Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No.

1, September 2016: Hal 7-19

STRATEGI ALTERNATIF SPEKTRUM MANAJEMEN


DENGAN REGULASI OPSI REFARMING UNTUK
IMPLEMENTASI LTE PITA FREKUENSI 900 MHZ, 1800
MHZ & 2100 MHZ DI INDONESIA
1
Heru Krisdianto
2
Program Studi Teknik Elektro
1
Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra
1
Jl.Raya Cibolang Kaler No.21 Kab.Sukabumi
e- mail: 1Heru.krisdianto@gmail.com

Korespondensi: 1Heru.krisdianto@gmail.com

ABSTRAK
Teknologi Long Term Evolution merupakan salah satu teknologi dari era broadband yang dapat
menawarkan kecepatan akses data mencapai 100 Mbps atau sekitar 4 kali kecepatan teknologi HSPA+.
LTE akan diimplementasikan di Indonesia secara komersial meskipun hingga saat ini masih dalam tahap
uji coba. Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam implementasi LTE di Indonesia adalah alokasi
frekuensi. LTE memang memberikan beberapa alternatif alokasi frekuensi yang dapat digunakan seperti
700, 850, 900, 1800, 2100 dan 2600 MHz dan dengan lebar pita yang dapat disesuaikan yaitu 1.4, 3, 5, 10
dan 20 MHz. Dengan melihat kondisi saat ini di pita frekuensi tersebut di Indonesia maka salah satu
alokasi frekuensi yang dapat digunakan untuk implementasi LTE dalam waktu dekat ini adalah pada pita
frekuensi 900 MHz, 1800 Mhz & 2100 MHz. Di Indonesia, kondisi pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz
& 2100 Mhz telah dihuni dan digunakan oleh empat pemegang lisensi operator. Namun lebar bandwidth
dan kanal frekuensi yang diperoleh tidak sama dan tidak berdampingan. Dengan menggunakan
metodologi dalam tahapan-tahapan pada proses Regulatory Impact Analysis, hal ini digunakan untuk
memilih dan menentukan stategi alternatif tool spectrum management yang dipergunakan dan juga opsi
refarming yang paling efektif termasuk dampak dari setiap masing-masing opsi tersebut. Metoda
pendekatan voluntary spectrum redeployment dan penerapan netral teknologi yang dilakukan secara
transparan dan terbuka melalui konsultasi publik dengan melibatkan stakeholder merupakan strategi
alternatif spectrum management yang bisa diterapkan untuk melakukan proses refarming di pita frekuensi
900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz di Indoensia. Dan instrumen spectrum management ini juga
digunakan untuk melakukan penataan menyeluruh pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz
sehingga didapatkan jumlah total lebar bandwidth yang ideal dan kanal alokasi frekuensi yang berdekatan
atau contiguous sehingga dapat digunakan dalam penerapan teknologi ini.

Kata Kunci: Long Term Evolution, Regulatory Impact Analysis, Voluntary Spectrum Redeployment

ABSTRACT
Long Term Evolution technology is one of the technologies of the broadband era that can offer data
access speeds reaching 100 Mbps or about 4 times the speed of HSPA + technology. LTE will be
implemented in Indonesia commercially although it is still in the trial phase. One of the problems in lte
implementation in Indonesia is the allocation of frequencies. LTE does provide several alternative
frequency allocations that can be used such as 700, 850, 900, 1800, 2100 and 2600 MHz and with
adjustable bandwidth of 1.4, 3, 5, 10 and 20 MHz. By looking at the current conditions in the frequency
band in Indonesia, one of the frequency allocations that can be used for LTE implementation in the near
7
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

future is on the 900 MHz frequency band, 1800 Mhz & 2100 MHz. In Indonesia, the condition of the
frequency band 900 MHz, 1800 MHz & 2100 Mhz has been inhabited and used by four operator
licensees. However, the bandwidth width and frequency channels obtained are not the same and do not
coexist. By using the methodology in the stages of the Regulatory Impact Analysis process, it is used to
select and determine alternative statements of spectrum management tools used and also the most
effective refarming options including the impact of each of these options. The method of voluntary
spectrum redeployment approach and the application of neutral technology conducted transparently and
openly through public consultation involving stakeholders is an alternative spectrum management
strategy that can be applied to perform refarming processes in the frequency band 900 MHz, 1800 MHz
& 2100 MHz in Indoensia. And this spectrum management instrument is also used to complete the
arrangement of the 900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz frequency band so that the ideal total amount of
bandwidth width and contiguous frequency allocation channel can be used in the application of this
technology.

Keywords: Long Term Evolution, Regulatory Impact Analysis, Voluntary Spectrum Redeployment

diperoleh tidak sama dan tidak berdampingan.


I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan telekomunikasi saat ini
Teten Dian Hakim (2014). Melakukan
mengalami kemajuan yang sangat pesat. kemajuan
penelitian dengan judul “Strategi Alternatif
dalam telekomunikasi ini seiring dengan
Manajemen Spektrum Dan Penataan Alokasi Pita
peningkatan jumlah pengiriman data. Hal ini
Frekuensi 1800 MHz Untuk Penerapan Teknologi
memicu munculnya era broadband yang dapat
LTE”. Penelitian ini menggunakan metodologi
mengatasi masalah pengiriman data yang lebih
dalam tahapan-tahapan pada proses RIA
besar dengan waktu yang lebih cepat.
(Regulatory Impact Analysis), hal ini digunakan
Teknologi LTE (Long Term Evolution)
untuk memilih dan menentukan stategi alternatif
merupakan salah satu teknologi dari era broadband
tool spectrum management yang dipergunakan dan
yang dapat menawarkan kecepatan akses data
juga opsi refarming yang paling efektif termasuk
mencapai 100 Mbps atau sekitar 4 kali kecepatan
dampak dari setiap masing-masing opsi tersebut.
teknologi HSPA+. LTE akan diimplementasikan di
Metoda pendekatan voluntary spectrum
Indonesia secara komersial meskipun hingga saat
redeployment dan penerapan netral teknologi yang
ini masih dalam tahap uji coba. Salah satu hal yang
dilakukan secara transparan dan terbuka melalui
menjadi permasalahan dalam implementasi LTE di
konsultasi publik dengan melibatkan stakeholder
Indonesia adalah alokasi frekuensi. LTE memang
merupakan strategi alternatif spectrum
memberikan beberapa alternatif alokasi frekuensi
management yang bisa diterapkan untuk
yang dapat digunakan seperti 700, 850, 900, 1800,
melakukan proses refarming di pita frekuensi 1800
2100 dan 2600 MHz dan dengan lebar pita yang
MHz di Indoensia. Dan instrumen spectrum
dapat disesuaikan yaitu 1.4, 3, 5, 10 dan 20 MHz.
management ini juga digunakan untuk melakukan
Dengan melihat kondisi saat ini di pita frekuensi
penataan menyeluruh pita frekuensi 1800 MHz
tersebut di Indonesia maka salah satu alokasi
sehingga didapatkan jumlah total lebar bandwidth
frekuensi yang dapat digunakan untuk
yang ideal dan kanal alokasi frekuensi yang
implementasi LTE dalam waktu dekat ini adalah
berdekatan atau contiguous sehingga dapat
pada pita frekuensi 900 MHz, 1800 Mhz & 2100
digunakan dalam penerapan teknologi LTE [1].
MHz.
Dheni Kuncoro Adri Saputro (2016).
Di Indonesia, kondisi pita frekuensi 900
Melakukan penelitian dengan judul “Analisis
MHz, 1800 MHz & 2100 Mhz telah dihuni dan
Perencanaan Jaringan LTE di Pita Frekuensi 3500
digunakan oleh empat pemegang lisensi operator.
MHz dengan Mode TDD dan FDD”. Penelitian
Namun lebar bandwidth dan kanal frekuensi yang
ini menggunakan teknologi LTE memang
8
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

memberikan beberapa alternatif alokasi frekuensi mengembangkan WiMAX. Telkom dapat


yang dapat digunakan seperti 700, 850, 900, 1800, memanfaatkan teknologi WiMAX untuk
2100 dan 2600 MHz dan dengan lebar pita yang mengupgrade jaringan Speedy maupun Flexi.
dapat disesuaikan yaitu 5, 10, 15 dan 20 MHz. Namun sepertinya Telkom punya pilihan lain.
Namun pada pita frekuensi tersebut telah Mungkin Telkom memilih GPON (Gigabit Possive
dialokasikan untuk jaringan lain maka frekuensi Optical Network) untuk Speedy dan EVDO
3500 MHz dapat diambil sebagai alternatif untuk (Evolution Data Optimized) LTE untuk Flexi.
penerapan LTE. Dalam perencanaan jaringan LTE Berca baru melakukan komersial pada Februari
dikenal mode FDD dan TDD sebagai akses 2011 dengan merk dagang WiGO. Jaringan
komunikasi antara jaringan (eNB) ke penerima WiGO tergelar di delapan kota yaitu Medan,
(UE). Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan di Balikpapan, Batam, Denpasar, Makassar,
daerah pulau Batam yang mewakili karakteristik Pekanbaru, Palembang, dan Pontianak. Sampai
geografis yang beragam di Indonesia, kemudian akhir tahun 2012 WiGO merencanakan 400 BTS
melakukan pengukuran pada setiap mode dengan WiMAX [4].
disesuaikan lebar bandwidth berdasarkan Muhammad Iqbal et.al (2015). Melakukan
throughput melalui pengukuran uplink throughput penelitian dengan judul “ANALISIS
dan downlink throughput kemudian parameter PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM
coverage melalui pengukuran SINR dan RSRP EVOLUTION MENGGUNAKAN METODE
sehingga diperoleh analisa untuk penerapan SOFT FREQUENCY REUSE DI KAWASAN
frekuensi 3500 MHz sebagai frekuensi alternatif TELKOM UNIVERSITY”. Peneliti melakukan
untuk perencanaan jaringan LTE di Indonesia [2]. perencanaan jaringan LTEFDD 1800 MHz dengan
Ni Made Erma Pratiwi Astiti (2013). studi kasus di wilayah Telkom University
Melakukan penelitian dengan judul “Implementasi menggunakan SFR. Perencanaan coverage pada
Teknologi 4G LTE di Indonesia”. Penelitian ini wilayah Telkom University dirancang jaringan
disebabkan karena layanan LTE 4G belum bisa microcell dengan radius sebesar 1,5 km dan di
dinikmati dengan baik di Indonesia, adalah karena dapat nilai kapasitas cell centre 72,04 Mbps dan
aspek regulasi. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri cell edge 36 Mbps sehingga di dapat 1 site untuk
karena regulasi sangat memegang peranan penting, perencanaan di Telkom University. Perencanaan
khususnya dalam bisnis telekomunikasi dan ini dianalisis dengan membandingkan perencanaan
jaringan multimedia. Aspek regulasi yang disebut SFR dengan non SFR (FrekuensiReuse1).
adalah seperti ketersediaan frekuensi, tarif, Beberapa parameter yang dianalisis menggunakan
interkoneksi, konten serta dalam segi penomeran skema SFR dapat meningkatkan nilai rata–rata
pun bisa disebut dengan aspek regulasi. Bukan quality-0,01, throughput 713 kbps, nilai
hanya regulasi saja yang menjadi penyebab C/(I+N)0,71dB, dan coverage daya signal sejauh 2
utamanya, selain itu dalam aspek hardware meter [5].
maupun software juga menjadi penyebab mengapa
layanan LTE 4G tidak bisa dinikmati oleh
masyarakat Indonesia. Hal tersebut terjadi III. METODOLOGI PENELITIAN
dikarenakan modem untuk layanan 4G masih 3.1 Identitifikasi Penelitian
sangat dalam jumlah yang terbatas dan Metode yang dipakai dalam penyusunan
infrastruktur untuk layanan 4G belum merata di penelitian ini adalah dengan menggunakan tahapan
seluruh Indonesia [3]. dalam proses RIA (Regulatory Impact Analysis)
Andi Azizah (2016). Melakukan penelitian sebagai analisa dalam pemilihan strategi alternatif
dengan judul “PERKEMBANGAN TEKNOLOGI metoda pendekatan spectrum management dan
4G (LTE & WiMAX)”. Penelitian ini bertujuan beberapa opsi refarming. Dan untuk penentuan
agar LTE (Long Term Evolution) mampu penerapan teknologi LTE 900 Mhz,1800 Mhz &
memberikan kecepatan downlink hingga 100 2100 Mhz digunakan metoda analisis SWOT.
Mbps dan uplink hingga 50 Mbps. Telkom dan Untuk tambahan kebutuhan data pendukung baik
First Media yang paling potensial sebagai data primer ataupun data sekunder, penulis
9
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

melakukan beberapa studi kajian seperti: management yang digunakan dalam melakukan
1. Studi dengan mempelajari buku referensi, e- proses refarming.
book, jurnal, studi kasus dan mencari data-data
yang berkaitan dengan pembahasan.
2. Studi lapangan (observasi), yaitu melakukan 3.2 Metoda Pengumpulan Data
survey melalui interview secara langsung dan Pengumpulan data merupakan suatu proses
penyebaran kuesioner, untuk pengambilan data- pengadaan data primer yang digunakan untuk
data yang dibutuhkan ke berbagai instansi keperluan penelitian. Untuk proses pengambilan
terkait baik ke pihak pemerintah, operator, dan pengumpulan data, penulis melakukan dengan
vendor dan regulator yang terkait dengan penyebaran kuesioner ke beberapa operator dan
pemutusan rencana implementasi teknologi vendor yang berkenaan dengan regulasi
LTE di alokasi frekuensi 900 Mhz, 1800 MHz pengelolaan frekuensi dimana informasi data
& 2100 Mhz. diperoleh dari responden dengan melalui
Lebih lanjut metodologi penelitian dapat percakapan dalam bentuk tanya jawab dengan tatap
dijabarkan dengan Langkah berikut ini : muka. Metoda pengumpulan data dilakukan ke
1. Memberikan latar belakang, merumuskan empat operator GSM sebagai penyelenggara
masalah penelitian, mengidentifikasi tujuan jaringan yaitu operator, dengan pihak konsultan
penelitian dan membuat batasan masalah. telekomunikasi dan dengan pihak penyedia
2. Mengadakan studi kepustakaan, kerangka jaringan atau vendor. Pada penelitian ini
konsep dan hipotesis sebagai perumusan menggunakan survey kesioner untuk melakukan
hipotesis. pengujian opsi regulasi tersebut. Target responden
3. Mendefinisikan metoda penelitian dan dari pihak yang terlibat adalah sebagai berikut:
mengumpulkan data baik data primer dan data 1. Operator yang dimaksudkan untuk mengetahui
sekunder dari berbagai sumber yang merupakan kesiapan operator dalam implementasi LTE dan
bagian dari metodologi dan design penelitian. pandangannya terhadap opsi-opsi regulasi
4. Menyusun, menganalisa, dan memberikan tersebut.
interpretasi hasil kajian sebagai pengujian 2. Vendor, yang dimaksudkan untuk mengetahui
hipotesis. karakteristik LTE lebih mendalam dan
5. Membuat kesimpulan dan saran. pandangannya terhadap opsi-opsi regulasi
Dari hasil identifikasi permasalahan dengan tersebut.
studi literatur yang terkait dan data pendukung 3. Konsultan telekomunikasi yang dimaksudkan
yang ada maka dilakukan perumusan opsi-opsi untuk mengetahui penataan alokasifrekuensi
refarming yang dibuat untuk regulator dalam saat ini dan di masa mendatang dan
menentukan strategi alternatif guna padangannya terhadap opsi-opsi regulasi
mengoptimalkan penggunaan frekuensi eksisting tersebut.
yang telah dipergunakan oleh lima operator GSM Seluruh responden diharapkan telah paham
menjadi lebih efektif dan efisien dalam mengenai keadaan dari pita frekuensi 900 MHz,
mengadopsi teknologi LTE. Untuk membuat opsi 1800 MHz & 2100 MHz dan juga karakteristik
refarming dalam penataan dan pengelolaan dari LTE. Jumlah responden yang akan diberikan
relokasi spektrum frekuensi 900 MHz, 1800 Mhz kuesioner ini adalah 12. Duabelas orang tersebut
& 2100 Mhz, penulis menggunakan metoda RIA terdiri dari 4 responden dari operator, 4 responden
untuk mengidentifikasi opsi-opsi refarming yang dari vendor, dan 4 responden dari konsultan
dibuat. Dalam tahap benchmarking, dilakukan telekomunikasi. Penelitian ini melakukan expert
perbandingan penataan alokasi spektrum dengan interview sehingga jumlah 12 responden tersebut
suatu negara yang telah melakukan pengelolaan tidak terkait dengan rumus sampel dalam ilmu
frekuensi LTE ketika me-refarming pita spektrum statistik. Hal ini dikarenakan pembahasan dalam
900 MHz, 1800 Mhz & 2100 Mhz yang penelitian ini spesifik mengenai masalah spektrum
menjadikan referensi dan acuan dalam memilih frekuensi untuk implementasi LTE dan tidak
dan menetukan metoda dan instrumen spectrum melibatkan pasar atau pengguna. Dengan demikian
10
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

maka jumlah responden hanya berdasarkan pada


responden yang paham mengenai kondisi spectrum
frekuensi di pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz &
2100 MHz dan karakteristik dari LTE.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tahap Analisa
Dari hasil analsis SWOT melalui teknik
positioning menghasilkan keberadaan posisi LTE
900 MHz di Indonesia yang terletak di kuadran ke-
4 dalam status pada gambar IV.5. Sedangkan
keberadaan diversifikasi seperti ditunjukan posisi
LTE 1800 MHz di Indosanesia terletak pada
kuadran ke-1. Untuk keberadaan posisi LTE 2100
MHz di Indonesia terletak pada kuadran ke- 4 Gambar 3. Grafik hasil analisis SWOT Frekuensi
seperti ditunjukkan pada gambar 1 dibawah ini. 2100 MHz

Berdasarkan hasil analisa matriks SWOT


dengan kondisi pemilihan spektrum pita frekuensi
900 MHz & 2100 MHz yang berada di kuadran IV,
maka beberapa strategi yang harus dilakukan
adalah dengan menggunakan kekuatan untuk
menghindari hambatan dan ancaman dari regulasi
yang belum mendukung. Sedangkan untuk frkuensi
1800 MHz yang berada di kuadran I sangat
memungkin sekali untuk menggelar teknologi LTE
di frekuensi 1800 MHz karena faktor kekuatan dan
peluangnya lebih besar di bandingkan kelemahan
dan ancaman. Ada beberapa alternatif strategi yang
dapat dilakukan adalah seperti:
1. Mengoptimalisasikan jaringan akses radio,
seperti:
Gambar 1. Grafik hasil analisis SWOT frekuensi Network sharing, frequency pooling, dan
900 MHz spectrum leasing. Sehingga bisa meningkatkan
efisiensi infrastruktur jaringan dan mengurangi
cost OPEX dan CAPEX.
2. Memperkenalkan fitur GSM seperti codec
AMR untuk meningkatkan kualitas layanan
voice dan pembagian layanan untuk data
menggunakan LTE dan untuk voice
menggunakan GSM.
3. Mengimplementasikan teknologi LTE secara
berangsurangsur. Dari mulai lebar bandwith 3
MHz, 5 MHz sampai 20 MHz. Dan sampai
ketika trafik layanan voice GSM mencapai titik
saturasi yang terendah.
Gambar 2. Grafik hasil analisis SWOT frekuensi 4. Melakukan modernisasi jaringan dengan
1800 MHz melakukan
11
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

investasi SDR (Software Defined Radio) untuk penggunaan handphone 2G sudah semakin
mendukung multi-band (900 MHz/1800 meningkat dikarenan harganya yang sudah
MHz/2100 MHz) dan multistandard murah dan sangat terjangkau. Harga handset
(GSM/UMTS/LTE). atau mobilephone 3G sudah dianggap murah
5. Melakukan konsolidasi antar penyelenggara sehingga pelanggan sudah sebagian besar camp
jaringan dengan membentuk MNO dan MVNO. di jaringan 3G.
6. Membuat dan mengesahkan regulasi peraturan 4. Masa lisensi pita frekuensi 900 MHz, 1800
berkaitan dengan mekanisme dan penataan MHz & 2100 MHz yang akan berakhir pada
ulang frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100 tahun 2020. Jika implementasi teknologi LTE
MHz serta beberapa hal yang berkaitan yang dipilih adalah yang di pita frekuensi 1800
denganspectrum sharing, MVNO dan MHz sebagai solusi alternatifnya bisa dilakukan
penggunaan spektrum yang fleksibel. dengan implementasi aspek teknis, seperti:
Dari hasil analisa matriks SWOT untuk a. Untuk lebar bandwidth bisa dilakukan secara
pengkajian pemilihan spektrum pita frekuensi 900 bertahap dan berangsur-angsur dari mulai
MHz & 2100 MHz untuk penerapan teknologi LTE 1,4 MHz, 3 MHz, 5 MHz sampai 15 atau 20
berbasis 4G di Indonesia berada di kuadran IV, MHz.
maka beberapa strategi yang harus dilakukan b. Untuk akses network pada eNodeB bisa
adalah dengan menggunakan kekuatan (strengths) dilakukan dengan investasi SDR (Software
untuk menghindari hambatan dan ancaman Defined Radio) pada eksisting BTS 2G/3G.
(threaths) dari regulasi yang masih belum Dari vendor Ericsson & Nokia, solusi lain
mendukung. Walaupun peluangnya (opportunities) yang bisa dilakukan adalah dengan
itu sendiri cukup besar dalam mendukung menggunakan MixMode yang merupakan
implementasi teknologi LTE bila dibandingkan perpaduan teknologi multiband antara
dengan beberapa faktor yang menjadi kekurangan GSM/2G, UMTS/3G, HSPA, dan LTE/4G.
dan kelemahannya (weaknesses). c. Untuk core network bisa dilakukan dengan
1. Berdasarkan hasil survey melalui angket mengupgrade eksisting packet network ke
kuisioner untuk penerapan teknologi LTE di jaringan yang mendukung teknologi LTE.
Indonesia dengan menggunakan pita frekuensi Terkait dengan regulasi yang menjadikan
900 MHz. 1800 MHz & 2100 MHz implemetasi kekhawatiran beberapa responden bahwa
LTE akan efektif dan regulasi yang belum mendukung akan
efisien dengan mempertimbangkan hal-hal menghambat dan mengancam penerapan
berikut: teknologi LTE 1800. Namun dari beberapa
Harus ada komitmen yang kuat dari para regulasi yang ada, menurut penulis ada yang
stakeholer dan pihak terkait terutama dari para bisa dipergunakan untuk mendukung
penyelenggara jaringan dalam merencanakan penerapan teknologi LTE di Indonesia dalam
kesiapan yang matang dan timing-nya harus hal ijin penggunaan pita frekuensi, seperti
tepat dalam penggelaran teknologi LTE. dalam Peraturan Menteri no.17 tahun 2010
2. Ketersediaan jumlah eco-system LTE yang di pasal 2 disebutkan bahwa penggunaan
tersertifikasi dan sudah tersedia banyak spectrum frekuensi radio harus sesuai
dipasaran. Sehingga diperlukan ketegasan dari peruntukannya dan wajib berdasarkan tabel
pemerintah untuk importir penjualan alokasi spektrum frekuensi radio nasional
smartphone, tablet, USB modem yang sudah dimana tabel ini ada dalam lampiran
mendukung layanan berbasis 4G. Peraturan Menteri no.29 tahun 2009. Dalam
3. Trafik layanan voice harus sudah sangat kecil hal ini, pemerintah bisa merubah dan
dibandingkan dengan trafik layanan data karena menambahkan keterangan dalam uraian
pita frekuensi 900 MHz & 1800 MHz masih perencanaan dan penggunaan untuk kode
dipakai untuk memberikan layanan 2G yang INS19 bahwa pita frekuensi 1800 MHz
demand-nya sangat tinggi di daerah-daerah diidentifikasikan untuk IMT 2000 dan IMT
tertentu. Disamping itu pertumbuhan dan Advanced atau netral teknologi. Sehingga
12
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

hal ini bisa menjadikan paying regulasi tahapan design setelah melibatkan partisipasi
dalam menerapkan teknologi LTE dan untuk public melalui konsultasi publik dengan survey
mengadopsi teknologi akses radio dan angket. Dalam tahapan ini, hal-hal yang dilakukan
telekomunikasi di masa depan yang lebih diantaranya :
modern dan efisien. Dan perencaan 1. Memilih dan menentukan metoda spectrum
perubahaan penggunaan pita frekuensi 1800 management yang akan digunakan untuk
MHz ini harus ditetapkan berdasarkan melakukan proses refarming pita frekuensi 900
keputusan Menteri. MHz, 1800 MHz & 2100 MHz.
2. Memilih dan menentukan opsi refarming yang
4.2 Analisis RIA(Regulatory Impact Analysis)
paling efektif yang digunakan dalam penataan
Dari hasil identifikasi permasalahan dengan ulang menyeluruh spektrum pita frekuensi 900
studi literatur yang ada dan didukung dengan data- MHz, 1800 MHz& 2100 MHz.
data maka dilakukan perumusan Opsi regulasi yang
3. Dalam pemilihan strategi alternatif untuk
dapat dilaksanakan oleh regulator sehingga dapat
metoda spectrum management dalam
mengoptimalkan penggunaan frekuensi dengan
melakukan proses refarming yang paling
jumlah operator yang tergolong sangat banyak dan
banyak dipilih responden sebesar 38% adalah
keterbatasan pita frekuensi. Perumusan opsi
dengan menggunakan teknologi netral.
regulasi ini menggunakan Regulatory Impact
Analysis (RIA). Dari hasil perumusan yang berupa
opsi regulasi maka dilakukan perancangan,
pendistribusian dan pengumpulan kuesioner dari
para pemangku kepentingan mengenai opsi
regulasi yang cocok diterapkan dalam bisnis
telekomunikasi di Indonesia. Pada tahap ini akan
dilakukan survey kepada pihak-pihak terkait yaitu
dari operator, vendor & konsultan telekomunikasi
di pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100
MHz, regulator yang terkait penataan frekuensi dan
vendor telekomunikasi yang menyediakan
perangkat LTE. Dari hasil survey ini maka
dilakukan analisis mengenai opsi regulasi yang
ada dan menentukan opsi regulasi yang akan
diterapkan di Indonesia serta strategi alternatif
untuk mendukung opsi regulasi tersebut.
Pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan
melihat hasil dari analisis terhadap berbagai opsi
regulasi tersebut dan opsi regulasi yang terpilih Gambar 4. Statistik hasil survey strategi
beserta strategi alternatif untuk mendukung opsi alternative
regulasi tersebut.
Dari hasil survey kuesioner terbanyak
sebesar 47% responden lebih memilih
4.3 Hasil Survey Pemilihan Strategi Spectrum menggunakan metoda teknologi netral dimana
Management responden meyakini bahwa penerapan netral
Memilih dan menentukan alternatif terbaik teknologi akan menyederhanakan proses migrasi
untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien teknologi di masa mendatang dan juga masing-
dari kajian pemilihan strategi yang sesuai untuk masing operator dapat secara langsung
pelaksanaan proses refarming frekuensi 900 MHz, mengimplementasikan sesuai dengan lebar
1800 MHz & 2100 MHz di Indonesia merupakan bandwidthnya terlebih dahulu. Bila metoda
tahapan terakhir dari proses RIA, yaitu dalam pendekatan yang akan digunakan untuk melakukan
13
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

proses refarming ini dengan metoda voluntary khusus untuk GSM 2G / DCS (Digital Cellular
spectrum & regulatory redeployment atau bisa Service) diganti menjadi wireless broadband yang
diartikan sebagai refarm by regulation artinya berbasis netral teknologi sehingga penggelaran
bahwa penentuan dan pelaksanaan proses teknologi LTE bisa lebih cepat direalisasikan.
refarming sepenuhnya akan diinisialisasi dan
dilakukan dengan regulasi kebijakan dari regulator
dan pemerintah melalui keputusan Menteri. Dan 4.4 Hasil Survey Pemilihan Opsi Refarming
pemegang lisensi pita frekuensi 900 MHz, 1800 Memilih dalam menentukan alternatif opsi
MHz & 2100 MHz harus bersedia untuk dilakukan refarming terbaik untuk mendapatkan hasil yang
penataan ulang secara menyeluruh dikarenakan efektif dan efisien untuk pelaksanaan proses
kemunculan teknologi LTE yang berbasis 4G refarming frekuensi 900 MHz,1800 MHz & 2100
untuk bisa diterapkan. MHz di Indonesia dalam memindahkan alokasi
Dan berdasarkan ECC report 16 mengatakan pita frekuensi merupakan tahapan terakhir dari
bahwa semua kasus refarming ditangani dengan proses RIA setelah melibatkan partisipasi public
menggunakan prosedur normatif yang diinisialisasi melalui konsultasi publik dengan survey angket.
oleh pihak regulator dengan konsensus yang Opsi regulasi ini dipilih lebih baik
dicapai dalam suatu komisi dan dengan jaminan dibandingkan dengan opsi-opsi regulasi yang lain
transparansi penuh. Maka untuk pemilihan dan karena bila dilihat dari benefit opsi regulasi yang
penentuan metoda alternatif spectrum management ke tiga ini memiliki beberapa kelebihan dan
yang cocok untuk melakukan proses refarming di manfaat yang besar terutama buat para pemegang
pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz lisensi dari perolehan spektrum frekuensi dan
adalah voluntary spectrum redeployment yang relatif tidak berdampak besar dan lebih merata dan
dikombinasikan dengan penerapan netral adil serta diperkirakan akan menimbulkan biaya
teknologi. Dimana dengan metoda ini akan proses refarming yang rendah.
mendorong operator pemegang lisensi pita Berikut ini ditampilkan hasil opsi regulasi
frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz dari survei pemilihan pada gambar 5 dibawah ini.
untuk secara sukarela bisa dilakukan penetapan
ulang dikarena akan diterapkan teknologi baru
yang berbasis 4G sebagai pengganti teknologi
sebelumnya, yang mana teknologi ini menjadikan
penggunaan spektrum frekuensi radio menjadi
lebih efisien. Sehingga harapan terbesar adalah
bahwa empat operator GSM yang beroperasi di
frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz
bersedia secara sukarela untuk dilakukan
penetapan ulang alokasi frekuensi untuk
mengadopsi teknologi LTE yang membutuhkan
lebar bandwidth yang besar sehingga akan
didapatkan frekuensi uplink dan downlink yang
berdampingan dengan tanpa mengurangi besar
lebar bandwidth yang telah diperoleh.
Disamping melakukan proses refarming, ada Gambar 6. Statistik hasil survey opsi regulasi
baiknya juga untuk mendukung penerapan netral frekuensi 900 MHz
teknologi di pita frekuensi 900 MHz & 1800 MHz,
maka pihak pemerintah dan regulator perlu Adapun manfaat yang diperoleh bagi
membuatkan suatu regulasi yang ditetapkan penyelenggara jaringan dari hasil pemindahaan
melalui keputusan Menteri untuk merubah dan alokasi frekuensi 900 MHz adalah:
mengganti peruntukan alokasi pita frekuensi 900  XL mendapatkan donor frekuensi dari 2,5 MHz
MHz & 1800 MHz yang sebelumnya dialokasikan dari
14
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

telkomsel sehingga total lebar bandwithnya


menjadi 10 MHz sehingga XL dapat menggelar
teknologi LTE dengan bandwith chanelnya
sebesar 10 MHz, dimana dengan bandwith
tersebut XL dapat menghasilkan bandwith
transmisi sebesar 50 Mbps yang dapat
meningkatkan kapasitas data.
 Sedangkan Telkomsel Mendapatkan
keuntungan frekuensinya berdampingan sebesar
12,5 MHz, dengan bandwith yang
berdampingan telkomsel dapat menggelar
teknologi LTE dengan bandwithchanel sebesar
10 MHz dan tetap dapat menggelar teknologi
2G GSM.
 Indosat mendapatkan bandwith sebesar 12,5
MHz dapat menggelar teknologi LTE dengan
bandwith chanel sebesar 10 MHz dan tetap Gambar 7. Statistik hasil survey opsi
dapat menggelar 2G GSM di fekuensi 900 regulasifrekuensi 1800 MHz
MHz. Dikarenakan operator HCPT hanya
beroperasi dan memberikan layanan GSM pada Opsi regulasi ini dipilih lebih baik
pita frekuensi 1800 MHz, disini penulis juga dibandingkan dengan opsi-opsi regulasi yang lain
menyarankan agar pemerintah dan regulator karena bila dilihat dari benefit opsi regulasi yang
dapat melakukan penataan ulang pada total ke tiga ini memiliki beberapa kelebihan dan
lebar bandwidth di pita frekuensi 900 MHz. manfaat yang besar terutama buat para pemegang
Dimana pita frekuensi 900 MHz yang lisensi dari perolehan spektrum frekuensi dan
diperuntukan untuk layanan GSM dengan total relatif tidak berdampak besar serta tidak akan
lebar bandwidth 2x35 MHz yang mengacu pada menimbulkan biaya proses refarming. Adapun
standar extended-GSM atau E-GSM di tata manfaat yang diperoleh bagi penyelenggara
ulang agar operator jaringan dari hasil pemilihan alokasi frekuensi
HCPT dapat beroperasi juga di frekuensi 900 1800 MHz adalah pada opsi 3.
MHz. Penataan ulang diharapkan HCPT 1. Operator XL total lebar bandwidth spektrum
mendapatkatkan bandwith chanel sebesar 5 frekuensi sebesar 22,5 MHz. Jumlah yang
MHz seperti yang ditunjukkan pada gambar cukup optimal dan efisien dalam memberikan
dibawah. Sehingga nantinya layanan GSM di cakupan layanan yang luas dengan kapasitas
pita 900 MHz akan dilayani oleh 4 operator. yang besar. Dan sangat ideal untuk menggelar
Dimana hal yang sama terjadi sebelumnya di layanan teknologi LTE. Selain itu XL dapat
pita frekuensi 1800 MHz dan 2100 MHz yang meningkatkan penetrasi layanan mobile voice
telah dipergunakan oleh empat operator. dan data sehingga menambah jumlah pelanggan
dan perolehan market share menjadi naik.
2. Indosat mendapatkan total lebar bandwidth 20
MHz
contiguous akan bisa memberikan layanan yang
lebih baik lagi dengan kapasitas yang lebih
besar. Dengan kondisi ini seharusnya tetap akan
menguntungkan pihak Indosat dikarenakan
dengan lebar total bandwidth sebesar 20 MHz
sangat ideal untuk menggelar layanan teknologi
LTE.
3. Telkomsel dengan mendapatkan total lebar
15
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

bandwidth 22,5 MHz contiguous, maka dengan implementasi LTE akan optimal dan dapat
opsi ini tentunya akan sangat menguntungkan mengantisipasi pertumbuhan pelanggan kedepan
bagi operator Telkomsel, Telkomsel akan bisa serta dapat mengantisipasi kemajuan teknologi di
memberikan layanan dan fitur yang beresolusi masa mendatang, selain itu budaya operator untuk
tinggi dengan kapasitas yang lebih besar dan saling mendukung satu sama lain belum muncul
tentunya opsi ini sangat ideal untuk menggelar dan perlu adanya dorongan. Sebelum dilakukan
layanan teknologi LTE. penerapan opsi regulasi ini perlu disepakati
4. HCPT tetap dengan bandwidth sebesar 10 MHz broadband plan secara nasional. Opsi regulasi 1 ini
dan masih menungkinkan untuk menggelar perlu mempertimbangkan layanan 3G yang telah
layanan teknologi LTE. Atau untuk menambah terpasang terlebih dahulu dengan refarming ke
kapasitas layanan operator HCPT bisa alokasi frekuensi lain atau bahkan akan
melakukan merger akuisisi atau spectrum dihilangkan dan diganti dengan LTE ataupun
sharing dengan operator Telkomsel atau XL. operator dapat implementasi LTE dan 3G secara
Sedangkan dari hasil survey seperti yang simultan. Namun hal ini akan berdampak
diperlihatkan pada tabel 4.21 untuk pemilihan pemanfaatan LTE akan sangat terbatas mengingat
opsi refarming penentuan dari bentuk setiap operator hanya memiliki lebar pita 20 MHz.
pemindahan alokasi pita frekuensi radio pada Adapun manfaat yang diperoleh bagi
penataan meyeluruh pita frekuensi 2100 MHz penyelenggara jaringan dari hasil pemilihan alokasi
yang banyak dipilih responden adalah opsi frekuensi 2100 MHz adalah pada opsi 1:
regulasi ke-1 sebesar 40%.  Dengan adanya MVNO maka biaya CAPEX
dan OPEX dari operator akan berkurang karena
biaya tersebut akan ditanggung bersama antar
MNO yang memiliki jaringan dan MVNO yang
akan menyewa jaringan. Operator yang menjadi
MNO untuk opsi regulasi ini diharapkan
operator yang kuat secara finansial maupun
infrastruktur sehingga dapat dipastikan
pemakaian spektrum lebih efektif dan dapat
dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan
masyarakat luas sehingga dapat mendorong
pertumbuhan pelanggan dimasa mendatang.
 Lebar pita 20 MHz sangat optimal untuk
menggelar jaringan LTE sehingga kemajuan
Gambar 8. Statistik hasil survey opsi regulasi teknologi broadband kedepan dapat di
frekuensi 2100 MHz antisipasi. Opsi regulasi 1 ini akan berdampak
baik bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan
Hal ini dikarenakan opsi regulasi 1 membagi jumlah operator yang menjadi 3 MNO sehingga
lebar pita frekuensi 2100 MHz yang selebar kompetisi berjalan dengan baik dan secara tidak
60MHZ menjadi 3 operator saja sehingga setiap langsung akan menguntungkan masyarakat
operator mendapat lebar pita 20 MHz. Dengan sebagai pengguna telekomunikasi karena
semakin besar frekuensi yang diberikan ke operator kualitas layanan dapat terjaga dengan baik
untuk layanan LTE maka tingkat efisiensi akan dibanding masih dengan 4 operator yang ada
semakin tinggi karena akan mengurangi guard seperti saat ini.
band antar operator. Untuk penerapan opsi regulasi
ini akan sangat sulit karena para operator saat ini 4.5 Regulasi Penataan Ulang Pita Frekuensi
telah berinvestasi yang besar untuk BHP frekuensi Radio & strategi implementasi
3G ini. Hal ini harus ada mekanisme yang sangat Di Indonesia belum ada regulasi undang-
baik dan tepat dalam implementasinya. Apabila undang yang mengatur tatacara pelaksanaan
opsi regulasi ini terlaksana dengan baik maka pemindahan alokasi pita frekuensi 900 MHz.
16
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

Belakangan ini yang baru saja telah disyahkan Transmisi dan jaringan akses. MVNO hanya
adalah tentang pengaturan ulang frekuensi radio menyewa Lisensi akses spektrum frekuensi dari
2.1 GHz yang tertuang dalam Peraturan Menteri MNO. Full MVNO tidak langsung diterapkan
Kominfo RI no.19 tahun 2013 tentang mekanisme pada implementasi LTE di pita frekuensi 2100
dan tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi MHz tetapi melalui beberapa tahapan.
radio pada penataan menyeluruh pita frekuensi Berikut ini adalah tahapan dalam
radio 2100 MHz. Serta Peraturan Menteri no.19 mengembangkan model MVNO:
tahun 2015 tentang penataan pita frekuensi radio 1. Mendorong regulasi eksisting untuk
1800 MHz untuk keperluan penyelenggaraan penyelenggaraan MVNO tahap awal khususnya
jaringan bergerak seluler. Salah satu yang model Reseller, SP MVNO dan ESP MVNO
merupakan bagian terakhir dari tahapan design dan menyempurnakan KM 21 tahun 2001, KM
RIA adalah strategi implementasi dari hasil 20 tahun 2001, PP 52 tahun 2000 dan PP 53
penelitian ini, yaitu melakukan dan menentukan tahun 2000 sebagai landasan hukum penerapan
strategi rencana penerapan teknologi LTE pita Full MVNO.
frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz 2. MNO melakukan perjanjian kerjasama dengan
dengan opsi refarming dan metoda spectrum para penyelenggara jasa non dominan sebagai
management yang dipilih. Berdasarkan hasil Reseller MVNO (prepaid) pada area MNO yang
pemilihan dan pertimbangan, maka strategi terbatas dengan pola Minute Of Use (MoU)
implementasi yang bisa diterapkan untuk teknologi yakni pembayaran akan dilakukan berdasarkan
LTE dengan menggunakan pita frekuensi 900 lama penggunaan jaringan, yang berarti juga
MHz,1800 MHz & 2100 MHz adalah sebagai lamanya penggunaan layanan komunikasi yang
berikut: digunakan pelanggan MVNO sehingga MVNO
 Pemerintah dan regulator melakukan penataan cukup membeli kapasitas jaringan, baik
ulang menyeluruh spectrum frekuensi 900 MHz nantinya digunakan untuk komunikasi suara,
dengan menggunakan opsi 3, untuk spectrum SMS maupun komunikasi data yang berbasis
frekuensi 1800 MHz dengan menggunakan opsi teknologi LTE dari penyedia jaringan (MNO).
refarming ke-1, sedangkan untul spectrum Pada tahap ini MVNO Reseller masih menjual
frekuensi 2100 dengan menggunakan opsi brand atas nama MNO.
refarming ke-1. 3. MNO melakukan kerjasama dengan para
 Pemerintah dan regulator menerapkan metoda penyelenggara jasa dominan sebagai SP MVNO
pendekatan voluntary spectrum management untuk reseller layanan suara dan data (basic)
yaitu mendorong kepada para operator untuk prepaid dan postpaid pada area MNO yang
bersedia dilakukan penataan ulang dikarenakan terbatas dengan pola MoU.
kemunculan teknologi LTE. Dan metoda 4. MNO menawarkan kepada MVNO untuk
pendekatan yang kedua adalah netral teknologi layanan postpaid dan wholesale apabila pola
sebagai instrumen spectrum management dalam kerjasama layanan prepaid sebelumnya sudah
melakukan proses refarming untuk merubah berkembang.
peruntukan alokasi pita frekuensi 900 MHz & 5. MNO memberikan otoritas kepada MVNO
1800 MHz dari teknologi GSM/DCS menjadi (Reseller dan SP MVNO) untuk menjual brand
berbasis netral teknologi. atas nama mereka sendiri kepada pelanggannya
 Membuat penyesuaian dan mekanisme dalam di seluruh wilayah layanan MNO.
melaksanakan MVNO untuk implementasi LTE 6. MNO menyewakan layanan suara dan data (non
pada pita frekuensi 2100 MHz. Pada dasarnya basic) kepada SP MVNO.
MVNO adalah sebuah layanan bergerak yang 7. MVNO SP Provider mengajukan ijin kepada
menyewa atau memakai spektrum frekuensi MNO untuk upgrade menjadi ESP MVNO
milik MNO melalui suatu perjanjian bisnis. sehingga dapat mengelola dan mengembangkan
MVNO dalam hal ini adalah full MVNO layanan VAS sendiri.
dimana MVNO menyediakan dan membangun 8. ESP MVNO bekerjasama dengan MNO
seluruh infrastruktur termasuk Core Network, mengkaji untuk menjadi Full MVNO dengan
17
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

bersama-sama menyiapkan rencana frekuensi 900MHz, 1800 MHz & 2100 MHz
pembangunan infrastruktur diluar infrastruktur dengan komitmen bersama untuk mendukung
akses, diantaranya meliputi Core Network, penuh dari para stakeholders. Dari beberapa
Transmisi/Backbone berdasarkan aspek alternatif metoda pendekatan spectrum
teknologi netral, Kerjasama ini bisa dilakukan management yang diberikan untuk melakukan
di area eksisting layanan MNO atau diluar proses refarming pita frekuensi 900 MHZ, 1800
layanan area layanan MNO. MHz & 2100 MHz di Indonesia, maka berdasarkan
9. Full MVNO dapat mengembangkan dan konsultasi publik metoda atau tool spectrum
menerapkan semua layanan dan teknologi management yang bisa dilakukan untuk melakukan
sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan proses refarming pita frekuensi 900 MHz, 1800
kemajuan jaman. MHz & 2100 MHz adalah dengan pendekatan
penerapan netral teknologi. Dimana penerapan
netral teknologi ini dikombinasikan dengan metoda
V. PENUTUP spectrum management yang lain, yaitu dengan
5.1 Kesimpulan pendekatan voluntary spectrum redeployment guna
Penerapan teknologi LTE di Indonesia yang mendorong pemegang lisensi pita frekuensi 1800
terbaik adalah dengan dengan menggunakan pita agar dapat dilakukan penetapan ulang dikarenakan
frekuensi 1800 MHz mempunyai kans yang besar munculnya teknologi baru yang lebih efektif dan
untuk bisa diimplementasikan melihat kondisi dan efisien dalam memenuhi kebutuhan market. Yang
posisi dari hasil analisis SWOT berada pada proses penerapannya tentunya harus dilakukan
kuadran I. Di mana dalam pita frekuensi ini dengan jaminan transparan dan terbuka secara
seluluruh operator dapat menggelar teknologi LTE penuh. Metoda-metoda pendekatan ini merupakan
dengan Bandwith chanel sebesar 20 MHz untuk strategi alternative spectrum management yang
Telkomsel, Indosat dan XL Axiata, sedangkan cocok untuk diterapkan dalam melakukan proses
untuk HCPT dapat menggelar teknologi LTE refarming pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz &
dengan Bandwith chanel 10 Mhz. Selain itu 2100 MHz sehingga didapatkan hasil yang efisien
operator sudah langsung dapat menggeler teknologi dan optimal. Dengan menggunakan metode RIA
LTE tanpa membutuhkan biaya yang besar untuk maka opsi regulasi yang dipilih untuk diterapkan di
melakukan refarming frekuensi dan susunan Indonesia berkaitan dengan pemanfaatan pita
frekuensinya sudah contingnus. Sedangkan untuk frekuensi 900 MHz untuk implementasi LTE
frekuensi 900 MHz & 2100 MHz masih perlu adalah opsi ke 3 yaitu dengan badnwith chanel
kajian lebih lanjut karena dari hasil analisi SWOT untuk Telkomsel & Indosat sebesar 12,5 MHZ dan
berada pada kuadran 4 ,yang mana hal ini XL sebesar 10 MHz sehingga setiap operator dapat
diakibatkan threaths atau hambatan dari aspek menggelar teknologi LTE dengan bandwith chanel
regulasi dan kebijakan pemerintah dan regulator sebesar 10 MHz. Penentuan dalam memilih opsi
yang belum mendukung. Namun hambatan dan refarming adalah untuk memecahkan masalah yang
ganjalan ini akan menjadi peluang atau sudah diidentifikasi dalam pemindahan alokasi pita
opportunities selama ada komitmen yang kuat dari frekuensi 1800 MHz agar didapatkan komposisi
para stakeholder dan jaminan ketersediaan dari yang contiguous dan ideal. Pemilihan opsi
pemerintah untuk dukungan ecosystem perangkat refarming yang ke-3 merupakan opsi regulasi yang
LTE yang banyak di pasaran dan disertai dengan menghasilkan manfaat yang besar terutama bagi
dukungan aspek regulasi dari pemerintah dan pemegang lisensi dan pengeluaran biaya yang
regulator dengan melakukan perubahan rendah serta dampak perubahannya yang relatif
penggunaan dan peruntukan pita frekuensi 900 kecil untuk effort setting konfigurasi di tiap-tiap
MHz & 2100 MHz di tabel alokasi spectrum BTSnya. Dengan menggunakan metode RIA maka
frekuensi radio nasional sebagai spektrum opsi regulasi yang dipilih untuk diterapkan di
frekuensi radio untuk teknologi LTE yang berbasis Indonesia berkaitan dengan pemanfaatan pita
4G yang co exist dengan teknologi 2G dan 3G. frekuensi 2100 MHz untuk implementasi LTE
Dan juga mengadopsi netral teknologi untuk pita adalah opsi mobile virtual network operator
18
Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra. Vol. 3, No. 1, September 2016: Hal 7-19

(MVNO) dengan 3 MNO yang memiliki masing- untuk LTE. Dalam penerapan LTE di pita
masing 4 blok frekuensi sehingga berjumlah 20 frekuensi 2100 MHZ dengan menggunakan opsi
MHz. Strategi alternatif untuk menjalankan opsi regulasi MVNO maka pemerintah harus
regulasi tersebut yaitu dengan menentukan 3 mempertimbangkan untuk memberikan
operator yang dapat menjadi MNO (memiliki ijin kompensasi kepada operator eksisting di pita
spectrum frekuensi) dan bekerja sama dengan frekuensi 2100 MHZ yang nantinya akan menjadi
MVNO dalam kaitannya dengan pemanfaatan pita MVNO. Perlu adanya subsidi dari pemerintah
frekuensi 2100 MHz untuk implementasi LTE untuk biaya Global Frequency Returning atau
pengurangan BHP untuk meringankan beban
5.2 Saran operasional penerapan LTE. Menambah
Beberapa hal terkait manfaat dan kelebihan penggunaan spektrum baru baik di pita frekuensi
serta dampak yang timbul dari opsiregulasi yang 700 MHz dan atau di frekuensi 2600 MHz serta
diberikan sebaiknya dilakukan melalui uji hipotesa Menambah kapasitas yang lebih besar walau
dengan melakukan konsultasi publik. Disamping pelanggan telah mengalami saturasi.
itu, selain instansi yang termasuk dalam kategori
stakeholder menurut standar ICT Radio
Regulation, ada baiknya juga melibatkan pihak dari
DAFTAR PUSTAKA
instansi lain, seperti dari Masyarakat Telematika
[1] T. D. Hakim., “Strategi Alternatif Manajemen
(MASTEL) dan Asosiasi Telekomunukasi Seluler
Spektrum Dan Penataan Alokasi Pita
Indonesia (ATSI). Dikarenakan peranan dan
Frekuensi 1800 MHz Untuk Penerapan
fungsinya yang senantiasa memberikan kontribusi
Teknologi LTE”, IncomTech, Jurnal
yang positif dalam industri pertelekomunikasian di
Telekomunikasi dan Komputer, vol.5, no.1,
Indonesia. Dengan melihat kondisi alokasi
Januari 2014.
frekuensi saat ini dan kemajuan teknologi
[2] D. K. A. Saputro.,” Analisis Perencanaan
broadband dimasa mendatang, sebaiknya dalam
Jaringan LTE di Pita Frekuensi 3500 MHz
implementasi LTE hanya terdiri dari 2 atau 3
dengan Mode TDD dan FDD”, IncomTech,
operator dengan masing-masing diberi lebar pita 20
Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol.7,
MHz. Hal ini terkait dengan efisensi dalam
no.1, Juni 2016.
penggunaan spektrum dan membuat kompetisi
[3] N. M. E. P. Astiti, I. A. L. Dewi, NMAE D.
antar operator menjadi sehat serta dapat melayani
Wirastuti., “Implementasi Teknologi 4G LTE
pelanggan dengan kualitas yang baik. MVNO
di Indonesia”, Prosiding Conference on
merupakan salah satu solusi dalam mengantisipasi
Smart-Green Technology in Electrical and
kemajuan teknologi broadband di masa mendatang
Information Systems, Bali, 14-15 November
yang akan membutuhkan alokasi frekuensi yang
2013.
lebih lebih. Mengingat hal ini maka regulator
[4] A. Azizah., “PERKEMBANGAN
seharusnya dapat mempersiapkan sejak dini dengan
TEKNOLOGI 4G (LTE & WiMAX)”, Jurnal
mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang
Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 2,
khusus mengakomodir MVNO. Untuk
Agustus 2016.
implementasi LTE pada pita frekuensi 900 MHz,
[5] M. Iqbal, H.Wijanto, U. Kurniawam.,
1800 MHz & 2100 MHz Operator perlu untuk
"ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN
mempertimbangkan investasi yang telah
LONG TERM EVOLUTION
dikeluarkan untuk 3G dengan tidak menghilangkan
MENGGUNAKAN METODE SOFT
layanan 3G secara langsung dan menggantikannya
FREQUENCY REUSE DI KAWASAN
dengan LTE tetapi dalam diimplementasikan
TELKOM UNIVERSITY", e-Proceeding of
secara simultan. Jika LTE diimplementasikan di
Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015.
pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz & 2100 MHz
maka regulator perlu mempertimbangkan berapa
besar alokasi frekuensi yang dapat digunakan
untuk 3G dan secara simultan dapat digunakan juga
19

Anda mungkin juga menyukai