Dibuat Oleh :
JURUSAN PENJAS
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui definisi dan atribut-atribut atau komponen-
komponen dari KTSP untuk mata pelajaran IPS SD.
Agar mahasiswa memahami definisi dan atribut-atribut atau komponen-komponen
kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPS SD.
Agar mahasiswa mengetahui perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 serta masing-
masing kelebihan dan kekurangannya.
Agar mahasiswa mengetahui kurikulum mana yang pantas untuk diterapkan dalam
pendidikan di Indonesia.
Agar mahasiswa memahami upaya yang dilakukan masing-masing bentuk
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006).
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Menurut BSNP (2007), KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman
pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan
pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus
dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan
SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
Dari penjelasan tersebut, kita dapat memahami bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Pengembangan KTSP sendiri mengacu kepada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan,
yang berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP serta
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip, yaitu :
(1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya,
(2) Beragam dan terpadu,
(3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
(4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
(5) Menyeluruh dan berkesinambungan,
(6) Belajar sepanjang hayat,
(7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Untuk pendidikan dasar, tujuannya adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar yang tertuang dalam
Standar Isi yang meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut :
(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
(4) Kelompok mata pelajaran estetika
(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya
merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak
sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata
pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan
harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan
lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran
muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. Pengembangan diri adalah kegiatan
yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan
karier peserta didik serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah
remaja.
Untuk tingkat satuan pendidikan SD, MI, SDLB baik untuk kategori standar maupun
mandiri, beban belajar dituangkan dalam bentuk sistem paket. Jam pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan
genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar
yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran
per-minggu secara keseluruhan.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang
dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam
Standar Isi.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
dalam sistem paket untuk SD, MI, SDLB 0% - 40%. Pemanfaatan alokasi waktu ini
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam
tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Ketuntasan
belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-
100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan
harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran.
Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus
menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap
akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis
terkait. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar setelah (1) menyelesaikan seluruh program
pembelajaran; (2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan; (3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (4) lulus Ujian Nasional.
Kurikulum untuk SD, MI, dan SDLB dapat memasukkan pendidikan kecakapan
hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau
kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari
pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara
khusus. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global
dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua
mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Pendidikan berbasis
keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau
nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
Untuk pengaturan waktu pembelajaran satuan pendidikan dapat menyusun kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik
dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat
dalam Standar Isi.
Berikut adalah Standar Isi mata pelajaran IPS di SD dalam KTSP :
Kelas 1, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami identitas 1.1 Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan
diri dan keluarga, serta kerabat
sikap saling menghormati 1.2 Menceriterakan pengalaman diri
dalam kemajemukan 1.3 Menceriterakan kasih sayang antar anggota
keluarga keluarga
1.4 Menunjukkan sikap hidup rukun dalam
kemajemukan keluarga
Kelas 1, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mendeskripsikan 2.1 Menceritakan kembali peristiwa penting
lingkungan rumah yang dialami sendiri di lingkungan keluarga
2.2 Mendeskripsikan letak rumah
2.3 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan
perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
Kelas III, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami lingkungan 1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buatan di
dan melaksanakan sekitar rumah dan sekolah
kerjasama di sekitar rumah 1.2 Memelihara lingkungan alam dan buatan di
dan sekolah sekitar rumah
1.3 Membuat denah dan peta lingkungan rumah
dan sekolah
1.4 Melakukan kerjasama di lingkungan rumah,
sekolah, dan kelurahan/desa
Kelas V, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menghargai berbagai 1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan
peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-
sejarah yang berskala Budha dan Islam di Indonesia
nasional pada masa Hindu- 1.2 Menceriterakan tokoh-tokoh sejarah pada
Budha dan Islam, masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
keragaman kenampakan 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam
alam dan suku bangsa, serta dan buatan serta pembagian wilayah waktu di
kegiatan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe
Indonesia dan media lainnya
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia
1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan
ekonomi di Indonesia
Kelas V, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh
tokoh pejuang dan pejuang pada masa penjajahan Belanda dan
masyarakat dalam Jepang
mempersiapkan dan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
mempertahankaan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan
kemerdekaan Indonesia Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan
Akan tetapi, walaupun mata pelajaran semakin berkurang, jumlah jam pelajaran
semakin bertambah. Hal ini dilakukan karena penyampaian suatu materi pembelajaran yang
di dalamnya terdapat berbagai macam pelajaran tidak mungkin dilaksanakan pada jam belajar
yang singkat. Sehingga diputuskanlah jam pelajaran yang bertambah.
Kurikulum 2013 memiliki beberapa kompetensi yang menekankan pada kemampuan
berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi
moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan
untuk mengerti serta toleran terhadap pandangan yang berbeda.
Dalam kurikulum sebelumnya, yaitu KTSP, persepsi publik menilai bahwa selama ini
pendidikan terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, sehingga menyebabkan beban siswa
yang terlalu berat.
Pada kurikulum 2013 dijelaskan upaya untuk menghadapi tantangan masa depan
seperti, arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi,
konfergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Hal tersebut dibuktikan
dengan pencantuman setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menitikberatkan
pada sikap dan kemampuan peserta didik tanpa terlepas dari aspek pengetahuannya.
Berikut adalah rencana Standar Isi yang ada dalam kurikulum 2013 dari kelas 4-6.
KELAS:IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
Kurikulum 2006 yang selama ini menjadi standar kurikulum di Indonesia mengalami
sejumlah permasalahan yang menjadikannya harus diganti, diantaranya :
1. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetisi sesuai tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
2. Kompetensi yang ada dalam KTSP 2006 belum menggambarkan secara holistik domain
sikap, keterampilan dan pengetahuan.
3. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya
pendidikan karakter, metodologi, pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard
skill, kewirausahaan), belum terakomodasi di dalam kurikulum ini.
4. KTSP belum peka terhadap perubahan dan gejala sosial yang terjadi pada tingkat lokal,
nasional maupun global.
5. Standar proses pembelajaran pada KTSP belum menggambarkan urutan pengajaran yang
rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.
6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis pada kompetensi (proses
dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berskala.
7. KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi
tafsir.
Kurikulum 2013
Beberapa faktor yang menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013, yakni :
1. Pada kurikulum 2013 kompetensi yang ada di dalamnya memenuhi tantangan masa
depan yang dihadapi yaitu arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi informasi, konfergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.
2. Kompetensi-kompetensi yang ada di dalam Kurikulum 2013 meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan
segi moral suatu permasalahan kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan
kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
Kemampuan-kemampuan tersebut dinilai mampu menghadapi tantangan perkembangan
zaman.
3. Fenomena dan gejala sosial yang ada di lingkungan kita, seperti perkelahian pelajar,
narkoba, korupsi, plagiatisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial
dibahas dan dijadikan sumber materi pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang akan direalisasikan tahun ini, memiliki beberapa kriteria, yaitu:
a. Kurikulum 2013 sangat menekankan keseimbangan antara aspek kognitif
(intelektual), psikomotorik (gerak) dan afektif (sikap).
1. Pendidikan Agama
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
- Kelompok B
Hal ini akan mengurangi beban belajar siswa, sehingga mereka tidak perlu lagi
mempelajari banyak mata pelajaran. Karena beberapa pelajaran telah terintegrasi dengan
pelajaran yang lainnya. Sehingga apabila mempelajari suatu materi yang saling berkaitan
dalam satu mata pelajaran yang tercantum di atas, maka sesungguhnya siswa sedang belajar
beberapa mata pelajaran. Integrasi ini disebut pembelajaran tematik. Pengurangan jumlah
pelajaran pada kurikulum 2013 berimbas pada penambahan waktu belajar peserta didik.
Sehingga pada tingkat sekolah dasar adanya penambahan 4 jam dalam 1 minggu.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sesuai yang telah dijelaskan di atas, antara KTSP dan Kurikulum 2013, masing-
masing memiliki kelebihan yang diunggulkan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman walaupun masing-masing kurikulum tersebut memiliki permasalahan
yang dihadapi.
Dilihat dari Standar Isi yang telah dikemukakan di atas, KTSP lebih mengunggulkan
aspek kognitif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena penyusun dari KTSP itu
sendiri beranggapan bahwa aspek kognitif akan mampu membuat peserta didik siap
menghadapi kemajuan teknologi dan perkembangan zaman. Aspek yang lainnya, yaitu aspek
apektif dan psikomotor dalam KTSP tidak dihilangkan, hanya kadar kemunculannya dalam
standar kompetensi dan kompetensi dasar sangat kecil dibandingkan aspek kognitif.
Berbeda halnya dengan Kurikulum 2013, kurikulum ini mengunggulkan ketiga aspek
pembelajaran, yaitu kognitif, apektif, dan psikomotor, di dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang tentunya diterapkan pula pada proses belajar mengajar di kelas. Hal
tersebut disebabkan karena para perancang kurikulum 2013 beranggapan bahwa bukan aspek
kognitif saja yang mampu menghadapi tantangan kemajuan teknologi dan perkembangan
zaman. Akan tetapi, keseimbangan antara aspek kognitif itu sendiri dengan aspek-aspek
lainnya, yaitu aspek apektif dan psikomotor.
Sehingga para peserta didik diharapkan mampu menguasai pengetahuan dengan sikap
dan kemampuan yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Jadi, diharapkan para peserta didik
yang sudah diterapkan konsep Kurikulum 2013 ini tidak ada lagi yang tawuran, ataupun
menyimpang. Karena pembelajaran sudah bukan berfokus pada pengetahuannya saja, tetapi
sikap dan tingkah laku serta kemampuan peserta didik itu sendiri.
Bila kita kaitkan dengan teori Taksonomi Bloom dan Pendidikan Nilai, kita dapat
mengetahui kurikulum mana yang sesuai bila diterapkan dalam pendidikan di Indonesia.
Sebelumnya mari kita ketahui terlebih dahulu, konsep yang dikemukakan dalam teori
Taksonomi Bloom.
Taksonomi berarti Klasifikasi hirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Misalnya, kemampuan berpikir peserta didik dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Konsep Taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah
(kawasan atau domain). Ketiga ranah yang dimaksud, yaitu :
Pertama, ranah kognitif (cognitive domain) meliputi fungsi memproses informasi,
pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah ini berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Kedua, ranah afektif (affective domain) meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap
dan perasaan. Domain ini berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Ketiga, ranah psikomotorik (psychomotor domain) berkaitan dengan fungsi
manipulatif dan kemampuan fisik. Kawasan ini berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik, seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan
mesin.
Dalam pendidikan nilai-pun konsep-konsep yang terkandung di dalamnya tidak jauh
berbeda dengan konsep yang dikemukakan Bloom, yaitu, melalui upaya-upaya pendidikan
yang dirancang dengan memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan 3 aspek (kognitif,
apektif, dan psikomotor) dan menggunakan pendekatan yang tepat, akan mampu
mewujudkan pribadi-pribadi yang lebih kokoh dan siap menghadapi perkembangan zaman. N
Dari penjelasan tersebut, dibuktikan bahwa konsep KTSP tidak sesuai dengan teori
Taksonomi Bloom dan Pendidikan Nilai. Karena KTSP hanya memfokuskan/meng-
unggulkan aspek kognitif saja dalam pembelajarannya.
Sedangkan pada Kurikulum 2013, konsep yang dikemukakannya sesuai dengan teori
Taksonomi Bloom dan Pendidikan Nilai. Karena pada kurikulum 2013 ini sangat
memperhatikan keseimbangan 3 aspek pendidikan yaitu aspek kognitif, apektif, dan
psikomotor dalam pembelajarannya. Sehingga kurikulum 2013 ini mampu menghadapi
tantangan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA