik atau lulusan yang kelak memiliki skill dan kemampuan
dasar akan dapat beradaptasi secara luwes untuk memilih pekerjaan atau kariernya.
5. Kurikulum Terbuka
Kurikulum terbuka (open-based curriculum) telah mulai menjamur sekitar tahun 1970
yang didasarkan pada gagasan inovatif bahwa pada dasarnya apa saja bisa diajarkan, pada
siapa saja dan di mana saja, serta pada umur berapa saja (Sukamto, 1988 : 51). Kurikulum
terbuka ini diilhami oleh pemikrian Jerome Bruner dalam bukunya The Process of Education.
Ciri pokok pengorganisasian kurikulum ini yaitu bahwa : a. proses pembelajaran secara
individual penuh, b. ditekankan pada belajar para peserta didik, c. adanya diferensiasi tugas
staf pengajar dan personal penunjang, d. dalam hal keluar masuknya peserta didik dalam
suatu program yaitu multiple entry dan open exit, e. penggunaan multi media dan paket
instruksional. Dengan adanya beberapa model rancangan kurikulum tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada satu cara rancangan kurikulum yang paling baik dan
efektif, berarti perlu ada gabungan atau modifikasi dari model-model tersebut.
2. Ketertarikan pada karir / jabatan pekerjaan; untuk menilai kecenderungan pada karir ini
bisa dilakukan dengan cara melalukan berbagai tes yang akan mampu menggambarkan
minat/ kecenderungan peserta didik terhadap bidang pekerjaan tertentu. Tes yang dapat
dilakukan antara lain : standardized achievement test.
3. Ketertarikan dan concern orang tua siswa;keterlibatan orang tua siswa menjadi hal yang
penting dalam menentukan program pembelajaran di sekolah. Concern orang tua akan
sangat mempengaruhi terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya. Para
perencana kurikulum perlu selalu memperhatikan masukan dari para orang tua siswa.
4. Keberlanjutan lulusan; keterserapan para lulusan di pasar kerja merupakan tujuan utama
dari program pendidikan teknologi dan kejuruan, oleh karena itu para perencana
kurikulum perlu memperhatikan faktor ini. Seberapa lama masa tunggu kerja lulusan dan
seberapa banyak lulusan terserap di dunia kerja
5. Proyeksi pasar kerja masa depan ; para perencana kurikulum perlu memperhatikan
kecenderungan pasar kerja pada masa yang akan datang. Kecenderungan ini akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Contohnya adalah perkembangan teknologi informasi akan menuntut untuk
membuka program studi baru misalnya ICT atau pembelajaran perlu diorientasikan
dengan memanfaatkan teknologi tersebut.
6. Penilaian terhadap ketersediaan fasilitas; dalam konteks pendidikan teknologi dan
kejuruan, fasilitas memegang peranan penting. Dengan fasilitas yang memadai akan
sangat menunjang terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan untuk
bekerja mengindikasikan fasilitas yang idealnya sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang
ada.
2.5.2 Pengumpulan Data yang Berkaitan dengan Masyarakat
1. Keadaan masyarakat; yang dimaksud perkembangan masyarakat di sini antara lain
keadaan geografis dimana sekolah tersebut berada, kecenderungan jumlah penduduk, dan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,
2. Arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan; meliputi bidang-bidang pekerjaan yang
muncul sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Kesimpulan dari pengertian teori dan UUD diatas dapat didefisinisikan sebagai
berikut: Kurikurum merupakan rancangan atau perangkat dan didalamnya terdapat peraturan
yang diman pengaturan itu mengenai tujuan pembelajran, isi pembelajran,bahan pembelajran,
dan didalamnya terdapat metode pembelajaran, media, dan alat evaluasi yang memadai
sehinggadalam hasil pembelajaran peserta didik dapat maksimal sesuai dengan bakat, minat
dan potensi yang mereka miliki.
2. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa anak didik yang
belajar melalui pendidikan teknologi dan kejuruan harus mempelajari fungsi-fungsi apa
yang harus ada untuk menjamin kelangsungan kerja suatu industri atau dunia usaha
tertentu, dan kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang
terkait dengan fungsi atau tugas tertentu.untuk dijadikan masukan bagi perencana
kurikulum. Prosedur dari penentuan isi kurikulum ini adalah dimulai dengan identifikasi
jenis-jenis pekerjaan yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan
dalam setiap fungsi, untuk kemudian dikaitkan dengan kompetensi atau keterampilan
yang harus dimiliki oleh orang yang akan mengerjakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Kompetensi ini dirumuskan baik dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan dengan tingkat yang bervariasi.
3. Pendekatan Analisis Tugas; dalam pendekatan ini, isi kurikulum diambil dari aspek-
aspek perilaku dan persyaratan kerja tertentu yang dijabarkan langsung dari deskripsi
pekerjaan atau deskripsi tugas yang sudah mapan. Sebagai contoh konsorsium
pendidikan kejuruan di Amerika Serikat yang beranggotakan beberapa negara bagian
sudah banyak mengembangkan kurikulum program studi kejuruan yang didasarkan atas
analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan langkah-langkah
sebagai berikut (1) melakukan kajian literatur dan informasi yang relevan, (2)
Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (3) Memilih sampel atau contoh
pekerja sebagai sumber data; (4) melaksanakan survei atau penelitian di lapangan; (5)
menganalisis hasil survey untuk dijabarkan menjadi kurikulum dan kegiatan belajar di
sekolah . Dari langkah kelima ini, hasil survey analisis tugas, kemudian diorganisir dan
diolah sehingga menjadi bahan acuan dalam penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan
dengan cara analisis zona (zone analysis) dan analisis isi (content analysis). Yang
pertama melukiskan gambaran menyeluruh isi kurikulum berdasarkan kelompok mata
pelajaran yang dibagi menjadi kelompok spesialisasi, kelompok penunjang, dan
kelompok dasar, masing-masing dengan proporsi yang harus dipikirkan dengan matang.
Yang kedua menyangkut penjabaran rincian hasil analisis tugas menjadi materi belajar
atau unit belajar yang nanti dilanjutkan dengan desain kegiatan instruksional dan
pengadaan materi instruksionalnya, baik yang berupa lembar informasi, lembar kerja,
lembar tugas, dan lembar pengamatan.
4. Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para ahli
filsafat menjadi faktor dominan dalam penentuan isi kurikulum. Secara praktis dapat
dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok yang kemudian mendasari segenap sikap dan perbuatannya. Dalam literatur
banyak sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yang berkenaan dengan
pendidikan teknologi dan kejuruan dan dari pernyataan-pernyataan tersebut kemudian
dapat dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila
diyakini bahwa pendidikan kejuruan harus menekankan penyesuaian anak didik dengan
jenis pekerjaan yang ada di lapangan kerja, maka isi kurikulumnya bisa diramalkan akan
sangat didominasi oleh penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional seperti
bagaimana beradaptasi dengan lingkungan, bagaimana mengatasi problem mobilitas
pekerjaan, dan kemampuan berhubungan dengan sesama orang (human relations skill).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA