DASAR
Fungsi dan Grafik
Fakultas : FTI
Program studi : TEKNIK MESIN
Tatap Muka
06
Kode Matakuliah : F5119002
Disusun oleh : Andrian Saputro, ST., MT.
BAB II
FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI
2.1 Fungsi
2.2 Grafik Fungsi
2.3 Barisan dan Deret
2.4 Irisan Kerucut
2.1 Fungsi
Dalam berbagai aplikasi, korespondensi/hubungan antara dua himpunan sering terjadi. Sebagai
4
contoh, volume bola dengan jari-jari r diberikan oleh relasi V S r 3 . Contoh yang lain, tempat
3
kedudukan titik-titik ( x, y ) yang jaraknya 1 satuan dari titik pangkal O adalah x 2 y 2 1 . Ada hal
penting yang bisa dipetik dari contoh di atas. Misalkan X menyatakan himpunan semua absis lebih dari
atau sama dengan 1 dan kurang dari atau sama dengan 1, sedangkan Y himpunan ordinat lebih dari atau
sama dengan 1 dan kurang dari atau sama dengan 1. Maka elemen-elemen pada X berkorespondensi
dengan satu atau lebih elemen pada Y. Selanjutnya, korespondensi x 2 y 2 1 disebut relasi dari X ke Y.
Secara umum, apabila A dan B masing-masing himpunan yang tidak kosong maka relasi dari A ke B
didefinisikan sebagai himpunan tak kosong R A u B .
A B
a1 b1
a2 b2
a3 b3
b4
23
Jika R adalah relasi dari A ke B dan x A berelasi R dengan y B maka ditulis:
( a , b) R atau aRb atau b R( a )
Apabila diperhatikan secara seksama, ternyata dua contoh di atas mempunyai perbedaan yang
mendasar. Pada contoh yang pertama setiap r ! 0 menentukan tepat satu V ! 0 . Sementara pada contoh
yang ke dua, setiap x [1,1] berelasi dengan beberapa (dalam hal ini dua) nilai x [1,1] yang berbeda.
Relasi seperti pada contoh pertama disebut fungsi.
Jadi, relasi R dari A ke B disebut fungsi jika untuk setiap x A terdapat tepat satu y B sehingga
b R(a) .
Sebagai contoh, misalkan X ^1, 2` dan Y ^3, 6`. Himpunan ^(1, 3), (2, 3)` merupakan fungsi dari
X ke Y, karena setiap anggota X berelasi dengan tepat satu anggota Y. Demikian pula, himpunan
^(1, 6), (2, 3)` merupakan fungsi dari X ke Y. Sementara himpunan ^(1, 3), (1, 6), (2, 3)` bukan merupakan
fungsi dari X ke Y, karena ada anggota X, yaitu 1, yang menentukan lebih dari satu nilai di Y.
Fungsi dinyatakan dengan huruf-huruf: f, g, h, F, H, dst. Selanjutnya, apabila f merupakan fungsi
dari himpunan A ke himpunan B, maka dituliskan:
f:AoB
Dalam hal ini, himpunan A dinamakan domain atau daerah definisi atau daerah asal, sedangkan
himpunan B dinamakan kodomain atau daerah kawan fungsi f. Domain fungsi f ditulis dengan notasi
Df, dan apabila tidak disebutkan maka disepakati bahwa domain fungsi f adalah himpunan terbesar di
dalam R sehingga f terdefinisikan atau ada. Jadi:
Df ^x R : f ( x) ada (terdefinis ikan )`
Himpunan semua anggota B yang mempunyai kawan di A dinamakan range atau daerah hasil
fungsi f, ditulis R f atau Im(f) (Perhatikan Gambar 2.1.2).
24
A B
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ Ɣ
Rf
Gambar 2.1.2
x f y
Selanjutnya, x dan y masing-masing dinamakan variable bebas dan variabel tak bebas. Sedangkan y
= f(x) disebut rumus fungsi f.
1 x 1
a. f ( x) b. f ( x) c. f ( x) ln( x 2 x 6)
x2 2
x 1 x5
Penyelesaian:
a. Suatu hasil bagi akan memiliki arti apabila penyebut tidak nol. Oleh karena itu,
½
Df ®x R :
1
terdefinis ikan ¾ ^x R : x 2 z 0` R {2}
¯ x 2 ¿
b. Karena akar suatu bilangan ada hanya apabila bilangan tersebut tak negatif, maka:
25
x ½ x ½
Df ®x R : 2
ada ¾ ®x R : 2 t 0¾
¯ x 1 ¿ ¯ x 1 ¿
^x R : 1 x d 0 atau x ! 1` (1,0] (1, f).
c. Suatu jumlahan memiliki arti apabila masing-masing sukunya terdefinsikan. Sehingga:
1 ½
Df ®x R : ln( x 2 x 6) ada ¾
¯ x5 ¿
1 ½
®x R : ada dan ln( x 2 x 6) ada ¾
¯ x5 ¿
^x R : x 5 z 0 dan ( x 2 x 6) ! 0`
^x R : x z 5 dan ( x 2 atau x ! 3)`
^x R : x z 5 dan x 2` atau ^x R : x z 5 dan x ! 3)`
= (f,5) (5,2) (3, f) Ű
a. f (1) 3.(1) 2 (1 1) 2.
b. f ( x 2) 3( x 2) 2 1 ( x 2) 3x 2 12 x 12 1 ( x 2) .
1
c. f (1 x) 3.(1 x) 2 3 x2 x .
1x
26
A B
a1Ɣ Ɣb1
aƔ Ɣb2
aƔ Ɣb3
aƔ
(ii). Apabila setiap anggota himpunan B mempunyai yang kawan di A, kawannya tunggal, maka f disebut
fungsi injektif atau fungsi 1-1 (into function).
A B
Ɣb1
a1Ɣ Ɣb2
a2Ɣ Ɣb3
a3Ɣ Ɣb4
Ɣb5
(iii). Jika setiap anggota himpunan B mempunyai tepat satu kawan di A maka f disebut fungsi bijektif atau
korespodensi 1-1. Mudah dipahami bahwa korespondensi 1-1 adalah fungsi surjektif sekaligus
injektif.
A B
a1Ɣ Ɣ b1
a2Ɣ Ɣ b2
a3Ɣ Ɣ b3
a4Ɣ Ɣ b4
27
2.1.2 Operasi Pada Fungsi
Diberikan skalar real D dan fungsi-fungsi f dan g. Jumlahan f g , selisih f g , hasil kali skalar
domain: [1, f) Ű
28
A B
f
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Ɣ
Gambar 2.1.7
merupakan fungsi. Fungsi ini disebut fungsi invers, ditulis dengan notasi f 1 . Perhatikan Gambar 2.1.8
berikut.
X f Y
xƔ Ɣy
f 1
Gambar 2.1.8
Jadi:
x f 1 ( y) y f ( x) dengan D f 1 R f dan R f 1 Df
x 1
Contoh 2.1.5 Tentukan f 1 jika diketahui f ( x) 1 .
3x 2
29
Penyelesaian:
x 1
y f ( x) 1
3x 2
x 1
1 y
3x 2
(1 y)(3x 2) x 1
3x 3xy 2 y 2 x 1
2 x 3xy 2 y 3
2y 3
x f 1( y)
2 3y
2x 3
Jadi, f 1 ( x) Ű
2 3x
x y f 1 ( y) y!0
30
x jika x ! 0
°
°
° 0 jika x 1
f 1 ( x) ® .Ű
°
°1 x jika x 1
° x
¯
dikerjakan pada g (x) dan diperoleh fungsi baru h( x) f ( g ( x)) . Ini disebut fungsi komposisi dari f dan g,
ditulis f $ g .
f $g
y g (x)
xƔ Ɣ Ɣ
z f ( g ( x))
g f
31
Contoh 2.1.7 Jika f(x) = x2 dan g(x) = x1 maka tentukan fungsi-fungsi berikut beserta domainnya.
a. f $ g b. g $ f c. f $ f d. g $ g
Penyelesaian:
Contoh 2.1.8 Jika f ( x) 1 x 2 dan g ( x) 2 x 2 maka tentukan fungsi-fungsi berikut ini beserta
domainnya.
a. f $ g b. g $ f
Penyelesaian:
D f $g ^x Dg : g ( x) D f ` ^x R : 1 d 2x 2 d 1`
^x R : 0 d x 2 d 1 2`
®x R :
¯
1
2
2dxd
1 ½.
2¾
2 ¿
x
1 x jika x t 0 ° x 1 jika x ! 1
° °
f ( x) ® g ( x) ®
°1 x jika x 0 °2 x 1 jika x d 1
¯ °
¯
32
Penyelesaian:
x x 11 1
(i). Untuk x ! 1 , g ( x) 1 ! 1 ! 0 . Sehingga:
x 1 x 1 x 1
x
( f $ g )( x) f ( g ( x)) 1 g ( x) 1
x 1
(ii).Untuk x d 1 , g ( x) 2 x 1 d 2.1 1 1 . Karena g ( x) d 1 , maka dapat dibedakan menjadi 0 d g ( x) d 1
dan g ( x) 0 . Selanjutnya,
33
3x x 2 ( x 1) 2 3
f ( x)
x2 1
merupakan fungsi aljabar. Fungsi yang bukan fungsi aljabar disebut fungsi transenden. Beberapa contoh
fungsi transenden adalah fungsi trigonometri, fungsi logaritma, dsb.
Fungsi Aljabar
Fungsi Aljabar meliputi :
(1). Fungsi rasional :
a. Fungsi bulat (fungsi suku banyak)
b. Fungsi pecah.
(2). Fungsi irasional.
Y
3
f(x) = 3
a0 f(x) = a0
X
0
f(x) = 1
1
Gambar 2.2.1
34
(b). Fungsi linear: f(x)= mx + n
Grafik fungsi ini berupa garis lurus dengan gradien m dan melalui titik (0, n) .
y=x+2
y=x
2
y=x3
2 0 3
3 y = x
Gambar 2.2.2
Grafik fungsi kuadrat berupa parabola. Diskriminan: D b 2 4ac . Secara umum, grafik fungsi
kuadrat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
35
D>0
a>0
D>0
a<0
(a) (b)
D=0
a>0
D=0
a<0
(c) (d)
D<0
a>0
D<0
a<0
(e) (f)
Gambar 2.2.3
36
Y
y = x2
y = ¼ x2
X
2 4
y = 4x ± x2
Gambar 2.2.4
y = x3
Y y = (x1)3
1 X
1
Gambar 2.2.5
37
Fungsi Pecah
Fungsi f(x) yang dapat dinyatakan sebagai hasil bagi dua fungsi suku banyak
a0 a1 x ... an x n
f ( x)
b0 b1 x ... bm x m
disebut fungsi pecah. Grafik beberapa fungsi pecah sederhana, seperti:
1 x
f(x) = dan f ( x)
x x 1
diperlihatkan dalam gambar berikut.
x
y=
x 1
y=1
y = 1/x
x=1
Gambar 2.2.6
Fungsi Irasional
Beberapa contoh fungsi irasional beserta grafiknya diperlihatkan pada gambar berikut ini.
38
y x
(a)
a
y a x2
a a
a a
y a x2
a
(b) (c)
Gambar 2.2.7
Fungsi Transenden
Fungsi transenden meliputi: Fungsi Trigonometri, Fungsi Siklometri, Fungsi Eksponen, dan Fungsi
Logaritma.
(a). Fungsi trigonometri
Ditinjau titik sebarang P(x,y) pada bidang koordinat seperti terlihat dalam gambar berikut ini.
39
x
P(x,y)
r y
Gambar 2.2.8
Apabila r menyatakan jarak titik P ke O dan T menyatakan besar sudut antara OP dengan sumbu X
(arah berlawanan dengan jarum jam), maka berturut-turut didefinisikan sebagai berikut:
sin T = y/r cos T = x/r
tan T = y/x cot T = x/y
sec T = r/x csc T = r/y
Dari definisi mudah ditunjukkan hubungan-hubungan berikut:
sin T cosT
tan T = , cosT
cosT sin T
1 1
sec T = , cscT
cosT sin T
dan:
sin2 T + cos2T = 1 1 + tan2 T = sec2 T 1 + cos2 T = csc2 T
Berbeda halnya dengan geometri yang biasanya besar sudut diukur dalam derajat, maka dalam
kalkulus besar sudut dinyatakan dalam radian. Besar sudut satu radian sama dengan besar sudut pusat
juring lingkaran OPQ yang panjang busurnya sama dengan jari-jari lingkaran (perhatikan Gambar 2.2.9).
40
Q
r
O r P
Gambar 2.2.10 (a) Grafik y sin x Gambar 2.2.10 (b) Grafik y cos x
Untuk ± S d x d 2S, grafik y = sin x dan y = cos x berpotongan di x = S/4 dan x = 5S/4.
41
Gambar 2.2.11 (a) Grafik y tan x Gambar 2.2.11 (b) Grafik y cot x
Gambar 2.2.11 (c) Grafik y sec x Gambar 2.2.11 (d) Grafik y csc x
42
y = sin1 x = arcsin x x = sin y y [S/2, S/2]
Demikian pula untuk invers fungsi trigonometri yang lain.
y = cos1x = arccos x x = cos y y [0, S]
y = tan ±1x = arctan x x = tan y y (S/2, S/2)
y = cot 1x = arccot x x = cot y y (0, S)
y = sec 1x = arcsec x x = sec y y (S/2, S/2)
y = csc1 x = arccsc x x = csc y y (0, S)
Selanjutnya, grafik fungsi siklometri dapat dilihat pada Gambar 2.2.12 di bawah ini.
43
(c) Fungsi Eksponensial
Untuk a ! 0, a z 1 , fungsi f dengan rumus:
f(x) = ax
disebut fungsi eksponensial. Grafik fungsi eksponensial diperlihatkan pada gambar berikut:
y ax, a !1
y ax, 0 a 1
Gambar 2.2.13
f ( x) a log x
disebut fungsi logaritma. Dalam hal ini D f ^x R : x ! 0`. Grafik fungsi logaritma diperlihatkan pada
gambar dibawah.
44
y a log x, a ! 1
y a log x, 0 a 1
Gambar 2.2.14
Grafik fungsi yang disajikan dalam sistem koordinat kutub r f (T ) adalah himpunan semua titik P
sehingga paling sedikit satu representasi titik P, yaitu (r ,T ) , memenuhi persamaan tersebut.
45
(2, S/2)
(2, S/4)
(2, 0)
(2, S) (2, 2S)
Gambar 2.2.15
46
Berdasarkan hasil pada Tabel 2.2.1, grafik dapat dilihat pada Gambar 2.2.16.
Contoh 2.2.3 Gambarlkan daerah yang berada di dalam kurva r = 2 2 cosT tetapi di luar lingkaran
r = 2 sin T .
Penyelesaian: Untuk beberapa nilai T , maka titik-titik yang dilalui oleh kurva di atas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.2.2
T r = 2 2 cosT r = 2 sin T
0 4 0
S 6 2+2 3 1
S 4 2+ 2 2
S 3 3 3
S 2 2 2
S 0 0
3S 2 2 2
2S 4 0
47
Gambar 2.2.17
Soal Latihan
Untuk soal 1 ± 12, diberikan persamaan dalam x dan y. Tentukan persamaan yang mana y merupakan
fungsi x.
1. 2 x 3 y 6 2. xy 1 3. x 2 y 4
4. x y 2 4 5. x 2 4 y 2 4 6. 2x y 1
7. y 3 x 0 8.
x
1 9. y >x@
y
48
x u 1
16. f (t ) t 2 1 17. f ( x) 18. f (u )
x3 1 u 1
s § x2 ·
19. f ( x) ln 1 x 20. f (s) 2s 21. f ( x) ln ¨ 2¸
s 1 © 2x 1 ¹
x5
22. Tentukan f (0), f (2), dan f ( x h) jika f ( x) .
x 1
23. Tentukan f (1), f (16), dan f ( x h) jika f ( x) x x
Untuk soal 26 ± 31, diberikan fungsi f dan g. Tentukan f g , f g , f .g , dan f g beserta dengan
masing-masing domainnya.
26. f ( x) x 3, g ( x) x 27. f ( x) x 1, g ( x) 2 x
28. f ( x) x 2 1, g ( x) 1 x 29. f ( x) 1 x , g ( x) 1 x 3
x x x 1
30. f ( x) ,. g ( x) x2 1 31. f ( x) , g ( x)
2
x 3x 2 x 1 x2
32. f ( x) x 3, g ( x) x 33. f ( x) x , g ( x) x
x x 1
34. f ( x) , g ( x) 35. f ( x) 1 x , g ( x) x 1
x 1 x2
x
36. f ( x) ,. g ( x) x2 1 37. f ( x) x 2 1, g ( x) 1 x
2
x 3x 2
49
38. f ( x) x 1, g ( x) 2 x 39. f ( x) x 2 1, g ( x) 1 x
x, xt0 2 x, xt0
° °
40. f ( x) ® , g ( x) ®
°3x, x0 ° 5 x, x0
¯ ¯
x 1
° x , x!0
°
41. f ( x) x 1, g ( x) ®
° 2x , xd0
°
¯
50
Definisi 2.3.1 Barisan bilangan real adalah fungsi bernilai real dengan domain sistem
Pada bagian ini akan dibicarakan fungsi dengan domain sistem bilangan asli. yang
bilangan asli. Nilai fungsi di n disebut suku ke-n.
Jadi, barisan bilangan real adalah fungsi f : N o R . Untuk seterusnya, barisan bilangan real cukup
disebut sebagai barisan. Suku ke-n suatu barisan, yaitu f (n) , biasa dinyatakan dengan an, n N.
Selanjutnya, barisan dengan suku-suku an, n N, ditulis dengan notasi ^an `.
d. ^an ` ^sin nS ` n ½
e. ^an ` ® ¾
¯ n 1¿
f. ^an ` ^(1)n `
Definisi 2.3.3 Diberikan barisan ^an `. Jumlahan tak hingga:
f
¦a
k 1
k a1 a2 ... an ...
51
2.4 Irisan Kerucut
Diketahui luasan berbentuk kerucut tegak dengan setengah sudut puncak D dan titik puncak P.
Apabila kerucut tersebut diiris dengan bidang W tidak melalui P dan membentuk sudut E terhadap sumbu
kerucut maka irisannya akan berbentuk suatu kurva, yang selanjutnya disebut irisan kerucut. Bentuk irisan
kerucut ini tergantung pada besar sudut E . Apabila:
(a). E t D maka irisan kerucut berupa eilips. Perhatikan gambar di bawah.
P
W
Gambar 2.4.1
(b.). E D maka irisan kerucut yang terjadi berbentuk parabola (lihat Gambar 2.4.2).
P
W
Gambar 2.4.2
52
(c.). 0 d E D maka terjadi kelas hiperbola
P
W
Gambar 2.4.3
Irisan kerucut juga dapat didefinisikan sebagai himpunan semua titik yang perbandingan jaraknya
ke suatu titik tertentu dan kesuatu garis tertentu tetap. Selanjutnya, titik tertentu tersebut dinamakan titik
fokus yang dinyatakan dengan F, garis tertentu tersebut dinamakan garis arah yang dinyatakan dengan d,
dan perbandingan yang tetap tersebut dinamakan eksentrisitas yang ditulis H . Berdasarkan eksentrisitasnya
irisan kerucut dapat dibedakan menjadi:
a. Kelas ellips jika 0 d H 1
b. Kelas parabola jika H 1
c. Kelas hiperbola jika H ! 1
Diambil fokus F berimpit dengan titik asal O dan garis arah d mempunyai persamaan x + p = 0
dengan p > 0.
53
x+ p=0
OF
Gambar 2.4.4
Jika P(x,y) sebarang titik pada irisan kerucut maka perbandingan jarak P ke F dan P ke d sama
dengan H , yaitu:
PF
H
PD
atau
x2 y2
H
x p
x2 y2 H2 x p 2
1 H 2 x2 y2 2H 2 px H 2 p 2
54
P(x,y)
x+ p=0 Ɣ
OF
Gambar 2.4.5
2 2H 2 p y2 H 2 p2
x x
1 H 2 1 H 2 1 H 2
2
§ 2 ·
¨x H p ¸ y H 2 p2 H 4 p2
2
¨ 1 H 2 ¸¹ 1 H 2 1 H 2 2
© 1 H 2
2
§ H2p · y2 H 2 p2 1 H 2 H 4 p2
¨¨ x ¸
© 1 H 2 ¸¹ 1 H 2 1 H 2
2
H 2 p2
=
1 H 2
2
H 2 p2
Selanjutnya, dengan menggambil x = x **
diperoleh:
1 H 2
y2 H 2 p2
(x**)2 +
1 H 2 1 H 2
2
x ** 2 y2
1
H 2 p2 1 H 2 H 2 p2
2 2
1 H 2 1 H 2
55
x ** 2 y2
1
H 2 p2 H 2 p2
1 H 2
2
1 H 2
H 2 p2 H 2 p2
(a). Untuk 0 d H 1 diambil: c 2 dan a 2 , maka diperoleh:
1 H 2 1 H 2
2
x ** 2 y2
1
a2 b2
H 2 p2 c
Karena 1 H 2 a2 b2 , dan H , maka: b2 + c2 = a2 . Secara umum, persamaan ellips
1 H 2 a
dengan pusat O(0,0), sumbu simetris garis y = 0 dan x = 0, fokus F( r c,0) , dan garis arah d dengan
a2
persamaan x = r diberikan oleh:
c
x2 y 2
1
a 2 b2
Jika a = b maka ellips mempunyai persamaan:
x2 + y2 = a2
Ini adalah persamaan lingkaran dengan pusat O dan berjari-jari a. Jadi, lingkaran adalah ellips
dengan titik fokus dan titik pusat O.
b
ƔP(x,y)
Ɣ Ɣ
a a
b
Gambar 2.4.6
56
H 2 p2 H 2 p2
(b). Untuk H ! 1 , diambil a 2 dan a2 1 H 2 = b2 maka diperoleh c2 = a2 + b2
1 H 2
2
1 H 2
c
dan H dan:
a
x ** 2 y2
1
a2 b2
Jadi, persamaan hyperbola dengan pusat O(0,0) , sumbu simetris garis y = 0 dan x = 0, titik fokus
a2
F( r c,0) , dan garis arah d : x = r diberikan oleh:
c
x2 y2
1
a2 b2
b b
y x y x
a a
Ɣ(0,b)
Ɣ Ɣ Ɣ Ɣ
(c,0) (a,0) (a,0) (c,0)
Ɣ(0,b)
Gambar 2.4.7
57