Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PEMBENTUKAN


KARAKTER

Nama : Nandia Maulidina Putri

No.Absen :21

Kelas :XII IPS 3

Guru pembimbing : Lamtarida Deasy Marice L.T.,M.i.,Gr.

Mata pelajaran :Sosiologi

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang


semakin cepat pada zaman sekarang menyebabkan terjadinya globalisasi.
Globalisasi diambil dari kata “globe” dalam bahasa inggris yang berarti
“dunia”. Berdasarkan asal katanya dapat dikatakan bahwa globalisasi
adalah proses mendunia. Proses mendunia yang dimaksudkan disini yaitu
mulai masuk dan tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke seluruh
dunia (world culture) yang membuatnya seolah sudah ada sejak lama.

Setiap negara tentunya memiliki nilai-nilai dan budaya yang berbeda


antara satu sama lain, begitu pula dengan negara Indonesia. Bangsa
Indonesia memiliki nilai-nilai dan budaya yang berbeda tiap daerahnya
yang tentu saja membuat Indonesia memiliki ciri khas tersendiri. Akan
tetapi, peristiwa globalisasi ini mulai mengubah cara bertidak dan
berperilaku sehingga membuat kita lupa akan bagaimana nilai-nilai
kebudayaan dan cara berperilaku Bangsa Indonesia sebelumnya.

Globalisasi mengambil peran penting dalam munculnya tantangan


pembentukan karakter. Tantangan pembentukan karakter terbagi menjadi
tantangan internal, yaitu tantangan yang berasal dari dalam individu dan
tantangan eksternal, yaitu tantangan yang berasal dari luar individu. Ada
pula faktor-faktor dari tantangan eksternal seperti teman sebaya,
perkembangan sosial masyarakat, dan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi (Globalisasi) yang dapat mempengaruhi proses
pembentukan karakter seseorang.

Peristiwa globalisasi tentunya berdampak pada pembentukan


karakter seseorang, dampak yang timbul dapat berupa dampak positif
seperti berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta
adaptasi etos kerja dan jiwa kemandirian. Tidak hanya itu, globalisasi
juga berdampak negatif pada pembentukan karakter yang menyebabkan
munculnya kenakalan remaja, internet trolling, bullying, westernisasi,
happy slapping, dan sikap individualisme. Dampak dari globalisasi dapat
kita atasi dengan menyaring atau memilah apa saja yang kita
pelajari dari internet maupun sosial media agar menjadi negara maju
tetapi senantiasa mempertahankan jati diri bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk mengangkat judul makalah
“Dampak Globalisasi Terhadap Pembentukan Karakter”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tantangan internal dan eksternal pembentukan karakter?


2. Bagaimanakah dampak positif globalisasi terhadap pembentukan
karakter?
3. Bagaimanakah dampak negatif globalisasi terhadap pembentukan
karakter?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang tantangan internal dan eksternal dalam
pembentukan karakter.
2. Menjelaskan dan menyebutkan contoh dampak positif globalisasi
terhadap pembentukan karakter.
3. Menjelaskan dan menyebutkan contoh dampak negatif globalisasi
terhadap pembentukan karakter.

1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang dampak globalisasi
terhadap pembentukan karakter
2. Penguasaan bahasa akan meningkat, dan menambah rasa percaya diri
karna mampu berkarya
3. Menjadi referensi untuk mengembangkan suatu ilmu
4. Mengasah kemampuan diri dalam melakukan kerja pikir sistematis
5. Membantu memunculkan ide-ide baru yang mungkin berguna dalam
kemajuan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tantangan Pembentukan Karakter


2.1.1 Pembentukan Karakter

Secara etimologi istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu


karasso yang berarti cetak biru, format dasar, dana sidik seperti dalam sidik
jari. Dalam hal ini, karakter diartikan sebagai suatu yang tidak dapat dikuasai
oleh intervensi manusia, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan
angin yang menyertainya. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka
yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja
dari sananya. Sementara orang yang memiliki karakter lemah ialah orang
yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa
dapat menguasainya (Doni Koesoema, 2011: 90).

Menurut Kamus Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai watak,


tabiat, pembawaan, kebiasaan. Pengertian ini sejalan dengan uraian Pusat
Bahasa Depdiknas yang mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen,dan watak. Karakter setidaknya tersusun dari tiga bagian yang
saling berhubungan, yaitu:
1. Moral knowing (pengetahuan moral),
2. Moral feeling (perasaan moral), dan
3. Moral behaviour (perilaku moral).

Waktu yang tepat untuk membentuk karakter individu adalah di


masa-masa keemasan seorang anak (the golden age). Hal ini karena
perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat
pesat, yaitu mencapai 80%. Namun, hal ini bukan berarti seseorang yang
telah melewati masa keemas an tidak bisa membentuk karakternya menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Pada dasarnya, yang diperlukan dalam
pembentukan karakter individu adalah adanya pembiasaan. Pembiasaan
tersebut terdiri dari 3 pembiasaan, yaitu pembiasaan dalam pemikiran (habits
of the mind), pembiasaan dalam hati (habits of the heart), dan pembiasaan
dalam tindakan (habits of action) dalam membentuk karakter.

2.1.2 Tantangan Dalam Pembentukan Karakter

Proses perkembangan dan pembentukannya, karakter seseorang


dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan (nurture) dan factor
bawaan (nature). Sehingga dalam pembentukan karakter, terdapat tantangan
tantangan internal (bawaan) dan tantangan eksternal (lingkungan) yang harus
dilalui oleh individu. Tantangan internal adalah tantangan yang berasal dari
dalam diri individu. (karakternya/sifatnya mudah atau tidak di lalui).
Tantangan internal dalam pembentukan karakter tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.

a. Soft skill yang dimiliki individu


Soft skill pada dasarnya merupakan keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam
mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan
unjuk kerja secara maksimal (Muqowim, 2012:6). Keterampilan ini mampu
membangun relasi dengan orang lain secara efektif dan mampu mengelola diri.
Karakter mendasar yang terbentuk memiliki cakupan yang lebih luas dan lebih
beragam dibanding dengan karakter yang ditanamkan melalui pendidikan
karakter holistic, yaitu pendidikan yang menanamkan nilai-nilai karakter
kehidupan untuk mengoptimalkan potensi intelektual, jasmani, rohani, sosial,
emosi dan potensi spiritual.

Atribut soft skill menurut Neff dan Citrin (2001:18) meliputi: (1) inisiatif, (2)
etika/integritas, (3) berfikir kritis, (4) kemauan belajar, (5) komitmen, (6)
motivasi, (7) bersemangat, (8) dapat diandalkan, (9) komunikasi lisan, (10)
kreatif, (11) kemampuan analitis, (l2) dapat mengatasi stres, (13) manajemen diri,
(14) menyelesaikan persoalan, (15) dapat meringkas, (16) berkoperasi, (17)
fleksibel, (18) kerja dalam tim, (19) mandiri, (20) mendengarkan, (21) tangguh,
(22) berargumentasi logis, dan (23) manajemen waktu. Individu yang memiliki
soft skill yang baik akan bisa lebih cepat dan baik dalam mengembangkan
karakternya. Dan seseorang yang memiliki soft skill yang kurang baik, akan lebih
lama dalam mengembangkan karakternya.

Sedangkan yang dimaksud dengan tantangan eksternal adalah tantangan yang


berasal dari luar individu. Tantangan eksternal dalam pembentukan karakter
dapat dijelaskan sebagai berikut.

A. Lingkungan keluarga

Menurut Firdaus (2012:401) lingkungan keluarga adalah lingkungan


pendidikan anak yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak
pertama kali memperoleh pendidikan dan bimbingan. Dikatakan utama karena
sebagian besar dari kehidupan anak adalah dalam keluarga. Lingkungan keluarga
sebagai salah satu faktor penentu yang berpengaruh dalam perkembangan pribadi
anak, dapat dibagi lagi menjadi tiga aspek, yaitu:
a) Kondisi ekonomi keluarga,
b) Kerekatan orang tua dan anak, serta
c) Pola asuh/cara orangtua mendidik anak

Individu yang tinggal di keluarga dengan kondisi ekonomi baik, memiliki


kerekatan dengan orang tua, dan memiliki pola asuh yang baik akan lebih mudah
dalam mengembangkan karakternya. Kondisi ekonomi yang baik dapat
membantu individu untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas penunjang dalam
Pendidikan atau pembentukan karakternya. Memiliki kerekatan antar orang tua
atupun memiliki pola asuh yang baik juga dapat membantu seorang individu
dalam memiliki soft skill yang baik.

Kelompok masyarakat bawah pada dasarnya tidak paham apa dan bagaimana
pendidikan karakter ini. Mereka pun tidak ambil pusing untuk mengetahuinya. Ini
terjadi karena kelompok bawah lebih mementingkan roda ekonomi keluarga yang
belum mapan sehingga pendidikan karakter bagi anak mereka terlupakan. Dengan
tipe keluarga seperti ini proses pengenalan pendidikan karakter dalam internal
keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga pengembangan karakter
individu menjadi terhambat.

b. Lingkungan Pendidikan

Individu menghabiskan lebih banyak waktu produktifnya di sekolah yang


menjadi lingkungan Pendidikan formal. Tenaga kependidikan seperti guru dan
kepala sekolah, dan juga kurikulum yang ada di sekolah sangat berpengaruh pada
karakter individu. Bahkan yang lain seperti staff atau tenaga teknis, warga di
sekitar sekolah, penjual makanan yang ada disekolah, dan penjaga sekolah pun
dapat mempengaruhi perkembangan karakter individu melalui soft skill
berkomunikasi, bersosialisasi, dan beretika.

Sekolah, pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat “transfer of knowledge”


belaka. Seperti dikemukakan Fraenkel (1977:1-2), sekolah tidaklah semata-mata
tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata
pelajaran. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses
pembelajaran yang berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise).
Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education)
melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan.
Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab
bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.

c. Lingkungan kerja

Lingkungan prakerin merupakan lingkungan kerja, sedangkan pekerjaan


dapat berbentuk situasi dan kondisi pekerjaan, macam, jenis, dan tingkatan
pekerjaan (Sedarmayanti, 2003:1). Ahyari (1999:124) menyebutkan ada dua
faktor pembentuk lingkungan kerja yaitu faktor fisik dan faktor psikososial
(nonfisik). Di dalam faktor fisik terdiri dari mesin, gedung, peralatan kantor, dan
sebagainya. Sedangkan faktor lain yang bersifat nonfisik bisa berwujud manusia
yang ada dalam organisasi tersebut terutama dalam hubungan atau interaksinya.
Dengan kata lain, dalam lingkungan kerja terdapat hubungan antara manusia
dengan manusia, manusia dengan mesin, manusia dengan kendaraan.

Selain ketiga lingkungan di atas, faktor-faktor yang menjadi tantangan


eksternal dalam pengembangan karakter seorang individu juga dapat di sebutkan
sebagai berikut.

a. Teman sebaya/kelompok
Individu banyak menghabiskan ketika di luar tempat tinggal
dibandingkan pada dalam tempat tinggalnya, sehingga teman sebaya atau
kelompok pertemanannya berpengaruh terhadap pengembangan karakter
individu. Individu, terutama remaja, lebih mendengarkan perkataan teman
sebaya, sehingga terkadang menimbulkan sikap menyimpang berasal ajaran
moral dari temannya tersebut.

b. Perkembangan sosial masyarakat

Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam


upaya pembentukan karakter individu. Masyarakat yang dimaksud adalah
orang yang lebih tua yang tidak dekat, tidak dikenal, dan tidak memiliki
ikatan famili dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau
melihat tingkah laku si anak. Masyarakat dapat memberikan contoh,
mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan. Situasi
kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya (agama dan budaya)
akan mempengaruhi sikap dan cara pandang individu secara keseluruhan.
Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada ‘kini dan di sini’, maka
upaya dan ambisinya terbatas pada kini dan di sini pula.

c. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Globalisasi)

Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang memiliki


pengaruh terhadap munculnya berbagai kemungkinan perubahan dunia.
Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai hambatan yang
membuat dunia semakin terbuka dan saling membutuhkan antara satu sama
lain. Dapat dikatakan bahwa globalisasi membawa perspektif baru tentang
konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini telah menjadi realita dan
berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan budaya yang akhirnya
membawa perubahan baru.

Globalisasi yang dialami oleh manusia secara psikologi sangat berperan


dalam menentukan perubahan karakternya. Karakter dalam hal ini
merupakan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan atau presepsi terhadap
berbagai hal yang dianut oleh sekelompok masyarakat atau negara (Joseph
dan Chandra, 1998: 129). Globalisasi karakter merupakan proses penyebaran
nilai-nilai, akhlak, moral atau perilaku dari suatu kelompok atau negara yang
memiliki dominasi terhadap kelompok atau negara lainnya ke seluruh dunia
sehingga menjadi karakter dunia (world culture).

Globalisasi ibarat sebuah koin yang memiliki dua sisi yang berbeda. Di
satu sisi, globalisasi memiliki pengaruh yang positif, dan di sisi lain
globalisasi dapat membawa pengaruh yang negatif. Tergantung dari pelaku
globalisasi itu sendiri untuk menyikapinya. Sebab, muatan globalisasi terbagi
menjadi dua komponen utama yaitu nilai yang diusung dan perkembangan
teknologi informasi (Frye, dkk. 2002: 117).

2.2 Dampak Positif Globalisasi Terhadap Pembentukan Karakter


Seiring berkembangnya zaman globalisasi tentu semakin berproses hingga
semua orang di dunia dapat terhubung satu sama lain karena tidak ada lagi
penghalang antarnegara di dunia. Seperti yang kita tahu bersama, globalisasi bisa
membuka kesempatan yang sama untuk kita semua secara global. Dengan
cepatnya penyebaran informasi tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan juga
semakin pesat dan teknologi semakin berkembang.

Peluang-peluang yang dulunya tidak ada, sekarang menjadi ada tentu saja hal
ini mempunyai dampak terhadap pembentukan karakter, berikut dampak positif
globalisasi terhadap pembentukan karakter.

2.2.1 Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gambar 2.2.1 Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan IPTEK pada era globalisasi ini mempunyai dampak


positif terhadap perkembangan zaman di mana dapat menjangkau
komunikasi tanpa batas dengan negara lain yang bisa saja bertukar pikiran
untuk bisa mengembangkan hal tersebut pada negara kita. Kemudian IPTEK
berpengaruh terhadap waktu yang digunakan menjadi lebih efisien dan tentu
saja mempermudah pekerjaan manusia karena teknologi zaman sekarang
sangat canggih di mana hal tersebut dapat mendorong perekonomian menjadi
lebih baik karena luasnya lapangan pekerjaan khususnya di bidang teknologi
ataupun industri yang berdampak untuk mengurangi pengangguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan adanya globaliassi juga
membuat masyarakat menjadi memiliki cara pikir yang modern dan
menumbuhkan sikap toleransi antarsesama karena adanya rasa saling
ketergantungan antara satu sama lain serta membuat kita menjadi lebih
kreatif dalam membuat karya-karya baru. Itulah hal-hal yang membuat
pengaruh positif era globalisasi pada perkembangan IPTEK terhadap
pembentukan karakter.
2.2.2 Adaptasi Etos Kerja dan Jiwa Kemandirian

Gambar 2.2.2 Adaptasi Etos Kerja dan Jiwa Kemandirian

Globalisasi dapat mendukung adaptasi terhadap peningkatan etos kerja yang


tinggi, mempunyai jiwa kemandirian, disiplin, dan tentu saja suka bekerja keras.
Etos kerja adalah sebuah keyakinan yang dimiliki oleh seseorang dalam
melakukan sesuatu hal dengan tekad untuk bekerja keras dan memberikan yang
terbaik. Hal ini dikarenakan etos kerja dan kemandirian berawal dari
perkembangan IPTEK pada era globalisasi yang tentu saja dapat mengubah pola
pikir manusia untuk berpikir ke depan seiring dengan berkembangnya zaman di
mana komunikasi maupun teknologi tidak ada penghalang antara satu sama lain.
Berawal dari pola pikir tersebut membuat manusia untuk memiliki etos kerja
yang tinggi serta kemandirian dalam bekerja.

2.3 Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Pembentukan Karakter

Globalisasi menciptakan manusia untuk bisa saling terhubung di seluruh


dunia. Globalisasi menghapus batas-batas antar negara. Adanya kemajuan
teknologi karena globalisasi dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif
globalisasi tersebut akan mengubah tatanan kehidupan masyarakat. Sehingga
dapat mempengaruhi perubahan karakter pada masyarakat. Berikut ini adalah
dampak negatif globalisasi terhadap pembentukan karakter :

2.3.1 Terjadinya Kenakalan Remaja

Gambar 2.3.1 Terjadinya Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan dampak negatif dari globalisasi. Globalisasi


membawa arus negatif pada pelajar Indonesia. Gambar di atas merupakan aksi
tawuran antar anak SMA, salah satu kenakalan remaja yang dilakukan. Aksi
tersebut dapat mempengaruhi pembentukan karakter remaja. Yang tadinya selalu
rukun dan cinta damai, sekarang memiliki jiwa permusuhan, saling benci, tidak
menghargai satu sama lain, dan tidak menghormati satu sama lain. Sehingga akan
menimbulkan konflik yang menjurus kedalam perpecahan. Itulah mengapa
kenakalan remaja dapat mengubah karakter pelajar.

Terdapat banyak macam aksi kenakalan remaja yaitu membohongi orang tua.
Artinya, anak sudah tidak memiliki karakter kejujuran di dalam diri sendiri
karena dia telah melakukan kebohongan. Kemudian seorang anak berani untuk
melawan guru sendiri. Artinya karakter menghormati orang yang lebih tua sudah
hilang dalam diri mereka.

2.3.2 Internet Trolling


Gambar 2.3.2 Internet Trolling

Berkembangnya teknologi internet merupakan salah satu dampak globalisasi.


Dengan internet semua orang dapat berinteraksi di belahan dunia manapun
melalui sosial media. Namun, tidak semua orang menggunakan media sosial
dengan bijak. Ada beberapa orang yang tidak menggunakannya dengan bijak
seperti menghina orang lain atau yang disebut internet trolling. Internet Trolling
adalah serangan dari orang yang tidak dikenal melalui media sosial dengan
penggunaan kata yang bersifat memfitnah, memojokkan, menuduh, menjelekkan,
menyakitkan bahkan melecehkan. Internet trolling termasuk dalam perundungan
siber. Perundungan siber termasuk intimidasi online. Jika terjadi perundungan
siber maka korban bullying akan mengalami gangguan pada psikisnya.

Gambar di atas merupakan contoh internet trolling mengenai body shamming


atau menghina fisik orang lain. Tentunya korban akan mengalami gangguan
psikis. Korban akan merasa selalu kurang percaya diri untuk tampil di depan
umum, timbulnya sifat malu, dan timbulnya rasa khawatir mengenai penampilan
fisiknya. Hinaan pedas yang dilontarkan orang-orang akan menjatuhkan mental
seseorang. Itulah dampak negatif globalisasi yang dapat menjatuhkan mental
seseorang.

2.3.3 Westernisasi
Gambar 2.3.3 Westernisasi
Berkembangnya teknologi internet sangat berpengaruh terhadap karakter
masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui bagaimana gaya hidup luar negeri melalui
internet dengan sangat mudah dan cepat. Sehingga tanpa sadar mereka akan
mengikuti gaya hidup budaya luar atau yang disebut dengan westernisasi.

Westernisasi adalah sikap yang mengikuti budaya luar negeri. Westernisasi


merupakan dampak negatif dari globalisasi. Karena dengan adanya westernisasi,
masyarakat Indonesia jarang menggunakan produk lokal. Mereka lebih suka
menggunakan produk luar negeri. Selain itu, lunturnya karakter cinta tanah air.
Mereka lebih sering mengesampingkan produk dalam negeri dan lebih sering
menggunakan produk luar. Contoh sikap westernisasi lainnya yaitu dengan adanya
fast food/ makanan cepat saji dan pakaian modis.

2.3.4 Bullying
Gambar 2.3.4 Bullying

Semakin berkembangnya teknologi internet dan komunikasi memudahkan


siapapun untuk mengakses apa yang terjadi di dunia luar. Biasanya bullying dapat
terjadi setelah melihat tontonan televisi atau sosial media. Bullying adalah bentuk
penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau sekelompok
orang yang lebih kuat dan berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk
menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Korban bullying akan mengalami
gangguan psikis atau bahkan dapat menimbulkan trauma.

Bullying disebabkan karena kurang kuatnya karakter saling menghargai antara


satu sama lain dan kurang pandai dalam bergaul. Anak yang kurang pandai dalam
bergaul atau antisosial, cenderung mengalami pem-bully-an. Itulah yang
menyebabkan bullying terjadi
2.3.5 Happy Slapping
Gambar 2.3.5 Happy Slapping
Happy Slapping merupakan perundungan siber. Majunya perkembangan
teknologi memudahkan kita menyebar informasi dan berita berita yang tidak benar
atau hoaks. Happy slapping adalah perundungan yang dilakuakan sekelompok orang
melalui jejaring sosial sehingga dapat menjangkau sebanyak mungkin orang,
menggunakan kekerasan untuk mendapatkan popularitas di jaringan tersebut.

Pelaku sendirilah yang merekam aksi perundungan (bullying) mereka yang


nantinya akan disebarluaskan melalui media sosial. Tindakan ini mencerminkan
rusaknya moral dalam diri seseorang. Korban happy slapping cenderung akan
memiliki karakter yangindividual, tidak ingin bekerjasama, takut, dan menutup diri.
Korban dapat mengalami trauma akibat video yang tersebar di media sosial. Pelaku
yang menjalankan tidak memiliki aturan, hilangnya kesopanan, dan tidak adanya
moral. Tersebarnya video perundungan di media sosial dengan cepat merupakan
dampak negatif globalisasi.

2.3.6 Sikap Individualisme


Gambar 2.3.6 Sikap Individualisme

Berkembangnya globalisasi dengan adanya internet dapat berdampak negatif


bagi kehidupan sosial. Cara pandang masyarakat cenderung berubah. Mereka pasti
berpikir jika tidak perlu bersosialisasi karena sudah ada internet. Hal inilah yang
menyebabkan munculnya sikap individualisme, enggan peduli, dan acuh tak acuh.

Gambar di atas menunjukkan bagaimana mereka memiliki dunia masing-masing.


Ketika berkumpul dengan teman, mereka pasti sibuk dengan telepon genggam
masing-masing sehingga sifat individualisme terbentuk. Hal ini lah yang
menyebabkan lunturnya kepedulian lingkungan dan sosial, serta berkurangnya
interaksi yang terjadi. Inilah mengapa globalisasi dapat menyebabkan dampak negatif.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Globalisasi adalah proses dimana suatu nilai-nilai dan kebudayaan tertentu mulai
tersebar ke seluruh dunia (world culture) yang membuatnya seolah sudah ada sejak
lama. Globalisasi tentunya memiliki peran dalam pembentukan karakter individu.
Proses perkembangan dan pembentukannya, karakter seseorang dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor lingkungan (nurture) dan faktor bawaan (nature). Sehingga dalam
pembentukan karakter, terdapat tantangan tantangan internal (bawaan) dan tantangan
eksternal (lingkungan) yang harus dilalui oleh individu. Tantangan internal adalah
tantangan yang berasal dari dalam diri individu. Tantangan eksternal adalah tantangan
yang berasal dari luar diri individu, contohnya seperti persitiwa globalisasi ini.

Seperti yang kita tahu bersama, globalisasi bisa membuka kesempatan yang sama
untuk kita semua secara global. Dengan cepatnya penyebaran informasi tersebut,
perkembangan ilmu pengetahuan juga semakin pesat dan teknologi semakin
berkembang. Peluang-peluang yang dulunya tidak ada, sekarang menjadi ada tentu
saja hal ini mempunyai dampak terhadap pembentukan karakter, dampak positif yang
timbul akibat globalisasi seperti berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
serta adaptasi etos kerja dan jiwa kemandirian yang tumbuh dalam diri individu.

Akan tetapi, adanya kemajuan teknologi karena globalisasi juga dapat


menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif globalisasi tersebut akan mengubah
tatanan kehidupan masyarakat. Sehingga dapat mempengaruhi perubahan karakter
pada masyarakat. Dampak negatif globalisasi terhadap pembentukan karakter seperti
munculnya kenakalan remaja, internet trolling, bullying, westernisasi, happy slapping,
dan sikap individualisme.

3.2 Saran
Sebagai individu, kita harus bisa memilah mana saja yang dapat kita terapkan
supaya dapat meminimalisir dampak negatif dari globalisasi ini. Kita juga dapat
memanfaatkan peristwa globalisasi dengan benar agar menjadi negara yang lebih
maju.

DAFTAR PUSTAKA

A, Doni Koesoema. (2011). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman


Global. Jakarta: PT Gramedia. (https://books.google.co.id/books?
id=1h0bHw8XHFEC&printsec=frontco ver), Diakses pada 23 Oktober 2022.
Ahyari, A. (1999). Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Buku 2.
Yogyakarta: BPFE. Diakses pada 23 Oktober 2022.

Baihaqi, Bari. (2018). Hambatan dalam Implementasi Pendidikan Karakter.


(https://www.neraca.co.id/article/97888/hambatan-dalam-implementasi- pendidikan-
karakter), Diakses pada 23 Oktober 2022.

Cahyaningrum, E. S., Sudaryanti, S., & Purwanto, N. A. (2017). Pengembangan nilai-


nilai karakter anak usia dini melalui pembiasaan dan
keteladanan. Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 203-213.
(https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/17707), Diakses pada 23 Oktober
2022.

Dewiyani, A.A. I. C. (2022). TANTANGAN PEMBENTUKAN KARAKTER.


(https://drive.google.com/file/d/1T2vicAEyb9RibHh51o3opTxovq_KI3dt/ view),
Diakses pada 21 Oktober 2022.

Firdaus, Z. Z. (2012). Pengaruh Unit Produksi, Prakerin dan Dukungan Keluarga


terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2 (3).
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv), Diakses pada 23 Oktober 2022.

Muqowim. (2012). Pengembangan Soft Skills Guru. Jakarta: Pedagogia.


(https://ailis.lib.unair.ac.id/opac/detail-opac?id=158664), Diakses pada 23 Oktober
2022.

Neff, TJ dan J.M. Citrin. (2001). Lesson from The Top. Doubleday Business. New
York. Diakses pada 23 Oktober 2022.

Sakti, D. A. K. (2022). Pendidikan Karakter.


(https://drive.google.com/file/d/1W8qYKUfQpN1sFj7C1XR6HAdmnhk1
3147/view), Diakses pada 21 Oktober 2022.

Sedarmayanti. (2003). Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan


karakter berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2).

(https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/757), Diakses pada 23


Oktober 2022.
Ratnawati, D. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter holistik
siswa SMKN di Kota Malang. Jurnal Taman Vokasi, 3(2).
(https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamanvokasi/article/view/363), Diakses pada
23 Oktober 2022.

Anda mungkin juga menyukai