Anda di halaman 1dari 13

ANALISA PENERAPAN SHARING MODE ANTARA BTS 2G DENGAN

4G LTE DI FREKUENSI 1800Mhz UNTUK PERANGKAT HUAWEI


Maulana Habibie
lanahabibie@gmail.com

Abstrak

Dunia industri telekomunikasi di Indonesia sudah berkembang dengan sangat cepat. Berbeda
pada awal kemunculan selular yang hanya untuk kebutuhan percakapan saja. Tetapi sekarang
setelah hadirnya teknologi 4G di Indonesia, para operator telekomunikasi berlomba-lomba
menyediakan layanan 4G khususnya layanan data yang murah, cepat dan efisien. Para
operator penyedia layanan telekomunikasi 4G menghadapi kesulitan dalam pengembangan
4G karena persaingan harga yang kompetitif dan pasar konsumen di Indonesia yang sangat
dinamis.

Dalam pengembangannya, masalah dasar dalam perencanaan dan pengembangan jaringan 4G


LTE adalah Capacity, Quality and Service (QoS) dan Cost. Maka penulis mencoba untuk
menganalisa teknologi Sharing mode untuk meminimalisasi 3 masalah dalam pengembangan
jaringan 4G LTE. Teknologi Sharing mode adalah penggabungan sistem antara BTS 2G
dengan 4G LTE menggunakan 1 frekuensi di frekuensi 1800 Mhz. Hal ini dikarenakan
frekuensi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk 4G LTE sama dengan frekuensi 2G yang
sudah ada sebelumnya.

Hasil pengujian dan analisa penerapan Sharing mode pada jaringan 4G LTE ini akan
memberikan gambaran tentang perhitungan power perangkat. Penerapan power harus di
sesuaikan dengan kapasitas power pada perangkat tersebut dan harus di hitung dahulu oleh
tim perencana sebelum implementasi di lakukan. Besar power masing-masing cell tidak boleh
melebihi kapasitas perangkat RRU yang ada. Dari segi performansi, teknologi Sharing mode
antara 2G dengan 4G. pada area yang tercover menggunakan jaringan 3G menunjukkan trafik
data Speed 13.59Mbps tetapi setelah menggunakan jaringan 4G menunjukan trafik speed
sebesar 37.17Mbps serta tidak ada gangguan stabiliti BTS walaupun kedua sistem di
perangkat yang sama, grafik dari stabilitinya menunjukan angka 100 tidak ada penurunan
performa dari BTS 2G dan tidak ada degraded cell dari sistem 4G LTE. Hal ini menunjukan
bahwa kedua sistem berjalan dengan normal, 2G masih normal untuk menjalankan voice
service nya dan 4G masih normal untuk menjalankan data service nya.

Kata kunci : Sharing mode, LTE, BTS 2G , 4G, Performansi

provider di Indonesia untuk meningkatkan


1. Latar Belakang
potensi yang dimiliki, serta para vendor
Dalam era perkembangan teknologi penyedia perangkat telekomunikasi pun
bidang telekomunikasi yang begitu pesat tidak kalah pula dalam meningkatkan
ini para provider atau perusahaan di layanan telelkomunikasi yang modern,
bidang pelayanan telekomunikasi semua efisien, cepat, dan murah untuk
berlomba-lomba untuk memberikan meningkatkan jumlah pelanggan dan
layanan terbaik kepada pelanggannya. keuntungan dari segi bisnis provider,
Persaingan tersebut mendorong para karena industri di bidang telekomunikasi
2

akan mengalami perubahan teknologi yang yang akan bertambah cepat dengan
sangat cepat serta akan mengakibatkan hadrinya 4G LTE.
persaingan yang keras antar provider di
Indonesia dalam menyediakan pelayanan 2. Landasan Teori
yang terbaik untuk para pelanggannya. 2.1 Pengertian BTS 2G dan BTS 4G
2G yang dikenal dengan singkatan
Teknologi tebaru di bidang dari 2nd Generation (Generasi ke-2),
telekomunikasi untuk meningkatkan merupakan suatu istilah dalam dunia
layanan pelanggan adalah teknologi 4G telekomunikasi untuk standar teknologi
LTE. 4G LTE sendiri adalah layanan internasional yang tujuannya adalah untuk
telekomunikasi yang lebih baik dari meningkatkan dan memperbaiki efisiensi
generasi sebelumnya yaitu 2G dan 3G. serta kinerja dari jaringan seluler. 4G
Para vendor penyedia jasa perangkat sendiri merupakan suatu istialah dalam
telekomunikasi pun berlomba lomba dunia telekomunikasi yang tujuannya
menyediakan layanan dan jasa yang adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
terbaik kepada provider dalam memperbaiki kinerja dari jaringan
menyediakan 4G LTE di BTSnya, salah sebelumnya, karena itu singkatan dari
satu nya adalah teknologi Sharing mode. istilah 4G adalah 4th Generation (Generasi
Sharing mode sendiri adalah suatu ke-4) yang merupakan penerus dari 2G dan
implementasi jaringan yang di gunakan 3G.
untuk menambahkan sistem 4G LTE di 2G merupakan babak baru didalam
perangkat atau radio milik BTS yang industri telekomunikasi di tahun 90-an, di
sudah ada, salah satu contohnya adalah tahun itu 2G dengan menggunakan sistem
BTS 2G. Teknologi Sharing mode sendiri digital dan menggunakan frekuensi di
menggunakan band frekuensi di 1800 900Mhz (GSM) dan 1800Mhz (DCS). Ada
Mhz, dimana frekuensi tersebut didasarkan 2 teknologi dalam jaringan 2G, yaitu :
karena regulasi pemerintah yang juga a. Time Division Multiple Accsess
mengatur frekuensi LTE di frekuensi 1800 (TDMA)
Mhz dan frekuensi tersebut juga sudah TDMA memberikan satu pita
dipakai untuk BTS 2G sebelumnya, selain frekuensi untuk dipakai beberapa
itu teknologi Sharing mode ini juga pelanggan. Jadi kanal-kanal komunikasi
membantu provider provider untuk dirupakan dalam bentuk slot-slot waktu.
mengefesienkan biaya, infrastruktur, dan Slot waktu adalah berapa lama seorang
frekuensi untuk meningkatkan layanan pelanggan mendapat giliran untuk
data yang cepat bagi pelanggannya. memakai pita frekuensi. Satu slot waktu
digunakan oleh satu pelanggan. Tentu
PT. Telkomsel yang merupakan saja harus ada pembatasan jumlah
salah satu provider telekomunikasi terbesar pelanggan yang menggunakan satu pita
di Indonesia, dimana hampir sebagian frekuensi ini. Jika tidak dibatasi,
besar pelangganya merupakan pelanggan periode frame akan terlalu panjang dan
aktif pengguna data internet, berupaya akibatnya timbul komunikasi terputus-
meningkatkan kecepatan layanannya putus yang mengganggu pembicaraan.
dengan terus mengupgrade jaringan 2G, b. Code Division Multiple Accsess
3G, maupun 4G. Dengan menggunakan (CDMA)
sistem Sharing mode yang memanfaatkan Teknik ini merupakan temuan yang
teknologi baru yang disediakan oleh brilian karena kanal yang satu dengan
vendor dari perangkat PT. Huawei untuk lainnya tidak dibedakan dari
area Jawa Tengah yang nantinya berguna frekuensi/FDMA atau waktu/TDMA
dalam meningkatkan layanan terbaik bagi yang secara awam lebih mudah
pelanggannya khususnya layanan data dipahami, melainkan dengan perbedaan
3

kode, jadi pada CDMA, seluruh Setiap subtimeslot atau channel


pelanggan menggunakan frekuensi yang memiliki fungsi yang berbeda, Setiap satu
sama pada waktu yang sama. Pada cell, satu channel akan dikonfigure sebagai
CDMA, penyebaran sinyal diperoleh BCCH yang membawa broadcast channel
akibat proses perkalian data input (yang dan paging. Sedangkan channel lain akan
mempunyai waktu perubahan lambat) dikonfigurasi untuk membawa signaling
dengan kode PN (yang mempunyai (SDCcH) trafik voice (TCH) dan trafik
waktu perubahan cepat). Walaupun pita data (PDCH) tergantung dengan
frekuensinya lebar, tegangan sinyal perencanaan
yang dihasilkan sangat kecil, 4G adalah singkatan atau kepanjangan
menyerupai noise (bising) yang selalu dari Fourth Generation alias generasi
menyertai gelombang radio. keempat dari standar teknologi informasi
Channel mapping adalah hal yang dan komunikasi.Selain memiliki semua
sangat penting untuk mengetahui hirarki fasilitas 3G, transmisi data 4G diyakini
pengaturan channel dalam sistem GSM. mempunyai standar kecepatan transmisi
Karena setiap kanal suara atau data dari berkisar antara 100 Mbps–1 Gbps. Ada 2
setiap pengguna akan dialokasikan ke teknologi untuk 4G sampai saat ini, yaitu :
setiap channel yang telah disediakan. a. Worldwide Interoperability for
Setiap Cell dimapping untuk beberapa Microwave Access (WIMAX)
channel dan nantinya akan digabungkan Merupakan teknologi akses
oleh perangkat BTS menjadi satu. Setiap nirkabel pita lebar (broadband
cell akan terbagi menjadi beberapa TRX wireless access atau disingkat BWA)
yang diwakili satu carrier pada frekuensi yang memiliki kecepatan akses yang
GSM. Satu cell bisa diconfigurasi mulai tinggi dengan jangkauan yang luas.
dari 1 TRX hingga belasan TRX WiMAX merupakan evolusi dari
tergantung jumlah trafik yang akan teknologi BWA sebelumnya dengan
dibawa. Jika setiap cell memiliki 4 TRX, fitur-fitur yang lebih menarik.
maka satu BTS memiliki konfigurasi b. Long Term Evolution (LTE)
4/4/4. Setiap TRX akan dibagi lagi LTE berevolusi dari sistem 3GPP
menjadi 8 channel, dari 0 sampai channel sebelumnya yang dikenal sebagai
7. Setiap channel ini memiliki kapasitas Universal Mobile Telecommunication
16kbps sehingga total satu TRX akan System (UMTS), yang kemudian
memiliki 128kbps. Channel ini juga berevolusi dari Global System for
disebut sebagai sub timeslot. Mobile Communications (GSM).
Bahkan spesifikasi terkait secara
formal dikenal sebagai akses radio
terestrial UMTS (E-UTRA) yang telah
berkembang dan mengembangkan
jaringan akses radio terestrial UMTS
(E-UTRAN).
Penggolongan kategori jaringan 4G
LTE ini dilakukan pada channel bandwidth
200 MHz dimana untuk 4G LTE Cat6 ke
atas merupakan gabungan dari beberapa
channel yang akan di tunjukan pada
gambar 2.
Gambar 1. Contoh Channel 2G Arsitektur LTE dikenal dengan suatu
istilah SAE (System Architecture
Evolution) yang menggambarkan suatu
4

evolusi arsitektur dibandingkan dengan Dengan begitu, semakin besar sistem


teknologi sebelumnya. Secara keseluruhan memiliki resource block, semakin besar
LTE mengadopsi teknologi EPS (Evolved pula maksimal throughput yang dihasilkan.
Packet System). Didalamnya terdapat tiga Tabel 1. Daftar Jumlah RB dan chanel bandwidth
komponen penting yaitu UE (User
Equipment), E-UTRAN (Evolved UMTS Chanel Bandwidth
Terrestial Radio Access Network), dan
(Mhz) 1.4 3 5 10 15 20
EPC (Evolved Packet Core).
Subscarier 72 180 300 600 900 1200

RB Number/slot 6 15 25 50 75 100

RS (reference-signal) merupakan
sebutan istilah power dari resource
element yang membawa identitas sinyal
(signaling) dalam subcarrier dari resource
block dan sebutan untuk pembawa data
dalam sinyal LTE adalah PDSCH
(Physical Downlink Shared Channel) dan
Gambar 2. Kategori LTE
kedua power di atas akan di tingkatkan
dengan settingan dari PA dan PB. Istilah
PA (Power Adjustment) sendiri digunakan
hanya untuk meningkatkan coverage untuk
sinyal RS, dan PB (Power Booster)
digunakan untuk meningkatkan coverage
semua sinyal dalam satu resource block
LTE.
Gambar 3. Arsitektur LTE
Untuk pengaturan power RS, PA, dan
LTE menggunakan Orthogonal PB pada LTE sendiri sudah ada
Frequency Division Multiple Access standarnya. RS yang terbagi menjadi 18.2
(OFDMA) pada downlink dan Single dBm, 16.5 dBm, dan 15.2 dBm, PA yang
Carrier Frequency Division Multiple terbagi menjadi -3 dB, -4.77 dB, -6 dB, -
Access pada uplink (SCFDMA). Dalam 1.77 dB, 0 dB, 1 dB, 2 dB, dan 3 dB, dan
sistem OFDMA-SCFDMA dikenal dengan PB yang terbagi menjadi 0,1,2, dan 3.
istilah resource block atau RB. Resource Berbeda dengan PA, untuk PB harus
Block adalah suatu blok transmisi pada disesuaikan dengan jumlah port antenna
OFDM yang disusun dari domain waktu yang terpasang serta disesuaikan dengan
dan frekuensi. Dimana satu resource block hubungan dari ρa dan ρb.
terdiri dari 12 subcarriers dengan masing-
masing subcarrier sebesar 15 kHz dan
terdapat 7 OFDM simbol atau satu slot
sebesar 0.5 ms. Sehingga dalam 1 resource
block badwidthnya sebesar 15 kHz x 12
subcarriers = 180 kHz. Bagian terkecil
resource block adalah resource element
atau RE. Dalam satu resource block
terdapat 12 subcarriers dan 7 OFDM
simbol. Banyaknya jumlah resource block Gambar 4. Ilustrasi Power LTE
tergantung pada bandwidth (BW) yang Dari istilah-istilah power di atas
digunakan. Semakin besar BW, semakin dihitung dengan 2 rumus untuk
besar pula resource block yang tersedia.
5

menghitung max transmit power of one yang sama seperti UMPT hanya saja untuk
Type A symbol dan max transmit power of digunakan di sistem 2G namun tidak bisa
one Type B symbol, untuk type A adalah untuk sitem lainnya seperti 3G ataupun
power keseluruhan RS dan untuk type B 4G.
adalah power untuk data PDSCH, yang d. UBBP (Universal Baseband Processing
nanti dari hasil nya akan diperoleh max unit) merupakan salah satu board dari
transmit power dari hasil seluruh BBU yang berfungsi sebagai sumber
perhitungan cell LTE tersebut. baseband di BTS Huawei dan sebagai
Max transmit power of one Type A symbol (dBm) = penyedia port CPRI untuk komunikasi
10 * log [EPRE rs (mW) * PA (mW) * 12 * dengan modul RFU maupun RRU dan
Nrb] juga berfungsi untuk proses uplink dan
Max transmit power of one Type B symbol (dBm) = downlink sinyal baseband modul tersebut.
10 * log [(EPRE rs (mW) * Pa (mW) * PB e. RRU (Remote Radio Unit) adalah salah
(ρB/ρA) * 8 * Nrb) + (EPRE rs (mW) * 2 * satu komponen BTS yang befungsi sebagai
Nrb)] pengolahan data, modulasi dan pembagian
Dimana : sinyal RF yang akan dikirim ke antenna
untuk dipancarkan. RRU disambungkan ke
Epre rs (mw) : Power RS (mw) BBU melalu kabel optic ke port CPRI
Nrb : Jumlah resource block (Common Public Radio Interface) ke
board UBBP.
PA (mw) : Power PA (mw)
Dalam mengintegrasi perangkatnya
PB (ρB/ρA) : Power PB (ρB/ρA) Huawei juga mempunyai beberapa aplikasi
2.2 Perangkat dan Aplikasi pengolahan untuk memudahkan mengolah perangkat-
BTS Huawei perangkatnya, seperti :
BTS 3900 merupakan salah satu BTS a. U2000 adalah aplikasi yang berfungsi
produk dari Huawei dalam BTS tersebut sebagai monitoring dan oprasional seluruh
ada beberapa perangkat dan komponen BTS yang ada di operator tersebut. Semua
serta RF modulnya agar 4G LTE bisa operator yang menggunakan perangkat
terintegrasi, komponen-komponennya Huawei pasti menggunakan aplikasi ini
seperti berikut : untuk memonitoring dan mengoprasional
a. BBU (Base Band Unit) adalah sebuah BTS mereka agar tidak perlu datang ke site
port dalam bentuk box yang terdapat di untuk mengoprasionalkannya, dan setiap
BTS Huawei yang fungsinya adalah operator dibedakan server u2000nya.
menjadi pusat dari kerja BTS itu sendiri. b. LMT (Local Maintanance Terminal)
b. UMPT (Universal Main Processing adalah terminal / web yang digunakan
and Transmission unit) adalah salah satu untuk mengoprasional BTS, BSC, dan
board yang ada di BBU yang berfungsi RNC tapi hanya sebatas lokal tidak seperti
sebagai prosesor dan transmisi yang u2000 yang bisa mengoprasional seluruh
menjalankan BTS tersebut. UMPT bisa BTS. Namun menu di LMT lebih lengkap
digunakan di berbagai sistem 2G, 3G, dapat juga digunakan untuk melihat user
maupun 4G. Namun untuk sekarang ini 2G atau penggunanya apakah sudah terpakai
masih menggunakan board GTMU belum atau belum, dan dapat memonitor
menjadi satu dengan UMPT. performance dari perangkat tersebut,
c. GTMU (GSM Transmission, Timing, namun hanya bisa sebatas lokal
and Management Unit) yang mempunyai monitoring.
fungsi untuk mengontrol dan mengatur 2.3 Penerapan dan Pengertian Sharing
keseluruhan BTS. Board ini menyediakan mode
interface terkait dengan referensi clock, Sharing mode sendiri dapat diartikan
power supply, OM dan pengumpulan secara umum adalah sebagai mode berbagi
alarm eksternal. Board ini memiliki fungsi
6

antara BTS 2G dan BTS 4G. Maka langkah pertamanya adalah untuk
konfigurasi Sharing mode adalah menggabungkan (co-BBU) BBU 2G dan
konfigurasi berbagi dimana perangkat BTS BBU 3G yang nanti modul UMPT pada
4G yang akan diintegrasi atau dihidupkan BBU 3G nanti akan ditumpangi untuk
harus dicombined dengan BTS 2G sistem 4G dan nanti untuk RF modulnya
(eksisting) yang sudah ada. Dengan akan menumpang pada RRU 3953 milik
mengorbankan beberapa TRX pada 2G BTS 2G. BTS 4G sendiri hanya
untuk mengurangi kapasitas power dari menambah modul UBBP pada BBU yang
RRU untuk menghidupkan BTS 4G sudah di co-BBU untuk baseband untuk
dikarenakan kapasitas power yang dimiliki cell 4G LTE tersebut, jadi dalam
RRU pun terbatas jadi harus prosesnya skenario ini benar-benar
mengorbankan beberapa TRX pada 2G memanfaatkan semua material dari BTS
yang nanti akan dihapus untuk bisa (eksisting) saja, hanya menambahkan
menghidupkan BTS 4Gnya. BTS 4G modul UBBP dan menghitung kapasitas
sendiri mempunyai frekuensi yang sama power pada RRU 3953 yang memiliki
dengan 2G jadi perangkatnya pun sama power maksimal 2*80 watt, untuk
hanya saja ada beberapa settingan pada penambahan sistem 4G LTE sendiri nanti
mode RRU di aplikasi u2000 dan LMT hanya lewat software u2000 dan LMT saja
untuk bisa menerapkan konfigurasi b. Skenario 2 (Menggunakan RRU 3929)
tersebut dengan catatan konfigurasi
Sharing mode ini bisa dijalankan jika tipe Pada skenario 2 ini pada BTS
software untuk UMPT dan GTMUnya kasusnya sama seperti skenario 1 tidak ada
sama karena software tersebut akan tambahan material lain kecuali hanya
disupply ke RRU jika beda maka tidak UBBP untuk baseband sistem 4G LTE,
akan sync antara kedua BTS tersebut hanya saja pada modul RF milik 2G
imbasnya cell dari 4G tidak dapat terinstall RRU 3929, RRU3929 sendiri
diaktifkan atau akan terjadi degraded pada hanya memiliki power maksimal 2*60
cell 2G yang sudah onair. watt.
3. Perencanaan dan Implementasi c. Skenario 3 (Menggunakan MRFUd)
Teknologi Sharing mode
3.1 Deskripsi Umum Pada Skenario 3 sedikit berbeda pada
Perencanaan yang akan dibahas skenario 1 dan 2, untuk skenario BBU
dalam teknologi Sharing mode adalah sisi masih sama pada skenario 3 ini masih
equipment BTS 2G 3G (eksisting) dan membutuhkan co-BBU dan penambahan
BTS 4G (band 1800). Di bab III ini akan modul UBBP untuk baseband 4G, hanya
membahas berbagai macam skenario pada saja untuk skenario 3 ini BTS 2G
teknologi Sharing mode dan akan (eksisting) hanya memiliki modul
melakukan perencanaan dan pengujian MRFUv2 dimana modul MRFU sendiri
pada salah satu BTS untuk beda dengan modul RRU, modul MRFU
mengintegrasikan sistem 4G LTE (new). masih menggunakan kabel feeder bukan
menggunakan kabel optic.
3.2 Skenario pada Mode Sharing mode
3.3 Perencanaan dan Implementasi BTS
Ada beberapa macam skenario pada 2G 3G (eksisting) dan 4G LTE
teknologi Sharing mode ini, diantaranya
adalah : Setelah pengumpulan data dan materi
dari teman-teman vendor Huawei langkah
a. Skenario 1 (Menggunakan RRU 3953) selanjutnya adalah mencoba mengintegrasi
Pada skenario 1 ini pada eksting BTS salah satu site untuk mencoba salah satu
2G sudah terinstall RRU 3953 serta BBU skenario yang dibahas di atas. Dengan
2G dan 3G terpisah, untuk kasus ini membahas tentang perencanaan apa saja
7

yang dibutuhkan di sisi lapangan dan di RRU yang akan digunakan RRU type
sisi u2000 milik Huawei. Serta dengan 3953 sudah support untuk 2T2R.
mencoba mengintegrasi satu site agar Setelah semua tahapan perencanaan
penulis bisa mengetahui bagaimana sistem selesai, maka akan melanjutkan ke tahap
4G tersebut bisa terintegrasi dengan selanjutnya untuk mengimplementasi BTS
teknologi Sharing mode dengan eksisting, adapun langkah-langkahnya
memanfaatkan material yang sudah ada. adalah sebagai berikut :
a. Masuk ke aplikasi LMT sesuai dengan
BSC dari BTS tersebut, langkah
selanjutnya adalah mengecek modul RF
dari BTS tersebut dan mengecek TRX dari
BTS tersebut maksimal TRX untuk RRU
3953 adalah 4TRX pada 2G untuk bisa
menintegrasi sistem 4G LTE
b. Memastikan bahwa RXU spec berisi
“Reserved12” pada command
BTSRXUBRD
c. Memastikan bahwa setting BTSRXUBP
pada kolom “SndRcvMode2” berisi
“DOUBLE_ANTENNA” untuk mode RRU
2T2R serta setting
“WORKINGSTANDARD” berisi
“GSM_AND_LTE”.
d. Mengecek setting TRX pada
Gambar 5. Flowchart metode penelitian
“TRXBIND2PHYBRD” agar seimbang
antara port A dan port B
Dalam melakukan perencanaan di sisi
BTS eksisting ada beberapa tahap yang e. Mengecek power pada TRX, harus di
harus diperhatikan. yaitu : pastikan agar mempunyai space power
untuk cell 4G LTE yang akan masuk
a. Sebelum melakukan implementasi untuk
konfigurasi sharing mode, pastikan f. Mengecek monitor channel pada 2G
terlebih dahulu BTS 2G dan 3G dijadikan harus di pastikan bahwa channel pada 2G
satu BBU (Co-BBU), karena sistem 4G tidak ada yang bermasalah.
akan menumpang di UMPT 3G dan untuk Dalam melakukan perencanaan di
RF modulnya akan menumpang di sisi 2G. sisi BTS 4G LTE terbagi menjadi beberapa
b. Selesai tahapan Co-BBU lalu insert tahap, yaitu :
board UBBP pada slot 2 BBU untuk a. Mengecek versi GTMU pada 2G bila
baseband sistem 4G (LTE), jika di slot 2 GTMU tersebut versi B maka tidak ada
sudah terisi board lain maka dipindahkan penambahan CPRI, tapi jika versi A maka
ke slot lainnya. harus menambah CPRI pada RRU.
c. Tahapan selanjutnya adalah memindah b. Perencanaan data engpar (engineer
kabel CPRI RRU dari board GTMU ke parameter), dimana ini merupakan data-
board UBBP yang sudah diinsert tadi data untuk mengintegrasikan 4G seperti
karena nanti akan CPRI tersebut akan data cell id, PCI, eNodeB id, dan lainnya.
diatur untuk mode CPRImux. Tidak perlu
c. Perencanaan data IP plan, data ini
untuk menarik kabel CPRI lagi dari RRU.
merupakan data yang berisi pembagian IP
8

untuk BTS 4G seperti IP UP (user plan), PA = -3 dB = 0.5 mW


IP CP (control plan), data VLAN, dan PB = 1 (Antenna 2 port 2T2R)
lainnya.
Max transmit power of one Type A symbol
Setelah selesai melakukan tahap (dBm) = 10 * log [EPRE rs (mW) * PA
perencanaan dan untuk implementasi 2G (mW) * 12 * Nrb]
tidak ada masalah, maka akan lanjut ke
tahap implementasi yang akan dibagi = 10 * log [66.07 * 0.5 * 12 * 75]
menjadi beberapa tahap, yaitu : = 10 * log [29731.5]
a. Menambahkan software pada APP = 44.7 dB
eNodeB dan harus disamakan versi
softwarenya dengan APP NodeB (3G). Max transmit power of one Type B symbol
(dBm) = 10 * log [(EPRE rs (mW) * Pa
b. Memepersiapkan dan running script (mW) * PB (ρB/ρA) * 8 * Nrb) + (EPRE rs
transport dan script konfigurasi BTS (mW) * 2 * Nrb)]
dimana isi dari script tersebut di sesuaikan
datanya dengan engpar dan IP plan. = 10 * log [(66.07 * 0.5 * 1 * 8 * 75) +
(66.07 * 2 * 75)]
c. Mengkonfigurasi power dari cell
tersebut, penulis setting power untuk RS = 10 * log [(19821) + ( 9910.5)]
power 18.2 dB, setting PB 1, dan setting = 10 * log [29731.5]
PA -3 dB.
= 44.7 dBm
d. Mengecek semua konfigurasi seperti
status PING, status cell 4G, status Dimana Max. Ouput Cell Power (per
bandwidth, status s1 interface, dan status antenna port) = MAX{44.7 dBm + 44.7
GPS pada BTS tersebut. dBm/2} = 44.7 dBm = 29.512 Watt

4. PENGUJIAN DAN ANALISA Dari beberapa pengujian kombinasi


TEKNOLOGI SHARING MODE power pada BTS, disajiakan dalam tabel 1.

4.1 Analisis Pengujian Power 4G Pada Dari hasil tabel 1 didapatkan


BTS beberapa kombinasi dari power RSI dan
power booster (PA dan PB) untuk LTE
Pengujian power ini dilakukan dalam yang berbeda-beda yang nanti akan diatur
berbagai mode power pada setting di pada aplikasi u2000 untuk
aplikasi u2000, untuk settingan power memaksimalkan power yang ada di RRU.
sendiri terbagi menjadi 3 setting yaitu
Tabel 1. Hasil perhitungan power BTS 4G
setting power RSI dan setting power
boosternya untuk PA dan PB yang
hasilnya akan keluar di parameter Power
“Maximum transmit power (0.1 dBm)” di Power
Booster Bandwidth
command DSP CELL. Penulis akan RSI Hasil (W)
mencoba menghitung dari berbagai macam PA (Mhz)
mode power untuk menemukan hasil yang (dBm) PB
(dBm)
pasti agar mudah untuk menghitung
jumlah power yang masuk ke RRU. 18.2 -3 1 15 29.5 (44.7 dBm)
Perhitungan konsumsi power 16.5 -3 1 15 20 (43 dBm)
menggunakan bandwidth 15 Mhz dengan 15.2 -3 1 15 15.8 (42 dBm)
parameter sebagai berikut :
18.2 0 1 15 54.32 ( 47.35 dBm)
Nrb = 75 (15 Mhz)
16.5 0 1 15 36.3 (45.6 dBm)
RSI (EPRE rs) = 18.2 dBm
15.2 0 1 15 28.84 (44.6 dBm)
18.2 1 0 15 72.4 ( 48.6 dBm)
16.5 1 0 15 50 (47 dBm)
15.2 1 0 15 40 (46 dBm)
9

Diketahui juga bahwa bila hanya 8 timeslot dan dalam 1 cell membutuhkan
mengganti di salah satu parameter RSI, 1 timeslot untuk BCCH (Broadcast Control
PA, atau PB maka hasil dari Max. Ouput Channel) dan 1 timeslot untuk SDCCH
Cell Power (per antenna port) pun semua (Standalone Dedicated Control Channel)
akan berubah. Setting power untuk LTE yang berfungsi untuk broadcasting sinyal
pun nantinya harus disesuaikan dengan dan untuk mengatur panggilan setiap
jumlah power dari 2G dan disesuaikan pelanggan, jadi perhitungannya sebagai
juga dengan kebutuhan optimasi jaringan berikut :
di sekitar BTS tersebut. Jml TRX/Cell = 4 TRX
4.2 Analisis Pengujian Power 2G Pada Jml Timeslot/TRX = 8 Timeslot
BTS
Jml Timeslot/Cell =4*8
Untuk power 2G sendiri dihitung di
per 1 TRX, tidak seperti sistem LTE yang = 32 Timeslot
rumit dengan berbagai parameternya yang Jml BCCH dan SDCCH = 2 Timeslot
hasilnya juga harus dihitung dengan
rumus, untuk power TRX 2G sendiri sudah Total Timeslot = 32 – 2
ada pilihan kapasitas powernya yang = 30 Timeslot
disediakan oleh aplikasi LMT seperti 8
Watt, 10 Watt, 12Watt, 15 Watt, 20 Watt, Jadi dari perhitungan di atas ada
30 Watt, dan 40 Watt, jadi untuk power sisa 30 timeslot yang digunakan untuk
TRX sendiri hitungan nya sudah pasti menyediakan kanal percakapan (voice call)
tinggal dikalikan dengan jumlah TRX dan layanan data (GPRS). Jika dalam
yang sudah ada. kondisi sebelumnya dengan 8 TRX dapat
melayani pelanggan sebanyak 62
Jadi power total yang dibutuhkan untuk pelanggan dalam waktu yang bersamaan
BTS 2G dengan 8 TRX adalah 160 Watt. dengan kapasitas TRX full, maka sekarang
Sedangkan kapasitas power dari RRU kondisinya akan sedikit berbeda karena
3953 adalah 2x80 Watt itu akan habis pintu atau gerbang untuk user kegiatan
hanya untuk power 2G saja tidak ada sisa percakapan (voice call) atau layanan data
untuk penambahan sistem 4G di RRU (GPRS) sudah berkurang dan hanya dapat
tersebut oleh karena ketika teknologi menampung 30 pelanggan dikarenakan
Sharing mode terintegrasi pada usatu BTS dihapus beberapa TRXnya menjadi 4 TRX
maka mau tidak mau BTS tersebut harus saja ketika BTS 4G terintegrasi. Rekayasa
melakukan downgrade atau pengurangan penggunaan power 2G disajikan dalam
jumlah TRX di setiap cell 2Gnya. Dengan tabel 2.
perhitungan sebagai berikut :
4.3 Penerapan Power Pada RRU
p per 1 TRX = 20 Watt
TRX per 1 RRU = 4 TRX Data dari perhitungan power cell
2G dan 4G yang sudah diketahui akan
p total = p * TRX diterapkan di berbagai macam RRU sesuai
= 20 Watt x 4 TRX dengan skenarionya masing-masing.
Seperti yang sudah diketahui ada 3 macam
= 80 Watt skenario dengan perbedaan pada masing-
Efek yang ditimbulkan dari perubahan masing modulnya seperti modul RRU
TRX pada BTS 2G dengan berkurangnya 3953, RRU 3929, dan MRFUd. Ketiganya
TRX ini adalah berkurangnya pengguna pun memliki masing-masing kapasitas
(user) yang tercover di area BTS tersebut powernya. Dalam penerapan ini kapasitas
dikarenakan berkurangnya jumlah timeslot dari masing-masing RRU akan
yang ada. Dalam 1 TRX sendiri memiliki dimaksimalkan dengan jumlah power pada
10

cell 2G dan 4G, yang akan disajikan pada tidak ada efek buruk yang dihasilkan dari
tabel 3 dan 4. konfigurasi Sharing mode antara BTS 2G
Tabel 2. Hasil perhitungan power BTS 2G dengan BTS 4G LTE ini, karena pada saat
yang bersamaan, BTS 2G juga sedang
melakukan aktivitasnya yaitu melakukan
Power Total kegiatan percakapan (voice call) dimana di
Jumlah Jumlah Jumlah
TRX Power Indonesia masih sangat akrab dengan
TRX Timeslot Pengguna sistem 2G untuk melakukan panggilan ke
(Watt) (Watt)
sesama kerabat atau saudara dengan
20 8 64 62 160 aktivitas panggilan yang sangat tinggi.
20 6 48 46 120 Terlebih untuk pengguna provider
Telkomsel sendiri aktifitasnya masih
20 5 40 38 100 condong lebih kuat ke kegiatan percakapan
20 4 32 30 80 (voice call) dengan menggunakan BTS 2G
sebagai medianya, dengan ditambahnya
15 8 64 62 120 sistem 4G dengan menggunakan teknologi
15 6 48 46 90 Sharing mode sendiri channel TRX dari
BTS 2G tidak ada yang terganggu walau
15 5 40 38 75
sebagian powernya di pakai oleh 4G.
15 4 32 30 60
4.5 Analisa Performansi BTS pada
12 8 64 62 144 Teknologi Sharing mode
12 6 48 46 72 Adapun hasil data stability BTS
ditampilkan dengan durasi per hari yang
12 5 40 38 60
dilakukan dengan cara mengambil data
12 4 32 30 48 dari u2000 selama kurang lebih 3 bulan
sesudah implementasi dari teknologi
sharing mode ini yang ditampilkan pada
Dari 2 hasil tabel penerapan tersebut gambar 8 dan 9.
menunjukan tentang penerapan diberbagai
macam RRU dengan frekuensi 1800 Mhz. Dari hasil monitoring performansi
RRU 3953 dan MRFUd sama-sama stability BTS pada grafik di atas, jelas
memiliki kapasitas power 2*80 Watt. Tipe sekali jika teknologi Sharing mode pada
RRU diatas juga sudah bisa digunakan LTE dan BTS 2G tidak berpengaruh
untuk mode 2T2R. Perhitungan dan dengan performansi stabiliti pada BTS
penerapan power di atas pun harus diolah tersebut, bahkan dengan menggunakan
kembali oleh tim optimasi agar sinyal yang satu perangkat Radio Unit dan
terpancar sesuai dengan perencanaan dari menggunakan frekuensi yang sama, sudah
wilayah yang sudah direncanakan dapat menikmati dua jaringan sekaligus,
sebelumnya. yaitu 2G (exisiting) dan LTE (New) bisa
menghemat dari sisi perangkat maupun
4.4 Analisa Kecepatan Data Pada tenaga.
Teknologi Sharing Mode
Berikut hasil speedtest dengan
menggunakan mobile phone di area BTS
sebelum dan sesudah implementasi BTS
4G LTE dengan sistem sharing mode pada
gambar 6 dan 7.Bisa dilihat perbedaan
yang signifikan antara Speed 3G HSDPA
dengan 4G LTE. Bisa dikatakan bahwa
11

Tabel 3. Hasil Penerapan RRU 3953 & MRFUd

Kapasitas
Power Total Power Total
Power Mode Total
TRX 2G Power 2G Cell Power 4G Parameter Power 4G
RRU Sistem TRX 2G
(Watt) (Watt) 4G (Watt) (Watt)
(Watt)
2 40 80 2*40 80 RS = 15.2, PA = 1, PB = 0
2 30 60 2*50 100 RS = 16.5, PA = 1, PB = 0
3 20 60 2*50 100 RS = 16.5, PA = 1, PB = 0
3 30 90 2*30 60 RS = 18.2, PA = -3, PB = 1
GSM +
2*80 4 20 80 2*40 80 RS = 15.2, PA = 1, PB = 0
LTE FDD
4 30 120 2*20 40 RS = 16.5, PA = 0, PB = 1
5 20 100 2*30 60 RS = 18.2, PA = -3, PB = 1
5 15 75 2*40 80 RS = 15.2, PA = 1, PB = 0
6 20 120 2*20 40 RS = 16.5, PA = 0, PB = 1

Tabel 4. Hasil Penerapan RRU 3929

Kapasitas
Power Total Power Total
Power Mode Total
TRX 2G Power 2G Cell Power 4G Parameter Power 4G
RRU Sistem TRX 2G
(Watt) (Watt) 4G (Watt) (Watt)
(Watt)
2 30 60 2*30 60 RS = 18.2, PA = -3, PB = 1
2 20 40 2*40 80 RS = 15.2, PA = 1, PB = 0
3 20 60 2*40 80 RS = 15.2, PA = 1, PB = 0
3 15 45 2*36.3 72.6 RS = 16.5, PA = 0, PB = 1
GSM +
2*60 4 20 80 2*20 40 RS = 16.5, PA = 0, PB = 1
LTE FDD
4 15 60 2*30 60 RS = 18.2, PA = -3, PB = 1
5 15 75 2*20 40 RS = 16.5, PA = 0, PB = 1
5 12 60 2*30 60 RS = 18.2, PA = -3, PB = 1
6 10 60 2*30 60 RS = 18.2, PA = -3, PB = 1
12

5. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
Setelah menjalani serangkaian
perencanaan, implementasi, pengujian, dan
analisa dari teknologi Sharing mode antara
BTS 2G dan 4G di frekuensi 1800 Mhz
didapat beberapa kesimpulan yaitu :
a. Dari hasil penelitian power yang di
dapat menunjukan bahwa beda
setting dari PA atau PB
berpengaruh besar terhadap hasil
Gambar 6. Hasil Speed Test sebelum power dari cell 4G tersebut yang
Implementasi bisa dilihat dari perhitungan
penulis untuk mencoba berbagai
macam mode kombinasi dari power
RSI,PA, dan PB semuanya berbeda
beda. Seperti jika besar RS Power
18.2 dBm, besar PA -3, dan besar
PB 1 maka hasilnya akan jauh
berbeda walaupun yang dirubah
hanya besar PA menjadi 0 dan
besar PB menjadi 1, beda dari hasil
perhitungan tersebut juga sangat
besar untuk hasil yang pertama
29.5W dan hasil yang kedua
54.32W. Hal tersebut akan
berakibat fatal jika tidak dihitung
Gambar 7. Hasil Speed Test sesudah oleh tim perencana yang berakibat
tidak bisa diaktifkannya cell 4G
Implementasi
atau bisa membuat menurunnya
aktifitas dari BTS eksisting 2G
dikarenakan terlalu berlebih
kapasitas power yang digunakan.
b. Performa kecepatan data pada BTS
menjadi lebih baik setelah sistem
4G LTE masuk di BTS tersebut.
Hasil speedtest menunjukan
kecepatan download 13.59Mbps
Gambar 8. Hasil stabiliti BTS 2G dan kecepatan upload 1.15Mbps
sebelum sistem 4G terintegrasi
hanya mengandalkan data dari
sistem 3G, dan pada hasil speedtest
berikutnya kecepatan download
meningkat menjadi 37.17Mbps dan
kecepepatan upload meningkat
menjadi 30.78 menunjukan bahwa
walaupun sistem 4G menggunakan
Gambar 9. Hasil stabiliti BTS 4G teknologi sharing mode yang
13

digabungkan dan disharing Penghematan Kapasitas Bandwidth


perangkatnya dengan BTS 2G, dan Perangkat. Jakarta:Universitas
sistem 4G masih memberikan Mercu Buana.
layanan data yang cepat untuk
pelanggan di sekitar BTS tersebut. Oktauliah. Farah. 2017. Analisa
Perencanaan Jaringan 4G LTE Pada
c. Tidak ada gangguan dari performa Gedung A Fakultas Teknik Universitas
stability BTS walaupun kedua JemberMenggunakan Radiowave
sistem dalam satu RRU dan BBU Propagation Simulator 5.4 .
yang sama. Kedua sistem tetap Jember:Universitas Jember.
berjalan dengan baik, grafik dari
stabilitynya selau stabil di angka Fauzi. Fadhli. 2010. Analisis Penerapan
100 tidak ada penurunan performa Teknologi Jaringan LTE 4G di
ataupun degraded dari kedua sistem Indonesia. Bandung:Institut
tersebut selama kurang lebih 3 Manajemen Telkom.
bulan setelah sistem 4G terintegrasi
pada BTS tersebut. Huawei. 2015. Hardwere Spesification
5.2 Saran and Site Solution. Jakarta:Huawei.
Saran yang diusulkan oleh penulis adalah : Huawei. 2015. Introduction
a. Metode sharing mode ini dapat Implementation_rev1. Jakarta:Huawei.
dikembangkan dan diterapkan tidak Huawei. 2015. System Overview and
hanya di frekuensi 1800 Mhz tetapi
di frekuensi 900 milik 2G GSM Interface. Jakarta:Huawei
dan di 2100 milik 3G UMTS agar
menghasilkan sistem LTE di https://www.scribd.com/document/363933
berbagai frekuensi yang sudah 272/The-Relation-of-LTE-Cell-
dimiliki Telkomsel.
Max-Transmit-Power-With-PA-
b. Sistem LTE di Telkomsel sudah
menggunakan teknologi VoIP PB-and-RS-Power-djf diakses pada
(Voice over IP) untuk kegiatan tanggal 25 Januari 2018
percakapan (voice call) agar sistem
LTE bisa berjalan maksimal tanpa https://www.scribd.com/presentation/3401
adanya pembatasan power, yang
nanti bila sudah diterapkan VoIP 08020/PA-PB-Calculation diakses
pada LTE tersebut, sistem 2G pada tanggal 27 Januari 2018
sudah bisa dihilangkan.
c. Penelitian lain untuk teknologi https://www.scribd.com/doc/291768228/L
sharing mode dapat dilakukan di TE-How-to-Calculate-RS diakses
provider lain dan perangkat lain
untuk mengetahui perbandingan pada tanggal 27 Januari 2018
antar perangkat telekomunikasi
http://lteuniversity.com/get_trained/
yang ada di Indonesia.
diakses pada tanggal 25 Januari

DAFTAR PUSTAKA 2018

Widianto. Yodhi. 2017. Analisa http://www.sharetechnote.com/html


Penerapan Mixed Mode Antara BTS diakses pada tanggal 25 Januari 2018
2G dengan 4G LTE Untuk

Anda mungkin juga menyukai