DISUSUN OLEH :
1203111083
2023
Kasus:
Banyak siswa SD yang memakai pakaian kurang rapi dan kurang lengkap pada saat pergi
Solusi:
Saya mencoba menggunakan pendekatan otoriter, Pendekatan otoriter atau kekuasaan merupakan
mengontrol tingkah laku anak didik oleh guru, peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut
kepada anak didik untuk mentaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat
untuk ditaati anggota kelas, melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian
perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan
dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru
yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan
Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersidat mengidentifikasi, guru
didik, dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan
Seperti dijelaskan di awal, pendekatan otoriter dalam manajemen kelas memandang proses
manajerial sebagai sebuah pendekatan di mana perilaku siswa dikendalikan oleh guru.
Pendekatan ini menempatkan guru dengan peran membentuk dan memelihara ketertiban di kelas
melalui penggunaan strategi pengendalian, tujuan utama guru adalah untuk mengendalikan
perilaku siswa. Guru memikul tanggungjawab untuk mengendalikan perilaku siswa karena guru
”paling tahu”. Guru adalah ”komandan”. Ini paling sering dilakukan dengan menciptakan dan
Kita seharusnya tidak memandang strategi otoriter sebagai pendekatan yang menakutkan. Guru
yang otoriter bertindak dengan cara yang terbaik. Pandangan yang paling baik mengenai
pendekatan ini dijelaskan oleh Canter and Canter (1979), pendukung pendekatan yang mereka
sebut sebagai ”disiplin yang tegas”. Canter and Canter berargumentasi bahwa guru memiliki hak
yang jelas; menuntut perilaku yang bisa diterima dari para siswanya; dan mengikutinya dengan
konsekuensi yang tepat bilamana diperlukan. Canter and Canter dengan sangat hati – hati
menekankan bahwa disiplin yang tegas adalah sebuah pendekatan yang manusiawi. Mereka
berargumentasi bahwa semua siswa membutuhkan batasan – batasan, dan guru memiliki hak
Walaupun ini sebuah penyederhanaan yang berlebihan, pendekatan otoriter menawarkan lima
strategi yang mungkin bisa diharapkan sebagai perbendaharaan strategi manajerial bagi guru: (1)
membuat dan menjalankan peraturan; (2) memberikan perintah – perintah, arahan – arahan, dan
aturan – aturan: (3) menggunakan ”penghentian” yang lembuat; (4) menggunakan kendali
Proses pembuatan aturan adalah sebuah proses di mana guru menetapkan batasan – batasan
dengan cara menyampaikan kepada siswa apa – apa yang diharapkan darinya dan alasan – alasan
mengapa itu diperlukan. Jadi, ini sebuah proses yang secara jelas dan spesifik mendefinisikan
harapan – harapan guru mengenai perilaku di kelas. Peraturan berupa pernyataan – pernyataan
yang biasanya tertulis yang menjelaskan dan memberitahukan tentang perilaku – perilaku yang
sesuai dan tidak sesuai bagi siswa. Peraturan dirumuskan secara garis besar yang menjelaskan
perilaku – perilaku siswa yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima: tujuannya adalah
untuk memandu dan membatasi perilaku siswa. Peraturan sebaiknya diketahui oleh siswa
sehingga mereka tahu persis harus di mana posisi mereka. Para siswa memiliki hak untuk tahu
tentang ”aturan main”. Selain itu mereka memiliki hak untuk mengetahui konsekuensi –
konsekuensi yang akan dia terima apabila melanggar peraturan itu. Para pendukung pendekatan
otoriter bersikukuh bahwa guru seharusnya membuat dan menjalankan peraturan yang realistis,
masuk akal, jelas, jumlahnya tidak terlalu banyak, dapat dipahami dengan mudah, dan peraturan
itu harus dilaksanakan sejak hari pertama masuk sekolah. Mereka menegaskan bahwa tidak ada
kelompok yang bisa bekerja dengan sukses tanpa perilaku – perilaku standar yang dibuat yakni
Banyak rekomendasi yang telah dibuat tentang pembentukan peraturan – peraturan kelas.
Mengingat keterbatasan ruang di sini hanya akan dipilih dua macam rekomendasi saja. Yang
pertama berkaitan dengan perlunya ada keterlibatan para siswa dalam pembuatan peraturan itu.
Yang kedua berkaitan dengan jumlah peraturan yang harus dibuat. Ada banyak pendapat
mengenai keterlibata siswa dalam pembuatan aturan. Pendapat yang saling berlawanan adalah
(1) para siswa sebaikya memiliki peran penting dalam membuat peraturan karena mereka lebih
cenderung mentaati peraturan yang telah dibuat oleh mereka sendiri sedangkan peran guru
adalah membimbing upaya – upaya siswa untuk mengembangkan peraturan – peraturan yang
bagus; dan (2) guru seharusnya membuat peraturan sebab guru bukan siswa memiliki tanggung
jawab untuk menentukan perilaku siswa yang mana yang bisa diterima dan yang mana yang
tidak, sedangkan peran siswa adalah mengikuti aturan – aturan itu, bukan membuatnya.
Ada pendapat lain yang berada diantara dua pendapat yang saling bertentangan tadi yang
kelihatan paling menarik yaitu guru pertama – tama harus menetapkan sejumlah peraturan yang
tidak bisa ditawar – tawar atau dinegosiasikan dan kemudian baru bekerjasama dengan siswa
untuk menambahkan peraturan – peraturan tambahan yang dianggap perlu. Pandangan ini juga
memasukkan pendapat yang paling menarik tentang jumlah peraturan yang dibuat: Guru harus
berusaha untuk membuat peraturan se minimal mungkin. Argumentasinya adalah lebih sedikit
peraturan cenderung lebih daripada banyak aturan sebab jumlah peraturan kelas yang banyak
membuat penerapannya lebih sulit. Bila peraturan – peraturan dalam keadaan tidak terlaksana,
maka kemampuan guru untuk mengelola kelas menjadi berkurang. Jadi, guru seharusnya
membuat peraturan dengan jumlah yang masuk akal agar aturan – aturan itu dapat diterapkan.
Penerapan tata tertib adalah strategi manajerial otoriter yang ketiga yang didiskusikan di sini.
Sebuah tata tertib adalah sebuah pernyataan yang dibuat oleh guru untuk memberitahu siswa
tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jelas tata tertib sangat diperlukan oleh guru
untuk membuat siswa melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Bahkan dalam sebuah
kelas yang paling demokratis pun, guru perlu mengeluarkan tata tertib. Para pendukung strategi
otoriter ini menegaskan bahwa penggunaan tata tertib yang jelas dan yang dapat dipahami
dengan mudah akan menjadikan kelas terhindar dari berbagai masalah pengelolaan kelas.
rekomendasi – rekomendasi ini telah mencakup bentuk – bentuk hukuman dari yang lembut
hingga keras. Banyak yang mendukung pandangan otoriter mengakui bahwa tipe hukuman yang
keras terbukti tidak efektif dalam lingkungan kelas. Namun mereka memandang bahwa bentuk
penggunaan hukuman yang lembut/ringan adalah strategi yang efektif untuk membantu siswa
yang menunjukkan bentuk perilaku yang kecil – yang tidak mengerjakan tugas. Mereka yang
dimaksudkan untuk menolong dan bukan sikap bermusuhan.hukuman – hukuman itu berupa
perilaku verbal atau non verbal yang dimaksudkan untuk memberitahu, bukan untuk mendakwa.
Seorang guru mungkin disebut menggunakan kendali kedekatan bila dia bergerak lebih dekat
kepada siswa yang oleh guru terlihat berperilaku salah atau kepada siswa yang hampir
berperilaku salah. Tindakan semacam ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru akan
menyebabkan siswa menahan diri dari berperilaku salah. Kendali kedekatan dimaksudkan untuk
Isolasi, eksklusi (pengeluaran), pemberian skorsing, hukuman kurungan, pengasingan dan bentuk
– bentuk pengasingan yang lain adalah strategi yang perlu dipertimbangkan penggunaannya
sebagai sebuah respons terhadap perilaku menyimpang yang serius. Wallen and Wallen ( 1978)
menyebut isolasi sebagai “ultimate punishment” atau hukuman yang paling akhir, bentuk