Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

Sistem komunikasi sudah merambah berbagai aspek kehidupan manusia. Berbagai contoh
teknologi komunikasi tanpa kabel sudah dikenal, dari mulai memanfaatkan gelombang
elektromagnetik alias radio sebagai pembawa informasi, dan memanfaatkan gelombnag
akustik, sedangkan memanfaatkan gelombang cahaya alias mata manusia untuk melihat
isyarat asap. Tergantung pada manusia penggunanya, beberapa diantara teknologi yang
berbasis radio bisa berdampak negatif, seperti contohnya orang menelepon sambil menyetir
mobil, menjelajahi internet sampai lupa waktu, dan menonton program TV yang kurang
mendidik. Namun dampak positif sistem komunikasi radio, jika mau dirinci satu per satu,
jauh lebih banyak dan lebih besar.

Cerita bermula ketika manusia mencoba memahami perilaku gelombang


elektromagnetik di berbagai medium, yang tergambang dari persamaan - persamaan
Maxwell. Radiasi gelombang elektromagnetik yang dipadu dengan proses modulasi
memungkinkan manusia menumpangkan sinyal informasi suara, gambar, video dan data yang
telah dikonversi menjadi sinyal listrik pada gelombang elektromagnetik yang merambat
melalui berbagai mediaum. Jadilah sistem komunikasi radio.

Semenjak munculnya teknologi komunikasi radio, muncullah benda yang mutakhir


dan dapat mempermudah segala proses komunikasi dengan orang lain seperti benda kecil dan
ringan yang ada dalam genggaman kita yang dapat dibawa kemana saja yaitu handphone atau
telepon seluler. Kalau diingat - ingat lagi dulu disepanjang jalan banyak sekali telepon umum
atau wartel, seiring berkembangnya jaman, sedikit demi sedikit sarana tersebut mulai sirna,
karena kebanyakan orang berali pada 'si mungil' kecil dengan teknologi wirelessnya.

Wireless (teknologi berbasis gelombang radio) inilah yang menjadikan telepon seluler
menjadi alat penyalur informasi tanpa kabel (nirkabel). Wireless adalah teknologi tanpa
kabel. Coba bayangkan bila masih menggunakan telepon kabel, apakah kita kemana - mana
akan membawa telepon beserta kabelnya ? atau bila kita berada ditempat yang sulit dijangkau
seperti gunung, apakah kita juga akan mengulur kabel ke gunung ?.

Telepon genggam juga tidak luput dari perkembangan, dimulai dari Advanced Mobile
Phone Services(AMPS) menjadi generasi pertama (1G) yang diciptakan dan diujicobakan di
awal tahun 1980an. AMPS merupakan teknologi yang ditujukan untuk layanan telepon
selular karena menggunakan energi yang lebih sedikit, akses lebih cepat, dan menggunakan
kembali frekuensi pada bandwidth yang sesuai. Untuk base stasion receiving AMPS bekerja
di frekuensi 800 MHz, 821 – 849 MHz sedangkan base station transmitting pada 869 – 894
MHZ. Namun sayang, para ahli tidak memperkirakan permintaan pasar yang tinggi terhadap
teknologi ini. Pengguna semakin banyak namun frekuensi tidak dapat bertambah, akibatnya
banyak pengguna yang kesulitan mendapatkan sinyal dan malah selalu mendapat sinyal sibuk
terutama di daerah metropolitan karena AMPS masih menggunakan teknologi analog.

Selanjutnya berkembang frequency division multiple access (FDMA) yang


menggunakan teknologi akses ganda (multiple acsess technologies) dimana membagi
spektrum gelombang sehingga masing-masing pengguna diberikan frekuensi tertentu. FDMA
memang fungsional dalam teknologi telepon seluler tapi dianggap tidak efisien dalam
menggunakan spektrum karena satu pengguna memakan satu slot frekuensi selama
melakukan panggilan. Selanjutnya FDMA lebih digunakan dalam gelombang mikro dan
transmisi satelit saja dan digantikan oleh teknologi TDMA (Time Division Multiple Access)
yang dapat menggunakan frekuensi yang lebih besar. Pengguna dipisahkan berdasarkan
waktu panggilan. Jika dalam FDMA spektrum gelombang dibagi ke dalam kanal-kanal
frekuensi yang di setiap kanal dibagi lagi menjadi slot waktu sekitar 10 m/s. Di TDMA, data
dari setiap hubungan komunikasi itu akan diubah ke dalam format digital lalu data cuplikan
tersebut mendapat slot waktu pengiriman pada kanal sekitar 30 m/s. Dengan kemampuan ini,
TDMA dapat melayani pengguna tiga sampai lima kali lipat lebih banyak daripada FDMA.
TDMA biasanya digunakan pada jaringan GSM (Global System for Mobile Communication)
dimana penggunanya dapat bepergian dari satu negara ke negara lainnya tanpa khawatir
mengalami masalah koneksi telepon seluler.
Meskipun GSM sebenarnya dianggap sudah canggih namun, ada kesenjangan antara
Eropa dan Amerika dalam mengembangkan aplikasi nirkabel. Amerika Serikat tidak ingin
mengaplikasikan GSM karena sindrom NIH (not invented here). Semakin berkembang lagi,
dikenal istilah General Packet Radio Service atau GPRS yang memungkinkan pengiriman
dan penerimaan data lebih cepat dan bandwidth yang besar daripada teknologi Circuit Switch
Data atau CSD dengan biaya yang lebih murah. GPRS berbasis pada GSM dan menyediakan
konektivitas internet dari telepon seluler. Komponen-komponen utama jaringan GPRS adalah
GGSN yang menghubungkan jaringan GSM ke jaringan internet, SGSN sebagai penghubung
jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS serta PCU yaitu komponen di level BSS yang
menghubungkan terminal ke jaringan GPRS.

EDGE atau Enhanced Data rates for GSM Environment, adalah teknologi
pengembangan dari teknologi GSM dan GPRS. Dari segi jaringan intinya, EDGE dan GPRS
menggunakan peralatan dan protokol yang sama namun, hanya berbeda dari segi radio
aksesnya saja. Teknologi ini menyampaikan data dengan cepat, berkisar sampai 384 kbps dan
menawarkan bandwidth yang berbeda sesuai dengan permintaan.

Di sisi lain, teknologi akses ganda yang dianggap paling canggih saat ini adalah code
division multiple access (CDMA) yang dikembangkan oleh Qualcomm. Awalnya dirancang
untuk alat komunikasi kemiliteran seperti untuk komunikasi yang aman dan rahasia di medan
perang. Prinsip dari CDMA adalah meskipun pengguna berada dalam segmen waktu dan
frekuensi yang sama (tidak dibagi ke dalam kanal), namun setiap pengguna dibedakan
dengan kode-kode orthogonaltertentu yang sifatnya untik dan khas. Diibaratkan kita berada
dalam keramaian dimana semua orang berbicara dalam waktu yang sama. Namun hanya kita
dan teman kita saja yang bahasanya sama, jadi kita tetap dapat leluasa berbicara tanpa merasa
terganggu dengan keramaian yang ada. Dengan kata lain, pengguna CDMA hanya dapat
menerima sinyal dari orang yang dituju. CDMA memiliki kapasitas pengguna lima sampai
tujuh kali lebih besar daripada TDMA dan dua puluh lima kali lebih besar daripada FDMA
dengan bandwidth yang sama.

Time Division Synchronous Code Division Multiple Access (TD SCDMA) adalah
teknologi yang berbasis 3G. Yang membedakan TD SCDMA dengan CDMA yang lain adalah
penggunaan time division duplexing (TDD) – teknologi yang memungkinkan pengguna
melakukan pertukaran informasi di dalam frekuensi yang sama. Sedangkan 3G CDMA
menggunakan frequency division duplexing (FDD), yang menuntut penggunaan dua
frekuensi yang berbeda ketika bertukar data. TDD dianggap lebih efisien dalam
menanggulangi kecepatan data yang berubah-ubah atau tidak konstan. Namun di lain pihak
FFF memiliki efisiensi dalam lalu lintas data yang konstan dan memerlukan tenaga yang
lebih sedikit.

High-Speed Packet Downlink Access atau HSPDA adalah protokol telepon seluler
yang merupakan pengembangan teknologi 3,5G. Dengan teknologi ini, penggunan mampu
mengakses internet dengan lebih cepat sehingga setara seperti jika kita menggunakan
Asynchronous Digital Subscriber Line (ADSL) untuk internet di rumah. Teknologi ini juga
mampu menanggulangi kemacetan atau kepadatan saat pengunduhan data yang dapat
memperlambat konektivitas. Selain itu, berbagai aplikasi interaktif (dynamic application)
dapat dijalankan tanpa hambatan serta mampu meningkatkan kapasitas sistem tanpa perlu
menambah frekuensi sehingga mengurangi biaya.

Isi

Jaringan seluler merupakan jaringan nirkabel yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
penggunaan device mobile. Jaringan ini kemudian berlahan menggantikan penggunaan
transmitter dan receiver berdaya tinggi seperti yang digunakan radio komersial saat ini.
Sistem yang digunakan pada jaringan seluler adalah sistem sistem yang menggunakan daya
rendah, sehingga lebih cost effective dalam penggunaannya. Setiap device yang berperan
dalam jaringan seluler akan memiliki antena masing masing menggunakan daya yang relative
randah, dan antara device yang saling berhubungan, contohnya antara device pengguna
dengan BTS akan menggunakan frekuensi yang berbeda, agar mengurangi terjadi interferensi
ataupun crosstalk.
Setiap base station yang memberikan service pada pengguna akan dibagi pada area area yang
berbentuk heksagonal (cell) dengan station yang berada tepat di tengah tiap area heksagonal
tersebut. Hal ini bertujuan agar sinyal yang dipancarkan oleh setiap base station terbagi
secara merata pada setiap area yang ada, sehingga daya yang dibutuhkan lebih sedikit dan
mengurangi kemungkinan interferensi sinyal.

Gambar 1 Pembagian Area pada Jaringan Seluler

Pada gambar 1.a area yang digunakan berbentuk persegi. Jarak antara suatu base station ke
base station lainnya akan bervariasi mulai dari “d” sampai “1.414 d” sehingga tidak efisien
dalam penggunaanya, sedangkan pada gambar 1.b area yang digunakan berbentuk
heksagonal, sehingga jarak antara satu base station ke base station lainya tetap sejauh “d”
dan lebih efisien.

Penggunaan cell pada jaringan seluler juga berguna untuk melakukan metoda Frequency
Reuse. Setiap provider yang menyediakan layanan jaringan seluler akan diberikan batas
penggunaan frekuensi sinyal yang dapat digunakannya, sehingga diperlukan suatu metoda
untuk menjaga keefektifan penggunaan frekuensi yang terbatas tersebut. Salah satu cara ialah
menggunakan metoda Frequency Reuse, dimana frekuensi yang digunakan pada suatu tempat
akan digunakan kembali di tempat yang lain dengan memperhitungkan kemungkinan
interferensi yang mungkin terjadi.

Frekuensi yang diberikan pada sebuah provider jaringan seluler akan displit menjadi
frekuensi frekuensi yang lebih kecil dan kemudian frekuensi-frekuensi kecil tersebut akan
dibagikan ke cell – cell yang ada. Kumpulan cell – cell tersebut akan membentuk sebuah
cluster. Cell yang berada pada sebuah cluster hanya mungkin memiliki frekuensi yang sama
dengan cell yang berada pada cluster yang lain (frequency reuse), atau dengan kata lain setiap
cell yang berdekatan tidak boleh memiliki frekuensi yang sama. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kemungkinan interferensi ataupun crosstalk yang mungkin terjadi antar cell.

Gambar 2 Frequency Reuse dengan metoda cell dan cluster

Untuk memperbesar kapasitas jaringan yang dapat digunakan pada jaringan seluler, terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu menambah channel ataupun base station yang
menyediakan service jaringan pada pengguna, meminjam frekuensi yang digunakan oleh cell
yang terdekat untuk menyediakan servis pada cell yang lainnya, ataupun melakukan
pemotongan cell, sehingga jaringan dari cell yang dipotong tersebut dapat digunakan untuk
melayani area yang lebih membutuhkan, ataupun dengan menambahkan microcell pada area
tertentu yang sangat membutuhkan jaringan.

Dalam cara berkomunikasi, setiap device yang menggunakan jaringan seluler akan terkoneksi
ke BTS (Base Transceiver Station) masing masing. Jika suatu device ingin berkomunikasi
dengan device lain, device tersebut akan terkoneksi ke BTS, BTS tersebut akan menerima
kode wilayah dari device yang dituju dan meneruskannya ke MTSO (Mobile
Telecomunication Switching Office) yang bertanggungjawab melayani BTS tersebut. MTSO
akan mencari kode dari device yang akan dituju, jika device tersebut masih berada dalam
lingkup MTSO tersebut, maka MTSO akan secara langsung meneruskan koneksi ke BTS
yang melayani device yang dituju, jika tidak berada pada lingkupnya, maka MTSO tersebut
akan meneruskan koneksi ke MTSO lain yang melayani device yang dituju. MTSO juga akan
berperan sebagai penyambung jaringan seluler dengan PTSN (Public Telecomunication
Switching Network). Mobile Switching Center (MSC) atau Mobile Telephone Switching
Office (MTSO). Dalam sistem komunikasi seluler, MSC berfungsi untuk menghubungkan
antara telepon seluler dengan PSTN. Dalam sistem seluler analog, MSC berfungsi untuk
mengatur agar sistem tetap beroperasi. Suatu MSC dapat menangani 100.000 pelanggan
seluler dan 5.000 panggilan dalam waktu yang bersamaan. MTSO atau Mobile Telephone
Switching Office adalah pusat dari mobile switching (pemindahan dari mobile ke landline
atau unit nirkabel lainnya yang melibatkan sistem dan koneksi nirkabel yang sangat kompleks
yaitu Field monitoring dan relay stations yang digunakan sebagai pemindah panggilan dari/ke
cell site dengan PSTN (Public Switch Telephone Network). Di dalam MTSO terdapat MSC
(Mobile Switching Center) yang dapat mengendalikan perpindahan jaringan tersebut. MSC
mengirimkan Mobile Base Station (MBSs) dan akan dikirimkan melalui Public Switched
Telephone Network (PSTN). MBSs inilah yang bertanggung jawab agar pesan dapat diterima
melalui teknologi TDMA dan GSM yang digunakan oleh pengguna. MSC ini mengontrol
panggilan, billing, dan lokasi pelanggan cell site dengan sistem antena. Selain itu MSC juga
berfungsi sebagai penghubung antara satu jaringan GSM dengan jaringan lainnya melalui
Internetworking Function (IWF). Mobile Switchingdilengkapi dengan HLR (Home Location
Register) sebagai penyimpan semua informasi/data mengenai pelanggan tetap, VLR (Visitor
Location Register) untuk menyimpan informasi/data pelanggan saat melakukan roaming dan
AuC (Authentication Center) untuk menyimpan semua informasi terkait keabsahan
pelanggan, serta EIR (Equiptment Identity Register) untuk menyimpan nomor identitas
pelanggan.
Gambar 3 Overview jaringan seluler

Tahap tahap melakukan panggilan atau komunikasi dalam jaringan seluler dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 4 Call Stages pada jaringan seluler

Tahapan tahapan komunikasi pada jaringan seluler adalah sebagai berikut.

a) Device mobile akan memonitor BTS mana yang memiliki signal strength yang paling
baik untuk digunakan oleh device mobile tersebut.

b) Setelah menemukan BTS yang sesuai, device akan melakukan request connection ke
BTS tersebut dan BTS yang bersangkutan akan meneruskan koneksi tersebut ke
MTSO yang bersesuaian.

c) Setelah menerima koneksi, maka MTSO akan melakukan proses paging untuk
memetakan base station yang ada dalam lingkupnya.

d) Setelah dipetakan, maka MTSO akan menghubungkan BTS device yang melakukan
panggilan dengan BTS device yang dipanggil. Dengan itu, kedua device dapat saling
berkomunikasi.

e) Kedua device berkomunikasi melalui BTS yang bersesuaian dengan lokasi masing
masing dengan perantara MTSO
f) Handoff adalah suatu keadaan jika salah satu device penerima ataupun sumber
bergerak keluar lingkup dari cell awal ke cell yang lain selama berkomunikasi. Jika
terjadi maka secara otomatis, device akan di assign ke BTS yang bertanggung jawab
pada lingkup cell yang dimasuki device tersebut.

Anda mungkin juga menyukai