Anda di halaman 1dari 28

GSM Prinsip Kerja Sistem GSM Sebuah switch yaitu MSC akan mengontrol beberapa BSC yang akan

mengendalikan setiap aspek dari panggilan dalam sebuah individual sel. Pada saat suatu mobile station menerima panggilan, BTS terdekat telah mengetahui lokasinya. BTS tersebut akan membuka channel sinyal dan mengecek kartu subcriber identifikation module (SIM) via MSC guna memastikan bahwa mobile station selaku pemiliki kartu SIM tersebut telah disetujui oleh provider jaringan tersebut. Setelah disetujui maka MSC akan menyambungkan panggilan mobile tersebut dan memulai proses perhitungan waktu bicara yang dilakukan sehingga dapat memastikan biaya yang akan dibebankan atas panggilan itu. MSC terus menerus melacak handset pada waktu bergerak dari satu sel ke sel lainnya. Apabila terjadi perpindahan sel pada saat menelepon, BTS akan mendeteksi perubahan tersebut dan akan memberikan peringatan ke base station sel berikutnya. Pada saat itu juga sebuah sel akan handoff ke sel yang dituju, dan idealnya pengguna tidak akan dapat merasakan perpindahan tersebut. MSC akan menscaning channel kontrol dari setiap sel, guna memperkirakan kekuatan sinyal dari tiap sel dan mempersiapkan proses handoff yang paling memungkinkan. Peningkatan Kapasitas Sel Trafik yang ditangani sel akan berbeda-beda, ada yang tinggi, ada pula yang rendah. Sel dengan kepadatan yang tinggi akan mengalami suatu overload dimana mungkin akan terjadi proses blocking terhadap panggilan yang dilakukan sel itu. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara menambahkan kapasitas sel yang mengalami overload. Penambahan kapasitas sel yang padat dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah:

a. Menambahkan channel-channel yang baru, sehingga trafik yang padat yang tidak terlayani dapat terlayani dengan adanya channel-channel yang baru tersebut. Penambahan channel yang baru, berarti terjadi penambahan alokasi band frekuensi yang baru pada sel tersebut. b. Penggunaan frekuensi borrowing, dimana frekuensi borrowing ini diambilkan dari sel terdekat dengan trafik yang rendah. Sehingga ada frekuensi yang tidak terpakai seluruhnya, frekuensi ini akan dipinjamkan kepada sel dengan trafik yang padat. c. Penggunaan cell splitting, dimana suatu sel dengan trafik yang padat dapat dibagi menjadi beberapa sel dengan ukuran lebih kecil. Sel dengan cakupan luas yang besar disebut makrosel akan dipecah menjadi sel kecil yaitu mini sel. Bila trafik pada mini sel tetap masih terlalu padat maka mini sel ini dapat dipecah lagi menjadi mikrosel. Mikrosel ini sangat cocok untuk daerah-daerah perkantoran yang padat. Antenna yang digunakan untuk mikrosel ini dapat diletakkan dalam sebuah gedung / indoor. Sistem cell splitting tetap menggunakan frekuensi reuse, oleh karena itu dibutuhkan pengaturan manajemen frekuensi agar tidak terjadi interferensi co-channel. d. Penggunaan cell sectoring, dimana suatu sel akan dibagi menjadi beberapa sektor. Pembagian sektor-sektor ini dilakukan berdasarkan sudutsudut tertentu sesuai dengan kapasitas channel yang dibutuhkan, sudut yang biasa digunakan adalah 60 dan 120. Masing-masing sektor tersebut memiliki beberapa channel. Sebelum suatu sel disektoring biasanya sel tersebut menggunakan antenna yang bersifat omnidirectional. Sedangkan sewaktu dibagi atas beberapa sektor maka menggunakan suatu antenna yang bersifat directional untuk setiap sektornya, sehingga suatu sinyal akan lebih terfokus kepada pengguna. Perkembangan teknologi transfer data pada jaringan GSM. GSM adalah singkatan dari Global System for Mobile Communications. GSM merupakan satu sistem komunikasi digital tanpa kabel yang bersifat terbuka dan

internasional. GSM masih terus dan akan tetap dikembangkan, terutama oleh anggota anggota negara yang membuatnya. Pertama kali adanya fungsi untuk transfer data (bukan voice call) dalam jaringan GSM dilakukan dengan menggunakan teknologi CSD (Circuit Switched Data) yang berkecepatan rendah, sekitar 9.6 kbps, lalu disusul dengan HSCSD (High Speed Circuit Switched Data) yang meningkatkan kecepatan transfer data menjadi 14.4 kbps per-slot, karena ada 4 slot maka kecepatan maximum nya adalah 57.6 kbps, namun kecepatan ini masih terlalu rendah karena kecepatan penggunaan sesungguhnya tidak mencapai nilai maximum tersebut. Teknologi CSD dan HSCSD yang menggunakan sistim Circuit Switch tidak bertahan lama, bahkan banyak Operator GSM yang tidak menggunakannya dan langsung menggunakan GPRS, contohnya adalah Operator Operator GSM di Indonesia. Hal ini mungkin dikarenakan oleh dua faktor penting, pertama yaitu pada saat permulaan munculnya GSM, data transfer tidak banyak diminati dibanding voice call. Alasan yang kedua yaitu pada mulanya tidak banyak handset selular yang memiliki fungsi browsing, email, dan sebagainya. Juga pada mulanya jarang ada handset selular yang memiliki koneksi ke komputer untuk kepentingan transfer data. Setelah teknik Circuit Switch dalam CSD dan HSCSD yang kurang digunakan ini lalu muncul GPRS (General Packet Radio Service) yang menggunakan sistem Packet Switch yang lebih cepat dan efisien dari Circuit Switch pada HSCSD. GPRS dipisahkan dalam beberapa kelas kecepatan, seperti kelas 2 (2+1), 4 (3+1), 6 (3+2 / 3+2), 8 (4+1), 10 (4+1 / 3+2) dan 12 (4+1 / 3+2 / 2+3 / 1+4). Semakin tinggi kelasnya semakin cepat transfer data nya, lalu ada pemisahan kelas kelas handset selular menurut fungsi kualitas GPRS nya seperti Class A yang bisa melakukan voice call dan transfer data pada waktu yang bersamaan, Class B yang bisa melalukan voice call dan transfer data pada waktu yang bersamaan tapi transfer data akan otomatis dihentikan sementara jika ada voice call atau SMS. Class C adalah yang terendah dan pengguna

harus melakukan switch secara manual untuk transfer data atau voice call dan SMS. GPRS dapat mencapai kecepatan hingga 115kbps dan secara teori dapat mecapai kecepatan maximum hingga 160kbps. GPRS masih berada dalam era 2G, untuk membuat jaringan Operator menjadi 3G ada beberapa pilihan yang dapat dipilih Operator, salah satunya adalah EDGE. EDGE adalah singkatan dari Enhanced Data for Global Evolution, EDGE juga sering disebut sebagai EGPRS atau Enhanced GPRS. EDGE merupakan suatu metode peningkatan kecepatan transfer data dari GPRS, EDGE hanya menambahkan beberapa spesifikasi baru pada protokol GPRS, jadi EDGE berjalan seiring dengan GPRS dan tidak bisa berdiri sendiri. Bagi Operator untuk menerapkan EDGE, pada dasarnya hanya memerlukan perubahan software dalam jaringan Operator, investasi yang diperlukan sangat minim karena tidak perlu tambahan hardware pada jaringan GSM yang sudah menggunakan GPRS. Aplikasi yang memakai koneksi GPRS akan bekerja normal pada jaringan EDGE tanpa ada perubahan sama sekali. EDGE dapat mencapai kecepatan hingga 384 kbps dan secara teori dapat mecapai kecepatan maximum hingga 473.6kbps. Tapi mungkin kecepatan rata rata yang didapatkan berkisar antara 100 200 kbps, hal ini karena ketergantungan pada kualitas server Operator, banyaknya jumlah pengguna pada saat penggunaan dan kecepatan pada handset selular pengguna. Pada dasarnya EDGE dipilih dan digunakan oleh Operator GSM yang tidak atau belum mendapatkan ijin sistim UMTS (Universal Mobile Telecommunications System) yang termasuk dalam golongan 3G. Banyak yang menyebutkan bahwa EDGE masih dalam generasi 2G, bahkan sering disebut sebagai 2.5G (yang merupakan suatu metode untuk transisi menuju 3G). Sebenarnya EDGE adalah bagian dari 3G yang dapat bekerja pada jaringan GSM yang berada pada frekuensi 800, 850, 900, 1800 dan 1900Mhz. EDGE merupakan sebuah upgrade untuk jaringan Operator

GSM/GPRS ke 3G yang termurah (tanpa perlu penggantian hardware jika jaringan GSM Operator tersebut sudah menggunakan GPRS) dan tercepat (dapat diterapkan dengan cepat) dibandingi untuk menerapkan sistim baru UMTS. Pertarungan Internet Wireless Broadband di Jalur Alternatif Kebutuhan koneksi Internet yang bersifat anytime and anywhere sudah mulai populer di Indonesia. Ditambah dengan menjamurnya penyedia jasa telekomunikasi selular yang juga menyediakan jasa transmisi data berkecepatan tinggi berbasis Global System for Mobile Communication (GSM) dan Code Division Multiple Access (CDMA). Pertarungan kedua teknologi selular digital kini telah terjadi. Setelah selama ini GSM dengan teknologi transmisi data GPRSnya, menancapkan kuku-kukunya selama 10 tahun di Indonesia, sekarang muncul kompetitor baru yang lebih menjanjikan yaitu CDMA. Bagaimana kedua teknologi berhadapan secara head to head? Teknologi Wireless Broadband Teknologi transmisi data berkecepatan tinggi yang diaplikasikan para operator telepon selular GSM menggunakan teknologi General Packet Radio System (GPRS). Teknologi ini tidak satu paket dengan GSM. Berbeda dengan operator telepon selular CDMA yang menyediakan layanan transmisi suara dan data dalam satu paket. Disini kita akan membahas teknologi transmisi data ke dua teknologi selular digital ini. GSM dan GPRS GSM merupakan generasi kedua dari sistem selular digital. GSM menggunakan frekuensi gelombang pita sempit Time Division Multiple Access (TDMA) yang dikenalkan kali pertama pada tahun 1991. Hanya dalam kurun 10 tahun, teknologi GSM telah digunakan oleh lebih kurang 170 negara di dunia yang sebagian besar berada di kawasan Eropa dan Asia. GSM yang memiliki kecepatan transmisi 9,6Kb/s tidak cocok digunakan sebagai transmisi data kecepatan tinggi. Terbukti, GSM hanya dapat mengirimkan data sebesar 160 karakter dalam Short Message Service (SMS). Maka, digandenglah GPRS, salah

satu standar komunikasi data wireless non voice. Itulah mengapa sebuah telepon selular GSM belum tentu support GPRS. GPRS ini secara teori dapat bekerja pada kecepatan 171,2Kb/s dengan bandwidth yang luas. GPRS inilah yang merupakan basis komunikasi data wireless berkecepatan tinggi dari GSM. Sayang, teori kecepatan 171,2Kb/s hanya merupakan mimpi saja. Prakteknya, GPRS hanya bisa mencapai kecepatan transmisi data maksimal 115Kb/s. Di Indonesia, umumnya hanya berada pada kisaran 10-48Kb/s. Ini bisa terjadi karena secara teori GPRS menggunakan 8 timeslot sekaligus dalam satu waktu yang sama. Ini menjadikan GPRS tiga kali lebih cepat dibandingkan fixed jaringan telekomunikasi tercepat saat ini dan sepuluh kali lebih cepat dibandingkan Circuit Switched Data pada GSM. Tetapi dalam praktiknya, seorang single user yang menggunakan GPRS akan mengambil semua timeslot pada GPRS tanpa ada proteksi kesalahan. Jadi, jaringan operator akan mengizinkan semua timeslot digunakan oleh single user. Penambahan user yang memakai timeslot secara bersamaan, hanya mendapatkan 1, 2 atau 3 timeslot dalam sekali waktu. Akibatnya, kecepatan yang didapat jauh lebih rendah dibandingkan teorinya. Jadi semakin banyak user GPRS, maka semakin rendah transmisi data yang didapatkan. Berikut adalah perbandingan kecepatan data GPRS dengan beberapa transmisi data yang umum digunakan. Perbedaan infrastruktur, jumlah user dan kualitas jaringan sangat mempengaruhi kecepatan dari masing-masing transmisi data.Tidak semua telepon selular memiliki kecepatan transmisi data yang sama saat uplink maupun multislot downlink pada menggunakan produsen GPRS. telepon Karena, selular dengan terpaksa penggunaan GPRS,

membaginya ke dalam beberapa kelas berbeda, agar tidak ada pengguna GPRS yang dominan dalam menggunakan slot saat online. Berdasarkan susunan kelas multislot, maka pembagian kelas GPRS pada telepon selular akan mempengaruhi kecepatan dalam melakukan transmisi data.

Lalu bagaimana caranya agar kita tahu bahwa sebuah telepon selular dapat menggunakan fasilitas antara GSM dengan GPRS secara maksimal? Caranya mudah, anda tinggal melihat, pada kelas mana ponsel tersebut masuk, kelas A, Kelas B atau Kelas C. Kelas A adalah telepon selular yang dapat melakukan koneksi pada GPRS dan GSM secara simultan. Sedangkan Kelas B merupakan jenis telepon selular yang dapat menggunakan service GPRS dan GSM secara bersamaan. Misalnya mengirim dan menerima suara atau SMS pada saat terkoneksi dengan GPRS, maka secara otomatis koneksi GPRS akan suspend dan aktif kembali setelah telepon selesai menerima SMS atau panggilan. Kemudian Kelas C, telepon selular yang dapat menggunakan voice service pada GPRS atau GSM dan user harus melakukan pergantian service secara manual saat menggunakannya. Masa Depan GPRS Pengembangan teknologi GPRS membuahkan hasil dengan ditemukannya EDGE. Teknologi ini dapat menangani tiga kali lipat kapasitas data yang dapat dilakukan oleh GPRS. Nama teknologi ini adalah Enchanced Data for Global Evolution (EDGE). EDGE menggunakan spread spektrum yang sama dengan GSM, yaitu frame struktur dari TDMA dengan logic channel dan carrier bandwidth 200KHz. Selain itu, teknologi ini memiliki kapasitas ekstra untuk transmisi suara. EDGE secara teori dapat mencapai kecepatan hingga 473,8KB/s, tetapi pada praktiknya kecepatan transmisi data hanya mencapai rata-rata 135KB/s. Tergantung kualitas jaringan dan infrastruktur yang tersedia. Operator telepon selular di Indonesia yang sudah menerapkan teknologi EDGE ini adalah Telkomsel. CDMA Berbeda dengan GSM, CDMA yang merupakan salah satu teknologi digital selular ini menggunakan tehnik spread spektrum. Di mana CDMA tidak memiliki frekuensi spesifik untuk masing-masing user. Bahkan, di tiap channel tersedia spektrum yang dapat digunakan oleh pemakai. Pembicaraan

secara individu akan di-encode dengan sebuah pseudorandom digital sequence. CDMA ini kali pertama digunakan dalam komunikasi oleh militer Amerika pada Perang Dunia 2. Lalu oleh Qualcomm Inc. Teknologi ini dikomersialkan dan dikembangkan lagi menjadi teknologi selular digital. Teknologi ini mulai diperkenalkan secara umum pada tahun 1995. Dengan menggunakan spread signal yang relatif lebih besar dibandingkan teknologi selular lainnya, CDMA dapat melakukan transmisi data dan suara secara bersamaan. Ini sebabnya teknologi CDMA 2000 1x telah dianggap sebagian orang sebagai teknologi 3G. Teknologi ini dikembangkan berdasarkan standar IS-95 dengan tipikal frekuensi operasi 800 MHz. Selain itu, narrowband CDMA ini didesain dengan bandwidth 1,25 MHz untuk tiap arah. Dengan menggunakan kode digital yang unik dan lebih baik dari channel atau frekuensi RF dalam membedakan pemanggil, CDMA secara otomatis memiliki tingkat keamanan yang lebih baik. Tidak seperti teknologi lainnya, yang menetapkan fixed channel terseleksi untuk mengakomodasi kondisi terburuk, CDMA secara dinamis mengoptimalkan kapasitas panggilan dengan merespon faktor-faktor seperti rasio signal-tonoise. Karakteristik umum CDMA sebagai berikut: 1. Memiliki kapasitas tinggi untuk mengatasi panggilan yang simultan per channel dibanding sistem yang ada. 2. Meningkatkan call security. 3. Mereduksi noise dan interfensi lainnya. 4. Efisiensi daya yang dapat memperpanjang daya hidup batere telepon. 5. Fasilitas koordinasi seluruh frekuensi melalui beberapa base station. 6. Memungkinkan integrasi layanan suara, data dan video.

Fungsi spread spektrum dan kontrol power yang memperbesar kapasitas panggil CDMA mengakibatkan bandwidth yang cukup untuk bermacammacam layanan data multimedia, dan skema soft hand-off menjamin tidak hilangnya data. Tidak heran jika kecepatan transmisi data pada CDMA ini diklaim secara teori dapat mencapai 153KB/s, namun secara praktiknya mampu mencapai 100KB/s. Penurunan ini masih lebih baik jika kita bandingkan dengan GPRS yang hanya mampu sampai 48KB/s. Masa Depan CDMA Seperti yang terjadi pada GPRS, CDMA juga mengalami evolusi teknologi. Dengan pengembangan dari basis spread spectrum CDMA, maka ditemukanlah teknologi Evolution Data Only (EV-DO) dan Evolution Data Video (EV-DV). Kedua teknologi transmisi data ini memiliki kecepatan luar biasa dan meninggalkan para kompetitornya. Seperti EV-DO yang sudah diaplikasikan Mobile 8 di Indonesia, diklaim dapat melakukan transmisi data berkecepatan tinggi hingga 2,4MB/s. Sedangkan EV-DV memiliki transmisi data yang lebih cepat lagi, mencapai 3,1MB/s. Walau prakteknya masih sekitar 600 KB/s. Mana Yang Lebih Baik? Melihat data-data yang sudah disebutkan sebelumnya, tidak dapat disangkal lagi teknologi CDMA menjadi pemenang dalam pertarungan Internet wireless broadband. Bahkan kecepatan data transmisi dari EV-DO ini bisa membuat mati para ISP-ISP yang selama ini memberikan pelayanan transmisi data dial-up, ADSL maupun broadband. Beberapa keunggulan lainnya, adalah tarif yang diberikan lebih murah, karena jika tidak download, maka tidak perlu bayar sama sekali. Kemudian terminal yang multifungsi, selain sebagai telepon selular juga bisa sebagai modem serta dapat melakukan koneksi di mana saja dan kapan saja dalam batas coverage area operator. Lalu jika teknologi CDMA telah memiliki kecepatan transmisi data yang tinggi, untuk apa lagi ada 3G? Tentu ini dua hal yang berbeda. Teknologi 3G jelas memiliki keunggulan pada carrier spread spectrum yang dapat melakukan

transmisi video dan data secara bersamaan. Selain teknologi W-CDMA ada beberapa alternatif seperti teknologi GSM1X, CDMA 2000 1x EV-DV dan TDSCDMA masuk kategori ini. Solusi Kegagalan Call dari Flexi ke GSM. Untuk mengatasi dan memperkecil terjadinya kegagalan call dari Flexi ke GSM. Berdasarkan data dan analisa kondisi RF dan signaling maka solusi yang bisa diberikan antara lain : 1. Solusi untuk kondisi signaling. Jika dari hasil analisa dan monitoring system didapatkan kesalahan karena faktor pensinyalan, hal-hal yang harus dilakukan adalah: Lihat bit informasi yang dikirim dari penyebab release dari pesan REL/RLC untuk cause value dan location. Cek kondisi CIC yang digunakan, informasi CIC juga bisa dilihat dari pesan ISUP yang dikirim. Cek OPC/DPC dari pesan ISUP untuk mengetahui dari arah mana pemutusan panggilan berasal. Lakukan perbaikan kegagalan setelah informasi tersebut didapatkan. 2. Solusi untuk kondisi RF Kegagalan karena faktor RF yang buruk merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap susksesnya suatu panggilan dari Flexi ke GSM. Karena dalam perjalanannya menuju MS tujuan, sinyal yang dikirim MS (calling party) harus melewati 3 sistem yaitu Flexi, Gateway, dan GSM. Kondisi RF yang buruk antara lain daya terima MS lemah, daya transmit MS tinggi, FFER dan Ec/Io yang buruk. Kondisi tersebut terjadi karena adanya wilayah yang tidak tercover oleh sel (blank spot) ataupun tidak adanya faktor dominan yang mempengaruhi MS (overlapping sel). 3. Solusi untuk mengatasi blankspot area Blankspot area timbul karena daya pancar BTS rendah, radius sel kecil, adanya obstacle, dll. Melakukan uptilting antena Uptilting dilakukan untuk memperlebar radius sel sehingga blankspot area bisa terlingkupi. Menaikkan daya pancar BTS Dengan menaikkan daya

pancar berarti akan memperluas daerah yang bisa dicakup, sehingga RF loss tidak terjadi. Melakukan relokasi BTS Relokasi bisa dilakukan jika daerah yang mengalami balankspot belum bisa dicover dengan melakukan uptilting, dan menaikan daya pancar atau karena banyaknya obstacle yang menghalangi penerimaan daya MS. 4. Solusi untuk mengatasi overlapping area Overlaping selain terjadi karena letak 2 BTS yang berdekatan dan memiliki coverage yang tumpang tindih. Hal ini disebabkan karena radius sel masing-masing BTS terlalu luas akibat daya pancar yang terlalu tinggi. Untuk menghindari adanya overlaping area maka kedua sel yang overlap harus dipersempit coveragenya. Berdasarkan hasil perhitungan beamwidth untuk masing-masing area yang mengalami masalah diketahui beamwidth eksisting berada di bawah beamwidth yang seharusnya. Karena terbatasnya data maka solusi yang diberikan didasarkan pada teori yaitu 1. Downtilting Antena. Salah satu penyebab overlap adalah radius sel yang berlebihan akibat beamwidth yang terlalu besar sehingga untuk mengatasinya dilakukan pengurangan besar beamwidthnya. Penurunan daya pancar BTS Daya pancar yang terlalu kuat akan mengakibatkan luas area layanan semakin lebar, sehingga untuk mengurangi area overlaping dilakukan penurunan daya pancar. 2. Melakukan relokasi BTS. Relokasi bisa dilakukan jika jarak 2 sel atau lebih yang mencover terlalu dekat. Analisa Kegagalan Call dari Flexi ke GSM Analisa Access Failure Berdasarkan hasil drive test, faktor penyebab kegagalan tertinggi yang ada di

jaringan Telkom Flexi adalah access failures , yaitu sebesar 3,60625% (Blocks rate 0,8925%, dan Setup Failures 6,32%). ANALISA BLOCKED CALL Blocked call terjadi akibat jaringan tidak mampu menyediakan sarana yang mampu mendukung berhasilnya suatu panggilan. Blocked call rates dari hasil pengamatan selama bulan Mei-Agustus 2005 berturut-turut adalah 2%, 0.1%, 0,9%, dan 7,6% sehingga rata-ratanya 2,65%. Blocked call yang tinggi ditemukan di daerah yang memiliki masalah dengan daya transmit RBS (Radio Base Station) yang rendah. Hal ini disebabkan adanya pengurangan daya akibat padatnya trafik yang masuk ke sistem. Pada Bulan Mei 2005 blok rates tinggi terjadi pada tanggal 2-23 Mei 2005 dengan rata-rata block rates sebesar 2,56%, periode Juli (11-16 Juli 2005) sebesar 33,79%, dan 25-31 agustus 2005 sebesar 3,86% dimana seharusnya nilai block rates maksimal yang diperbolehkan sebesar 2%. Sebagai contoh, tingginya block rates pada bulan Juli yang terjadi di Pluit Karang Barat disebabkan oleh bloking Abis, yaitu bloking interface antara BTS dan BSC. ANALISA SETUP FAILURE Berdasarkan pengamatan jaringan terhadap call (incoming dan

outgoing) yang dilakukan dari bulan Mei sampai Agustus 2005 didapatkan nilai originating dan terminating fail jauh di atas standar, dimana standar yang disyaratkan sebesar <=2%. Nilai rata-rata originating fails dari Bulan Mei-Agustus sebesar 7,9575%, dan terminating failsnya sebesar 10,1325%. Indikator penyebab terjadinya setup failure dari hasil pengamatan banyak terjadi karena: Preamble failure dan Ack Failure BSCAbnormalSCCPRelease CICBusySetup. Dengan demikian penyebab terjadinya setup failures adalah faktor RF dan non-RF. Faktor RF misalnya daya terima MS rendah, daya transmit MS tinggi, FFER tinggi,

dan Ec/Io tinggi. Sedangkan faktor non-RF antara lain kanal trafik yang diminta MS penuh sehingga panggilan yang diminta tidak dapat terpenuhi. ANALISA DROP CALL Tingkat kegagalan karena hilangnya panggilan setelah komunikasi tersambung tanpa ada pesan release yang jelas disebut drop call. Persentase drop call jaringan sebesar 2.875%. Drop call biasanya terjadi pada daerah yang kondisi RFnya kurang baik. Indikator drop call antara lain SSHO_HCMTimerOutT4,InterBSSAbort, layer2Abort, CallConnectivityLoss,dan

SCAbnormalSCCPRelease. Dari hasil drive test drop call terjadi pada daerah yang memiliki daya transmit MS rendah, daya transmit MS tinggi, Forward FER tinggi, dan pilot pollution. Daerah dengan drop call tinggi ditunjukkan dengan adanya bendera antara lain pada daerah-daerah sebagai berikut: 1. Komplek Pluit Karang Barat. Masalah : daya terima MS rendah rata-rata sebesar -85dBm. 2. Komplek Pantai Mutiara Pluit. Masalah : daya terima MS rendah sebesar kurang dari -90 dBm, Ec/Io jelek anta -14 sampai -16 dB, FFER jelek yang mencapai 100%, daya transmit MS tinggi di atas 10 dBm. 3. Jl.Pluit Putera dan Pluit Selatan. Masalah : daya kirim MS tinggi sebesar di atas 10 dBm, dan daya terima MS rendah sebesar -85 sampai -90 dBm. 4. Jl.Kendang Barat Jembatan Lima dan Tanah Sereal. Masalah : daya terima MS rendah sebesar -95 sampai -90 dBm, Ec/Io jelek sebesar -14 sampai-12 dB, FFER jelek sebesar 10%, daya transmit MS tinggi sebesar 10 sampai 20 dBm. 5. Jl. Pantai Sanu , Pantai Impian Timur, Ancol. Masalah : daya terima MS rendah hanya mencapai -105 sampai -95 dBm, Ec/Io jelek antara -16 sampai

-12 dB, FFER jelek mencapai 10-100%, daya transmit MS tinggi hingga 10-99 dBm. ANALISA SIGNALING A. User Busy Analisa Cause Value Analisa cause value terdiri dari analisa kelas/tingkat kegagalan, dan analisa penyebab. Cause value untuk user busy adalah 10010001, termasuk dalam kegagalan kelas normal. Penyebab: 1. Karena MS yang dipanggil tidak bisa menerima panggilan dari user lain sebab kondisinya off hook. 2. Jaringan tempat MS dituju dalam keadaan sibuk. Analisa Lokasi Berdasarkan pengkodean tabel yang di atas location adalah = CCIT 10000100, standard, maka lokasi standar terjadi dipakai

kegagalan = 0100. Kemungkinan lokasi penyebabnya antara lain : a. RLN (Public Network Serving the Remote User). b. RPN (Private Network Serving the Remote User) c. U (User) Pesan-pesan yang dikirim dari sentral originating ke sentral tujuan (destination) dalam bentuk binary. Routing panggilan dilakukan melalui sirkit 46. Semua penyebab terputusnya jalur pensinyalan yang menghubungkan kedua sentral dapat dilihat dari pesan REL/RLC. Dari pesan REL diketahui bahwa DPC =8210 adalah NAT untuk MSC Flexi dan OPC=214 untuk sentral toll JKT_3. Dengan demikian release dikirim dari sentral JKT_3 yang berarti bahwa kegagalan terjadi dari sisi GSM. Pesan bahwa user busy dikirim dengan kode bit 10010001 yang mengindikasikan bahwa pelanggan GSM yang dituju sedang dalam keadaan off hook sehingga panggilan dari Flexi tidak bisa

mendapatkan kanal yang diinginkan. Penyebab kegagalan ini dideteksi pada level 2 yaitu link function. Kondisi off hook bisa terjadi karena pelanggan GSM yang dituju sedang terlibat pembicaraan dengan pelanggan yang lain. Lokasi kegagalan terletak di MS, BTS, dan BSC yang dituju sedang sibuk. B. Temporary Failure Temporary failure adalah keadaan network yang akan dipakai/telah dipilih untuk diduduki ternyata sedang dalam kondisi rusak atau ditemukan dalan kondisi tidak berfungsi. Kerusakannya terjadi untuk waktu singkat,sehingga ada kemungkinan bila pelanggan mencoba lagi untuk waktu yang lain panggilan akan berhasil. ANALISA CAUSE VALUE Cause value untuk Temporary Failure adalah 10101001, termasuk dalam kegagalan kelas resource unavailable. Penyebab: network yang telah dipakai/dipilih untuk diduduki ternyata sedang rusak/tidak berfungsi sementara. Analisa Lokasi Berdasarkan location = 10000100, dapat dijelaskan bahwa lokasi terjadi kegagalan dikodekan dengan 0100 dengan lokasi sebagai berikut: 1. U (User) 2. RPN ( Private Network serving the Remote User) 3. LN (Public Network Serving the Local User) Pesan RLC dikirim dari OPC 8210 (Flexi) ke DPC 214 (JKT_3) dengan demikian pesan REL sebelumnya dikirim dari GSM ke Flexi. Lokasi kerusakan yang dimaksud antara lain di MS yang dituju, BTS dari MS yang dituju, dan BSC dari MS yang memanggil.

Recovery Timer on Expiry Recovery timer on expiry adalah kondisi dimana MSC tidak bisa mendeteksi pesan pensinyalan (misalnya ISUP signaling) melewati waktu yang disediakan (mengacu pada standard) sehingga call setup akan direlease. Melalui hasil call tracing dapat diketahui bahwa pesan release yang disampaikan pada saat recovery timer on expiry sebagai berikut: Analisa Lokasi Cause value untuk Recovery Timer on Expiry adalah 11100110, termasuk dalam kegagalan kelas protokol error. Penyebab: MSC tidak bisa mendeteksi pesan pensinyalan melewati batas waktu yang disediakan. Analisa Lokasi Berdasarkan location = 10000010, dapat dijelaskan bahwa lokasi terjadi kegagalan dikodekan dengan 0000 dengan lokasi sebagai berikut: 1. RLN (Public Network Serving the Remote User) 2. INTL (International Network) Pesan REL dikirim dari OPC 2071 (JKT_4) ke sentral Flexi, sirkit yang dipakai 952. Indikasi bahwa kegagalan call disebabkan oleh recovery timer on expiry oleh bit 11100110. Bit-bit tersebut termasuk dalam kelas protocol error (unknown message). Hal ini terjadi karena protokol-protokol yang dikirim oleh MSC Flexi tidak dapat dikenali oleh MSC GSM. Lokasi kegagalan antara lain pada MSC GSM dan trunk yang menghubungkan Flexi dengan GSM. Dengan demikian kegagalan dari Flexi GSM dapat digolongkan menjadi 3 kelas sesuai dengan bit cause value, yaitu normal, resource unavailable, dan protocol error. ANALISA KONDISI RF

Penyebab kegagalan call dari Flexi ke GSM yang utama karena kondisi RF dan jaringan yang kurang bagus yang mempengaruhi terjadinya access failure, drop call pada jaringan. Dari hasil drive test rata-rata kondisi RF yang mempengaruhi adalah, daya terima MS rendah, daya transmit MS tinggi, FFER dan Ec/Io yang jelek. Untuk melakukan analisa RF akan dilakukan perbandingan beamwidth yang ada terhadap beamwidth yang seharusnya pada daerah-daerah yang mengalami masalah RF. Jika frekuensi carier yang digunakan 1886,25 Hz maka Komplek Pluit Karang Barat Dicatu oleh BTS PKB (Pluit Karang Barat), tinggi antena BTS 37 m, sehingga Radius sel 1,282 km Komplek Pantai Mutiara Pluit Pantai Mutiara Pluit dicover oleh BTS PLU (Pluit Utara),dengan tinggi antena BTS 45m dan radius sel 1.394 km. Jl. Pluit Putera dan Pluit Selatan Daerah ini dicover oleh BTS PLU (Pluit Utara) , BTS PLT (Pluit_STO) dengan tinggi antena BTS 40m dan R=1.325km, dan BTS JBT (Jembatan Tiga) dengan Tinggi antena BTS 45m dan R=1.394 km. Jl.Kendang Barat, Jembatan Lima, dan Tanah Sereal Dicover oleh BTS TBR (Tambora)dengan tinggi antena BTS 50m dan R=1.46 km dan BTS JMB (Jembatan Lima) dengan Tinggi antena BTS 45m dan R=1.394 km, Jl.Pantai Sanu, dan Pantai Timur Ancol Pantai Ria Ancol dicover oleh BTS TMIB (Taman Impian Barat) dengan tinggi antena BTS 40m dan R= 1,325 km ANALISA MS_RX_POWER Pantai Mutiara Pluit. Pada hasil drive test level daya terima MS yang rendah mengakibatkan adanya drop call dan access failure , dimana drop call terjadi pada daerah dengan level daya terima MS sebesar -105 sampai -95 dB, sedangkan access failure -105 sampai -75 dBm. Dengan radius sel sejauh 1.394 m, seharusnya beamwidth antena (B) adalah 88,15o sedangkan kondisi eksisting tilting antena BTS PLU memiliki beamwidth sebesar 65o . Seharusnya dengan beamwidth sebesar 65o, hanya memiliki radius sel sejauh 96,5 m, berarti

lemahnya daya sinyal yang diterima MS di daerah tersebut dipicu oleh luas coverage yang terlalu kecil padahal ada kemungkinan MS berada di daerah terluar dari sel . Dengan radius sejauh 1.394 m masih ada daerah yang belum tercover dengan baik , karena jarak terjauh BTS dengan Pantai Utara Pluit yang seharusnya dicover adalah 1.43 km. Coverage yang sempit bisa terjadi akibat lemahnya daya pancar BTS atau banyaknya penghalang sinyal BTS ke MS sekitarnya. Untuk daerah Pantai Mutiara Pluit, level daya terima rendah terjadi di daerah pantai utara yang letaknya jauh dari BTS. Kondisi lain disebabkan adanya obstacle di dekat BTS yang berupa MallPluit_IBS. Solusinya antara lain dengan melakukan uptilting antena BTS sejauh 23,15o agar radius sel lebih lebar, menambahkan repeater untuk menghindari lemahnya daya terima karena efek gedung tinggi, dan melakukan relokasi BTS untuk mencover wilayah pantai utara Pluit yang sebelumnya jauh dari BTS. Pantai Ria Ancol. Pantai Ria Ancol dicover oleh BTS TMIB (Taman Impian Barat). Lemahnya daya terima MS disebabkan oleh adanya bloking sinyal oleh gedung di sekitar BTS yaitu Mall Mangga2_IBS, PsPagi Mangga2_IBS, dan ITC Mangga2_IBS. Selain kondisi beamwidth antena sebesar 65o yang hanya mampu mencover daerah sejauh 85,7 m sedangkan radius maksimal sel yang bisa dijangkau seharusnya 1,325 km. Berarti hanya bisa dicapai dengan tilting antena sebesar 88,27o. Hal ini menandakan bahwa solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan uptilting antena sebesar 23,27o. Dari dua daerah yang mengalami daya terima MS yang lemah masalah utama karena MS daerah cakupan yang sangat kecil dan adanya obstacle berupa gedung sehingga masih ada wilayah yang seharusnya tercakup memperoleh sinyal yang lemah dan bahkan ada tidak mendapatkan sinyal. Akibatnya kegagalan call (access failure,dan drop call) sering terjadi. Analisa MS_Tx_Power

MS_Tx_Power bisa disebut sebagai daya pancar MS. Daya pancar yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya kegagalan call, karena kenaikan daya pancar MS akan menginterferensi MS lain di sekitarnya untuk meningkatkan daya pancarnya. Dari hasil drive test daerah yang memiliki masalah dengan MS_Tx_power adalah Pantai Mutiara Pluit, Pluit Raya Muara Baru, Tanah Sereal, dan Pantai Ria Ancol dengan daya pancar MS rata-rata di atas 20 dBm. Pantai Mutiara Pluit Seperti pada analisa MS_Rx Power sebelumnya diketahui bahwa radius sel yang dimiliki sangat kecil sehingga daya terima MS juga kecil, akibatnya MS tersebut berusaha menaikkan daya transmit agar bisa memperoleh daya dari BTS lebih kuat. Pluit Raya Muara Baru Lokasi terjadi MS_Tx_Power yang tinggi ada di Jl.Pluit Putera dan Pluit Selatan. Daerah ini dicover oleh BTS PLU (Pluit Utara), BTS PLT, dan BTS JBT (Jembatan Tiga), sehingga masalah ditimbulkan karena tidak adanya BTS yang dominan yang mencover daerah tersebut. Jarak antara BTS PLU dengan BTS PLT 1,143 km, jarak antara BTS PLT ke BTS JBT 1,6 km, jarak BTS PLU ke BTS JBT 2,14 km. Jika dibandingkan dengan radius sel masing-masing BTS maka tingginya daya terima MS bisa disebabkan karena tidaka adanya faktor dominan dari BTS yang mencover MS (terjadi overlapping sel) sehingga timbul pilot pollution. Pilot pollution adalah kondisi yang terjadi pada MS yang tidak memiliki kode PN dominan akibat banyak PN aktual yang mempengaruhinya. Jika dilihat dari sisi beamwidth, maka dengan beamwidth 65o untuk masing-masing BTS akan memiliki radius sel untuk BTS PLU 96,5 m, BTS JBT 96,5 m, dan 85,7 m untuk BTS PLT. Hal ini tidak memungkinkan untuk terjadinya overlaping area, maka solusinya adalah melakukan relokasi masing-masing BTS ke site yang baru. Tanah Sereal. Sama halnya dengan Pluit Raya Muara Baru, Tanah sereal juga dicover oleh 2 BTS yaitu BTS TBR (Tambora) dan JMB (Jembatan Lima). Jarak

anara BTS TBR dan BTS JMB 1,2 km, sedangkan radius sel BTS TBR 1,46 km, dan radius sel BTS JMB 1,394 km sehingga yang terjadi adalah overlapping sel yang berlebihan.Sangat memungkinkan bahwa kenaikan daya pancar MS disebabkan oleh faktor tidak adanya BTS dominan yang mencakup wilayah tersebut.Solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan relokasi salah satu BTS agar overlaping sel tidak terjadi. Pantai Ria Ancol. Indikasi tingginya daya pancar MS di wilayah ini dipicu oleh lemahnya daya sinyal (seperti analisa 4.4.1) yang diterima sehingga mendorong MS meningkatkan daya pancarnya. Dari keempat wilayah yang mengalami masalah dengan tingginya daya MS, penyebabnya antara lain karena MS berada jauh dari BTS yang mengcover dan tidak adanya faktor BTS dominan yang mencakup daerah tersebut. g.Analisa Frame Error Rate (FER) FER (Frame Error Rate) didefinisikan sebagai rata-rata kesalahn Frame, dimana nilai FER maksimal adalah 1%. Dari hasil drive test dideteksi daerah yang mengalami FER jelek juga terjadi pada daerah yang memiliki daya transmit MS tinggi. Pada mekanisme power control jika FER lebih besar dari 1% maka MS akan menaikkan daya pancar sebesar 1 dB, tetapi jika FER kurang dari 1% maka daya pancar turun 1 dB. Dengan analisa modulasi BPSK yang digunakan pada sistem power control CDMA didapat hubungan bahwa jika FER besar maka BER juga besar, berdasarkan tabel Q function BER yang besar diperoleh dari Eb/No yang kecil sehingga daya bitnya juga kecil. Daya tersebut merupakan daya pancar pada BTS. Karena daya yang dipancarkan BTS kecil akan mendorong MS yang dicover untuk meningkatkan daya pancarnya. Daerah-daerah yang mengalami masalah FER adalah sebagai berikut : Pantai Mutiara Pluit Di wilayah Pantai Mutiara Pluit juga mengalami malami masalah daya terima MS rendah, dan daya transmit MS yang tinggi. Berdasarkan analisa sebelumnya, kenaikan daya pancar disebabkan karena FER yang diterima dari BTS juga tinggi. Karena FER tinggi maka daya yang diterima MS dari BTS rendah akibatnya MS berusaha meningkatkan daya pancarnya agar bisa melakukan komunikasi dengan baik.

Pluit Raya Muara Baru Masalah sebelumnya dari Pluit Raya Muara Baru adalah tingginya daya transmit MS akibat adanya pilot pollution dari 3 BTS yang ada di sekitar MS. Pilot pollution mengakibatkan FER naik. Tanah Sereal Tanah Sereal juga mengalami masalah seperti Pluit Raya Muara Baru, dimana adanya overlaping sel mengakibatkan adanya pilot pollution pada MS sekitarnya. Sehingga mengakibatkan naiknya FER yang dikirim oleh BTS. Pantai Ria Ancol Masalah yang terjadi di Pantai Ria ancol adalah rendahnya daya terima MS dan tingginya daya transmit MS. Daya transmit MS yang tinggi bisa disebabkan karena FER yang tinggi yang dikirim oleh BTS. h. Analisa Ec/Io Ec/Io adalah perbandingan energi chip tiap chip sinyal pilot dengan total energi. Hasil drive test menunjukkan bahwa daerah yang memiliki masalah dengan daya transmit MS tinggi , daya MS terima rendah , kualitas FFER (Forward Frame Error Rate) jelek juga memiliki Ec/Io yang rendah sehingga drop call dan setup failure terjadi. Daerah yang memiliki masalah Ec/Io adalah Pantai Mutiara Pluit dan Pantai Ria Ancol. ANALISA KEGAGALAN CALL FLEXI KE GSM Dari data dan hasil analisa di atas diketahui bahwa penyebab kegagalan call dari Flexi ke GSM disebabkan oleh remote congestion (0.04%), network bloking (0.06%), system fault (0.27%), ISUP fault (1.59%), terminating busy (1.7%), terminating error (5.43%), dan originating release (33,96%). Jenis-jenis kegagalan tersebut terjadi karena faktor kondisi RF , kondisi jaringan , dan perilaku user saat melakukan call. Kondisi RF bisa disebabkan karena

keadaan teknis antena BTS maupun perencanaan yang kurang baik. Kondisi RF yang kurang baik akan mengakibatkan adanya redaman terhadap daya pancar BTS akibatnya radius sel maksimum yang bisa dicover menjadi lebih kecil sehingga timbul masalah daya terima MS rendah, daya pancar MS tinggi, FFER naik, dan Ec/Io juga naik. Perencanaan yang kurang baik juga akan mengakibatkan adanya overlaping dan blankspot area. Semua faktor tersebut yang mengakibatkan terjadinya kegagalan call yaitu access failure, drop call, handoff failure, dan signaling failure. Jenis-jenis kegagalan panggilan (Call Failure). Yang termasuk kegagalan call, antara lain: a. Access Failure Access failure adalah kegagalan panggilan akibat gagal mengakses kanal. Yang termasuk dalam access failure adalah setup failure dan blocked call. Setup failure adalah kegagalan akses yang terjadi setelah kanal yang diminta berhasil teralokasi tetapi gagal sebelum panggilan tersambung. Sedangkan blocked call adalah kegagalan akses karena gagal mendapatkan kanal yang diminta. b. Drop Call Drop call adalah kegagalan panggilan yang terjadi setelah panggilan berhasil dilakukan namun berakhir tanpa pemutusan secara normal. Dropcall ini terjadi setelah bisa akses ke BTS, sudah dapat kanal dan sudah berhasil melakukan hubungan tapi putus secara tiba-tiba tanpa ada pemutusan secara normal dari user( up normal terminating). c. Signaling Failure Signaling failure atau kegagalan pensinyalan terjadi akibat kesalahan saat interkoneksi dengan jaringan lain, misal GSM. Konsep Dasar Jaringan GSM GSM adalah sistem komunikasi seluler berbasis TDMA (Time Division Multiple Access) yang bekerja pada frekunsi 890915 Hz untuk arah Downlink (BTS ke MS) dan 935-960 Hz untuk arah Uplink (MS ke

BTS). Dengan jumlah time slot dalam 1 frame sebanyak 8 buah, dengan durasi setiap satu time slot 0,577 ms maka dalam 1 frame durasi yang dimiliki 4,615 ms. Ada beberapa teknologi tanpa kabel untuk teknologi selular ini, diantaranya adalah CDMA (Code Division Multiple Access), menggunakan teknologi spread-spectrum untuk mengedarkan sinyal informasi yang melalui bandwith yang lebar (1,25 MHz). Teknologi ini asalnya dibuat untuk kepentingan militer, menggunakan kode digital yang unik, lebih baik daripada channel atau frekuensi RF AMPS (Advanced Mobil Phone Service) merupakan teknologi analog yang menggunakan FDMA (Frequency Division Multiple Access) untuk membagi-bagi bandwith radio yang tersedia ke pada sejumlah channel diskrit yang tetap. Dengan AMPS, bandwith 1,25 MHz yang diberikan untuk penggunaan selular dibagi menjadi channel dengan lebar 30 KHz, masingmasing hanya dapat melayani satu subscriber pada satu waktu. Satu subscriber mengakses sebuah channel maka tidak satupun subscriber lainnya dapat mengakses channel tersebut sampai panggilan pertama itu berhenti atau handed-off ke base station lainnya. TDMA (Time Division Multiple Data), merupakan sebuah teknologi digital, sama halnya yaitu dengan membagi-bagi spektrum yang tersedia kepada sejumlah channel diskrit yang tetap, meskipun masing-masing channel merepresentasikan time slot yang tetap daripada band frekunesi yang tetap. Sebagai contoh yang mengimplementasikan teknologi TDMA adalah GSM, yang membagi carriers berlebar 2300 KHz menjadi delapan time-division channel. GSM (global sistem for mobile) adalah teknologi yang berbasis TDMA UMTS (Universal Mobile Telecomunication Access) merupakan salah sistem generasi ketiga yang dikembangkan di Eropa. Dirancang sehingga dapat menyediakan bandwith sebesar 2 Mbits/s. Layanan yang dapat diberikan UMTS diupayakan dapat memenuhi permintaan pemakai dimanapun berada, artinya UMTS diharapkan dapat melayani area yang seluas mungkin, jika tidak ada cell UMTS pada suatu daerah dapat di route-kan melalui satelit. Frekeunsi radio yang dialokasikan untuk UMTS adalah 1885-2025 MHz dan 2110-

2200 MHz. Pita tersebut akan digunakan oleh cell yang kecil (pico cell) sehingga dapat memberikan kapasitas yang besar pada UMTS. Teknologi Flexy ? Saat ini teknologi CDMA sedang hangat dibicarakan, khususnya dengan masuknya PT. TELKOM dengan produk TelkomFlexi-nya, Lalu pertanyaan mendasar kenapa teknologi ini lebih murah dari teknoogi GSM sebelumnya. Dari aspek teknologi baik GSM maupun CDMA merupakan standar teknologi seluler digital, hanya bedanya GSM dikembangkan oleh Negara-negara eropa dan bersifat open source, sedangkan CDMA dari kubu Amerika dan Jepang. Yang perlu diperhatikan bahwa teknologi GSM dan CDMA berasal dari jalur yang berbeda, sehingga perkembangan ke generasi 2,5G dan 3G berikutnya akan berbeda terus. Teknologi CDMA didesain tidak peka terhadap interfensi, dan sejumlah pelanggan dalam satu sel dapat mengakses pita spectrum frekuensi secara bersama karena mempergunakan teknik pengkodean tertentu. Ada sejumlah kelebihan yang ditawarkan CDMA. misalnya, komunikasi selular tidak lagi rawan radiasi, tidak lagi seperti suara robot, tidak terputusputus. sistem CDMA dinilai lebih advance dibanding sistem selular digital yang sudah ada FSN mampu memberikan suara alami yang lebih sempurna dibandingkan dengan sistem selular digital yang sudah ada. serta power output yang sangat rendah yakni 0,2 watt (bandingkan dengan sistem GSM) yang menggunakan 1,5 3 watt, menjadikan batere sistem CDMA lebih tahan lama. Intinya beban biaya pada Telkomflexi bisa lebih murah karena customer tidak dibebankan biaya airtime yang selama ini menjerat pengguna GSM. Biaya relatif hemat karena penghitungannya dilakukan secara real time yakni pulsa dihitung per detik, tanpa pembulatan seperti halnya penghitungan pulsa GSM yang selama ini berlaku. Namun ada juga teknologi CDMA yang perhitungan tarifnya sama bahkan lebih dari GSM namun juga kemampuan baik dari sisi content dan transfer data multimedia lebih unggul (fren dari mobile8). Feature

teknologi CDMA Teknologi CDMA didesain tidak peka terhadap interferensi. Di samping itu, sejumlah pelanggan dalam satu sel dapat mengakses pita spektrum frekuensi secara bersamaan karena mempergunakan teknik pengkodean yang tidak bisa dilakukan pada teknologi GSM. Kapasitas yang lebih tinggi untuk mengatasi lebih banyak panggilan yang simultan per channel dibanding sistem yang ada. Sistem CDMA menawarkan peningkatan kapasitas melebihi sistem AMPS analog sebaik teknologi selular digital lainnya. CDMA menghasilkan sebuah skema spreadspectrum yang secara acak menyediakan bandwith 1.250 KHz yang tersedia untuk masingmasing pemanggil 9600 bps bit rate. Meningkatkan call security. Keamanan menjadi sifat dari pendekatan spread spectrum CDMA, dan kenytaannya teknologi ini pertama dibangun untuk menyediakan komunikasi yang aman bagi militer. Mereduksi derau dan interferensi lainnya. CDMA menaikkan rasio signal-to-noise, karena lebarnya bandwith yang tersedia untuk pesan. Efisinsi daya dengan cara memperpanjang daya hidup baterai telepon Salah satu karakteristik CDMAadalah kontrol power sebuah usaha untuk memperbesar kapasitas panggilan dengan memepertahankan kekonstanan level daya yang diterima dari pemanggil bergerak pada base station. Fasilitas kordinasi seluruh frekuensi melalui base-station base station. Sistem CDMA menyediakan soft hand-off dari satu base-station ke lainnya sebagai sebuah roaming telepon bergrak dari sel ke sel,melakukan soft handoff mengingat semua sistim menggunakanfrekuensi yang sama. Fungsi spread-spectrum dan power-control yang memperbesar kapasitas panggil CDMA mengakibatkan bandwith yang cukup untuk bermacam-macam layanan data multimedia, dan skema soft hand-off menjamin tidak hilangnya data. Meningkatkan kualitas suara

Memperbaiki karakteristik cakupan yang dapat menurunkan jumlah sel Meningkatkan privacy dan security Menyederhanakan perencanaan sistim Memerlukan daya pancar yang lebih rendah, sehingga waktu bicara ponsel dapat lebih lama. Mengurangi interferensi pada sistim lain Lebih tahan terhadap multipath Dapat dioperasikan bersamaan dengan teknologi lain (misal AMPS). Teknologi masa depan CDMA Wideband CDMA dan Broadband CDMA sebagai WLL (Wireless Local Loap) sengai teknologi andalan masa depan dari CDMA, didesain untuk menyediakan layanan fixed dan mobiile yang dikoneksikan dengan PSTN dari layanan POTS (Plain Old Telephone Service) ke features features selanjutnya seperti ISDN dan bandwidth on demand. Serviceservice akan termasuk voice, high speed fax, data dan multimedia, termasuk juga video. Teknologi ini memungkinkan aplikasi ISDN ke desktop fixed wiireless dan mobile wireless. Keuntungan utama dari solusi Broadband CDMA adalah flexibilitas. Sistem CDMA menyediakan untuk aplikasi komunikasi pada skala besar dan kecil dengan cost efektif yang diperhitungkan. Untuk bisnis selanjutnya dapat menyediakan service voice dan ISDN data, seperti fax, email dan high speed internet access. Ketika sistem Broadband CDMA dapat ditambah dengan mudah dan cepat ke jaringan existing tanpa delay dan gangguan daripada instalasi kabel telepon. Koneksi ke jaringan LAN untuk email dan sharing resources sperti printer dan mesin fax dapat dikonfigurasi dengan mudah. Perbedaan mendasar teknologi GSM dan CDMA Perbedaan mendasar dari teknologi CDMA adalah sistem modulasinya. Modulasi CDMA

merupakan kombinasi FDMA (Frekuensi Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Pada teknologi FDMA, 1 kanal frekuensi melayani 1 sirkuit pada satu waktu, sedangkan pada TDMA, 1 kanal frekuensi dipakai oleh beberapa pengguna dengan cara slot waktu yang berbeda. Pada CDMA beberapa pengguna bisa dilayani pada waktu bersamaan dan frekuensi yang sama, dimana pembedaan satu dengan lainnya ada pada sistem coding-nya, sehingga penggunaan spektrum frekuensinya teknologi CDMA sangat efisien. Kelebihan yang ditawarkan CDMA antara lain kualitas suara dan data, harga atau tarif yang lebih murah, investasi yang lebih kecil, dan keamanan dalam berkomunikasi (tidak mudah disadap). Teknologi GSM dengan GPRS nya akan terlibas dengan content pada CDMA karena keterbatasan akan lebar data dan aplikasi multimedia pada teknologi GSM. Kelebihan teknologi berbasis GSM diindonesia adalah coverage yanga luas dan roaming jelajah yang sangat luas baik dalam negeri bahkan seluruh dunia, sedangkan CDMA dengan telkomflexi masih sangat terbatas. CDMA menggantikan dominasi GSM ? Dalam serbuan iklan dan janji yang diberikan oleh Telkomflexi membuat Pihak operator selular khawatir ketar ketir, lalu membuat masyarakat penasaran dengan adanya promosi bahwa Telkomflexi berbasis teknologi Wireless Local Loap-Code Division Multiple Access (WLLCDMA) tidak saja karena fleksibilitas sebuah fix phone, tapi yang paling utama adalah struktur tarif yang katanya jauh lebih murah. Jika selama ini pemakai ponsel GSM biasanya harus membayar biaya percakapan lokal dengan dasar tarif airtime plus pulsa sebesar Rp. 425/menit untuk kartu pasca-bayar dan kurang lebih Rp. 1.000/ menit untuk kartu pra-bayar, maka jika mempergunakan ponsel dengan basis CDMA hanya ditarik biaya tarif telepon rumah yang bersifat lokal. Hanya saja, dalam masalah tarif ini banyak orang terjebak oleh pemahaman bahwa karena teknologi CDMA-nya tarif telepon bisa jadi tarif lokal dan murah. Padahal, apakah berteknologi CDMA atau GSM, tarif tidak punya hubungan langsung karena masalah tarif merupakan produk dari

sebuah regulasi, baik yang dibuat pemerintah atau operator. Para operator selular (GSM) boleh saja ketar-ketir dan mencurigai kehadiran Telkomflexi sebagai ancaman serius. Namun jika kita tinjau struktur tarif para operator selular seperti pembebasan biaya incoming roaming, flate-rate, zona extra luas dan tarif single POC sebenarnya telah menggerogoti porsi PT Telkom. Struktur tersebut merupakan senjata pamungkas bagi para operator selular untuk tetap mempertahankan diri dari ancaman kehadiran Telkomflexi. Lagi pula para pemegang lisensi CDMA fixed wireless seperti PT Telkom dan PT Indosat adalah pemegang saham mayoritas di operator GSM, sehingga tampaknya keduanya tidak ingin mematikan mesin uangnya sendiri sebagai operator selular.

Anda mungkin juga menyukai