Anda di halaman 1dari 30

Radio Interface LTE

Jaringan selular telah berkembang selama bertahun-tahun. Awalnya disebut sebagai


Generasi Pertama, atau sistem 1G. Pada sistem ini, selular dirancang untuk
memanfaatkan jaringan analog. Yang termasuk teknologi 1G adalah AMPS (Advance
Mobile Phone System).

Generasi Kedua adalah sistem mobile 2G, diperkenalkan memanfaatkan beberapa


teknologi akses digital; TDMA (Time Division Multiple Access) dan CDMA (Code
Division Multiple Access). 2G lebih dikenal menggunakan sistem GSM (Global System
for Mobile). Selain itu juga menggunakan sistem CDMA, yang dikenal sebagai
cdmaOne atau IS-95 (Interim Standard 95). Sistem GSM masih memiliki dukungan di
seluruh dunia dan tersedia di beberapa band frekuensi, seperti 900, 1800, 850, dan
1900 MHz. Sistem CDMA di jaringan 2G menggunakan teknik spread spectrum dan
memanfaatkan campuran kode dan waktu untuk mengidentifikasi sel-sel dan saluran.
Dengan digital, 2G mampu meningkatkan kapasitas dan keamanan, sistem 2G juga
menawarkan layanan, seperti SMS (Short Message Service) dan circuit switched (CS)
data. Variasi yang berbeda dari Teknologi 2G dikembangkannya layanan paket data
yang efisien, sehingga meningkatkan kecepatan data. GPRS (General Packet Radio
System) dan EDGE (Enhance Data Rates for GSM Evolution) telah menjadi jalur
evolusi GSM. Data rate teoritis dari 473,6 kbps memungkinkan operator untuk
menawarkan layanan multimedia secara efisien. EDGE biasa juga dikenal sebagai
generasi 2.75G.

3G (Generasi Ketiga) sistem didefinisikan oleh IMT2000 (International Mobile


Telecommunications). IMT2000 mendefinisikan bahwa sistem 3G harus menyediakan
tingkat transmisi yang lebih tinggi di kisaran 2Mbps digunakan saat stasioner dan 348
kbps dalam kondisi mobile.

Berikut adalah pendukung teknologi 3G:


• WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) - ini dikembangkan oleh 3GPP
(Third Generation Partnership Project). WCDMA adalah radio interface 3G UMTS
(Universal Mobile Telecommunication System). Sistem UMTS telah didesain terintegrasi
dengan Core Network (CN) pada GSM, tapi dengan akses radio yang sama sekali baru,
yaitu akses radio yang didasarkan pada FDD (Frequency Division Duplex). Penyebaran
saat ini terutama di 2,1 GHz band. Penyebaran di bawah frekuensi juga mungkin,
seperti UMTS900. UMTS mendukung suara dan multimedia,

• TD-CDMA (Time Division-Code Division Multiple Access) - ini biasanya disebut


sebagai UMTS TDD (Time Division Duplex) dan merupakan bagian dari spesifikasi
UMTS. Sistem ini memanfaatkan kombinasi CDMA dan TDMA untuk memungkinkan
alokasi sumber daya yang efisien.
• TD-SCDMA (Time Division-Syncronize Code Division Multiple Access) - ini memiliki
hubungan dengan spesifikasi UMTS dan sering diidentifikasi sebagai UMTS-TDD chip
rate yang rendah. Seperti TD-CDMA, juga cocok untuk skenario mobilitas rendah
microcell atau picocells.

• CDMA2000 - Ini adalah standar teknologi multi-carrier yang menggunakan CDMA.


Merupakan bagian dari standarisasi 3GPP2. CDMA2000 adalah satu standar termasuk
CDMA2000 EV-DO (Evolution-Data Optimized) yang memiliki berbagai revisi. Hal ini
kompatibel dengan cdmaOne.

• WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Accsess) - Ini adalah teknologi


nirkabel lain yang memenuhi persyaratan IMT2000 3G. Radio interface merupakan
bagian dari standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) 802.16 yang
awalnya didefinisikan sistem PTP (Point-to-Point) dan PTM (Point-to-Multipoint). Ini
kemudian ditingkatkan mampu memberikan mobilitas yang lebih besar. WiMAX Forum
adalah organisasi yang dibentuk untuk mempromosikan interoperabilitas antara vendor.

Sistem 4G (Generasi Keempat) telah diperkenalkan sebagai versi terbaru teknologi


mobile. 4G didefinisikan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh ITU
(International Telecommunication Union) sebagai bagian dari IMTAdvanced. Penggerak
utama bagi evolusi arsitektur jaringan pada sistem 4G adalah: basis all-IP (Internet
Protocol), mengurangi biaya jaringan, mengurangi latency data dan signalling,
interworking mobility antara jaringan akses lainnya di 3GPP dan non-3GPP, always-
on bagi user experience dengan kualitas layanan yang mendukung QoS (Quality of
Services) , dan kemampuan roamingdi seluruh dunia.

Berikut sistem 4G termasuk teknologi akses-nya:


• LTE dan LTE-Advanced (Long Term Evolution) - Ini adalah bagian dari 3GPP.
Sebelumnya LTE belum memenuhi semua fitur IMT Advanced. Namun, LTE-Advanced
merupakan bagian dari yang telah dikeluarkan oleh 3GPP dan telah dirancang khusus
untuk memenuhi kebutuhan 4G.

• WiMAX 802.16m - IEEE dan WiMAX Forum telah mengidentifikasi 802.16m sebagai
sistem 4G.

• UMB (Ultra Mobile Broadband) - ini diidentifikasi sebagai EV-DO Rev C. Ini adalah
bagian dari 3GPP2. Vendor dan operator jaringan telah memutuskan untuk
mempromosikan LTE sebagai gantinya.
Sebelum masuk ke pembahasan arsitektur LTE, akan diperkenalkan terlebih dulu
mengenai teknik-teknik Radio Interface pada sistem 3GPP, yaitu: FDMA, TDMA, CDMA,
OFDMA. Selain itu akan disinggung juga mengenai Radio Accsess Mode yaitu: FDD
dan TDD.

Teknik Radio Interface dalam sistem 3GPP

Dalam sistem selular, pengguna ponsel maupun base station berbagi media akses
untuk transmisi. Empat akses transmisi yang populer adalah adalah FDMA (Frekuensi
division multiple akses), TDMA (Time Division Multiple Access), CDMA (Code Division
Multiple Access), dan OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access).

1. Frequency Division Multiple Access (FDMA)


Dalam rangka mengakomodasi berbagai perangkat di jaringan wireless yang
melakukan akses secara bersama-sama, FDMA membagi ketersediaan spektrum
dalam sub-band atau saluran. Dengan menggunakan teknik ini, saluran khusus dapat
dialokasikan ke pengguna, sedangkan pengguna lain menempati saluran atau frekuensi
lain. Saluran FDMA dapat berpotensi mengalami gangguan interference. Mereka tidak
bisa terlalu dekat bersama-sama karena energi dari satu transmisi mempengaruhi
saluran lain yang berdekatan. Untuk menghindari hal tersebut, diberikan tambahan
guard band antara saluran sehingga akan mampu mengurangi interference.

2. Time Division Multiple Access (TDMA)


Dalam sistem TDMA bandwidth saluran dibagi dalam domain waktu. Ini memberikan
alokasi spektrum sempit untuk setiap pengguna. Penyaluran dari pengguna di band
yang sama dicapai dengan pemisahan frekuensi dan waktu. Jumlah timeslots dalam
bingkai TDMA tergantung pada sistem. Misalnya, GSM menggunakan delapan
timeslots. Sistem TDMA adalah digital dan karena itu menawarkan fitur keamanan
seperti pengkodean dan integritas. Selain itu, mereka dapat menggunakan deteksi dan
skema koreksi kesalahan seperti FEC (Forwad Error Correction). Hal ini memungkinkan
sistem untuk lebih tahan terhadap noise dan gangguan dan karena itu mereka memiliki
efisiensi spektrum yang lebih besar daripada sistem FDMA.

3. Code Division Multiple Access (CDMA)


Konsep CDMA sedikit berbeda dengan FDMA dan TDMA. Bukan seperti keduanya
yang berbagi sumber daya dalam domain frekuensi atau waktu, pada CDMA perangkat
dapat menggunakan sistem pada saat yang sama menggunakan frekuensi dan waktu
secara bersamaan. Hal ini dimungkinkan karena setiap transmisi dipisahkan
menggunakan kode penyaluran unik yang direpresentasikan oleh power.
UMTS/WCDMA, cdmaOne, dan CDMA2000 semua menggunakan CDMA sebagai
teknik radio interface mereka. Namun, penggunaan kode dan bandwidth yang
digunakan oleh masing-masing teknologi berbeda. Misalnya untuk UMTS/WCDMA
menggunakan saluran bandwidth 5 MHz, sedangkan cdmaOne hanya menggunakan
1.25 MHz. Kode yang digunakan untuk mencapai orthogonality antara pengguna juga
berbeda. Dalam sistem HSDPA pada WCDMA, misalnya, saluran yang membawa data
ke pengguna memiliki total 16 kode di code tree. Jika ada beberapa pengguna dalam
sistem di timeslot yang sama penjadwalannya,  maka pengguna lain akan
menggunakan code di luar 16 kode yg digunakan untuk HSDPA tersebut, atau dengan
kata lain berbeda code tree-nya. Dalam contoh ini kode yang digunakan untuk HSDPA,
merupakan penggunaan code yang tinggi, sehingga tinggi juga tingkat data-nya. Hal
tersebut merupakan keterbatasan pada code tree terhadap kapasitas, karena kapasitas
terkait dengan alokasi kode. Penggunaan voice dan signalling mendapatkan prioritas
tertinggi dalam kode, dan kemudian data pengguna lain memanfaatkan sisa code tree.
Kapasitas menjadi tantangan pada WCDMA, karena semua pengguna menggunakan
frekuensi dan waktu yang sama dalam sel. Oleh karena itu, pengaturan kontrol power
dan penjadwalan waktu sangat penting untuk membatasi gangguan yang akan
mempengaruhi kinerja sistem.

4. Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA)


OFDMA pada dasarnya adalah FDM. Dalam sistem FDM konvensional, jarak antara
saluran cukup lebar sehingga jumlah saluran kurang efisien. Pada OFDMA, jarak antara
saluran didesain lebih rapat dengan metode orthogonal frequency atau frekuensi yang
saling tegak lurus, sehingga mampu meningkatkan jumlah saluran. Hal tersebut
membuat spektrum frekuensi lebih efisien. OFDMA dapat diimplementasikan pada
berbagai spektrum frekuensi dengan sedikit saja modifikasi pada sistem. OFDMA
terbukri dapat mengurangi efek dari Multipath Fading yang merugikan. Dengan sistem
antena Multiple In Mulltiple Out (MIMO), dapat mencapai efisiensi spektrum yang tinggi.
Selain itu kelebihan sistem OFDMA, saat semakin banyak pengguna terhubung dengan
sistem, ukuran sel tidak akan mengempis seperti pada CDMA. Dengan kelebihan-
kelebihan tersebut maka OFDMA menjadi pilihan untuk LTE.
Operasi Radio Access Mode

Akses radio 3GPP untuk UMTS dan sistem LTE dirancang untuk beroperasi dalam dua
mode operasi utama yaitu FDD (Frequency Division Duplex) dan TDD (Time Division
Duplex). FDD adalah mode yang umum digunakan di seluruh dunia untuk UMTS dan
LTE. Alokasi spektrum juga terikat dengan pilihan FDD atau TDD. Misalnya, operator
WiMAX telah memanfaatkan spektrum WiMAX untuk berinvestasi dalam LTE TDD
daripada FDD. Namun, dengan ketersediaan perangkat serta kesederhanaan
penyebaran, FDD masih menjadi pilihan utama di seluruh dunia.

1. Frequency Division Duplex (FDD)


Dalam FDD, uplink terpisah dan downlink yang digunakan, yang memungkinkan
perangkat untuk mengirimkan dan menerima data pada saat yang sama. Jarak antara
uplink dan downlink saluran disebut sebagai jarak duplex. Saluran uplink beroperasi
pada frekuensi yang lebih rendah. Hal ini dilakukan karena frekuensi yang lebih tinggi
mengalami redaman lebih besar dari frekuensi yang lebih rendah , oleh karena itu,
memungkinkan ponsel untuk memanfaatkan tingkat pengiriman lebih rendah.
2. Time Division Duplex (TDD)
Modus TDD memungkinkan operasi full duplex menggunakan pita frekuensi tunggal
dan pembagian waktu multiplexing uplink dan downlink sinyal. Salah satu keuntungan
dari TDD adalah kemampuannya untuk memberikan
asimetrisuplink dan downlink alokasi. Keuntungan lainnya termasuk alokasi dinamis,
peningkatan efisiensi spektral, dan meningkatkan penggunaan teknik beamforming. Hal
ini disebabkan memiliki uplink dan downlink yang sama karakteristik frekuensi.

Alokasi Spectrum UMTS dan LTE

Salah satu faktor utama dalam sistem selular adalah spektrum frekuensi yang
digunakan. Sistem 2G, 3G, dan 4G menawarkan beberapa pilihan band frekuensi. Hal
ini tergantung pada regulator di masing-masing Negara dan ketersediaan spektrum
yang dibagi antara operator jaringan di suatu negara.

Dukungan perangkat dengan band frekuensi yang berbeda didorong oleh kemampuan
hardware. Oleh karena itu, tidak semua band yang didukung oleh satu perangkat.
Tergantung kebutuhan pasar, mana perangkat atau service yang sedang dikomersilkan.

LTE menggunakan saluran variabel bandwidth 1,4, 3, 5, 10, 15, atau 20 MHz. Yang
paling umum digunakan di seluruh dunia adalah 5 atau 10MHz. LTE 20MHz mulai
digunakan, terutama di band seperti 2,6 GHz serta 1,8 GHz setelah frekuensi re-
farming.

LTE FDD-membutuhkan dua frekuensi, satu untuk downlink dan satu lagi untuk uplink.
Frekuensi carrier ini masing-masing dinamakan frekuensi radio EARFCN (E-UTRA
Absolute Frequency Channel Number). Sebaliknya, LTE TDD-hanya memiliki satu
EARFCN. 
Arsitektur LTE
Arsitektur LTE dikenal dengan suatu istilah SAE (System Architecture Evolution) yang menggambarkan
suatu evolusi arsitektur dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Secara keseluruhan LTE
mengadopsi teknologi EPS (Evolved Packet System). Didalamnya terdapat tiga komponen penting yaitu
UE (User Equipment), E-UTRAN (Evolved UMTS Terrestial Radio Access Network), dan EPC (Evolved
Packet Core).

User Equipment (UE)


User equipment adalah perangkat dalam LTE yang terletak paling ujung dan berdekatan dengan user.
Peruntukan UE pada LTE tidak berbeda dengan UE pada UMTS atau teknologi sebelumnya.

E-UTRAN
Evolved UMTS Terresterial Radio Access Network atau E-UTRAN adalah sistem arsitektur LTE yang
memiliki fungsi menangani sisi radio akses dari UE ke jaringan core. Berbeda dari teknologi sebelumnya
yang memisahkan Node B dan RNC menjadi elemen tersendiri, pada sistem LTE E-UTRAN hanya
terdapat satu komponen yakni Evolved Node B (eNode B) yang telah emnggabungkan fungsi keduanya.
eNode B secara fisik adalah suatu base station yang terletak dipermukaan bumi (BTS Greenfield) atau
ditempatkan diatas gedung-gedung (BTS roof top).

Evolved Packet Core (EPC)


EPC adalah sebuah system yang baru dalam evolusi arsitektur komunikasi seluler, sebuah system
dimana pada bagian core network menggunakan all-IP. EPC menyediakan fungsionalitas core mobile
yang pada generasi sebelumnya (2G, 3G) memliki dua bagian yang terpisah yaitu Circuit switch (CS)
untuk voice dan Packet Switch (PS) untuk data. EPC sangat penting untuk layanan pengiriman IP
secara end to end pada LTE. Selain itu, berperan dalam memungkinkan pengenalan model bisnis baru,
seperti konten dan penyedia aplikasi. EPC terdiri dari MME (Mobility Management Entity), SGW (Serving
Gateway), HSS (Home Subscription Service), PCRF (Policy and Charging Rules Function), dan PDN-GW
(Packet Data Network Gateway). Berikut penjelasan singkatnya:
Mobility Management Entity (MME)
MME merupakan elemen control utama yang terdapat pada EPC. Biasanya pelayanan MME pada lokasi
keamanan operator. Pengoperasiannya hanya pada control plane dan tidak meliputi datauser plane.
Fungsi utama MME pada arsitektur jaringan LTE adalah sebagai authentication dan security, mobility
management, managing subscription profile dan service connectivity.

Home Subscription Service (HSS)


HSS merupakan tempat penyimpanan data pelanggan untuk semua data permanen user. HSS juga
menyimpan lokasi user pada level yang dikunjungi node pengontrol jaringan. Seperti MME, HSS
adalah server database yang dipelihara secara terpusat pada premises home operator.

Serving Gateway (S-GW)


Pada arsitektur jaringan LTE, level fungsi tertinggi S-GW adalah jembatan antara manajemen dan
switching user plane. S-GW merupakan bagian dari infrastruktur jaringan sebagai pusat operasioanal dan
maintenance. Peranan S-GW sangat sedikit pada fungsi pengontrolan. Hanya bertanggungjawab pada
sumbernya sendiri dan mengalokasikannya berdasarkan permintaan MME, P-GW, atau PCRF, yang
memerlukan set-up, modifikasi atau penjelasan pada UE.

Packet Data Network Gateway (PDN-GW)


Sama halnya dengan SGW, PDN-GW adalah komponen penting pada LTE untuk melakukan terminasi
dengan Packet Data Network (PDN). Adapun PDN GW mendukung policy enforcement feature, packet
filtering, charging support pada LTE, trafik data dibawa oleh koneksi virtual yang disebut dengan service
data flows (SDFs).

Policy and Charging Rules Function (PCRF)


PCRF merupakan bagian dari arsitektur jaringan yang mengumpulkan informasi dari dan ke jaringan,
sistem pendukung operasional, dan sumber lainnya seperti portal secara real time, yang mendukung
pembentukan aturan dan kemudian secara otomatis membuat keputusan kebijakan untuk setiap
pelanggan aktif di jaringan. Jaringan seperti ini mungkin menawarkan beberapa layanan, kualitas layanan
(Quality of services), dan aturan pengisian. PCRF dapat menyediakan jaringan
solusi wireline dan wireless dan juga dapat mngaktifkan pendekatan multidimensi yang membantu dalam
menciptakan hal yang menguntungkan dan platform inovatif untuk operator. PCRF juga dapat
diintegrasikan dengan platform yang berbeda seperti penagihan, rating, pengisian, dan basis pelanggan
atau juga dapat digunakan sebagai entitas mandiri.

OFDMA dan SC-FDMA


Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, akses LTE berbeda dengan yang WCDMA.
Dalam LTE, akses downlink didasarkan pada Orthogonal Frequency Division Multiple
Access (OFDMA) dan akses uplink didasarkan pada Single Carrier Frequency Division
Multiple Access (SC-FDMA). Artikel kali ini akan memperkenalkan latar belakang dan
dasar untuk operasi OFDMA dan SC-FDMA. 

Latar belakang LTE Multiple Access


Single carrier (SC) berarti bahwa informasi dimodulasi hanya untuk satu carrier,
menyesuaikan fase atau amplitudo pembawa atau keduanya. Frekuensi juga bisa
disesuaikan, tetapi dalam LTE ini tidak terpengaruh. Semakin tinggi kecepatan data,
semakin tinggi tingkat symbol dalam sistem digital dan dengan demikian bandwidth juga
lebih tinggi. Misalnya dengan menggunakanQuadrature Amplitude Modulation (QAM)
pemancar menyesuaikan sinyal untuk membawa jumlah yang diinginkan dari bit per
simbol modulasi. Gelombang spektrum yang dihasilkan adalah pembawa spektrum
tunggal, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Dengan prinsip Frekuensi Division Multiple Access (FDMA), pengguna yang berbeda akan
kemudian akan menggunakan carrier yang berbeda atau sub-carrier, seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut: 

Penggunaan prinsip multi-carrier ditunjukkan pada Gambar 3, dimana data dibagi pada
sub-carrier yang berbeda dari satu pemancar. Contoh pada Gambar 3 memiliki filter
Bank yang untuk solusi praktisnya biasanya diganti denganInverse Fast Fourier
Transform (IFFT) dimana jumlah subcarrier banyak. 
Salah satu contoh pendekatan multi-carrier adalah dual carrier WCDMA (dual cell HSDPA),
yang mana menggunakan dual carrier WCDMA namun tidak menggunakan prinsip-prinsip
pemanfaatan spektrum tinggi. Untuk mengatasi-nya, digunakan pendekatan orthogonality
diantara transmisi yang berbeda,untuk menciptakan sub-carrier yang tidak mengganggu satu
sama lain, meskipun spektrum masih tumpang tindih dalam domain frekuensi. Ini adalah apa
yang dicapai dengan prinsip Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDMA), di mana
masing-masing frekuensi sub-carrier ini memiliki perbedaan dalam domain frekuensi, kemudian
sub-carrier yang berdekatan memiliki nilai nol saat itulah dilakukan sampling dari sub-carrier
yang diinginkan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 berikut:

Untuk LTE, perbedaan frekuensi antara sub-operator telah dipilih yaitu 15 kHz di
Release 8 (alternatif dari 7,5 kHz direncanakan akan didukung dalam rilis yang akan
datang sehubungan dengan aplikasi siaran seperti mobile TV). Prinsip dasar OFDMA
sudah dikenal pada tahun 1950, pada saat sistem yang menggunakan teknologi analog,
dan membuat sub-carrier orthogonal sebagai fungsi variasi komponen dan suhu bukan
masalah sepele. Sejak meluasnya penggunaan teknologi digital untuk komunikasi,
OFDMA juga menjadi lebih layak dan terjangkau untuk digunakan konsumen. Selama
beberapa tahun terakhir teknologi OFDMA diadopsi secara luas di banyak sistem
seperti di TV digital (DVB-T dan DVB-H) serta seperti dalam aplikasi Wireless Local
Area Network (WLAN). Prinsip OFDMA telah digunakan di bagian uplink LTE multiple
access sebagai SC-FDMA menggunakan prinsip OFDMA arah uplink untuk mencapai
tinggi efisiensi spektrum, seperti yang dijelaskan pada bagian berikutnya. 

Keseluruhan motivasi untuk OFDMA di LTE sebagai berikut:


• kinerja yang baik di frekuensi selektif;
• kompleksitas rendah pada base-band penerima;
• sifat spektral yang baik dan bisa handle multiple bandwidth;
• adaptasi Link dan penjadwalan domain frekuensi;
• kompatibilitas dengan teknologi canggih receiver dan antena.

OFDMA juga memiliki tantangan, seperti:


• Toleransi terhadap frekuensi offset. Hal ini ditangani dalam desain LTE dengan
memilih subcarrier dengan jarak 15 kHz, yang memberikan toleransi yang cukup besar
untuk pergeseran Doppler.
• Peak Average Ratio (PAR) dari sinyal yang ditransmisikan, yang membutuhkan tinggi
linearitas pada pemancar. Amplifier linear memiliki efisiensi konversi daya rendah dan
oleh karena itu tidak ideal untuk uplink mobile. Dalam LTE ini disolusikan dengan
menggunakan SC-FDMA, yang memungkinkan efisiensi daya amplifier yang lebih baik.

OFDM berlandaskan pada operasi IFFT (Invers Fast Fourier Transform) yang
merupakan kebalikan dari FFT (Fast Fourier Transform). FFT sendiri merupakan
pengembangan dari DFT (Discrete Fourier Transform) yaitu algoritma tertentu dalam
ilmu pemrosesan sinyal digital yang mengubah suatu sinyal dalam domain waktu ke
dalam domain frekuensi, sehingga IDFT merupakan teknik komputasi yang mengubah
suatu sinyal dalam domain frekuensi ke dalam domain waktu. Suatu sinyal yang
ditransmisikan dapat dipetakan kedalam beberapa domain, baik domain waktu maupun
domain frekuensi.

Pemilihan OFDMA pada LTE dirasa mampu mengakomodir kebutuhan layanan.


namun penggunaan OFDMA pada sisi uplnk belum optimal, salah satu faktornya
adalah tingginya nilai PAPR (Peak Avarage Power Ratio). PAPR adalah tingkat
perbandingan rata-rata dengan daya puncak. 

Dalam komunikasi OFDMA suatu informasi dibawa oleh suatu symbol yang berisikan
bit-bit informasi. Symbol tersebut didefinisikan menurut diagram konstelasi
berdasarkan skema modulasi yang digunakannya, bisa berupa QPSK, 16QAM, atau
64QAM. Penggunaan transmisi data berupa bit rate rendah dengan pita sempit akan
sangat rentan terhadap variasi daya yang terjadi antar carrier yang disebabkan noise.
Hal tersebut dapat meningkatkan BER (Bit Error Rate) yang berdampak pada
kesalahan konstelasi. Noise akan mengganggu transmisi symbol dengan
menyebarkan spektral kedalam spektrum yang lebih lebardari yang seharusnya,
akibatnya akan terjadi adjacent channels.

Untuk mengatasi PAPR pada OFDMA dapat disiasati dengan diberlakukannya


pengaturan titik kompresi tinggi pada power amplifiernya. Cara tersebut mengatur
sedemikian rupa power yang dipancarkan pada beberapa titik yang menjadi nilai
power tertinggi. Hal ini tidak begitu bermasalah untuk komunikasi downlink sebab
alokasi daya yang digunakan bisa tak terbatas karena supply oleh jaringan listrik.
Berbeda pada komunikasi uplink yang disupply daya hanya melalui baterai. Dengan
kapasitas baterai yang terbatas waktu dan daya maka hal tersebut sangat
bermasalah untuk mengirimkan informasi. Untuk mengatasi itu pada komunikasi
uplink LTE menggunakan SC-FDMA.
MIMO-Multiple Input Multiple Output
Salah satu teknologi mendasar yang diperkenalkan bersamaan saat rilis LTE
adalah Multiple Input Multiple Output (MIMO), sistem ini termasuk bagian darispatial
multiplexing serta sebagai pra-coding dan transmit diversity. Prinsip dasar spatial
multiplexing adalah mengirim sinyal dari dua atau lebih antena yang berbeda dengan
aliran data yang berbeda dan dengan pemrosesan sinyal, yang berarti di penerima
terjadi proses memisahkan aliran data, sehingga mampu meningkatkan data dengan
faktor 2 (konfigurasi 2-by-2 antena) atau faktor 4 (konfigurasi 4-by-4 antena). Dalam
pra-coding sinyal ditransmisikan dari antena yang berbeda yang dititikberatkan untuk
memaksimalkan sinyal yang diterima dibanding noise atau Signal to Noise Ratio
(SNR). Transmit diversitymengandalkan mengirimkan sinyal yang sama dari multiple
antenna dengan beberapa coding untuk mengeksploitasi peningkatan dari independent
fadingantara antena. 

Penggunaan MIMO telah dimasukkan sebelumnya dalam spesifikasi WCDMA, namun


operasinya sedikit berbeda dengan LTE karena WCDMA menggunakan operasi
penyebaran spektrum sehingga tidak efektif. Secara alami OFDMA cocok untuk operasi
MIMO. Kesuksesan operasi MIMO membutuhkan SNR yang cukup tinggi, oleh karena
itu dengan sistem OFDMA itu bisa mendapatkan keuntungan yaitu SNR tinggi yang
dapat dicapai. Prinsip dasar MIMO disajikan pada gambar berikut:
Di mana aliran data yang berbeda diumpankan ke operasi pra-coding dan kemudian
seterusnya sinyal dipetakan dan menghasilkan sinyal OFDMA. 

Reference symbol memungkinkan untuk memisahkan antena yang berbeda, di


mana reference symbol dan resource element dipetakan ke bergantian antara antena.
Prinsip ini juga dapat diperluas untuk mencakup lebih dari dua antena. Berikut
ilustrasinya:

Selain downlink, LTE juga mendukung penggunaan teknologi MIMO di uplink. Saat
perangkat hanya menggunakan satu antena pemancar, tingkat data uplink perangkat
tersebut tidak dapat ditingkatkan dengan MIMO. Tingkat data rate maksimum dapat
ditingkatkan dua kali lipat, namun, dengan mengalokasikan dua perangkat dengan
sinyal referensi orthogonal. Sehingga transmisi di base station diperlakukan seperti
transmisi MIMO, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Hal tersebut dinamakan 'virtual' atau 'multi-pengguna' MIMO yang didukung oleh LTE rilis 8
namun tidak mewakili perspektif perangkat karena hanya urutan sinyal referensi yang
dimodifikasi. Dari  sisi jaringan, penambahan processingdiperlukan untuk memisahkan
pengguna satu dengan yg lain. Bagi para vendor produsen smartphone, penggunaan 'klasik'
dua antena pemancar MIMO tidak menarik karena berdampak pada peningkatan investasi
perangkat, sehingga transmisi perangkat multi-antena kemudian dimasukan pada rilis 10 atau
LTE-Advanced.

Physical Layer
Pada bagian ini menjelaskan tentang physical layer LTE berdasarkan prinsip
penggunaan OFDMA dan SC-FDMA. Physical layer ditandai dengan prinsip desain
yang tidak diperlukan sumber daya yang didedikasikan untuk satu pengguna;
penggunaan sumber daya hanya didasarkan pada alokasi sumber daya yang dinamis
yang digunakan secara bersama. Hal ini dianalogikan dengan sumber daya
penggunaan di internet, yang berbasis paket tanpa alokasi sumber daya-pengguna
tertentu. Physical layer dari sistem akses radio memiliki peran penting untuk
mendefinisikan kapasitas yang pada akhirnya menjadi titik fokus dalam hal kinerja yang
diharapkan. Namun, sistem yang kompetitif membutuhkan lapisan protokol yang efisien
untuk memastikan kinerja yang baik dari application layer sampai end user. 

Dari sifat desain yang sudah dibahas, LTE hanya berisi common transport
channel; dedicated transport channel tidak ada (Dedicated Channel, DCH, seperti
dalam WCDMA). Transport channel adalah interface antara MAC layer dan Physical
layer. Dalam setiap transport channel, pemrosesan diterapkan untuk physical
layer yang sesuai untuk membawa saluran transportasi tersebut.Physical layer tersebut
diperlukan untuk memberikan penugasan sumber daya yang dinamis baik dalam hal
variasi kecepatan data dan dalam hal pembagian sumber daya antara pengguna yang
berbeda.

Berikut adalah transport channel dan pemetaannya ke Physical Channel:


• Broadcast Channel (BCH) adalah broadcast channel downlink yang digunakan untuk
menginformasikan parameter sistem yang diperlukan untuk mengaktifkan perangkat
untuk mengakses sistem. Parameter tersebut meliputi, misalnya, bandwidth sel, jumlah
port antena pemancar, jumlah sistem frame dan konfigurasi PHICH terkait.
•  Downlink Share Channel (DL-SCH) membawa data pengguna untuk koneksi point-
to-point arah downlink. Semua informasi (baik data pengguna atau lapisan yang lebih
tinggi seperti informasi kontrol) ditujukan untuk satu pengguna atau UE yang
ditransmisikan pada DL-SCH, asumsi UE tersebut sudah dalam keadaan
RRC_CONNECTED. Namun, seperti di LTE, Peran BCH terutama untuk
menginformasikan perangkat dari penjadwalan sistem informasi. Informasi kontrol
ditujukan untuk beberapa perangkat juga dilakukan pada DL-SCH. Jika data pada DL-
SCH hanya dimaksudkan untuk UE tunggal, makadynamic link adaptation dan lapisan
fisik retransmission dapat digunakan.
• Paging Channel (PCH) digunakan untuk membawa informasi paging untuk perangkat
di arah downlink untuk memindahkan status perangkat dari RRC_IDLE ke
RRC_CONNECTED.
• Multicast Channel (MCH) digunakan untuk mentransfer konten layanan multicast ke
UE arah downlink. 3GPP memutuskan untuk memberikan dukungan penuh di Release
9.
• Uplink Share Channel (UL-SCH) membawa data pengguna serta informasi kontrol
original perangkat di arah uplink saat status RRC_CONNECTED. Seperti DL-
SCH, dynamic link adaptation dan lapisan fisik retransmission dapat digunakan.
• Random Access Channel (RACH) digunakan pada uplink untuk merespon paging
atau untuk memulai langkah dari RRC_CONNECTED karena kebutuhan data transmisi
UE. Tidak ada layer data yg lebih tinggi atau pengguna data ditransmisikan pada RACH
(Seperti yang dapat dilakukan dengan WCDMA) tetapi digunakan untuk mengaktifkan
transmisi UL-SCH, misalnya, connection setup dengan otentikasi dan sebagainya yang
akan berlangsung.

Di arah uplink UL-SCH dilakukan oleh Physical Uplink Share Channel (PUSCH). RACH
dilakukan oleh Physical Random Access Channel (PRACH). Pemetaan transport
channel diilustrasikan pada ganbar berikut:
Di arah downlink, PCH dipetakan ke Physical Downlink Share Channel (PDSCH). Sedangkan
BCH dipetakan ke Physical Broadcast Channel (PBCH), seperti pada gambar berikut:

MODULASI
Pada uplink, modulasi dilakukan melalui modulator QAM yang sebenarnya merupakan
modulasi yang sudah sejak lama ada, namun mengalami perkembangan seiring
dengan perkembangan teknologi telekomunikasi. Metode modulasi yang tersedia (untuk
data pengguna) adalah QPSK, 16QAM, dan 64QAM. Dua yang pertama tersedia di
semua perangkat sementara untuk 64QAM adalah tergantung kemampuan UE,
maksudnya ada perangkat (smartphone, modem dsb) yang support 64QAM ada juga
yang tidak. Berikut adalah gambar konstelasi modulasi:

Pada downlink metode modulasi untuk data pengguna adalah sama seperti di arah uplink
yaitu QPSK, 16QAM, dan 64QAM. E Node B sudah men-support semua metode modulasi
tersebut. Seperti pada jaringan 3G sebelumnya, di LTE dikenal dengan fitur Adaptive
Modulation and Coding, yang memastikan error rate tetap dibawah limit yang dapat diterima,
dengan pengaturan modulasi dan coding rate secara dinamis. 

Level modulasi yang lebih rendah meningkatkan link budget dan fade margin. Perubahan


lingkungan propagasi menyebabkan perubahan skema modulasi dan coding. Oleh karena itu
dalam perencanaan kapasitas variasi kanal propagasi jangka panjang harus diperhitungkan.

Berikut gambaran adaptive modulation and coding, yang mampu membuat skema modulasi:
Signal to Noise Ratio (SNR) mempengaruhi skema modulasi yang digunakan. Semakin tinggi
SNR, semakin tinggi pula sekema modulasi yang digunakan. Berikut gambarannya:

Seperti disinggung diatas bahwa perubahan lingkungan propagasi mempengaruhi skema


modulasi yang digunakan. Kualitas radio propagasi akibat perubahan lingkungan
direpresentasikan pada Channel Quality Indicator (CQI). CQI memiliki nilai ndex dari 0 sampai
dengan 15, dmana CQI 15 merupakan skema tertinggi yang digunakan yaitu 64QAM dengan
code rate dan efisiensi paling tinggi. Berikut tabel dan ilustrasi untuk CQI :

Resource Block
LTE menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA)pada
downlink dan Single Carrier Frequency Division Multiple Access pada uplink
(SCFDMA). Dalam sistem OFDMA-SCFDMA dikenal dengan istilahresource block atau
RB. Resource Block  adalah suatu blok transmisi pada OFDM yang disusun dari
domain waktu dan frekuensi. Berikut ilustrasinya:
Dimana satu resource block terdiri dari 12 subcarriers dengan masing-masing
subcarrier sebesar 15 kHz dan terdapat 7 OFDM symbol atau satu slot sebesar 0.5 ms.
Sehingga dalam 1 resource block badwidthnya sebesar 15 kHz x 12 subcarriers = 180
kHz. Bagian terkecil resource block adalah resource elementatau RE. Dalam
satu resource block terdapat 12 subcarriers x 7 OFDM symbol = 84 resource element.

Dalam domain waktu dikenal dengan istilah Time Transmision Interval atau TTI,yang
merupakan unit dasar pada domain waktu saat penjadwalan transmisi data pada kanal
fisik. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep TTI tersebut, berikut ilustrasi Frame
Structure pada LTE:

Radio frame merupakan waktu terpanjang pada sistem frame di LTE. 1 Radio


frame besarnya 10 ms atau 20 slot. Bagian terkecil dari frame LTE adalah 1 slot dengan
waktu 0.5 ms. 1 subframe terdiri 2 slot dengan waktu sebesar 1 ms. Jadi 1 subframe
inilah yang dijadikan TTI pada LTE. Dari penjelasan sebelumnya disinggung bahwa
dalam 1 resource block terdiri dari 7 OFDM symbol merupakan 1 slot sebesar 0.5 ms,
sehingga dalam 1 TTI yang waktunya 1 ms, dapat ditransmisikan data sebesar 2
resource block.

Berikut resume terkait resource block untuk mempermudah pemahaman:


Banyaknya jumlah resource block tergantung pada bandwidth (BW) yang digunakan.
Semakin besar BW, semakin besar pula resource block yang tersedia. Dengan begitu,
semakin besar sistem memiliki resource block, semakin besar pula maksimal
throughput yang dihasilkan. Pada artikel selanjutnya akan dijelaskan tentang
perhitungan maksimal throughput yang tergantung dari beberapa faktor, salah satunya
adalah besarnya resource blocktersebut. 

Seperti kita ketahui bahwa ada berbagai variasi bandwidth yang digunakan pada sistem
LTE, seperti 1.4 MHz, 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, dan 20 Mhz. Tabel berikut menunjukan
berapa besar resource block (RB) terhadap bandwidth yang digunakan:

LTE RF Measurement
Pengukuran Radio Frequency (RF) pada LTE ditentukan oleh 3GPP
yaitu RSRP(Reference Signal Received Power) dan RSRQ (Reference Signal Received
Quality). RSRP adalah power rata-rata pada resource element yang
membawareference signal dalam subcarrier. UE (User Equipment) mengukur power
dari banyak resource element yang digunakan untuk membawa reference signal
kemudian dihitung rata-rata-nya dalam satu bandwidth. Berikut adalah ilustrasi tentang
RSRP:
Dari ganbar diatas, rata-rata power yang dikirimkan per-subcarrier adalah 20 W / 300 = 66.7
mW = 18.2 dBm. Jika jarak UE dengan eNode B sekitar 2 km, maka RSRP yang diterima oleh
UE adalah seperti yg di ilustrasikan pada gambar berikut:

RSRQ didefinisikan sebagai rasio antara jumlah N RSRP terhadap RSSI (Received
Signal Strength Indication). Atau biasa ditulis RSRQ = N x RSRP / RSSI. RSSI
mengukur power bandwidth termasuk serving cell power, noise, daninterference
power. Berikut ilustrasinya untuk mempermudah pemahaman:

Ambil contoh jika tidak ada trafik pada cell A yang sedang serving ke UE, maka perhitungan
RSRQ-nya adalah : N x RSRP / RSSI = 25 RSRP / 2 x 25 RSRP = 1/2 = -3 dB. N adalah jumlah
resource block pada badwidth, utk contoh ini menggunakan 5 MHz sehingga jumlah resource
blocknya 25. Sedangkan dalam kondisi tidak ada traffic hanya ada 2 reference simbol saja yang
ditransmisikan. Untuk lebih jelasnya berikut ilustrasinya:

Berikut contoh jika ada trafik di cell A, maka perhitungan RSRQ-nya adalah: N x RSRP / RSSI =
25 RSRP / 300 RSRP = -10.8 dB.

Coverage Planning
Kali ini, kita mencoba menganalisa parameter utama  untuk evaluasi sistem coverage
LTE. Parameter yang pertama adalah pengukuran RSRP, dimana pengukuran RSRP
adalah mengukur kuat sinyal pada cell LTE yang membantu untuk me-ranking cell-cell
yang berbeda sebagai input, yang dipergunakan untuk algotirma handover dan cell
reselection. RSRP (Reference Signal Received Power) didefinikan sebagai rata-rata
pada konribusi power resource element yang membawa referensi signal yang dianggap
sebagai pengukuran bandwidth frekuensi. Namun hanya yang terukur pada OFDM
symbol yang membawa reference signal.

Parameter kedua yaitu RSSI (Received Signal Strength Indicator) yang merupakan total
power yang diterima, termasuk interferensi dan noise. Parameter ketiga adalah RSRQ
(Reference Signal Received Quality). RSRQ memberi informasi tambahan ketika RSRP
tidak cukup untuk memutuskan melakukan handover atau cell reselection. Informasi
lebih detail tentang RSRQ ada di artikel LTE RF Measurement.  

Parameter ke-empat yang tidak kalah penting yaitu SINR (Signal to Interference Noise
Ratio) yang merupakan rasio antara rata-rata power yang diterima dengan rata-rata
interferensi dan noise. Minimum RSRP dan SINR yang sesuai tergantung pada band
frekuensinya, berikut ilustrasinya:

Minimum SINR untuk semua band adalah -4 dB, dimana RSRP tergantung dari band
frekuensinya. Hal inilah mengapa SINR sangat penting, SINR memberikan informasi berharga
pada coverage dan throughput yang diharapkan. Sehingga, map coverage yang dihasilkan
SINR lebih akurat daripada map coverage RSRP atau RSSI. Begitu juga, dengan map
throughput yang dihasilkan oleh SINR.

LTE Link Budget and Coverage Analysis


Tujuan link budget adalah untuk mengidentifikasi maksimum pathloss atau MAPL (Maximum
Allowable Path Loss)  yang diijinkan antara pemancar dan penerima. Sehingga radius cell dapat
dihitung sesuai dengan kondisi morphologinya (dense urban, urban, suburban, dan rural)
berdasarkan model propagasinya. Pengukuran minimum SINR pada UL dan DL diterima
dengan maksimum pathloss dan maksimum transmit power. Perhitungan link budget tergantung
pada banyak faktor seperti loss penetrasi gedung, loss feeder, gain antena, dan interferensi
radio, hal tersebut dihitung karena berakibat pada cell coverage. Radius cell pada enodeB
dapat diperoleh sesuai dengan MAPL dari model propagasinya. Radius cell dapat digunakan
untuk menghitung total jumlah site yang diperlukan untuk menyediakan coverage yang sesuai
dengan tujuan coveragenya. Berikut kesimpulan input dan output pada link budget:
Hasil perhitungan link budget mendapatkan bahwa memungkinkan perancangan jaringan untuk
menentukan coverage yang diharapkan yang dihitung secara teori yang dibandingkan dengan
hasil pengukuran. Tabel berikut menjelaskan link budget pada LTE 1800 MHz:

Berikut adalah ilustrasi perhitungan link budget pada downlink dan uplink:
Opsi Spektrum Untuk LTE
Pemilihan spektrum pada LTE tergantung dari banyak faktor, seperti kebijakan
regulator, biaya spektrum, teknologi eksisting, dan lain sebagainya. Berikut adalah
gambar tentang opsi spektrum dan kemungkinannya untuk refarmingfrekuensi:
Berikut adalah guardband yang dibutuhkan untuk sistem dan lokasi yang sama (co-
location):

LTE 2.6 GHz


Ini adalah LTE pertama kali serta terbesar bandwidth nya, rencananya akan digunakan
oleh telnologi TDD seperti WIMAX. Namun diawal-awal pembangunan jaringan LTE,
spektrum 2.6 GHz diadopsi untuk percepatan roll out. Juga spektrum tersebut didukung
oleh pabrikan hand phone. Pengaturan spektrum 2.6 GHz diperlihatkan pada gambar
berikut:

Terdapat 70 MHz untuk LTE FDD dan 50 MHz untuk LTE TDD atau WIMAX. Untuk
menghindari interferensi antara FDD dan TDD diberikan guardband sebesar 5 MHz.
LTE 1800 MHz
Ini merupakan band LTE yang paling menjanjikan yang dapat digunakan secara luas
baik untuk dense urban, urban, dan suburban area. Berikut gambar pengaturan pada
LTE 1800 MHz:

Band tersebut secara luas telah digunakan pada GSM 1800 dan dapat di refarming ke
LTE 1800. Banyak operator telah membangun LTE pada band tersebut di bandwidth 10
MHz. Bahkan ada juga yang menggunakan sampai 20 MHz. 

Berikut beberapa keuntungan pada LTE 1800 MHz:


 Coverage area sekitar 2 kali lebih besar dianding dengan LTE 2.6 GHz
 35% peningkatan tthroughput dibanding dengan LTE 2.6 GHz
 Mengurangi tambahan site, sehingga sistem LTE dengan cepat dibawa ke
market.
 Re-use pada GSM 1800 MHz, dan memungkinkan share untuk penggunaan
sistem antena GSM 1800.
 Didukung oleh pabrikan handphone.

Anda mungkin juga menyukai