Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan

dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan alat untuk

mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan

pengajaran pada semua jenis dan tingkatan pendidikan.


Istilah kurikulum telah dikenal dalam dunia pendidikan sebagai suatu

istilah yang tidak asing lagi. Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa

Yunani curir ’pelari’ dan curere ’tempat berpacu’. Jadi istilah kurikulum berasal

dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung

pengertian jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start menuju garis

finish (Hasan Langgulung, 1986: 176). Selanjutnya dalam bahasa Arab, kata

kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan terang yang

dilalui manusia pada berbagai kehidupan.


Istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami

perubahan makna sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada pada

dunia pendidikan. Secara garis besar, kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat

materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada peserta didik sesuai

dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Istilah ini kemudian digunakan

untuk sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar

penghargaan dalam dunia pendidikan yang dalam masyarakat sering dikenal

dengan ijazah (Idi,2016).

Menurut Widyastono (2014) kurikulum 2006, yang juga diberi istilah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan Kurikulum 2004


(Kurikulum Berbasis Kompetensi – KBK) yang disempurnakan mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP) yang merupakan penjabaran Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20

Tahun 2003 tentang SPN). Oleh karena itu, kurikulum 2004 merupakan embrio

dari kurikulum 2006. Kurikulum 2006 (KTSP) juga berbasis kompetensi.

Pada kurikulum 2004, pemerintah menyusun ketentuan umum, standar

kompetensi bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran, dan pedoman

pelaksanaan kurikulum. Pemerintah daerah dan satuan pendidikan menyusun

petunuk teknis, silabus dan persiapan mengajar (Depdiknas 2003b) Pada

kurikulum 2006, pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan, Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyusun Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini sesuai dengan manajemen pengembangan

kurikulum sentralisasi – desentralisasi seperti dibahas pada bab terdahulu, KTSP

meliputi Dokumen 1, antara lain berisi visi, misi dan tujuan satuan pendidikan,

struktur dan muatan KTSP, bahan belajar dan kalender akademik; Dokumen 2

yang berupa Silabus setiap mata pelejaran yang disusun oleh setiap guru;

Dokumen 3, yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun

oleh setiap guru pula.

Terkait dengan penyusunan KTSP, BSNP telah membuat Panduan

Penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan pendidikan

SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam

penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat

satuan pendidikan yang bersangkutan.


Penyusunan KTSP dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan

hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (Kurikulum 2004) yang disebut

pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS). Prinsip ini diimplementasikan

untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan,

dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi

mereka. Prinsip pengelolaan KBS mengacu pada ”kesatuan dalam kebijaksanaan

dan keberagaman dalam pelaksanaan”. Yang dimaksud dengan ”kesatuan dalam

kebijaksanaan” ditandai dengan sekolah sekolah menggunakan perangkat

dokumen KBK yang ”sama” dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Sedangkan ”keberagaman dalam pelaksanaan” ditandai dengan keberagaman

silabus yang akan dikembangkan oleh sekolah masing masing sesuai dengan

karakteristik sekolahnya.

Dengan adanya pengelolaan KBS, banyak pihak/instansi yang akan

berperan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya, yaitu sekolah, kepala

sekolah, guru, dinas pendidikan kabupaten atau kota, dinas pendidikan provinsi

dan Depniknas. Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan (sekolah)

untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar(Muslich,2007).

2.2 Landasan penyusun KTSP sebagai berikut.


Menurut Widyastono (2014) landasan penyusun KTSP, yaitu:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang SPN yang mengatur KTSP,

adalah pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2),

(3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3),

dan Pasal 38 ayat (1), (2).


b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan.


Ketentuan di dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP yang mengatur KTSP,

adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6);

Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4); (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal

10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3),

(4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat

(1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), dan Pasal 20.
c. Standar Isi
Standar isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk

mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Hal

yang termasuk dalam SI adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum,

Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran di

setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

SI ditetapkan dengan kepmendiknas No 22 Tahun 2006.

2.3 Karakteristik KTSP


Sebagai sebuah konsep dan program, KTSP memiliki karakteristik

menurut Kunandar (2007: 138), karakteristik KTSP adalah sebagai berikut :


(1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, kemampuan pribadi yang terampil dan mandiri.


(2) KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
(3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi.
(4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.


(5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan

atau pencapaian suatu kompetensi.


Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Guru sendiri yang harus menentukan indicator dan materi pokok pelajaran,

disesuaikan dengan situasi daerah dan minat peserta didik. Oleh karena itu, dalam

menginplementasikan KTSP di sekolah (kepala sekolah dan guru) diberikan

otonomi yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum dengan tetap

memerhatikan karakteristik KTSP karena tiap tiap sekolah dipandang lebih tahu

tentang kondisi satuan pendidikannya. Keberhasilan atau kegagalan implementasi

kurikulum di sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah dan guru. Kedua

figur itu merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai

komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan

mengembangkan berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan

implementasi KTSP.

2.4 Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebeai berikut (BSNP

-2007)

a. Peningkatan Iman dan takwa, serta akhlak mulia.


Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan

kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun agar sejauh

mungkin semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa,

serta akhlak mulia.


b. Peningkatan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didik.


Pendidikan merupkan proses sistematik untuk meningkatkan martabat

manusia secara holistic yang memungkinkan potensi didi (afektif, kognitif dan

psikomotor) berkembangan secara optimal (Bloom, 1965).


Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi tingkat

perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan social, spiritual

dan kinestetik peserta didik.


c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki

potensi, kebutuhan, tantangan dan keragaman karakteristik lingkungan.

Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik

daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu kurikulum harus

memuat keragaman kebutuhan pengembangan daerah.


d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang

otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragamann dan mendorong

partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan saling mengisi.


e. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi

peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan kidup.

Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali

peserta didik memasuki duni kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi

satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi.


f. Perkambangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS)
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat

berbasis pengetahuan ketika IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak

utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan

penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual

dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara


berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni.


g. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan

takwa, serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan

umat beragama. Oleh karena itu muatan kurikulum semua mata pelajaran

harus ikut mendukung peningkatan iman, takwa dan akhlak manusia.


h. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun

bangsa, yang sangat penting dalam dinamika perkambangan global ketika

pasar bebas sangat berpengaruh pada semua aspek kehidupan semua bangsa.

Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang

mandiri dan mampu bersaing, serta mempunyai kemampuan untuk hidup

berdampingan dengan suku dan bangsa lain.


i. Persatuan nasional dan nilai nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan

peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memeilihara

persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Kurikulum harus dapat

mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan, serta persatuan

nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI. Muatan

kekhasan daerah harus dilakukan secara proporsional.


j. Kondisi social budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial

budaya masyarakat setempat dan menunjang pelestarian keragaman budaya.

Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu

ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.


k. Kesetaraan gender
Kurikulum harus diarahkan pada terciptanya pendidikan dan berkeadilan dan

mendukung upaya kesetaraan gender.


l. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan

ciri khas satuan pendidikan.

2.5 Acuan Pengembangan KTSP

Menurut Muslich (2007) KTSP dikembangkan berdasarkan acuan sebagai

berikut:

- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya.


- Beragam dan terpadu.
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
- Menyeluruh dan berkesinambungan.
- Belajar sepanjang hayat
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

2.6 Komponen KTSP


Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang

disebut sebagai komponen kurikulum. Komponen itu merupakan suatu kesatuan

yang saling berhubungan dan mendukung dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 273) mengajukan empat pertanyaan pokok yang

mendasari ditemukan komponen kurikulum: (1) tujuan apa yang harus dicapai

sekolah?; (2) bagaimana memilih bahan pengajaran guna mencapai tujuan itu?;

(3) bagaimana bahan sajian agar efektif diajarkan?; (4) bagaimana efektivitas

belajar dapat dinilai?


Berdasarkan pertanyaan di atas, diperoleh empat komponen kurikulum,

yaitu (1) tujuan, (2) bahan pelajaran, (3) proses belajar mengajar, dan (4) evaluasi

atau penilaian. Komponen kurikulum yang dikemukakanDimyati dan Mudjiono

ini nampaknya sengat sederhana. Namun dalam kenyataannya lebih kompleks.


Setiap komponen saling bertalian erta dengan bahan pelajaran, proses belajar

mengajar, penilaian dan seterusnya.


Jika dilihat dari beberapa komponen di atas, sebenarnya memiliki maksud

yang sama dengan komponen KTSP. Hanya saja, komponen KTSP sudah

mengalami pengembangan yang sangat rinci. Sebagaimana Panduan Penyusunan

KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), KTSP

memiliki empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

(2) struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (dikutip dari Panduan Penyusunan

KTSP, 2008: 148 – 151).


Pertama, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan. Tujuan tingkat

satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu pada tujuan umum

pendidikan, yaitu sebagai berikut.


a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.


b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.


c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejujurannya.

Kedua, struktur dan muatan KTSP. Struktur KTSP pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam standar isi (SI), yang

dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut.

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.


b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.

Kelompok mata pelajaran itu dilaksanakan melalui muatan dan atau

kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP No. 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.


Selanjutnya muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang

keluasannya dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada

satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Muatan KTSP itu berupa (1)

mata pelajaran, (2) muatan lokal, (3) kegiatan pengembangan diri, (4) pengaturan

beban belajar, (5) ketuntasan belajar, (6) kenaikan kelas, penjurusan dan

kelulusan, (7) pendidikan kecakapan hidup, dan (8) pendidikan berbasis

keunggulan lokal dan global.


Ketiga, kalender pendidikan. Satuan pendidikan dapat menyusun kalender

pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan

peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan

sebagaimana tercantum dalam Standar Isi (SI).


Keempat, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus

merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Beradasarkan silabus ini, guru dapat mengembangkan menjadi rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar bagi siswanya.


Dengan adanya komponen KTSP itu, tingkat satuan pendidikan atau

sekolah/madrasah, seperti kepala sekolah dan guru yang diberikan kewenangan

untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi sekolahnya berdasarkan


visi, misi dan tujuan sekolah. Sebab tiap-tiap sekolah dipandang lebih mengetahui

tentang kondisi nyata satuan pendidikannya (Idi,2016)

2.7 KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM

Menurut Widyastono (2014) pembahasan kerangka dasar dan struktur

kurikulum meliputi kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum pendidikan

umum, dan struktur kurikulum pendidikan kejuruan.

2.7.1 Kerangka Dasar Kurikulum


Pembahasan kerangka dasar kurikulum meliputi kelompok mata pelajaran,

prinsip pengembangan kurikulum, dan prinsip pelaksanaan kurikulum.


a. Kelompok Mata Pelajaran
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP Pasal 6 ayat

(1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan

khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari :


1) Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia
2) Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian
3) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4) Kelompok mata pelajaran Estetika
5) Kelompok mata pelajaran Olah Raga dan Kesehatan

Cakupan kelompok mata pelajaran disajikan pada table di bawah ini.

Tabel 7.1 Cakupan Kelompok Mata Pelajaran

Kelompok Mata
No Cakupan
Pelajaran

1. Agama dan Akhlak Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak


Mulia mulia dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, serta berakhlak mulia. Akhlak
mulia mencakup etika, budi pekerti, atau
moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama
2. Kewarganegaraan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan Kepribadian dan kepribadian dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan peserta
didik akan status, hak dan kewajiban dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta peningkatan kualitas
dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa dan patriotism bela
Negara, penghargaan terhadap hak hak
azazi manusia, kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan
geneder, demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hokum, ketaatan membayar
pajak dan sikap serta perilaku anti korupsi
dan nepotisme.

3. Ilmu Pengetahuan Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan


dan Teknologi dan teknologi pada SD/MI/SDLB
dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi
dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menanamkan kebiasaan
berpikir dan berperilaku ilmiah yang kristis,
kreatif dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB
dimaksudkan untuk untuk memperoleh
kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi, seta membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi pada SMK/MAK
dimaksudkan untuk menertapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, membentuk
kompetensi kecakapan dan kemandirian
kerja.

4. Estetika Kelompok mata pelajaran Esteteika


dimaksudkan untuk meningkatkan
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan
dan kemampuan mengapresiasikan
keindahan dan harmoni.
Kemampuan mengapresiasi dan
mengepresikan keindahan, serta harmoni
mencakup apresiasi dan ekspresi, baik
dalam kehidupan individu sehingga mampu
menikmati dan menyukuri hidup maupun
dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga
mampu menciptakan kebersamaan yang
harmonis.

5. Jasmani, Olahraga, Kelompok mata pelajaran jasmani, olah


dan Kesehatan raga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB
dikamsudkan untuk meningkatkan potensi
fisi, serta menanamkan sportivitas dan
kesadaran hidup sehat
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
dan kesehatan pada SMP/MTs/SMPLB
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
fisik, serta membudayakan sportivitas dan
kesadaran hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani dan
olahraga dan kesehatan pada
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
fisik, serta membudayakan sikap sportif,
disiplin, kerja sama dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran
sikap dan perilaku hidup sehat yang bersifat
individual ataupun yang bersifat kolektif
kemasyarakatan, seperti keterbebasan dari
perilaku seksual bebas, kecendrungan
narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah,
muntaber dan penyakit lain yang potensial
untuk mewabah.

b. Prinsip Pengembangan Kurikulum


KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh

sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan

standar isi, serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP,

kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut (Depdiknas, 2006).


1) Berpusat pada potensi perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya.


Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki

posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia


yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis, serta tanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan

tersebut, pengembangan kompetensi pserta didik disesuaikan dengan potensi,

perkambangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan.
2) Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik

peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis pendidikan tanpa

membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial

ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib

kurikulum, muatan local dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun

dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar

substansi.
3) Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan

teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat da

nisi kurikulum mendorong pserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,

dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan

pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik

dan terampilan vokasional merupakan keniscayaan.


5) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajian keilmuan dan mata palajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.


6) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

mencerminkan keterkaitan antar unsur-unsur pendidikan formal, non formal

dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang

selalu berkembang, serta arah pengembangan manusia seutuhnya.


7) Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat berbangsa

dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling

mengisi dan memberdayakan sejalan dengan moto Bhineka Tunggal Ika dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum


Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan

prinsip-prinsip sebagai berikut (Depdiknas, 2006).


1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya, Dalam

hal ini, pserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu,

serta memperoleh kesempatan untuk mengekpresikan dirinya secara bebas,

dinamis dan menyenangkan.


2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu (a)

belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar

untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan

berbuat secara efektif; (d) belajar unruk hidup bersama dan berguna bagi
orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui

proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.


3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan

yang bersifat perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan portensi,

tahap pengembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan

keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke

Tuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.


4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik

yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat, dengan

prinsip tur wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada

(dibelakang memberikan daya dan kekuatan, ditengah membangun semangat

dan prakarsa, di depan memberikan contoh untuk teladan).


5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang

jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan

lingkungan sekitar, serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,

contoh dan teladan).


6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan

budaya, serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan

seluruh bahan kajian secara optimal.


7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,

muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,

keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan

jenis, serta jenjang pendidikan.

2.7.2 Struktur Kurikulum Pendidikan Umum


Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman

muatan kuriukulum di setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan

dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan

beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang

dimaksud terdiri atas standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada

jenjang pendidikan dasar menengah.

a. Struktur Kurikulum SMA/MA

Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai

dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi

lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

Pengorganisasian kelas kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua

kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh

peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program kejurusan yang terdiri

atas empat program : (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam; (2) Program Ilmu

Pengetahuan Sosial; (3) Program Bahasa; dan (4) Program Keagamaan khusus

MA.

1) Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X


a) Kurikulum SMA/MA kelas X memuat 16 mata pelajaran, muatan lokal

dan pengembangan diri seperti pada Table 7.4.


b) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,

termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan


ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh

satuan pendidikan.
c) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh

oleh guru, melainkan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengapresiasikan diri sesuai dengan kebutuhan,

bakat dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru atau

tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan

pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan

kehidupan sosial, dan pengembangan karier peserta didik.


d) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana

tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan

menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara

keseluruhan.
e) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit
f) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34 – 38

minggu

Struktur Kurikulum SMA/MA Kalas X Disajikan Pada Tabel 7.4

Alokasi Waktu
Komponen
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 4 4
6. Fisika 2 2
7. Biologi 2 2
8. Kimia 2 2
9. Sejarah 1 1
10. Geografi 1 1
11. Ekonomi 2 2
12. Sosiologi 2 2
13. Seni Budaya 2 2
14. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
2 2
Kesehatan
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
16. Keterampilan / Bahasa Asing 2 2
B. Muatan Lokal 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*)
Jumlah 38 38
2*) Ekuivalen 2 jam pembelejaran

2) Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII


a) Kurikulum SMA/MA kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS,

Program Bahasa dan Program Keagamaan memuat 13 mata pelajaran

muatan lokal, dan pengembangan diri. Kurikulum tersebut secara berturut-

turut disajikan pada table 7.5, 7.6, 7.6, 7.7 dan 7.8.
b) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,

termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan

ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh

satuan pendidikan.
c) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh

oleh guru, melainkan memberi kesempatan kepada peseta didik untuk


mengembangan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat

dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah, guru, atau

tenaga kependidikan yang dapat dilakukan oleh konselor, guru, atau teaga

kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan

konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan

sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.


d) Jam pembelajaran untuk setiap pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera

dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah

maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.


e) Alokasi waktu jam pemebelajaran adalah 45 menit.
f) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 38

minggu.

Anda mungkin juga menyukai