Anda di halaman 1dari 51

Pengkajian fisik

dan anamnesis
sistem
kardiovaskular
Ns. Sucipto Dwitanta, M.Kep., Sp.Kep.MB.
Learning Objectif
Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu memahami tentang:


• Teknik wawancara sistem kardiovaskular
• Teknik pemeriksaan dasar sistem kardiovaskular (Inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi)
• Teknik pemeriksaan lanjutan sistem kardiovaskular (pemeriksaan
JVP, Hemodinamik)
Stay Focus!
01
Teknik wawancara
sistem
kardiovaskular
Urutan Pengkajian
Anamnesis
● Keluhan utama
● Riwayat kesehatan
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis : Keluhan Utama
Gejala sistem kardiovaskuler yang sering dikeluhkan pasien adalah
nyeri dada (chest pain), palpitasi, nafas pendek, orthopnea, dispnea
paroksismal atau edema. Dapat juga muncul gejala mirip dengan
gejala sistem respirasi misalnya sesak nafas, wheezing, batuk dan
hemoptisis.
Palpitasi (berdebar-debar)
Sensasi kurang nyaman akibat pasien merasakan denyut jantungnya.
Palpitasi dapat terjadi karena denyut yang tidak teratur, karena
denyut yang lebih cepat atau lebih lambat atau karena peningkatan
kontraktilitas otot jantung. Palpitasi tidak selalu mencerminkan
kelainan jantung, bahkan kondisi disritmia yang sangat serius,
misalnya takikardi ventrikel, tidak dirasakan pasien sebagai palpitasi.
Dyspnea (sesak nafas)
Sensasi kurang nyaman saat bernafas karena pasien merasakan harus
berusaha lebih keras untuk bernafas. Orthopnea adalah dispnea yang
terjadi saat pasien berbaring dan membaik bila pasien duduk. Derajat
orthopnea sering diketahui dengan menanyakan dengan berapa
bantal pasien jadi merasa lebih nyaman atau apakah pasien sampai
harus tidur setengah duduk. Orthopnea sering terjadi pada gagal
jantung kiri atau mitral stenosis.
Nyeri Dada
Merupakan gejala kardial penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyakit
iskemia jantung, perikarditis dan diseksi aorta. Dalam mengkaji nyeri dada
perawat perlu mengkaji lebih jauh tentang karakteristik nyeri dada yang
berhubungan dengna gangguan sistem kardiovaskular.

Pengkajian Nyeri meliputi (PQRST)


P (Provoking Incident) : Peristiwa atau faktor penyebab nyeri
Q (Quality of Pain) : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
R (Region/Radiation) : Lokasi nyeri
S (Severity/Scale) : Seberapa jauh nyeri yang dirasakan
T (Time) : berapa lama nyeri berlangsung
Nyeri Dada: Karakteristik
Karakteristik, Lokasi, Penyebaran Durasi Pencetus Mengurangi
Rasa Nyeri
Angina Pektoris 5-15 menit Eksersi, emosi, Istirahat, NTG,
Nyeri daerah substernal menyebar makanan dan Oksigen
diatas dada dapat menyebar ke dingin
tangan bagian dalam, leher dan
dagu
Infark Miokardium > 15 menit Terjadi secara Morfin, reperfusi
Nyeri daerah substernal menyebar spontan arteri
diatas dada
Perikarditis Intermiten Serangan tiba-tiba. Analgetik,
Nyeri tajam, nyeri pada bagian kiri Nyeri meningkat antiinflamasi,
sternum, menjalar ke leher, lengan saat inspirasi, duduk tegak
dan punggung menelan, batuk.
Nyeri Dada: Karakteristik
Karakteristik, Lokasi, Penyebaran Durasi Pencetus Mengurangi
Rasa Nyeri
Nyeri esofagus 5-60 menit Posisi rekumben, NTG, makanan,
Nyeri substernal cairan dingin dan antasida
terjadi spontan
Cemas 2-3 menit Stres, takipnea, Relaksasi
Nyeri diatas dada dan bervariasi dan emosional
Fatigue
Ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan rutinitas sehari-hari.
Fatigue yang terjadi saat aktivitas ringan atau berat mengindikasikan tidak
adekuatnya curah jantung (SV rendah).

Pengukuran dengan klasifikasi fungsional ketidakmampuan kardiovaskular


dari NYHA (New York Heart Association)
● Kelas I
● Kelas II
● Kelas III
● Kelas IV
Riwayat Kesehatan
Mencari tahu gambaran umum tentang status kesehatan klien.

Pengkajian meliputi:
● Riwayat penyakit sekarang
● Riwayat penyakit dahulu
● Pengkajian psikososiospiritual
Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang dengan menanyakan tentang
perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hinggal klien meminta
pertolongan. Biasanya hal yang ditanyakan memenuhi kriteria (5W + 1 H).

When (Kapan) : sejak kapan keluhan dirasakan?


What (Apa) : apa saja yang dirasakan?
Who (Siapa) : siapa saja yang menolong/mengantarkan?
Where (Dimana) : dimana keluhan dirasakan?
Why (Kenapa) : kenapa itu bisa terjadi?
How (bagaimana) : bagaimana penanganan dirumah?
Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami sebelumnya.
Misalkan apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa,
apakah pernah mengalami penyakit yang berat dan sebagainya.

Tanyakan juga:
● Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi (efek samping yang terjadi
dimasa lalu, aalergi obat)
● Riwayat keluarga (Riwayat pekerjaan dan kebiasaan, kebiasan sosial,
kebiasaan merokok, penyakit dalam keluarga)
● Status perkawinan dan kondisi kehidupan (genogram)
Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi
penyakit yang diderita, perubahan peran klien, serta pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari.

Hal yang ditanyakan:


● Kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini
● Perubahan perilaku akibat stres
● Sumber koping
02
Teknik pemeriksaan
fisik sistem
kardiovaskular
Kondisi Umum
● BMI
● Warna kulit
● Tampak sesak
● Distensi vena jugular
Kepala
● Sianosis perifer (hidung, bibir dan telinga) dan sianosis
sentral (bukkal mukosa)

Corneal arcus Xanthelasma


Pulsasi Nadi
● Frekuensi dan ritme
● Normal 60-100x/menit
● Menurun: hipotermia, obat2an, heart block.
● Meningkat: olahraga, demam, stres
● Setiap pulsasi menggambarkan kontraksi jantung. Tidak setiap
kontraksi jantung menghasilkan pulsasi nadi.
● Reguler (hitung dalam 15 detik dan kali 4. Ireguler dihitung 1
menit.
● Apical-radial rate
Pulsasi Nadi
Nadi Radial (both) Feel the vessel, wall, and rhythm

Nadi Carotid Best for pulse character and timing

Nadi Femoral Decreased/unequal/bruit—Perpheral


Vascular Disease
radial—coarctation aorta
Foot pulses PVD
Tekanan Darah Ukuran manset dan cara mengukur

JVP Normal kurang dari 4 cm di atas


manubrium sternum
Jugular venous pressure
● Hemodinamik jantung kanan (filling volume & presure)
Tekanan Darah
● Ukuran cuff atau blader
● Posisi cuff atau bladder
● Posisi lengan
● Posisi pasien
Inspeksi Jantung
● Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang
mengungkapan keadaan jantung pada permukaan dada dengan
cara melihat / mengamati. Tanda-tanda itu adalah (1) bentuk
prekordium (2) Denyut pada apeks jantung (3) Denyut nadi pada
dada (4) Denyut vena.
Bentuk prekordium
● Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium
yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis
atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis dan akibat
penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan pada dada
dalam melakukan pekerjaan (pemahat tukang kayu dsb).
Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran
jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis.
Denyut apeks jantung (iktus kordis)
● Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama pada
orang gemuk. Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur
terlentang atau berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal
V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis sinistra.
Denyutan nadi pada dada
● Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naik-turun
seirama dengan diastolic dan sistolik. Tanda ini terdapat pada
ventrikel kanan yang membesar. Apabila di dada bagian atas
terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang
interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan
aneurisma aorta descenden.
Denyutan vena
● Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan
denyutan. Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena
jugularis interna dan eksterna.
Palpasi jantung
● Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi.
Denyutan yang tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan
palpasi. Palpasi pada prekordiun harus dilakukan dengan telapak
tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari. Palpasi
mula-mula harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan
kemudian dengan tekanan yang keras.
Pemeriksaan iktus cordis
● Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba
dinilai kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat
melihat, tetapi dapat meraba iktus. Pada keadaan normal iktus
cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial
(2 cm) dari linea midklavikularis kiri. Apabila denyut iktus tidak
dapat dipalpasi, bisa diakibatkan karena dinding toraks yang tebal
misalnya pada orang gemuk atau adanya emfisema, tergantung
pada hasil pemeriksaan inspeksi dan perkusi.
Pemeriksaan iktus cordis
Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katup
bawaan atau penyakit jantung congenital.
Harus diperhatikan :
● Lokalisasi dari getaran
● Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
● Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang
tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan
darah akan mengalir lebih cepat.
● Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan
terdengar bising jantung.
Perkusi jantung
Melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.

Batas kiri jantung


ICS II linea sternalis kanan – ICS III linea sternalis kiri
Batas kanan jantung
ICS IV linea sternalis kanan atau kiri – ICS V mid clavicula line kiri
Auskultasi Jantung
Bunyi jantung diakibatkan karena getaran dengan masa amat
pendek. Bunyi yang timbul akibat aktifitas jantung dapat dibagi
dalam :
● BJ1 : disebabkan karena getaran menutupnya katup
atrioventrikuler terutama katup mitral, getaran karena kontraksi
otot miokard serta aliran cepat saat katup semiluner mulai
terbuka. Pada keadaan normal terdengar tunggal.
● BJ2 : disebabkan karena getaran menutupnya katup semilunaris
aorta maupun pulmonalis. Pada keadaan normal terdengar
pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi
dengan pernafasan pada anak-anak atau orang muda.
Auskultasi Jantung
● BJ3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat
pengisian cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya
terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda (fisiologis)
atau keadaan dimana komplians otot ventrikel menurun
(hipertrofi/ dilatasi).
● BJ4 : disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke
ventrikel yang kompliansnya menurun. Jika atrium tak
berkontraksi dengan efisien misalnya fibrilasi atrium maka bunyi
jantung 4 tak terdengar.
Auskultasi Jantung
Auskultasi Jantung
Penilaian Bising Jantung
Yang harus dinilai bila terdengar bising jantung adalah kapan
terdengar, bentuk, lokasi di mana bising terdengar paling keras,
radiasi/ transmisi bising dari tempatnya paling keras terdengar,
intensitas bising, nada dan kualitas bising.
Auskultasi Jantung
Penilaian Bising Jantung
Kapan bising terdengar : Bising sistolik terdengar antara BJ1 dan BJ2.
Bising diastolik terdengar antara BJ2 dan BJ1.
● Bising midsistolik : mulai terdengar setelah BJ1, menghilang
sebelum BJ2 terdengar (ada gap antara bising dan bunyi jantung).
Bising midsistolik sering berkaitan dengan aliran darah yang
melalui katub-katub semilunaris.
● Bising holosistolik (pansistolik) : mengisi seluruh fase sistolik,
tidak ada gap antara bising dan bunyi jantung. Biasanya berkaitan
dengan regurgitasi darah melalui katub atrioventrikuler pada MI
atau VSD.
Auskultasi Jantung
Penilaian Bising Jantung
Kapan bising terdengar : Bising sistolik terdengar antara BJ1 dan BJ2.
Bising diastolik terdengar antara BJ2 dan BJ1.
● Bising late systolic : mulai terdengar pada pertengahan atau akhir
sistolik. Biasanya terjadi pada prolaps katub mitral. Sering
didahului dengan klik sistolik.
● Bising early diastolic : terdengar segera setelah BJ2, tanpa adanya
gap yang jelas. Menghilang sebelum terdengar BJ1. Biasanya
terjadi pada regurgitasi karena inkompetensi katub-katub
semilunaris, misal Aortic Insufficiency atau Pulmonal
Insufficiency
Auskultasi Jantung
● Bising mid diastolik : terdengar setelah BJ2 (ada gap dengan BJ2).
Bising makin melemah atau menyatu dengan bising late diastolic.
● Bising late diastolic (presistolik) : mulai terdengar pada akhir fase
diastolik, dan biasanya berlanjut dengan BJ1. Bising mid diastolik
dan bising late diastolic (presistolik) mencerminkan turbulensi
aliran darah yang melewati katub atrioventrikularis, misalnya
stenosis mitral.
Auskultasi Jantung
● Bising sistolik sering ditemukan pada stenosis aorta, stenosis
pulmonal, Ventricle Septum Defect (VSD), insufisiensi mitral
(Mitral Insufficiency/ MI). Bising diastolik sering terjadi pada
insufisiensi aorta (Aortic Insufficiency/ AI).
● Bising menerus atau continuous murmur : bising terdengar terus
menerus, baik pada fase sistolik maupun diastolik. Sering
terdapat pada Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Auskultasi Jantung
Bentuk
Bentuk atau konfigurasi bising adalah intensitas bising dari waktu ke
waktu selama terdengar.
● Bising crescendo : intensitas makin keras (misalnya bising
presistolik pada stenosis mitral).
● Bising decrescendo : intensitas makin berkurang (misalnya bising
early diastolic pada regurgitasi katub aorta).
● Bising crescendo-decrescendo : mula-mula intensitas bising
makin meningkat, kemudian menurun (misalnya bising
midsistolik pada stenosis aorta atau bising innocent).
● Bising plateau : intensitas bising tetap (misalnya bising
pansistolik pada regurgitasi mitral).
Auskultasi Jantung
Lokasi di mana bising terdengar paling keras

Dideskripsikan menggunakan komponen sela iga keberapa dan


hubungannya dengan sternum, apeks, linea midsternalis,
midklavikularis atau aksilaris anterior, misalnya “bising paling jelas
terdengar di sela iga ke-2 kanan, dekat tepi sternum” menunjukkan
asal bising dari katub aorta.
Auskultasi Jantung
Intensitas bising
Gradasi intensitas bising dibagi dalam 6 skala dan dinyatakan dalan bentuk
pecahan (misalnya grade 2/6)
● Grade 1: sangat lembut, baru terdengar setelah pemeriksa sungguh-
sungguh berkonsentrasi, tidak terdengar pada semua posisi.
● Grade 2 : lembut, tapi dapat segera terdengar begitu stetostop
diletakkan pada area auskultasi.
● Grade 3 : cukup keras
● Grade 4 : keras, teraba thrill
● Grade 5 : sangat keras, disertai thrill, dapat terdengar dengan sebagian
stetoskop diangkat dari permukaan auskultasi.
● Grade 6 : sangat keras, disertai thrill, dapat didengar dengan seluruh
bagian stetoskop sedikit diangkat dari permukaan auskultasi.
03

Pemeriksaan JVP
Tujuan Pemeriksaan JVP
Perubahan aktifitas jantung dapat memberikan gambaran pada vena
dengan cara menyebabkan perubahan tekanan vena-vena perifer,
bendungan pada vena-vena perifer dan perubahan pada bentuk
pulsus vena.
Teknik Pemeriksaan JVP
Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan dengan cara tak
langsung sebagai berikut : titik nol (zero atau level flebostatik) yaitu
titik dimana kira-kira titik tengah atrium kanan berada. Titik ini
berada kira-kira pada perpotongan antara garis mid-aksiler dengan
garis tegak lurus sternum pada level angulus Ludovici. Pada posisi
tegak, tekanan vena jugularis yang normal akan tersembunyi di
dalam rongga toraks. Pada posisi berbaring vena jugularis mungkin
akan terisi meskipun tekanan vena masih normal.
Teknik Pemeriksaan JVP
Pada posisi setengah duduk 45 derajat (dalam keadaan rileks) titik
perpotongan vena jugularis dengan klavikula akan berada pada
bidang horizontal kira-kira 5 cm diatas titik nol. Jika batas atas
denyut vena terlihat di atas klavikula, maka tekanan vena
jugularispasti meningkat.
Teknik Pemeriksaan JVP
Pulsasi vena dapat terlihat terutama pada
vena jugularis eksterna dan interna. Karena
tekanannya yang rendah, pulsasi ini tak
teraba namun dapat terlihat pada bagian atas
dari kolom darah yang mengisinya. Seperti
juga pulsus atrium, terdapat tiga komponen
dari pulsus vena yaitu gelombang a
disebabkan karena aktivitas atrium,
gelombang c karena menutupnya katup
trikuspid, serta gelombang v yang merupakan
desakan katup waktu akhir sistol ventrikel.
Referensi
● Bates & Barbara. (2005). Physical Assessment. Jakarta: EGC.
Terima Kasih!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai