Halaman
LAMPIRAN 1.1
LAMPIRAN 1.4 A
LAMPIRAN 1.4 B
Halaman
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... i
Halaman
Halaman
(1) Metode Pengukuran Urugan Porous atau Material Filter ........... 2.4 - 8
(2) Metode Pengukuran Filter Plastik Anyaman dan Pipa Porous ... 2.4 - 8
(3) Metode pengukuran Lubang Sulingan, Kertas Aspal dan
Adukan Semen .......................................................................... 2.4 - 8
(4) Dasar Pembayaran .................................................................... 2.4 - 8
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
LAMPIRAN 5.4
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT ........ 6.1 - 1
Halaman
Halaman
LAMPIRAN 6.3
LAMPIRAN 6.4
Halaman
LAMPIRAN 6.5
Halaman
LAMPIRAN 6.6
Halaman
LAMPIRAN 6.7
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015 ii
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN 6.7
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015 ii
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN 6.8 A
LAMPIRAN 6.8 B
LAMPIRAN 6.8 C
LAMPIRAN 6.8 D
Halaman
LAMPIRAN 6.8 A
LAMPIRAN 6.8 B
LAMPIRAN 6.8 C
LAMPIRAN 6.8 D
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
DAFTAR ISI i
Halaman
DAFTAR ISI i
Halaman
DAFTAR ISI i
Halaman
Halaman
Halaman
(1) Lereng Galian atau Timbunan yang Tidak Stabil ..................... 8.3 - 2
(2) Stabilisasi dengan Tanaman ..................................................... 8.3 – 3
(3) Penghijauan (Penanaman Kembali) .......................................... 8.3 - 4
Halaman
Halaman
Halaman
SEKSI 8.6 PENERANGAN JALAN DAN LAMPU LALU LINTAS .... 8.6 - 1
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
LAMPIRAN 1.1
LAMPIRAN 1.4 A
LAMPIRAN 1.4 B
1.2.1 UMUM
(1) Uraian
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar dalam Seksi Klasifikasi
Pekerjaan Konstruksi harus diselesaikan dalam waktu 90 hari terhitung setelah
tanggal mulainya pekerjaan, kecuali bahwa fasilitas atau pelayanan
pengendalaian mutu harus telah terpasang dan siap digunakan dalam waktu 60
(enam puluh) hari.
(3) Pelaporan
(2) Program Mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua kegiatan mobilisasi
yang berlaku seperti yang tercantum dalam daftar Paragraf 1.2.1(1) dan
tambahan informasi berikut ini harus dimasukkan pula :
(a) Lokasi dari Base Camp Kontraktor dengan denah lokasi umum dan
denah terperinci yang memperlihatkan lokasi dari kantor Kontraktor,
bengkel, gudang dan peralatan konstruksi utama, bersama dengan kantor
Direksi Teknik dan laboratorium bila fasilitas tersebut termasuk dalam
cakupan Kontrak.
(d) Harus membuat suatu format bagan balok yang dapat memperlihatkan
kemajuan pekerjaan secara menyeluruh, dan diperlihatkan pula setiap
kegiatan-kegiatan pekerjaan mobilisasi yang utama serta kurva kemajuan
untuk menyatakan persentase kemajuan pekerjaan.
Kegiatan Mobilisasi harus dibayar atas dasar Lump Sum menurut Jadwal
Pembayaran dibawah ini dimana dalam pembayaran ini sudah harus
diperhitungkan segala biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan
pemasangan seluruh peralatan, dan untuk seluruh buruh-buruh, bahan-bahan,
perlengkapan-perlengkapan dan kebutuhan biaya tak terduga lainnya untuk
menyelesaikan pekerjaan seperti diuraikan dalam Paragraf 1.2.1 (1).
(a) 50% (lima puluh persen) apabila pekerjaan mobilisasi telah selesai 50%
dan fasilitas pengujian dan pelayanan laboratorium telah selesai
seluruhnya dimobilisasi.
(b) 20% (dua puluh persen) bila peralatan utama telah berada seluruhnya di
lapangan dan diterima oleh Direksi Teknik.
1.3.1 UMUM
(1) Uraian
(i) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus diisi / ditimbun dan
dibentuk sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan
air, diberi pagar keliling dan harus ada jalan kerikilnya serta tempat
parkirnya.
(j) Pihak Penyedia harus menyiapkan alat pemadam api yang memadai pada
seluruh camp-camp, kantor-kantor, gudang-gudang dan pada bangunan-
bangunan bengkel.
(1) Umum
(2) Ukuran
Harus sesuai untuk kebutuhan umum Penyedia dan harus menyediakan sebuah
ruangan untuk keperluan rapat kemajuan pekerjaan.
(3) Telepon
Radio sistem ini, harus paling sedikit mempunyai 6 (enam) stasiun yang
mampu untuk mengirim pesan secara lisan, akan dialokasikan dan digunakan
sesuai dengan petunjuk dari Direksi Teknik.
(4) Perlengkapan dalam Ruang Rapat dan Ruang untuk Penyimpanan Rekaman
Dokumen-dokumen Proyek
(b) Rak atau laci untuk arsip vertikal atau horizontal dari gambar dan arsip
untuk “Dokumen Rekaman Proyek” ditempatkan dalam atau dekat
dengan tempat rapat.
(2) Bengkel tersebut harus dikelola oleh pimpinan pelaksana yang berkualifikasi
untuk perbaikan mekanis dan memiliki tenaga kerja yang cukup.
(1) Umum
(a) Bangunan-bangunan
(ii) Struktur toilet : lantai beton, plesteran dinding dari campuran yang
keras, tinggi plafon minimum 3 meter.
(iii) Harus dipasang 1 (satu) kran pada tiap-tiap WC, urinal dan pada
wash basin. Juga lubang pembuang dengan perlengkapannya pada
tiap toilet, berbentuk kubik.
(iv) Harus dipasang kipas ventilasi pada tiap toilet, berbentuk kubik.
(v) Perlengkapan : sesuai Tabel berikut ini :
Wash Basin 2
WC Duduk 1
WC Jongkok 1
Urinal 1
Shower / Tangki Air 2
Perlengkapan Penghubung ke Septic Tank 1
Disposal System
(a) Bangunan
(i) Satu ranjang tunggal dengan kasur, bantal, 4 sprei, 4 sarung bantal
dan dua selimut
(ii) Satu lemari pakaian
(iii) Satu meja rias dengan cermin dan kursi tanpa sandaran
(iv) Satu lemari kecil untuk ditempatkan di tepi ranjang
(v) Satu permadani lantai
(vi) Satu lampu baca.
(e) Pelayanan :
Kendaraan-kendaraan yang disediakan menurut Seksi ini akan tetap menjadi milik
Penyedia setelah pekerjaan selesai.
Bangunan dan kendaraan yang diuraikan dalam Seksi ini akan dibayar menurut
pembayaran Lump Sum untuk Mobilisasi sesuai dengan Seksi 1.2 – Mobilisasi,
dimana pembayaran harus dianggap kompensasi secara penuh baik untuk pekerjaan
pembangunan, pengadaan, pelayanan, memelihara pembersihan maupun pekerjaan
pembongkaran bangunan dan pengembalian kendaraan tersebut setelah pekerjaan
selesai.
1.4.1 UMUM
(1) Uraian
(3) Pelaporan
(b) Jadwal untuk pengujian : Menyiapkan daftar induk dari pekerjaan yang
harus diuji. Dengan memakai jadwal pekerjaan, menetapkan perkiraan
dari masing-masing kegiatan. Ajukan data awal kepada Direksi Teknik
untuk dievaluasi pada awal tiap bulan.
(c) Formulir pengujian : Terhitung 60 (enam puluh) hari dari saat dimulainya
pekerjaan, pihak Penyedia harus menyerahkan format yang akan dipakai
pada pengujian sesuai ketentuan Spesifikasi, untuk disetujui Direksi
Teknik.
(ii) Lantai bangunan harus dari beton dengan fasilitas pembuangan air
limbah, dan bangunan harus dilengkapi dengan unit Air Condition
kapasitas 1.5 HP, dan harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari
Paragraf 1.3.1(3).
(iii) Perlengkapan didalam ruang bangunan harus terdiri dari meja kerja,
lemari, ruang penyimpanan, tangki perawatan, kabinet meja dan
kursi dengan standar dan kualitas yang diuraikan dalam Artikel
1.3.4 dan harus memuaskan Direksi Teknik.
Pengujian harus sesuai dengan seluruh kode, peraturan dan standar yang
ditentukan. Sebagian dari standar ini untuk pengujian diberikan dalam
Lampiran 1.4.B.
(3) Formulir
(4) Pemberitahuan
(5) Distribusi
(1) Contoh-contoh
Seluruh contoh-contoh apakah berasal dari lokasi sumber atau dari perkerasan
yang telah selesai harus disediakan oleh Penyedia, tanpa perhitungan biaya
tambahan terhadap kontrak.
(2) Pengujian
1.5.1 UMUM
Seksi ini menetapkan persyaratan untuk transportasi dan tata cara penanganan dari
pengolahan tanah, material campuran panas, material lain, beserta kelengkapan
peralatannya.
1.5.2 PELAKSANAAN
(1) Standar
(2) Koordinasi
(a) Bila diperlukan, Direksi Teknik dapat mengatur batas muatan untuk
tujuan melindungi jalan atau struktur di lingkungan proyek.
(a) Penyedia harus mengatur pembuangan material di luar DMJ atas biaya
Penyedia.
(b) Apabila ada bahan yang hendak dibuang di luar DMJ, pihak Penyedia
sebelumnya harus mendapat izin tertulis dari Pemilik tanah dimana
buangan tersebut hendak ditempatkan, dan tembusan dari izin tersebut
harus diserahkan untuk disimpan/diarsipkan oleh Direksi Teknik bersama
dengan permintaan untuk persetujuan kerja.
(c) Bila material yang dibuang seperti yang dipersyaratkan diatas dan lokasi
pembuangan terlihat dari jalan, Penyedia harus membuang material
dengan rapih dan seragam sehingga memuaskan Direksi Teknik.
1.6.1 UMUM
(1) Uraian
Seksi ini membahas mengenai perincian dari persyaratan dan prosedur untuk
pelaksanaan pembayaran interim bulanan secara teratur melalui Rancangan
Sertifikat Bulanan yang dipersiapkan dan diserahkan oleh Kontraktor, dan
diteliti serta disyahkan oleh Direksi Teknik.
(2) Pelaporan
Rancangan Sertifikat Bulanan perlu diserahkan pada setiap bulan kalender dari
Masa Pelaksanaan.
(1) Waktu
Setiap Rancangan Sertifikat Bulanan harus diberi tanggal menurut tanggal hari
(2) Isi
(b) Nilai pekerjaan dari setiap Divisi yang telah diselesaikan sebagaimana
tercantum pada Rancangan Sertifikat Bulanan harus didukung penuh
dengan lampiran dokumentasi yang memperlihatkan bagaimana
menghitung nilai tersebut. Perhitungan dimaksud dapat mencakup tetapi
tidak terbatas pada :
(d) Dalam hal pihak Kontraktor telah menyerahkan Berita Acara pembayaran
terpisah mengenai Penyelesaian Pekerjaan dari satu Seksi atau bagian
secara tuntas, maka baik Rancangan Sertifikat Bulanan dan dokumen
data pendukungnya harus memuat perhitungan mengenai besarnya nilai
dari pernyataan penyelesaian pekerjaan secara tuntas tersebut.
Pihak Kontraktor harus memelihara dengan baik seluruh lembaran yang telah
mendapat persetujuan termasuk data-data pendukung lainnya dan catatan data
itu harus tersedia dalam setiap waktu, jika diperlukan oleh Direksi Teknik dan
wakilnya untuk tujuan verifikasi perhitungan kuantitas Rancangan Sertifikat
Bulanan Kontraktor. Cara perhitungan pengukuran yang digunakan dalam
menetapkan kuantitas untuk pembayaran harus benar-benar sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan pengukuran dan pembayaran
untuk tiap Seksi, pengecualian hanya dibenarkan apabila ada persetujuan lain
dari Direksi Teknik.
(1) Waktu
(a) Direksi Tenik dan/atau wakilnya harus memeriksa detail dan perhitungan
setiap Rancangan Sertifikat Bulanan, pemeriksaan ini harus selesai dan
Kontraktor harus diberitahu akan persertujuan atau penolakannya.
(b) Tak memandang apakah diadakan koreksi atau tidak terhadap Rancangan
Sertifikat Bulanan, seperti yang ditetapkan oleh Direksi Teknik selama
penelitiannya, setiap Rancangan Sertifikat Bulanan harus benar-benar
selesai, ditanda-tangani oleh semua pihak, dan sudah harus siap untuk
disampaikan kepada Pemilik paling lambat hari ke sepuluh bulan
berikutnya.
(b) Dalam hal dimana persetujuan atas kuantitas khusus yang diusulkan akan
dimasukkan kedalam Sertifikat Bulanan oleh Kontraktor atau belum
tercapai persetujuan mengenai cara pengukuran sebelum hari penutupan
penyerahan Berita Acara ke Pemilik, maka bagian kegiatan tersebut tak
boleh dimaksudkan dalam Berita Acara Rancangan Sertifikat Bulanan
Kontraktor tetapi dimasukkan lagi kelak kedalam Berita Acara setelah
dicapai persetujuan. Persetujuan tersebut harus didasarkan atas hasil
pengukuran ulangan yang dilakukan bersama atau melalui suatu
pembuktian yang diajukan oleh Pihak Kontraktor dan dapat diterima oleh
Direksi Teknik.
Dalam batas waktu yang ditetapkan diatas, Direksi Teknik harus menghitung
jumlah netto rancangan dengan cara memotong/mengeluarkan bagian-bagian
kegiatan yang telah diusulkan dalam Pasal 50 (2) dari Ketentuan-ketentuan
Umum Kontrak dari jumlah kotor yang diusulkan oleh Kontraktor atau jumlah
yang disetujui atau diubah lainnya yang telah ditetapkan oleh Direksi Teknik.
Rancangan yang telah diselesaikan seperti itu akan disyahkan oleh Direksi
Teknik untuk pelaksanaan pembayaran dan dilanjutkan ke Pemilik untuk
pelaksanaan proses pembayaran, dan satu salinannya harus disampaikan
kepada Kontraktor.
1.7.1 UMUM
Tujuan ketentuan dalam Seksi ini adalah untuk menjamin bahwa semua jalan yang
ada tetap dibuka untuk lalu-lintas dan dijaga dalam kondisi aman dan dapat
digunakan selama pelaksanaan pekerjaan, dan bagi penduduk di sekitar pekerjaan
disediakan jalan masuk yang aman.
(2) Bila perlu, harus dilakukan pengaturan lalu-lintas dan pengalihan lalu-lintas
untuk melindungi pekerjaan itu.
(3) Perhatian khusus harus selalu diberikan untuk mengatur lalu-lintas pada cuaca
yang buruk, pada saat lalu-lintas padat dan pada masa dimana pekerjaan yang
dilaksanakan masih sangat mudah rusak.
(1) Umum
Jalan darurat semacam itu harus dibuat sehingga memuaskan Direksi Teknik,
namun bagaimanapun Penyedia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan
pada atau yang disebabkan oleh jalan darurat itu.
Jalan alih darurat harus dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk kondisi
lalu-lintas yang ada, terutama mengenai persyaratan keselamatan dan kekuatan
struktur. Semua jalan alih semacam itu tidak boleh dibuka untuk lalu-lintas
umum sampai alinyemen, konstruksi drainase dan pemasangan rambu lalu-
lintas telah disetujui oleh Direksi Teknik. Selama digunakan untuk lalu-lintas
umum, Penyedia harus memelihara konstruksi, drainase dan rambu-rambu
sampai memuaskan Direksi Teknik.
Semua jalan darurat dan pengaturan lalu lintas yang disiapkan oleh Penyedia,
selama pelaksanaan penanganan pekerjaan harus tetap dipelihara agar aman
dan dalam kondisi pelayanan sesuai ketentuan dan harus memuaskan Direksi
Teknik, dan harus menjamin keselamatan lalu lintas serta pemakai jalan.
1.8.1 UMUM
(1) Uraian
Pihak Penyedia harus menyediakan seluruh kebutuhan tenaga ahli teknik untuk
keperluan melayani penanganan pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan
yang dipersyaratkan seperti menyangkut masalah mutu, performance dan
ukuran-ukuran.
(1) Uraian
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari pertama dari Periode Mobilisasi atau sesuai
petunjuk Direksi Teknik, Penyedia harus mengerahkan Personil Tekniknya
untuk melakukan survei dan membuat laporan mengenai kondisi fisik dan
struktural dari perkerasan, selokan drainase, gorong-gorong, jembatan dan
struktur-struktur yang lain seperti rambu-rambu jalan, patok kilometer dan rel
pengaman. Pekerjaan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jalan dalam
Cakupan Pekerjaan Kontrak dan harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada
hal-hal berikut ini :
- Detail kondisi struktur dari setiap jembatan dan setiap elemen dalam
struktur yang sangat membutuhkan pengembalian kondisi.
Untuk jembatan baru yang belum ada data pengeboran dan Standard
Penetration Test (SPT), Penyedia harus melaksanakan pengeboran
dengan menggunakan “Rotary Wash Drilling” dan lapisan keras
bagian bawah (basement) tetap harus dibor (core drilled).
- Lokasi dan detail fungsi dari semua marka jalan yang ada.
- Lokasi dan detail dari semua rambu jalan, patok kilometer dan patok
pengaman.
- Lokasi, jenis dan detail dimensi dari semua rel pengaman.
Pihak Penyedia harus mempelajari Gambar Asli dari Dokumen Lelang dan
berkonsultasi dengan Direksi Teknik sebelum Pekerjaan Survei atau
Pengukuran dimulai, dan harus menunjukkan dan memperbaiki setiap
kesalahan atau kehilangan yang ditemuinya di lapangan, khususnya yang
menyangkut dengan lebar jalan lama dan lokasi pelebaran perkerasan serta
struktur drainase, pihak Penyedia dan Direksi Teknik harus mencapai
kesepakatan terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil/dibuat
terhadap Gambar Kontrak ini.
(a) Umum
Penyedia harus menyediakan satu unit alat Benkelman Beam dan satu
Scala Dynamic Cone Penetrometer untuk memeriksa kekuatan yang ada.
Peralatan ini harus tetap berada di proyek selama Periode Konstruksi
untuk pengujian lebih lanjut sebagaimana disyaratkan oleh Dokumen
Kontrak atau sesuai petunjuk Direksi Teknik.
- Catatan dari nomor registrasi dan faktor kalibrasi dari kendaraan uji
yang digunakan maupun semua pembacaan roughometer yang
sesungguhnya harus dimasukkan kedalam laporan Penyedia kepada
Direksi Teknik, bersama-sama dengan nilai rata-rata kekasaran
gabungan untuk setiap kilometer dan hasil perhitungan Internasional
Roughness Index (IRI) untuk setiap kilometer.
(a) Umum
(b) Pelaporan
Survei Penyedia mengenai pekerjaan talud, struktur jembatan yang ada, marka
dan perlengkapan jalan yang ada harus dilaksanakan dibawah pengawasan
Direksi Teknik, yang harus menjamin bahwa kesemuanya dicatat secara baik
Dalam hal ini Direksi Teknik akan mengenakan sanksi yang detailnya terdapat
pada Artikel 1.8.7 bila menentukan tingkat pembayaran untuk atau dari
Penyedia untuk pekerjaan survei lapangan yang dilaksanakan semacam itu.
(2) Periksalah station dari patok kilometer dan siapkan suatu gambar (plan) yang
menunjukkan dengan pasti posisi setiap patok kilometer yang berhubungan
dengan chainage proyek. Dalam keadaan bagaimanapun, patok kilometer yang
ada tidak boleh dipindahkan selama Periode Kontrak, kecuali kalau benar-
benar dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang baik.
(4) Untuk pengukuran dari lapisan perata yang diperlukan untuk perataan dan
penyesuaian kemiringan melintang, maka harus diadakan pengukuran dalam
arah memanjang as tengah jalan dan pengambilan ukuran profil penampang
melintang.
(1) Pada umunya, sumbu jalan yang sudah ada, permukaan badan jalan dan patok
kilometer yang lama harus menjadi patokan untuk memulai pekerjaan
pemeliharaan rutin, kecuali bila diperlukan perubahan kecil alinyemen jalan,
maka dalam hal tersebut diperlukan titik kontrol sementara yang akan dibuat
oleh Direksi Teknik dan penetapannya diserahkan kepada Penyedia bersama
dengan data lainnya yang bersangkutan untuk penentuan titik perubahan
pengukuran alinyemen tersebut.
(2) Bila menurut pertimbangan Direksi Teknik diperlukan memasang patok tetap
(Bench Mark), maka pihak Penyedia harus memasang dan mengukur secara
teliti Patok Monumen (BM) pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk
memungkinkan perancangan kembali, pengukuran ketinggian dari perkerasan
atau penentuan titik dari pekerjaan yang akan dilakukan. Patok Monumen yang
permanen harus dibangun diatas tanah yang tidak akan mudah
terganggu/dipindahkan.
(4) Apabila dianggap perlu untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka pihak
Penyedia harus mengambil ukuran potongan-potongan melintang dari
perbaikan tanah atau jalan yang ada dalam selang jarak 25 m, atau sesuai
perintah lain Direksi Teknik. Hasil pengukuran ukuran dan denah yang telah
ditetapkan harus digambar pada kertas kalkir dalam skala tertentu seperti
ditentukan Direksi Teknik. Gambar penampang melintang harus menunjukkan
pula kedudukan dari garis permukaan akhir yang direncanakan yang diperoleh
dari Gambar Detail Desain.
Gambar profil asli bersama 3 copynya harus diserahkan kepada Direksi Teknik
dimana pada satu copy akan ditanda-tangani untuk disetujui atau untuk
direvisi, dan selanjutnya dikembalikan ulang ke Penyedia.
(5) Apabila Direksi Teknik menganggap perlu untuk melengkapi peralatan dan
lain-lainnya, maka pihak Penyedia harus menyediakan kepada Direksi Teknik,
seluruh peralatan, personil, buruh dan material yang mungkin diperlukan untuk
pemeriksaan penentuan titik atau untuk pekerjaan lainnya yang harus
dilakukan
(2) Penyedia harus menyiapkan Teknisi yang cakap sebagai petugas teknik
tanah/aspal yang akan bertanggung jawab terhadap produksi aspal, termasuk
pekerjaan pengadaan material, menghasilkan campuran kerja, mengatur
bukaan penampung panas dan dingin untuk campuran dan kebutuhan lain agar
dapat dijamin bahwa Spesifikasi dari Campuran Material dicapai.
Persyaratan Artikel 1.8.3, 1.8.4, 1.8.5, dan 1.8.6 diatas dan Spesifikasi untuk
penyediaan buruh, material dan peralatan untuk semua aktivitas Kajian Teknis
lapangan rutin selama Periode Konstruksi harus dipenuhi tanpa pembayaran
tambahan dan semua biaya yang dikeluarkan harus telah dianggap termasuk
dalam Harga Satuan yang telah masuk pada berbagai Mata Pembayaran dalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Peralatan survei dan peralatan lain yang
disediakan Penyedia harus tetap menjadi milik Penyedia setelah selesainya
Kontrak.
(a) Kecuali untuk yang disebutkan dibawah ini, penyiapan semua buruh,
material dan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan survei
lapangan dengan baik, untuk membuat penampang memanjang dan
(b) Survei kondisi perkerasan sesuai dengan persyaratan Paragraf 1.8.2 (3)
harus dibayar atas dasar pekerjaan harian sesuai dengan Divisi IX -
Pekerjaan Harian menurut Harga Satuan yang masuk dalam Jadwal
Penawaran untuk Pengujian Dynamic Cone Pnetrometer dan Benkleman
Beam dan untuk melaksanakan survei NAASRA roughometer.
(c) Jika Direksi Teknik mengenakan ketentuan dari Paragraf 1.8.2 (6) dan
memilih melaksanakan pekerjaan survei lapangan itu menggunakan
tenaganya sendiri atau pihak lain karena kemajuan yang kurang
memuaskan dari pihak Penyedia, biaya yang sesungguhnya yang
dikeluarkan Direksi Teknik dalam menyelesaikan pekerjaan itu harus
ditanggung Penyedia.
1.9.1 UMUM
Kode dan standar-standar yang ditentukan ini akan menentukan persyaratan mutu
dari berbagai tipe pekerjaan yang akan dilaksanakan, dan cara-cara pengujian untuk
mendapatkan mutu yang disyaratkan.
Pada pekerjaan pelebaran atau rising atau pembangunan jalan baru, Direksi
Teknik dapat meminta laporan hasil pengujian proof rolling pada setiap jenis
lapis pondasi berbutir (Selected material, pondasi dengan agregat kelas B atau
agregat kelas A).
Standar yang berlaku yang ada di daftar dalam Seksi ini mencakup, tetapi tidak
harus terbatas pada, standar yang dirumuskan oleh badan-badan dan
organisasi-organisasi berikut dibawah ini :
SNI = Standar Normalisasi Indonesia
AASHTO = Standar dari Badan Jalan Raya dan Angkutan A.S
ACI = Standar dari Institut Beton A.S
AISC = Standar dari Institut Konstruksi Baja A.S
ANSI = Standar dari Institut Nasional A.S
ASTM = Standar dari Badan Penguji dan Material A.S
AWS = Standar dari Badan Pengelasan A.S
CRSI = Standar dari Institut Baja Tulangan A.S
NEC = Kode dari Listrik Nasional
BS = Institut Nasional Inggris
1.10.1 UMUM
(1) Umum
(b) Sesuai dengan ukuran, kebutuhan, tipe dan mutu yang dipersyaratkan
dalam Gambar Rencana atau Seksi yang bersangkutan, atau yang secara
khusus disetujui secara tertulis oleh Direksi Teknik.
(2) Pelaporan
(c) Dalam hal bahan-bahan aspal, semen dan bahan-bahan fabrikasi lainnya
yang diusulkan untuk dipakai, syaratnya adalah bahwa harus ada surat
tanda lulus pengujian dari pabrik pembuat dan diserahkan kepada Direksi
Teknik atas bahan-bahan tersebut tak dapat diartikan bahwa seluruh
material di lokasi tersebut telah disetujui untuk dipakai.
Pihak Penyedia harus menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan kerja
yang dibutuhkan untuk menghasilkan yang sesuai dengan Spesifikasi. Harus
dapat dimengerti bahwa dari contoh saja tak dapat diketahui dengan pasti
jumlah seluruh deposit, dan karenanya variasi harus dianggap sebagai hal
yang biasa dan harus diperkirakan.
(3) Persetujuan
(b) Jika ukuran butir dan mutu dari material yang dikirim ke tempat
pekerjaan tidak sesuai dengan ukuran butir atau mutu yang sebelumnya
diamati atau diuji, maka material tersebut harus ditolak, dan harus
disingkirkan dari lapangan dalam jangka waktu 48 jam, kecuali ada
persetujuan dari Direksi Teknik.
(1) Umum
(c) Tumpukan bahan-bahan untuk lapisan pondasi dan pondasi bawah harus
dilindungi dari hujan, hal ini maksudnya agar agregat tersebut tidak
basah karena kalau basah, mutu agregat tersebut pada saat ditempatkan
akan menurun atau paling tidak akan mempengaruhi pekerjaan
penghamparan bahan.
1.10.4 PEMBAYARAN
(1) Pihak Penyedia harus melakukan seluruh pendekatan dan musyawarah dari
pemilik dan pemakai lahan untuk keperluan memperoleh hak untuk
memindahkan material guna kepentingan pekerjaan. Penyedia akan
bertanggung jawab untuk seluruh kompensasi dan royalti yang harus
dibayarkan sehubungan dengan material yang digali atau yang lainnya. Tidak
ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk kompensasi dan royalti
yang dibayar Penyedia, dan seluruh keperluan biaya tersebut sudah
diperhitungkan dan dimasukkan dalam Harga Satuan untuk masing-masing
Mata Pembayaran dalam Jadwal Penawaran.
(2) Pihak Penyedia harus bertanggung jawab untuk membangun jalan masuk,
membuang lapisan penutup dan biaya konstruksi lainnya yang diperlukan
pengadaan dari material, termasuk pengembalian lapis tanah atas dan membuat
tempat tersebut kondisinya rapi kembali. Keperluan-keperluan untuk biaya
tersebut harus sudah diperhitungkan dalam Harga Satuan yang dimasukkan
kedalam Mata pembayaran dalam Jadwal Penawaran.
1.11.1 UMUM
(1) Uraian
(2) Pelaporan
(a) Dalam batas waktu yang diberikan dalam Pasal 11 dari Ketentuan-
ketentuan Umum Kontrak, pihak Penyedia harus menyiapkan suatu
Jadwal Konstruksi, yang harus diserahkan dan mendapat persetuuan dari
Pemilik, dengan detail seperti yang ditentukan seperti dalam Artikel
1.11.2 yang memperlihatkan urutan kegiatan yang diusulkan dalam
melaksanakan pekerjaan.
(c) Laporkan jadwal kegiatan mingguan pada tiap senin pagi dimana
ditunjukkan lokasi dari seluruh jenis pekerjaan dan kegiatan yang
direncanakan dilaksanakan dalam minggu berikutkannya.
Siapkan jadwal kemajuan keuangan dalam bentuk bagan balok horisontal dan
dilengkapi kurva yang menggambarkan seluruh kemajuan dengan
karakteristik sebagai berikut :
(a) Setiap kegiatan menurut Mata Pembayaran atau kegiatan dari kelompok
Mata Pembayaran yang berhubungan harus digambarkan dalam diagram
balok yang terpisah, dan harus dibentuk menurut urutan kegiatan
pekerjaan yang bersangkutan.
(c) Setiap balok datar harus mempunyai cukup ruangan untuk mencatat
kemajuan sebenarnya dari tiap pekerjaan dibandingkan dengan
kemajuan rencana.
(e) Skala dan format dari jadwal kemajuan keuangan harus sedemikian rupa
sehingga memungkinkan diadakan pencatatan revisi-revisi dan
pembaruan diwaktu yang akan datang. Diusulkan ukuran format
minimum 60 cm x 20 cm.
(3) Jadwal Produksi untuk Pusat Pengolah Aspal (AMP) dan Peralatan
Siapkan jadwal pekerjaan pusat pengolah aspal dan peralatan pada jadwal
terpisah dengan perhitungan pendukung yang menunjukkan bahwa hasil
keluaran yang direncanakan dapat dicapai.
Siapkan jadwal yang terpisah untuk lokasi semua sumber bahan, lengkap
bersama rencana tanggal penyerahan contoh-contoh dan jadwal rencana
pengiriman.
(1) Waktu
(a) Uraian dari revisi, termasuk pengaruh pada seluruh jadwal karena
adanya perubahan cakupan, revisi dalam kwantitas dan lamanya
aktivitas dan perubahan lainya yang dapat mempengaruhi jadwal.
1.12.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Change Order : adalah suatu perintah tertulis yang diterbitkan oleh
Direksi Teknik dan ditanda-tanggani pula oleh pihak Penyedia, yang
menunjukkan bahwa pihak Penyedia menerima adanya perubahan-
perubahan atas Pekerjaan atau perubaha-perubahan atas Dokumen
Kontrak dan persetujuannya pada dasar pembayaran dan penyesuaian
waktu, bila ada, untuk tujuan pelaksanaan dari perubahan-perubahan itu.
Change Order harus diterbitkan dalam format standar dan harus
mencakup semua perintah-perintah yang dikeluarkan oleh Direksi
Teknik yang akan mempengaruhi perubahan Dokumen Kontrak atau
perintah sebelumnya yang dikeluarkan Direksi teknik.
(b) Addenda : adalah suatu perjanjian tertulis antara Pemilik dan Penyedia
yang mensyahkan perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau dalam
Dokumen-dokumen Kontrak, yang mana mengakibatkan terjadinya
variasi dalam Struktur Harga Satuan Mata Pembayaran dan diperkirakan
akan menyebabkan terjadinya variasi jumlah Nilai Kontrak dan sudah
pernah dinegosiasi sebelumnya dan disepakati melalui Change Order.
Addenda harus juga dibuat pada saat penutupan kontrak dan untuk
semua perubahan kontraktual atau perubahan teknis penting lainnya,
tanpa memandang apakah terjadi variasi-variasi Struktur Harga Satuan
atau terhadap Jumlah Harga Kontrak.
(2) Pelaporan
(1) Direksi Teknik dapat memprakarsai Change Order dengan jalan mengirim
suatu pemberitahuan tertulis kepada Penyedia yang berisi :
(a) Uraian detail dari perubahan yang diusulkan, dan lokasi perubahan di
proyek.
(b) Gambar tambahan atau revisinya dan Spesifikasi, yang memuat rincian
mengenai perubahan yang diusulkan.
(e) Penjelasan detail mengenai apakah keseluruhan atau hanya sebagian dari
perubahan yang diusulkan akan dilaksanakan dibawah Struktur Harga
Satuan Mata Pembayaran yang ada, termasuk pula dengan setiap
(1) Isi dari “Change Order” akan didasarkan pada, salah satu dari :
(2) Direksi Teknik akan mempersiapkan Change Order dan memberi nomor urut
Change Order itu.
(3) Change Order akan berisi uraian perubahan-perubahan dalam pekerjaan baik
penambahan maupun penghapusan, dengan lampiran dari Dokumen Kontrak
yang direvisi seperlunya untuk menentukan perincian perubahan itu.
(5) Direksi Teknik akan menanda-tangani dan memberi tanggal Change Order
tersebut sebagai perintah supaya Penyedia dapat memulai melaksanakan
perubahan.
(6) Penyedia harus menanda-tangani dan memberi tanggal Change Order tersebut,
untuk menunjukan bahwa Penyedia setuju atas detail isi didalam Change
Order tersebut.
(1) Isi dari “Addenda” akan didasarkan pada, salah satu dari hal berikut ini :
(b) Karena adanya perubahan kontraktual atau teknis yang penting, atau
(c) Change Order yang telah ditanda-tangani atau Change Order berisikan
tambahan Harga Satuan Mata Anggaran atau Tambahan terhadap Jumlah
Harga, atau
(e) Perhitungan kuantitas akhir dan Jumlah Harga Kontrak untuk Addendum
penutupan pada waktu Penutupan Kontrak.
(4) Addendum harus berisi daftar pembukuan keuangan yang jelas untuk setiap
tambahan atau penyesuaian Harga Satuan Mata Anggaran, bersama dengan
tiap variasi dalam jumlah Harga Kontrak atau penyesuaian-penyesuaian dalam
Periode Kontrak
1.13.1 UMUM
(1) Waktu
Dalam batas waktu dan sesuai pula dengan ketentuan pada Pasal-pasal yang
ada hubungannya yang termaksud dalam Ketentuan-ketentuan Umum Kontrak
dan bila atas pertimbangan pihak Penyedia menganggap bahwa pekerjaan
tersebut sudah mendekati tingkat penyelesaian, termasuk penyelesaian seluruh
kewajiban-kewajibannya dalam Periode Jaminan, maka berdasarkan
pertimbangan tersebut diatas ia harus mengajukan permohonan untuk
penyerahan akhir. Setelah pekerjaan perbaikan diselesaikan sesuai permintaan
Panitia Serah Terima, dan setelah diadakan pemeriksaan akhir dan
pekerjaannya telah diterima dengan baik, maka selanjutnya pihak Direksi
Teknik harus menyiapkan dan menerbitkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.
Surat Permohonan Penyedia untuk penyerahan akhir harus berisi antara lain :
(1) Waktu
Dalam batas waktu tertentu dan sesuai dengan persyaratan Pasal yang ada
kaitannya dalam Ketentuan Umum Kontrak, pihak Penyedia harus mengajukan
Isi Berita Acara untuk Pembayaran Akhir yang diterbitkan oleh Direksi Teknik
harus termasuk, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
(a) Jumlah Nilai Kontrak seperti yang tercantum dalam Perjanjian Kontrak.
(c) Harus termasuk nilai/harga dari setiap pekerjaan tambah atau kurang
seperti disahkan melalui Addendum selama Masa Kontrak.
(d) Nilai/harga dari setiap pekerjaan tambah atau kurang terhadap Total Nilai
Kontrak, akibat dari :
(g) Jadwal seluruh pembayaran yang telah disahkan oleh Direksi Teknik.
(h) Jumlah yang menjadi hak atau harus dipotong dari Penyedia.
Berdasarkan atas perhitungan detail Berita Acara Pembayaran Akhir yang dibuat
oleh Direksi Teknik, pihak Direksi Teknik harus juga mempersiapkan Berita Acara
Addendum Penutup yang harus ditanda-tangani Pemilik dan pihak Penyedia,
1.14.1 UMUM
(1) Uraian
(2) Pelaporan
(a) Pihak Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknik satu set
Dokumen Rekaman Proyek yang dalam keadaan terpelihara pada setiap
tanggal 25 tiap bulan dan laporan tersebut harus mendapat persetujuan
Direksi Teknik. Dokumen Rekaman Proyek yang telah disetujui Direksi
Teknik ini, akan dijadikan bahan untuk pengajuan Berita Acara
Pembayaran Bulanan.
- Tanggal
- Nomor dan judul Proyek
- Alamat dan Nama Penyedia
- Judul dan nomor dari tiap dokumen rekaman
- Pernyataan / Berita Acara yang menyatakan bahwa setiap dokumen
yang diserahkan adalah lengkap dan benar.
- Tanda-tangan pihak Penyedia, atau wakilnya yang sah.
Harus memakai pensil warna yang dapat dihapus (tidak boleh memakai tinta
atau pensil tinta), perubahan pada Gambar harus diuraikan/dicatat dengan jelas
dan kalau perlu memakai garis graphis. Catat hari dan tanggal masukan
Beri tanda yang jelas untuk mencatat setiap detail pelaksanaan actual, seperti :
(a) Catatan mengenai hari dan tanggal mengenai kedalaman galian berbagai
elemen pondasi.
(b) Lokasi dalam arah horisontal dan vertikal setiap fasilitas umum dibawah
tanah dirujuk terhadap perbaikan permanen permukaan.
(f) Gambar detail yang tidak terdapat dalam Gambar Rencana Asli.
Semua catatan harus dibuat dalam jangka waktu 24 jam terhitung sejak
diterimanya informasi.
(6) Ketelitian
(1) Umum
Bila Dokumen Proyek yang telah dipersiapkan telah dibuat rapi dan bersih
(tidak termasuk Gambar-gambar) selama pelaksanaan pekerjaan dan bila data
masukan telah cukup memuaskan sesuai perintah dan persetujuan Direksi
Teknik, maka Dokumen Rekaman Proyek tersebut dapat diterima dan
dianggap sebagai Dokumen Akhir Rekaman Proyek oleh Direksi Teknik. Jika
ada Dokumen semacam itu belum disetujui oleh Direksi Teknik, maka pihak
Penyedia harus meminta salinan Dokumen baru dari Direksi Teknik. Pihak
Penyedia harus dengan hati-hati mengisi kembali salinan Dokumen tersebut
untuk selanjutnya meminta persetujuan Direksi Teknik.
Serahkan Dokumen Rekaman Akhir yang lengkap kepada Direksi Teknik pada
saat mengajukan permohonan Berita Acara Penyerahan Akhir. Jika pihak
Penyedia diminta Direksi Teknik, untuk mengikuti/menghadiri pertemuan-
pertemuan penelaahan, dan menurut pendapat Direksi Teknik perlu dibuat
perbaikan lagi terhadap Dokumen tersebut, maka pihak Penyedia harus segera
mengadakan perbaikan atas perubahan-perubahan yang diperlukan dan harus
segera menyerahkan kembali Dokumen Rekaman Akhir Proyek, kepada
Direksi Teknik untuk disetujui.
Pihak Penyedia sama sekali tidak mempunyai tanggung jawab untuk mencatat
perubahan-perubahan atas pekerjaan setelah Pelaksanaan Penyerahan
Pekerjaan Sementara, kecuali apabila ada perubahan penyempurnaan yang
memang merupakan bagian dari pekerjaan jaminan Penyedia.
1.15.1 UMUM
(1) Pihak Penyedia harus melakukan pembersihan rutin untuk menjamin daerah
kerja, jembatan-jembatan, kantor darurat dan hunian, tetap terbebas dari
tumpukan-tumpukan bahan sisa, sampah, dan terbebas dari kotoran-kotoran
lainnya yang dihasilkan dari operasi pekerjaan lapangan dan harus tetap
memelihara daerah kerja dalam keadaan bersih setiap waktu.
(2) Menjamin bahwa sistem drainase terbebas dari kotoran-kotoran dan terbebas
dari bahan-bahan lepas dan tetap berfungsi setiap waktu.
(3) Menjamin bahwa rumput-rumput pada bahu jalan lama maupun bahu jalan
baru senantiasa dirawat dan ketinggian tumbuhnya dipertahankan sanpai
maksimum 3 cm.
(4) Bila dianggap perlu, semprot bahan-bahan yang kering dan kotoran-kotoran
lainnya dengan air, sehingga dapat dicegah debu atau pasir yang tertiup angin.
(7) Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada tempat yang
telah ditentukan dan sesuai dengan Peraturan / Perundangan yang berlaku
secara Nasional dan Peraturan Pemerintah Daerah setempat dan harus mentaati
Undang-undang Anti Pencemaran.
(9) Jangan membuang bahan sisa yang mudah menguap seperti misalnya cairan
mineral, minyak atau minyak cat kedalam selokan jalan atau kedalam saluran
yang ada.
(11) Jika Penyedia memperhatikan bahwa saluran drainase samping atau bagian lain
dari sistem drainase dipakai, baik oleh karyawan Penyedia atau oleh orang lain,
untuk pembuangan yang lain-lain diluar air permukaan, pihak Penyedia harus
segera melaporkan hal yang terjadi ke Direksi Teknik yang segera mengambil
tindakan yang perlu sesuai petunjuk Direksi Teknik untuk mencegah
pencemaran lebih lanjut.
(1) Pada saat selesainya pekerjaan lapangan daerah proyek harus tetap dijaga
kebersihannya dan siap untuk dipakai oleh Pemilik. Pihak Penyedia harus
memulihkan daerah proyek yang tidak merupakan bagian pekerjaan untuk
perbaikan, seperti dijelaskan dalam Dokumen Kontrak, sesuai keadaan aslinya
(2) Pada saat pembersihan akhir, seluruh perkerasan, kerb-kerb dan jembatan-
jembatan harus diperiksa kembali karena kemungkinan ada kerusakan fisik
yang ditemukan sebelum pembersihan akhir. Daerah kerja yang diperkeras dan
seluruh daerah fasilitas umum yang diperkeras yang terletak di dekat lokasi
kerja harus disikat bersih. Seluruh permukaan-permukaan harus dibersihkan
dengan garu dan sampah-sampahnya harus dibuang seluruhnya.
2.1.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan selokan baru, baik yang
mempunyai pasangan ataupun tidak, sesuai dengan persyaratan dari Seksi
ini dan memenuhi persyaratan arah, ketinggian dan rincian yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana atau sesuai dengan perintah Direksi
Teknik.
(b) Pekerjaan ini juga meliputi relokasi atau perlindungan dari saluran/sungai
yang ada, kanal irigasi atau saluran air lainnya yang akan terganggu baik
sementara maupun tetap, selama penyelesaian pekerjaan yang
memuaskan sesuai dengan Kontrak.
Detail konstruksi selokan baru, baik yang mempunyai pasangan ataupun tidak,
yang tidak dimasukkan dalam Dokumen Tender pada saat tender akan
diterbitkan oleh Direksi Teknik setelah Penyedia menyerahkan hasil survei
lapangan sesuai dengan Seksi 1.8 - Rekayasa Lapangan dan Direksi Teknik
telah menyelesaikan peninjauan kembali rancangan awal.
(a) Ketinggian akhir dari dasar selokan harus tidak boleh berbeda lebih dari
1 cm dari yang dipersyaratkan atau disetujui pada tiap titik, dan harus
cukup halus dan merata untuk menjamin aliran air yang bebas tanpa
tergenang pada saat aliran yang kecil.
(b) Kedudukan akhir alinyemen dan profil penampang melintang tidak boleh
berbeda dengan apa yang dipersyaratkan atau dari yang telah disetujui
pada setiap titik melebihi 5 cm.
(4) Pelaporan
(b) Selokan harus pertama-tama dipotong sedikit lebih kecil dari penampang
melintang yang disetujui, dan pemotongan akhir termasuk perbaikan dari
setiap kerusakan yang terjadi selama pekerjaan, harus dilaksanakan
kembali setelah selesainya seluruh pekerjaan yang berdekatan.
(a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan
dalam pengeringan dengan pompa.
(b) Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat
lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari,
maka Penyedia harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan
memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci,
bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.
(a) Pekerjaan pengukuran profil permukaan yang ada atau yang dibangun
kalau dianggap perlu harus diulang untuk mendapatkan catatan yang teliti
dari keadaan fisik, sampai disetujui pihak Direksi Teknik.
(a) Semua bahan galian yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup
proyek, bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk
formasi timbunan atau penimbunan kembali.
(b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah
kompresif yang menurut pendapat Direksi Teknik akan menyulitkan
pemadatan bahan diatasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan
atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus
diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
(c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui oleh Direksi Teknik untuk digunakan sebagai
bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia di luar
Daerah Milik Jalan (DMJ) seperti yang diperintahkan Direksi Teknik.
(b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi
milik Penyedia atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi
Teknik, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar
menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat
dalam Daftar Penawaran.
(c) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan
dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
(d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan
oleh Penyedia harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi
dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
(1) Timbunan
Saluran dengan pasangan batu harus memenuhi persyaratan untuk sifat bahan,
penempatan, pemadatan dan jaminan mutu yang dipersyaratkan dalam Seksi
2.2 - Pasangan Batu dengan Mortar.
2.1.3 PELAKSANAAN
Lokasi, panjang, arah dari aliran dan kelandaian yang diperlukan dari seluruh
selokan yang akan dibentuk atau digali atau diberi pasangan, dan lokasi dari
seluruh lubang penampung dan pembuang yang berhubungan harus ditentukan
oleh Penyedia benar-benar sesuai dengan detail konstruksi yang disediakan
oleh Direksi Teknik menurut Paragraf 2.1.1 (2).
(b) Setelah ada persetujuan Direksi Teknik tentang formasi selokan yang
disiapkan, Pasangan batu harus dipasang seperti yang ditentukan dalam
Seksi 2.2 - Pasangan Batu dengan Mortar.
(c) Seluruh bahan dari hasil galian harus dibuang dari selokan sekurang-
kurangnya pada jarak 10 m hingga tidak ada bahan yang berlebih dapat
masuk kembali kedalam selokan yang telah digali, dikemudian hari.
(a) Sungai atau kanal yang berbatasan dengan pekerjaan dari Kontrak
ini,tidak boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Teknik.
(b) Jika galian atau pengerukan pada dasar sungai tidak dapat dihindarkan
untuk pelaksanaan yang layak dari pekerjaan, Penyedia harus, menimbun
kembali secara menyeluruh sedemikian rupa hingga ke permukaan tanah
asli atau dasar sungai dengan material yang disetujui Direksi Teknik,
setelah pekerjaan selesai.
(c) Material yang tertimbun dalam daerah sungai akibat pembuatan fondasi
atau galian lainnya atau dari penempatan “coffer dam”, harus dibersihkan
secara menyeluruh setelah pelaksanaan.
(a) Bila stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen lainnya dari Kontrak
secara tak terhindarkan akan menghalangi sebagian atau seluruhnya dari
saluran air yang ada, maka saluaran air tersebut harus dipindahkan agar
tidak mengganggu aliran air yang melalui pekerjaan tersebut pada
ketinggian air banjir yang normal.
Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk Selokan
dan Saluran Air menurut Seksi ini. Semua pekerjaan dan material yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan Selokan dan Saluran Air harus dipandang seluruhnya
dibayar dalam Seksi-seksi lain yang berhubungan dengan pekerjaan atau material
yang dimaksud.
2.2.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini harus mencakup pasangan sisi dan dasar dari selokan serta
saluran air, dan pembuatan “apron” (lantai golak), lubang masuk dan
struktur saluran kecil lainnya dengan menggunakan pasangan batu
dengan adukan semen yang dibangun diatas dasar yang telah
dipersiapkan, sesuai dengan persyaratan dari Seksi ini dan memenuhi
kriteria arah, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau
sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(c) Dalam beberapa hal bila mutu batu dan bentuknya tepat serta mutu dari
cara kerjanya tinggi, Direksi Teknik dapat memerintahkan Pasangan Batu
dengan Mortar digunakan sebagai Pekerjaan Pasangan batu untuk
struktur dengan daya dukung yang lebih besar seperti gorong-gorong
pelat, tembok kepala gorong-gorong dan tembok penahan tanah.
Detail konstruksi selokan dengan atau tanpa Pasangan Batu dengan Mortar
yang tidak dimasukkan dalam Dokumen Tender pada saat tender akan
dilengkapi oleh Direksi Teknik, setelah Penyedia menyerahkan hasil survei
lapangan sesuai dengan Seksi 1.8 - Rekayasa Lapangan dan Direksi Teknik
telah menyelesaikan peninjauan kembali rancangan awal.
(a) Sisi muka dari masing-masing batu permukaan harus tidak berbeda dari
profil permukaan rata-rata Pasangan Batu dengan Mortar di sekitarnya
lebih dari 3 cm.
(b) Untuk pasangan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata yang
dibentuk dengan Pasangan Batu dengan Mortar harus tidak berbeda dari
profil dasar yang dipersyaratkan atau disetujui lebih dari 2 cm, juga tidak
(c) Tebal minimum dari setiap pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar
haruslah 10 cm.
(d) Pembuatan profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban,
seperti lubang penangkap dan lantai golak, tidak boleh menyimpang dari
profil yang dipersyaratkan atau disetujui sebesar lebih dari 2 cm.
(4) Pelaporan
(a) Sebelum tanggal rencana dari penggunaan pertama kalinya dari material
batu yang diusulkan untuk digunakan dalam pekerjaan Pasangan Batu
dengan Mortar, Penyedia harus mengirimkan kepada Direksi Teknik dua
contoh yang mewakili, masing-masing 50 kg dari batu tersebut. Satu dari
contoh batu akan disimpan oleh Direksi Teknik untuk rujukan selama
Perioda Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh Direksi Teknik dapat
dipakai dalam pekerjaan.
(b) Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar tidak boleh dimulai sebelum ada
persetujuan Direksi Teknik terhadap formasinya.
(b) Bila Pasangan Batu dengan Mortar dipasang pada tebing atau sebagai
lapisan selokan, formasi haruslah disiapkan pada awalnya seperti tidak
akan ada lapisan. Bentuk akhir hingga pada batas yang disyaratkan
haruslah dibuat sesaat sebelum pemasangan Pasangan Batu dengan
Mortar.
(a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan
dalam pengeringan dengan pompa.
(b) Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat
lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari,
maka Penyedia harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan
(a) Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar yang tidak memenuhi toleransi
yang diberikan dalam Paragraf 2.2.1 (3) diatas, harus diperbaiki oleh
Penyedia dengan biaya sendiri, dengan cara yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
(b) Penyedia harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan harus dengan biayanya
sendiri untuk menukar/mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak
baik yang menurut pendapat Direksi Teknik, disebabkab karena kelalaian
Penyedia. Akan tetapi, Penyedia tidak akan diminta pertanggung
jawabannya terhadap kerusakan yang timbul dari alam seperti angin
topan atau dari pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat dihindari di
tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima
dan dinyatakan secara tertulis sebagai memuaskan dan selesai oleh
Direksi Teknik.
2.2.2 MATERIAL
(1) Material
(c) Kapur tohor harus memenuhi persyaratan untuk jumlah ampas, letupan
dan lekukan (poping & pitting), dan penahanan air untuk tipe N dalam
ASTM C 207.
(d) Air harus memenuhi kriteria persyaratan AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
(e) Batu harus terdiri dari batu alam, atau batu galian yang tak dibelah dan
kasar yang baik, lugas, awet, padat, tahan terhadap udara dan air, dan
cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
(g) Mutu dan ukuran dari batu harus disetujui oleh Direksi Teknik sebelum
digunakan. Batu untuk lapisan selokan dan saluran air harus sedapat
mungkin persegi bentuknya.
(h) Terkecuali ditetapkan lain oleh Gambar Rencana, semua batu yang
digunakan untuk Pasangan Batu dengan Mortar harus tertahan saringan
100 mm.
(2) Adukan
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, adukan Pasangan Batu dengan
Mortar harus terdiri dari 1 (satu) bagian semen dan 4 (empat) bagian agregat
halus dalam takaran volume, yang pada campuran tersebut kapur tohor dapat
ditambahkan sejumlah 10 % dari berat semen. Adukan harus mempunyai kuat
tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari.
(a) Formasi untuk lapisan pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar harus
disiapkan sesuai dengan yang disyaratkan.
(b) Pondasi atau galian untuk pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar dari
ujung dasar tembok atau struktur harus disiapkan sesuai dengan yang
disyaratkan.
(c) Lapisan landasan yang porous dan kantung penyaring harus disediakan
sebagaimana dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dari Seksi
2.4 - Drainase Porous.
(a) Batu harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi lekatan dengan
adukan.
(b) Sebelum pekerjaan melapis, batu harus betul-betul basah dan sudah
cukup waktu yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh.
(a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran
telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air
harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
(c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus dibuang.
(b) Batu harus tertanam dengan kuat dan satu dengan lainnya bersinggungan
untuk mendapatkan tebal yang diperlukan dari lapisan yang diukur tegak
lurus terhadap lereng. Tambahan adukan harus dipasang untuk mengisi
rongga yang ada diantara batu-batu dan harus diakhiri hampir rata dengan
permukaan lapisan tetapi tidak menutup batunya.
(c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng kearah atas, dan permukaan
harus diakhiri segera setelah pengerasan dari adukan dengan menyapunya
dengan sapu yang kaku.
(b) Tebal dari adukan untuk landasan harus pada rentang 2-5 cm dan harus
minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara
batu yang dipasang.
(c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
harus dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang
(a) Pasangan sisi selokan / saluran air dari Pasangan Batu dengan Mortar
harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Terkecuali ditunjukan lain
pada Gambar Rencana atau diperintahkan oleh Direksi Teknik, lubang
sulingan harus ditempatkan dengan jarak tidak lebih dari 2 m antara
sumbu satu ke sumbu lainnya dan pipa untuk lubang sulingan ini harus
dari bahan pipa PVC berdiameter 50 mm.
(b) Dalam arah memanjang selokan / saluran air, sambungan ekspansi harus
dibentuk pada jarak antara tidak lebih dari 20 m, sambungan harus 30
mm lebarnya dan harus setinggi sisi selokan / saluran air. Batu yang
digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian
sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan diatas.
(a) Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata
dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti batu, sewaktu
pekerjaan berlangsung.
(c) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh
muka dari batu harus dibersihkan dari kotoran adukan.
(e) Bila pekerjaan sudah cukup kuat, dan tidak lebih dini dari 14 hari
menyusul selesainya pekerjaan pemasangan, urugan harus ditempatkan
seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(f) Lereng serta bahu yang bersebelahan harus dipangkas dan dikerjakan
untuk menjamin sambungan yang kokoh dengan Pasangan Batu dengan
Mortar yang akan memungkinkan drainase yang tak terhalang dan
mencegah gerusan pada tepi pekerjaan.
(a) Ujung dasar tembok yang dibangun dalam galian, atau struktur lainnya
dimana dukungan tanah atau cetakan dengan adukan setebal 60 % dari
ukuran maksimum dari batu dan langsung menempatkan batu pada
adukan yang belum mengeras. Adukan selanjutnya harus segera
ditambahkan dan proses tersebut diulangi sehingga cetakan tersebut
terisi. Adukan selanjutnya harus segera ditambahkan sampai kebagian
atas sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
(b) Bila bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci kuat,
dan bila digunakan adukan yang keras, Struktur pekerjaan Pasangan Batu
dengan Mortar dapat pula dibangun tanpa cetakan.
(c) Permukaan yang tak terlindung dari Struktur pekerjaan Pasangan Batu
dengan Mortar harus diakhiri dan diperam seperti yang dipersyaratkan
untuk pelapisan batu.
(d) Urugan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai diperam harus
dipasang dengan Persyaratan dalam Seksi 3.3 – Urugan (Timbunan) atau
Seksi 2.4 - Drainase Porous.
(i) Tebal yang ditentukan atau disetujui seperti yang terlihat pada
Gambar Rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(iii) 15 cm.
(c) Untuk pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar yang digunakan pada
situasi lainnya (bukan lapisan), volume nominal untuk pembayaran harus
dihitung sebagai volume teoritis yang ditetapkan dari garis dan
penampang yang ditentukan atau disetujui.
(d) Setiap material yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak boleh
diperhitungkan atau dibayar.
2.3.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Pekerjaan ini harus juga mencakup pemasangan drainase lapisan beton,
dengan pelat penutup dan drainase persegi beton bertulang dengan atau
tanpa pelat penutup dimana diperlukan, pada lokasi yang disetujui seperti
dalam daerah perkotaan dan dimana air rembesan dari selokan tak
memakai pasangan dapat mengakibatkan ketidak stabilan lereng.
(c) Pekerjaan persiapan tanah dasar pelapisan perkerasan, baik pada jalur
lalu lintas maupun pada bahu, tidak boleh dimulai sebelum gorong-
gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya yang ada dibawah
kedudukan tanah dasar telah diselesaikan.
(a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan
dalam pengeringan dengan pompa.
(b) Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat
lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari,
maka Penyedia harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan
memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci,
bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.
(c) Setiap pemakaian material galian yang bersifat sementara waktu diijinkan
untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah
pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran.
(d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan
oleh Penyedia harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan
lereng yang stabil
2.3.2 MATERIAL
(1) Material Landasan, Beton, Baja Tulangan untuk beton, Pasangan Batu,
Pasangan Bata, Adukan, Material Penyaring dan Material Urugan yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut Seksi ini harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Seksi-seksi yang bersangkutan.
Gorong-gorong pipa beton bertulang harus dari beton bertulang pracetak yang
dibuat di pabrik dan harus memenuhi persyaratan AASHTO M170-89.
Gorong-gorong Corrugated yang dipakai harus terbuat dari besi atau baja yang
digalvanisir dan harus memenuhi persyaratan AASHTO M36-78.
Drainase persegi beton bertulang dengan atau tanpa pelat penutup harus dari
beton bertulang pracetak dan dibuat di pabrik.
2.3.3 PELAKSANAAN
(a) Penggalian dan persiapan galian serta pondasi untuk Gorong-gorong dan
Drainase beton harus dilaksanakan sesuai dengan yang disyaratkan.
(c) Setelah pipa dipasang, sambungan selebihnya harus diisi dengan adukan,
dan adukan tambahan harus diberikan untuk membentuk selimut di
sekeliling sambungan. Bagian dalam dari sambungan harus disapu dan
diselesaikan hingga rata. Adukan pada bagian luar harus dipertahankan
tetap lembab untuk dua hari sampai Direksi Teknik mengijinkan
pengurugan kembali.
(f) Alat berat dan mesin gilas harus tidak boleh beroperasi lebih dekat dari
1,5 m hingga pipa telah dilapisi sampai ketebalan paling sedikit 60 cm
diatas puncak pipa. Perlengkapan ringan dapat beroperasi dalam batas
tersebut diatas asal pengurugan kembali telah mencapai 30 cm diatas
puncak pipa. Meskipun demikian dan tidak bertentangan dengan yang
diatas, Penyedia harus bertanggung jawab dan harus memperbaiki
kerusakan yang terjadi dari operasi tersebut.
(g) Pipa harus diselimuti dengan beton sesuai dengan perincian yang
diberikan dalam Gambar Rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik, bila kedalaman lapis penutup yang dipasang lebih dari
maksimum atau kurang dari minimum dari yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana atau dalam Spesifikasi dari pabrik pembuat untuk
ukuran dan kelas pipa tertentu.
(b) Pipa Corrugated yang telah disambung lebih dahulu harus diturunkan
ketempatnya dengan alat gantungan dan tidak boleh terlalu panjang
sehingga sambungannya bisa tertekuk. Pengangkutan dan pemasangan
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan ujungnya.
(c) Semua pipa corrugated harus saling mengunci dan sambungan harus baik
untuk menghindarkan adanya tegangan yang berlebihan.
(a) Gorong-gorong dan pelat harus dibangun sesuai dengan arah dan dimensi
yang diberikan dalam Gambar Rencana atau sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknik
(d) Untuk gorong-gorong persegi beton bertulang dengan atau tanpa pelat
penutup harus dibuat dari beton bertulang pracetak dan dibuat di pabrik
(a) Terkecuali jika dicantumkan lain dalam Gambar Rencana, maka landasan
kolam olakan, pekerjaan perlindungan terhadap gerusan yang
berhubungan dengan pekerjaan gorong-gorong harus dibangun
menggunakan Pasangan Batu dengan Mortar seperti yang dipersyaratkan
dalam Seksi 2.2 - Pasangan Batu dengan Mortar. Umumnya Pekerjaan
Pasangan Batu dengan Mortar harus juga digunakan untuk tembok kepala
gorong-gorong kecil dan struktur lainnya yang tidak diperlukan untuk
memikul beban struktur yang berat.
(b) Tembok kepala untuk gorong-gorong yang besar atau yang berada
dibawah timbunan yang tinggi, atau struktur lainnya yang memikul
beban yang berhubungan dengan pekerjaan gorong-gorong, harus
dibangun menggunakan pasangan batu menurut Seksi 7.10 - Pasangan
Batu, bahkan jika beban besar menggunakan beton bertulang menurut
Seksi 7.1 - Pekerjaan Beton dan Seksi 7.3 - Baja Tulangan untuk Beton.
Material yang digunakan haruslah sesuai dengan yang diperintahkan
Direksi Teknik,yang harus mempertimbangkan kualitas, dan bentuk dari
(7) Pembangunan Drainase Persegi Beton Bertulang dengan atau tanpa Pelat
Penutup
(a) Drainase persegi beton bertulang dengan atau tanpa pelat penutup harus
dibangun sesuai dengan arah dan elevasi dan perincian lainnya yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana, atau sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknik.
(c) Untuk drainase persegi beton bertulang dengan atau tanpa pelat penutup
ini harus dibuat pracetak di pabrik yang mendapat persetujuan Direksi
Teknik dan dipasang bagian demi bagian.
(d) Lubang suling harus dibuat pada dinding saluran sesuai dengan yang
disyaratkan. Terkecuali ditunjukan lain pada Gambar Rencana atau
diperintahkan oleh Direksi Teknik, lubang sulingan harus ditempatkan
dengan jarak tidak lebih dari 2 m antara sumbu satu ke sumbu lainnya
dan harus dari bahan pipa PVC berdiameter 50 mm.
(c) Kuantitas yang diukur untuk stuktur lainnya yang diuraikan dalam Seksi
ini haruslah kuantitas dari bermacam-macam pekerjaan dan material yang
digunakan, yang dihitung dan dibayar seperti yang dijelaskan dalam
Seksi-seksi lain yang bersangkutan.
(d) Kecuali untuk Galian Batu dan bahan Drainase Porous yang digunakan,
tidak ada pengukuran yang terpisah untuk pembayaran akan dilakukan
untuk pekerjaan galian, sand bedding dan urugan kembali, biaya
pekerjaan ini dipandang sebagai pelengkap untuk melaksanakan
pekerjaan gorong-gorong pipa beton bertulang, gorong-gorong persegi
dan pelat beton bertulang atau gorong-gorong pipa baja gelombang
(corrugated) dan sudah termasuk dalam harga penawaran untuk gorong-
gorong pipa beton bertulang, gorong-gorong persegi dan pelat beton
atau gorong-gorong pipa baja gelombang (corrugated) dan berbagai
macam bahan yang digunakan dalam pelaksanaan.
2.4.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Material tersebut digunakan pada bagian belakang dari tembok jembatan,
tembok sayap, tembok penahan tanah, pasangan batu kosong dan
bronjong batu, serta pada pembangunan drainase bawah tanah
perkerasan, saluran beton, gorong-gorong, selimut pasir dan drainase
vertikal untuk pekerjaan stabilisasi, kantung lubang sulingan, kantung
saringan dasar dan pekerjaan lain yang serupa, sesuai dengan persyaratan
dari Seksi ini atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(a) Profil akhir untuk timbunan berbutir untuk Drainase Porous tidak boleh
berbeda dari profil yang disetujui atau disyaratkan lebih dari 2 cm.
(b) Permukaan akhir dan kelandaian untuk bahan landasan pipa dan saluran
beton tidak boleh berbeda dari yang disetujui/ditentukan lebih dari 1 cm.
(c) Toleransi dimensi untuk bentuk, diameter, panjang dan tebal dinding dari
pipa porous harus seperti yang ditentukan dalam AASHTO M 179.
Kerenggangan maksimum antara kedua ujung pipa porous pada waktu di
pasang harus 5 mm.
(5) Pelaporan
(a) Paling lambat 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk pemasangan
material, contoh yang mewakili harus dilaporkan kepada Direksi Teknik.
(b) Untuk bahan Urugan Porous atau Material Filter, paling sedikit masing-
masing 50 kg contoh material yang diusulkan untuk digunakan harus
dilaporkan bersama dengan contoh masing-masing 5 kg dari material
yang akan menjadi sisi hulu dan sisi hilir dari air yang akan meresap
melalui Urugan Porous. Hasil dari pengujian gradasi basah (AASHTO
T 27-82) harus juga disediakan untuk masing-masing contoh yang
dilaporkan.
(c) Contoh dari pipa porous, atau anyaman filter yang diusulkan untuk
digunakan harus dilaporkan bersama dengan persyaratan dari pabrik
pembuat dan data pengujiannya.
(a) Material Drainase Porous yang bersih harus dipasang hanya sesaat
sebelum pemasangan material diatasnya.
(b) Material Drainase Porous pada saluran vertikal pada timbunan yang baru,
harus ditempatkan secara lapis horisontal bersamaan dengan lapis
timbunan lain yang dipasang.
2.4.2 MATERIAL
(a) Material Urugan Porous atau Filter haruslah keras, awet dan bersih.
Material tersebut harus bebas dari material organis, gumpalan lempung,
dan bahan lain yang tidak dikehendaki. Material padas lapuk atau bekas
bongkaran beton tidak boleh digunakan.
(b) Gradasi partikel yang disyaratkan dari material akan tergantung dari
fungsi yang diinginkan dalam pekerjaan-pekerjaan dan pada karakteristik
dari material pada sisi hilir dari air yang akan melewatinya, dan juga
pada tersedianya material. Gradasi yang disyaratkan dalam masing-
masing hal akan ditetapkan oleh Direksi Teknik, yang penilaianya harus
mencakup jaminan bahwa “piping” (hanyutnya butir halus)tidak akan
terjadi dari material pada arah “hulu” kedalam material porous, atau dari
material Porous kedalam material pada arah “hilir” sesuai dengan kriteria
berikut ini:
D15 (filter)
(i) <5
D85 (tanah)
D15 (filter)
(ii) 4 < < 20
D15 (tanah)
D50 (filter)
(iii) < 25
D50 (tanah)
Dimana D15, D50, dan D85 adalah ukuran partikel dari kurva gradasi
masing-masing pada 15 %, 50 % dan 85 %, yang lolos saringan dalam
berat. Istilah “filter” dimaksudkan bahan yang lebih besar yang
melindungi material. Dan istilah “tanah” dimaksudkan bahan yang lebih
halus dilindungi dari “piping”.
(c) Amplop gradasi untuk bahan Urugan Porous dan Filter yang akan
menghantarkan aliran air tanpa “piping” dari timbunan lempung ke
(d) Dalam hal dimana tidak ada material berbutir pada arah hilir dari Urugan
Porous, tetapi yang ada adalah lubang sulingan atau pipa berlubang,
maka pemilihan dan persetujuan dari Urugan Porous harus didasarkan
atas kriteria berikut :
Dimana D85 dan D50 didefinisikan dalam Pasal ini pada (c) dan D
(lubang) adalah diameter dalam dari pipa sulingan atau lubang-lubang
pipa.
(e) Setiap ukuran Urugan Porous dapat secara aman digunakan di bagian
hilir dari suatu anyaman plastik. Sebagai contoh, dalam hal Drainase
dibawah permukaan perkerasan, Urugan Porous dapat dari kerikil kasar
yang merata/uniform jika tepi galian dilindungi anyaman plastik yang
cocok, tetapi biasanya pasir halus yang dipilih sesuai dengan paragraf (b)
diatas, jika tidak ada anyaman plastik. Dalam segala hal ijuk tidak boleh
digunakan sebagai pengganti anyaman plastik.
Material berbutir yang digunakan sebagai material landasan harus pasir, kerikil
berpasir atau batu pecah atau harus memenuhi persyaratan berikut ini :
Anyaman filter plastik haruslah dari anyaman geotextil sintetis yang disetujui
oleh Direksi Teknik. Pemilihan bukaan yang paling sesuai (MOS) untuk
anyaman filter harus didasarkan pada kurva distribusi dari ukuran partikel
untuk tanah pada sisi hulu dari anyaman filter, sesuai dengan yang mana
yang lebih kecil :
Dimana D85 dan D50 adalah yang didefisinikan dalam Paragraf 2.4.2 (1)(b)
diatas.
(a) Pipa porous untuk drainase bawah tanah haruslah pipa tanah liat yang
kira-kira 100 mm diameter dalamnya dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh AASHTO M179.
(b) Pipa yang dipasang dalam konstruksi beton atau tembok pasangan atau
pasangan batu sebagai lubang sulingan harus berdiameter dalam 50 mm
dan harus dari material yang disetujui oleh Direksi Teknik yang cukup
kuat untuk menahan perubahan bentuk selama konstruksi dan pengerasan
dari adukan atau beton.
(a) Sebelum pemasangan Urugan Porous pada suatu tempat, seluruh material
yang tidak memenuhi syarat, baik terlalu lunak atau telalu keras, harus
telah diganti sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.
(c) Urugan Porous harus dipadatkan secara teliti lapis demi lapis yang tidak
melebihi 15 cm tebal lapisan sampai kepadatan yang melebihi 95 % dari
(e) Selimut drainase tipis (kurang dari 20 cm) dari Urugan Porous yang akan
ditutup dengan urugan tanah harus dipadatkan secukupnya sebelum
penempatan lapis urugan tanah yang pertama ditempatkan diatasnya.
Urugan tanah selanjutnya harus dipadatkan dengan kuat hingga lapisan
porous dibawahnya telah mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
(a) Galian atau sumur pondasi untuk pipa gorong-gorong, saluran beton,
saluran bawah tanah atau pekerjaan lainnya yang memerlukan lapis
landasan harus digali sesuai dengan yang disyaratkan dan dasar yang
merata kepadatannya disiapkan hingga ketinggian yang diperlukan
dikurangi tebal yang diperlukan dari material untuk landasan.
(b) Tebal dari landasan untuk pipa harus tidak kurang dari 10 % dari
diameter pipa, juga tidak kurang dari 5 cm untuk setiap pekerjaan.
(a) Landasan untuk Pipa Porous harus disiapkan seperti diatas, tetapi
menggunakan Urugan Porous seperti yang disyaratkan dalam Paragraf
2.4.2(1) bukan material landasan yang disyaratkan dalam Paragraf
2.4.2(2).
(b) Pipa porous harus ditempatkan pada landasan yang dipersiapkan dan
harus secara cermat dipasang sesuai dengan arah dan kemiringannya.
Pipa harus bersambungan tumpul dengan renggang 1-5 mm diantaranya.
Sambungan harus dibungkus dengan Anyaman Filter yang disetujui yang
akan memungkinkan lewatnya air tetapi menahan Urugan Porous. Bagian
atas masing-masing sambungan selanjutnya harus dilindungi dengan strip
kertas aspal atau material penutup lainnya yang tidak menjadi lapuk.
Masing-masing sambungan harus terkumpul di tempat, tetapi tidak rekat,
dengan menggunakan sedikit semen yang dipasang pada kedua tepinya.
(c) Setelah pipa telah diletakkan, diperiksa dan disetujui, material porous
harus dipasang dan dipadatkan sebagaimana ditentukan dalam Paragraf
2.4.3(1) diatas.
(a) Bila lubang sulingan diperlukan untuk dibentuk pada suatu tembok atau
bangunan lainnya tanpa harus menyertakan secara permanen pipa atau
acuan lainnya, maka metode pembentukan lubang sulingan harus
didasarkan atas persetujuan dari Direksi Teknik.
(b) Seluruh acuan yang tidak awet harus dibuang pada waktu selesainya
struktur.
(c) Lubang sulingan harus dibuat mendatar terkecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Teknik.
(d) Pipa yang akan ditanam dalam beton sebagai lubang sulingan atau acuan
lubang sulingan, harus ditahan / diikat kuat sewaktu pengecoran beton.
(a) Urugan harus diklasifikasikan dan diukur hanya sebagai Urugan Porous
atau Material Filter bila digunakan pada lokasi atau keperluan Urugan
Porous landasan atau Material Filter dari kantung filter atau selimut
drainase yang telah disyaratkan atau telah disetujui secara tertulis oleh
Direksi Teknik, dan bila material telah diterima oleh Direksi Teknik
sebagai memuaskan untuk Drainase Porous menurut Seksi ini.
(b) Kuantitas dari Urugan Porous yang diukur untuk pembayaran haruslah
jumlah meter kubik dari material yang dipadatkan yang diperlukan untuk
mengurug hingga garis yang ditetapkan atau disetujui. Setiap material
yang ditempatkan berlebih dari volume teoritis harus dianggap sebagai
urugan biasa ataupun urugan pilihan, sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Teknik, dan tidak boleh diukur menurut Seksi ini tanpa
memperhitungkan mutu dari material.
(c) Seluruh Urugan Porous yang disetujui yang digunakan dan diterima pada
Kontrak, dan yang memenuhi untuk pengukuran seperti diatas harus
diukur dan dibayar menurut Seksi ini.
Anyaman Filter Plastik dan Pipa Porous harus diukur untuk pembayaran
sebagai item tambahan kepada jumlah meter kubik bahan Urugan Porous
terpadat dan diterima termasuk penempatan bahan-bahan ini pada tempat yang
telah ditentukan. Item tambahan ini disebut “Pekerjaan Drainase dibawah
Permukaan”.
(3) Metode pengukuran Lubang Sulingan, Kertas Aspal dan Adukan Semen
Pipa yang digunakan untuk membentuk lubang sulingan, kertas aspal atau
lembaran lainnya untuk membungkus sambungan pipa dan adukan semen yang
digunakan untuk mengunci sambungan pipa tidak akan diukur untuk
pembayaran, dan biaya dari material ini sudah harus dipandang telah
dimasukkan dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Drainase dibawah
permukaan.
3.1.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Hal ini juga akan mencakup semua pekerjaan penghancuran yang belum
diukur dan dibayar sebagai bagian dari Seksi 7.13 - Pembongkaran
Struktur yang ada.
(c) Jalan-jalan yang ada, perbaikan jalan, fasilitas tanah milik yang
berdampingan, bangunan utilitas, pelayanan umum, pohon, tanaman dan
sebagainya yang tidak ditunjuk untuk pembersihan dan pembongkaran
harus dilindungi dari cacat dan kerusakan yang mungkin timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan.
(a) Pembersihan dilaksanakan diatas daerah yang luas sampai batas akhir
dari semua pekerjaan permanen atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi
Teknik. Pekerjaan ini akan terdiri dari pembongkaran dan pembuangan
segala sesuatu diatas permukaan tanah termasuk dahan yang ditebang
kecuali benda tersebut diperintahkan Direksi Teknik untuk ditinggalkan
tanpa diganggu. Bahan-bahan yang dibersihkan termasuk, dan tidak
dibatasi, pohon, tunggul, balok, semak, belukar, rumput, bagian tumbuh-
tumbuhan yang lepas dan struktur, kecuali ditentukan lain.
(b) Pembongkaran dilaksanakan diatas daerah yang luas sampai batas akhir
dari semua pekerjaan permanen atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi
Teknik. Pekerjaan ini akan terdiri dari pembongkaran dan pembuangan
tanah humus, tunggul dan akar sampai kedalaman seperti ditunjukkan
dalam paragraf berikut. Setiap lubang yang tertinggal setelah pencabutan
tunggul, akar dan sebagainya, harus diurug kembali dengan bahan-bahan
yang sesuai dan dipadatkan sesuai dengan Seksi 3.3 – Urugan.
(d) Keberadaan pohon pada lereng daerah galian atau timbunan yang ada
adalah penting khusus untuk kestabilan lereng dan pencegahan erosi di
beberapa lokasi, dan untuk alasan-alasan estetika dan sosial ekonomis di
daerah-daerah lain.
(e) Daerah yang terisolasi dimana jalan proyek melintasi wilayah tanah liat
yang sangat tinggi retakannya, maka timbulnya retak-retak penyusutan
pada perkerasan jalan di akhir musim panas dapat merupakan alasan yang
cukup untuk Direksi Teknik memerintahkan pembongkaran pohon-pohon
pilihan dari selokan, tetapi pekerjaan tersebut tidak boleh dimulai
sebelum ada tanda-tanda keretakan sebenarnya.
(f) Pada daerah galian dan dibawah timbunan yang kurang dari 1 m, maka
semua tunggul, akar, dan benda lain yang tidak dikehendaki harus
dibongkar sampai suatu kedalaman yang tidak kurang dari 300 mm
dibawah permukaan tanah asli, dipilih mana yang lebih rendah.
(g) Semua pohon yang ditebang dalam hubungan dengan pekerjaan didalam
“daerah milik jalan” yang ada, akan tetap menjadi milik Pemberi
Pekerjaan dan akan diamankan di tempat proyek oleh Penyedia sampai
dipindahkan oleh Pemberi Pekerjaan.
(h) Patok pengukuran, patok kilometer, instalasi pelayanan umum dan benda
lainnya serta pohon dan tumbuh-tumbuhan yang ditunjuk Direksi Teknik
untuk ditinggalkan, harus dilindungi dari kerusakan yang dapat
diakibatkan oleh operasi Penyedia.
(j) Semua bahan-bahan dan puing yang tidak ditunjuk oleh Direksi Teknik
untuk digunakan lagi dalam pekerjaan Kontrak atau untuk diselamatkan,
harus dibuang sebagaimana disetujui oleh Direksi Teknik. Penyedia
harus membuat semua pengaturan yang diperlukan dengan para pemilik
dan menanggung semua biaya untuk memperoleh lokasi pembuangan
yang layak.
Daerah dibawah jalan atau timbunan seperti yang ditunjuk oleh Direksi
Teknik, maka Kontrakor harus mengupas tanah humus dan membuangnya
sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknik. Pada umumnya pengupasan tanah
humus harus meliputi hanya pengupasan dari tanah yang cukup subur. Tidak
ada pengupasan tanah humus diatas setiap daerah yang ditunjuk kurang dari 20
cm kedalamannya yang diukur secara vertikal atau sebagaimana diarahkan
oleh Direksi Teknik, dan tanah humus tersebut akan dipertahankan terpisah
dari bahan yang digali lainnya. Tanah humus harus dipandang sebagai galian
biasa sesuai Seksi 3.2 - Pekerjaan Galian. Galian tanah humus yang akan
digunakan untuk lapisan atas lereng timbunan, akan dipandang sebagai
pembentukan timbunan dan harus sesuai dengan persyaratan Seksi 3.3 –
Urugan ( Timbunan ) untuk pelaksanaan, pengukuran dan pembayarannya.
Hal ini harus mencakup penghancuran struktur yang tidak tercakup di tempat
lain, bersama dengan pembuangan bahan-bahan hancuran. Tanah humus harus
diukur dan dibayar sebagai galian biasa sesuai dengan Seksi 3.2 – Pek. Galian.
3.2.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan selokan dan saluran
air, untuk pembuatan formasi dari galian atau pondasi untuk pipa,
gorong-gorong, saluran atau struktur lainnya, seperti tembok sayap,
pangkal jembatan, tembok penahan tanah dan plengsengan, untuk
pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan
stabilisasi dan pembersihan longsoran, untuk galian konstruksi atau
pembuangan material sisa, untuk pengupasan dan pembuangan bahan
perkerasan beraspal pada perkerasan lama dan secara umum
pembentukan profil dan penampang di tempat kerja sesuai dengan Seksi
ini dan yang memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
(c) Terkecuali untuk tujuan pembayaran, persyaratan Seksi ini berlaku untuk
semua pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam hubungan dengan
Kontrak, dan seluruh galian dapat diklasifikasikan dalam salah satu
macam/kategori galian seperti tersebut dibawah.
Pekerjaan Galian dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti dibawah ini :
(a) Kelandaian, garis batas dan formasi akhir setelah penggalian tidak boleh
berbeda dari yang ditentukan lebih besar dari 2 cm pada setiap titik.
(b) Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin drainase yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi
genangan.
(5) Pelaporan
(b) Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknik, Gambar Detail dari
seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan
untuk digunakan, seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan
harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik sebelum melaksanakan
pekerjaan galian yang dimaksudkan akan dilindungi oleh struktur yang
diusulkan tersebut.
(c) Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi
selesai, Penyedia harus memberitahu Direksi Teknik, dan bahan landasan
atau material lain tidak boleh dipasang sebelum disetujui oleh Direksi
Teknik untuk kedalaman dari galian, sifat dan mutu dari material
pondasi, sebagaimana disyaratkan.
(d) Catatan dari seluruh bahan peledak yang digunakan, yang menunjukkan
lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Penyedia untuk pemeriksaan
oleh Direksi Teknik.
(b) Selama masa pekerjan galian, suatu lereng yang stabil yang mampu
menahan pekerjaan di sekitarnya, struktur atau mesin harus
dipertahankan sepanjang waktu, dan skor serta turap yang memadai harus
dipasang, jika tepi permukaan galian yang sewaktu-waktu tidak
dilindungi dapat berbahaya / tidak stabil. Bila diperlukan, Penyedia harus
(d) Cofferdam, kisdam atau cara lainnya untuk menghindarkan air dari
daerah galian harus dirancang dengan benar dan cukup kuat untuk
menjamin tidak terjadi keruntuhan mendadak, yang mungkin dapat
membanjiri tempat kerja secara cepat.
(e) Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya berada dalam galian
yang mengharuskan kepala mereka berada dibawah permukaan tanah,
Penyedia harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja
yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Setiap saat
peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3 K
harus tersedia pada tempat kerja galian.
(f) Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu, harus disimpan,
ditangani, dan digunakan secara hati-hati dan ketat sesuai dengan
Peraturan Perundangan dari Pemerintah. Penyedia harus bertanggung
jawab untuk pencegahan pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat
dari bahan peledak dan harus menjamin bahwa yang menangani
peledakan harus dipercayakan hanya kepada orang yang berpengalaman
dan bertanggung jawab.
(g) Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk
mencegah pekerja atau orang lainnya terjatuh kedalamnya, dan setiap
galian terbuka pada badan jalan atau bahu harus ditambah dengan rambu
pada malam hari dengan drum dicat putih (atau yang serupa) dan merah
atau lampu kuning sesuai dengan ketetapan Direksi Teknik.
(h) Ketentuan yang ada dalam Seksi 1.7 - Pemeliharaan terhadap Arus Lalu
Lintas harus diterapkan pada seluruh galian dalam daerah milik jalan.
(a) Luas suatu galian yang terbuka pada suatu operasi harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang
baik, dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, pembasahan
akibat hujan dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.
(b) Galian saluran atau galian lainnya yang melintang jalan harus dilakukan
menggunakan konstruksi setengah badan jalan sehingga jalan tetap dapat
terbuka bagi lalu lintas pada setiap saat.
(d) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik maka setiap galian
perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada
hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.
(a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia harus
menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh
untuk pengeringan (pompa), pengalihan saluran air dan pembangunan
saluran sementara, kisdam dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat
kerja pada setiap saat untuk menjamin tidak ada gangguan dalam
prosedur pengeringan dengan pompa.
(b) Bila pekerjaan sedang dilakukan pada saluran yang ada atau di tempat
lain dimana aliran bawah tanah atau tanah mungkin tercemari. Penyedia
harus setiap saat menyediakan pada tempat kerja sejumlah air minum
yang untuk digunakan oleh pekerja untuk mencuci, bersama dengan
sejumlah sabun dan desinfektan
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi harus diperbaiki oleh
Penyedia sebagai berikut :
(b) Daerah yang telah terlanjur digali, atau di daerah yang telah bercerai-
berai atau berjatuhan, harus diurug kembali dengan urugan pilihan atau
bahan pondasi bawah / pondasi atas yang mana dapat diterapkan,
sehingga memuaskan Direksi Teknik.
Bila timbunan pilihan atau lapis pondasi batu pecah untuk aspal beton atau
beton atau material lainnya diperoleh dari galian bahan di luar daerah milik
jalan, Penyedia harus melakukan pengaturan yang perlu dan pembayaran iuran
dan royalti kepada Pemilik tanah dan Penguasa untuk ijin menggali dan
mengangkut material tersebut.
(a) Semua bahan galian yang memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan
yang digali dalam batas-batas dan lingkup kerja proyek, bilamana
memungkinkan, atas persetujuan Direksi Teknik dapat digunakan secara
efektif untuk pembuatan formasi timbunan atau untuk urugan kembali.
(d) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan untuk timbunan, atau setiap
bahan yang tidak disetujui oleh Direksi Teknik menjadi urugan yang
cocok, harus dibuang dan diratakan dalam lapisan-lapisan tipis oleh
Penyedia di luar daerah milik jalan seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
(b) Material bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap merupakan
milik dari Penyedia atau bila memenuhi syarat yang disetujui oleh
Direksi Teknik, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan
dibayar dalam Mata Pembayaran yang bersangkutan dalam Jadwal
Penawaran.
(c) Setiap pemakaian material galian yang bersifat sementara waktu diijinkan
untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah
pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran
air.
(d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan
oleh Penyedia harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan
lereng yang stabil.
(a) Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar Rencana atau ditunjukkan oleh Direksi Teknik
dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun
yang dijumpai, termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton, tembok dan
perkerasan lama.
(c) Apabila material yang nampak keluar diatas garis formasi atau tanah
dasar atau permukaan pondasi adalah lepas-lepas atau lunak dengan kata
lain tidak cocok menurut pendapat Direksi Teknik, maka material
tersebut harus dipadatkan atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan
urugan yang cocok, seperti yang diperintahkan Direksi Teknik.
(d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang tidak dapat dihancurkan
lainnya berada diatas garis formasi atau saluran yang dilapisi atau pada
ketinggian permukaan untuk perkerasan dan bahu jalan atau diatas bagian
dasar parit, pipa atau galian pondasi struktur, bahan tersebut harus digali
terus sedalam 20 cm sampai didapatkan permukaan yang mantap dan
merata. Tidak ada runcingan-runcingan di batu akan ditinggalkan
menonjol dari permukaan dan semua bahan-bahan yang lepas harus
dibuang. Profil galian yang telah ditetapkan harus dikembalikan dengan
pengurugan kembali dan dipadatkan dengan bahan-bahan pilihan yang
disetujui oleh Direksi Teknik.
(a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau saluran beton dan galian untuk
pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya untuk
memungkinkan pemasangan bahan/material yang benar, juga untuk
pengawasan dan pemadatan urugan kembali dibawah dan di sekeliling
pekerjaan.
(b) Skor, turap dan cofferdam atau tindakan lain untuk mengeluarkan air
harus dipasang untuk memungkinkan ruang gerak yang cukup untuk
pelaksanaan dan pengawasan, kerangka acuan dan untuk memungkinkan
pemompaan dari tepi luar acuan. Cofferdam atau skor yang bergeser atau
bergerak selama pekerjaan galian harus diperbaiki atau diperbesar untuk
menjamin ruang bebas yang diperlukan sewaktu konstruksi.
(c) Bila gorong-gorong atau galian lain dilakukan dalam timbunan yang
baru, maka timbunan harus dibangun sampai dengan ketinggian yang
diperlukan sejarak pada masing-masing sisi tidak kurang dari 5 x lebar
galian tersebut. Selanjutnya galian dibuat dengan sisi setegak mungkin
selama kondisi tanahnya memungkinkan.
(e) Galian sampai elevasi akhir dari pondasi untuk pondasi struktur tidak
boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dipasang.
(a) Sumber material, apakah dalam daerah milik jalan atau di tempat lain,
harus digali sesuai dengan ketentuan dari Seksi ini.
(c) Sumber material tidak boleh diijinkan pada tanah yang mungkin
diperlukan untuk rencana pelebaran jalan atau keperluan lainnya.
(d) Pembuatan lubang galian harus dilarang atau dibatasi jika ia dapat
mengganggu drainase alam atau drainase yang direncanakan.
(e) Pada bagian atas jalan, pembuatan lubang galian harus dibentuk
sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke gorong-
gorong berikutnya tanpa genangan.
(f) Tepi dari sumber material harus tidak lebih dekat dari 2 m dari kaki
timbunan atau 10 m dari puncak galian.
(a) Galian diluar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang
melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang
diukur untuk pembayaran, kecuali dimana :
(d) Pekerjaan galian untuk operasi pemeliharaan rutin tidak akan diukur
untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk harga-
harga lump sum yang ditawarkan untuk berbagai operasi pemeliharaan
rutin yang tercakup dalam Seksi 10.1.
(g) Pengukuran dan pembayaran untuk setiap galian batu harus dilakukan
menurut Mata Pembayaran 3.2 (4) tanpa memandang jenis galiannya.
Volume yang diukur dari galian batu harus tidak dimasukkan kedalam
kuantitas yang diukur untuk pekerjaan galian lain dalam Seksi ini.
(j) Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran yang akan dilakukan
untuk pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi
timbunan sesuai yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, biaya pekerjaan
ini dipandang sebagai pelengkap untuk melaksanakan pekerjaan galian
dan sudah termasuk dalam harga penawaran untuk pekerjaan galian.
(a) Pekerjaan galian yang tidak termasuk dalam Paragraf 3.2.3 (1) diatas,
harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter
kubik material yang dipindahkan. Dasar dari perhitungan ini haruslah
(b) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang
dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :
(c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Teknik
dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak dipergunakan
oleh Penyedia sebagai bahan timbunan dan semata-mata hanya untuk
cadangan Penyedia sebagai exploitasi sumber bahan, maka volume bahan
galian yang tidak terpakai tersebut tidak akan dibayar sebagai Galian.
3.3.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Urugan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi
menjadi dua jenis, yaitu Urugan Biasa dan Urugan Pilihan. Urugan
Pilihan akan digunakan di daerah rawa-rawa, saluran air dan lokasi
serupa dimana material yang plastis sulit untuk dipadatkan dengan baik.
Urugan Pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau
pekerjaan pelebaran jika diperlukan lereng yang curam karena
keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan urugan lainnya dimana
kekuatan urugan adalah faktor yang kritis.
(a) Permukaan dan ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih
tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
(b) Seluruh permukaan akhir urugan yang terbuka harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran yang bebas
dari air permukaan.
(c) Permukaan akhir lereng timbunan harus tidak bervariasi lebih dari 10 cm
dari garis profil yang ditentukan.
(d) Urugan tidak boleh dipasang dalam lapis yang lebih dari 20 cm tebal
padat juga tidak dalam lapis pondasi yang kurang dari 10 cm tebal padat.
(4) Pelaporan
(a) Penyedia harus menyerahkan laporan dibawah ini kepada Direksi Teknik
sebelum izin memulai pekerjaan disetujui :
(a) Bagian yang baru dari timbunan badan jalan harus dibangun dengan
menggunakan konstruksi setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan
tetap terbuka untuk lalu lintas.
(b) Untuk mencegah gangguan pada konstruksi kepala dan tembok sayap
jembatan, Penyedia diharuskan, pada titik-titik yang ditetapkan oleh
Direksi Teknik, menunda sebagian pekerjaan urugan untuk pembentukan
jalan pendekat (Oprit) ke struktur tersebut hingga penanganan struktur
lancar tanpa adanya gangguan/resiko sebagai akibat dari pelaksanaan
Oprit.
(a) Penyedia harus menjamin bahwa pekerjaan tetap kering sebelum dan
selama pekerjaan pemasangan dan pemadatan berlangsung, untuk itu
bahan urugan selama konstruksi harus memiliki kemiringan yang cukup
untuk membantu drainase dari aliran air hujan dan harus menjamin
bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana
mungkin, air dari tempat kerja harus dibuang kedalam sistem drainase
permanen. Cara yang memadai untuk menjebak lumpur harus diadakan
pada bagian darurat yang mengalir kedalam sistem drainase permanen.
(b) Penyedia harus menjamin di tempat kerja tersedia air yang cukup untuk
pengendalian kelembaban timbunan selama operasi pemasangan dan
pemadatan.
(7) Perbaikan dari Urugan yang Tidak Memuaskan atau Tidak Stabil
(b) Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal kadar airnya
kurang memenuhi persyaratan Paragraf 3.3.3 (3) (b) atau seperti yang
diperintahkan Direksi Teknik, maka harus diperbaiki dengan menggaru
material, disusul dengan penyiraman air secukupnya dan dicampur
dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
(c) Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dimana kadar airnya
melampaui kadar air yang disyaratkan dalam Paragraf 3.3.3 (3) (b) atau
sebagaimana diperintahkan Direksi Teknik, harus diperbaiki ulang
(d) Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain
setelah dipadatkan dalam batasan persyaratan ini, biasanya tidak
memerlukan pekerjaan perbaikan asal sifat material dan kerataan
permukaan masih memenuhi persyaratan.
(e) Perbaikan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan
sifat material, harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan
dapat meliputi tambahan pemadatan, penggaruan yang disusul dengan
pengaturan kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan
penggantian material.
(f) Perbaikan dari urugan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi
lembek setelah pekerjaan selesai dan diterima oleh Direksi Teknik
haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Seluruh lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat untuk pengujian kepadatan
atau yang lainnya harus diurug kembali oleh Penyedia secepatnya dan
dipadatkan hingga mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan.
Urugan tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau lainnya bila kadar air
material diluar rentang yang ditentukan dalam Paragraf 3.3.3 (3) (b).
3.3.2 MATERIAL
(a) Bahan urugan harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai dengan
Seksi 1.10 - Material dan Penyimpanannya.
(b) Bahan galian yang digali dalam batas-batas dan lingkup kerja proyek
yang memenuhi persyaratan seperti yang ditentukan dalam Paragraf 3.3.2
(2) atau Paragraf 3.3.2 (3), atas persetujuan Direksi Teknik dapat
digunakan untuk pembuatan formasi timbunan atau untuk urugan
kembali.
(a) Urugan yang diklasifikasikan sebagai Urugan Biasa harus terdiri dari
galian tanah atau padas yang disetujui oleh Direksi Teknik yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.
(b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk dalam tanah yang
plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 dari
persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistem klasifikasi
Unified atau Casagrande. Bila penggunaan tanah yang plastisitasnya
tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya
pada bagian dasar dari urugan atau pada urugan kembali yang tidak
membutuhkan daya dukung tinggi. Tanah plastis seperti itu tidak boleh
digunakan sama sekali pada lapisan 30 cm dibawah tanah dasar
perkerasan atau bahu. Sebagai tambahan, urugan dalam zone ini harus,
bila diuji sesuai dengan SNI 03-1738-1989, memiliki CBR yang tak
kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % dari
kepadatan kering maksimum seperti yang ditetapkan oleh AASHTO
T 99.
(c) Tanah yang pengembangannya tinggi (retakan) yang memiliki nilai aktif
lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan
oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau luar biasa tinggi., tidak
boleh digunakan sebagai bahan urugan. Nilai aktif harus diukur sebagai
perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) - (SNI 03-1966-1990) dan
persentase ukuran lempung (AASHTO T 88).
(b) Urugan yang diklasifikasikan sebagai Urugan Pilihan harus terdiri dari
bahan tanah atau padas yang memenuhi persyaratan untuk Urugan Biasa
dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu tergantung dari
maksud penggunaannya seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Teknik. Dalam segala hal, seluruh Urugan Pilihan harus, bila diuji sesuai
dengan SNI 03-1738-1989, memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4
hari perendaman bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering
maksimum sesuai dengan AASHTO T 99.
(c) Bila digunakan dimana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir tidak
dapat dihindari, Urugan Pilihan haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan indeks plastisitas maksimum 6 %.
(a) Sebelum pemasangan urugan pada suatu tempat, seluruh bahan yang
tidak memenuhi harus telah dibuang sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
(b) Bila tinggi dari urugan satu meter atau kurang, dasar pondasi dari urugan
harus dipadatkan benar-benar (termasuk penggaruan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sehingga 15 cm bagian atas memenuhi
persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk urugan yang dipasang
diatasnya.
(c) Bila urugan akan dibangun pada tepi bukit atau ditempatkan pada
timbunan yang ada atau yang baru dibangun, maka lereng yang ada harus
digali untuk membentuk teras dengan lebar cukup untuk memungkinkan
pemadatan dengan peralatan sewaktu urugan dipasang dalam lapis
horizontal.
(a) Urugan harus dibawa kepermukaan yang telah disiapkan dan disebar
merata dalam lapis yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang diberikan dalam Paragraf 3.3.1 (2). Bila lebih dari satu lapis
urugan akan dipasang, lapis-lapis urugan tersebut sedapat mungkin harus
sama tebalnya.
(b) Urugan tanah umumnya harus diangkut langsung dari lokasi sumber
material ke tempat permukaan yang telah dipersiapkan sewaktu cuaca
kering dan disebar. Penimbunan stok tanah urug biasanya tidak
diperbolehkan, terutama selama musim hujan.
(c) Dalam penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan
Drainase Porous, harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dua
bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal, pemisah yang
jelas harus diberikan antara kedua bahan yang dapat dijamin dengan
penggunaan acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi
sedikit ditarik sewaktu pengisian urugan dan Drainase Porous
dilaksanakan.
(e) Bila timbunan akan diperlebar, lereng dari timbunan yang ada harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan permukaan dan dibuat
bertangga sehingga urugan yang baru terkunci ke timbunan yang lama
sampai memuaskan Direksi Teknik. Selanjutnya urugan yang diperlebar
harus dibangun secara horizontal sampai dengan ketinggian tanah dasar,
yang selanjutnya harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah sampai setinggi permukaan jalan yang ada sehingga bagian yang
diperlebar dapat digunakan oleh lalu lintas secepatnya, yang
memungkinkan pembangunan dilanjutkan ke sisi jalan lainnya.
(b) Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 %
dari kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah
dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 99.
(c) Seluruh urugan padas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal
20 cm dari bahan bergradasi baik yang tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm dan sanggup mengisi rongga-rongga pada padas
bagian atas urugan. Lapis penutup ini akan dibangun sampai kepadatan
yang disyaratkan untuk urugan tanah yang diberikan dalam Paragraf
3.3.4 (2) dibawah.
(d) Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi Teknik
sebelum lapis berikutnya dipasang.
(e) Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah
sumbu jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu lintas alat
pemadat harus dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah
untuk menyebarkan usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
(g) Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi dari kepala, atau tembok
sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, harus
diperhatikan agar tempat bersebelahan dengan struktur tidak dipadatkan
sedemikian sehingga menyebabkan bergesernya struktur atau timbul
tekanan yang berlebih pada struktur.
(h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknik, urugan disebelah ujung dari
jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang sampai struktur jembatan atas telah dipasang.
(i) Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadatan
mesin gilas konstruksi, harus dipasang dalam lapis horizontal yang tidak
lebih dari 15 cm tebal gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan
penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) minimum seberat 10 kg.
Harus diperhatikan secara khusus untuk menjamin pemadatan yang
memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk mencegah rongga dan untuk
menjamin pipa betul-betul terdukung.
(a) Bila tidak ditentukan lain pada Gambar Rencana atau tidak diperintahkan
lain oleh Direksi Teknik, urugan dari bahan galian (yang digali dalam
batas-batas dan lingkup kerja proyek) harus berlaku ketentuan-ketentuan
dalam Seksi ini.
(b) Bila ditentukan lain pada Gambar Rencana atau diperintahkan lain oleh
Direksi Teknik, urugan dari bahan galian (yang digali dalam batas-batas
dan lingkup kerja proyek) pada bagian-bagian tertentu dari badan jalan
atau untuk pekerjaan urugan lainnya dimana kekuatan urugan adalah
bukan faktor yang kritis, harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan
dalam Gambar Rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan
relative cukup padat ( padat dozer ) dan tidak untuk digunakan sama
sekali pada lapisan 30 cm dibawah permukaan tanah dasar perkerasan
(Subgrade).
(c) Dalam hal seperti diuraikan pada butir (b) tersebut diatas, maka
pengendalian mutu sebagaimana ditentukan pada Paragraf 3.3.4 (2),
Paragraf 3.3.4 (3) dan Paragraf 3.3.4 (4) tidak berlaku.
(a) Jumlah dari data hasil uji yang diperlukan untuk persetujuan awal dari
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi akan mencakup
seluruh pengujian yang dipersyaratkan dalam Artikel 3.3.2 paling sedikit
tiga contoh yang mewakili dari sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentangan mutu yang cenderung dijumpai dari sumber.
(b) Menyusul persetujuan dari mutu bahan urugan yang diusulkan, pengujian
mutu bahan selanjutnya akan diulangi atas dasar pertimbangan dari
Direksi Teknik, dalam hal tampak perubahan dalam bahan atau dalam
sumbernya.
(a) Lapis yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan sesuai AASHTO T 99. Untuk tanah yang mengandung lebih
dari 10 % bahan yang tertahan pada saringan ¾ inci, kepadatan kering
maksimum yang diperoleh harus diadakan penyesuaian untuk bahan baku
yang terlalu besar tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik.
(b) Lapis pada kedalam 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan sesuai dengan AASHTO T 99.
(a) Urugan harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan padat yang
diperlukan, selesai di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil
tanah atau profil galian sebelum urugan ditempatkan dan pada garis dan
ketinggian yang disyaratkan dan diterima dari pekerjaan urugan akhir.
Metode untuk menghitung volume material haruslah metode luas rata-
rata bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang yang
berselang jarak tidak lebih dari 25 m.
(b) Urugan yang ditempatkan melebihi garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap tambahan urugan yang diperlukan sebagai
akibat dari pembuatan tangga atau penguncian kedalam lereng yang ada,
atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan
kedalam volume yang diukur untuk pembayaran, kecuali bila :
(i) Urugan diperlukan untuk mengganti bahan lunak atau yang tak
memenuhi persyaratan, atau untuk mengganti padas atau bahan
(iii) Bila urugan akan dipasang pada tanah berawa dimana dapat
diperkirakan akan terjadi konsolidasi dari tanah asli, pelat dan
batang penurunan harus dipasang dan diamati bersama oleh Direksi
Teknik dan Penyedia. Kuantitas pekerjaan tanah dapat ditentukan
berdasarkan tanah datar asli yang telah turun. Pengukuran atas
dasar ini hanya dapat diijinkan jika catatan penurunan di
dokumentasi secara baik.
(c) Urugan yang digunakan dimana saja diluar batas Kontrak untuk
pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tak terpakai, atau
untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam
pengukuran urugan.
(iii) Galian dan angkutan bahan hasil galian sesuai Seksi 3.2 yang
digunakan untuk pekerjaan urugan, tidak akan diukur untuk
pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah
dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk
masing-masing item pekerjaan, sesuai dengan Seksi 3.2.
Kuantitas dari urugan yang diukur seperti diuraikan diatas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan
pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah
3.4.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Dalam hal jalan kerikil pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat
dengan motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa
penggaruan dan tanpa penambahan material baru.
(c) Pekerjaan meliputi galian minor atau penggaruan serta urugan yang
disusul dengan pembentukan, pemadatan dan pengujian dari tanah atau
bahan berbutir, dan memelihara permukaan yang disiapkan sampai
material perkerasan ditempatkan diatasnya, yang semuanya sesuai
dengan Gambar Rencana dan persyaratan dari Seksi ini atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(a) Ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih dari satu sentimeter
lebih tinggi atau lebih rendah dari yang ditentukan atau yang disetujui.
(b) Seluruh permukaan akhir harus cukup rata dan memiliki kelandaian yang
cukup, untuk menjamin aliran bebas dari air permukaan.
AASHTO T 145 – 73 Klasifikasi dari tanah dan campuran tanah dan agregat
untuk keperluan konstruksi jalan raya
(4) Pelaporan
(a) Pelaporan yang berhubungan dengan galian dan urugan, harus dilakukan
masing-masing untuk seluruh galian dan urugan yang dikerjakan untuk
Penyiapan Badan Jalan.
(b) Penyedia harus melaporkan hal berikut ini dalam bentuk tertulis kepada
Direksi Teknik segera menyusul selesainya suatu bagian dari pekerjaan
dan sebelum setiap persetujuan dapat diberikan untuk pemasangan dari
bahan lain diatas tanah dasar atau permukaan jalan :
(ii) Hasil dari pengujian pengukuran permukaan dan data survei yang
membuktikan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam
Paragraf 3.4.1 (3) dipenuhi.
(b) Bila dipersiapkan terlalu awal dalam hubungan dengan pemasangan lapis
pondasi bawah, permukaan tanah dasar dapat rusak. Karenanya jumlah
dari pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak ditutup harus dibatasi
pada suatu saat hanya untuk daerah yang terbatas yang dapat dipelihara
dengan peralatan yang ada dan Penyedia harus mengatur penyiapan tanah
dasar dan penempatan bahan perkerasan menyusul satu dengan lainnya
dengan cukup rapat.
(a) Ketentuan yang disebutkan dalam pekerjaan galian dan urugan yang
berhubungan dengan perbaikan dari galian dan urugan yang tidak
memuaskan, dimana sesuai, harus juga berlaku pada seluruh pekerjaan
Penyiapan Badan Jalan, bahkan untuk daerah yang tidak memerlukan
pekerjaan galian atau urugan.
Seluruh lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat untuk pengujian kepadatan
atau yang lainnya harus diurug kembali oleh Penyedia secepatnya dan
dipadatkan hingga mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan dalam Seksi ini.
3.4.2 MATERIAL
Tanah dasar dapat dibentuk pada Urugan Biasa, Urugan Pilihan, pondasi agregat atau
Drainase Porous, atau pada tanah asli pada daerah pemotongan. Bahan yang
digunakan dalam masing-masing hal, haruslah sesuai dengan yang diperintahkan
Direksi Teknik dan sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dipasang sebagai
pembentuk tanah dasar harus seperti yang ditentukan sesuai persyaratan untuk bahan
tersebut.
3.4.3 PELAKSANAAN
(a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari Seksi 3.2 – Pekerjaan Galian.
(a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan pada pemasangan
dan pemadatan urugan seperti diuraikan dalam Seksi 3.3 – Urugan
(Timbunan).
(b) Persyaratan pemadatan serta jaminan mutu untuk tanah dasar sesuai
dengan ketentuan persyaratan kepadatan urugan tanah seperti diuraikan
dalam Seksi 3.3 – Urugan (Timbunan).
(a) Daerah dari jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah,
dimana operasi pengembalian kondisi yang ditentukan dalam Seksi 8.1
dan Seksi 8.2 - Pengembalian Kondisi, dipandang tidak sesuai, akan
digolongkan sebagai daerah yang ditingkatkan dan Persiapan Tanah
Dasar akan dibayar menurut Seksi ini sebagai persiapan permukaan tanah
dasar yang telah diterima Direksi Teknik.
(b) Penyiapan Badan Jalan harus diukur sebagai jumlah meter persegi dari
persiapan permukaan tanah dasar yang telah diterima Direksi Teknik dan
pada garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau
yang disyaratkan.
Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, yang telah diukur seperti
ditetapkan diatas, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran
untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi
penuh seluruh biaya-biaya untuk pekerjaan dan biaya-biaya lainnya yang telah
dimasukkan untuk keperluan pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar
seperti telah diuraikan dalam Seksi ini.
4.1.1. UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini harus mencakup menambah lebar perkerasan yang ada
sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan dalam rancangan, yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana atau yang diperintahkan Direksi
Teknik. Pekerjaan harus mencakup penggalian dan pembuangan material
yag ada, pemotongan tepi perkerasan jalur lalu lintas yang ada hingga
mencapai material yang baik, penyiapan dan pemeliharaan kondisi
formasi tanah dasar dalam keadaan yang baik untuk pekerjaan pelebaran,
dan pemasangan serta pemadatan material yang ditetapkan hingga bentuk
dan garis yang diberikan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh
Direksi Teknik. Pekerjaan harus diselesaikan sebelum pelaksanaan dari
Lapisan Aspal.
(b) Pelebaran Perkerasan harus dilakukan hanya pada satu sisi dari
perkerasan, sedemikian sehingga membuat sumbu jalan lebih lurus dan
mengurangi lengkungan pada tikungan. Walaupun demikian, bila
pelebaran yang tidak mencukupi tidak dapat diperoleh karena
keterbatasan tempat, Direksi Teknik dapat menyetujui pekerjaan
pelebaran pada kedua sisi jalan.
(c) Bila keseluruhan lebar desain perkerasan yang meliputi jalur lalu lintas
dan bahu tidak dapat diperoleh karena keterbatasan tempat, Direksi
Teknik akan menyetujui penggunaan lebar bahu yang tidak standar yang
lebih sempit dari pada mengurangi pekerjaan pelebaran perkerasan.
Dalam hal demikian, bahu pada masing-masing sisi jalan haruslah sedapat
mungkin memiliki lebar yang sama dan tidak boleh kurang dari 0,5 m.
Bila keterbatasan tempat sedemikian ketat sehingga tidak ada pelebaran
urugan, penggalian atau pekerjaan urugan, penggalian atau pekerjaan
tembok penahan yang masih layak secara ekonomi dan diperlukan bahu
jalan kurang dari 0,5 m, Direksi Teknik sebaliknya akan menyetujui
pengurangan dari pekerjaan pelebaran yang diperlukan untuk menjamin
suatu lebar bahu minimum 0,5 m.
(a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana, dengan
toleransi seperti tercantum dalam Tabel 4.1.1 dibawah.
(c) Tebal total minimum untuk lapis pondasi Agregat Kelas A tidak boleh
kurang dari tebal yang disyaratkan kurang 1 (satu) sentimeter.
(d) Untuk permukaan lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk lapisan resap
pengikat atau pelaburan permukaan, apabila semua bahan yang terlepas
dibuang dengan penyikat keras, deviasi maksimum yang diberikan untuk
kerataan permukaan harus 1 (satu) sentimeter dengan mistar penyipat
berukuran 3 (tiga) meter, diletakkan paralel atau melintang as jalan.
(3) Standar Rujukan, Pelaporan, Pembatasan oleh Cuaca, Perbaikan dari Pekerjaan
yang tidak memuaskan, dan Penutupan kembali bekas Pengujian.
Ketentuan yang dipersyaratkan dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi Agregat dan
yang dipersyaratkan dalam Divisi 6 – Perkerasan Aspal (sesuai Seksi-seksi
yang berlaku), harus berlaku sesuai dengan material yang digunakan.
4.1.2. MATERIAL
Bahan yang ada harus digali hingga kedalaman yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Terkecuali
disetujui oleh Direksi Teknik, bahan galian tidak boleh digunakan kembali
pada Pekerjaan Pelebaran Perkerasan.
Pencampuran di tempat dari material yang ada dengan yang baru hanya dapat
diijinkan di tempat dimana material bahu jalan yang ada mempunyai kualitas
yang cukup baik. Walaupun demikian, pada lokasi dimana bahu jalan yang
ada, tampak atau diketahui terbuat dari bahan agregat yang baik, Direksi
Teknik dapat memerintahkan Penyedia menggali lubang uji untuk memastikan
kualitas dari bahu yang ada dan selanjutnya dapat menyetujui penggemburan
bahan yang ada hingga kedalaman rencana, mencampurkan bahan baru
sebagaimana yang diperlukan dan dipadatkan kembali. Bila dibentuk dengan
acara ini, pekerjaan perkerasan harus tetap memenuhi seluruh toleransi dari
segi dimensi dan kualitas yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
Tepi yang terkupas dari perkerasan jalur lintasan yang ada harus dipotong
hingga mencapai bahan yang baik yang tidak gembur atau retak atau tidak
stabil, untuk membentuk tepi vertikal yang bersih.
(a) Lebar dari pelebaran perkerasan harus cukup sehingga perluasan jalur
lintasan sesuai dengan lebar rancangan, seperti ditunjukkan pada
Gambar Rencana atau sesuai petunjuk Direksi Teknik, ditambah
pelebaran tambahan sehingga memungkinkan tepi dari setiap lapisan
bersentuhan sepenuhnya dengan sisi takikan dari lapisan baru yang
dihamparkan sebelumnya, atau terhadap perkerasan yang ada (lama).
Penakikan diperlukan untuk menampung longsoran dari tepi selama
pemasangan dan untuk mendapatan dukungan samping yang memadai,
dan harus dibuat berurutan selebar 5 cm untuk setiap penempatan/
penghamparan pelapisan (overlay).
(b) Formasi yang disiapkan harus diperiksa oleh Direksi Teknik sesaat
sebelum penempatan material untuk pelebaran perkerasan dan material
tidak boleh dipasang sebelum pekerjaan penyiapan permukaan disetujui
oleh Direksi Teknik.
(a) Ketentuan yang dipersyaratkan dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi Agregat
harus berlaku kecuali bahwa frekuensi pengujian untuk pengendalian
kualitas harus ditingkatkan sehingga tidak kurang dari lima pengujian
indeks plastisitas (plasticity index), lima pengujian gradasi partikel, dan
satu pengujian kepadatan kering maksimum harus dilakukan untuk tiap
500 meter kubik material yang dibawa ke tempat kerja.
(b) Dalam hal dimana Lapis Pondasi Agregat dicampur dengan material
yang ada, frekuensi minimum dari pengujian yang dipersyaratkan dalam
(a) diatas harus juga berlaku pada tiap material baru yang dibawa ke
tempat kerja tetap sebagai tambahan juga berlaku pada material yang
dicampur di tempat. Untuk pengujian tambahan, Penyedia harus
mengambil contoh uji material campuran tersebut sampai kedalaman
rancangan pada lokasi yang ditunjukan oleh Direksi Teknik.
(a) Sebelum material dipasang, lapis resap pengikat yang sesuai harus
dipasang pada Lapis Pondasi Agregat yang sudah dipersiapkan dan juga
untuk dapat dipasang pada tepi tegak dari perkerasan yang ada.
(b) Pemasangan harus dengan tenaga orang tetapi dalam batas temperatur
seperti penempatan dengan mesin. Pemadatan harus dilakukan
menggunakan pemadat mekanis atau pemadat gerak bolak balik yang
disetujui. Mesin gilas kecil dapat digunakan bila lebar dari pekerjaan
pelebaran cukup untuk menjamin bahwa seluruh lebar roda gilas selalu
berada pada lapisan yang baru dihamparkan saja.
(c) Pengujian kerapatan dari material yang dipasang, ditetapkan dari benda
uji core, harus dilakukan pada frekuensi yang tidak kurang dari satu
pengujian setiap 100 m pekerjaan perbaikan tepi perkerasan pada
masing-masing sisi jalan (jika berlaku), diukur sepanjang sumbu jalan.
Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk
Pelebaran Perkerasan menurut Seksi ini. Penggalian dari material yang ada, dan
pemotongan tepi dari jalur lalu lintas hingga material yang baik, penyiapan formasi
atau tanah dasar, penyediaan, penempatan, pemadatan, dan penyelesaian dari
Pelebaran Perkerasan seluruhnya akan dibayar menurut berbagai Mata Pembayaran
yang digunakan dalam pekerjaan ini sesuai dengan Seksi-seksi yang bersangkutan.
4.2.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Untuk bahu jalan dengan bahan beraspal, toleransi yang dipersyaratkan
dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi Agregat dan Divisi 6 - Perkerasan Aspal
(sesuai Seksi-seksi yang berlaku) harus berlaku.
(b) Untuk bahu jalan tanpa penutup, permukaan padat akhir tidak boleh
bervariasi 1,5 cm dibawah atau diatas ketinggian rencana, pada setiap
titik.
(c) Permukaan akhir dari bahu, termasuk tiap pekerjaan permukaan atau
perkerasan lainnya yang akan dipasang diatasnya, tidak boleh lebih
tinggi, juga tidak boleh lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu lintas
yang berbatasan.
(d) Lereng melintang harus tidak boleh bervariasi lebih dari 1 % dari nilai
rancangan.
Harus berlaku ketentuan yang dipersyaratkan dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi
Agregat dan Divisi 6 - Perkerasan Aspal (sesuai Seksi-seksi yang berlaku).
(4) Pelaporan
Harus berlaku ketentuan yang dipersyaratkan dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi
Agregat dan Divisi 6 - Perkerasan Aspal (sesuai Seksi-seksi yang berlaku).
Harus berlaku ketentuan yang dipersyaratkan dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi
Agregat dan Divisi 6 - Perkerasan Aspal (sesuai Seksi-seksi yang berlaku).
Harus berlaku ketentuan yang dipersyaratkan dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi
Agregat dan Divisi 6 - Perkerasan Aspal (sesuai Seksi-seksi yang berlaku).
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai yang diakibatkan oleh
pengujian kepadatan atau yang lainnya harus segera diurug kembali dengan
bahan Lapis Pondasi Agregat oleh Penyedia setelah diperiksa Direksi Teknik
dan dipadatkan sehingga persyaratan kepadatan dan toleransi permukaan
memenuhi persyaratan dari Seksi ini.
4.2.2 MATERIAL
Harus berlaku ketentuan yang dipersyaratkan dalam Seksi 5.1 - Lapis Pondasi
Agregat, Seksi 5.2 - Pondasi Jalan Tanpa Penutup dan Divisi 6 - Perkerasan Aspal
(sesuai Seksi-seksi yang berlaku).
Umumnya Agregat Kelas A harus digunakan dibawah bahu yang dilabur atau
diaspal, sedangkan Agregat Kelas B atau Kelas C harus digunakan dibawah bahu
yang tidak dilabur.
Agregat Kasar yang digunakan untuk bahu harus batu pecah yang dihasilkan dari
mesin pemecah batu, dengan ukuran dan gradasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(b) Pemasangan dan pemadatan bahu jalan harus sesuai dengan ketentuan dalam
Seksi 5.1 - Lapis Pondasi Agregat, Seksi 5.2 - Pondasi Jalan Tanpa Penutup
dan Divisi 6 - Perkerasan Aspal (sesuai Seksi-seksi yang berlaku).
(1) Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah harus dilakukan untuk Bahu
Jalan dalam Seksi ini. Penggalian dari bahan yang ada, pemotongan tepi dari
jalur lalu lintas hingga bahan yang baik, penyiapan formasi atau tanah dasar,
dan pengadaan, pemasangan, pemadatan dan penyelesaian dari bahan-bahan
bahu jalan harus dianggap seluruhnya dibayar dibawah berbagai mata
pembayaran yang berlaku untuk kegiatan-kegiatan dan bahan-bahan yang telah
digunakan didalam pekerjaan.
5.1.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana, dengan
toleransi dibawah ini :
(d) Untuk permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk lapisan Resap
Pengikat atau Pelaburan permukaan, apabila semua bahan yang terlepas
dibuang dengan penyikat keras, deviasi maksimum yang diberikan untuk
kerataan permukaan harus 1 (satu) sentimeter dengan mistar penyipat
berukuran 3 (tiga) meter, diletakkan paralel atau melintang as jalan.
(4) Pelaporan
(b) Penyedia harus mengirim hal berikut dalam bentuk tertulis kepada Direksi
Teknik segera setelah selesainya bagian dari pekerjaan dan sebelum
persetujuan dapat diberikan untuk penempatan bahan lain diatas Lapis
Pondasi Agregat :
(ii) Hasil dari pengujian pengukuran permukaan dan data survei yang
memeriksa bahwa toleransi yang disyaratkan dalam Paragraf
5.1.1 (2) dipenuhi.
(a) Tempat dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi
toleransi yang disyaratkan dalam Paragraf 5.1.1 (2), atau yang
permukaannya berkembang menjadi tidak rata, baik selama konstruksi
atau setelah konstruksi, harus diperbaiki dengan menggaru permukaan
dan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan, yang
selanjutnya dibentuk dan dipadatkan kembali.
(b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan dalam hal
batas kadar airnya seperti yang disyaratkan dalam Paragraf 5.1.3 (3) atau
seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyiraman sejumlah
air yang cukup dan mencampur dengan baik.
(c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti yang
ditetapkan dalam batas kadar air yang disyaratkan dalam Paragraf
5.1.3 (3) atau seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan pengerjaan
berulang-ulang peralatan yang disetujui, dengan selang waktu istirahat
dalam cuaca kering. Cara lain, bila pengeringan yang memadai tidak
dapat diperoleh dengan cara tersebut diatas, Direksi Teknik dapat
memerintahkan bahan tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering
yang memenuhi.
(d) Perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan
atau sifat bahan yang dibutuhkan dalam Seksi ini harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat meliputi pemadatan
tambahan, penggaruan yang dilanjutkan oleh pengaturan kadar air dan
pemadatan kembali, pemindahan dan penggantian bahan, atau menambah
tebal bahan itu.
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai yang diakibatkan oleh
5.1.2 MATERIAL
Material Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui oleh
Direksi Teknik dan sesuai dengan persyaratan Seksi 1.10 - Material dan
Penyimpanan.
Ada dua mutu yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A dan
Kelas B. Umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A ialah mutu lapis pondasi
untuk permukaan dibawah lapisan bitumen, dan Lapis Pondasi Agregat Kelas
B ialah lapis pondasi bawah.Agregat Kelas B boleh digunakan untuk bahu
jalan.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
yang keras, awet atau pecahan dari padas atau pecahan dari kerikil. Bahan
yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan harus tidak boleh
digunakan.
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya.
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari benda-benda organis dan
gumpalan lempung atau benda yang tidak berguna lainnya dan harus
memenuhi kebutuhan gradasi yang diberikan dalam Tabel 5.1.2 (a) dan sifat
yang diberikan dalam Tabel 5.1.2 (b).
63 100 100
37,5 100 67 – 100
19 65 – 81 40 – 100
9,5 42 – 60 25 – 80
4,75 27 – 45 16 – 66
2,36 18 – 33 10 – 55
1,18 11 – 25 6 – 45
0,425 6 – 16 3 – 33
0,075 0–8 0 – 20
(a) Apabila Lapis Pondasi Agregat akan dipasang pada perkerasan atau bahu
yang ada, semua kerusakan pada perkerasan atau bahu harus diperbaiki.
(b) Apabila Lapis Pondasi Agregat akan dipasang pada permukaan tanah
dasar atau pondasi bawah yang ada atau yang baru disiapkan, maka
lapisan tersebut harus sepenuhnya selesai dan sesuai yang disyaratkan.
(2) Penghamparan
(a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke tempat pada badan jalan sebagai
campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang
yang disyaratkan dalam Paragraf 5.1.3 (3). Kelembaban dalam bahan
harus tersebar secara merata.
(b) Masing-masing lapisan harus dihampar pada satu operasi pada tingkat
yang merata yang akan menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam
toleransi yang disyaratkan. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang,
lapis-lapis tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
(c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi dari partikel
agregat kasar dan partikel agregat halus. Material yang tersegregasi
harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi
baik.
(d) Tebal minimum lapisan lepas untuk setiap lapisan konstruksi harus dua
kali lipat ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal maksimum lapisan
lepas tidak boleh melebihi 15 cm, kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Teknik.
(3) Pemadatan
(b) Direksi Teknik boleh memerintahkan bahwa mesin gilas beroda karet
digunakan untuk pemadatan lapisan akhir, bila mesin gilas static beroda
baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari
pondasi agregat.
(c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai 1 % lebih dari kadar
(d) Operasi penggilasan harus dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian
yang ber- “super elevasi”, penggilasan harus dimulai pada bagian rendah
dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah bagian yang tinggi. Operasi
penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas mesin gilas menjadi
tak tampak dan lapis tersebut terpadatkan merata.
(e) Material sepanjang kerb, batu tepi, tembok, dan pada tempat-tempat
yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris
mekanis atau pemadat lainnya yang disetujui.
(4) Pengujian
(b) Menyusul persetujuan mengenai mutu dari bahan Lapis Pondasi Agregat
yang diusulkan, seluruh rentang pengujian bahan yang dilakukan
selanjutnya harus diulang atas pertimbangan Direksi Teknik dalam hal
tampak perubahan dalam bahan atau dari sumbernya, atau dalam metode
produksinya.
(c) Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidak seragaman bahan yang
dibawa ke tempat pekerjaan. Cakupan dari pengujian harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5
(lima) pengujian indeks plastisitas, 5 (lima) pengujian gradasi partikel,
dan 1 (satu) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan
SNI 03-1971-1990, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan pada
waktu-waktu tertentu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(d) Kepadatan dan kadar air dari bahan yang dipadatkan harus secara rutin
ditentukan, menggunakan SNI 03-2828-1992. Pengujian harus dilakukan
sampai keseluruhan kedalaman dari lapis tersebut pada lokasi yang
ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi tidak boleh berselang lebih dari
200 m.
Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan
yang dibutuhkan dalam keadaan padat, lengkap di tempat dan diterima.
Volume yang diukur harus didasarkan atas penampang melintang yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana, bila tebal yang diperlukan merata, dan
pada penampang melintang yang disetujui Direksi Teknik, bila tebal yang
diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur secara mendatar sepanjang
sumbu jalan.
Bila perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memuaskan telah
diperintahkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan Paragraf 5.1.1 (6), kuantitas
yang akan diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar
seandainya pekerjaan semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan
akan dilakukan untuk pekerjaan ekstra tersebut atau juga kuantitas yang
diperlukan untuk perbaikan tersebut.
Bila penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Teknik sebelum
pemadatan, tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk
penambahan air atau pengeringan bahan atau untuk pekerjaan lainnya yang
diperlukan untuk mendapatkan kadar air yang memuaskan.
5.2.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Tebal minimum tidak boleh kurang dari 1 cm terhadap tebal yang
disyaratkan.
(b) Bila semua agregat yang lepas telah dibuang, standar kerataan dari
permukaan yang padat harus sedemikian rupa sehingga semua titik pada
permukaan tidak boleh bervariasi lebih dari 1 cm diukur dengan mistar
penyipat 3 m yang dipasang sejajar atau tegak lurus pada as jalan.
(c) Tidak boleh ada ketidak rataan pada permukaan sehingga dapat
menampung air.
(d) Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik atau diberikan secara detail
dalam Gambar Rencana, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup harus
dibangun dengan kemiringan permukaan atau panggung sebesar 5 %
untuk daerah bukan super elevasi.
(a) Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Teknik
paling lambat 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan
yang pertama kali material yang diusulkan sebagai Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup :
(i) Dua contoh bahan masing-masing seberat 50 kg, yang satu akan
disimpan oleh Direksi Teknik sebagai rujukan selama Periode
Konstruksi.
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup tidak boleh dipasang, dihampar atau
dipadatkan pada waktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan
sesudah hujan atau juga bila kadar air dari material tidak memenuhi Paragraf
5.2.3 (4).
(6) Perbaikan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup yang Tidak Memuaskan
(b) Perbaikan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup yang tidak memenuhi
persyaratan kepadatan atau sifat material, harus dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknik dan dapat mencakup pemadatan
tambahan, penggemburan dilanjutkan dengan penyesuaian kadar air dan
pemadatan kembali, pembuangan dan penggantian material, atau
menambah tebal material.
5.2.2 MATERIAL
Material pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai
dengan Seksi 1.10 - Material dan Penyimpanan.
Seksi ini mencakup persyaratan sifat material untuk kategori Lapis Pondasi
Jalan Tanpa Penutup, yaitu Kelas C dan Waterbound Macadam. Direksi
Teknik akan memutuskan seleksi kelas pondasi tanpa penutup pada berbagai
lokasi pada jalan disepanjang Kontrak pada waktu awal peninjauan kembali
rancangan berdasarkan hasil pengujian material setempat yang tersedia, yang
dilaksanakan Penyedia sebagai bagian dari Pekerjaan Survei Lapangan.
Material yang dipilih sebagai Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Kelas C
harus memenuhi persyaratan dibawah ini dan harus bebas dari gumpalan
lempung, material organik, atau material lain yang tidak dikehendaki dan harus
mempunyai kualitas sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lapis
permukaan yang keras dan stabil.
Agregat untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Kelas C dapat terdiri
atas kerikil pecah, padas pecah atau kerikil alam bulat yang memenuhi
persyaratan gradasi dalam Tabel 5.2.2 (a) dibawah.
19 100
4,75 51 – 74
4,25 18 – 36
0,75 10 – 22
Sifat Spesifikasi
Agregat kasar dan pengunci untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup
Waterbound Macadam harus memenuhi persyaratan gradasi dari Tabel
5.2.2 (c) dibawah ini. Ukuran agregat kasar harus sesuai dengan tebal
rancangan yang tercantum dalam Gambar Rencana dan batas kedalaman
lapisan yang tercantum dalam Tabel 5.2.2 (c).
(e) Material plastis harus tidak mengandung butiran atau gumpalan lempung
yang berukuran lebih dari 4,75 mm.
(f) Kadar air dari material plastis dan semua fraksi lainnya harus sedemikian
rupa sehingga material plastis itu tetap lepas sebelum dan selama proses
pencampuran.
Jika disyaratkan, penyiapan drainase, tanah dasar dan pondasi bawah harus
selesai dan diterima selalu paling sedikit 100 m dimuka pemasangan material
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup.
(a) Agregat kasar dan halus Waterbound Macadam harus dikirim kebadan
jalan sebagai campuran yang merata. Kadar air harus hanya cukup untuk
mengikat material halus, air bebas tidak diperbolehkan. Air dalam
material harus benar-benar terdistribusi secara merata.
(b) Jika Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Kelas C dipasok sebagai
material yang dicampur lebih dahulu, material itu harus dikirim ke badan
jalan sesuai dengan persyaratan Paragraf 5.2.3 (2) (a). Jika agregat
dikirim dalam bentuk dua atau tiga komponen, setiap komponen harus
dikirim sesuai dengan persyaratan dari Paragraf 5.2.3 (2) (a), kecuali jika
komponen itu harus dikirim dalam keadaan kering.
(3) Agregat Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup yang dicampur di tempat
(a) Bila material badan jalan yang ada harus dicampur untuk membuat salah
satu komponen Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup, tempat-tempat
tertentu yang materialnya basah atau mutunya kurang baik harus digali
dan dibuang terlebih dahulu, diganti dengan material yang sama dengan
material badan jalan lainnya. Seluruh badan jalan yang padat harus
digaru, sampai kedalaman penggaruan yang harus dihitung untuk
menghasilkan proporsi material badan jalan yang tepat dalam campuran
pondasi jalan. Material badan jalan harus dikeringkan benar-benar dan
kemudian dicampur dengan menggunakan motor grader, sampai seluruh
tempat itu secara memanjang dan melintang merata.
(b) Komponen material dari setiap lapis harus dipasang dengan ketebalan
yang sama di seluruh tempat. Mesin pencampur stabilisasi tanah, mesin
garu tanah pertanian, cakram bajak atau alat lain yang sesuai untuk
mencampur dengan baik seluruh tebal material gembur tersebut. Sebagai
alternatif, tumpukan kecil material menerus dan memanjang (windrows)
dengan penampang melintang yang uniform dapat dihampar sepanjang
bagian jalan yang lebarnya tetap. Seluruh kedalaman material yang
gembur itu dibolak balik dari sisi jalan yang satu ke yang lainnya sampai
material itu tercampur merata, kemudian dihampar dengan ketebalan
yang sama.
(c) Pencampuran ditempat hanya boleh diizinkan jika kondisi adalah kering
dan cuaca panas yang diharapkan berlangsung sampai pekerjaan selesai.
(a) Segera setelah pembentukan selesai, setiap lapis harus dipadatkan benar-
benar dengan alat pemadat yang sesuai dan cukup, yang telah disetujui
Direksi Teknik.
(b) Pembentukan akhir dari lapis atas pondasi bawah harus dilakukan paling
sedikit sesudah dua lintasan pemadatan pada seluruh daerah itu.
(e) Material sepanjang kerb, header, tembok, dan pada tempat-tempat lain
yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan menggunakan
timbris atau pemadat mekanis.
(f) Pemadatan harus berlanjut sampai seluruh bagian itu telah dipadatkan
merata menjadi permukaan yang keras dengan kepadatan merata dan
bekas-bekas mesin gilas tidak tampak. Lapis yang keras dan stabil harus
dihasilkan dengan mesin gilas, sehingga agregat saling mengunci dengan
rapat.
(g) Penambahan sedikit abu batu dengan plastisitas rendah atau pasir dapat
diperbolehkan pada tahap akhir pemadatan untuk membantu pengikatan
lapis permukaan ini. Abu batu dan pasir tidak boleh dipasang terlalu tebal
sehingga agregat kasar tidak tampak.
Pemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat 6-8
ton. Pemadatan harus berlanjut sampai lapis agregat yang rata dan stabil
tercapai. Penggilasan harus dilakukan minimum sebanyak 6 lintasan di
seluruh bagian jalan itu.
5.2.4 PENGUJIAN
(a) Jumlah data pengujian pendukung yang dibutuhkan untuk persetujuan awal
dari mutu material akan ditentukan Direksi Teknik tetapi harus mencakup
semua pengujian pada Paragraf 5.2.2 (3) paling sedikit pada tiga contoh yang
mewakili dari sumber material yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili
batas cakupan mutu material yang mungkin terdapat pada sumber.
(b) Setelah persetujuan atas mutu bahan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup yang
diusulkan itu, seluruh pengujian mutu material akan diulang, menurut
kebijaksanaan Direksi Teknik, jika tampak perubahan material atau sumbernya
atau pada metode produksinya.
(c) Suatu program pengujian pengendalian mutu rutin terhadap material akan
dilaksanakan untuk memeriksa variabilitas material yang dibawa ke tempat
pekerjaan. Jumlah pengujian harus sesuai petunjuk Direksi Teknik tetapi untuk
setiap 1000 meter kubik material yang dihasilkan, pengujian harus meliputi
paling sedikit 5 pemeriksaan Indeks Plastisitas dan 5 pemeriksaan gradasi.
(a) Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup harus diukur menurut jumlah meter
kubik material padat yang diperlukan, siap di tempat dan diterima Direksi
Teknik. Volume yang diukur harus berdasarkan penampang melintang
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana bila tebal yang diminta
seragam dan pada penampang melintang yang disetujui Direksi Teknik
jika tebalnya tidak seragam, dan panjangnya diukur mendatar sepanjang
as jalan.
(b) Dalam hal Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup dimana tebal lapis pondasi
yang ditentukan atau disetujui tidak seluruhnya terdiri dari material baru
(c) Pekerjaan penyiapan dan memelihara lapis pondasi bawah, tanah dasar
atau formasi diatas mana akan dipasang pondasi tidak akan diukur atau
dibayar menurut Seksi ini, tetapi harus dibayar secara terpisah dengan
Harga Satuan untuk Penyiapan Badan Jalan.
Dimana perbaikan atas Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup yang tidak
memuaskan telah diperintahkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan Paragraf
5.2.1 (6), kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah sama dengan
kuantitas yang dibayar jika pekerjaan semula telah dapat diterima. Pembayaran
tambahan tidak akan diberikan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan yang
diperlukan untuk perbaikan itu.
5.3.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pembuatan Perkerasan Beton Semen (Perkerasan Kaku) dan
Lapis Pondasi Bawah yang dilaksanakan sesuai dengan dengan ketebalan dan
bentuk penampang melintang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Toleransi Dimensi
3) Standar Rujukan
Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.1.6 dari Spesifikasi ini harus
digunakan.
AASHTO :
ASTM :
6) Perbaikan Terhadap Perkerasan Beton Semen dan Lapis Pondasi Bawah Beton
Kurus Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
b) Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas.
5.3.2 BAHAN
Bahan pokok untuk mutu perkerasan beton semen harus sesuai dengan ketentuan
Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, kecuali jika disebutkan lain dalam Seksi ini.
Agregat halus harus memenuhi SNI 03-6820-2002 dan Pasal 7.1.2.(3) dari
Spesifikasi selain yang disebutkan di bawah ini. Agregat halus harus terdiri dari
bahan yang bersih, keras, butiran yang tak dilapisi apapun dengan mutu yang
seragam, dan harus :
a) Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No. 4 (4,75mm).
d) Jika dua jenis agregat halus atau lebih dicampur, maka setiap sumber harus
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Seksi ini.
e) Setiap fraksi agregat halus buatan harus terdiri dari batu pecah yang memenuhi
Pasal 5.3.2.(3) dan haruslah bahan yang non-plastis jika diuji sesuai SNI
1966:2008.
Agregat kasar harus memenuhi AASHTO M80 dan Pasal 7.1.2.(3) dari Spesifikasi
selain dari yang disebutkan di bawah ini, Ampas besi dari tungku sembur yang
didinginkan dengan udara dapat digunakan tetapi ampas besi dari pabrik baja tidak
dapat digunakan.
Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25 % dari berat bahan
pengikat hanya untuk pemakaian Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I dan tidak
dapat digunakan untuk pemakaian semen tipe Portland Composite Cement (PCC)
dan Portland Pozzolana Cement (PPC).
5) Air
Perbandingan air dan semen untuk agregat kering didasarkan pada persyaratan
kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari 0,40 berat total semen.
Wair
< 40%
Wsemen
6) Baja Tulangan
Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Seksi 7.3 dari
Spesifikasi ini, dan detailnya tercantum dalam Gambar.
Tulangan anyaman baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55.
Tulangan tarik harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M
31.
Membran atau sekat untuk lapisan tahan air yang di bawah perkerasan harus berupa
lembaran polyethene dengan tebal 125 mikron. Bila diperlukan sambungan, maka
harus dibuat tumpang tindih sekurang-kurangnya 300 mm.
8) Bahan Tambah
Bahan Tambahan kimiawi yang digunakan harus sesuai dengan AASHTO M194-06.
Bahan tambahan yang mengandung calcium chloride, calcium formate dan
triethanolamine tidak boleh digunakan.
b) Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m3, kontribusi alkali total
(dinyatakan dengan Na2O ekivalen) dari semua bahan tambahan yang
digunakan pada campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3
Super plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan atas persetujuan tertulis
dari Direksi Pekerjaan.
Bahan Membran untuk Perawatan haruslah cairan berpigmen putih yang memenuhi
AASHTO M148 atau bahan lain yang disetujui Direksi Pekerjaan. Bahan membran
tanpa warm atau bening tidak akan disetujui.
10) Bahan Penutup Sambungan (Joint Sealer) dan Bahan Pengisi Sambungan (Joint
Filler)
11) Beton
Agregat kasar dan halus harus sesuai dengan ketentuan Seksi 7.1 dari
Spesiflkasi ini. Untuk menentukan rasio agregat kasar dan agregat halus,
proporsi agregat halus harus dipertahankan seminimum mungkin. Akan
tetapi, sekurang-kurangnya 40% agregat dalam campuran beton terhadap
berat haruslah agregat halus yang didefinisikan sebagai agregat yang lolos
ayakan 4.75 mm.
Agregat gabungan tidak boleh mengandung bahan yang lebih halus dari
0,075 mm sebesar 2% kecuali bahan pozolan. Penyedia Jasa boleh memilih
agregat kasar sampai ukuran maksimum 38 mm, asalkan : campuran
tersebut tidak mengalami segregasi; kelecakan yang memadai untuk
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 4
instalasi yang digunakan dapat dicapai dan kerataan permukaan yang
disyaratkan tetap dapat dipertahankan. Menurut pendapatnya, Direksi
Pekerjaan dapat meminta Penyedia Jasa untuk mengubah ukuran agregat
kasar yang telah dipilih oleh Penyedia Jasa.
Berat semen yang disertakan dalam setiap meter kubik beton yang
terpadatkan untuk Perkerasan Beton Semen tidak boleh kurang dari jumlah
semen untuk keperluan pencapaian durabilitas beton dan tidak lebih dari
jumlah semen yang akan mengakibatkan suhu beton yang tinggi. Ketentuan
jumlah semen minimum dan jumlah semen maksimum harus tercantum
dalam dokumen rancangan campuran beton sesuai dengan kondisi
lingkungan pekerjaan dan disetujui oleh Pengguna Jasa.
c) Kekuatan
Ketentuan minimum untuk kuat lentur pada umur 28 hari untuk Perkerasan
Beton Semen diberikan dalam tabel berikut ini:
Catatan :
(1) Beton untuk Perkerasan Beton Semen dalam pekerjaan permanen harus
memenuhi ketentuan kuat lentur minimum untuk Beton Perkerasan yang
diberikan dalam tabel 5.3.2.(3). Nilai kuat tekan minimum untuk produksi dapat
disesuaikan berdasarkan perbandingan nilai kuat lentur dan kuat tekan yang
dicapai untuk serangkaian pengujian yang tidak kurang dari 16 pengujian kuat
tekan dan kuat lentur pada rancangan yang disetujui. Penyesuaian Nilai Kuat
tekan minimum untuk pengendalian produksi yang diberikan dalam Tabel
5.3.2.(3) akan mengikuti perintah atau persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Kuat lentur FS 45 MPa setara dengan kuat tekan minimal 400 kg/cm2
Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan 80% dari
kuat lentur lapangan yang terjadi . Direksi Pekerjaan dapat, menurut
pendapatnya, pada setiap saat sebelum atau selama operasi beton perkerasan,
menaikkan atau menurunkan kekuatan minimum yang terjadi pada umur 7
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 5
hari.
Kuat tekan rata-rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus pada umur 28 hari
dari produksi harian adalah 80-110 kg/cm2.
Rasio air bebas - semen untuk kondisi agregat jenuh kering permukaan
harus ditentukan dengan berdasarkan kebutuhan untuk mencapai kekuatan
dan durabilitas beton. Nilai rasio air bebas-semen harus tercantum dalam
dokumen rancangan campuran beton yang disetujui oleh Pengguna Jasa.
Ketentuan, Ditunjukkan
sebagai Perbedaan
Maksimum yang
diijinkan pada Hasil
Pengujian
Pengujian dari Benda Uji
yang diambil dari Dua
Lokasi dalam Takaran
Beton
Berat per meter kubik yang dihitung berdasarkan 16
bebas rongga udara (kg/m3)
Kadar rongga udara, volume % dari beton 1
Slump (mm) 25
Kadar Agregat Kasar, berat porsi dari setiap benda 6
uji yang tertahan ayakan No.4 (4,75 mm), %
Berat Isi mortar bebas udara (tidak kurang dari 3 1,6
silinder akan dicetak dan diuji untuk tiap-tiap benda
uji) berdasarkan rata-rata dari pengujian semua
benda uji yang akan dibandingkan, %
Kuat tekan rata-rata pada umur 7 hari untuk setiap 7,5
benda uji, berdasarkan kuat rata-rata dari pengujian
semua benda uji yang dibandingkan, %.
Untuk tujuan dari Pasal 5.3.2 dan Pasal 5.3.10 ini, suatu lot akan
didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan
bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan tetap.
Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian
kuat lentur, sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 6
umur 28 hari.
Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat
lentur yang disyaratkan dalam Tabel 5.3.2.(3) maka pengambilan benda uji
inti (core) di lapangan, minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan
dapat dilakukan. Jika kuat tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini
mencapai kuat tekan yang diperoleh dari campuran beton yang sama, yang
digunakan untuk pengujian kuat lentur sebelumnya, maka produk beton ini
dapat diterima untuk pembayaran.
5.3.3. PERALATAN
1) Umum
Peralatan harus memenuhi ketentuan dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini.
Penghamparan dapat dilakukan baik dengan menggunakan acuan bergerak (slip
form) maupun acuan tetap (fixed form).
Peralatan Batching Plant harus sesuai dengan spesifikasi pada seksi ini. Kapasitas
Batching Plant harus dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver
sedemikian rupa sehingga alat terus bergerak tanpa terhenti akibat kekurangan atau
keterlambatan pemasokan. Untuk campuran beton dengan nilai slump rendah
digunakan dump truck sebagai alat pengangkut campuran.
Mesin perkerasan beton harus merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi
menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus
memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju dan
hasil pekerjaan harus mempunyai nilai IRI maksimal 4%.
Jenis mesin harus jenis perancah berjalan (slipform paver) dengan lebar minimum
3,0 m yang bertumpu pada 4 (empat) roda kelabang (crawler track), dilengkapi
sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-
masing depan dan belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan
(slope sensor) yang seluruh sensor ini dikendalikan secara komputer (computerized
control).
3) Kendaraan Pengangkut
4) Pencampuran Beton
Pemasokan Beton Siap Pakai diijinkan untuk penghamparan dengan acuan tetap
(fixed form) sesuai dengan hasil demonstrasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
bahwa kecepatan penghantaran, mutu, dan kesinambungan yang disyaratkan dapat
dipenuhi oleh pemasok beton siap pakai. Alat pencampur tetap (stationary mixer)
yang mempunyai kapasitas gabungan tidak kurang dari 60 meter kubik per jam
harus dilengkapi penghampar dengan acuan bergerak kecuali jika dapat ditunjukkan
bahwa kecepatan penghantaran, mutu, dan kesinambungan yang disyaratkan dapat
dipenuhi oleh pemasok beton siap pakai.
5) Vibrator (Penggetar)
Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa jenis
“surface pan” atau jenis “internal” dengan tabung celup (immersed tube) atau
“multiple spuds”. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau mesin
pembentuk atau dapat juga dipasang pada kendaraan (peralatan) khusus. Vibrator
tidak boleh menyentuh sambungan. perlengkapan untuk memindahkan beban (load
transfer devices), tanah dasar dan acuan (form) samping. Frekuensi vibrator
“surface pan” tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz), dan Frekuensi
vibrator internal tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz) untuk
vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuis per menit (117 Hz) untuk
“vibrator spud”.
Bila vibrator spud, baik dioperasikan dengan tangan maupun dipasang pada mesin
penghampar (spreader) atau pembentuk (finishing), yang digunakan di dekat acuan,
frekuensinya tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz).
6) Gerjaji Beton
7) Acuan
Acuan samping yang lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang
dari 5 mm dan harus disediakan dalam ruas-ruas dengan panjang tidak kurang dari 3
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 8
m. Acuan ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan
perkerasan jalan tanpa adanya sambungan horisontal, dan lebar dasar acuan tidak
kurang dari kedalamnya. Acuan yang dapat disesuaikan (fleksibel) atau lengkung
dengan radius yang sesuai harus digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m
atau kurang. Acuan yang dapat disesuaikan (fleksibel) atau lengkung harus
dirancang sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.Acuan harus
dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan, sehingga
bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau
penurunan, segala benturan dan getaran dari alat pemadat dan pembentuk. Batang
flens (flange braces) harus dilebihkan keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi
acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau patah haras
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh
digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Permukaan atas
acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm dalam 3 meter dan pada kaki tegaknya
tidak boleh lebih dari 6 mm. Acuan ini harus dilengkapi juga dengan pengunci
ujung-ujung bagian yang bersambungan.
Sambungan harus dibuat dengan tipe, ukuran dan pada lokasi seperti yang
ditentukan dalam Gambar. Semua sambungan harus dilindungi agar tidak
kemasukan bahan yang tidak dikehendaki sebelum ditutup dengan bahan pengisi.
Sambungan memanjang dari Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus harus digeser
sekurang-kurangnya 20 cm dari sambungan memanjang dari perkerasan beton yang
dikerjakan. Sambungan konstruksi melintang dari Lapis Pondasi Bawah Beton
Kurus harus dibentuk pada akhir kegiatan harian dan harus membentuk pennukaan
melintang yang benar-benar tegak.
Batang baja ulir dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang disyaratkan harus
diletakkan tegak lurus dengan sambungan memanjang memakai peralatan mekanis
atau dipasang dengan besi penahan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui
untuk mencegah pergeseran. Batang pengikat (tie bars) tersebut tidak boleh dicat
atau dilapisi aspal atau bahan lain atau dimasukkan dalam tabung atau sleeves
kecuali untuk keperluan sambungan pada pelebaran lanjutan. Bilamana ditunjukkan
dalam Gambar dan bila lajur perkerasan yang bersebelahan dilaksanakan terpisah,
acuan samping terbuat dari baja harus digunakan untuk membentuk lidah dan alur
(keyway) sepanjang sambungan konstruksi. Baja pengikat, kecuali yang terbuat dari
baja rel, dapat dibengkokkan dengan sudut tegak terhadap acuan dari lajur pertama
yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton
lajur yang bersebelahan dihamparkan atau sebagai pengganti baja pengikat yang
dibengkokkan dapat digunakan 2 batang baja pengikat yang disambung.
Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri dari lidah dan alur
yang tegak lurus permukaan tepi perkerasan. Sambungan tersebut harus dibentuk
dengan peralatan secara mekanis maupun secara manual sampai memenuhi ukuran
dan garis yang ditunjukkan dalam Gambar, sewaktu beton masih dalam tahap
plastis, Alur ini harus diisi dengan bahan pracetak yang memanjang atau diisi
dengan bahan penutup yang ditentukan
Bahan memanjang (strip) yang disisipkan ini tidak boleh dibentuk ulang dari posisi
vertikal selama pemasangan atau karena operasi pekerjaan penyelesaian
yang dilaksanakan pada beton. Alinyemen sambungan harus sejajar dengan garis
sumbu jalan dan harus bebas dari ketidakteraturan setempat. Alat pemasangan
mekanik harus menggetarkan beton selama bahan memanjang tersebut disisipkan,
sedemikian rupa agar beton yang tergetar kembali rata sepanjang tepi bahan
memanjang (strip) tersebut tanpa menimbulkan segregasi atau rongga udara.
Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus
menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar dan dibentuk pada lidah
alur sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus
disediakan dengan panjang sama dengan lebar satu lajur. Filler yang rusak atau yang
sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui Direksi Pekerjaan.
3) Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau
pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis
dan alinyemen yang semestinya, selama penghamparan dan penyelesaian pekerjaan
beton. Sambungan yang telah selesai tidak boleh berbeda lebih dari 5 mm pada
alinyemen horisontal terhadap suatu garis lurus. Bila filler sambungan adalah
bagian-bagian yang dirakit, maka di antara unit-unit yang bersebelahan tidak boleh
terdapat celah. Sumbat atau gumpalan beton tidak diperkenankan di manapun dalam
rongga ekspansi
Sambungan ini terdiri dari bidang yang diperlemah dengan membentuk atau
membuat alur dengan pemotongan pada permukaan perkerasan, disamping itu
bilamana ditunjukkan dalam Gambar juga harus mencakup perlengkapan untuk
memudahkan beban (load transfer assemblies).
Sambungan ini harus dibentuk dengan membuat alur dengan gergaji beton
pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam Gambar. Setelah setiap sambungan
digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang bersebelahan harus
dibersihkan.
Sambungan ini harus dibuat bila pekerjaan beton berhenti lebih dari 30
menit (sebelum terjadinya pengikatan awal). Sambungan konstruksi
melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 1,8 meter dari
sambungan muai, sambungan susut, atau bidang yang diperlemah lainnya.
Bilamana dalam waktu penghentian tersebut campuran beton belum cukup
untuk membuat perkerasan sepanjang minimum l,8 meter, maka kelebihan
beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai
dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal sambungan
konstruksi melintang tidak boleh kurang dari sepertiga panjang segmen.
Bila digunakan dowel, maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 11
sumbu perkerasan beton, dengan memakai penahan atau perlengkapan logam
lainnya yang dibiarkan tertinggal dalam perkerasan.
Ujung dowel harus dipotong dengan rapi agar permukaannya rata. Bagian setiap
dowel yang diberi pelumas sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar, harus
dilapisi sampai merata dengan bahan aspal atau bahan pelumas yang disetujui, agar
bagian dowel tersebut tidak ada melekat pada beton. Penutup (selubung) dowel
harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan dipasang pada setiap batang
dowel hanya digunakan dengan sambungan ekspansi. Penutup atau selubung
tersebut harus berukuran pas dengan dowel dan ujungnya yang tertutup harus kedap
air.
Sebagai pengganti rakitan dowel pada sambungan kontraksi, batang dowel bisa
diletakkan dalam seluruh ketebalan perkerasan dengan perlengkapan mekanik yang
disetujui Direksi Pekerjaan.
Sambungan harus ditutup, dengan bahan penutup yang memenuhi Pasai 5.3.2.(9)
dari Spesifikasi ini, segera mungkin setelah periode perawatan beton berakhir dan
sebelum perkerasan dibuka untuk lalu lintas, termasuk peralatan Penyedia Jasa.
Sebelum ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari bahan yang tidak
dikehendaki, termasuk bahan perawatan (membrane curing compound) dan
permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi dengan bahan penutup.
Bahan penutup (Joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan harus
memenuhi detil yang ditunjukan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Bahan penutup yang digunakan secara panas harus diaduk selama pemanasan untuk
mencegah terjadinya pemanasan setempat yang berlebihan. Penuangan harus
dilakukan sedemikian hingga bahan penutup tersebut tidak tumpah pada permukaan
beton yang terekspos. Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan beton harus
segera disingkirkan dan permukaan perkerasan dibersihkan. Penggunaan pasir atau
bahan lain sebagai bahan peresap terhadap bahan penutup ini tidak diperkenankan.
5.3.5 PELAKSANAAN
1) Umum
Sebelum mulai pekerjaan beton semua pekerjaan lapis pondasi bawah, selongsong
(ducting) dan kerb yang berdekatan harus sudah selesai dan disetujui Direksi
Pekerjaan.
Survei elevasi harus dilakukan pada lapis pondasi bawah dan setiap lokasi yang
lebih tinggi 5 mm dari elevasi rancangan harus diperbaiki sebelum dilakukannya
setiap pekerjaan berikutnya.
Alinyemen dan elevasi kelandaian acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki
oleh Penyedia Jasa segera sebelum beton dicor. Bilamana acuan berubah posisinya
atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus diperbaiki dan diperiksa ulang.
Bagaian atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi
elevasi tidal melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi
permukaan yang telah selesai. Lagipula, acuan dan alat pengendali elevasi harus
dipasang sedemikian hingga tidak ada satu titikpun pada ketebalan pelat beton yang
setelah pengecoran dan pemadatan akan kurang dari tebal rancangan.
Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah
selesai terlebih dahulu, dan peralatan mekanik harus dioperasikan di atas lajur
tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90%
dari kekuatan yang ditentukan untuk beton 28 hari. Bilamana hanya peralatan
penyelesaian yang akan melewati lajur yang ada, penghamparan pada lajur yang
bersebelahan dapat dilakukan setelah umur beton tersebut mencapai 3 hari.
Beton harus dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan
pada kedua sisi setiap sambungan yang tidak dapat terjangkau alat slipform concrete
paver dengan menggunakan vibrator yang dimasukkan ke dalam beton atas
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung
perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari
5 detik pada setiap tempat.
Sambungan antara anyaman kawat baja, kawat baja pertama dari anyaman kawat
baja harus berada pada anyaman kawat baja yang lengkap sebelumnya, dan bagian
yang tumpang tindih (overlap) tidak kurang dari 450 mm.
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, cat, gemuk, dan karat yang akan
mengganggu kelekatan baja dengan beton.
Beton harus didistribusi atau disebar sesegera mungkin setelah beton dicor, dibentuk
dan diratakan dengan mesin pembentuk (slipform paver concrete).
Pada lintasan mesin pembentuk (slipform paver concrete), beton di depan screed
harus dibuat rata pada keseluruhan jalur yang dikerjakan.
Bila perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan jika tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan
dengan metode seperti yang disebutkan datam Pasal 5.3.5.5 di atas, beton harus
didistribusi dan dihampar dengan tangan tanpa segregasi atau pra-pemadatan.
Beton yang dipadatkan dengan balok vibrator harus digetar sampai level tertentu
sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaan beton
lebih tinggi dari pada acuan samping. Beton harus dipadatkan dengan balok pemadat
dari baja atau dari kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm,
tinggi tidak kurang dari 225 mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250
watt per meter lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit
demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Sebagai alternatif, pemadat
vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama dapat juga digunakan. Bilamana
ketebalan beton melebihi 200 mm, atau bila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal tambahan pada
seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan beton dipadatkan,
balok vibrasi harus dikembalikan sejarak 1,5 m untuk mengulang lagi dengan pelan-
pelan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk memperhalus permukaan.
Permukaan beton kemudian harus diratakan dengan paling sedikit 2 kali lintasan
mistar lurus pengupas dengan panjang pisau tidak kurang dari 1,8 m. Bilamana
permukaan beton koyak karena mistar lurus (straight-edge), karena permukaan tidak
rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti lagi dengan mistar lurus
pengupas.
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 14
7) Penyetrika (Floating)
Setelah dibentuk dan dipadatkan, selanjutnya beton harus diperhalus, diperbaiki dan
dipadatkan lagi dengan bantuan alat-alat penyetrika, dengan salah satu metode
berikut ini :
a) Metoda Manual
b) Metoda Mekanik
8) Memperbaiki Permukaan
Setelah penyetrikaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih
plastis, bagian-bagian yang ambles harus segera diisi dengan beton baru, dibentuk,
dipadatkan dan diselesaikan (finishing) lagi. Lokasi yang menonjol harus dipotong
dan diseiesaikan (finishing) lagi. Perhatian khusus harus diberikan untuk
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 15
memastikan bahwa pennukaan sambungan memenuhi kerataan yang disyaratkan.
Perbaikan permukaan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan didapati bebas
dari perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton memenuhi kelandaian
dan penampang melintang yang diperlukan.
9) Membentuk Tepian
Segera setelah beton dibentuk dan dipadatkan, tepi perkerasan beton di sepanjang
acuan dan pada sambungan harus diselesaikan dengan perkakas (edging tool) untuk
membentuk permukaan seperempat lingkaran yang halus dengan radius tertentu,
bilamana tidak ditentukan lain pada Gambar, adalah 12 mm.
Setelah sambungan dan tepian selesai dikerjakan, dan sebelum bahan perawatan
pada permukaan perkerasan beton digunakan, permukaan beton harus dikasarkan
dengan disikat tegak lurus dengan garis sumbu (centreline) jalan.
Pengkasaran dapat dilakukan dengan menggunakan cara grooving atau sikat kawat
(brushing) dengan lebar tidak kurang dari 450 mm. Sikat tersebut harus terdiri dari
dua baris kawat dengan panjang kawat 100 mm dan ukuran kawat per 32 gauge serta
jarak kawat dari as ke as adalah 25 mm. Kedua baris kawat harus mempunyai
susunan berselang-seling (zig-zag) sehingga jarak kawat pada baris kedua dengan
kawat pada baris pertama adalah 12,5 mm. Masing-masing baris harus mempunyai
14 kawat dan harus diganti bila panjang kawat terpendek telah mencapai 90 mm.
Kedalanian tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 3 mm.
Dalam 24 jam setelah pengecoran, Penyedia Jasa harus melakukan survei elevasi
permukaan dari lapis permukaan dan tebal lapisan.
Elevasi setiap titik dari lapis permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus tidak
boleh berbeda lebih dari 10 mm dibawah atau 10 mm diatas elevasi rancangan (-10,
+ 10 mm) dan untuk Perkerasan Beton Semen juga tidak boleh berbeda lebih dari 10
mm dibawah atau 10 mm diatas elevasi rancangan (-10, +10 mm).
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus harus mempunyai lereng melintang sama dengan
lereng melintang rancangan dengan toleransi ± 0,3 %.
Begitu beton mengeras, permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus atau
Perkerasan Beton Semen harus diuji dengan memakai mistar lurus (straight-edges)
sepanjang 3,0 m. Lokasi yang menunjukan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak
lebih dari 12,5 mm sepanjang 3.0 m, itu harus ditandai dan segera diturunkan
elevasinya dengan gerinda yang telah disetujui sampai elevasinya tidak melampaui 3
mm bilamana diuji ulang dengan mistar lurus sepanjang 3,0 m. Bilamana
penyimpangan penampang melintang terhadap yang semestinya melampaui 12,5
mm, perkerasan beton harus dibongkar dan diganti oleh Penyedia Jasa atas biaya
sendiri.
Setiap lokasi atau ruas yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya
atau tidak boleh kurang dari lebar lajur yang terkena pembongkaran. Bilamana
diperlukan dalam membongkar dan mengganti suatu bagian perkerasan, setiap
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 16
bagian yang tersisa dari pembongkaran perkerasan beton dekat sambungan yang
panjangnya kurang dari 3,0 in. harus ikut dibongkar dan diganti.
a) Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus dan tak
terputus, dan disemprotkan dengan merata dalam 2 kali penyemprotan :
Untuk lokasi yang disemprot selain dengan alat penyemprot mekanik, kadar
penyemprotan harus lebih tinggi 25% dari kadar yang disebutkan dalam
sertifikat pengujian untuk perawatan yang efisien, harus memenuhi nilai
minimum 0,20 ltr/m2. Lokasi ini termasuk permukaan untuk sambungan dan
ruas-ruas dengan tepi acuan bergerak yang ditunjang oleh acuan sementara
pada saat penyemprotan awal.
Sebagai tambahan, apabila melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah
melintang atau arah memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah dicor
sebelumnya dengan umur ktirang dari 7 hari harus dilakukan penyemprotan ulang
minimum 2 m pada sisi yang bersebclahan baik melintang atau memanjang, dan
dapat diperluas pada lokasi yang sering dilalui orang selama pengecoran pada
sambungan konstruksi.
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus yang saat selesai dikerjakan harus segera dirawat
paling tidak sampai 70% kekuatan yang disyaratkan tercapai. Perawatan permukaan
harus dilaksanakan dengan salah saru metoda berikut :
Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru dicor
sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-
hati agar tidak rusak perkerasan beton. Setelah acuan dibongkar bagian sisi
perkerasan beton harus dirawat (curing) sesuai dengan Pasal 5.3.5.(13) diatas.
Lokasi keropos yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal dengan adukan
semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus. Penambalan tidak
boleh dilakukan sampai lokasi yang keropos diperiksa dan metoda penambalan
disetujui Direksi Pekerjaan.
Lokasi yang banyak keroposnya dianggap pekerjaan yang cacat mutu dan harus
dibongkar dan diganti. Setiap lokasi atau ruas yang dibongkar tidak boleh kurang
dari 3,0 m panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena
pembongkaran. Bilamana diperlukan dalam membongkar dan mengganti suatu
bagian perkerasan, setiap bagian yang tersisa dari pembongkaran perkerasan beton
dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m, harus ikut dibongkar dan
diganti.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, paling lambat satu
bulan sebelum tanggal pelaksanaan percobaan pertama, uraian terinci tentang
instalasi, peralatan dan metode pelaksanaan pekerjaan. Perubahan pada instalasi
tidak diperkenankan baik selama percobaan penghamparan ini atau bila perkerasan
beton sedang dihampar di daerah kerja permanen.
Penyedia Jasa harus melindungi perkerasan dan perlengkapannya dari lalu lintas
umum dan lalu lintas proyek. Perlindungan ini meliputi penyediaan tenaga pengatur
lalu lintas, pemasangan dan pemeliharaan rambu peringatan, lampu penerangan,
jembatan diatas perkerasan beton, atau jalan alih, dan sebagainya.
Setiap kerusakan pada perkerasan, yang terjadi sebelum persetujuan akhir, harus
diperbaiki atau diganti, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
Direksi Pekerjaan harus menentukan kapan Perkerasan Beton Semen dapat dibuka
untuk lalu lintas. Perkerasan beton tidak boleh dibuka untuk laiu lintas sebelum hasil
pengujian terhadap benda uji yang dicetak dan dirawat sesuai dengan SNI
03-4810-1998 mencapai 90% kuat lentur minimum sebesar 45 kg/cm2. Sebelum
dibuka untuk lalu lintas, perkerasan beton harus dibersihkan dan penutup (sealing)
sambungan harus telah selesai dikerjakan.
Baik peralatan maupun lalu lintas, termasuk kendaraan proyek tidak diperkenankan
melewati permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus yang telah selesai sampai
beton tersebut mencapai paling tidak 70% dari kekutan yang disyaratkan.
Setelah periode perawatan maka peralatan dan kendaraan yang diperlukan untuk
pekerjaan lanjutan diperkenankan melewati permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton
Kurus.
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus harus dipelihara sebagaimana mestinya sebelum
lapis perkerasan berikutnya dihampar. Setiap kerusakan sebagai akibat dari sebab
apapun harus diperbaiki dengan penggantian lokasi yang bersangkutan dengan biaya
Penyedia Jasa.
Tebal perkerasan beton aktual umumnya akan ditentukan dengan perbedaan elevasi
hasil survei/pengukuran dengan koordinat sebelum dan sesudah perkerasan beton
semen dicor pada potongan melintang tiap jarak memanjang maksimal 25 meter.
Bilamana setiap lokasi yang tebal betonnya berbeda dengan yang dihitung dari dua
kali survei/pengukuran elevasi, Direksi pekerjaan dapat meminta pengambilan
benda uji inti untuk menetapkan tebal beton aktual pada lokasi tersebut. Bilamana
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 19
pengambilan benda uji inti ini diperlukan, tebal perkerasan pada lokasi ini
ditentukan dari hasil rata-rata pengukuran dengan sigmat terhadap benda uji inti
yang diambil sesuai dengan SNI 03-6969-2003.
Lokasi yang kurang sempurna dengan kekurangan tebal yang lebih dari 12,5 mm
akan dievaluasi oleh Direksi Pekerjaan, dan jika keputusannya terhadap lokasi yang
kurang sempurna ini memerlukan pembongkaran, maka perkerasan tersebut harus
dibongkar dan diganti dengan beton yang tebalnya sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam Gambar.
Dalam hal kerataan hasil pekerjaan perkerasan beton semen yang tidak memenuhi
persyaratan toleransi kerataan atau mempunyai nilai IRI (International Roughness
Indexs) lebih dari 4%, maka Penyedia wajib melakukan pelapisan menggunakan
lapisan AC leveling dengan ketebalan minimal 4,0 cm dan tidak ada pembayaran
tambahan untuk pekerjaan lapisan AC leveling tersebut. Lokasi dan tata cara
pelapisan AC leveling harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Kuantitas yang dibayar dengan mata pembayaran tersebut di bawah ini adalah
jumlah meter kubik Perkerasan Beton Semen, Perkerasan Beton Semen dengan
Anyaman Tulangan Tunggal dan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus dan
Penyesuaian Harga pada pekerjaan yang telah selesai di tempat untuk pekerjaan
permanen dan disetujui. Lebar yang diukur adalah lebar perkerasan yang
ditunjukkan dalam penampangan melintang tipikal dalam Gambar. Lokasi-lokasi
tambahan seperti jalur ramp, atau sebagaimana diperintahkan tertulis oleh Direksi
Pekerjaan. Panjang haruslah sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diukur oleh Direksi Pekerjaan. yaitu sepanjang garis sumbu
setiap badan jalan. Tebal haruslah tebal aktual yang diterima.
Sambungan, ruji (dowel), batang pengikat (tie bar) dan baja tulangan yang
diperlukan untuk pekerjaan dalam Seksi ini tidak boleh diukur terpisah untuk
pembayaran
a) Ketebalan Kurang
Bilamana tebal rata-rata Perkerasan Beton Semen untuk setiap lot tebalnya
kurang sampai lebih dari 5 mm, tetapi tidak lebih dari 12,5 mm, suatu
pemotongan akan dilakukan, ditentukan sebagai produksi dari kuantitas
rancangan Perkerasan Beton Semen atau Perkarasan Beton Semen dengan
Anyaman Tulangan Tunggal pada lot ini, pengurangan kuantitas sesuai
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 20
dengan pengukuran aktual di lapangan dan pengurangan harga satuan
dilakukan dengan label berikut ini :
b) Kekuatan Kurang
Jika kekuatan yang memenuhi perkerasan beton dalam setiap lot tidak
tercapai, tetapi semua aspek lainnya memenuhi spesifikasi, Direksi
Pekerjaan dapat, menurut pendapatnya menerima perkerasan beton tersebut
dengan penyesuaian berikut :
Jika kuat lentur dalam 28 hari untuk setiap lot kurang dari 90% dari kuat
lentur beton minimum yang disyaratkan maka lot yang diwaktu pengujian
balok ini hams dibongkar dan diganti.
Beton dengan kuat lentur dalam 28 hari antara 90 dan 100% dari kuat lentur
beton minimum yang disyaratkan dapat diterima dengan pengurangan 4%
Harga Satuan untuk Perkerasan Beton Semen untuk setiap I kg/cm2 (0,1
MPa) atau bagian daripadanya. kekurangan kekuatan terhadap kekuatan
rancangan dalam lot tersebut terhadap Harga Satuan.
2) Dasar Pembayaran
a) Umum
Spesifikasi Teknik / DPU Bina Marga Jatim / Januari 2015
5.3 - 21
Kuantitas Perkerasan Beton Semen, Perkerasan Beton Semen dengan
Anyaman Tulangan I tinggal dan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus yang
diterima ditentukan sebagaimana disyaratkan diatas akan dibayar dengan
harga kontrak per meter kubik dimana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan pengecoran semua
bahan, termasuk, tidak dibatasi, beton semen portland, baja tulangan, acuan,
ruji (dowel), batang pengikat (tie bar), bahan sambungan dan lembar
membrane, panjang percobaan yang dilakukan, pengambilan benda uji inti
untuk penyesuaian harga, dan semua bahan, pekerja, peralatan dan
keperluan lainnya unluk menyelesaikan pekerjaan sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian Harga
Jumlah penyesuaian akan dihitung oleh Direksi Pekerjaan untuk setiap lot
Perkerasan Beton Semen yang tunduk terhadap kekuatan dan tebal yang
disyaratkan. Jumlah dari semua penyesuaian tersebut akan ditetapkan dan
tercakup dalam Sertifikat Pembayaran sebagai pengurangan terhadap mata
pembayaran terkait.
5.4.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis pondasi dari mana tanahnya diambil
dari daerah sekitarnya yang distabilisasi dengan semen dengan/tanpa
menggunakan bahan modifier, diatas tanah dasar yang sudah siap, termasuk
penghamparan (spreading), pembentukan (shaping), pemadatan, pengerasan
dan penghalusan dari pada materialnya, semuanya mengikuti persyaratan-
persyaratan dari Seksi ini dan sesuai dengan ukuran-ukuran, cross-section dan
juga jalur dan ketinggian permukaan seperti ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau sesuai yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(a) Soil Cement (Tanah Semen), yaitu campuran tanah dengan semen tanpa
menggunakan bahan modifier, yang dicampur dan dipadatkan pada kadar
air optimum.
(b) Soil Cement Modified (Tanah Semen yang dimodifikasi), yaitu campuran
tanah dengan semen dengan menggunakan bahan modifier, yang
dicampur dan dipadatkan pada kadar air optimum. Soil Cement Modified
mempunyai fleksibilitas yang tinggi, kedap air dan digunakan khususnya
pada tanah dasar yang mempunyai kadar air yang tinggi.
Jenis dan tebal Lapis Pondasi Tanah Semen harus seperti yang ditentukan
dalam Gambar Rencana.
(a) Tebal rata-rata, dari penelitian benda uji, pada setiap lapisan atau
sejumlah lapisan dari Lapis Pondasi Tanah Semen pada setiap cross
section yang diteliti, tidak boleh lebih dari 10 % lebih tebal atau lebih
tipis dari pada tebal yang telah ditentukan atau disetujui Direksi Teknik.
(b) Tebal rata-rata dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang sudah selesai
dengan kekuatan dan kerataan yang sudah diterima/disetujui, yang diukur
dengan scala penetrometer dan/atau pengujian dari benda uji core, pada
setiap cross section yang diteliti, harus sama atau lebih tebal dari pada
tebal yang sudah dirancang (seperti pada Gambar Rencana).
AASHTO
ASTM
DIN
(5) Pelaporan
(a) Contoh
Semua benda uji yang diambil harus diberi tanda dengan jelas yang
menyatakan tempat dari mana benda uji tersebut diambil dan harus
diserahkan kepada Direksi Teknik bersama dengan catatan tertulis
mengenai tinggi rata-ratanya dan lokasi dari setiap benda uji itu. Semua
benda uji harus disimpan Direksi Teknik sebagai referensi (di tempat
penyimpanan yang tidak dapat masuk air dan bisa dikunci, yang mana ini
akan disediakan oleh Penyedia) untuk selama Masa Kontrak.
Tanah untuk Lapis Pondasi Tanah Semen tidak boleh dipasang, dihampar atau
dihaluskan selama turun hujan, dan penghalusan tidak boleh dilakukan setelah
hujan atau waktu kadar air di material itu terlalu tinggi untuk mendapatkan
penghalusan yang memuaskan.
Semen hanya boleh diletakkan kalau permukaannya kering, kalau hujan tidak
akan membasahi dan kalau tanah yang sudah dihaluskan dalam keadaan yang
memuaskan. Dalam keadaan dimana hujan turun tiba-tiba selagi penyebaran
semen dilakukan, penyebaran harus dihentikan seketika dan semen yang sudah
disebarkan harus cepat-cepat diaduk dengan tanah campurannya, diikuti
dengan pemadatan yang cepat untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan
(7) Perbaikan dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang Tidak Memuaskan
Lapis Pondasi Tanah Semen yang tidak memenuhi toleransi atau kualitas yang
ditentukan, harus diperbaiki oleh Penyedia seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik. Perbaikan seperti itu dapat meliputi :
(b) Penghalusan kembali dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang sudah
dihampar (kalau ini memungkinkan) dan mengaduk kembali dengan
tambahan semen.
Jika retak yang lebar karena penyusutan terjadi di daerah yang besar selama
masa pengerasan, Direksi Teknik bisa meminta tambahan gilasan yang akan
menyebabkan dengan sengaja retak pada material ini dan oleh sebab itu
mengurangi kemungkinan terjadinya retak yang besar yang akan merusak
perkerasan dengan cara menyediakan retak-retak kecil yang jaraknya dekat
satu sama lainnya. Untuk retak-retak yang tidak akan bertambah besar lagi,
Direksi Teknik dapat memerintahkan untuk pembetulan dengan menggunakan
cairan/campuran semen (grout). Pembetulan dari retakan ini mungkin termasuk
pengaturan dari adukan/campuran dengan mengurangi kadar semen.
(b) Untuk pekerjaan Soil Cement (Tanah Semen). Dalam keadaan apapun
Penyedia harus bertanggung jawab untuk menjamin tidak ada lalu lintas
yang melalui Lapis Soil Cement (Tanah Semen) yang baru saja dibuat
sampai lapisan campuran aspal dihampar, dan harus mencegah lalu lintas
tersebut, dengan menyediakan jalan alih atau dengan pelaksanaan
setengah lebar jalan.
5.4.2 MATERIAL
(a) Semen yang harus digunakan untuk Lapis Pondasi Tanah Semen adalah
semen portland biasa dan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan
dalam Standar Industri Indonesia SII-13-1977 Semen Portland Type I.
Semen harus diambil dari pabrik yang diakui oleh Departemen
Perindustrian Republik Indonesia.
(2) Air
(3) Tanah
(a) Tanah yang cocok untuk digunakan Lapis Pondasi Tanah Semen harus
sebelum penghalusan, sesuai dengan ukuran partikel yang ditentukan
dibawah ini dengan cara disaring basah :
(i) Ukuran paling besar dari partikel batu harus lebih kecil dari 75 mm.
(ii) Kurang dari 50 % melewati saringan No. 200 waktu disaring secara
basah.
(b) Tanah dengan plastisitas yang rendah atau tanah laterit yang mempunyai
sifat kekuatan yang bagus adalah yang harus dipilih daripada yang
kekuatannya rendah, plastisitas tinggi atau tanah-tanah yang
mengembang.
(c) Tanah harus bebas dari benda/zat organik yang bisa mengganggu hidrasi
dari semen portland. Waktu diuji dengan mengikuti Test 18 BS 1924,
kadar PH nya setelah satu jam kemudian harus lebih besar dari pada 12,2.
Pengujian ini hanya harus dilakukan jika diminta oleh Direksi Teknik
seperti hal ini dimana pengerasannya yang lambat atau kekuatan dari
campuran semen tanahnya rendah.
(e) Semua daerah tempat pengambilan tanah yang akan digunakan harus
diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik sebelum digunakan.
Persetujuan tidak akan diberikan kecuali bila Penyedia telah memberikan
contoh-contoh tanah yang diambil dari daerah tempat pengambilan tanah
dibawah pengawasan Direksi Teknik, dan mengujinya dibawah
pengawasan Direksi Teknik untuk memastikan bahwa sifat dari tanah
tersebut memenuhi persyaratan dari Seksi ini. Persetujuan yang diberikan
oleh Direksi Teknik untuk menggunakan tanah dari suatu tempat
pengambilan tanah tidak berarti bahwa Lapis Pondasi Tanah Semen yang
dibuat dari tanah tersebut akan diterima dan juga tidak berarti
melepaskan tanggung jawab dari Penyedia untuk membuat Lapis Pondasi
Tanah Semen yang memuaskan seperti yang disyaratkan.
(a) Bahan modifier yang harus digunakan adalah campuran latex dan
sellulosa yang mampu bersenyawa dengan air dan harus didatangkan
dalam kondisi yang baik dan pengalengannya yang kuat, mempunyai
label yang jelas tentang nama, berat dan volume dari bahan modifier,
begitu juga dengan warna, formula, boiling point, specific grafity,
viscosity, solutibility in water, pH dan nama serta alamat dari pabriknya.
5.4.3 CAMPURAN-CAMPURAN
Campuran Lapis Pondasi Tanah Semen terdiri dari tanah yang telah disetujui,
semen dan air dengan/tanpa menggunakan bahan modifier.
Kadar semen akan ditentukan oleh Direksi Teknik berdasarkan pengujian dari
data laboratorium dan Preliminary Field Trials, tetapi harus diantara 3 %
sampai 12 % dari berat tanah dalam keadaan kering oven seperti asalnya (yaitu
sebelum diaduk dengan semen).
Dalam hal digunakan bahan modifier, kadar bahan modifier ditentukan sebesar
5 % dari berat semen yang digunakan.
Untuk setiap daerah tempat pengambilan tanah baru yang akan digunakan, dan
dari waktu ke waktu yang seperti diminta/diperintahkan oleh Direksi Teknik
selama penggunaan suatu daerah tempat pengambilan tanah, Penyedia harus
melakukan percobaan campuran-campuran di laboratorium dibawah
pengawasan Direksi Teknik untuk menentukan :
(a) Apakah bisa atau tidak membuat Lapis Pondasi Tanah Semen yang
memuaskan dalam hal kekuatan dan sifat perubahan isi dari tanah yang
bersangkutan.
(b) Kadar semen yang dibutuhkan untuk mencapai kekuatan campuran yang
ditargetkan (target mix strength).
(c) Batas kadar air dan kepadatan yang diperlukan untuk pengendalian
pemadatan di lapangan.
(a) Tentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan untuk tanah yang
bersangkutan dengan menggunakan paling sedikit empat macam kadar
semen (AASHTO T 134-76) dan gambar hasil dari pengujian ini di grafik
I pada formulir standar (Gambar Rencana). Puncak dari setiap garis
lengkung grafik dari kadar air kepadatan menyatakan kepadatan kering
maksimum (Maximum Dry Density(MDD)) dan Kadar Air Optimum
(Optimum Moisture Content(OMC)) untuk kadar semen yang digunakan.
(c) Dengan menggunakan paling sedikit empat macam kadar semen, buatlah
serangkaian benda uji untuk diuji kekuatan tekanannya (Unconfined
Compression Strength (UCS)) dimana benda uji ini dipadatkan sampai
MDD dan OMC yang ditentukan (a) diatas. Setelah pengerasan selama 7
hari, uji benda-benda uji ini dengan mengikuti prosedur yang diberikan di
ASTM D 163-33 dan gambar angka-angka kekuatannya yang didapat
dari grafik III (Gambar Rencana). Gambar garis lengkung grafik melalui
titik-titik pengujian dan pilih kadar semen campuran yang memberikan
kekuatan seperti yang ditentukan yaitu 24 kg/cm2.
(d) Masukkan angka dari kadar semen campuran yang dipilih itu ke grafik II,
sesudah digambar (b) diatas, dan baca/tentukan angka MDD dan OMC
untuk campuran semen tanah (soil cement) dari kadar semen yang
dipilih. Gunakan nilai-nilai MDD dan OMC ini untuk menentukan angka
kepadatan dan batas kadar air untuk menentukan angka kepadatan dan
batas kadar air untuk pengendalian pemadatan di lapangan, dan gambar
batas-batas tersebut di grafik IV (Gambar Rencana).
(f) Dalam hal digunakan bahan modifier, maka bahan modifier tersebut
harus langsung dilarutkan/dicampurkan dengan air yang digunakan
dalam campuran sesuai dengan rasio yang telah ditentukan.
(a) Semua langkah-langkah yang diberikan pada Paragraf 5.4.3 (2) diatas
harus diikuti kecuali pengujian Calfornia Bearing Ratio (CBR) yang
dapat digunakan sebagai pilihan dari pengujian UCS di langkah (c). Akan
tetapi, dalam pengujian ini, karena hasil untuk kekuatan campuran dari
pengujian CBR pada umumnya tidak setepat dari pengujian UCS, Direksi
Teknik akan menganjurkan Penyedia untuk mengadakan UCS dan CBR
setiap saat dimana jenis tanah yang baru ditemukan dan dalam dasar
perbandingan hasilnya tidak banyak menyimpang, kalau dipandang perlu,
merubah persyaratan untuk CBR yang diberikan pada Tabel 5.4.3 supaya
untuk tanah tersebut dikorelasikan lebih dekat dengan persyaratan untuk
UCS (dimana akan merupakan harga tetap seperti yang diberikan pada
Tabel 5.4.3 dalam segala hal).
(d) Dalam hal digunakan bahan modifier, maka bahan modifier tersebut
harus langsung dilarutkan/dicampurkan dengan air yang digunakan
dalam campuran sesuai dengan rasio yang telah ditentukan.
Secara garis besar, baik Soil Cement (Tanah Semen) maupun Soil Cement
Modified (Tanah Semen yang dimodifikasi) mempunyai kuat tekan dan kuat
lentur yang relatif sama. Kecuali, Soil Cement Modified (Tanah Semen yang
dimodifikasi) mempunyai Modulus Elastisitas yang tinggi dan fleksibilitas
yang tinggi pula. Lapis Pondasi Tanah Semen, baik Soil Cement (Tanah
Semen) maupun Soil Cement Modified (Tanah Semen yang dimodifikasi),
harus sesuai dengan syarat-syarat yang diberikan pada Tabel 5.4. 3.
Tabel 5.4.3 Sifat-sifat yang disyaratkan untuk Lapis Pondasi Tanah Semen
Batas-batas Sifat
Pengujian (Setelah Pemeraman 7 Hari) Metode Pengujian
Min. Sasaran Maks.
Unconfined Compressive
20 24 35 ASTM D 1633-63
Strength (UCS) kg/cm2
California Bearing Ratio
100* 120* 200* AASHTO T193-72
(CBR) %
Average Scala Penetration
Resistance over the central 1.0* 1.3* 2.5*
Lampiran 5.4.A
third of the layer tested (1.0+) (0.8+) (0.4+)
(SPR) blow/cm
Scala Penetration Resistance
Defining lower limit of 0.8* - -
Lampiran 5.4.A
Effective Depth of layer (1.3+)
(SPR) blow/cm
Wetting and Drying Test
(i) % Weight Loss - - 7 AASHTO T135-76
(ii) % Volume Change - - 2
(a) Untuk setiap jenis tanah baru yang diajukan untuk digunakan, rancangan
campuran tanah semen yang mengikuti prosedur-prosedur laboratorium
yang dijelaskan dalam Artikel 5.4.3 diatas harus dikuatkan dengan
membangun jalur percobaan dari material untuk Lapis Pondasi Tanah
Semen yang diajukan, yang panjangnya 200 meter dengan tebal yang
ditentukan, peralatan pelaksanaannya dan prosedur untuk pengendalian
kualitas yang diajukan untuk pekerjaan-pekerjaan ini.
(b) Jalur percobaan ini harus diletakkan diluar lapangan atau, jika diminta
oleh Penyedia dan disetujui oleh Direksi Teknik dengan dasar dari hasil-
hasil pengujian di laboratorium untuk sifat-sifat tanah yang diajukan, di
jalan yang merupakan bagian dari proyek tersebut. Akan tetapi dalam hal
yang terakhir ini jika bagian percobaan ini tidak memuaskan, atau jika
Lapis Pondasi Tanah Semen yang diletakkan ini tidak memenuhi (dalam
segala hal) persyaratan-persyaratan pada Seksi ini, maka jalur percobaan
ini semuanya harus dibuang dari jalan tersebut dan tanah dasarnya harus
disiapkan lagi setelah percobaannya selesai dilakukan. Jika Direksi
Teknik menyetujui untuk menerima jalur percobaan ini sebagai bagian
dari pekerjaan-pekerjaan, material Lapis Pondasi Tanah Semen ini akan
diukur dan dibayar sebagai bagian dari pekerjaan. Untuk jalur percobaan
yang dibangun di luar lapangan tidak akan ada pembayaran.
(c) Semua tahap dari pembangunan, masa pengerasan dan pengujian dari
jalur percobaan ini akan diawasi dengan cermat oleh Direksi Teknik yang
mana dia boleh meminta variasi dari prosedur-prosedurnya atau dari
kuantitas dan jenis dari pengujian yang dalam pendapatnya diperlukan
untuk mendapatkan keterangan/hasil yang berguna yang maksimum dari
percobaan ini. Pemeriksaan selama percobaan harus termasuk, tetapi
tidak terbatas pada, penentuan yang berikut ini :
(ii) Derajat kehalusan yang didapati dari tanah ini, ditentukan dengan
dasar penglihatan dan dengan dasar jumlah lintasan tanah ini
(iii) Kadar air optimum untuk penghalusan tanah ini, ditentukan dari
penghalusan dengan bermacam-macam kadar air pada bagian-
bagian yang berbeda dari jalur percobaan dan membandingkan
derajat kehalusan yang diperoleh dari pengujian-pengujian di
laboratorium dengan benda ujinya diambil selama jalannya
penghalusan.
(vi) Bulking ratio antara tanah gembur yang sudah dihaluskan dengan
campuran yang sudah dipadatkan, untuk menentukan ketebalan
material gembur yang diperlukan untuk menghasilkan ketebalan
lapisan campuran padat.
(ix) Hubungan antara CBR dan UCS percobaan campuran semen tanah
(dalam keadaan dimana pengujian CBR disetujui atau diperintahkan
oleh Direksi Teknik untuk memonitoring pengendalian kekuatan),
(xi) Keperluan dan cara yang paling tepat untuk mengatasi dan
mengendalikan retak dengan penggilasan, ditentukan dengan
mengawasi jalur percobaan selama masa pengerasan dan, jika
banyak retak penyusutan terjadi, dengan pengendalian penggunaan
bermacam-macam model dan berat dari mesin gilas.
(xii) Jenis selaput tipis (membrane) yang paling tepat dan cara
pengerasan/pengeringan dari Lapis Pondasi Tanah Semen,
ditentukan dengan dasar penglihatan dari permukaannya dan
kecepatan dari hilangnya air seperti yang ditentukan oleh pengujian
kadar air.
(d) Berdasarkan dari data yang diambil dari jalur percobaan dan tidak lebih
cepat dari 14 hari setelah jalur percobaan diletakkan, Direksi Teknik
boleh memberikan Penyedia persetujuan untuk meneruskan seperti yang
direncanakan, atau memberikan persetujuan untuk meneruskan dengan
modifikasi ke rancangan campuran atau prosedur pembangunannya yang
dianggap perlu, dan/atau boleh menolak atau meneruskannya akan tetapi
memerintahkan Penyedia untuk mengadakan percobaan-percobaan lagi
(b) Arti dari tanah dasar adalah permukaan tanah yang sudah disiapkan yang
mana pekerjaan selanjutnya dari pembangunan jalan akan dilakukan.
Kecuali kalau ketinggian dari perkerasannya harus dinaikkan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana, permukaan tanah dasar harus sama
tinggi dengan permukaan jalan yang ada, kecuali kalau diperintahkan lain
oleh Direksi Teknik.
(c) Permukaan jalan yang ada harus dibersihkan dari material yang tidak
diinginkan dan kemudian di-proof roll. Setiap ketidak samaan atau
cekungan yang terjadi di permukaan tanah dasar selagi pemadatan harus
dibetulkan dengan menggemburkan tanah di permukaan daerah tersebut
dan menambah, membuang atau menukar material itu, mengatur kadar
air jika diperlukan, dan memadatkannya kembali supaya permukaannya
halus dan rata.
(e) Selain kalau disetujui oleh Direksi Teknik, angka/hasil CBR dari tanah
yang disiapkan untuk tanah dasar ketika diuji mengikuti AASHTO
T 193, harus paling sedikt 6 % (enam persen) setelah direndam selama
empat hari bila dipadatkan sampai 100 % dari kerapatan kering
maksimum seperti yang ditentukan di AASHTO T 99. Bilamana kondisi
kekuatan ini tidak bisa dicapai, Direksi Teknik boleh memerintahkan
Penyedia untuk melakukan perbaikan tanah dasar yang melibatkan
pemindahan dan penggantian material yang tidak memuaskan atau
melapisinya dengan material berbutir dengan proporsi tertentu sehingga
memenuhi persyaratan dalam Seksi ini.
(h) Sebelum pemasang dari setiap bagian dari Lapis Pondasi Tanah Semen,
tanah dasar padat yang sudah disiapkan harus dibersihkan dari debu dan
material lainnya yang merusak dengan penyembur udara atau cara lain
yang disetujui, dan harus dibasahi kalau perlu, seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Teknik.
Pengadukan dari tanah, semen dan air harus dilakukan dengan cara
pengadukan di tempat (mix-in place) atau pengadukan mesin pusat (central
plant-mix).
Batas dari tanah plasticity yang bisa dipadati dengan mesin-mesin diatas ini
dicantumkan pada Tabel 5.4.5
Catatan : Alat-alat tidak akan diterima atau ditolak dengan dasar dari Tabel ini, yang hanya
diberikan sebagai petunjuk untuk membantu Penyedia.
(a) Tanah dari daerah pengambilan tanah yang telah disetujui harus dipasang
dan disebarkan dengan rata diatas tanah dasar yang sudah disiapkan dan
kadar airnya diatur untuk mendapatkan hasil penghalusan yang tinggi.
Kalau pengeringan diperlukan, kecepatan dari pengeringan tersebut
dimaksimumkan dengan mengaduk tanah yang terus-menerus dengan
menggunakan garu tanah, atau alat yang sejenis, dan atau menggunakan
pulvimixer untuk beberapa lintasan awal sampai tanah itu cukup kering.
(b) Kadar air optium tanah untuk penghalusan akan dibawah kadar air untuk
maximum dry density, seperti yang ditetapkan di AASHTO T 99 dan
akan ditentukan oleh Direksi Teknik berdasarkan Preliminary Field Trials
yang diterangkan pada Paragraf 5.4.4, kalau disetujui Direksi Teknik,
pekerjaan penghalusan harus dilakukan selagi kadar air di tanah tersebut
berada dalam 2 % (dari berat tanah kering) dari angka yang dibutuhkan.
(c) Sebelum semen ditambahkan, tanah itu harus dihaluskan, kecuali untuk
butir-butir batu atau kerikil kasar, sehingga memenuhi persyaratan-
persyaratan dibawah ini waktu diayak kering :
- Lewat ayakan 25 mm : 100 %
- Lewat ayakan # 4 : 75 %
(e) Setelah tanah dihaluskan secara memuaskan, sesuai dengan syarat yang
diberikan pada Paragraf 5.4.5 (3)(c) diatas, semen harus disebarkan
secara merata diatas tanah, baik dengan tangan atau dengan mesin
penyebar, pada takaran (rate) yang dihitung untuk menghasilkan kadar
semen seperti yang dirancang oleh Direksi Teknik dengan dasar dari
rancangan campuran laboratorium dan Preliminary Field Trials. Dalam
(h) Kalau semen dan tanah dianggap telah dicampur secara merata, kadar
airnya harus ditambahkan karena diperlukan untuk menyamai batas kadar
air yang ditentukan oleh prosedur rancangan campuran laboratorium
yang dijelaskan pada Paragraf 5.4.3 (2) atau seperti yang ditentukan oleh
Direksi Teknik berdasarkan Preliminary Field Trials atau cara lain. Pada
umumnya batas bawah dari kadar air akan ditentukan karena kadar air
optimum (OMC) di laboratorium untuk campuran semen tanah dan batas
atasnya akan 2 % (dari beratnya campuran semen tanah) lebih tinggi dari
pada OMC, seperti yang dijelaskan pada Artikel 5.4.3. Air yang
ditambahkan harus diaduk secara merata pada semen tanah dengan
menambahkan beberapa kali lintasan mesin pengaduk dan pemadatan
harus dilakukan secepat mungkin setelah itu.
(i) Dalam hal digunakan bahan modifier, maka bahan modifier tersebut
harus langsung dilarutkan/dicampurkan kedalam air yang digunakan
dalam campuran sesuai dengan rasio yang telah ditentukan, kemudian
diaduk hingga merata. Prosedur pelaksanaan selanjutnya seperti yang
dijelaskan pada Paragraf 5.4.5 (3)(h).
(4) Pengadukan dan Pemasangan dengan menggunakan Cara Mesin Pusat (Central
Plant-Mix)
(b) Kalau cara takaran berat digunakan, ukuran dari jumlah material dan
semen yang tepat pertama-tama harus dipasang seperti yang ditentukan
untuk pemadatan di lapangan. Perhatian harus diberikan ke jenis paddle
mixer untuk memastikan bahwa semennya disebar/dimuat secara merata
(c) Kalau cara penakaran continuous feed digunakan, mixing paddle, baffels
dan kecepatan pemasukan material harus disesuaikan agar materialnya
bercampur dengan rata. Semprotan yang digunakan untuk penambahan
kadar air kedalam adukan harus disesuaikan supaya kadar airnya merata
di keseluruhan campuran.
(d) Dalam hal digunakan bahan modifier, maka bahan modifier tersebut
harus langsung dilarutkan/dicampurkan kedalam air yang digunakan
dalam campuran sesuai dengan rasio yang telah ditentukan, kemudian
diaduk hingga merata. Prosedur pelaksanaan selanjutnya seperti yang
dijelaskan pada Paragraf 5.4.5 (4)(c).
(f) Campuran harus dipasang diatas tanah dasar yang sudah dibasahkan, di
lapisan yang seragam dan harus disebarkan dengan paving machine atau
spreader box yang mempunyai kemampuan untuk meratakan material
dengan tebal yang sama. Material harus dihampar sedemikian sehingga
setelah dipadatkan mencapai tebal yang ditentukan, dalam toleransi yang
ditentukan pada Paragraf 5.4.1 (3)(b).
(5) Pemadatan
(a) Pemadatan untuk campuran semen tanah harus dimulai secepat mungkin
setelah pengadukan dan keseluruhan operasi, termasuk pembentukan dan
finishing, harus diselesaikan dalam waktu 60 menit sejak semen yang
pertama menyentuh tanah. Semua operasi pemasangan, pengadukan, dan
pemadatan dari Lapis Pondasi Tanah Semen harus dilakukan dalam
bagian-bagian pendek dan material dari setiap bagian harus dipadatkan
dan dibentuk sampai selesai sebelum pengadukan untuk bagian yang
berikutnya bisa dimulai.
(b) Panjang maksimum dari setiap bagian yang dibolehkan akan ditentukan
oleh Direksi Teknik berdasarkan kapasitas dan kemampuan Penyedia
dalam berproduksi, yang akan diperlihatkan selama Preliminary Field
Trials (Artikel 5.4.4) atau dari yang sesudahnya, tetapi dalam keadaan
apapun tidak boleh lebih besar dari 200 meter. Dalam hal dimana Direksi
Teknik membatasi panjangnya bagian pekerjaan, pembatasan ini dapat
dibatalkan kalau Penyedia dapat membuktikan sampai Direksi Teknik
puas bahwa dia telah menambah besarnya/jumlah produksi sampai
(c) Pemadatan awal harus dengan sheep-foot, pneumatic tyred atau smooth
wheeled rollers, yang tidak boleh secara langsung menyentuh/melindas
material semen tanah yang sebelumnya diletakkan baik yang sudah
mengeras maupun yang sebagian sudah mengeras.
(f) Permukaan Lapis Pondasi Tanah Semen yang sudah selesai harus ditutup
dengan rapat, bebas dari gerakan oleh mesin pemadat dan tanpa
compaction planes, gundukan-gundukan, retak-retak atau material yang
lepas. Semua bagain yang lepas, segregasi atau yang cacat/jelek harus
diperbaiki sesuai dengan Paragraf 5.4.1 (7).
(ii) Bahan dari/seperti karung beras yang harus selalu basah selama
masa pengerasan.
(d) Penggilasan terkendali dari Lapis Pondasi Tanah Semen mungkin akan
diperintahkan oleh Direksi Teknik selama masa permulaan dari
pengerasan untuk mengurangi ukuran dan jarak dari retak-retak
penyusutan. Lamanya dari penggilasan ini akan ditentukan dari
Preliminary Field Trials.
(e) Kalau Lapis Pondasi Tanah Semen akan dibuat dengan dua atau lebih
lapisan, setiap lapisan yang sudah dipasang harus dikeraskan sesuai
dengan Seksi ini untuk paling cepat 7 hari sebelum lapisan yang
berikutnya dapat dipasang.
(f) Khusus untuk pekerjaan Soil Cement Modified (Tanah Semen yang
dimodifikasi), 3 – 5 jam setelah pencampuran dan pemasangan, Lapis
(a) Contoh dari tanah yang telah dihaluskan akan diambil dan diuji di
lapangan, untuk meyesuaikan ukuran partikel dengan yang diberikan
dalam Paragraf 5.4.5.(3)(c), dengan jumlah pengambilan lima contoh
untuk setiap bagian pekerjaan (dari 200 meter atau kurang).
(b) Kalau ada satu pengujian yang gagal, penghalusan harus diteruskan untuk
setiap bagian pekerjaan itu.
(i) Contoh dari tanah sewaktu baru disebarkan diatas jalan (untuk
menentukan kebutuhan pengeringan atau pembasahan sebelum
penghalusan).
(iii) Satu atau lebih contoh setelah pengadukan penambahan air kedalam
campuran semen tanah (untuk memeriksa bahwa kadar air yang
ditentukan untuk pemadatan sudah dicapai).
(b) Angka-angka pengujian kadar air pada umumnya tidak akan didapatkan
sampai setelah setiap bagian dari pekerjaan dipadatkan, akan tetapi hasil-
hasil pengujian dari setiap hari kerja harus diperhitungkan untuk
mendapatkan optimalisasi di hari kerja berikutnya.
(4) Pengendalian Kekuatan dan Keseragaman dari Lapis Pondasi Tanah Semen
(a) Setelah pembuatan, keempat benda uji untuk pengujian pemadatan yang
diterangkan pada Paragraf 5.4.6 (3) diatas harus dikeraskan (cured)
didalam kantong plastik yang ditutup rapat-rapat dan udara didalamnya
lembab, menggunakan cara yang diterangkan pada Paragraf 5.4.3 (3) (b)
kecuali dua benda uji tersebut harus dikeraskan didalam kantong sampai
waktu pengujian dimana yang dua lagi harus dikeluarkan dari kantong
plastik setelah pengerasan selama 3 hari dan direndam didalam bak air
untuk selama 4 hari sebelum benda-benda uji ini dapat diuji. Semua
empat benda uji harus diuji untuk test kekuatan pada umur 7 hari dan
pada hari yang sama pengujian-pengujian Scala Penetrometer dilakukan
di lapangan secara cross section dimana semen tanah benda-benda uji itu
diambil. Angka kekuatan rata-rata dari kedua hasil pengujian kekuatan
dari benda yang direndam didalam bak air yang didapat harus dicatat
sebagai kekuatan laboratorium dari semen tanah untuk bagian pekerjaan
yang mana benda-benda uji tersebut diambil, dan harus dibandingkan
dengan target strength yang dicantumkan pada Tabel 5.4.3 atau yang
ditentukan oleh Direksi Teknik. Dari angka kekuatan laboratorium ini,
(b) Angka kekuatan rata-rata dari kedua hasil pengujian kekuatan dari benda
uji yang tidak direndam didalam bak air yang didapat harus dibandingkan
dengan angka rata-rata dari banyaknya tumbukan di lokasi dimana
benda-benda uji ini diambil, dan perbandingan ini akan digunakan oleh
Direksi Teknik untuk cek dan kalau dirasa perlu, menyesuaikan
kalibrasai antara Scala Penetration Resistance (SPR) dan kekuatan (UCS
atau CBR).
(a) Ketebalan Lapis Pondasi Tanah Semen yang telah selesai harus
dimonitor oleh Penyedia, dibawah pengawasan Direksi Teknik, pada
selang jarak 50 meter di sepanjang jalan dengan cara pengukuran tinggi
permukaan dengan pengujian-pengujian Scala Penetrometer.
Dua macam ketebalan yang harus diukur :
(c) Ketebalan yang efektif harus ditetapkan dan dimonitor sebagai ketebalan
dari material Lapis Pondasi Tanah Semen yang selesai dan memiliki
kekuatan melebihi batas minimum yang telah disyaratkan pada Tabel
5.4.3, sebagaimana diukur oleh Scala Penetrometer dengan pengukuran
tinggi. Untuk pengukuran ini, hitungan tumbukan Penetrometer harus
dikalibrasi untuk kekuatan dengan cara yang diterangkan pada Paragraf
5.4.6 (4) dan batas bawah dari ketebalan efektif harus diambil dari titik di
grafik kurva hitungan tumbukan, setelah penghalusan untuk
menghilangkan variasi-variasi dari kekeliruan pembacaan dalam
percobaan, batas bawah dari Scala Penetration Resistance yang
disyaratkan dalam Tabel 5.4.3 atau seperti yang ditentukan oleh Direksi
Teknik berdasarkan percobaan di lapangan. Untuk menghindari ketidak
samaan, pengujian Penetrometer harus selalu dilakukan dengan cara
standar yang sama seperti yang dikemukakan didalam Lampiran 5.4.A
dan kurva hitungan tumbukan harus digambarkan dengan menganggap
bahwa angka hitungan tumbukan akan diperoleh dari setiap tumbukan
yang diterapkan pada kedalaman yang diukur setelah tumbukan tersebut
diberikan.
(d) Pada setiap penampang melintang yang akan dimonitor untuk ketebalan
titik-titik yang akan diukur tingginya atau diuji oleh Penetrometer yang
harus diberi jarak yang sama satu dengan lainnya dan harus termasuk
satu titik di garis tengah jalan, satu titik pada tepi luar dari bahu keras
(hard shoulder) di kedua sisi jalan, dan titik-titik diantaranya
sebagaimana diperlukan. Kecuali kalau diperintahkan lain oleh Direksi
Teknik, jumlah total titik monitoring tiap potongan melintang harus lima.
(e) Dimana Lapis Pondasi Tanah Semen telah dibangun dengan setengah
lebar jalan, dua titik pengujian yang terletak pada kedua sisi sambungan
memanjang harus digunakan sampai ganti titik pengujian pada sumbu
jalan.
(f) Titik monitoring yang sama harus digunakan untuk pengukuran tingi
permukaan dan pengujian Penetrometer. Pada umumnya pengujian-
pengujian Penetrometer hanya harus dilakukan setelah pemasangan dari
lapisan terakhir (paling atas) dari Lapis Pondasi Tanah Semen, tetapi
apabila pengujian-pengujian dilakukan pada lapisan-lapisan antara tanah
semen, juga titik-titik monitoring harus berangsur-angsur digeser ke
samping 20 cm di sepanjang jalan untuk setiap lapisan baru, untuk
menghindari kemungkinan dari ujung kerucut melewati material yang
sudah terganggu oleh pengujian sebelumnya di lapisan bawahnya.
Dalam hal dimana Lapis Pondasi Tanah Semen tidak memuaskan, yang
keburukannya diperkirakan karena kurang kadar semen, Direksi Teknik boleh
memerintahkan Penyedia untuk melaksanakan pengujian-pengujian sesuai
dengan AASHTO T 144 untuk menentukan dengan cara analitis kadar semen
yang sebenarnya dari contoh-contoh campuran semen tanah yang diambil dari
pekerjaan yang tidak sempurna tersebut.
Dalam hal dimana Lapis Pondasi Tanah Semen tidak memuaskan, yang
keburukannya diperkirakan karena kurang kadar bahan modifier, Direksi
Teknik boleh memerintahkan Penyedia untuk melaksanakan pengujian-
pengujian sesuai dengan DIN EN 196 untuk menentukan dengan cara analitis
kadar bahan modifier yang sebenarnya dari contoh-contoh campuran semen
tanah yang diambil dari pekerjaan yang tidak sempurna tersebut.
(a) Kuantitas Lapis Pondasi Tanah Semen yang diukur untuk pembayaran
adalah jumlah meter kubik dari pekerjaan yang diperlukan yang telah
selesai sebagaimana dijelaskan pada Seksi ini, dihitung dari perkalian
panjang bagian yang diukur, lebar rata-rata yang diterima dan tebal rata-
rata yang diterima. Pengukuran harus dikerjakan oleh Penyedia dan
diawasi oleh Direksi Teknik.
(b) Kuantitas Lapis Pondasi Tanah Semen yang diterima untuk pengukuran
harus tidak mencakup zona-zona dimana Lapis Pondasi Tanah Semen
tidak sekuat kekuatan yang dipersyaratkan atau disetujui, atau
mengandung material yang lepas atau terpisah, atau mengandung
(c) Tebal rata-rata yang diterima dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang
diukur untuk pembayaran untuk setiap bagian harus merupakan harga
rata-rata dari tebal-tebal yang diterima dari Lapis Pondasi Tanah Semen
yang diukur pada semua titik monitoring dalam bagian tersebut. Tebal
yang diterima dari Lapis Pondasi Tanah Semen pada setiap titik
monitoring harus merupakan tebal efektif yang seperti didefinisikan
dalam Paragraf 5.4.6 (5) (c) atau tebal yang dipasang seperti yang
didefinisikan dalam Paragraf 5.4.6 (5)(b) atau tebal nominal rancangan
seperti yang tercantum dalam Gambar Rencana, dipilih mana yang lebih
kecil. Tiga jenis ketebalan ini semuanya harus dimonitor pada titik
monitoring yang sama, yang letaknya harus seperti yang ditentukan
dalam Paragraf 5.4.6 (5).
(d) Lebar rata-rata yang diterima dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang
diukur untuk pembayaran untuk setiap bagian harus merupakan harga
rata-rata dari lebar yang diterima yang diukur pada semua penampang
melintang monitoring dalam bagian tersebut. Lebar yang diterima pada
setiap penampang melintang monitoring haruslah merupakan lebar
rancangan dari permukaan teratas dari Lapis Pondasi Tanah Semen
seperti ditunjukkan pada Gambar Rencana atau seperti yang disetujui
Direksi Teknik, atau lebar yang dipasang dari permukaan teratas dari
material yang diterima, dipilih mana yang lebih kecil. Lokasi dari
penampang-penampang melintang monitoring haruslah seperti yang
ditentukan dalam Paragraf 5.4.6 (5).
(e) Panjang dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang membujur di sepanjang
jalan harus diukur di sepanjang garis tengah jalan, dengan menggunakan
prosedur pengukuran teknik yang standar.
(f) Apabila pembetulan dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang tidak
memuaskan diperintahkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan Paragraf
5.4.1 (7), kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih
banyak dari pada kalau seandainya pekerjaan yang asli diterima. Tidak
ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau pembetulan
yang diperlukan.
Kuantitas dari Lapis Pondasi Tanah Semen yang diukur seperti diuraikan
diatas, dalam jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus dibayar menurut
Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran
yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
material, buruh, mesin-mesin pengolah, perkakas-perkakas, pengujian dan lain-
lain pekerjaan insidentil guna mendapatkan penyelesaian pekerjaan yang
memuaskan sesuai dengan Seksi ini.
5.5.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana dengan
toleransi tinggi permukaan + 1 cm terhadap tebal yang disyaratkan.
(b) Tidak boleh ada ketidak rataan pada permukaan sehingga dapat menahan
air dan semua punggung permukaan harus sesuai dengan yang tercantum
pada Gambar Rencana.
(4) Pelaporan
Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) tidak boleh dipasang atau disusun dan
dipadatkan sebelum formasi pekerjaan tersebut mendapat persetujuan dari
Direksi Teknik.
Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) tidak boleh dipasang, dihampar atau
dipadatkan pada waktu hujan, atau setelah hujan dimana kandungan kadar air
dari material tidak memenuhi syarat.
(b) Perbaikan Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) yang tidak memenuhi
persyaratan kepadatan, kesalahan pekerjaan pelaksanaan yaitu pada cara
pemasangan batu utama (induk) yang tidak betul, tidak vertikal, sehingga
timbul tidak ada kerja sama antara batuan induk, sehingga pemasangan
yang tidak beraturan ini dianggap gagal menurut Direksi Teknik, maka
Penyedia harus membongkar dan memasang kembali dengan posisi yang
betul dan mencakup pekerjaan pemadatan.
5.5.2 MATERIAL
Material Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) harus dipilih dari sumber yang
disetujui sesuai persyaratan dan hasil pengujian material yang tersedia.
Material yang dipilih untuk Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) harus terdiri
dari batu kali atau batu gunung yang dibelah atau dipecah dengan dimensi yang
memadai dan harus bebas dari material organik, gumpalan lempung atau benda
lain yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai kualitas sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan lapis pondasi yang kuat dan stabil.
(3) Jenis dan Dimensi Material
Penyiapan badan jalan harus memenuhi Seksi 3.4 - Penyiapan Badan Jalan dan
diberi drainase secukupnya sehingga tidak akan terjadi genangan air pada
badan jalan.
Diatas tanah dasar yang sudah disiapkan, dihampar pasir urug setebal 10-20
cm dan diratakan kemudian disusun batu kali atau batu gunung ukuran 15-20
cm secara berdiri dengan bidang memanjang arah vertikal, rapi dan berurutan.
Untuk susunan batu kali terlebih dahulu dipasang batu samping (tepi luar) yang
difungsikan sebagai batu pengikat.
Pelaksanaan terakhir, pada lapisan tersebut ditabur pasir kasar dan dipadatkan
dengan mesin gilas jenis Tandem Roller 6-8 ton dengan kecepatan kurang lebih
3 km/jam sampai permukaan mencapai bidang rata dan susunan konstruksi
menjadi kuat dan kokoh.
(4) Pengujian
(a) Pengujian pengendalian mutu rutin harus dilakukan untuk mencapai hasil
pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan dan Gambar Rencana untuk
memeriksa variabilitas material yang dikirim ke tempat pekerjaan.
(b) Jumlah dan jenis pengujian harus sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.
Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) harus diukur sebagai jumlah meter persegi
material yang dipasang langsung diatas permukaan tanah dasar, yang sesuai
dengan Gambar Rencana dan diterima oleh Direksi Teknik.
5.6.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana dengan
toleransi tinggi permukaan + 1 cm terhadap tebal yang disyaratkan.
(b) Tidak boleh ada ketidak rataan pada permukaan sehingga dapat menahan
air dan semua punggung permukaan harus sesuai dengan yang tercantum
pada Gambar Rencana.
(4) Pelaporan
5.6.2 MATERIAL
Material yang dipilih untuk agregat harus terdiri dari bahan-bahan yang bersih,
keras, awet, tidak banyak mengandung batu-batu lunak yang mudah hancur,
kotoran atau bahan lainnya.
Bila ditentukan oleh Direksi Teknik, untuk bahan kerikil, sebelumnya harus
diayak terlebih dahulu, sehingga agregat hasil dari pemecahan kerikil itu tidak
kurang dari 40 % beratnya terdiri dari partikel-partikel yang mempunyai
sekurang-kurangnya satu bidang pecah dengan ukuran sebagai berikut :
(b) Agregat pengunci dengan ukuran agregat terbesar 1,5 – 2,5 cm.
Minimum 40 % dari agregat dengan ukuran butir diatas 1 cm harus
memiliki paling sedikit satu bidang pecah (terpecah dua).
(c) Agregat penutup harus minimal sama dengan agregat pengunci dan harus
bersih dari kotoran dan bahan lain yang tidak diinginkan.
Kerikil pecah atau batu pecah untuk Lapis Pondasi Jalan Macadam
(Kering/Basah) terdiri dari pecahan kerikil atau batu yang mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
Bahan pengikat harus pasir atau hasil ayakan dengan plastisitas rendah P.I. 6%,
E.S. 30 (nilai ekivalen pasir). Tanah liat tidak boleh digunakan untuk
menambah plastisitas dari pada bahan pengikat.
Terpisah dari persiapan permukaan yang ada seperti tanah dasar yang kuat dan
penyiapan drainase, karena lapisan pondasi Macadam bergradasi terbuka,
mungkin perlu untuk menempatkan suatu lapisan penyaring dari pasir atau batu
pecah yang halus antara tanah dasar dan lapisan pondasi untuk menghindarkan
masuknya material permukaan tanah dasar kedalam lapisan pondasi yang telah
dipadatkan.
Lapisan penyaring ini tebalnya antara 2,5 sampai 8 cm dan tidak perlu
dipadatkan.
- Dump Truck
- Mesin Gilas Beroda Tiga
- Mesin Gilas Tandem
- Alat Penghampar (Paver)
- Motor Grader
- Alat bantu
- Penyediaan bahan
- Penimbunan bahan
- Pengawasan kualitas bahan
Padatkan lapisan agregat setelah langkah ketiga dan keempat. Alat yang
paling efisien untuk pemadatan jalan Macadam adalah mesin gilas roda
tiga 10-12 ton atau tandem roller atau mesin gilas bergetar. Kecepatan
mesin gilas harus sekitar 1,5 km/jam pada saat permulaan pemadatan dan
dapat ditingkatkan sampai 3 km/jam pada saat akhir pekerjaan.
5.7.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan semua buruh, peralatan, persediaan dan
material, dan melaksanakan seluruh pekerjaan dalam kaitannya dengan
pekerjaan Lapis Pondasi Bawah Campuran Semen; memasukkan, menyiapkan
dan mengangkut agregat, meletakkan dan membentangkan Lapis Pondasi
Bawah Campuran Semen; pencampuran, pembasahan atau pengeringan,
pemadatan, pembentukan dan penyelesaian, perawatan, pemeliharaan dan
termasuk pekerjaan khusus lainnya dalam pekerjaan Lapis Pondasi Bawah
Campuran Semen dan fasilitas yang berhubungan. Semua pekerjaan harus
dikerjakan sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar
Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang atau
sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Lapis Pondasi Bawah
Campuran Semen dapat dihamparkan untuk pemadatannya dengan salah satu
cara dengan pencampuran basah atau pencampuran setengah (semi) kering
dengan roller, tergantung dari kondisi cuaca dalam pelaksanaannya. Lapis
Pondasi Bawah Campuran Semen harus dibuat pada Peralatan Pencampur Pusat
(Central Mixing Plants).
(2) Lapis Pondasi Bawah Campuran Semen (Cement Treated Subbase / CTSB), yang
selanjutnya disebut CTSB adalah campuran agregat, semen dan air yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan diatas lapis permukaan yang telah
disiapkan. Pekerjaan CTSB pada umumnya dilaksanakan pada pekerjaan
pelebaran perkerasan jalan yang kurang dari 1.5 meter. Hal ini dimaksudkan
agar diperoleh tingkat pemadtan yang sempurna. Atau pada bahu jalan di
lokasi tanjakan dan tikungan, dimana pada lokasi-lokasi tersebut mudah terjadi
gerusan aliran air permukaan pada saat hujan.
5.7.2 MATERIAL
(1) Agregat
5.7 - 2
selama dibawa ke tempat pencampuran. Misalnya, jika bagian atas dari
agregat yang tidak terlindung dibawa ketempat pencampur menyebabkan
temperatur adukan menjadi sangat tinggi dan mutu CTSB menurun.
Agregat untuk CTSB harus sesuai dengan persyaratan pada Tabel 5.7.1.
Semua agregat untuk CTSB harus bebas dari bongkahan tanah lempung,
kotoran, unsur organik, atau unsur-unsur lain yang merugikan dan harus
berkualitas sedemikian sehihgga akan membentuk suatu CTSB yang
kuat dan stabil.
(2) Semen
Semen yang digunakan untuk CTSB adalah Portland cement biasa kecuali
ditunjukkan lain dalam gambar atau atas perintah Direksi Teknik. Semen harus
sesuai dengan persyaratan SII 0013-77 “Cement Portland” dari JIS R5210
“Portland Cement” atau AASHTO M85 (TYPE 1).
(3) Air
Air yang digunakan untuk CTSB harus mendapat persetujuan dari Direksi
Teknik. Air yang digunakan untuk mencampur, merawat atau pemakaian-
pemakaian yang lain harus bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula,
tumbuh tumbuhan atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap hasil
akhir. Bila dianggap perlu oleh Direksi Teknik air harus diperiksa dengan cara
membandingkan dengan air suling. Perbandingan harus dibuat dengan cara
pemeriksaan semen standar untuk kekekalan waktu pengikatan, kekuatan
adukan. Petunjuk-petunjuk tentang ketidak-kekalan perubahan waktu ikat sama
dengan atau lebih besar dari 30 menit, atau berkurangnya kekuatan adukan
lebih dari 10 % bila dibandingkan dengan air suling, sudah cukup sebagai
alasan untuk menolak penggunaan air semacam yang diperiksa tersebut
(AASHTO T26 - 79).
Uraian Persyaratan
Analisa Ayakan % lolos saringan dalam berat (1)
Ukuran Ayakan
1½ 95-100
¾ 50-100
No. 8 20-60
No. 200 0-15
Indek Plastisitas (2) 9 max
Kadar semen (3,4) 6%
Catatan :
1. Analisa ayakan agregat harus dilalakukan sesuai dengan AASHTO T27 atau JIT A 1102.
2. Dilakukan pada contoh-contoh yang sesuai dengan AASHTO T87 dan dipakai untuk
agregat sebelum pencampurannya dengan bahan pencampur untuk kestabilan.
3. Persentase terhadap kering agregat.
4. Ini adalah harga perkiraan, hanya berlaku untuk perkiraan biaya bagi Penyedia.
5.7.3 CAMPURAN
5.7 - 4
(c) Siapkan contoh-contoh dengan kadar semen yang bervariasi antara 1
atau 2 % terhadap jumlah semen yang diperkirakan mencapai
kekuatan optimum pada Pasal 5.5.3. l).
(d) Kekuatan tekan yang ditunjukkan pada umur 7 hari akan menentukan
kadar semen untuk mencapai kuat tekan yang diperlukan.
(1) Umum
(3) Pengangkutan
Semen, agregat dan air harus benar-benar sebanding seperti petunjuk Direksi
Teknik.
(2) Campuran
Waktu pencampuran harus sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik dan harus
dilanjutkan hingga adonan menjadi rata.
(3) Penghamparan
CTSB yang diproduksi secara basah bisa dihampar dengan peralatan tangan,
sedangkan CTSB yang diproduksi semi kering harus dihampar dengan paver.
5.7 - 6
Acuan samping yang disetujui harus dipasang pada ketinggian yang
benar dan perrnukaan akhir harus dibuat halus pada ketinggian yang sama
dengan perata atau penghalus tangan sesudah dilakukan pemadatan
dengan penggetar perata atau batang penumbuk.
Pada tiap-tiap hari akhir kerja, sambungan pelaksanaan kearah melintang harus
dibentuk dengan penutup atau dengan memotong sampai pada bagian material
yang padat untuk membuat permukaan melintang benar-benar tegak
Perlindungan terhadap sambungan pelaksanaan harus diselenggarakan
sedemikian sehingga pada waktu pengecoran, penghamparan, pembentukkan,
pemadatan material tidak akan merusak pekerjaan yang sudah dilaksanakan
lebih dahulu. Perlu perhatian khusus terhadap kepadatan material yaitu pada
bagian yang berdekatan langsung dengan seluruh sambungan pelaksanaan.
(6) Perawatan
CTSB harus dibentuk dan diakhiri sesuai garis-garis kemiringan dan penampang
yang diperlihatkan pada gambar rencana. Permukaan yang telah selesai tidak boleh
berselisih lebih dari 3 cm dari elevasi rencana. Permukaan yang selesai tidak boleh
menyimpang lebih dari 3 cm dari mistar lurus 3 m bila dipakai sejajar dengan atau
tegak lurus kepada sumbu jalan. Mistar lurus harus dipakai dengan overlaping
sebesar 1/2 dari panjang mistar pelurus. Perbedaan deviasi dari elevasi yang
direncanakan untuk lapis CTSB bagi perkerasan beton diantara 2 titik dalam jarak
20 cm tidak melebihi 1,5 cm. Ketebalan lapisan CTSB yang sudah selesai harus
berada diantara lebih kurang 10 % dari ketebalan rencana. Bila kekurangan itu lebih
dari 10 % dari ketebalan rencana, maka harus digaruk, material ditambahkan
Catatan :
Pada kasus dimana subgrade terlalu rendah dan Penyedia membuat CTSB 10 %
lebih tebal dari ketebalan rencana, padahal hasil akhir permukaan CTSB adalah masih
dalam toleransi diatas, Penyedia harus menanggung biaya dari tambahan CTSB yang
terpakai untuk mengganti kekurangan pada subgrade.
5.7.8 PEMELIHARAAN
Lapisan CTSB harus dipertahankan dalam kondisi yang baik selama konstruksi
yang berurutan. Kerusakan harus diperbaiki sampai memuaskan Direksi Teknik.
(a) Jumlah dari data pendukung pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal dari bahan akan seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, tetapi
akan mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam Paragraf 5.7.2
(1) pada paling sedikit 3 (tiga) contoh yang mewakili dari sumber bahan
yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili mutu rentang dari bahan
yang cenderung akan diperoleh dari sumber tersebut.
(b) Menyusul persetujuan mengenai mutu dari bahan untuk CTSB yang
diusulkan, seluruh rentang pengujian bahan yang dilakukan selanjutnya
harus diulang atas pertimbangan Direksi Teknik dalam hal tampak
perubahan dalam bahan atau dari sumbernya, atau dalam metode
produksinya.
(c) Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidak seragaman bahan yang
dibawa ke tempat pekerjaan. Cakupan dari pengujian harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5
(lima) pengujian indeks plastisitas, 5 (lima) pengujian gradasi partikel,
dan 1 (satu) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan
metode SNI 03-1971-1990. Pengujian CBR harus dilakukan pada waktu-
waktu tertentu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
5.7 - 8
(a) Kecuali kalau diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, pengambilan
contoh dan pengujian untuk pengendalian kadar air selama pemasangan
akan dilakukan pada jarak-jarak yang tidak lebih 100 meter di sepanjang
proyek, dan di setiap lokasi pengambilan contoh akan termasuk
pengambilan dan pengujian contoh-contoh sebagai berikut :
(i) Contoh dari material sewaktu baru disebarkan diatas jalan (untuk
menentukan kebutuhan pengeringan atau pembasahan sebelum
pemadatan).
(iii) Satu atau lebih contoh setelah pengadukan penambahan air kedalam
campuran CTSB (untuk memeriksa bahwa kadar air yang
ditentukan untuk pemadatan sudah dicapai).
(b) Angka-angka pengujian kadar air pada umumnya tidak akan didapatkan
sampai setelah setiap bagian dari pekerjaan dipadatkan, akan tetapi hasil-
hasil pengujian dari setiap hari kerja harus diperhitungkan untuk
mendapatkan optimalisasi di hari kerja berikutnya.
(a) Setelah pembuatan, keempat benda uji untuk pengujian kekuatan yang
diterangkan pada Paragraf 5.7.9 (3) diatas harus dikeraskan (cured)
didalam kantong plastik yang ditutup rapat-rapat dan udara didalamnya
lembab, dua benda uji tersebut harus dikeraskan didalam kantong sampai
waktu pengujian dimana yang dua lagi harus dikeluarkan dari kantong
plastik setelah pengerasan selama 3 hari dan direndam didalam bak air
untuk selama 4 hari sebelum benda-benda uji ini dapat diuji. Semua
empat benda uji harus diuji untuk test kekuatan pada umur 7. Angka
kekuatan rata-rata dari kedua hasil pengujian kekuatan dari benda yang
direndam didalam bak air yang didapat harus dicatat sebagai kekuatan
laboratorium dari CTSB untuk bagian pekerjaan yang mana benda-benda
uji tersebut diambil, dan harus dibandingkan dengan target strength yang
dicantumkan pada Tabel 5.7.3 atau yang ditentukan oleh Direksi Teknik.
Dari angka kekuatan laboratorium ini, kekuatan dari CTSB di lapangan
dapat diperkirakan dengan memberikan perkiraan dari derajat pemadatan
di lapangan, dan angkanya dibandingkan dengan angka minimum yang
ditentukan atau angka yang diberikan.
(b) Angka kekuatan rata-rata dari kedua hasil pengujian kekuatan dari benda
uji yang tidak direndam didalam bak air yang didapat harus dibandingkan
dengan angka rata-rata dari banyaknya tumbukan di lokasi dimana benda-
benda uji ini diambil, dan perbandingan ini akan digunakan oleh Direksi
Teknik untuk cek dan kalau dirasa perlu, menyesuaikan kalibrasai antara
kepadatan dan kekuatan.
(a) Ketebalan CTSB yang telah selesai harus dimonitor oleh Penyedia,
dibawah pengawasan Direksi Teknik, pada selang jarak 50 meter di
sepanjang jalan dengan cara pengukuran tinggi permukaan.
5.7 - 10
(b) Ketebalan di tempat dari CTSB yang telah selesai harus ditetapkan dan
dimonitor sebagai kalkulasi/perhitungan tinggi permukaan sebelum dan
sesudah pemasangan dari CTSB, pada titik-titik monitoring yang telah
diteliti sepanjang proyek setiap 50 meter.
(c) Pada setiap penampang melintang yang akan dimonitor untuk ketebalan
titik-titik yang akan diukur tingginya yang harus diberi jarak yang sama
satu dengan lainnya dan harus termasuk satu titik di garis tengah jalan,
satu titik pada tepi luar dari bahu keras (hard shoulder) di kedua sisi jalan,
dan titik-titik diantaranya sebagaimana diperlukan. Kecuali kalau
diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, jumlah total titik monitoring tiap
potongan melintang harus lima.
(d) Dimana CTSB telah dibangun dengan setengah lebar jalan, dua titik
pengujian yang terletak pada kedua sisi sambungan memanjang harus
digunakan sampai ganti titik pengujian pada sumbu jalan.
(1) Pengukuran
(a) Kuantitas CTSB yang diukur untuk pembayaran adalah jumlah meter
kubik dari pekerjaan yang diperlukan yang telah selesai sebagaimana
dijelaskan pada Seksi ini, dihitung dari perkalian panjang bagian yang
diukur, lebar rata-rata yang diterima dan tebal rata-rata yang diterima.
Pengukuran harus dikerjakan oleh Penyedia dan diawasi oleh Direksi
Teknik.
(b) Kuantitas CTSB yang diterima untuk pengukuran harus tidak mencakup
zona-zona dimana CTSB tidak sekuat kekuatan yang dipersyaratkan atau
disetujui, atau mengandung material yang lepas atau terpisah, atau
(c) Tebal rata-rata yang diterima dari CTSB yang diukur untuk pembayaran
untuk setiap bagian harus merupakan harga rata-rata dari tebal-tebal yang
diterima dari CTSB yang diukur pada semua titik monitoring dalam
bagian tersebut. Tebal yang diterima dari CTSB pada setiap titik
monitoring harus merupakan tebal seperti didefinisikan dalam Paragraf
5.7.9 (5) (b) atau tebal nominal rancangan seperti yang tercantum dalam
Gambar Rencana, dipilih mana yang lebih kecil.
(d) Lebar rata-rata yang diterima dari CTSB yang diukur untuk pembayaran
untuk setiap bagian harus merupakan harga rata-rata dari lebar yang
diterima yang diukur pada semua penampang melintang monitoring
dalam bagian tersebut. Lebar yang diterima pada setiap penampang
melintang monitoring haruslah merupakan lebar rancangan dari
permukaan teratas dari CTSB seperti ditunjukkan pada Gambar Rencana
atau seperti yang disetujui Direksi Teknik, atau lebar yang dipasang dari
permukaan teratas dari material yang diterima, dipilih mana yang lebih
kecil.
(e) Panjang dari CTSB yang membujur di sepanjang jalan harus diukur di
sepanjang garis tengah jalan, dengan menggunakan prosedur pengukuran
teknik yang standar.
(2) Pembayaran
Kuantitas dari CTSB yang diukur seperti diuraikan diatas, harus dibayar
menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang
terdaftar dibawah dan tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan
pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk pemasokan,
pencampuran, pemasangan, pemadatan, perawatan, perlengkapan dan perkakas
lainnya, penyelesaian akhir dan pengujian material yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan memelihara pekerjaan dan biaya-biaya lain yang perlu atau
lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang benar dari pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.
5.7 - 12
SEKSI 5.8
LAPIS PONDASI CAMPURAN SEMEN
(CEMENT TREATED BASE / CTB)
5.8.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Lapis Pondasi Campuran Semen (Cement Treated Base / CTB), yang
selanjutnya disebut CTB adalah campuran agregat, semen dan air yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada kadar air optimum. Secara
umum material agregatnya harus terdiri dari batu pecah, harus kuat,
keras, mudah dipadatkan, tahan gaya geser serta bebas dari material
lunak, retak dan berongga.
(2) Toleransi
(a) Tebal minimum Cement Treated Base (CTB) yang dihampar tidak
kurang dari tebal yang disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih
besar dari 10 mm dari tebal yang di syaratkan.
(b) Tebal rata-rata pada potongan melintang dari survai lapangan harus
tidak lebih atau kurang dari 10 % dari yang ditentukan.
(d) Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di hampar dengan tebal
lapisan melebihi 15 cm tebal padat, dan tidak dalam lapisan
kurang dari 7,5 cm tebal padat.
(f) Ukuran pada tepi lapisan Cement Treated Base (CTB) diukur dari
garis sumbu rencana tidak boleh kurang dari yang tertera dalam
Gambar Rencana.
AASHTO :
(4) Persetujuan
Cement Treated Base (CTB) tidak boleh dikerjakan pada waktu turun
hujan atau ketika kondisi lapangan sedang basah/becek.
(6) Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat dengan Cement Treated Base
(CTB) Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
(d) Apabila karena kualitas atau ketebalan lapisan Cement Treated Base
(CTB) tidak dimungkinkan keberadaannya sebagai lapisan konstruksi,
maka Penyedia harus melakukan pembongkaran dan penggantiannya.
(a) Semen harus sesuai dengan Standar Industri Indonesia, SII -13 -1977
Semen Tipe -1.
(b) Direksi Teknik mempunyai hak melaksanakan percobaan material
Semen untuk menjamin bahwa cara pengangkutan dan tempat
penyimpanan tidak dapat merusak Semen.
(c) Semua semen harus disimpan terlebih dahulu di tempat penyimpanan
dengan cara yang tepat/cocok.
(2) Air
Air harus sesuai dengan AASHTO T26-27 dan disetujui oleh Direksi
Teknik. Air harus bebas dari endapan dan dari zat yang merusak.
(3) Agregat
(1) Campuran Cement Treated Base (CTB) terdiri dari agregat, semen dan
air atas persetujuan Direksi Teknik Kadar semen harus ditentukan
berdasarkan percobaan laboratorium (laboratory test) dan percobaon
campuran (trial mix). Kadar air optimum harus ditentukan berdasarkan
percobaan laboratorium.
Apabila jumlahnya cukup dan hasil test silinder yang ada dapat memuaskan,
Direksi Teknik bisa memutuskan bahwa kualitas beton dapat diterima,
Direksi Teknik dapat mengurangi jumlah silinder menjadi tiga pasang
untuk setiap 1.000 m2 dari bagian yang dihampar setiap harinya.
(1) Disain campuran dalam Pasal 5.6.3 (1) harus dicoba di lapangan dengan
panjang pekerjaan Cement Treated Base (CTB) 50 m, dengan tebal
berdasarkan instruksi dari Direksi Teknik.
(4) Berdasarkan hasil percobaan lapangan sesudah 14 hari Direksi Teknik dapat
menyetujui Penyedia untuk meneruskan pekerjaan atau menginstruksikan
Kantraktor untuk membuat beberapa variasi percobaan yang lain.
(1) Pencampuran dari Cement Treated Base (CTB) harus dengan peralatan
continous mixing plant sistim ukuran berat untuk menjamin kebenaran porsi
setiap bahan dan harus dibuat pada Peralatan Pencampur Pusat (Central
Mixing Plants).
(2) Instalasi pencampuran harus dilengkapi dengan silo semen, tangki air (water
tank), feeding and matering devices yang akan menyalurkan agregat, semen
dan air kedalam mixer sesuai kuantitas yang dipersyaratkan dan campuran
yang homogen.
(3) Waktu pencampuran Cement Treated Base (CTB) terhitung pada waktu air
ditambahkan ke dalam campuran.
5.8.6 PENGANGKUTAN
(1) Cement Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck yang
disetujui oleh Direksi Teknik.
(2) Jumlah dan kapasitas Dump Truck harus berdasarkan Jadwal Proyek dan
kapasitas produksi alat pencampur (Mixer Plant).
(a) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base ) harus sesuai dengan Seksi ini
Seksi 5.1 termasuk, ketebalan, ukuran, elevasi, seperti terlihat pada
Gambar.
(b) Permukaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base ) harus bersih dan rata.
(3) Pemadatan
(b) Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan
Iebih dari 30 menit .
(e) Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar air
optimum dan maksimal sama dengan kadar air optimum ± 2 %.
(f) Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak
semen dicampur dengan air.
(a) Segera setelah pemadatan terakhir dan atas usul Direksi Teknik
bila permukaan telah cukup kering harus ditutup dengan
menggunakan:
(3) Percobaan/uji material harus dilakukan untuk setiap 1.000 meter kubik
Cement Treated Base (CTB).
(4) Disamping kepadatan dan kadar air campuran, campuran harus diuji kadar
semen dalam campuran, sesuai dengan AASHTO T 144 -86.
Cement Treated Base (CTB) dibayar berdasarkan meter kubik padat sesuai
dengan ukuran yang ada pada potongan melintang & memanjang dan
disetujui oleh Direksi Teknik.
Kuantitas yang disetujui dapat dibayar sesuai Harga Kontrak yaitu per meter
kubik, sesuai dengan daftar Mata Pembayaran dibawah ini dan dapat dilihat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga Satuan sudah termasuk
kompensasi penuh untuk pencampuran, pengangkutan,
penghamparan/penempatan, pemadatan, pemeliharaan, finising, testing dan
perbaikan permukaan termasuk pengaturan lalulintas dan semua kebutuhan
pengeluaran lainnya yang lazim dan pantas untuk menyelesaikan
keseluruhan dari pekerjaan yang ditentukan dalam Pasal ini.
6.1.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal pada
permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan
Pelaburan Aspal atau Lapisan Campuran Aspal. Pada umumnya Lapis Resap
Pengikat (prime coat) harus digunakan pada permukaan yang bukan beraspal
(misalnya Lapis Pondasi Agregat / Batu Pecah ), sedangkan Lapis Perekat
(tack coat) harus digunakan pada permukaan yang beraspal ( seperti Lapis
Penetrasi Makadam yang ada, Aspal beton, ATB, HRS, Pelaburan Aspal dll. ).
Lapis Resap Pengikat harus dipasang hanya pada permukaan yang kering atau
sedikit lembab, dan Lapis Perekat harus dipasang hanya pada permukaan yang
benar-benar kering. Pemasangan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat
harus tidak dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
Kecuali mendapat persetujuan lain dari Direksi Teknik pekerjaan pemasangan
Lapis Resap Pengikat harus dilakukan selama musim kering.
(4) Kuantitas Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapis
dan tampak merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau
berlebihan aspalnya.
Dalam hal Lapis Perekat, permukaan harus mempunyai daya lekat yang cukup
pada waktu pengerjaan pelapisan ulang. Untuk penampilan yang kelihatan
Dalam hal Lapis Resap Pengikat, setelah pengeringan selama 4 hingga 6 jam,
bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi, meninggalkan
sebagian bahan pengikat untuk menunjukkan bahwa permukaannya berwarna
hitam atau abu-abu tua yang merata dan tidak porous. Tekstur untuk
permukaan lapis pondasi agregat, harus rapi dan harus tidak ada genangan atau
lapisan tipis bahan pengikat atau bahan pengikat yang bercampur dengan
agregat halus yang cukup tebal harus dikikis dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memuaskan
harus seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik dan termasuk pembuangan
bahan berlebihan, penggunaan agregat penutup, atau pengerjaan pelapisan
tambahan seperlunya. Lubang kecil dari Lapis Resap Pengikat harus ditutup
sesuai dengan pengembalian kondisi perkerasan yang ada dan pengembalian
kondisi bahu jalan pada jalan berpenutup. Direksi Teknik mungkin
memerintahkan lubang yang besar atau kerusakan lain dibongkar dengan
penggaruk dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti
oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat.
(5) Pelaporan
(a) Contoh aspal sejumlah 5 liter dari setiap bahan bitumen yang diusulkan
oleh Penyedia untuk digunakan dalam pekerjaan dilengkapi sertifikat dari
pabrik pembuatnya, diserahkan sebelum konstruksi dimulai. Sertifikat
tersebut harus menjelaskan bahwa bahan pengikat memenuhi ketentuan-
ketentuan Spesifikasi dan kelas yang sesuai untuk bahan pengikat untuk
Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang menggunakan aspal
emulsi. Sebagaimana tabel 6.1.1.
(b) Harus disiapkan catatan yang memuaskan untuk sertifikat kalibrasi dari
semua instrument dan meteran pengukur dan tongkat celup ukur untuk
distributor aspal, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.1.3 (3) dan (4), dan
diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai.
Tongkat celup ukur, alat instrumen dan meteran ukur harus
dikalibrasikan dengan toleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuannya
seperti diuraikan dalam Paragraf 6.1.3{4} dan tanggal pelaksanaan
kalibrasi harus tidak lebih dua tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
(c) Bahan bitumen tidak boleh dibuang kedalam sembarang selokan atau
saluran air.
6.1.2 MATERIAL
Bahan aspal untuk Lapis resap pengikat salah satu dari yang dibawah ini,
seperti yang ditentukan oleh Direksi Teknik :
(a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat harus dari jenis aspal semen
AC-10 ( yang kurang lebih ekivalen Aspal Pen 80/100 ) atau AC-20
( yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen 60/70 ), yang memenuhi
persyaratan-persyaratan AASHTO M 226-80, dicairkan dengan minyak
(b) Bahan Aspal emulsi jenis sedang dan lambat waktu mengerasnya yang
memenuhi ketentuan AASHTO M 140 atau M 208 dapat digunakan
sebagai lapis resap pengikat. Direksi Teknik tidak boleh mengijinkan
atau meminta pengenceran emulsi dengan air.
(c) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas lapis resap pengikat, maka
harus disediakan bahan penyerap (blotter material) atau Agregat penutup
untuk Lapis Resap Pengikat, yang merupakan hasil penyaringan kerikil
atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran lemah atau lunak, bahan
kohesi atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 % harus lolos saringan
ASTM 3/8 inci (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 % harus lolos saringan
ASTM 2,36 mm ( No. 8 ).
Bahan aspal untuk Lapis Perekat harus salah satu dari yang dibawah ini,
seperti yang ditentukan oleh Direksi Teknik :
(a) Salah satu jenis aspal semen AC-10 ( yang kurang lebih ekivalen Aspal
Pen 80/100 ) atau AC-20 ( yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen
60/70 ) yang memenuhi AASHT0 M 226-80, diencerkan dengan 25
sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.
(b) Aspal emulsi yang cepat waktu mengerasnya memenuhi ketentuan
AASHTO M 140 atau M 208. Penyedia tidak diperkenankan
memproduksi aspal emulsi sendiri tanpa persetujuan Direksi.
6.1.3 PERALATAN
(a) Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan harus
mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda bila
dibebani penuh harus tidak boleh melampaui ketentuan yang
dipersyaratkan pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan kecepatan
penuh.
(3) Peralatan
(b) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang
dihasilkan oleh distributor harus diuji dengan cara melintaskan batang
semprot diatas daerah pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang ditutupi
dengan lembaran serap yang bagian belakangnya tak tembus aspal, yang
beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan
berat harus dipakai dalam menentukam takaran rata-rata untuk setiap
lembar diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak
boleh melampaui 15 % takaran rata-rata.
(c) Ketelitian yang dapat dicapai distributor terhadap suatu sasaran takaran
pemakaian tertentu harus diuji dengan cara pengujian distribusi
melintang pada (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimun sepanjang
200 meter harus digunakan dan kendaraan harus dijalankan dengan
kecepatan tetap sehingga dapat mencapai sasaran takaran pemakaian
yang telah ditentukan lebih dahulu yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik. Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama,
harus dipasang 3 kertas hisap yang berjarak sama. Kertas hisap tidak
boleh dipasang dalam jarak 0,5m dari sisi bidang yang disemprot atau
dalam jarak l0 m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang
diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas hisap tidak boleh
Dalam hal ini, untuk tujuan pengujian ini, distributor aspal minimum
harus berisi 70 % dari kapasitasnya untuk setiap satu pemakaian.
(a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan
dilaksanakan pada perkerasan jalan yang ada atau permukaan bahu,
semua kerusakan perkerasan jalan atau bahu harus diperbaiki menurut
ketentuan yang dipersyaratkan.
(b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan
dilaksanakan pada perkerasan jalan atau permukaan bahu yang baru,
perkerasan jalan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya
dan memenuhi persyaratan yang ada yang sesuai dengan lokasi dan jenis
permukaan baru itu.
(c) Permukaan yang akan dilapis itu harus dipelihara menurut standar-
standar (a) dan (b) diatas sehingga pekerjaan pelapisan dilaksanakan.
(d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, debu dan bahan kotoran lainnya
harus disingkirkan terlebih dahulu dari permukaan dengan memakai sikat
mekanis atau semprotan angin atau kombinasi kedua-duanya. Jika
pemakaian alat ini tidak menghasilkan permukaan bersih yang rata maka
bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan lagi dengan sapu
ijuk.
(g) Untuk pelaksanan Lapis Resap Pengikat diatas lapis pondasi agregat
Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik
agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat
halus tidak akan diterima.
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi
untuk Pondasi Agregat Kelas A, 0,2 sampai
1,0 liter per meter persegi untuk Pondasi
Tanah Semen.
Batas-batas
Jenis Bahan Pengikat
Suhu Semprotan
Cutback, 25 pph Minyak Tanah 110 ± 100 C
Cutback, 50 pph Minyak tanah (jenis Cutback,
70 ± 100 C
MC - 70)
Cutback, 75 pph Minyak tanah (jenis Cutback,
45 ± 100 C
MC - 30)
Cutback, 100 pph Minyak Tanah 30 ± 100 C
Cutback, lebih dari 100 pph Minyak Tanah Tidak dipanaskan
Tidak
Aspal emulsi
dipersyaratkan
(c)
Jumlah pemanasan yang berlebihan dari yang dibutuhkan atau
pemanasan yang berkelanjutan pada temperatur tinggi haruslah dihindari.
Setiap material yang menurut pendapat Direksi Teknik, telah rusak akibat
pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas biaya
Penyedia.
(3) Pemasangan Pelapisan
(a) Panjang permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprot
harus diukur dan ditandai diatas tanah. Kalau digunakan Lapis Resap
Pengikat, batas-batas dari daerah yang akan disemprot harus ditandai
dahulu memakai cat benang pembatas.
(d) Alur yang dilindungi/ditutup, kertas semen atau bahan sejenisnya yang
tidak porous kenyal harus dihampar pada daerah permulaan dan akhir
dari permukaan yang akan diaspal. Aliran aspal ke nozel harus dimulai
dan dihentikan pada saat memasuki batas pelindung, dengan demikian
seluruh nozel bekerja dengan baik pada sepanjang bidang jalan yang
akan dilapisi. Lebar kertas pelindung harus sedemikian rupa sehingga
sasaran tersebut diatas dapat dicapai.
(e) Aspal distributor harus mulai bergerak tak boleh kurang 5 meter dimuka
daerah yang disemprot dengan demikian kecepatan jelajahnya tepat
sesuai ketentuan, bila batang semprot mencapai lembaran kertas dan
kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir dari
pemakaian bahan pengikat. Lembaran kertas harus segera disingkirkan
dan dibuang sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(f) Harus disiapkan cadangan aspal pengikat sebesar 10 %, atau sesuai yang
ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam tanki aspal distributor untuk setiap
selesai semprotan lari, hal ini dimaksudkan untuk mencegah udara yang
terperangkap dalam sistem penyemprotan dan sebagai cadangan untuk
pemakaian aspal.
(g) Jumlah pemakaian bahan pengikat (aspal) pada setiap semprotan lari
harus segera diukur memakai meteran tongkat celup kedalam tanki
distributor dan dilaksanakan sebelum dan sesudah penyemprotan.
(a) Penyedia harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis
Aspal Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan
dalam Paragraf 6.1.1 (5) sampai lapisan berikutnya dipasang. Lapisan
berikut tersebut hanya dapat dipasang setelah lapisan pertama dibiarkan
untuk beberapa waktu untuk memberi kesempatan terserap dan mengeras
secara penuh, hal ini untuk mencegah terjadinya aliran aspal ke
permukaan dan pelunakan pada lapis berikutnya.
Dalam hal Lapis Resap Pengikat yang akan dilapis dengan laburan
permukaan, periode pengunduran waktu harus menurut petunjuk Direksi
Teknik, minimum dua hari dan biasanya tak boleh lebih dari empat belas
hari, tergantung dari lalu lintas, cuaca, bahan pengikat dan bahan pondasi
yang digunakan.
(b) Lalu lintas harus tidak diijinkan melintasi permukaan sampai bahan aspal
telah meresap dan mengering dan, menurut pendapat Direksi Teknik,
tidak akan melekat dibawah beban lalu lintas. Dalam keadaan khusus
dimana perlu untuk mengijinkan lalu lintas melintasinya sebelum waktu
Lapis Perekat harus dipasang hanya sesaat sebelum pemasangan lapis aspal
berikut diatasnya untuk memperoleh kondisi yang tepat dari kelengketannya.
Lapisan aspal berikut diatasnya tersebut harus dipasang sebelum lapis pengikat
hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebih, oksidasi, debu yang
tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis pengikat dalam keadaan tidak tertutup,
Penyedia harus melindunginya dari kerusakan dan mencegah berkontak
dengan lalu lintas.
(1) Contoh aspal emulsi dan sertifikat mutu dari pabrik, seperti dipersyaratkan
dalam Paragraf 6.1.1 (5) (a) harus disediakan pada setiap pengiriman aspal
emulsi ke lapangan pekerjaan atau base camp.
(3) Aspal distributor harus diperiksa dan diuji sesuai dengan ketentuan Paragraf
6.1.3 (6) sebagai berikut :
(b) Setiap 6 bulan atau setiap 150.000 liter dari bahan pengikat yang telah
disemprotkan oleh distributor, dipilih yang paling sering.
(a) Kuantitas dari material aspal yang diukur untuk pembayaran haruslah
jumlah liter pada 150 C yang diperlukan yang memenuhi persyaratan dan
diterima Direksi Teknik, atau haruslah jumlah liter yang sesungguhnya
pada 150 C yang digunakan dan diterima, yang mana lebih sedikit.
Pengukuran volume harus diambil ketika material berada pada
temperatur yang merata dalam keseluruhan volume dan bebas dari
gelembung udara. Kuantitas dari aspal yang digunakan harus ditentukan
setelah setiap lintasan penyemprotan (lampiran 6.1) untuk konversi
temperatur di lapangan terhadap temperatur standar pengukuran 150 C.
Bila perbaikan dari Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak
memuaskan telah diperintahkan Direksi Teknik dibawah Paragraf 6.1.1 (4)
diatas, kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan
dibayar bila pekerjaan awal (semula) dapat diterima. Tidak ada pembayaran
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.2.1 UMUM
(1) Uraian
Tidak boleh ada pekerjaan lapis Laburan Aspal (Buras) yang dilakukan diatas
perkerasan basah, selama hujan, bila hujan tampaknya akan turun atau sewaktu
angin kencang. Pekerjaan Laburan Aspal (Buras) hanya dapat dilaksanakan
selama musim kemarau, dan bila cuaca kemungkinan tetap baik paling tidak
dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan.
(4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi
Teknik sebelum pekerjaan Laburan Aspal (Buras) dimulai, untuk menentukan
apakah permukaan jalan yang ada telah benar-benar dipersiapkan dan telah
dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan dalam Paragraf 6.2.4 (2). Pihak
Penyedia tidak diperkenankan memulai pekerjaan Laburan Aspal (Buras)
sebelum mendapat izin tertulis dari Direksi Teknik.
Pekerjaan Laburan Aspal (Buras) yang telah selesai harus dapat memuaskan
Direksi Teknik dan permukaannya harus terlihat seragam, dan bentuknya
menerus, terkunci dengan rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-lubang atau
tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal.
(6) Pelaporan
Pihak Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini:
(a) Contoh aspal sejumlah 5 liter yang diusulkan oleh Penyedia untuk
dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan sertifikat dari Pabrik Pembuat,
dan harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
(b) Suatu catatan yang memuaskan dari sertifikat kalibrasi dari semua
perlengkapan/peralatan dan meteran dan tongkat celup dari alat distribusi
aspal, harus diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum
pekerjaan konstruksi dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran
harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan ketentuan-ketetuan dan
tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh lebih dari dua tahun
terhitung sebelum saat dimulainya konstruksi.
(e) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan
lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil
pengujian atas agregat laburan sesuai persyaratan Artikel 6.2.5 dan harus
dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum timbunan agregat laburan akan
digunakan dalam pekerjaan.
(f) Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja,
menurut Artikel 6.2.5. Catatan harian pekerjaan Laburan Aspal (Buras)
yang telah dilaksanakan dan takaran penggunaan material menurut
Artikel 6.2.5.
(a) Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya di dekat daerah
yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan
tersemprot.
(b) Tidak boleh ada material aspal yang terbuang kedalam selokan samping
atau saluran.
(b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru sebelum paling
tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat yang dilapisi untuk
memperkecil resiko agregat terganggu. Jika kendaraan diijinkan lewat
diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas yang diijinkan dengan tulisan
“ASPAL CAIR” dan “20 km/jam” harus disediakan. Kerucut-kerucut,
rambu lalu lintas dan penghalang-penghalang harus digunakan untuk
mendapatkan suatu rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang
belum padat atau permukaan aspal yang masih terbuka.
(c) Pengawasan dan pengendalian penuh pada posisi, arah dan kecepatan
lalu lintas, menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas,
harus berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan
pelaburan dalam tiap bagian sampai paling tidak 48 jam setelah
pekerjaan pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas
dilanjutkan sampai suatu periode tanpa gangguan selama 48 jam pada
cuaca bagus berlalu, keculi karena diperintahkan oleh Direksi Teknik.
6.2.2 MATERIAL
(a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil
pecah atau batu pecah atau pasir alam, bebas dari kotoran, lempung, debu
atau benda yang dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari aspal.
(c) Agregat penutup harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan
bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut :
(d) Gradasi agregat penutup yang digunakan harus sesuai dengan Tabel 6.2.2
(1) dibawah.
Ukuran Ayakan
Persen Berat Lolos
ASTM (mm)
10 100
No. 4 75 - 100
No. 8 0 - 10
No. 200 0-2
(a) Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70), memenuhi
persyaratan AASHTO M 226-80, diencerkan memakai minyak tanah
sesuai ketentuan Tabel 6.2.2 (2).
17,5 13 15 151
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
30,0 3 5 177
32,5 1 3 182
34,0 0 2 185
> 36 0 0 187
Additive yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik dan perbandingan campuran (pph) dari bahan tersebut dengan
material aspal harus menurut ketentuan yang dipersyaratkan oleh pabrik
pembuatnya. Bahan adhesi tidak boleh disimpan lebih dari 10 jam
didalam bahan pengikat yang panas atau dapat disimpan kalau diberi
tambahan bahan adhesi.
(c) Dimana minyak tanah atau bahan adhesi yang ditambahkan pada material
aspal pencampurannya harus merata, caranya dengan mensirkulasikan
bahan tersebut pada seluruh tangki. Variasi hasil adukan tersebut boleh
melebihi + 2 pph minyak tanah dari persyaratan campuran bahan
pengikat berdasarkan pada hasil pada dua liter contoh dan setiap
campuran bahan pengikat. Jika pencampuran hendak dibuat didalam
distributor aspal, maka syaratnya semua bahan aspal didalam distributor
harus disirkulasikan paling kurang 30 menit pada kecepatan penuh
pompa (pada sirkulasi mode intern) atau menurut waktu yang lebih lama
diperlukan sehingga dicapai campuran yang rata pada suhu yang merata.
6.2.3 PERALATAN
Peralatan yang akan digunakan harus termasuk Distributor Aspal yang dapat
menyemprot sendiri, dua mesin giling roda karet, alat penebar agregat paling
kurang 2 (dua) dump truk tongkang belakang, sapu lidi dan sikat dan peralatan
untuk menuang drum dan untuk memanaskan bahan aspal.
(a) Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan harus
mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda bila
dibebani penuh harus tidak boleh melampaui ketentuan yang disyaratkan
pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan kecepatan penuh.
Mesin giling roda karet harus mempunyai lebar pemadatan total tak boleh
kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. Dengan
menunjuk ketentuan dari Paragraf 6.2.4 (5) (a) Direksi Teknik dapat
menyetujui pemakaian mesin giling roda baja untuk penunjang, tapi tidak
mengganti mesin giling roda karet.
(6) Sikat
Sapu ijuk kasar untuk re-distribusi agregat dan sikat mekanis untuk
menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.
Peralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia demi untuk
meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau telah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik.
(a) Takaran pemakaian bahan aspal pengikat, untuk setiap permukaan yang
akan dilabur dan untuk setiap bagian jalan, harus ditetapkan oleh Direksi
Teknik, tergantung pada ukuran terkecil rata-rata dari agregat penutup,
komposisi dari bahan aspal pengikat, kondisi dan tekstur dari permukaan
yang ada dan jenis serta kepadatan dari lalu lintas yang akan
menggunakan jalan. Selanjutnya Direksi Teknik dapat memodifikasi
takaran pemakaian, tergantung pada hasil-hasil percobaan di lapangan
yang dilaksanakan oleh Penyedia sesuai petunjuk atau perintah Direksi
Teknik.
(a) Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat, maka
pemukaan tersebut harus benar-benar bersih dari kotoran-kotoran dan
bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan pembersihan
harus dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau peniup debu atau
kedua-duanya. Jika hasil pekerjaan pembersihan belum didapat hasil
yang merata, maka bagian-bagian yang belum besih dapat dibersihkan
memakai sapu kawat baja.
(b) Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi melebihi 10° C dari
harga-harga yang telah diberikan dalam Tabel 6.2.2 (2).
(c) Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa pemakaian bahan aspal
setiap lintasan semprotan hanyalah dilaksanakan setengah lebar atau
lebih kecil dari lebar rencana dan bila hal tersebut dilaksanakan maka
harus ada satu jalur tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang jalur yang
berdekatan. Lebar jalur sambungan longitudinal yang 20 cm ini, harus
tetap dibiarkan tidak diberi agregat penutup sampai penyemprotan di
daerah sampingnya tumpang tindih diatas sambungan 20 cm. Hal yang
sama dilakukan pada lebar penyemprotan, yang harus lebih besar dari
pada lebar yang akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari
tepi bahu jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat takaran
pemakaian aspal yang kurang pada bagian tepi, karena tidak terjadi
tumpang tindih dari aspal yang tersemprot keluar dari nozel.
(d) Lembaran pelindung alur dari kertas bangunan atau material yang sama
yang tidak berpori, dan lentur, dihamparkan diatas permukaan pada titik
mula dan bagian akhir setiap lintasan semprotan. Aliran yang melalui
(f) Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap lintasan
semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur dengan cara
mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan sesudah setiap
lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian semprot tangan.
(g) Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap lintasan semprot
dimaksudkan sebagai hasil kali panjang dari lintasan semprot antara alur
yang terlindung lembaran dan lebar efektif dari semprotan yang
didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nozel yang bekerja dan jarak
antara nozel yang berdekatan.
(h) Ukuran-ukuran dari daeran jalan yang telah tertutup di setiap daerah yang
disemprot tangan harus diukur dan luasnya dihitung segera setelah
penyemprotan daerah tersebut selesai.
(i) Takaran rata-rata pemakaian bahan aspal pengikat pada setiap lintasan
semprot atau daerah yang disemprot tangan, didefinisikan dari bahan
pengikat aspal yang digunakan dibagi luas daerah yang tertutup aspal,
dan jumlahnya harus sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik sesuai dengan Paragraf 6.2.4 (1)(a) dengan toleransi sebagai
berikut:
(b) Agregat pasir dihampar merata diatas permukaan yang telah disemprot
aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi
Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup hamparan agregat atau tidak
tertutup dengan cukup, harus segera ditutup kembali menggunakan
peralatan penghampar atau memakai tangan seperlunya sampai
memberikan suatu permukaan yang tertutup seluruhnya dan seragam.
Setiap kelebihan agregat hamparan dari jumlah takaran yang disyaratkan
atau diperintahkan harus dihamparkan kembali dan didistribusikan secara
merata diatas permukaan jalan memakai garpu baja atau singkirkan
bahan tersebut dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(b) Penggilasan harus segera dimulai setelah agregat telah disebarkan dan
redistribusi memakai sapu dan harus dilanjutkan sampai seluruh daerah
tersebut telah mengalami penggilasan penuh sebanyak enam kali.
(1) Contoh aspal dan sertifikatnya sesuai dengan ketentuan Paragraf 6.2.1 (6)(a),
harus disediakan untuk penyerahan aspal di lapangan.
(2) Dua liter contoh aspal laburan yang telah dicampur harus diambil dari
(b) Setiap 6 bulan atau 150.000 liter aspal yang telah disemprot oleh
distributor diambil yang mana lebih sering.
(c) Setelah terjadi kecelakaan atau diadakan modifikasi pada distributor, atau
ada kejadian lain yang menurut pendapat Direksi Teknik perlu diadakan
pemeriksaan ulang terhadap distributor.
(4) Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan harian, termasuk pemakaian
aspal pengikat pada setiap lintasan semprotan dan takaran pemakaian yang
dicapai, harus dibuat dalam formulir standar.
Nomor Mata
Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
6.3.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan satu lapis laburan bahan chip
untuk penutup permukaan, lapisan ini diberi bahan pengikat aspal dan ditutup
dengan agregat chip. Lapis penutup permukaan bisa ditempatkan diatas suatu
lapis Pondasi Agregat Kelas A yang baru dikerjakan dan sudah diberikan lapis
peresap, atau pada suatu lapisan aspal yang sudah ada.
Tidak boleh ada pekerjaan lapis Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) yang
dilakukan diatas perkerasan basah, selama hujan, bila hujan tampaknya akan
turun atau sewaktu angin kencang. Pekerjaan Laburan Aspal Satu Lapis
(Burtu) hanya dapat dilaksanakan selama musim kemarau, dan bila cuaca
kemungkinan tetap baik paling tidak dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan.
(4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi
Teknik atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Laburan Aspal Satu Lapis
(Burtu) dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang ada telah
benar-benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan
dalam Paragraf 6.3.4 (2). Pihak Penyedia tidak diperkenankan memulai
pekerjaan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) sebelum mendapat izin tertulis
dari Direksi Teknik.
Pekerjaan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) yang telah selesai harus dapat
memuaskan Direksi Teknik dan permukaan harus terlihat seragam dan
bentuknya menerus, terkunci dengan rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-
lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal.
Pekerjaan perbaikan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) yang tidak memuaskan
harus sesuai petunjuk Direksi Teknik dan termasuk pula bagian pekerjaan
penyingkiran atau penambahan material, penyingkiran seluruh material dan
pekerjaan penggantian, pekerjaan pelapisan ulang seluruh pekerjaan dengan
Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) yang baru sesuai keperluan sampai
didapatkannya suatu hasil pekerjaan yang memuaskan.
(6) Pelaporan
Pihak Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini:
(a) Contoh aspal sejumlah 5 liter yang diusulkan oleh Penyedia untuk
dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan Sertifikat dari Pabrik Pembuat,
dan harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa material pengikat tersebut
sesuai dengan Spesifikasi dan tingkat yang dipersyaratkan untuk Aspal
Laburan, seperti diberikan dalam Paragraf 6.3.2 (2).
(b) Suatu catatan yang memuaskan dari sertifikat Kalibrasi dari semua
perlengkapan/peralatan dan meteran dan tongkat celup dari Alat
Distribusi Aspal, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.3.3 (2) dan (3) harus
diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum pekerjaan konstruksi
dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai
toleransi ketelitian dan ketentuan-ketetuan seperti diuraikan dalam
Paragraf 6.3.3 (3) dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh
lebih dari dua tahun terhitung sebelum saat dimulainya konstruksi.
(e) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan
lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan.
(f) Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja,
menurut Artikel 6.3.5.
Catatan harian pekerjaan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) yang telah
dilaksanakan dan takaran penggunaan mateial menurut Artikel 6.3.5.
(a) Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat daerah
yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan
tersemprot.
(b) Tidak boleh ada material aspal yang terbuang kedalam selokan samping
atau saluran.
(b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru sebelum paling
tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat yang dilapisi untuk
memperkecil resiko agregat terganggu. Jika kendaraan diijinkan lewat
diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas yang diijinkan dengan tulisan
“ASPAL CAIR” dan “20 km/jam” harus disediakan. Kerucut-kerucut,
rambu lalu lintas dan penghalang-penghalang harus digunakan untuk
mendapatkan suatu rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang
belum padat atau permukaan aspal yang masih terbuka.
(c) Pengawasan dan pengendalian penuh pada posisi, arah dan kecepatan
lalu lintas, menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas,
harus berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan
pelaburan dalam tiap bagisn sampai paling tidak 48 jam setelah pekerjaan
pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas dilanjutkan sampai
suatu periode tanpa gangguan selama 48 jam pada cuaca bagus berlalu,
keculi karena diperintahkan oleh Direksi Teknik.
6.3.2 MATERIAL
(a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil
pecah atau batu pecah, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda
yang dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari aspal.
(c) Agregat penutup harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan
bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut :
(d) Batas ukuran partikel agregat laburan untuk Laburan Aspal Satu Lapis
(Burtu) ditentukan dalam ukuran agregat kecil, menurut Tabel 6.3.2 (1)
dibawah.
Persentase
Ukuran Persentase
Ukuran Ukuran Terkecil
Terkecil Rata- Maksimum
Nominal Rata (ALD) Rata-rata Dalam
Lolos Saringan
(mm) Batas 2,5 mm
Berkisar 4,75 mm
Dari ALD
13 6,4 – 9,5 65 2
(a) Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau dari AC-20
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70), memenuhi
persyaratan AASHTO M 226-80, diencerkan memakai minyak tanah
sesuai ketentuan Tabel 6.3.2 (2).
17,5 13 15 151
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
30,0 3 5 177
32,5 1 3 182
34,0 0 2 185
> 36 0 0 187
Additive yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik dan perbandingan campuran ( pph ) dari bahan tersebut dengan
material aspal harus menurut ketentuan yang dipersyaratkan oleh pabrik
pembuatnya. Bahan adhesi tidak boleh disimpan lebih dari 10 jam
didalam bahan pengikat yang panas atau dapat disimpan kalau diberi
tambahan bahan adhesi.
(c) Dimana minyak tanah atau bahan adhesi yang ditambahkan pada material
aspal pencampurannya harus merata, caranya dengan mensirkulasikan
bahan tersebut pada seluruh tangki. Variasi hasil adukan tersebut boleh
melebihi + 2 pph minyak tanah dari persyaratan campuran bahan
pengikat berdasarkan pada hasil pada dua liter contoh dan setiap
campuran bahan pengikat. Jika pencampuran hendak dibuat didalam
distributor aspal, maka syaratnya semua bahan aspal didalam distributor
harus disirkulasikan paling kurang 30 menit pada kecepatan penuh
pompa (pada sirkulasi mode intern) atau menurut waktu yang lebih lama
diperlukan sehingga dicapai campuran yang rata pada suhu yang merata.
6.3.3 PERALATAN
Peralatan yang akan digunakan harus termasuk Distributor Aspal yang dapat
(a) Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan harus
mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda bila
dibebani penuh harus tidak boleh melampaui ketentuan yang
dipersyaratkan pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan kecepatan
penuh.
Mesin giling roda karet harus mempunyai lebar pemadatan total tak boleh
kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. Dengan
menunjuk ketentuan dari Paragraf 6.3.4 (5) (a). Direksi Teknik dapat
menyetujui pemakaian mesin giling roda baja untuk penunjang, tapi tidak
mengganti mesin giling roda karet.
(6) Sikat
Sapu ijuk kasar untuk re-distribusi agregat dan sikat mekanis untuk
menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.
Peralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia demi untuk
meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau telah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik.
(a) Takaran pemakaian bahan aspal pengikat, untuk setiap permukaan yang
akan dilabur dan untuk setiap bagian jalan, harus ditetapkan oleh Direksi
Teknik, tergantung pada ukuran terkecil rata-rata dari agregat penutup,
komposisi dari bahan aspal pengikat, kondisi dan tekstur dari permukaan
yang ada dan jenis serta kepadatan dari lalu lintas yang akan
menggunakan jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam Seksi ini.
Selanjutnya Direksi Teknik dapat memodifikasi takaran pemakaian,
tergantung pada hasil-hasil percobaan di lapangan yang dilaksanakan
oleh Penyedia sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(a) Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat, maka
pemukaan tersebut harus benar-benar bersih dari kotoran dan bahan-
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan pembersihan harus
dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau peniup debu atau kedua-
duanya. Jika hasil pekerjaan pembersihan tidak merata, maka bagian-
bagian yang belum besih dapat dibersihkan memakai sapu kawat baja.
(e) Permukaan lama yang belum beraspal, sebelum dilaburi Laburan Aspal
Satu Lapis (Burtu) harus terlebih dahulu diberi lapis resap pengikat,
sesuai ketentuan-ketentuan dalam Seksi 6.1 - Lapis Resap Pengikat dan
Lapis Perekat. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi lapis resap
pengikat harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Apabila ditemui
adanya daerah-daerah / bagian-bagian yang belum tertutup lapis resap
pengikat maka harus diadakan pelaburan ulang lapis resap pengikat
sesuai petunjuk Direksi Teknik. Laburan lapis resap pengikat harus
dibiarkan kering, paling kurang 48 jam, atau menurut periode waktu yang
lebih lama sesuai petunjuk Direksi Teknik. Lapis resap pengikat harus
dibiarkan sampai benar-benar kering, sebelum pekerjaan laburan dimulai.
(b) Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi melebihi 10° C dari
harga-harga yang telah diberikan dalam Tabel 6.3.2 (2).
(c) Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa pemakaian bahan aspal
setiap lintasan semprotan hanyalah dilaksanakan setengah lebar atau
lebih kecil dari lebar rencana dan bila hal tersebut dilaksanakan maka
harus ada satu jalur tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang jalur yang
berdekatan. Lebar jalur sambungan longitudinal yang 20 cm ini, harus
tetap dibiarkan tidak diberi agregat penutup sampai penyemprotan di
daerah sampingnya tumpang tindih diatas sambungan 20 cm. Hal yang
sama dilakukan pada lebar penyemprotan, yang harus lebih besar dari
pada lebar yang akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari
tepi bahu jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat takaran
pemakaian aspal yang kurang pada bagian tepi.
(d) Lembaran pelindung alur dari kertas bangunan atau material yang sama
yang tidak berpori, dan lentur, dihamparkan diatas permukaan pada titik
mula dan bagian akhir setiap lintasan semprotan. Aliran yang melalui
nozel harus mulai dibuka dan ditutup ( dihentikan ) seluruhnya pada alur
lembaran, dengan demikian semua nozel bekerja dengan benar pada
seluruh panjang jalan yang dilabur. Lebar dari pada lembaran alur harus
cukup sehingga menjamin hal-hal diatas tercapai.
(f) Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap lintasan
semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur dengan cara
mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan sesudah setiap
lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian semprot tangan.
(g) Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap lintasan semprot
(h) Ukuran-ukuran dari daeran jalan yang telah tertutup disetiap daerah yang
disemprot tangan harus diukur dan luasnya dihitung segera setelah
penyemprotan daerah tersebut selesai.
(i) Takaran rata-rata pemakaian bahan aspal pengikat pada setiap lintasan
semprot atau daerah yang disemprot tangan, didefinisikan dari bahan
pengikat aspal yang digunakan dibagi luas daerah yang tertutup aspal,
dan jumlahnya harus sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik sesuai dengan Paragraf 6.3.4 (1)(a) dengan toleransi sebagai
berikut:
(b) Agregat harus dihampar merata diatas permukaan yang telah disemprot
aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi
Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup hamparan agregat atau tidak
tertutup dengan cukup, harus segera ditutup kembali menggunakan
peralatan penghampar atau memakai tangan seperlunya sampai
memberikan suatu permukaan yang tertutup seluruhnya dan seragam.
Setiap kelebihan agregat hamparan dari jumlah takaran yang
dipersyaratkan harus dihamparkan kembali dan didistribusikan secara
(b) Penggilasan harus segera dimulai setelah agregat ukuran tunggal (chip)
telah disebarkan dan redistribusi memakai sapu dan harus dilanjutkan
sampai seluruh daerah tersebut telah mengalami penggilasan penuh
sebanyak enam kali.
(1) Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Paragraf 6.3.1 (6)(a),
harus disediakan untuk penyerahan aspal di lapangan.
(2) Contoh aspal sejumlah dua liter dari setiap laburan yang telah dicampur harus
diambil dari distributor dekat tempat dimulainya pekerjaan dan bagian akhir
pekerjaan setiap hari kerja.
(3) Jumlah data uji pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu
sumber bahan agregat penutup harus sesuai petunjuk Direksi Teknik tapi harus
termasuk semua pengujian seperti dipersyaratkan dalam Paragraf 6.3.2 (1) (b)
dengan paling kurang tiga wakil contoh dari sumber bahan yang diusulkan
akan dipakai, dipilih untuk mewakili batas-batas mutu bahan yang kira-kira
sama untuk didapatkan dari sumber bahan. Menyusul persetujuan mengenai
mutu material bahan agregat penutup, pengujian ini harus diulang lagi
selanjutnya, sesuai petunjuk Direksi Teknik, dalam hal menurut hasil
pengamatan ada perubahan pada material atau sumbernya.
(b) Setiap 6 bulan atau 150.000 liter aspal yang telah disemprot oleh
distributor diambil yang mana lebih sering, dan
(5) Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran butir tercantum dalam Tabel
dari Paragraf 6.3.2 (1) (c dan d) harus dilakukan pada setiap tumpukan
material sebelum setiap material tersebut dipakai. Tidak boleh kurang dari satu
contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 m3 dari agregat didalam
timbunan persediaan.
(6) Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan harian, termasuk pemakaian
aspal pengikat pada setiap lintasan semprotan dan takaran pemakaian yang
dicapai, harus dibuat dalam formulir standar seperti diperlihatkan pada Gambar
Rencana.
6.4.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan dua lapis laburan bahan chip
untuk penutup permukaan, setiap lapis diberi bahan pengikat aspal dan ditutup
dengan agregat chip. Lapis penutup permukaan bisa ditempatkan diatas suatu
lapis Pondasi Agregat Kelas A yang baru dikerjakan dan sudah diberikan lapis
peresap, atau pada suatu lapisan aspal yang sudah ada.
Tidak boleh ada pekerjaan lapis Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) yang
dilakukan diatas perkerasan basah, selama hujan, bila hujan tampaknya akan
turun atau sewaktu angin kencang. Pekerjaan Laburan Aspal Dua Lapis
(Burda) hanya dapat dilaksanakan selama musim kemarau, dan bila cuaca
kemungkinan tetap baik paling tidak dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan.
(4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi
Teknik atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Laburan Aspal Dua Lapis
(Burda) dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang ada telah
benar-benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan
dalam Paragraf 6.4.4 (2). Pihak Penyedia tidak diperkenankan memulai
pekerjaan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) sebelum mendapat izin tertulis
dari Direksi Teknik.
Lapisan kedua dari Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) harus dihamparkan
hanya setelah lapisan pertama diselesaikan dengan standar diatas. Standar
penerimaan dari lapisan kedua adalah bahwa tidak kurang dari 98% dari luas
rongga-rongga permukaan dalam lapisan pertama agregat dalam setiap tempat
yang lebih besar dari 0,1 m2 harus terisi dengan batu lapisan kedua. Lapisan
kedua tidak boleh lebih dalam dari satu batu diatas tiap lapisan batu dan
permukaan harus bebas dari material lepas.
Pekerjaan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) yang telah selesai harus dapat
memuaskan Direksi Teknik dan permukaan harus terlihat seragam dan
bentuknya menerus, terkunci dengan rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-
lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal.
Pekerjaan perbaikan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) yang tidak memuaskan
harus sesuai petunjuk Direksi Teknik dan termasuk pula bagian pekerjaan
penyingkiran atau penambahan material, penyingkiran seluruh material dan
pekerjaan penggantian, pekerjaan pelapisan ulang seluruh pekerjaan dengan
Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) yang baru sesuai keperluan sampai
didapatkannya suatu hasil pekerjaan yang memuaskan.
(6) Pelaporan
Pihak Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini:
(a) Contoh aspal sejumlah 5 liter yang diusulkan oleh Penyedia untuk
dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan Sertifikat dari Pabrik Pembuat,
dan harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa material pengikat tersebut
sesuai dengan Spesifikasi dan tingkat yang dipersyaratkan untuk Aspal
Laburan, seperti diberikan dalam Paragraf 6.4.2 (2).
(e) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan
lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil
pengujian atas agregat laburan harus sesuai persyaratan Paragraf 6.4.2 (1)
dan Artikel 6.4.5 dan harus dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum
timbunan agregat laburan akan digunakan dalam pekerjaan.
(f) Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja,
menurut Artikel 6.4.5. Catatan harian pekerjaan Laburan Aspal Dua
Lapis (Burda) yang telah dilaksanakan dan takaran penggunaan mateial
menurut Artikel 6.4.5.
(a) Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat daerah
yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan
tersemprot.
(b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru sebelum paling
tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat yang dilapisi untuk
memperkecil resiko agregat terganggu. Jika kendaraan diijinkan lewat
diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas yang diijinkan dengan tulisan
“ASPAL CAIR” dan “20 km/jam” harus disediakan. Kerucut-kerucut,
rambu lalu lintas dan penghalang-penghalang harus digunakan untuk
mendapatkan suatu rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang
belum padat atau permukaan aspal yang masih terbuka.
(c) Pengawasan dan pengendalian penuh pada posisi, arah dan kecepatan
lalu lintas, menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas,
harus berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan
pelaburan dalam tiap bagisn sampai paling tidak 48 jam setelah pekerjaan
pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas dilanjutkan sampai
suatu periode tanpa gangguan selama 48 jam pada cuaca bagus berlalu,
keculi karena diperintahkan oleh Direksi Teknik.
6.4.2 MATERIAL
(a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil
(c) Agregat penutup harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan
bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut :
• Persentase berat dari kerikil pecah yang tertahan saringan 4,75 mm
yang mempunyai paling tidak dua bidang pecah minimum 90 %.
(d) Batas ukuran partikel agregat laburan untuk lapisan pertama Laburan
Aspal Dua Lapis (Burda) ditentukan dalam ukuran agregat kecil, menurut
Tabel 6.4.2 (1) dibawah.
Ukuran Persentase
Persentase
Ukuran Ukuran Terkecil
Terkecil Rata- Maksimum
Nominal Rata (ALD) Rata-rata Dalam
Lolos Saringan
(mm) Batas 2,5 mm
Berkisar 4,75 mm
Dari ALD
13 6,4 – 9,5 65 2
(e) Agregat lapisan kedua Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) harus
mempunyai ukuran nominal 6 mm, dan harus sesuai dengan ketentuan
dari Tabel 6.4.2 (2) dibawah dan harus berbentuk kubus (tidak pipih).
Tabel 6.4.2 (2) Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua Laburan Aspal
Dua Lapis (Burda)
Ukuran Ayakan ASTM (mm) Persen Berat Lolos
9.5 100
6.25 95 - 100
2.36 0 - 15
1.18 0-8
(a) Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau dari AC-20
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70), memenuhi
persyaratan AASHTO M 226-80, diencerkan memakai minyak tanah
sesuai ketentuan Tabel 6.4.2 (3).
17,5 13 15 151
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
30,0 3 5 177
32,5 1 3 182
34,0 0 2 185
> 36 0 0 187
(c) Dimana minyak tanah atau bahan adhesi yang ditambahkan pada material
aspal pencampurannya harus merata, caranya dengan mensirkulasikan
bahan tersebut pada seluruh tangki. Variasi hasil adukan tersebut boleh
melebihi + 2 pph minyak tanah dari persyaratan campuran bahan
pengikat berdasarkan pada hasil pada dua liter contoh dan setiap
campuran bahan pengikat. Jika pencampuran hendak dibuat didalam
distributor aspal, maka syaratnya semua bahan aspal didalam distributor
harus disirkulasikan paling kurang 30 menit pada kecepatan penuh
pompa (pada sirkulasi mode intern) atau menurut waktu yang lebih lama
diperlukan sehingga dicapai campuran yang rata pada suhu yang merata.
6.4.3 PERALATAN
Peralatan yang akan digunakan harus termasuk Distributor Aspal yang dapat
menyemprot sendiri, dua mesin giling roda karet, alat penebar agregat paling
kurang 2 (dua) dump truk tongkang belakang, sapu lidi dan sikat dan peralatan
untuk menuang drum dan untuk memanaskan bahan aspal.
(a) Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan harus
mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda bila
dibebani penuh harus tidak boleh melampaui ketentuan yang
dipersyaratkan pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan kecepatan
penuh.
Mesin giling roda karet harus mempunyai lebar pemadatan total tak boleh
kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. Dengan
menunjuk ketentuan dari Paragraf 6.4.4 (5) (a). Direksi Teknik dapat
menyetujui pemakaian mesin giling roda baja untuk penunjang, tapi tidak
mengganti mesin giling roda karet.
Sapu ijuk kasar untuk re-distribusi agregat dan sikat mekanis untuk
menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.
Peralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia demi untuk
meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau telah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik.
(a) Takaran pemakaian bahan aspal pengikat, untuk setiap permukaan yang
akan dilabur dan untuk setiap bagian jalan, harus ditetapkan oleh Direksi
Teknik, tergantung pada ukuran terkecil rata-rata dari agregat penutup,
komposisi dari bahan aspal pengikat, kondisi dan tekstur dari permukaan
yang ada dan jenis serta kepadatan dari lalu lintas yang akan
menggunakan jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam Seksi ini.
Selanjutnya Direksi Teknik dapat memodifikasi takaran pemakaian,
tergantung pada hasil-hasil percobaan di lapangan yang dilaksanakan
oleh Penyedia sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(a) Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat, maka
pemukaan tersebut harus benar-benar bersih dari kotoran dan bahan-
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan pembersihan harus
dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau peniup debu atau kedua-
duanya. Jika hasil pekerjaan pembersihan tidak merata, maka bagian-
bagian yang belum besih dapat dibersihkan memakai sapu kawat baja.
(e) Permukaan lama yang belum beraspal, sebelum dilaburi Laburan Aspal
Dua Lapis (Burda) harus terlebih dahulu diberi lapis resap pengikat,
sesuai ketentuan-ketentuan dalam Seksi 6.1 - Lapis Resap Pengikat dan
Lapis Perekat. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi lapis resap
pengikat harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Apabila ditemui
adanya daerah-daerah / bagian-bagian yang belum tertutup lapis resap
pengikat maka harus diadakan pelaburan ulang lapis resap pengikat
sesuai petunjuk Direksi Teknik. Laburan lapis resap pengikat harus
dibiarkan kering, paling kurang 48 jam, atau menurut periode waktu yang
lebih lama sesuai petunjuk Direksi Teknik. Lapis resap pengikat harus
dibiarkan sampai benar-benar kering, sebelum pekerjaan Laburan Aspal
Dua Lapis (Burda) dimulai.
(b) Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi melebihi 10° C dari
harga-harga yang telah diberikan dalam Tabel 6.4.2 (3).
(c) Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa pemakaian bahan aspal
setiap lintasan semprotan hanyalah dilaksanakan setengah lebar atau
lebih kecil dari lebar rencana dan bila hal tersebut dilaksanakan maka
harus ada satu jalur tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang jalur yang
berdekatan. Lebar jalur sambungan longitudinal yang 20 cm ini, harus
tetap dibiarkan tidak diberi agregat penutup sampai penyemprotan di
daerah sampingnya tumpang tindih diatas sambungan 20 cm. Hal yang
sama dilakukan pada lebar penyemprotan, yang harus lebih besar dari
pada lebar yang akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari
tepi bahu jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat takaran
pemakaian aspal yang kurang pada bagian tepi.
(f) Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap lintasan
semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur dengan cara
mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan sesudah setiap
lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian semprot tangan.
(g) Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap lintasan semprot
dimaksudkan sebagai hasil kali panjang dari lintasan semprot antara alur
yang terlindung lembaran dan lebar efektif dari semprotan yang
didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak
antara nozel yang berdekatan.
(h) Ukuran-ukuran dari daeran jalan yang telah tertutup disetiap daerah yang
disemprot tangan harus diukur dan luasnya dihitung segera setelah
penyemprotan daerah tersebut selesai.
(i) Takaran rata-rata pemakaian bahan aspal pengikat pada setiap lintasan
semprot atau daerah yang disemprot tangan, didefinisikan dari bahan
pengikat aspal yang digunakan dibagi luas daerah yang tertutup aspal,
dan jumlahnya harus sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik sesuai dengan Paragraf 6.4.4 (1)(a) dengan toleransi sebagai
berikut:
(b) Agregat harus dihampar merata diatas permukaan yang telah disemprot
aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi
Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup hamparan agregat atau tidak
tertutup dengan cukup, harus segera ditutup kembali menggunakan
peralatan penghampar atau memakai tangan seperlunya sampai
memberikan suatu permukaan yang tertutup seluruhnya dan seragam.
Setiap kelebihan agregat hamparan dari jumlah takaran yang
dipersyaratkan harus dihamparkan kembali dan didistribusikan secara
merata diatas permukaan jalan memakai garpu baja atau singkirkan
bahan tersebut dan tumpuk sesuai petunjuk-petunjuk Direksi Teknik.
(b) Penggilasan harus segera dimulai setelah agregat ukuran tunggal (chip)
telah disebarkan dan redistribusi memakai sapu dan harus dilanjutkan
sampai seluruh daerah tersebut telah mengalami penggilasan penuh
sebanyak enam kali.
(1) Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Paragraf 6.4.1 (6)(a),
harus disediakan untuk penyerahan aspal di lapangan.
(2) Contoh aspal sejumlah dua liter dari setiap laburan yang telah dicampur harus
diambil dari distributor dekat tempat dimulainya pekerjaan dan bagian akhir
pekerjaan setiap hari kerja.
(3) Jumlah data uji pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu
sumber bahan agregat penutup harus sesuai petunjuk Direksi Teknik tapi harus
termasuk semua pengujian seperti dipersyaratkan dalam Paragraf 6.4.2 (1) (b)
dengan paling kurang tiga wakil contoh dari sumber bahan yang diusulkan
akan dipakai, dipilih untuk mewakili batas-batas mutu bahan yang kira-kira
sama untuk didapatkan dari sumber bahan. Menyusul persetujuan mengenai
mutu material bahan agregat penutup, pengujian ini harus diulang lagi
selanjutnya, sesuai petunjuk Direksi Teknik, dalam hal menurut hasil
pengamatan ada perubahan pada material atau sumbernya.
(b) Setiap 6 bulan atau 150.000 liter aspal yang telah disemprot oleh
distributor diambil yang mana lebih sering, dan
(c) Setelah terjadi kecelakaan atau diadakan modifikasi pada distributor, atau
ada kejadian lain yang menurut pendapat Direksi Teknik perlu diadakan
pemeriksaan ulang terhadap distributor.
(5) Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran butir tercantum dalam Tabel
dari Paragraf 6.4.2 (1) (c, d dan e) harus dilakukan pada setiap tumpukan
material sebelum setiap material tersebut dipakai. Tidak boleh kurang dari satu
contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 m3 dari agregat didalam
timbunan persediaan.
(6) Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan harian, termasuk pemakaian
aspal pengikat pada setiap lintasan semprotan dan takaran pemakaian yang
dicapai, harus dibuat dalam formulir standar seperti diperlihatkan pada Gambar
Rencana.
6.5.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata atau lapis permukaan
padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di
pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan,
sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar
Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang
atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.
HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) / Latasir (Lapis Tipis Aspal Pasir), yang
selanjutnya disebut HRSS (Latasir), ditujukan untuk jalan-jalan dengan lalu
lintas ringan, khususnya pada daerah dimana agregat kasar tidak tersedia.
Pemilihan Kelas A atau B terutama tergantung pada gradasi pasir yang
digunakan. Campuran HRSS (Latasir) biasanya memerlukan penambahan filler
agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan. Campuran-campuran
ini khusus mempunyai ketahanan rutting yang rendah, oleh sebab itu tidak
boleh digunakan dengan lapisan yang tebal, pada jalan-jalan dengan lalu lintas
berat dan pada daerah tanjakan.
(a) Tebal dari HRSS (Latasir) yang dihampar harus diamati dengan benda uji
“inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Penyedia dibawah
pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda
uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi
paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing
setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan
melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari
< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50
(b) Tebal HRSS (Latasir) kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya
dipasang di setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai tebal rata-
rata dari benda-benda uji inti yang diambil dari bagian tersebut.
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada
hal-hal berikut ini :
(i) Memerintahkan Penyedia untuk lebih sering atau lebih banyak atau
mencari lokasi-lokasi cores yang lain.
(e) Variasi kerataan permukaan HRSS (Latasir) yang telah selesai ditangani
diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak
boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk
masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan
perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada
profil memanjang.
Dalam hal campuran HRSS (Latasir) digunakan sebagai Lapisan Perata, semua
persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali :
Standar AASHTO
Standar Indonesia
(6) Pelaporan
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam Artikel 6.5.2.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam Artikel 6.5.5.
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Paragraf 6.5.9 (4) untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan
kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.5.9 (5).
(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan HRSS (Latasir) dan
dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam Artikel 6.5.10.
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Penyedia untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Campuran HRSS (Latasir) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila
tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang sudah
disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya,
harus segera ditutup kembali dengan material campuran HRSS (Latasir) oleh
Penyedia dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai
dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
6.5.2 MATERIAL
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran HRSS (Latasir) yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang
dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai
dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(e) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah ini dan boleh terdiri dari batu/kerikil alam.
Campuran Campuran
(mm) (ASTM)
Normal Lapisan Perata
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %,
tidak boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam
Tabel 6.5.3.
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui
“cold bin feed” yang terpisah sehingga perbandingan pasir terhadap abu
batu dapat dikendalikan.
(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan
atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut
SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan
75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya
tahan campuran HRSS (Latasir), membantu penyelaputan dari partikel
agregat dan membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya
variasi kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur
tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan kapur karena
hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran HRSS (Latasir) apabila
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03 dan AASHTO
M 226-78 (1996)):
Spesifikasi Aspal
Jenis Pengujian Metode Satuan
Pen. Pen.
Pengujian
60/70 80/100
min mak min mak
(1) Campuran HRSS (Latasir) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
Tabel 6.5.3.
Spesifikasi
Sifat Campuran
HRSS A HRSS B
Kadar Aspal Efektif Minimum 9,1 7,9
Kadar Penyerapan Aspal Maximum 2,0 2,0
Kadar Aspal Total (% tehadap berat total) Minimum 10,3 8,9
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.
Campuran HRSS (Latasir) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam
beberapa hal penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk meyakinkan
sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Artikel 6.5.3. Akan tetapi umumnya pemakaian bahan pengisi harus sesedikit
mungkin.
(b) Perlu diperhatikan bahwa fraksi rancangan tersebut pada umumnya tidak
sama dengan proporsi takaran yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir
dan bahan pengisi tambahan. Agregat yang ada dan bahan pengisi yang
tersedia untuk menghasilkan fraksi rancangan yang diperlukan, maka
gradasi dari masing-masing agregat yang ada dan bahan pengisi harus
ditetapkan dengan penyaringan basah untuk menjamin pengukuran yang
teliti dari material yang lolos saringan 2,36 mm dan 75 mikron.
(c) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batas-
batas komposisi yang diberikan dalam Tabel 6.5.4 (1). Walaupun
demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat
menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi
sifat-sifat campuran yang ditentukan pada Tabel 6.5.3.
Persen Berat
Total Campuran Aspal
Fraksi Rancangan Campuran
HRSS A HRSS B
HRSS A HRSS B
Pilihan lain dari nilai-nilai absorbsi aspal, diperkirakan secara kasar atas
dasar berat jenis (specific gravity) agregat atau nilai-nilai absorpsi air,
pada umumnya tidak akan diterima untuk maksud mengevaluasi
pemenuhan persyaratan.
(1) Persetujuan
(d) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda-beda, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.5.4 (3) diatas,
bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
(a) Semua campuran HRSS (Latasir) yang disediakan harus sesuai dengan
Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam
batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :
Toleransi Temperatur :
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran sebagaimana digariskan dalam Paragraf 6.5.9 (3) dan 6.5.9 (4)
atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan
keseragaman yang diperlukan dari campuran.
(c) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari
sumber material, suatu formula campuran kerja yang baru harus
diserahkan dan disetujui, sebelum campuran HRSS (Latasir) yang
mengandung material baru dikirimkan.
Material kerja akan ditolak bila ternyata mempunyai pori atau sifat-
sifatnya membutuhkan, untuk menghasilkan campuran yang seimbang,
kadar aspal yang lebih tinggi atau lebih kecil dari pada batas yang
dipersyaratkan.
(1) Umum
(d) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa
berulang kali, sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi Teknik, untuk
selalu menjamin ketepatannya. Penyedia harus menyediakan dan siap di
tempat tidak kurang dari 10 buah beban standar seberat 20 kg untuk
pengujian-pengujian penimbangan.
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang
disyaratkan.
(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh
dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang
tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih
dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif,
dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit
pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal
yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk pusat
pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus disinkronkan
dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan pengendalian
penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel dengan mudah
dan tepat.
Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari material aspal
kedalam pencampur harus disediakan.
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang
tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas
lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat
pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur
dari agregat yang dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik
yang mengukur perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu”
(resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki pencampur.
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik
Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang
bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan
diatas.
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan
sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas
dari jatuhan dari platform pencampur.
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda)
yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam
batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan
selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar
memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg
dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran
isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan
penutup debu untuk mencegah hilangnya debu.
Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu selang
waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan
siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran harus dipasang
sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch campuran.
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing-masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.
(a) Truk untuk mengangkut campuran HRSS (Latasir) harus mempunyai bak
dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air
sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur
untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada genangan
minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang sebelum
campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.
(c) Bila dianggap perlu, agar campuran HRSS (Latasir) yang dikirim ke
tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk
hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran
mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran HRSS (Latasir) sampai sesuai dengan garis,
permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “ secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada
kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu
yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk
setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Penyedia harus memberikan
kepada Direksi Teknik grafik atau tabel yang menunjukan hubungan
antara beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang penyentuh,
lebar dan luas. Masing-masing mesin gilas harus dilengkapi dengan suatu
cara penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan beban
(ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dari 1500 sampai
2500 kg. Dalam operasi, tekanan ban dan beban roda harus disetel sesuai
dengan permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi kebutuhan
pemadatan tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap lapisan dengan
mesin gilas ban bertekanan harus dengan tekanan yang setinggi mungkin
yang dapat dipikul material.
(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
(iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem
Roller).
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 %
kapasitas alat pencampur.
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C
didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.
(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak
lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran. Material aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik. Bila digunakan alat
pencampur batch, agregat harus dicampur secara menyeluruh dalam
keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan jumlah yang tepat
ditambahkan kedalam agregat tersebut dan keseluruhannya diaduk
selama paling sedikit 45 detik, lebih lama lagi jika diperlukan, untuk
menghasilkan campuran yang merata dan seluruh butir agregat tersebut
terselaput secara merata. Total waktu pencampuran harus ditetapkan oleh
Direksi Teknik dan diatur dengan alat pengatur waktu yang sesuai. Untuk
pencampur unit pencampur menerus waktu pencampuran yang
dibutuhkan harus juga paling sedikit 45 detik dan dapat diatur dengan
menetapkan alat pengukur minimum dalam unit pencampuran dan/atau
dengan setelan unit pencampur lainnya.
(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas
mutlaknya ditunjukan pada Tabel 6.5.7.
Tabel 6.5.7 Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran
Aspal
Catatan : Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa
untuk mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam
Tabel yang diberikan diatas, berdasarkan data pengujian viskositas
untuk aspal yang dipakai, untuk menjamin bahwa batas viskositas
yang dipersyaratkan terpenuhi. Inilah yang merupakan syarat kriteria
Spesifikasi, bukan batas suhu itu.
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus
sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap
hari kerja dibuat sependek mungkin.
(4) Pemadatan
(b) Penggilasan campuran HRSS (Latasir) harus terdiri dari tiga operasi yang
berbeda sebagai berikut :
Waktu setelah
No. Uraian
Penghamparan
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba
yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas.
(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan
yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah
mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Penyedia).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi
yang dipersyaratkan.
Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan tanah,
atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama
dengan sekitarnya.
Campuran yang dipasang pada daerah seluas 1000 m2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan material campuran, harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan,
dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(5) Sambungan-sambungan
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan
aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat
sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya
digilas.
(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi
yang sama.
(b) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan
untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan
Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis
maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74).
(a) Penyedia harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2
(dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi
abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76.
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
(i) Untuk bahan lapis permukaan, jumlah meter persegi dari material
yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
dari panjang penampang yang diukur dan lebar yang diterima.
(ii) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang
telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang
terus-menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk.
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal HRSS (Latasir) kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya.
(c) HRSS (Latasir) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar
langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis
permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama,
dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup
besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang dihitung atas
dasar kerapatan laboratorium dari campuran HRSS (Latasir) padat
menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat dari
campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui, yang
benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika
menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata campuran HRSS
(Latasir) yang digunakan, melebihi dari sesungguhnya yang dibutuhkan
(diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal yang dikurangi dan
diterima harus ditentukan berdasarkan atas suatu perhitungan yang tidak
berat sebelah dari tebal rata-rata yang dibutuhkan.
(d) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal HRSS
(Latasir) yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih
besar dari tebal rancangan nominal yang ditunjukkan dalam Tabel 6.5.1
(2) atau tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana dari
Dokumen Kontrak.
Dalam hal Direksi Teknik telah menyetujui atau menerima tebal yang
Tidak ada penyesuaian luas hamparan atau volume seperti diatas yang
dapat diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan bila
bahan tersebut dihampar diatas permukaan yang dikerjakan dalam
Kontrak yang sama.
(e) Lebar hamparan HRSS (Latasir) yang akan dibayar, harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang
dilakukan Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus
tidak termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak
memuaskan sepanjang tepi dari hamparan HRSS (Latasir). Selang jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik, tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m.
(f) Panjang hamparan HRSS (Latasir) arah memanjang yang akan dibayar,
harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut Paragraf 6.5.9 (4),
harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.6.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata atau lapis permukaan
padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di
pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan,
sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar
Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang
atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.
HRS (Hot Rolled Sheet) / Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), yang selanjutnya
disebut HRS (Lataston), ditujukan untuk digunakan pada jalan-jalan yang
memikul lalu lintas ringan atau sedang. Hal-hal karakteristik yang paling
penting adalah keawetan, fleksibilitas dan ketahanan kelelahan yang tinggi,
sedangkan pertimbangan kekuatan hanya kepentingan kedua, asalkan batas-
batas terendah dari Seksi ini dilampaui.
(a) Tebal dari HRS (Lataston) yang dihampar harus diamati dengan benda
uji “inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Penyedia dibawah
pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda
uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi
paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing
setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan
melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari
200 m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total benda uji yang
diambil pada setiap segmen yang diukur untuk pembayaran tidak boleh
kurang dari batas-batas yang diberikan dalam Tabel 6.6.1 (1).
< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50
(b) Tebal HRS (Lataston) kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya
dipasang di setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai tebal rata-
rata dari benda-benda uji inti yang diambil dari bagian tersebut.
HRS (Lataston) 3
(d) Untuk semua campuran HRS (Lataston), baik yang dibayarkan menurut
luas maupun berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat
campuran HRS (Lataston) yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh
Penyedia dengan menimbang setiap muatan truk pengangkut material
yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian yang manapun
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada
hal-hal berikut ini :
(i) Memerintahkan Penyedia untuk lebih sering atau lebih banyak atau
mencari lokasi-lokasi cores yang lain.
(e) Variasi kerataan permukaan HRS (Lataston) yang telah selesai ditangani
diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak
boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk
masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan
perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada
profil memanjang.
Dalam hal campuran HRS (Lataston) digunakan sebagai Lapisan Perata, semua
persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali :
Standar AASHTO
T 50 - 78 Penguji daya apung dari material aspal
T 164 - 76 Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran
perkerasan aspal
T 166 - 78 Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 - 55 Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 209 - 74 Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
T 176 - 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah
menggunakan pengujian ekivalen pasir.
M 17 - 77 Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran
perkerasan aspal
M 226 - 78 Tingkat kekentalan (viscosity) aspal
Standar Indonesia
PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal
PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los
Angeles.
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau
Magnesium Sulfat
Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang
dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode
Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal
( pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku ).
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran
agregat.
SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran
aspal menggunakan peralatan Marshall
Pd S-15-1996-03 Tingkat penetrasi aspal semen
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam Artikel 6.6.2.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam Artikel 6.6.5.
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Paragraf 6.6.9 (4) untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan
kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.6.9 (5).
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Penyedia untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya,
harus segera ditutup kembali dengan material campuran HRS (Lataston) oleh
Penyedia dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai
dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
6.6.2 MATERIAL
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran HRS (Lataston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang
dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai
dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(e) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah.
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah ini dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran
yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi.
Campuran Campuran
(mm) (ASTM)
Normal Lapisan Perata
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %,
tidak boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui
“cold bin feed” yang terpisah sehingga perbandingan pasir terhadap abu
batu dapat dikendalikan.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM)
(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan
atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut
SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan
75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya
tahan campuran HRS (Lataston), membantu penyelaputan dari partikel
agregat dan membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya
variasi kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur
tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan kapur karena
hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran HRS (Lataston) apabila
kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan
maka proposi maksimum yang diijinkan adalah 1 % dari berat
keseluruhan campuran HRS (Lataston).
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03 dan AASHTO
M 226-78 (1996)):
Spesifikasi Aspal
Jenis Pengujian Metode Satuan
Pen. Pen.
Pengujian
60/70 80/100
min mak min mak
Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan bahan
tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk Direksi
Teknik.
(1) Campuran HRS (Lataston) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
Tabel 6.6.3.
(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi
kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.
Campuran HRS (Lataston) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam
beberapa hal penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk meyakinkan
sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Artikel 6.6.3. Akan tetapi umumnya pemakaian bahan pengisi harus sesedikit
mungkin.
(c) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batas-
batas komposisi yang diberikan dalam Tabel 6.6.4 (1). Walaupun
demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat
menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi
sifat-sifat campuran yang ditentukan pada Tabel 6.6.3.
Persen Berat
Fraksi Rancangan Campuran
Total Campuran Aspal
Total 100
(1) Persetujuan
(d) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda-beda, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.6.4 (3) diatas,
bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
(a) Semua campuran HRS (Lataston) yang disediakan harus sesuai dengan
Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam
batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :
Toleransi Temperatur :
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran sebagaimana digariskan dalam Paragraf 6.6.9 (3) dan 6.6.9 (4)
atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan
keseragaman yang diperlukan dari campuran.
(c) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari
sumber material, suatu formula campuran kerja yang baru harus
diserahkan dan disetujui, sebelum campuran HRS (Lataston) yang
mengandung material baru dikirimkan. Material kerja akan ditolak bila
ternyata mempunyai pori atau sifat-sifatnya membutuhkan, untuk
menghasilkan campuran yang seimbang, kadar aspal yang lebih tinggi
atau lebih kecil dari pada batas yang dipersyaratkan.
(1) Umum
(d) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa
berulang kali, sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi Teknik, untuk
selalu menjamin ketepatannya. Penyedia harus menyediakan dan siap di
tempat tidak kurang dari 10 buah beban standar seberat 20 kg untuk
pengujian-pengujian penimbangan.
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki
dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk.
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang
disyaratkan.
(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh
dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang
tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih
dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material
aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk
campuran kerja itu.
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif,
dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit
pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal
yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk pusat
pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus disinkronkan
dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan pengendalian
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang
tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas
lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat
pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur
dari agregat yang dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik
yang mengukur perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu”
(resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki pencampur.
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik
Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang
bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan
diatas.
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan
sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas
dari jatuhan dari platform pencampur.
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda)
yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam
batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan
selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar
memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg
dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran
isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan
penutup debu untuk mencegah hilangnya debu.
Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu selang
waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan
siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran harus dipasang
sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch campuran.
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing-masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.
(e) Penampung.
(a) Truk untuk mengangkut campuran HRS (Lataston) harus mempunyai bak
dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air
(c) Bila dianggap perlu, agar campuran HRS (Lataston) yang dikirim ke
tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk
hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran
mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran HRS (Lataston) sampai sesuai dengan garis,
permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “ secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang
dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas
“screed” pada temperatur yang diperlukan untuk penghamparan
campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada
kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu
yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk
setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Penyedia harus memberikan
kepada Direksi Teknik grafik atau tabel yang menunjukan hubungan
antara beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang penyentuh,
lebar dan luas. Masing-masing mesin gilas harus dilengkapi dengan suatu
cara penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan beban
(ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dari 1500 sampai
2500 kg. Dalam operasi, tekanan ban dan beban roda harus disetel sesuai
dengan permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi kebutuhan
pemadatan tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap lapisan dengan
mesin gilas ban bertekanan harus dengan tekanan yang setinggi mungkin
yang dapat dipikul material.
(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
(iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem
Roller).
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 %
kapasitas alat pencampur.
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C
didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.
(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak
lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran. Material aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik. Bila digunakan alat
pencampur batch, agregat harus dicampur secara menyeluruh dalam
(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas
mutlaknya ditunjukan pada Tabel 6.6.7.
Tabel 6.6.7 Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran
Aspal
Catatan : Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa
untuk mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam
Tabel yang diberikan diatas, berdasarkan data pengujian viskositas
untuk aspal yang dipakai, untuk menjamin bahwa batas viskositas
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus
sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran HRS (Lataston) akan dihampar.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap
hari kerja dibuat sependek mungkin.
(4) Pemadatan
(b) Penggilasan campuran HRS (Lataston) harus terdiri dari tiga operasi
yang berbeda sebagai berikut :
Waktu setelah
No. Uraian
Penghamparan
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba
yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas.
(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan
tidak diijinkan.
(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan
yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah
mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Penyedia).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi
yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak,
(5) Sambungan-sambungan
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan
aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat
sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya
digilas.
(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi
yang sama.
(b) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan
untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan
Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis
maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74).
(a) Penyedia harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2
(dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi
abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76.
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
(i) Untuk bahan lapis permukaan, jumlah meter persegi dari material
yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
dari panjang penampang yang diukur dan lebar yang diterima.
(ii) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang
telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang
terus-menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk.
(c) HRS (Lataston) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar
langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis
permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama,
dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup
besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang dihitung atas
dasar kerapatan laboratorium dari campuran HRS (Lataston) padat
menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat dari
campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui, yang
benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika
menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata campuran HRS
(Lataston) yang digunakan, melebihi dari sesungguhnya yang dibutuhkan
(diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal yang dikurangi dan
diterima harus ditentukan berdasarkan atas suatu perhitungan yang tidak
berat sebelah dari tebal rata-rata yang dibutuhkan.
(d) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal HRS
(Lataston) yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih
besar dari tebal rancangan nominal yang ditunjukkan dalam Tabel 6.6.1
(2) atau tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana dari
Dokumen Kontrak.
Dalam hal Direksi Teknik telah menyetujui atau menerima tebal yang
kurang dari tebal rancangan nominal yang ditunjukkan dalam Tabel 6.6.1
(2) atau tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana, atas
dasar pertimbangan teknik sebagai cukup atau ketebalan lebih yang
diijinkan menurut Paragraf (c) diatas, maka pembayaran untuk HRS
(Lataston) akan dilakukan dengan menggunakan luas hamparan yang
disesuaikan yang dihitung menurut Paragraf (h) dibawah dengan
menggunakan faktor koreksi berikut :
Tidak ada penyesuaian luas hamparan atau volume seperti diatas yang
dapat diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan bila
bahan tersebut dihampar diatas permukaan yang dikerjakan dalam
Kontrak yang sama.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus
tidak termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak
memuaskan sepanjang tepi dari hamparan HRS (Lataston). Selang jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik, tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m.
(f) Panjang hamparan HRS (Lataston) arah memanjang yang akan dibayar,
harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut Paragraf 6.6.9 (4),
harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.7.1 UMUM
(1) Uraian
ATB (Asphalt Treated Base) / Laton Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas),
yang selanjutnya disebut ATB (Laston Atas), adalah khusus diformulasikan
untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelehan. Penting diketahui
bahwa setiap penyimpangan dari Spesifikasi ini, khususnya pengurangan
dalam kadar bitumen, memungkinkan tidak berlakunya rancangan perkerasan
proyek dan memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal.
(a) Tebal dari ATB (Laston Atas) yang dihampar harus diamati dengan
benda uji “inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Penyedia dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per
penampang melintang per lajur dengan jarak memanjang antar
penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 100 m.
(c) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam 1 hari produksi
AMP.
(d) Tebal aktual hamparan lapis beraspal perata/leveling dan bukan perata,
harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam
Gambar. Bilamana tebal lapisan beraspal dalam suatu segmen terdapat
benda uji inti yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang
disebutkan di atas maka sub-segmen yang tidak memenuhi syarat harus
dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal nominal minimum yang
dipersyaratkan yaitu 5,0 cm dan harus memenuhi ketentuan lainnya.
Tebal setiap titik dari masing-masing jenis campuran beraspal
perata/leveling dan bukan perata tidak boleh kurang dari tebal rancangan
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dengan toleransi tidak lebih dari
5,0 mm.
(e) Untuk semua campuran ATB (Laston Atas) maupun ATBL, berat
campuran ATB (Laston Atas) maupun ATBL yang benar-benar dipakai
harus dipantau oleh Penyedia dengan menimbang setiap muatan truk
pengangkut campuran ATB tersebut.
Dalam hal bagian yang manapun yang sedang diukur untuk menentukan
pembayaran, berat campuran ATB yang benar-benar dihampar, yang
dihitung dari timbangan muatan truk adalah kurang atau lebih besar 5 %
dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata dan kepadatan rata-rata
benda uji inti (cores), Direksi Teknik harus mengambil tindakan untuk
menyelidikinya agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat
tersebut sebelum menyetujui pembayaran material yang telah dihampar.
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-
hal berikut ini :
(i) Memerintahkan Penyedia untuk lebih sering atau lebih banyak atau
mencari lokasi-lokasi cores yang lain.
(ii) Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan
peralatan percobaan laboratorium dengan bukti adanya sertifikat
tera yang masih berlaku.
(iii) Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan lapangan dan laboratorium
yang independen tentang kepadatan campuran ATB (Laston Atas)
yang dicapai setelah dihampar.
(iv) Menetapkan suatu sistem penghitungan dan pencatatan truk secara
terinci.
Biaya untuk penambahan jumlah benda uji inti (cores), untuk tambahan
survei geometris atau pengujian laboratorium, penerapan sistem
pencatatan muatan truk atau tindakan lainya yang dianggap perlu oleh
Direksi Teknik untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya,
harus ditanggung oleh Penyedia sendiri, sesuai dengan yang tercantum
dalam Artikel 6.7.10.
(f) Variasi kerataan permukaan ATB (Laston Atas) yang telah selesai
ditangani diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus
tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat
untuk masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang
disebabkan perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung
vertikal pada profil memanjang.
(g) Pada keadaan dimana campuran ATB (Laston Atas) digunakan sebagai
lapisan perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan
permukaan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari 2,5 kali tebal
nominal minimum yang disyaratkan.
Standar Indonesia
PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal
PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los
Angeles.
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau
Magnesium Sulfat
Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang
dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode
Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal
( pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku ).
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran
agregat.
SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran
aspal menggunakan peralatan Marshall
Pd S-15-1996-03 Tingkat penetrasi aspal semen
(6) Pelaporan
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam Artikel 6.7.2.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Paragraf 6.7.9 (4) untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan
kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.7.9 (5).
(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan ATB (Laston Atas)
dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam Artikel 6.7.10.
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Penyedia untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Campuran ATB (Laston Atas) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering,
dan bila dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.
(8) Perbaikan dari Pekerjaan ATB (Laston Atas) yang tidak Memuaskan
6.7.2 MATERIAL
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran ATB (Laston Atas) yang proporsinya dibuat sesuai
dengan rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak
kurang dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air
sesuai dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Batu belah / boulder yang akan diproses masuk mesin pemecah batu
harus lebih besar dari 3 inci (7,5 cm).
(c) Agregat yang digunakan harus terdiri dari batu pecah yang dihasilkan
dari mesin pemecah batu yang dilengkapi dengan alat pencuci mekanis
(pemasangan penggetar/feeder).
(d) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(e) Agregat kasar dan agregat halus tidak diperkenankan menggunakan hasil
olahan dari batu putih (batu kapur).
(h) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.
Campuran
Campuran
(mm) (ASTM) Lapisan
Normal
Perata/leveling
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %,
tidak boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 30 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam
Tabel 6.7.3.
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui
“cold bin feed” yang terpisah sesuai proporsi yang ditentukan pada JMF.
(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan
atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 75 % menurut
SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan
75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya
tahan campuran ATB (Laston Atas), membantu penyelaputan dari
partikel agregat dan membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi
banyaknya variasi kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan
dari kapur tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan kapur karena
hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran ATB (Laston Atas)
apabila kadar kapur tersebut terlalu tinggi.
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03 dan AASHTO
M 226-78 (1996)).
(1) Campuran ATB (Laston Atas) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Tabel 6.7.3.
(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi
kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota.
Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian jalan, harus
sesuai dengan instruksi Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan
kelandaian jalan.
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164, (Cara Reflux atau Soklet) untuk memperoleh volume kadar aspal dalam
campuran. Kadar aspal yang dapat diterima adalah kadar aspal sesuai
rancangan kerja (JMF) dengan toleransi lebih atau kurang 0.2% (nol koma dua
persen)..
Campuran ATB (Laston Atas) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam
beberapa hal penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk meyakinkan
sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Artikel 6.7.3. Akan tetapi umumnya pemakaian bahan pengisi harus sesedikit
mungkin.
Kadar bitumen campuran ATB (Laston Atas) harus ditetapkan sedemikian rupa
hingga kadar bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi agregat)
tidak akan kurang dari nilai minimum yang ditetapkan dalam Tabel 6.7.3.
Persentase aspal yang sesungguhnya harus ditambahkan kedalam campuran
akan tergantung pada daya absobsi agregat yang digunakan dan akan
ditetapkan oleh Direksi Teknik sewaktu menyetujui rumus campuran kerja.
Nilai kadar aspal yang ditetapkan akan didasarkan pada data pengujian yang
diberikan Penyedia menurut Artikel 6.7.2 dan harus lebih besar dari batasan
yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.7.3.
(b) Perlu diperhatikan bahwa fraksi rancangan tersebut pada umumnya tidak
sama dengan proporsi takaran yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir
dan bahan pengisi tambahan. Agregat yang ada dan bahan pengisi yang
tersedia untuk menghasilkan fraksi rancangan yang diperlukan, maka
gradasi dari masing-masing agregat yang ada dan bahan pengisi harus
ditetapkan dengan penyaringan basah untuk menjamin pengukuran yang
teliti dari material yang lolos saringan 2,36 mm dan 75 mikron.
(c) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batas-
batas komposisi yang diberikan dalam Tabel 6.7.4 (1). Walaupun
demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat
menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi
sifat-sifat campuran yang ditentukan pada Tabel 6.7.3.
Tabel 6.7.4 (1) Batas-batas Gradasi untuk Kombinasi Agregat dan Bahan
Pengisi pada Campuran.
37,5 1,5" -
25,0 1" 100
19,0 3/4" 90 - 100
12,7 ½" 65 – 90
9,5 3/8" 55 – 80
4,75 #4 35 – 60
2,36 #8 24 – 45
1.18 # 16 15 - 34
0,600 # 30 9 – 25
0,300 # 50 5 – 17
0,150 # 100 3 – 12
0,075 # 200 2-9
(1) Persetujuan
(d) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda-beda, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.7.4 (3) diatas,
bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
(a) Semua campuran ATB (Laston Atas) yang disediakan harus sesuai
dengan Rumus Campuran Kerja (JMF) yang ditetapkan oleh Direksi
Teknik, dalam batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :
Toleransi Temperatur :
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran sebagaimana digariskan dalam Paragraf 6.7.9 (3) dan 6.7.9 (4)
atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan
keseragaman yang diperlukan dari campuran.
(c) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari
sumber material, formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan
disetujui, sebelum campuran ATB (Laston Atas) yang mengandung
material baru dikirimkan. Material baru akan ditolak bila ternyata
mempunyai pori atau sifat-sifatnya memberikan hasil kinerja campuran
yang tidak memenuhi ketentuan, misalkan kadar aspal yang lebih tinggi
atau lebih kecil dari pada batas yang dipersyaratkan.
Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar
dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode
pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan
selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk
mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat
aspal dalam sistem sirkulasi.
(1) Umum
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki
dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk.
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang
disyaratkan. Sumber panas pada drayer harus dikendalikan secara terus
menerus agar panas yang terjadi tidak sampai melampaui yang dipersyaratkan,
dan harus menggunakan termometer kendali otomatis yang dapat menjaga
panas agregat maksimal 160⁰C dan minimal 150⁰C. Hal ini diperlukan untuk
menjaga agar tidak terjadi panas berlebih pada campuran aspal. Bahan bakar
yang dapat digunakan untuk memanaskan agregat haruslah minyak tanah, gas
(LPG/LNG) atau solar.
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh
dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang
tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih
dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material
aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk
campuran kerja itu.
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif,
dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit
pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal
yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk pusat
pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus disinkronkan
dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan pengendalian
penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel dengan mudah
dan tepat. Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari
material aspal kedalam pencampur harus disediakan.
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang
tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas
lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik
Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang
bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan
pada seksi ini.
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda)
yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam
batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan
selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar
memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg
dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran
isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan
penutup debu untuk mencegah hilangnya debu.
Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu selang
waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan
siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran harus dipasang
sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch campuran.
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing-masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.
Unit dapat menangani contoh uji seberat 150 kg lebih, berupa gabungan
contoh-contoh dari seluruh penampung, dan tidak kurang dari 50 kg
untuk setiap contoh dari satu penampung.
(e) Penampung.
(a) Truk untuk mengangkut campuran ATB (Laston Atas) harus mempunyai
bak dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan
sedikit air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau
larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada
(c) Bila dianggap perlu, agar campuran ATB (Laston Atas) yang dikirim ke
tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk
hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran
mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran ATB (Laston Atas) sampai sesuai dengan garis,
permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “ screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang
dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas
“screed” pada temperatur yang diperlukan untuk penghamparan
campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada
kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu
yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi).
Suatu alat harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban
di lapangan setiap saat. Untuk setiap ukuran dan tipe ban yang
digunakan, Penyedia harus memberikan kepada Direksi Teknik grafik
atau tabel yang menunjukan hubungan antara beban roda, tekanan ban,
dan tekanan ban pada bidang penyentuh, lebar dan luas.
(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
(iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem
Roller).
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 %
kapasitas alat pencampur.
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C
didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.
(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak
lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
Material aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik. Bila
digunakan alat pencampur batch, agregat harus dicampur secara
menyeluruh dalam keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan jumlah
yang tepat ditambahkan kedalam agregat tersebut dan keseluruhannya
diaduk selama paling sedikit 45 detik, lebih lama lagi jika diperlukan,
untuk menghasilkan campuran yang merata dan seluruh butir agregat
tersebut terselaput secara merata. Total waktu pencampuran harus
ditetapkan oleh Direksi Teknik dan diatur dengan alat pengatur waktu
yang sesuai. Untuk pencampur unit pencampur menerus waktu
pencampuran yang dibutuhkan harus juga paling sedikit 45 detik dan
dapat diatur dengan menetapkan alat pengukur minimum dalam unit
pencampuran dan/atau dengan setelan unit pencampur lainnya.
(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas
mutlaknya ditunjukan pada Tabel 6.7.7.
Tabel 6.7.7 Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran
Aspal
Suhu Campuran Aspal (º C)
Viskositas Campuran Campuran
Prosedur Pelaksanaan Aspal memakai memakai
(centistokes) AC-20 AC-10
(Ekivalen (Ekivalen
dng Aspal dng Aspal
Pen. 60/70) Pen. 80/100)
Pencampuran benda uji Marshall 170 + 20 155 145
Pemadatan benda uji Marshall 280 + 30 140 130
Suhu pencampuran maksimum
di AMP - < 160 <150
Mengosongkan Pencampuran
AMP Kedalam truk 100 - 400 >135 >125
Penyerahan ke Paver 400 - 1000 150 - 130 140 - 110
Pengilasan Break down (silinder
baja) 1000 - 1800 130 - 120 111 - 102
Penggilasan ke dua (ban karet) 1800 - 10000 120 - 100 102 - 83
Catatan :
(a) Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa
untuk mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam
Tabel yang diberikan diatas, berdasarkan data pengujian viskositas untuk
aspal yang dipakai, untuk menjamin bahwa batas viskositas yang
dipersyaratkan terpenuhi. Inilah yang merupakan syarat kriteria
Spesifikasi, bukan batas suhu itu.
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus
sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran ATB (Laston Atas) akan dihampar.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap
hari kerja dibuat sependek mungkin.
(4) Pemadatan
(a) Segera setelah campuran ATB (Laston Atas) dihampar dan diratakan,
permukaan harus diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki.
Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan lepas harus
dimonitor dan penggilasan harus dimulai didalam batas viskositas aspal
yang ditunjukkan pada Tabel 6.7.7.
(b) Penggilasan campuran ATB (Laston Atas) harus terdiri dari tiga operasi
yang berbeda sebagai berikut :
Waktu setelah
No. Uraian
Penghamparan
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba
yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas.
(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan
tidak diijinkan.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Penyedia).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi
yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak,
tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus
dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru, yang harus
dipadatkan secepatnya agar sama dengan sekitarnya.
Campuran yang dipasang pada daerah seluas 1000 m2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan material campuran, harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan,
dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(5) Sambungan-sambungan
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan
aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat
sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya
digilas.
(a) Kepadatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kepadatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium AMP (JMF) dari material
dengan proporsi yang sama.
(b) Benda uji inti pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji inti
untuk pengukuran tebal lapisan.
(c) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.
(d) Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam
memadatkan campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah
dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang berikan Tabel
6.7.9.(1). Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang
ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili
setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran lebih besar dari 1,08 maka
benda uji inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji inti baru
harus diambil.
Table 6.7.9.(1). Ketentuan Kepadatan.
Kepadatan yg Jumlah benda Kepadatan Mini- Nilai minimum setiap
disyaratkan uji per segmen mum rata-rata pengujian tunggal
(% JSD) (% JSD) (% JSD)
3–4 98,1 95,0
98 5 98,3 94,9
>6 98,5 94,8
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan
untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan
Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kepadatan teroritis
maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74).
(a) Penyedia harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal (dengan metode reflux atau
soklet) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Jika memakai metoda
ekstraksi centryfuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan
AASHTO T 164 -76.
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal ATB (Laston Atas) kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya.
Lokasi-lokasi yang kepadatannya kurang dari yang disyaratkan atau
materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan yang disetujui
tidak akan diterima untuk pembayaran.
(d) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal ATB
(Laston Atas) yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih
besar dari tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana dari
Dokumen Kontrak..
(e) Lebar hamparan ATB (Laston Atas) yang akan dibayar, harus seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh
Direksi Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur
yang dilakukan Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan harus tidak
termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak memuaskan
sepanjang tepi dari hamparan ATB (Laston Atas). Selang jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik, tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m.
Lebar yang akan digunakan dalam hitungan luas untuk keperluan
pembayaran untuk setiap bagian perkerasan yang diukur, harus
merupakan angka rata-rata dari ukuran lebar yang diukur dan disetujui
Direksi Teknik.
(f) Panjang hamparan ATB (Laston Atas) arah memanjang yang akan
dibayar, harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan,
dengan menggunakan prosedur pengukuran teknik standar dengan pita
ukur atau dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur
tanah.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut Paragraf 6.7.9 (4),
harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran untuk pembayaran.
(i) Bila perbaikan ATB (Laston Atas) yang tidak memuaskan telah
diperintahkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan Paragraf 6.7.1 (8),
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan
dibayar bila pekerjaan semula (awal) dapat diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau tambahan
kuantitas yang diperlukan untuk perbaikan.
(j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang
digunakan Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk berbagai
campuran beraspal yang termasuk dalam penawarannya haruslah
berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian harga yang
akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal optimum yang
ditetapkan dalam JMF dan kadar aspal dalam analisa harga satuan dalam
penawaran.
6.7.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata atau lapis pondasi atas
padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di
pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan,
sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar
Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang
atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.
ATB (Asphalt Treated Base) / Laton Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas),
yang selanjutnya disebut ATB (Laston Atas), adalah khusus diformulasikan
untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelehan. Penting diketahui
bahwa setiap penyimpangan dari Spesifikasi ini, khususnya pengurangan
dalam kadar bitumen, memungkinkan tidak berlakunya rancangan perkerasan
proyek dan memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal.
(a) Tebal dari ATB (Laston Atas) yang dihampar harus diamati dengan
benda uji “inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Penyedia dibawah
pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda
uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi
paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing
setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan
melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari
200 m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total benda uji yang
diambil pada setiap segmen yang diukur untuk pembayaran tidak boleh
kurang dari batas-batas yang diberikan dalam Tabel 6.7.1 (1).
< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50
(b) Jumlah total benda uji inti yang diambil acak dalam setiap segmen tidak
kurang dari 6 (enam) benda uji inti untuk setiap kelipatan 200 meter
panjang per lajur dan jumlah 3√ panjang dari “kelipatan terakhir dari 200
meter ditambah sisa panjang yang kurang dari 200 meter” per lajur
dengan lokasi titik uji ditentukan secara acak sesuai dengan SNI 03-
6868-2002.
(c) Tebal ATB (Laston Atas) kecuali untuk lapisan perata, yang
sesungguhnya dipasang di setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan
sebagai tebal rata-rata dari benda-benda uji inti (cores) yang diambil dari
bagian tersebut.
(e) Untuk semua campuran ATB (Laston Atas), baik yang dibayarkan
menurut volume maupun berat sesungguhnya dari material yang
dihampar, berat campuran ATB (Laston Atas) yang benar-benar dipakai
Dalam hal bagian yang manapun yang sedang diukur untuk menentukan
pembayaran, berat campuran ATB yang benar-benar dihampar, yang
dihitung dari timbangan muatan truk adalah kurang atau lebih besar 5 %
dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata dan kepadatan rata-rata
benda uji inti (cores), Direksi Teknik harus mengambil tindakan untuk
menyelidikinya agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat
tersebut sebelum menyetujui pembayaran material yang telah dihampar.
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-
hal berikut ini :
(i) Memerintahkan Penyedia untuk lebih sering atau lebih banyak atau
mencari lokasi-lokasi cores yang lain.
(ii) Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan
peralatan percobaan laboratorium.
(iii) Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan lapangan dan laboratorium
yang independen tentang kepadatan campuran ATB (Laston Atas)
yang dicapai setelah dihampar.
(iv) Menetapkan suatu sistem penghitungan dan pencatatan truk secara
terinci.
Biaya untuk penambahan jumlah benda uji inti (cores), untuk tambahan
survei geometris atau pengujian laboratorium, penerapan sistem
pencatatan muatan truk atau tindakan lainya yang dianggap perlu oleh
Direksi Teknik untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya,
harus ditanggung oleh Penyedia sendiri, sesuai dengan yang tercantum
dalam Artikel 6.7.10.
(f) Variasi kerataan permukaan ATB (Laston Atas) yang telah selesai
ditangani diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus
tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat
untuk masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang
disebabkan perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung
vertikal pada profil memanjang.
Standar Indonesia
PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal
PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los
Angeles.
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau
Magnesium Sulfat
Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang
dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode
Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal
( pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku ).
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran
agregat.
SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran
aspal menggunakan peralatan Marshall
(6) Pelaporan
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam Artikel 6.7.2.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam Artikel 6.7.5.
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Paragraf 6.7.9 (4) untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan
kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.7.9 (5).
(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan ATB (Laston Atas)
dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam Artikel 6.7.10.
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Penyedia untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Campuran ATB (Laston Atas) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering,
bila tidak hujan, atau sedang tidak hujan, dan bila dasar jalan yang sudah
disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya,
harus segera ditutup kembali dengan material campuran ATB (Laston Atas)
oleh Penyedia, dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan
sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi
ini.
6.7.2 MATERIAL
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran ATB (Laston Atas) yang proporsinya dibuat sesuai
dengan rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak
kurang dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air
sesuai dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Batu belah / boulder yang akan diproses masuk mesin pemecah batu
harus lebih besar dari 5 inci (12,5 cm).
(c) Agregat yang digunakan harus terdiri dari batu pecah yang dihasilkan
dari mesin pemecah batu yang dilengkapi dengan alat pencuci mekanis
(pemasangan penggetar/feeder).
(d) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(e) Agregat kasar dan agregat halus tidak diperkenankan menggunakan hasil
olahan dari batu putih (batu kapur).
(h) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran
yang memadai dari batu pecah yang bersih.
Campuran Campuran
(mm) (ASTM)
Normal Lapisan Perata
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %,
tidak boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 30 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam
Tabel 6.7.3.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM)
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui
“cold bin feed” yang terpisah sesuai proporsi yang ditentukan pada JMF.
(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan
atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 75 % menurut
SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan
75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(d) Bahan pengisi (filler) yang harus digunakan untuk campuran ATB/L
pada paket kegiatan ini adalah Portland Cement (Semen type I), dengan
volume setinggi-tingginya 2% dari berat campuran beraspal (ATB/L).
(5) Material Aspal
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03 dan AASHTO
M 226-78 (1996)).
Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan bahan
tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk Direksi
Teknik.
(1) Campuran ATB (Laston Atas) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Tabel 6.7.3.
Minimum 800
Stabilitas Marshal (SNI-06-2489-1991) (KG)
Maximum -
Minimum 3
Kelelehan, (mm)
(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi
kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota.
Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian jalan, harus
sesuai dengan instruksi Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan
kelandaian jalan.
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164, (Cara Reflux atau Soklet) untuk memperoleh volume kadar aspal dalam
campuran. Volume kadar aspal yang dapat diterima adalah volume kadar aspal
sesuai rancangan kerja (JMF) ± 0.3%.
Campuran ATB (Laston Atas) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam
beberapa hal penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk meyakinkan
sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Artikel 6.7.3. Akan tetapi umumnya pemakaian bahan pengisi harus sesedikit
mungkin.
Kadar bitumen campuran ATB (Laston Atas) harus ditetapkan sedemikian rupa
hingga kadar bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi agregat)
tidak akan kurang dari nilai minimum yang ditetapkan dalam Tabel 6.7.3.
Persentase aspal yang sesungguhnya harus ditambahkan kedalam campuran
akan tergantung pada daya absobsi agregat yang digunakan dan akan
ditetapkan oleh Direksi Teknik sewaktu menyetujui rumus campuran kerja.
Nilai kadar aspal yang ditetapkan akan didasarkan pada data pengujian yang
diberikan Penyedia menurut Artikel 6.7.2 dan harus lebih besar dari batasan
yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.7.3.
(b) Perlu diperhatikan bahwa fraksi rancangan tersebut pada umumnya tidak
sama dengan proporsi takaran yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir
dan bahan pengisi tambahan. Agregat yang ada dan bahan pengisi yang
tersedia untuk menghasilkan fraksi rancangan yang diperlukan, maka
gradasi dari masing-masing agregat yang ada dan bahan pengisi harus
ditetapkan dengan penyaringan basah untuk menjamin pengukuran yang
teliti dari material yang lolos saringan 2,36 mm dan 75 mikron.
(c) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batas-
batas komposisi yang diberikan dalam Tabel 6.7.4 (1). Walaupun
demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat
menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi
sifat-sifat campuran yang ditentukan pada Tabel 6.7.3.
37,5 1,5" -
25,0 1" 100
19,0 3/4" 90 - 100
12,7 ½" 65 – 90
9,5 3/8" 55 – 80
4,75 #4 35 – 60
2,36 #8 24 – 45
1.18 # 16 15 - 34
0,600 # 30 9 – 25
0,300 # 50 5 – 17
0,150 # 100 3 – 12
0,075 # 200 2-9
Total 100
(1) Persetujuan
(d) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda-beda, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.7.4 (3) diatas,
bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
(a) Semua campuran ATB (Laston Atas) yang disediakan harus sesuai
dengan Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik,
dalam batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :
Toleransi Temperatur :
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran sebagaimana digariskan dalam Paragraf 6.7.9 (3) dan 6.7.9 (4)
atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan
keseragaman yang diperlukan dari campuran.
(c) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari
sumber material, formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan
disetujui, sebelum campuran ATB (Laston Atas) yang mengandung
material baru dikirimkan. Material baru akan ditolak bila ternyata
mempunyai pori atau sifat-sifatnya memberikan hasil kinerja campuran
yang tidak memenuhi ketentuan, misalkan kadar aspal yang lebih tinggi
atau lebih kecil dari pada batas yang dipersyaratkan.
(1) Umum
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki
dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk.
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang
disyaratkan. Sumber panas pada drayer harus dikendalikan secara terus
menerus agar panas yang terjadi tidak sampai melampaui yang dipersyaratkan,
bila dipandang perlu Direksi dapat meminta untuk dipasang termometer
kendali otomatis yang dapat menjaga panas agregat maksimal 170⁰C dan
minimal 155⁰C. Hal ini diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi panas
berlebih pada campuran aspal, sehingga campuran akan mudah mengalami
retak-retak.
(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh
dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang
tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih
dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material
aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk
campuran kerja itu.
(c) Pada ketel aspal harus dipasang alat pengendali temperatur secara
otomatis agar temperatur aspal yang diperoleh tidak terjadi pemanasan
berlebih (over heating).
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang
tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas
lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat
pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur
dari agregat yang dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik
yang mengukur perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu”
(resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki pencampur.
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan
sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas
dari jatuhan dari platform pencampur.
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda)
yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam
batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan
selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar
memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg
dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran
isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan
penutup debu untuk mencegah hilangnya debu.
Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu selang
waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan
siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran harus dipasang
sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch campuran.
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing-masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.
(a) Truk untuk mengangkut campuran ATB (Laston Atas) harus mempunyai
bak dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan
sedikit air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau
larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada
genangan minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang
sebelum campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup
dengan kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.
Apabila jarak angkut melebihi 100 km, atau pelaksanaan di musim hujan,
harus digunakan penutup terpal yang dimodifikasi dengan aluminium foil
agar temperatur dapat bertahan lama.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran ATB (Laston Atas) sampai sesuai dengan garis,
permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “ secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang
dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas
“screed” pada temperatur yang diperlukan untuk penghamparan
campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada
kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu
yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi).
Suatu alat harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban
di lapangan setiap saat. Untuk setiap ukuran dan tipe ban yang
digunakan, Penyedia harus memberikan kepada Direksi Teknik grafik
atau tabel yang menunjukan hubungan antara beban roda, tekanan ban,
dan tekanan ban pada bidang penyentuh, lebar dan luas.
(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
(iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem
Roller).
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 %
kapasitas alat pencampur.
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C
didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.
(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak
lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran.
Material aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik. Bila
digunakan alat pencampur batch, agregat harus dicampur secara
menyeluruh dalam keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan jumlah
yang tepat ditambahkan kedalam agregat tersebut dan keseluruhannya
diaduk selama paling sedikit 45 detik, lebih lama lagi jika diperlukan,
untuk menghasilkan campuran yang merata dan seluruh butir agregat
tersebut terselaput secara merata. Total waktu pencampuran harus
ditetapkan oleh Direksi Teknik dan diatur dengan alat pengatur waktu
yang sesuai. Untuk pencampur unit pencampur menerus waktu
pencampuran yang dibutuhkan harus juga paling sedikit 45 detik dan
dapat diatur dengan menetapkan alat pengukur minimum dalam unit
pencampuran dan/atau dengan setelan unit pencampur lainnya.
(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas
mutlaknya ditunjukan pada Tabel 6.7.7.
Tabel 6.7.7 Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran
Aspal
Suhu Campuran Aspal (º C)
Catatan : Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa
untuk mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam
Tabel yang diberikan diatas, berdasarkan data pengujian viskositas
untuk aspal yang dipakai, untuk menjamin bahwa batas viskositas
yang dipersyaratkan terpenuhi. Inilah yang merupakan syarat kriteria
Spesifikasi, bukan batas suhu itu.
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran ATB (Laston Atas) akan dihampar.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap
hari kerja dibuat sependek mungkin.
(4) Pemadatan
(a) Segera setelah campuran ATB (Laston Atas) dihampar dan diratakan,
permukaan harus diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki.
Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan lepas harus
dimonitor dan penggilasan harus dimulai didalam batas viskositas aspal
yang ditunjukkan pada Tabel 6.7.7.
(b) Penggilasan campuran ATB (Laston Atas) harus terdiri dari tiga operasi
yang berbeda sebagai berikut :
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan
tidak diijinkan.
(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan
yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah
mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Penyedia).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi
yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak,
tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus
dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru, yang harus
dipadatkan secepatnya agar sama dengan sekitarnya.
Campuran yang dipasang pada daerah seluas 1000 m2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan material campuran, harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan,
dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(5) Sambungan-sambungan
(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium AMP (JMF) dari material
dengan proporsi yang sama.
(b) Kepadatan yang tidak memenuhi sebagaimana butir (a) tidak dapat
diterima dan tidak dapat dilakukan pembayaran.
(c) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.
(a) Penyedia harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal (metode reflux atau soklet)
untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Jika memakai metoda
ekstraksi centryfuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan
AASHTO T 164 -76.
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
(a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran ATB (Laston Atas) haruslah
didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini :
(i) Untuk bahan lapis pondasi, jumlah meter kubik dari material yang
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas
bagian yang diukur yang diterima dan tebal rata-rata yang diterima.
(ii) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang
telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang
terus-menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk.
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal ATB (Laston Atas) kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya.
Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan
yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran.
(c) ATB (Laston Atas) yang dibayar atas dasar meter kubik yang dihampar
langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis
permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama,
dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup
besar, harus dibayar atas tebal rata-rata harian yang dihitung atas dasar
kerapatan benda uji – benda uji inti (cores) campuran ATB (Laston Atas)
padat menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat dari
campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui, yang
benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika
menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata campuran ATB (Laston
Atas) yang digunakan, melebihi atau kurang dari sesungguhnya yang
dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), dan diterima harus
(d) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal ATB
(Laston Atas) yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih
besar dari tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana dari
Dokumen Kontrak.
Dalam hal Direksi Teknik telah menyetujui atau menerima tebal yang
kurang dari tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana,
atas dasar pertimbangan teknik sebagai cukup atau ketebalan lebih yang
diijinkan menurut Paragraf (c) diatas, maka pembayaran untuk ATB
(Laston Atas) akan dilakukan dengan menggunakan volume hamparan
yang disesuaikan yang dihitung menurut Paragraf (h) dibawah dengan
menggunakan faktor koreksi berikut :
(e) Lebar hamparan ATB (Laston Atas) yang akan dibayar, harus seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh
Direksi Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur
yang dilakukan Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan harus tidak
termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak memuaskan
sepanjang tepi dari hamparan ATB (Laston Atas). Selang jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik, tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m.
Lebar yang akan digunakan dalam hitungan luas untuk keperluan
pembayaran untuk setiap bagian perkerasan yang diukur, harus
merupakan angka rata-rata dari ukuran lebar yang diukur dan disetujui
Direksi Teknik.
(f) Panjang hamparan ATB (Laston Atas) arah memanjang yang akan
dibayar, harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan,
dengan menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut Paragraf 6.7.9 (4),
(j) Bila perbaikan ATB (Laston Atas) yang tidak memuaskan telah
diperintahkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan Paragraf 6.7.1 (8),
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan
dibayar bila pekerjaan semula (awal) dapat diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau tambahan
kuantitas yang diperlukan untuk perbaikan.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.8.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan atau lapis perata atau lapis
pondasi atas padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal
dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan, sesuai
dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar Rencana dalam
hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang atau sesuai dengan yang
diperintahkan Direksi Teknik.
(a) Tebal dari AC (Laston) yang dihampar harus diamati dengan benda uji
“inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Penyedia dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per
penampang melintang per lajur dengan jarak memanjang antar
penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 100 m.
(c) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam 1 hari produksi
AMP.
(d) Tebal aktual hamparan lapis beraspal bukan perata, harus sama atau lebih
besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar. Bilamana
tebal lapisan beraspal dalam suatu segmen terdapat benda uji inti yang
tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang disebutkan di atas maka
sub-segmen yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis
kembali dengan tebal nominal minimum yang dipersyaratkan dalam table
6.8.1.(2) dan harus memenuhi ketentuan kerataan yang disyaratkan dalam
pasal 6.8.1.(3).h. Tebal setiap titik dari masing-masing jenis campuran
beraspal perata/leveling dan bukan perata tidak boleh kurang dari tebal
rancangan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dengan toleransi tidak
lebih dari 5,0 mm.
AC 4
AC – WC 4
AC – BC 5
AC – Base >6
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada
hal-hal berikut ini :
Standar AASHTO
T 50 - 78 Penguji daya apung dari material aspal
T 164 - 76 Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran
perkerasan aspal
T 166 - 78 Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 - 55 Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 209 - 74 Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
T 176 - 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah
menggunakan pengujian ekivalen pasir.
M 17 - 77 Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran
perkerasan aspal
M 226 - 78 Tingkat kekentalan (viscosity) aspal
Standar Indonesia
(6) Pelaporan
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam Artikel 6.8.2.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam Artikel 6.8.5.
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Paragraf 6.8.9 (4) untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan
kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.8.9 (5).
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Penyedia untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya,
harus segera ditutup kembali dengan material campuran AC (Laston) oleh
Penyedia dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai
dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
6.8.2 MATERIAL
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran AC (Laston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang
dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai
dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Batu belah / boulder yang akan diproses masuk mesin pemecah batu
harus lebih besar dari 3 inci (7,5 cm).
(c) Agregat yang digunakan harus terdiri dari batu pecah yang dihasilkan
dari mesin pemecah batu yang dilengkapi dengan alat pencuci mekanis
(pemasangan penggetar/feeder).
(d) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(h) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran
yang memadai dari batu pecah dengan kerikil bersih.
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %,
tidak boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 30 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.
Standar
Pengujian Lalu Lintas Nilai
Pengujian
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam
Tabel 6.8.3.
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui
“cold bin feed” yang terpisah sesuai proporsi yang ditentukan pada JMF.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM)
(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan
atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 75% menurut
SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.
(c) Agregat halus harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan
dalam tabel dibawah ini.
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan
75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya
tahan campuran AC (Laston), membantu penyelaputan dari partikel
agregat dan membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya
variasi kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur
tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan kapur karena
hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran AC (Laston) apabila
kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan
maka proposi maksimum yang diijinkan adalah 1 % dari berat
keseluruhan campuran AC (Laston).
(d) Bahan pengisi (filler) yang harus digunakan untuk campuran AC/L pada
paket kegiatan ini adalah Portland Cement (Semen type I), dengan
volume setinggi-tingginya 2% dari berat campuran beraspal (AC/L).
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini (Pd S-15-1996-03
dan AASHTO M 226-78 (1996)).
Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan bahan
tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk Direksi
Teknik.
Spesifikasi
Sifat Campuran
AC-WC 1
AC AC-Base
AC-WC 2
Catatan :
(1) Modifikasi Marshall, diameter mold 15,24 cm (lihat Lampiran 6.8.B).
Untuk kondisi kepadatan mutlak gunakan alat penumbuk getar agar
terhindar dari kemungkinan adanya agregat yang pecah.
(2) Untuk lalu lintas yang bergerak sangat lambat atau lalu lintas mengalur
yang berat, gunakan kriteria untuk satu tingkat SST (Setara Sumbu-
Standar Tunggal) yang lebih tinggi.
(3) Berat Jenis efektif agregat dihitung berdasarkan pada Berat Jenis
Maksimum dari Metode Rice (AASHTO T 209-74).
(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi
kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota.
Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian jalan, harus
sesuai dengan instruksi Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan
kelandaian jalan.
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164, (Cara Reflux atau Soklet) untuk memperoleh volume kadar aspal dalam
campuran. Kadar aspal yang dapat diterima adalah kadar aspal sesuai
rancangan kerja (JMF) dengan toleransi lebih atau kurang 0.2% (nol koma dua
persen).
(1) Umum
Kadar aspal dalam campuran harus sedemikian rupa sehingga mengisi 60-80 %
dari rongga pada kombinasi agregat dan bahan pengisi.
Bahan pengisi dengan kadar tidak kurang dari 1% harus ditambahkan kedalam
campuran dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Paragraf 6.8.2 (4).
Gradasi dari kombinasi agregat dengan bahan pengisi harus sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan dalam Tabel 6.8.4 (1).
Selanjutnya, bentuk kurva pada bagian bawah kurva gradasi kombinasi ( bahan
yang lolos saringan 2,36 mm ), harus sedemikian rupa sehingga tidak terdapat
bagian yang mempunyai persentase lolos ayakan tertentu menyimpang dari
satu batas atau batas terdekat, ke satu batas atau batas terdekat lainnya.
Tabel 6.8.4 (1) Batas-batas Gradasi untuk Kombinasi Agregat dan Bahan
Pengisi pada Campuran.
(mm) (ASTM) AC
Variasi kadar aspal harus dipilih dengan penambahan 0,5% menurut berat.
Sekurang-kurangnya harus terdapat 2 variasi diatas dan dua variasi dibawah
Kadar aspal optimum sementara adalah rata-rata dari nilai-nilai berikut yang
ditentukan dari penggambaran data-data menurut Paragraf 6.8.4 (5) :
Dalam hal dimana kadar aspal optimum sementara sangat berbeda dari yang
diperkirakan, Direksi Teknik dapat memerintahkan penambahan jumlah
pengujian.
Campuran yang dipilih dengan cara ini disebut campuran kerja sementara.
Untuk keperluan ini harus disiapkan tiga benda uji tambahan untuk setiap
penyimpangan berikut terhadap campuran kerja sementara :
Sifat-sifat dari setiap variasi campuran ini harus memenuhi semua batas sifat
yang disyaratkan. Jika campuran kerja sementara tidak dapat memenuhi
ketentuan ini, harus diselidiki penyesuaian/modifikasi rancangan campuran
selanjutnya. Campuran yang paling memenuhi semua syarat yang ditetapkan
dipilih sebagai campuran kerja.
(1) Persetujuan
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
Toleransi Temperatur :
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran sebagaimana digariskan dalam Paragraf 6.8.9 (3) dan 6.8.9 (4)
atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan
keseragaman yang diperlukan dari campuran.
Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar
dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode
pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan
selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk
mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat
aspal dalam sistem sirkulasi.
(1) Umum
(d) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa
berulang kali, sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi Teknik, untuk
selalu menjamin ketepatannya. Penyedia harus menyediakan dan siap di
tempat tidak kurang dari 10 buah beban standar seberat 20 kg untuk
pengujian-pengujian penimbangan.
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang
disyaratkan. Sumber panas pada drayer harus dikendalikan secara terus
menerus agar panas yang terjadi tidak sampai melampaui yang dipersyaratkan,
dan harus dipasang termometer kendali otomatis yang dapat menjaga panas
agregat maksimal 160⁰C dan minimal 150⁰C. Hal ini diperlukan untuk
menjaga agar tidak terjadi panas berlebih pada campuran aspal. Bahan bakar
yang digunakan untuk memanaskan agregat haruslah minyak tanah, gas
(LPG/LNG) atau solar.
(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh
dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang
tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih
dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material
aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk
campuran kerja itu.
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif,
dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit
pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal
yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk pusat
pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus disinkronkan
dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan pengendalian
penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel dengan mudah
dan tepat. Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari
material aspal kedalam pencampur harus disediakan.
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang
tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas
lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat
pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur
dari agregat yang dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik
yang mengukur perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu”
(resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki pencampur.
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik
Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang
bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan
pada seksi ini.
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan
sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas
dari jatuhan dari platform pencampur.
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda)
yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam
batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan
selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar
memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg
dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran
isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan
penutup debu untuk mencegah hilangnya debu.
Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu selang
waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan
siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran harus dipasang
sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch campuran.
Unit dapat menangani contoh uji seberat 150 kg lebih, berupa gabungan
contoh-contoh dari seluruh penampung, dan tidak kurang dari 50 kg
untuk setiap contoh dari satu penampung.
(e) Penampung.
(c) Bila dianggap perlu, agar campuran AC (Laston) yang dikirim ke tempat
pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk hendaknya
diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran mudah
dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “ screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang
dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas
“screed” pada temperatur yang diperlukan untuk penghamparan
campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada
kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu
yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk
(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 %
kapasitas alat pencampur.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak
lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran. Material aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik.
Tabel 6.8.7 Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran
Aspal
Catatan :
(a) Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa
untuk mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam
Tabel yang diberikan diatas, berdasarkan data pengujian viskositas untuk
aspal yang dipakai, untuk menjamin bahwa batas viskositas yang
dipersyaratkan terpenuhi. Inilah yang merupakan syarat kriteria
Spesifikasi, bukan batas suhu itu.
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus
sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran AC (Laston) akan dihampar.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(4) Pemadatan
(b) Penggilasan campuran AC (Laston) harus terdiri dari tiga operasi yang
berbeda sebagai berikut :
Waktu setelah
No. Uraian
Penghamparan
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba
yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas.
(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan
tidak diijinkan.
(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan
yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah
mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Penyedia).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi
yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak,
tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus
dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru, yang harus
dipadatkan secepatnya agar sama dengan sekitarnya.
Campuran yang dipasang pada daerah seluas 1000 m2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan material campuran, harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan,
dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(5) Sambungan-sambungan
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan
aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat
sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya
digilas.
(a) Kepadatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kepadatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium AMP (JMF) dari material
dengan proporsi yang sama.
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan
untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan
Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kepadatan teroritis
maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74).
(a) Penyedia harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal (dengan metoda reflux atau
soklet) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Jika memakai metoda
ekstraksi centryfuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan
AASHTO T 164 -76.
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
(a) Untuk lapisan bukan perata (AC) adalah jumlah tonase bersih dari
campuran yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil
perkalian luas hamparan yang diterima dan tebal yang diterima dengan
kepadatan campuran yang diterima yang diperoleh dari pengujian benda
uji inti (core). Tonase yang dihampar dan diterima tersebut tidak boleh
lebih besar dari tonase yang diperoleh dari penimbangan muatan di
rumah timbang (tiket).
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal AC (Laston) kurang dari tebal minimum yang dapat
diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya.
Lokasi-lokasi yang kepadatannya kurang dari yang disyaratkan atau
materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan yang disetujui
tidak akan diterima untuk pembayaran.
(e) Lebar hamparan AC (Laston) yang akan dibayar, harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang
dilakukan Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus
tidak termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak
memuaskan sepanjang tepi dari hamparan AC (Laston). Selang jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik, tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m.
Lebar yang akan digunakan dalam hitungan luas untuk keperluan
pembayaran untuk setiap bagian perkerasan yang diukur, harus
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut Paragraf 6.8.9 (4),
harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran.
(j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang
digunakan Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk berbagai
campuran beraspal yang termasuk dalam penawarannya haruslah
berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian harga yang
akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal optimum yang
ditetapkan dalam JMF dan kadar aspal dalam analisa harga satuan dalam
penawaran.
Nomor Mata
Uraian Satuan
Pembayaran
Pengukuran
6.8.(1) AC (Laston) Ton
6.8.(2) ACL (Laston Levelling) Ton
6.8.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan atau lapis perata atau lapis
pondasi atas padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal
dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan, sesuai
dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar Rencana dalam
hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang atau sesuai dengan yang
diperintahkan Direksi Teknik.
(a) Tebal dari AC (Laston) yang dihampar harus diamati dengan benda uji
“inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Penyedia dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
Selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi paling sedikit dua buah diambil
arah melintang dari masing-masing setengah lebar penampang yang
diselidiki dan selang antara potongan melintang ke arah memanjang yang
diselidiki tidak boleh lebih dari 200 m, dan harus sedemikian rupa
sehingga jumlah total benda uji yang diambil pada setiap segmen yang
diukur untuk pembayaran tidak boleh kurang dari batas-batas yang
diberikan dalam Tabel 6.8.1 (1).
< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50
AC 4
AC – WC 1 4
AC – WC 2 5
AC – Base >6
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada
hal-hal berikut ini :
Standar AASHTO
Standar Indonesia
(6) Pelaporan
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam Artikel 6.8.2.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam Artikel 6.8.5.
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Paragraf 6.8.9 (4) untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan
kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.8.9 (5).
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Penyedia untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya,
harus segera ditutup kembali dengan material campuran AC (Laston) oleh
Penyedia dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai
dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
6.8.2 MATERIAL
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran AC (Laston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang
dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai
dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(c) Agregat kasar dan agregat halus tidak diperkenankan menggunakan hasil
olahan dari batu putih (batu kapur), kecuali sudah mendapat rekomendasi
dari Bina Perencanaan Teknis Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Timur.
(f) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran
yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi.
Campuran Campuran
(mm) (ASTM)
Normal Lapisan Perata
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %,
tidak boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam
Tabel 6.8.3.
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui
“cold bin feed” yang terpisah sesuai proporsi yang ditentukan pada JMF,
dengan jumlah pasir maksimum terhadap total agregat adalah 10%.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM)
Standar
Pengujian Lalu Lintas Nilai
Pengujian
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan
75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya
tahan campuran AC (Laston), membantu penyelaputan dari partikel
agregat dan membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya
variasi kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur
tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan kapur karena
hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran AC (Laston) apabila
kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan
maka proposi maksimum yang diijinkan adalah 1 % dari berat
keseluruhan campuran AC (Laston).
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini (Pd S-15-1996-03
dan AASHTO M 226-78 (1996)).
Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan bahan
tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk Direksi
Teknik.
Spesifikasi
Sifat Campuran
AC-WC 1
AC AC-Base
AC-WC 2
Catatan :
(1) Modifikasi Marshall, diameter mold 15,24 cm (lihat Lampiran 6.8.B).
Untuk kondisi kepadatan mutlak gunakan alat penumbuk getar agar
terhindar dari kemungkinan adanya agregat yang pecah.
(3) Berat Jenis efektif agregat dihitung berdasarkan pada Berat Jenis
Maksimum dari Metode Rice (AASHTO T 209-74).
(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi
kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota.
Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian jalan, harus
sesuai dengan instruksi Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan
kelandaian jalan.
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.
(1) Umum
Kadar aspal dalam campuran harus sedemikian rupa sehingga mengisi 60-80 %
dari rongga pada kombinasi agregat dan bahan pengisi.
Bahan pengisi dengan kadar tidak kurang dari 1% harus ditambahkan kedalam
campuran dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Paragraf 6.8.2 (4).
Gradasi dari kombinasi agregat dengan bahan pengisi harus sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan dalam Tabel 6.8.4 (1).
Tabel 6.8.4 (1) Batas-batas Gradasi untuk Kombinasi Agregat dan Bahan
Pengisi pada Campuran.
Catatan :
1) Untuk campuran AC (Laston) lapis aus dan lapis pondasi, disyaratkan
agar minimum 80 % dari agregat yang lolos saringan 2,36 mm dan
harus lolos pula pada saringan 0,600 mm. Pada Tabel 6.8.4 (2)
diberikan tingkat ketimpangan atau gap untuk bahan yang lolos
saringan 2,36 mm dan tertahan diatas saringan 0,600 mm.
Variasi kadar aspal harus dipilih dengan penambahan 0,5% menurut berat.
Sekurang-kurangnya harus terdapat 2 variasi diatas dan dua variasi dibawah
kadar aspal yang diperkirakan. Benda uji harus diperiksa untuk Stabilitas
Marshall, Marshall Flow, Berat Satuan dan Kadar Rongga Udara.
Kadar aspal optimum sementara adalah rata-rata dari nilai-nilai berikut yang
ditentukan dari penggambaran data-data menurut Paragraf 6.8.4 (5) :
Dalam hal dimana kadar aspal optimum sementara sangat berbeda dari yang
diperkirakan, Direksi Teknik dapat memerintahkan penambahan jumlah
pengujian.
Campuran yang dipilih dengan cara ini disebut campuran kerja sementara.
Sifat-sifat dari setiap variasi campuran ini harus memenuhi semua batas sifat
yang disyaratkan. Jika campuran kerja sementara tidak dapat memenuhi
ketentuan ini, harus diselidiki penyesuaian/modifikasi rancangan campuran
selanjutnya. Campuran yang paling memenuhi semua syarat yang ditetapkan
dipilih sebagai campuran kerja.
(1) Persetujuan
(d) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda-beda, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.8.4 (4) diatas,
bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
Toleransi Temperatur :
(c) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari
sumber material, suatu formula campuran kerja yang baru harus
diserahkan dan disetujui, sebelum campuran AC (Laston) yang
mengandung material baru dikirimkan. Material kerja akan ditolak bila
ternyata mempunyai pori atau sifat-sifatnya membutuhkan, untuk
menghasilkan campuran yang seimbang, kadar aspal yang lebih tinggi
atau lebih kecil dari pada batas yang dipersyaratkan.
(1) Umum
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki
dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk.
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh
dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang
tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih
dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material
aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk
campuran kerja itu.
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif,
dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit
pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal
yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk pusat
pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus disinkronkan
dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan pengendalian
penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel dengan mudah
dan tepat. Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari
material aspal kedalam pencampur harus disediakan.
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang
tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik
Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang
bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan
diatas.
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda)
yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam
batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan
selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar
memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg
dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran
isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan
penutup debu untuk mencegah hilangnya debu.
Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu selang
waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan
siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran harus dipasang
sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch campuran.
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing-masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.
Unit dapat menangani contoh uji seberat 150 kg lebih, berupa gabungan
contoh-contoh dari seluruh penampung, dan tidak kurang dari 50 kg
untuk setiap contoh dari satu penampung.
(e) Penampung.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran AC (Laston) sampai sesuai dengan garis,
permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “ secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang
dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas
“screed” pada temperatur yang diperlukan untuk penghamparan
campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada
kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu
yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk
setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Penyedia harus
memberikan kepada Direksi Teknik grafik atau tabel yang menunjukan
hubungan antara beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang
penyentuh, lebar dan luas. Masing-masing mesin gilas harus dilengkapi
dengan suatu cara penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan
beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dari 1500
sampai 2500 kg. Dalam operasi, tekanan ban dan beban roda harus
disetel sesuai dengan permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi
kebutuhan pemadatan tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap
lapisan dengan mesin gilas ban bertekanan harus dengan tekanan yang
setinggi mungkin yang dapat dipikul material.
(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C
didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.
(3) Penyiapan Agregat
(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak
lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran. Material aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik.
(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas
mutlaknya ditunjukan pada Tabel 6.8.7.
Tabel 6.8.7 Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran
Aspal
Pengilasan Break down (silinder 1000 - 1800 125 - 110 111 - 102
baja)
Catatan : Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa
untuk mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam
(b)
Masing-masing kendaraan yang telah dimuati harus ditimbang di tempat
pencampuran, dan harus dibuat catatan dari menyangkut berat kotor,
berat kosong dan berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak boleh
dikirim terlalu sore agar penyelesaian hamparan dan pemadatan
campuran sewaktu hari masih terang terkecuali tersedia penerangan yang
memuaskan.
6.8.8 PENGHAMPARAN CAMPURAN
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus
sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran AC (Laston) akan dihampar.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap
hari kerja dibuat sependek mungkin.
(4) Pemadatan
(b) Penggilasan campuran AC (Laston) harus terdiri dari tiga operasi yang
berbeda sebagai berikut :
Waktu setelah
No. Uraian
Penghamparan
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba
yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas.
(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan
tidak diijinkan.
(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan
yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah
mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Penyedia).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi
Campuran yang dipasang pada daerah seluas 1000 m2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan material campuran, harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan,
dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(5) Sambungan-sambungan
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan
aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat
sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya
digilas.
(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium AMP (JMF) dari material
dengan proporsi yang sama.
(b) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan
untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan
Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis
maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74).
(a) Penyedia harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2
(dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi
abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76.
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
(i) Untuk bahan lapis permukaan atau lapis antara, jumlah meter
persegi dari material yang dihampar dan diterima, yang dihitung
sebagai hasil perkalian dari panjang penampang yang diukur dan
lebar yang diterima.
(iii) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang
telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang
terus-menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk.
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal AC (Laston) kurang dari tebal minimum yang dapat
diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya.
Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan
yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran.
(c) AC (Laston) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar
langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis
permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama,
dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup
besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang dihitung atas
dasar kerapatan laboratorium dari campuran AC (Laston) padat menurut
SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat dari campuran,
sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui, yang benar-benar
dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika menurut
pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata campuran AC (Laston) yang
digunakan, melebihi dari sesungguhnya yang dibutuhkan (diperlukan
untuk perbaikan bentuk), tebal nominal yang dikurangi dan diterima
harus ditentukan berdasarkan atas suatu perhitungan yang tidak berat
sebelah dari tebal rata-rata yang dibutuhkan.
Dalam hal Direksi Teknik telah menyetujui atau menerima tebal yang
kurang dari tebal rancangan nominal yang ditunjukkan dalam Tabel 6.8.1
(2) atau tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana, atas
dasar pertimbangan teknik sebagai cukup atau ketebalan lebih yang
diijinkan menurut Paragraf (c) diatas, maka pembayaran untuk AC
(Laston) akan dilakukan dengan menggunakan luas hamparan atau
volume yang disesuaikan yang dihitung menurut Paragraf (h) dibawah
dengan menggunakan faktor koreksi berikut :
Tidak ada penyesuaian luas hamparan atau volume seperti diatas yang
dapat diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan bila
bahan tersebut dihampar diatas permukaan yang dikerjakan dalam
Kontrak yang sama.
(e) Lebar hamparan AC (Laston) yang akan dibayar, harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang
dilakukan Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran
harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus tidak
termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak memuaskan
sepanjang tepi dari hamparan AC (Laston). Selang jarak pengukuran
memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi
harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m. Lebar yang akan
digunakan dalam hitungan luas untuk keperluan pembayaran untuk setiap
bagian perkerasan yang diukur, harus merupakan angka rata-rata dari
ukuran lebar yang diukur dan disetujui Direksi Teknik.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut Paragraf 6.8.9 (4),
harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran.
(h) Luas atau volume atau berat yang digunakan untuk pembayaran adalah :
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.9.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan padat yang awet,
yang terdiri dari agregat dan material aspal dan bahan tambahan tertentu
dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan
campuran tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah
disiapkan, sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai
Gambar Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan
melintang atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.
(a) Kandungan chipping yang tinggi (ukuran agregat > 2 mm) kurang lebih
75 % dengan gradasi terbuka.
(a) Tebal dari lapis SMA yang dihampar harus diamati dengan benda uji
“inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Penyedia dibawah
pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda
uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi
paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing
setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan
< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50
(b) Tebal lapis SMA yang sesungguhnya dipasang di setiap bagian dari
pekerjaan didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari benda-benda uji inti
yang diambil dari bagian tersebut.
Dalam hal bagian yang manapun yang sedang diukur untuk menentukan
pembayarannya, berat material yang benar-benar dihamparkan yang
dihitung dari timbangan muatan truk adalah kurang dari ataupun lebih
dari lebih besar 5 % dari berat yang dihitung dari ketebalan dan rata-rata
kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi Teknik harus mengambil
tindakan untuk menyelidikinya agar bisa memastikan sebab terjadinya
selisih berat tersebut sebelum menyetujui pembayaran material yang
telah dihamparkan itu.
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada
hal-hal berikut ini :
(i) Memerintahkan Penyedia untuk lebih sering atau lebih banyak atau
mencari lokasi-lokasi cores yang lain.
(e) Variasi kerataan permukaan lapis SMA yang telah selesai ditangani
diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak
boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk
masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan
perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada
profil memanjang.
Standar AASHTO
T 50 - 78 Penguji daya apung dari material aspal
T 164 - 76 Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran
perkerasan aspal
T 166 - 78 Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 - 55 Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 209 - 74 Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
T 176 - 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah
menggunakan pengujian ekivalen pasir.
M 17 - 77 Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran
perkerasan aspal
M 226 - 78 Tingkat kekentalan (viscosity) aspal
Standar Indonesia
PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal
PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los
Angeles.
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau
Magnesium Sulfat
Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang
dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode
Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal
( pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku ).
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran
agregat.
SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran
aspal menggunakan peralatan Marshall
Pd S-15-1996-03 Tingkat penetrasi aspal semen
(5) Pelaporan
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam Artikel 6.9.5.
(e) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran SMA yang
dihampar, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.9.9 (2).
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Paragraf 6.9.9 (4) untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan
kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Paragraf 6.9.9 (5).
(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan SMA dan dimensi
perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam Artikel 6.9.10.
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Penyedia untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Campuran SMA hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak
akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang sudah disiapkan
dalam kondisi yang memuaskan.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya,
harus segera ditutup kembali dengan material campuran SMA oleh Penyedia
dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan
toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
6.9.2 MATERIAL
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran SMA yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 %
bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan Pd
M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(e) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah ini dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran
yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi.
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %,
tidak boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.
(d) Bila batu pecah yang digunakan, tidak kurang dari 50 % butiran yang
tertahan pada ayakan 4,75 mm terhadap berat, harus mempunyai paling
sedikit dua bidang pecah.
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam
Tabel 6.9.3.
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan
atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut
SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan
75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM)
0,59 # 30 100
0,27 # 50 95 – 100
0,149 # 150 90 – 100
0,075 # 200 65 – 100
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03 dan AASHTO
M 226-78 (1996)):
Spesifikasi Aspal
Jenis Pengujian Metode Satuan
Pen. Pen.
Pengujian
60/70 80/100
min mak min mak
(c) Mencegah kelelehan dan bleeding pada aspal, setelah lapis SMA sebagai
Wearing Course dilalui lalu lintas.
Ukuran dan cara pencampuran bahan tambah tersebut harus sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknik.
Hanya aspal emulsi jenis CRS yang memenuhi ketentuan AASHTO M 140
atau M 208 yang dapat digunakan. Jumlah pemakaian diatas permukaan
lapisan beraspal yang baru harus tidak lebih dari 0,15 liter/m2. Lapis perekat
harus disemprotkan secara merata dengan alat aspal distributor/sprayer.
(1) Campuran SMA harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Tabel
6.9.3 dibawah.
(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi
kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian
Spesifikasi
Sifat Campuran
Min. Maks. Nilai
- Pemadatan - - 2 x 75
- Stabilitas Marshall (kg) 670 - -
- Kelelehan (mm) 2 4 -
- Mashall Quotient (KN/mm) 1,9 3 -
- Rongga dalam campuran (%) 3 5 -
- Derajat Kepadatan (%) - - > 97
- Indeks Perendaman 48 jam (% stabilitas 75 - -
total campuran)
- Kadar aspal efektif (%) 6 - -
- Kadar penyerapan aspal (%) 1,5 - -
- Kadar aspal total (%) 6,5 - -
- Kadar serat selulosa (% berat total 0,3 1,5 -
campuran)
Toleransi yang diijinkan untuk jumlah pemakaian serat selulosa adalah 0,005%
terhadap berat total campuran.
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.
Campuran SMA terdiri dari agregat, bahan aspal, filler (bila diperlukan) dan
bahan tambah berupa serat selulosa untuk menstabilkan aspal, sehingga sifat-
sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Artikel
6.9.3. Komposisi umum dari campuran SMA dapat dilihat pada table dibawah
ini :
1 Mineral agregat :
2 Aspal :
4 Lapisan Aspal :
Kadar bitumen campuran SMA harus ditetapkan sedemikian rupa hingga kadar
bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi agregat) tidak akan
kurang dari nilai minimum yang ditetapkan dalam Tabel 6.9.3. Persentase aspal
yang sesungguhnya harus ditambahkan kedalam campuran akan tergantung
pada daya absobsi agregat yang digunakan dan akan ditetapkan oleh Direksi
Teknik sewaktu menyetujui rumus campuran kerja. Nilai kadar aspal yang
ditetapkan akan didasarkan pada data pengujian yang diberikan Penyedia
menurut Artikel 6.9.2 dan harus lebih besar dari batasan yang dipersyaratkan
dalam Tabel 6.9.3.
(b) Perlu diperhatikan bahwa fraksi rancangan tersebut pada umumnya tidak
sama dengan proporsi takaran yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir
dan bahan pengisi tambahan. Agregat yang ada dan bahan pengisi yang
tersedia untuk menghasilkan fraksi rancangan yang diperlukan, maka
gradasi dari masing-masing agregat yang ada dan bahan pengisi harus
ditetapkan dengan penyaringan basah untuk menjamin pengukuran yang
teliti dari material yang lolos saringan 2,36 mm dan 75 mikron.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(ASTM) (mm)
(1) Persetujuan
(d) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda-beda, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.9.4 (3) diatas,
bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
(a) Semua campuran SMA yang disediakan harus sesuai dengan Rumus
Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam batas antara
toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :
Toleransi Temperatur :
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran sebagaimana digariskan dalam Paragraf 6.9.9 (3) dan 6.9.9 (4)
atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan
keseragaman yang diperlukan dari campuran.
(c) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari
sumber material, suatu formula campuran kerja yang baru harus
diserahkan dan disetujui, sebelum campuran SMA yang mengandung
material baru dikirimkan. Material kerja akan ditolak bila ternyata
mempunyai pori atau sifat-sifatnya membutuhkan, untuk menghasilkan
campuran yang seimbang, kadar aspal yang lebih tinggi atau lebih kecil
dari pada batas yang dipersyaratkan.
(1) Umum
(d) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa
berulang kali, sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi Teknik, untuk
selalu menjamin ketepatannya. Penyedia harus menyediakan dan siap di
tempat tidak kurang dari 10 buah beban standar seberat 20 kg untuk
pengujian-pengujian penimbangan.
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki
dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk.
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang
disyaratkan.
(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh
dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang
tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih
dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material
aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk
campuran kerja itu.
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif,
dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik.
Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari material aspal
kedalam pencampur harus disediakan.
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang
tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas
lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat
pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur
dari agregat yang dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik
yang mengukur perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu”
(resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki pencampur.
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik
Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang
bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan
diatas.
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan
sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas
dari jatuhan dari platform pencampur.
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda)
yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam
batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan
selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar
memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg
dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran
isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan
penutup debu untuk mencegah hilangnya debu. Pencampur harus
memiliki pengontrol waktu yang tepat untuk mengendalikan operasi satu
siklus (daur) pencampuran lengkap dengan penguncian gerbang kotak
timbangan setelah pengisian ke pencampuran sampai penutupan gerbang
pencampur pada saat selesainya siklus tersebut. Pengontrol waktu harus
mencapai ember aspal selama periode pencampuran kering dan basah.
Periode pencampuran kering didefinisikan sebagai selang waktu antara
pembukaan gerbang kotak timbangan dan waktu dimulainya pemberian
aspal. Periode pencampuran basah didefinisikan sebagai selang waktu
antara penghantaran material aspal ke agregat dan saat pembukaan
gerbang pencampur. Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat
disetel untuk suatu selang waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3
menit untuk keseluruhan siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk
campuran harus dipasang sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu
dan harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch
campuran. Pencampur harus dilengkapi dengan jumlah pengaduk atau
pisau (blade) yang cukup dengan pengaturan yang tepat untuk dapat
menghasilkan batch campuran yang benar dan merata. Ruang bebas dari
pisau-pisau (blades) ke bagian yang tidak bergerak maupun yang
bergerak harus tidak melebihi 2 cm, kecuali dalam hal agregat memiliki
ukuran nominal maksimum lebih dari 1 inci, dalam hal ini ruang bebas
harus disetel sedemikian rupa untuk mencegah agregat kasar selama
operasi pencampuran.
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing-masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.
(a) Truk untuk mengangkut campuran SMA harus mempunyai bak dari
logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air
sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur
untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada genangan
minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang sebelum
campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.
(c) Bila dianggap perlu, agar campuran SMA yang dikirim ke tempat
pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk hendaknya
diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran mudah
dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran SMA sampai sesuai dengan garis, permukaan serta
penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “ secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi).
Roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua garis sumbu dan
diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu yang satu jatuh
diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih). Masing-masing ban
harus dipertahankan tekanannya pada tekanan operasi yang
dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak melebihi 350
gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk memeriksa dan
menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk setiap ukuran dan
tipe ban yang digunakan, Penyedia harus memberikan kepada Direksi
Teknik grafik atau tabel yang menunjukan hubungan antara beban roda,
tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang penyentuh, lebar dan luas.
(iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem
Roller).
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 %
kapasitas alat pencampur.
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C
didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.
(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak
lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran.
Material aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik.
(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas
mutlaknya ditunjukan pada Tabel 6.9.7.
Muatan tidak boleh dikirim terlalu sore agar penyelesaian hamparan dan
pemadatan campuran sewaktu hari masih terang terkecuali tersedia
penerangan yang memuaskan.
Catatan : Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa
untuk mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam
Tabel yang diberikan diatas, berdasarkan data pengujian viskositas
untuk aspal yang dipakai, untuk menjamin bahwa batas viskositas
yang dipersyaratkan terpenuhi. Inilah yang merupakan syarat kriteria
Spesifikasi, bukan batas suhu itu.
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran SMA akan dihampar.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap
hari kerja dibuat sependek mungkin.
(4) Pemadatan
(a) Segera setelah campuran SMA dihampar dan diratakan, permukaan harus
diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki.
(b) Penggilasan campuran SMA harus terdiri dari tiga operasi yang berbeda
sebagai berikut :
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan
tidak diijinkan.
(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan
yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah
mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Penyedia).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi
yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak,
tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus
dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru, yang harus
dipadatkan secepatnya agar sama dengan sekitarnya. Campuran yang
dipasang pada daerah seluas 1000 m2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan material campuran, harus dibongkar dan
diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan, dan permukaan
yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
(5) Sambungan-sambungan
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi
yang sama.
(b) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan
untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan
(a) Penyedia harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2
(dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi
abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76.
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.
(a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran SMA haruslah didasarkan pada
jumlah meter persegi dari material yang dihampar dan diterima, yang
dihitung sebagai hasil perkalian dari panjang penampang yang diukur dan
lebar yang diterima.
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal SMA kurang dari tebal minimum yang dapat
diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya.
(c) Lapis SMA yang dihampar langsung diatas permukaan jalan lama,
dimana pembuatan lapis permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup
pada Kontrak yang sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik
memerlukan koreksi yang cukup besar, harus dibayar atas tebal nominal
yang diterima yang dihitung atas dasar kerapatan laboratorium dari
campuran SMA padat menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang
diukur dan berat dari campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang
telah disetujui, yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk
pekerjaan permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-
rata campuran SMA yang digunakan, melebihi dari sesungguhnya yang
dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal yang
dikurangi dan diterima harus ditentukan berdasarkan atas suatu
perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata-rata yang dibutuhkan.
(d) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal SMA
yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih besar dari
tebal rancangan nominal yang ditunjukkan dalam Tabel 6.9.1 (2) atau
tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana dari Dokumen
Kontrak. Dalam hal Direksi Teknik telah menyetujui atau menerima tebal
yang kurang dari tebal rancangan nominal yang ditunjukkan dalam Tabel
6.9.1 (2) atau tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana,
Tidak ada penyesuaian luas hamparan atau volume seperti diatas yang
dapat diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan bila
bahan tersebut dihampar diatas permukaan yang dikerjakan dalam
Kontrak yang sama.
(e) Lebar hamparan SMA yang akan dibayar, harus seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi Teknik dan
harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan
Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus
tidak termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak
memuaskan sepanjang tepi dari hamparan SMA. Selang jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik, tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m.
(f) Panjang hamparan SMA arah memanjang yang akan dibayar, harus
ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut Paragraf 6.9.9 (4),
harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran.
Luas seperti
ditentukan pada x Ct x Cb
Paragraf (a) diatas
(i) Bila perbaikan SMA yang tidak memuaskan telah diperintahkan oleh
Direksi Teknik sesuai dengan Paragraf 6.9.1 (7), kuantitas yang diukur
untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan
semula (awal) dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk
pekerjaan tambahan atau tambahan kuantitas yang diperlukan untuk
perbaikan.
6.10.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan lapisan aus atau lapisan perata
terbuat dari agregat yang distabilisasi dengan aspal untuk penutup permukaan.
Lapis penutup permukaan bisa ditempatkan diatas suatu lapis Pondasi Agregat
Kelas A yang baru dikerjakan dan sudah diberikan lapis peresap, atau pada
suatu lapisan aspal yang sudah ada.
Tidak boleh ada pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang dilakukan
diatas perkerasan basah, selama hujan, bila hujan tampaknya akan turun atau
sewaktu angin kencang. Pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) hanya
dapat dilaksanakan selama musim kemarau, dan bila cuaca kemungkinan tetap
baik paling tidak dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan.
(4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi
Teknik atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang ada telah
benar-benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan
dalam Paragraf 6.10.4 (2). Pihak Penyedia tidak diperkenankan memulai
pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) sebelum mendapat izin tertulis
dari Direksi Teknik.
Pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang telah selesai harus dapat
memuaskan Direksi Teknik dan permukaan harus terlihat seragam dan
bentuknya menerus, terkunci dengan rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-
lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal.
(6) Pelaporan
Pihak Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini:
(a) Contoh aspal sejumlah 5 liter yang diusulkan oleh Penyedia untuk
dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan Sertifikat dari Pabrik Pembuat,
dan harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa material pengikat tersebut
sesuai dengan Spesifikasi dan tingkat yang dipersyaratkan untuk Aspal,
seperti diberikan dalam Paragraf 6.10.2 (2).
(e) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan
lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil
pengujian atas agregat laburan harus sesuai persyaratan Paragraf 6.10.2
(1) dan Artikel 6.10.5 dan harus dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum
timbunan agregat laburan akan digunakan dalam pekerjaan.
(f) Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja,
menurut Artikel 6.10.5. Catatan harian pekerjaan Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) yang telah dilaksanakan dan kuantitas penggunaan
mateial menurut Artikel 6.10.5.
(a) Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat daerah
yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan
tersemprot.
(b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru sebelum paling
tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat yang dilapisi untuk
memperkecil resiko agregat terganggu. Jika kendaraan diijinkan lewat
diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas yang diijinkan dengan tulisan
“ASPAL CAIR” dan “20 km/jam” harus disediakan. Kerucut-kerucut,
rambu lalu lintas dan penghalang-penghalang harus digunakan untuk
mendapatkan suatu rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang
belum padat atau permukaan aspal yang masih terbuka.
(c) Pengawasan dan pengendalian penuh pada posisi, arah dan kecepatan
lalu lintas, menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas,
harus berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan
pelaburan dalam tiap bagisn sampai paling tidak 48 jam setelah pekerjaan
pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas dilanjutkan sampai
suatu periode tanpa gangguan selama 48 jam pada cuaca bagus berlalu,
keculi karena diperintahkan oleh Direksi Teknik.
6.10.2 MATERIAL
(1) Agregat
(a) Agregat harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil pecah
(c) Agregat harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan bebas dari
debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut :
• Persentase berat dari kerikil pecah yang tertahan saringan 4,75 mm
yang mempunyai paling tidak dua bidang pecah minimum 90 %.
(d) Agregat yang digunakan terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci dan
agregat penutup. Gradasi masing-masing agregat harus memenuhi
ketentuan dalam Tabel 6.10.2 (1) dibawah ini.
Agregat Pengunci
Lolos : 25 mm 100 100 100
18 mm 90 – 100 95 – 100 95 – 100
9 mm 0–5 0–5 0–5
Agregat Penutup
Lolos : 12 mm 100 100 100
9 mm 85 – 100 85 – 100 85 – 100
4 mm 10 – 30 10 – 30 10 – 30
2 mm 0 – 10 0 – 10 0 – 10
(a) Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau dari AC-20
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70), memenuhi
persyaratan AASHTO M 226-80, diencerkan memakai minyak tanah
sesuai ketentuan Tabel 6.10.2 (2).
17,5 13 15 151
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
30,0 3 5 177
32,5 1 3 182
34,0 0 2 185
> 36 0 0 187
Additive yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik dan perbandingan campuran ( pph ) dari bahan tersebut dengan
(c) Dimana minyak tanah atau bahan adhesi yang ditambahkan pada material
aspal pencampurannya harus merata, caranya dengan mensirkulasikan
bahan tersebut pada seluruh tangki. Variasi hasil adukan tersebut boleh
melebihi + 2 pph minyak tanah dari persyaratan campuran bahan
pengikat berdasarkan pada hasil pada dua liter contoh dan setiap
campuran bahan pengikat. Jika pencampuran hendak dibuat didalam
distributor aspal, maka syaratnya semua bahan aspal didalam distributor
harus disirkulasikan paling kurang 30 menit pada kecepatan penuh
pompa (pada sirkulasi mode intern) atau menurut waktu yang lebih lama
diperlukan sehingga dicapai campuran yang rata pada suhu yang merata.
6.10.3 PERALATAN
Peralatan yang akan digunakan harus termasuk Distributor Aspal yang dapat
menyemprot sendiri, dua mesin giling (roda karet dan roda baja), alat penebar
agregat paling kurang 2 (dua) dump truk tongkang belakang, sapu lidi dan sikat
dan peralatan untuk menuang drum dan untuk memanaskan bahan aspal.
(a) Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan harus
mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda bila
dibebani penuh harus tidak boleh melampaui ketentuan yang
dipersyaratkan pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan kecepatan
penuh.
Mesin giling roda karet harus mempunyai lebar pemadatan total tak boleh
kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. Mesin
giling roda baja dapat berupa Tandem Roller 6 – 8 ton atau Three Wheel Roller
6 – 8 ton.
(6) Sikat
Sapu ijuk kasar untuk re-distribusi agregat dan sikat mekanis untuk
menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.
Peralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia demi untuk
meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau telah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik.
(a) Kuantitas material agregat dan aspal yang akan digunakan untuk
pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Tabel 6.10.4.
Agregat Ppkok
Tebal kg/m2 Agregat Agregat
Aspal Aspal
Lapisan Pengunci Penutup
Tebal Lapisan (cm) kg/m2 kg/m2
cm kg/m2 kg/m2
7 - 10 5-8 4-5
I II III IV V VI
(b) Dalam hal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) digunakan sebagai Lapisan
Perata atau Lapen Levelling, maka material aspal dalam kolom V dan
material agregat (agregat penutup) dalam kolom VI dari Tabel 6.10.4
tidak berlaku / tidak dipakai, dan untuk tebal lapisan dalam kolom I dari
Tabel 6.10.4 harus dikoreksi dengan mengurangi dengan 1,5 cm sebagai
tebal rencana dari Lapen Levelling.
(a) Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat atau lapis
perekat, maka pemukaan tersebut harus benar-benar bersih dari kotoran
dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan pembersihan
harus dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau peniup debu. Jika
hasil pekerjaan pembersihan tidak merata, maka bagian-bagian yang
belum besih dapat dibersihkan memakai sapu kawat baja.
(e) Permukaan lama yang belum beraspal, sebelum diberi Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis resap pengikat, dan
permukaan lama yang sudah beraspal, sebelum diberi Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis perekat, yang sesuai
ketentuan-ketentuan dalam Seksi 6.1 - Lapis Resap Pengikat dan Lapis
Perekat. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi lapis resap pengikat
atau lapis perekat harus diperiksa kembali kesempurnaannya.
(c) Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa pemakaian bahan aspal
setiap lintasan semprotan hanyalah dilaksanakan setengah lebar atau
lebih kecil dari lebar rencana dan bila hal tersebut dilaksanakan maka
harus ada satu jalur tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang jalur yang
berdekatan. Lebar jalur sambungan longitudinal yang 20 cm ini, harus
tetap dibiarkan tidak diberi agregat penutup sampai penyemprotan di
daerah sampingnya tumpang tindih diatas sambungan 20 cm. Hal yang
sama dilakukan pada lebar penyemprotan, yang harus lebih besar dari
pada lebar yang akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari
tepi bahu jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat kuantitas
pemakaian aspal yang kurang pada bagian tepi.
(d) Lembaran pelindung alur dari kertas bangunan atau material yang sama
yang tidak berpori, dan lentur, dihamparkan diatas permukaan pada titik
mula dan bagian akhir setiap lintasan semprotan. Aliran yang melalui
nozel harus mulai dibuka dan ditutup ( dihentikan ) seluruhnya pada alur
lembaran, dengan demikian semua nozel bekerja dengan benar pada
seluruh panjang jalan yang dilabur. Lebar dari pada lembaran alur harus
cukup sehingga menjamin hal-hal diatas tercapai.
(f) Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap lintasan
semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur dengan cara
mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan sesudah setiap
lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian semprot tangan.
(g) Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap lintasan semprot
dimaksudkan sebagai hasil kali panjang dari lintasan semprot antara alur
yang terlindung lembaran dan lebar efektif dari semprotan yang
didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak
antara nozel yang berdekatan.
(h) Ukuran-ukuran dari daeran jalan yang telah tertutup disetiap daerah yang
(i) Kuantitas rata-rata pemakaian bahan aspal pengikat pada setiap lintasan
semprot atau daerah yang disemprot tangan, didefinisikan dari bahan
pengikat aspal yang digunakan dibagi luas daerah yang tertutup aspal,
dan jumlahnya harus sesuai dengan Tabel 6.10.4 dengan toleransi sebagai
berikut:
(b) Agregat harus dihampar merata diatas permukaan yang telah disemprot
aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi
Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup hamparan agregat atau tidak
tertutup dengan cukup, harus segera ditutup kembali menggunakan
peralatan penghampar atau memakai tangan seperlunya sampai
memberikan suatu permukaan yang tertutup seluruhnya dan seragam.
Setiap kelebihan agregat hamparan dari jumlah kuantitas yang
dipersyaratkan harus dihamparkan kembali dan didistribusikan secara
merata diatas permukaan jalan memakai garpu baja atau singkirkan
bahan tersebut dan tumpuk sesuai petunjuk-petunjuk Direksi Teknik.
(1) Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Paragraf 6.10.1 (6)(a),
harus disediakan untuk penyerahan aspal di lapangan.
(2) Contoh aspal sejumlah dua liter dari setiap laburan yang telah dicampur harus
diambil dari distributor dekat tempat dimulainya pekerjaan dan bagian akhir
pekerjaan setiap hari kerja.
(b) Setiap 6 bulan atau 150.000 liter aspal yang telah disemprot oleh
distributor diambil yang mana lebih sering, dan
(c) Setelah terjadi kecelakaan atau diadakan modifikasi pada distributor, atau
ada kejadian lain yang menurut pendapat Direksi Teknik perlu diadakan
pemeriksaan ulang terhadap distributor.
(5) Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran butir tercantum dalam Tabel
dari Paragraf 6.10.2 (1) (c dan d) harus dilakukan pada setiap tumpukan
material sebelum setiap material tersebut dipakai. Tidak boleh kurang dari satu
contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 m3 dari agregat didalam
timbunan persediaan.
(6) Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan harian, termasuk pemakaian
aspal pengikat pada setiap lintasan semprotan dan kuantitas pemakaian yang
dicapai, harus dibuat dalam formulir standar seperti diperlihatkan pada Gambar
Rencana.
(iii) Lebar daerah Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang akan dibayar
harus seperti tercantum dalam Gambar Rencana atau yang telah
disetujui Direksi Teknik dan harus ditentukan dengan survey
pengukuran yang dilakukan Penyedia dibawah pengawasan Direksi
Teknik. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus pada sumbu jalan
dan harus tidak boleh termasuk material yang tipis dan dengan kata
lain tidak memuaskan sepanjang tepi Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) yang dipasang. Jarak selang pengukuran memanjang harus
seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, dan harus sama serta
tidak lebih dari 20 meter. Lebar yang digunakan untuk menghitung
luas untuk keperluan pembayaran untuk setiap bagian perkerasan
yang diukur harus merupakan harga rata-rata dari pengukuran lebar
yang diambil dan disetujui.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.11.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini meliputi penyiapan campuran dari batuan aspal alam
Asbuton, agregat dan bahan peremaja, dicampur secara dingin di suatu
tempat, serta penghamparan dan pemadatan campuran itu pada lapis
pondasi (base) yang sudah siap, sesuai dengan Seksi ini dan sesuai
dengan arah, kelandaian dan panampang melintang pada Gambar
Rencana atau sebagaimana ditentukan Direksi Teknik.
(b) Campuran aspal yang diproduksi sesuai dengan Seksi ini umumnya
berbeda dengan aspal beton campuran dingin bergradasi terbuka
konvensional yang biasanya digunakan di daerah berhawa dingin atau
sedang, perbedaan utamanya adalah penggunaan batuan aspal alam
(Asbuton), yang merupakan sebagian sumber bahan pengikatnya, total
kadar butumen yang lebih tinggi pada campuran itu dan agregat yang
bergradasi semi-padat.
(2) Toleransi
(a) Tebal Campuran yang dihampar harus dipantau dengan pengeboran atau
dengan cara lain yang disetujui Direksi Teknik dan harus dilaksanakan
oleh Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik. Jarak dan lokasi titik
uji paling sedikit dua titik uji yang diambil secara melintang per jalur dan
jarak memanjang dari penampang melintang yang diselidiki harus tidak
boleh lebih dari 200 m.
(d) Variasi kerataan dari permukaan akhir Lasbutag diukur dengan mistar
penyipat (straight-edge) sepanjang 3 m tidak boleh lebih dari 5 mm di
semua titik. Penyesuaian tertentu diberikan untuk perubahan bentuk yang
normal pada tikungan tanjakan dan pada punggung jalan. Mistar penyipat
dapat dipasang secara memanjang atau melintang.
(4) Pelaporan
(a) Contoh dari semua bahan yang telah disetujui untuk dipakai, yang akan
disimpan Direksi Teknik selama jangka waktu Kontrak untuk keperluan
rujukan.
(b) Laporan tertulis yang menyatakan hasil pengujian sifat-sifat untuk semua
bahan sebagaimana ditentukan dalam Artikel 6.11.2.
(c) Rumus Campuran Kerja (job mix formula) dan hasil pengujian
pendukungnya, sebagaimana ditentukan dalam Artikel 6.11.3.
Campuran hanya boleh dihampar bila permukaan kering, jika tidak akan hujan
dan bila permukaan jalan yang disiapkan dalam keadaan memuaskan.
Penghamparan hanya diperbolehkan antara jam 7 pagi sampai jam 3 sore atau
menurut petunjuk Direksi Teknik.
Bagaian-bagian yang tebal atau lebarnya kurang dari yang ditentukan atau
disetujui, maupun bagian-bagian lain yang kurang memuaskan dari segi lain,
tidak akan dibayar sebelum diperbaiki Penyedia sesuai dengan petunjuk
Semua lubang pengujian bor atau lain harus ditambal segera dengan bahan
campuran oleh Penyedia dan dipadatkan sampai mencapai persyaratan toleransi
kepadatan dan permukaan yang ditentukan.
6.11.2 MATERIAL
(1) Asbuton
(a) Semua Asbuton yang akan digunakan harus disetujui lebih dahulu oleh
Direksi Teknik.
(d) Asbuton harus dihampar dalam lapisan lapisan dengan tebal tiap lapis
tidak boleh lebih dari 30 cm untuk membentuk timbunan akhir yang
tingginya tidak boleh lebih dari 200 cm. Bagian atas timbunan harus
dibentuk dengan kemiringan paling sedikit 50% agar air tidak
menggenang.
(e) Asbuton harus dipecah agar memenuhi gradasi berikut ini. Semakin halus
pemecahannya semakin baik stabilitas campuran dan semakin pendek
waktu pemeramannya.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm)
12,7 100
4,75 90 – 100
0,600 35 – 100
(h) Cadangan dengan kadar aspal rata-rata kurang dari 15 % atau dengan
deviasi standar kadar bitumen lebih dari 2 % setelah pencampuran,
sebagaimana diukur menurut metode yang tercantum dalam Lampiran
6.11 C, tidak boleh digunakan.
(i) Kadar aspal harus ditentukan dengan metode Extraksi Reflux. Dalam
Keadaan apapun tidak dibenarkan untuk menggunakan kadar aspal
Klasifikasi Asbuton sebagai kadar aspal Asbuton untuk maksud-maksud
perencanaan campuran.
(j) Untuk mengetahui distribusi ukuran butir Asbuton sebelum ekstraksi dan
mineral agregat Asbuton setelah ekstraksi, dilakukan pemeriksaan
gradasi dengan cara basah (washed grading).
(a) Agregat kasar kurang lebih harus memenuhi persyaratan gradasi dibawah
ini dan harus terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah atau kerikil alam
yang masih bersih, atau campuran dari bahan-bahan tersebut.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM)
19 ¾" 100
12,7 1/2" 30 – 100
9,5 3/8" 0 – 55
4,75 #4 0 – 10
0,75 # 200 0–1
(b) Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras tidak
mengandung gumpalan lempung, atau bahan lain yang merugikan. Abu
batu harus dihasilkan dari batu yang memenuhi syarat untuk agregat
kasar menurut Paragraf 6.11.2 (3). Pasir dengan kadar bahan pengisi
rendah (lolos saringan 75 mikron < 3%) adalah lebih baik.
(5) Filler
Bahan peremaja harus disediakan oleh suatu pusat distribusi atau harus diramu
di lapangan dari campuran minyak berat bahan peremaja, aspal minyak dan
kerosen. Suatu prosedur untuk menentukan perbandingan bahan peremaja
diberikan pada Lampiran 6.11 A. Bahan peremaja harus memenuhi Spesifikasi
yang diberikan pada Tabel 6.11.2 (3). Komponen yang digunakan untuk
meramu bahan peremaja harus memenuhi persyaratan berikut :
Minyak berat bahan peremaja harus merupakan minyak yang berasal dari
Aspal minyak haruslah dari Tingkat Penetrasi 60-70 atau 85-100 yang
memenuhi persyaratan AASHTO M 20-70 (1982).
Minyak pelunak yang digunakan untuk membuat aspal Cut Back yang
dicampur di apangan haruslah berupa kerosen yang memenuhi
Spesifikasi yang diberikan pada Tabel 6.11.2 (2).
Distilasi AASHTO T 78 – 80
o
(a) Titik Didih awal C 140 -
o
(b) 50% terdistilasi C 160 200
o
(c) Titik Didih Akhir C - 290
Sifat-sifat : Vikositas pada 30 oC, cSt 500 – 1500 500 – 1500 200 – 1000
Bahan Peremaja
Residu dari distilasi sampai > 69 > 71 > 67
3600 C, % dari berat semula.
Catatan : Untuk komposisi campuran yang dipilih dari aspal Asbuton, bahan
peremaja dan aspal residual dari Precoat.
(c) Contoh dari bahan peremaja yang telah diramu, minyak berat bahan
peremaja, minyak pelunak, aspal minyak dan zat anti stripping yang
diusulkan Penyedia untuk digunakan dalam pekerjaan, bersama-sama
dengan surat keterangan yang menyatakan sumber dan sifatnya, harus
dilaporkan dan disetujui sebelum pekerjaan dimulai. Minyak atau bahan
aspal yang lain dari contoh yang dilaporkan tidak boleh digunakan oleh
Penyedia, kecuali ada persetujuan tertulis dari Direksi Teknik, dan bahan
yang digunakan itu harus semua seginya sesuai dengan persyaratan.
6.11.3 CAMPURAN
Campuran aspal ini pada dasarnya harus terdiri dari agregat kasar agregat
halus, Asbuton dan bahan peremaja. “Mineral Filler” biasanya tidak diperlukan
karena cukup mengandung bahan berukuran filler.
Total kadar aspal campuran harus didefinisikan sebagai jumlah dari bitumen
Asbuton, aspal minyak dan minyak berat bahan peremaja dalam campuran.
Kadar bitumen efektif campuran didefinisikan sebagai total kadar bitumen
dikurangi bitumen yang diabsorbsi agregat kasar dan halus, tetapi tanpa
pengurangan untuk bitumen yang diabsorbsi mineral Asbuton.
Dua asumsi harus digunakan untuk gradasi mineral Asbuton dalam campuran :
(b) Perlu diperhatikan bahwa fraksi-fraksi rancangan ini biasanya tidak akan
sama dengan proporsi penakaran yang diperlukan dari Asbuton, agregat
kasar dan pasir. Dalam menentukan ramuan yang tepat dari Asbuton dan
berbagai agregat yang tersedia untuk menghasilkan Fraksi-fraksi
Rancangan yang disyaratkan gradasi Asbuton, gradasi mineral (setelah
ekstraksi) dan masing-masing agregat yang tersedia harus ditentukan
dengan pengayakan basah untuk menjaga agar pengukuran bahan yang
lolos saringan 2,36 mm dan 75 mikron dilakukan dengan teliti.
(c) Pengujian pada agregat halus dan kasar akan meliputi gradasi, berat jenis
“bulk”, berat jenis jenuh (SSD) permukaan dan “apparent”. Dan absorbsi
air, maupun pengujian sifat-sifat agregat yang lain yang mungkin diminta
Direksi Teknik. Pengujian pada campuran aspal percobaan akan meliputi
pengujian terhadap sifat-sifat Marshall (AASHTO T245-78) yang
dimodifikasi dan pengujian terhadap kekuatan yang tersisa (AASHTO
T165-182).
Satu dari proporsi agregat kasar yang dipilih dan satu dari perbandingan
pasir yang dipilih merupakan nilai campuran nominal. Sementara
proporsi-proporsi yang lain harus ditentukan sehingga batas-batas variasi
yang disyaratkan terpenuhi dengan interval yang sama.
(g) Untuk campuran nominal dan setiap variasi yang dicoba, paling sedikit
tiga benda uji Marshall harus dibuat dan diuji dengan menggunakan
metode pemadatan C.2 (dari Lampiran 6.11 C). Semua campuran harus
diperiksa kepadatan “bulk”, Stabilitas Marshall dan Marshall Quotient.
Sifat-sifat campuran harus dihitung dengan menggunakan Formulir
LAS 3 pada Lampiran 6.11 D.
(a) Semua campuran yang digunakan pada perkerasan harus memenuhi resep
campuran kerja yang ditetapkan Direksi Teknik, dalam batas-batas
toleransi yang ditentukan dibawah ini :
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh bahan-bahan dan
campuran sebagaimana diuraikan di Paragraf 6.11.7 (3) dan 6.11.7 (4),
atau contoh-contoh lainnya yang dipasang perlu untuk memeriksa
keregamanan yang disyaratkan dari campuran itu.
(c) Bila terjadi perubahan bahan atau perubahan sumber material, maka
rumus perbandingan cmpuran yang baru harus disampaikan dan disetujui
Direksi Teknik sebelum campuran yang mengandung bahan-bahan itu
digunakan dalam pekerjaan yang sifatnya tetap.
(a) Campuran aspal itu harus memenuhi persyaratan seperti tercantum pada
Tabel 6.11.3.
(1) Rongga potensial : rongga udara + rongga yang terisi air dan
kerosen.
(5)
Stabilitas Marshall minimum dari LASBUTAG dapat diturunkan
menjadi 200 kg untuk Jalan dengan lalu lintas rendah
(LHR < 1000)
6.11.4 PERSYARATAN PERALATAN PELAKSANAAN
Alat pencampuran dapat berupa Aspal Mixing Plant (AMP) jenis Batch, atau
alat pengaduk beton (Concrete Mixing Plant) jenis Batch dengan kapasitas
penakaran tidak kurang dari 500 kg. Alat pengaduk beton dengan kapasitas
Batch lebih kecil dari 200 kg dapat digunakan bila tingkat produksi yang
diharapkan lebih kecil dari 6 ton per jam. Tidak dibenarkan menggunakan
AMP jenis menerus dengan pengaduk pugmil. Alat pencampur harus
dirancang, diatur dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan campuran yang senantiasa berada dalam batas-batas toleransi
Resep Campuran Kerja.
(2) Timbangan
(a) Timbangan untuk pengukur berat agregat (weigh hopper) dan timbangan
bahan peremaja (weigh bucket) hendaklah dari jenis cakram tanpa pegas
(springless dial type) dengan bentuk standar dengan ketelitian setengah
persen berat maksimum yang dibutuhkan.
(b) Ujung dari penunjuk (tanda) pada cakram timbangan harus cukup dekat
dengan permukaan cakram. Timbangan-timbangan harus dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang dapat digeser untuk menandai berat dari
tiap bahan yang ditimbang. Timbangan-timbangan harus kokoh, dan
yang mudah menyimpang dari setelannya harus diganti. Cakram
timbangan harus diletakkan sedemikian rupa sehingga setiap saat dapat
dilihat dengan mudah oleh operator.
Bahan peremaja yang dihasilkan dapat disimpan dalam tangki atau drum-
drum. Setiap tangki atau drum-drum penyimpan harus diberi label yang
jelas yang memuat data-data sebagai berikut :
Nama Pemasok :
Jenis Bahan Peremaja : I/II/III
Tanggal Pembuatan :
* (pilih salat satu)
Harus disediakan ruang yang kering, terlindung dan cukup luas untuk
menampung paling sedikit pasokan satu agregat dan Asbuton dan sebagai
tambahan paling sedikit produksi 2 minggu campuran LASBUTAG atau
LATASBUSIR.
(a) Harus disediakan tangga-tangga yang cukup dan aman untuk mencapai
platform dari alat pencampur dan untuk mencapai bagian-bagian yang
lain dari alat pencampur. Harus disediakan platform atau sarana lainnya
yang akan memudahkan Direksi Teknik mengambil contoh dan
mengukur temperatur campuran dari atas truk. Untuk memudahkan
penanganan peralatan untuk mengkalibrasi timbangan dan peralatan
pengambil contoh dan lain-lain agar disediakan kerekan untuk
mengangkut peralatan-peralatan tersebut dari tanah ke platform dengan
alat pencampur. Semua gigi-gigi pulley, rantai, spockets, dan bagian-
bagian penggerak lainnya yang berbahaya harus ditutup.
(b) Pada dan sekitar ruang tempat memuati truk harus selalu tersedia lintasan
yang cukup luas dan bebas (tanpa halangan).
(a) Harus disediakan Feeder yang terpisah untuk masing-masing agregat dan
Asbuton yang digunakan dalam campuran. Feeder untuk agregat halus
dan Feeder untuk Asbuton hendaklah dari jenis belt. Jenis atau type lain
dapat digunakan, atas persetujuan Direksi Teknik hanya jika Feeder
tersebut terbukti dapat membawa bahan yang basah secara konstan tanpa
tersumbat. Seluruh Feeder harus dikalibrasi dan batas bukaan tempat
keluarnya bahan (gate) dan pengaturan kecepatan untuk tiap rumus
perbandingan campuran yang disetujui harus ditandai secara jelas pada
tiap-tiap gate panel kendali dari plant. Sekali ditetapkan maka setelan
Feeder tersebut tidak boleh diubah kecuali atas persetujuan Direksi
Teknik. Pada tiap gate harus terdapat indikator untuk menunjukkan
tinggi bukaan dalam Centimeter.
(b) Untuk Asbuton harus disediakan suatu sistem pengantaran yang terpisah
dari yang digunakan untuk agregat, sehingga Asbuton dapat secara
langsung dipasok ke dalam kotak timbangan (weigh hopper) alat
pencampur.
(c) Bila dalam campuran digunakan agregat dengan ukuran butir lebih besar
dari 10 mm (untuk sebagian terbesar dari campuran LASBUTAG), plant
harus dilengkapi dengan paling sedikit satu ayakan untuk memisahkan
agregat kasar dan agregat halus sebelum menuju kotak timbangan. Satu
dari ayakan tersebut harus mempunyai ukuran tidak lebih besar dari
10 mm. Ayakan yang lebih kecil dari 5 mm harus dilepas untuk
mencegah terjadinya penyumbatan.
(d) Alat ini harus mencapkup peralatan untuk menimbang dengan teliti tiap
agregat dalam kotak timbangan. Semua pinggiran, sudut-sudut dan sisi-
Pengatur waktu tersebut harus cukup lentur dan dapat disetel pada
interval yang tidak lebih dari 5 detik sepanjang suatu siklus yang dapat
mencapai 5 menit. Penghitungan jumlah Batch secara mekanis harus
dipasang sebagai bagian dari alat pengatur waktu dan harus dibuat
sedemikian rupa hingga hanya akan mencatat Batch dari campuran yang
sudah selesai diaduk secara sempurna. Pengaduk harus dilengkapi
dengan bilah-bilah pengaduk dalam jumlah yang cukup dan dengan
susunan yang tepat sehingga dapat menghasilkan campuran yang
seragam. Jarak bersih antara ujung bilah-bilah dengan dinding ruang
pengaduk tidak lebih dari 2 cm.
Bilah-bilah Peddle atau pan harus disetel cukup rapat dengan dinding ruang
pengaduk untuk mencegah terbentuknya lengketan mortar disepanjang dinding
tersebut. Bila digunakan pengaduk jenis rotating drum maka bagian dari drum
(10) Persyaratan Khusus untuk Plant Pengaduk Beton Ukuran Kecil (Produksi lebih
kecil dari 6 ton per jam)
(a) Bila bahan peremaja dibuat di tempat maka harus disiapkan tangki
yang memenuhi Paragraf 6.11.4 (3)(a) dengan pengecualian
kapasitas minimum 1000 liter.
(b) Setiap truk yang mengalami kebocoran oli yang cukup besar atau sesuatu
yang dapat menyebabkan hambatan yang tak semestinya atau karena
sesuatu hal dirasa tidak memuaskan atas perintah Direksi Teknik tidak
boleh digunakan sampai kendaraan tersebut diperbaiki.
(c) Pemberian oli pada badan truk untuk mencegah lengketnya campuran
tidak diperlukan dan tidak diperkenankan.
(a) Paling sedikit harus digunakan satu alat pemadat roda besi dan satu alat
pemadat roda pneumatic. Semua alat pemadat harus dari jenis bermesin.
(b) Alat pemadat roda pneumatic yang digunakan harus dari jenis yang
mempunyai paling sedikit 7 (tujuh) ban pemadat dengan permukaan
halus, berukuran sama, dan dapat beroperasi dengan tekanan ban 6 kg per
centimeter persegi (85 psi). Ban-ban tersebut berjarak sama pada masing-
masing sumbu roda dan diatur sedemikin rupa sehingga lintasan ban-ban
pada sumbu depan akan saling menutup dengan lintasan ban-ban sumbu
belakang (overlap). Masing-masing ban harus dijaga agar tetap berada
pada tekanan angin tertentu dan perbedaan tekanan antara dua ban tidak
tidak lebih dari 350 gram per centimeter persegi (5 psi). Alat pengukur
dan alat pengatur tekanan ban harus senantiasa tersedia dilapangan setiap
saat. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan pengatur berat totalnya
degan pemberat sehingga beban perlebar roda dapat berkisar antara 1500
hingga 2500 kilogram. Selama pelaksanaan tekanan ban harus diatur,
sesuai petunjuk Direksi Teknik, untuk memenuhi persyaratan dari tiap
jenis penggunaan. Secara umum pemadatan dari tiap lapisan dengan alat
pemadat roda pneumatic dilaksanakan dengan tekanan kontak setinggi
mungkin yang masih dapat diterima oleh material lapisan tersebut. Setiap
roda dilengkapi dengan scrapper atau sikat yang dapat secara efektif
membersihkan permukaan roda-roda selama operasi pemadatan. Tidak
dibenarkan menggunakan semprotan air.
Mesin giling roda besi harus dapat memberikan tekanan dibawah roda
belakang tidak kurang dari empat ratus kilogram per 0,10 meter diatas
lebar roda yang minimum 0,50 meter. Paling sedikit satu dari mesin–
mesin giling harus mampu memberi tekanan giling 600 kilogram lebar
per 0,10 meter lebar. Roda-roda penggiling harus mulus tidak ada bagian
yang mendatar, penyok, robek atau membentuk tonjolan yang akan
membuat cacat permukaan perkerasan. Tiap roda harus dilengkapi
scrapper atau sikat yang efisien. Penyemprotan dengan air tidak
dibenarkan.
Aspal minyak kemudian ditambahkan dan gabungan aspal dan minyak berat
didalam tangki dipanaskan hingga mencapai temperatur antara 130o C hingga
150o C. Aspal dan minyak berat kemudian diaduk secara merata. Volume aspal
diukur dengan tongkat ukur tangki. Sebelum minyak tanah dimasukan kedalam
tangki, sistem pemanas harus dimatikan dan cairan dalam tangki didinginkan
hingga dibawah 130 o C. Tidak dibenarkan ada nyala api (termasuk api rokok)
dalam radius 30 meter dari areal pencampuran. Tanda-tanda peringatan harus
dipasang. Bahan tambah anti pengelupasan (anti-stripping agent) dimasukkan
paling akhir.
(a) Pencampuran
10 + 2,0
15 + 1,4
20 + 1,0
25 + 0,8
30 + 0,7
Suatu contoh yang mewakili harus diambil dari tiap tumpukan Asbuton
dan kadar air dan kadar bitumennya harus diukur sebelum suatu
tumpukan digunakan dalam campuran.
Kadar bitumen dari suatu tumpukan Asbuton tidak boleh bervariasi lebih
besar daripada batasan yang diberikan dalam Tabel 6.11.5 terhadap
kadar bitumen Asbuton menurut campuran kerja yang desetujui. Bila
variasi melebihi batas Tabel 6.11.5 tumpukan lebih tinggi atau lebih
rendah sesuai kebutuhan, atau atas persetujuan Direksi Teknik, rumus
perbandingan campuran kerja diubah.
Gabungan dari agregat kasar dan agregat halus, harus dicampur dalam
keadaan kering untuk jangka waktu tertentu agar menghasilkan satu
campuran yang merata. Bahan peremaja kemudian ditambahkan dan
diaduk hingga seluruh butiran mineral agregat terselimuti seluruhnya dan
merata. Asbuton ditambahkan yang terakhir dan diaduk benar-benar.
Lamanya waktu pencampuran harus disetujui oleh Direksi Teknik dan
tidak boleh dirubah tanpa persetujuanya. Kadar air dari campuran
gabungan tersebut tidak boleh lebih dari 3%.
(5) Pemeraman
Berlaku untuk semua persyaratan dari Seksi 6.1 - Lapis Resap Pengikat dan
Lapis Perekat.
(b) Apabila jalan yang harus dilapisi adalah per setengah lebar jalan,
penghamparan setengah lebar jalan yang pertama tidak boleh dilanjutkan
lebih dari setengah hari kerja dimuka dari penghamparan setengah lebar
jalan yang kedua.
Kayu atau bekisting lain yang disetujui harus dipasang pada arah dan
ketinggian yang disyaratkan pada tepi bagian yang akan dihampar
campuran.
(4) Pemadatan
(b) Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga pengoperasian yang terpisah
sebagai berikut :
(c) Penggilas roda baja harus digunakan untuk penggilasan awal. Setiap titik
pada perkerasan harus menerima tidak kurang dua kali lintasan untuk
penggilasan awal. Penggilasan kedua dan penggilasan lanjutan harus
dikerjakan dengan penggilas roda karet. Penggilasan awal harus
dilaksanakan dengan roda penggerak kearah mesin penghampar.
(g) Penggilasan arah memanjang harus dimulai dari sisi luar mulai dari
sambungan melintang dan harus dilakukan sejajar dan menuju sumbu
jalan, kecuali pada kemiringan tikungan penggilasan harus dimulai pada
sisi terendah dan dilanjutkan ke arah sisi yang lebih tinggi. Urutan
lintasan penggilasan harus saling tumpang tindih tidak kurang dari ½
lebar roda penggilas dan lintasan tidak boleh berakhir pada tempat yang
sama seperti lintasan sebelumnya.
(i) Keceparan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk penggilas
roda baja dan 10 km/jam untuk penggilas roda karet dan selalu harus
cukup lambat untuk mencegah penggeseran campuran. Garis lintasan
penggilas tidak boleh berubah secara tiba-tiba demikian pula perubahan
gerak maju dan mundur tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba karena
akan mengakibatkan perubahan bentuk hamparan yang dikehendaki.
(k) Alat-alat berat atau mesin pemadat tidak diizinkan berada pada
permukaan yang baru selesai dipadatkan.
Campuran yang telah dihamparkan dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang
menampakkan tanda-tanda kelebihan atau kekurangan bitumen, harus
dibongkar dan diganti kembali. Tempat-tempat yang menonjol,
sambungan-sambungan yang tidak rata, depresi dan segregasi, harus
diperbaiki sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(5) Sambungan
Memadai atau tidaknya tata cara penggilasan awal dan penggilasan kedua akan
ditetapkan dengan mengukur kepadatan dari campuran padat segera setelah
penghamparan. Harga kepadatan rata-rata setiap kelompok yang terdiri dari
4 buah pemeriksaan yang dilaksanakan dengan metode sand cone (Lampiran
6.11 C) harus mencapai nilai minimum kepadatan 97% terhadap kepadatan
Marshall dengan metode A. Setelah pemadatan lanjutan kepadatan kering
minimum harus mencapai 100% kepadatan Marshal, Metode C-2.
(a) Contoh campuran Lasbutag dan Latasbusir yang masih segar harus
diambil setiap 100 ton produksi, untuk ekstraksi aspal, gradasi, kadar air,
Stabilitas Marshall dan kadar rongga. Apabila tingkat produksi lebih
besar dari 100 ton/hari, kekerapan pengambilan contoh dapat dikurangi
atas kebijaksanaan Direksi Teknik tetapi dalam hal ini tidak boleh kurang
satu contoh perharinya.
(b) Bila ada perubahan Rumus Perbandingan Campuran, atau setiap kali
diperintahkan oleh Direksi Teknik, tambahan contoh akan diambil untuk
memungkinkan penentuan jenis dari mineral asbuton dan agregat.
(b) Penyedia harus memberikan pada Direksi Teknik hasil dan catatan
laporan berikut ini dari setiap pemeriksaan yang dilaksanakan setiap hari
(i) Analisa saringan dengan kadar air, tidak kurang 2 contoh untuk
setiap agregat.
(v) Kadar air, kadar aspal dan gradasi agregat dalam campuran.
Apabila dipergunakan metode ekstraksi dengan alat sentrifugal
harus dipakai koreksi abu (ash correction) seperti yang disyaratkan
dalam AASHTO T164 Paragraf 8.6.
(c) Ketebalan Lasbutag yang diukur untuk pembayaran secara umum tidak
boleh lebih besar dari pada ketebalan nominal rencana seperti tertera
pada Gambar Rencana.
Dalam hal Direksi Teknik menyetujui atau menerima tebal yang lebih
kecil sesuai dengan alasan teknis yang memadai, pembayaran untuk Mata
Pembayaran 6.11.(1), (2), (3), (4) dan (5) Lasbutag akan dibuat dengan
satu perubahan Harga Satuan yang setara dengan :
Tidak ada penyesuaian Harga Satuan untuk ketebalan yang diterima yang
lebih bear dari ketebalan nominal rencana seperti tertera pada Gambar
Rencana, kecuali bila ketebalan dinaikkan secara khusus atas perintas
dan persetujuan Direksi Teknik secara tertulis sebelum Lasbutag
dihamparkan.
(d) Lebar dari daerah Lasbutag atau Latasbusir yang dibayar harus seperti
tertera pada Gambar Rencana, atau atas persetujuan Direksi Teknik dan
harus ditentukan berdasarkan hasil pengukuran yang dilaksanakan oleh
Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Pengukuran harus diambil tegak lurus sumbu jalan dan tidak termasuk
setiap material yang tipis atau material lain yang tidak memuaskan
sepanjang pinggiran dari campuran yang dihamparkan. Jarak memanjang
pengukuran harus teratur dan tidak boleh kurang dari 20 meter setiap
pengukuran. Lebar yang digunakan dalam perhitungan luas setiap bagian
perkerasan yang telah diukur, harus merupakan harga rata-rata di
pengukuran lebar yang diambil dan disetujui.
(e) Panjang dari daerah Lasbutag dan Latasbusir yang dibayar harus seperti
tertera pada Gambar Rencana atau atas persetujuan Direksi Teknik dan
harus diukur sepanjang sumbu jalan, dengan menggunakan tata cara
survei teknis standar.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti ditetapkan dari
pengujian ekstraksi di laboratoium yang ditetapkan Paragraf Paragraf
6.11.7 (4) diatas, harus berada dalam batas toleransi yang ditetapkan
untuk campuran rencana yang disetujui untuk seluruh Lasbutag yang
termasuk dalam pengukuran untuk pembayaran. Namun dalam hal
Direksi Teknik menerima Lasbutag dengan kadar bitumen rata-rata
kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, pembayaran Lasbutag,
bitumen asbuton dan bitumen bahan peremaja, akan dibuat dengan suatu
perubahan Harga Satuan yang sama dengan :
6.12.1 UMUM
(1) Uraian
Campuran dirancang agar sesuai untuk dihampar dan dipadatkan secara dingin
setelah disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu. Kelas C adalah campuran
bergradasi semi padat dengan menggunakan bahan pengikat cut-back.
Campuran Kelas E adalah bergradasi terbuka dan sesuai untuk digunakan
dengan aspal emulsi.
Untuk setiap Kelas tersedia dua amplop gradasi. Gradasi yang lebih halus
(C/10 dan E/10) harus digunakan jika tersedia agregat yang memenuhi syarat,
karena pengerjaannya lebih mudah dan tidak mudah tersegregasi.
AASHTO
Standar Indonesia
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan
hujan dan bila dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi yang
memuaskan.
6.12.2 BAHAN-BAHAN
Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan
harus di stock menurut persyaratan sesuai Seksi 1.10 – Material dan
Penyimpanan.
(a) Agregat kasar secara umum harus kurang lebih memenuhi persyaratan
gradasi dibawah ini dan harus terdiri atas batu atau kerikil pecah.
(d) Tidak kurang dari 65 % dari agregat yang tertahan saringan 2,36 mm
harus mempunyai dua bidang pecah.
(a) Agregat halus, termasuk mineral filler yang ditambahkan, secara umum
harus kurang lebih mendekati persyaratan gradasi dibawah ini dan harus
terdiri atas satu atau lebih pasir alam atau abu batu atau kombinasi dari
keduanya.
Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM)
9,5 3/8" 100
4,75 #4 90 – 100
2,36 #8 80 – 100
0,600 # 30 25 – 100
0,075 # 200 0 – 11
(b) Agregat halus harus terdiri atas butiran yang bersih, keras dan bebas dari
gumpalan atau bola lempung, atau bahan-bahan lain yang tidak
diinginkan. Abu batu harus dihasilkan dari batu yang memenuhi
persyaratan mutu untuk agregat kasar sebagai berikut :
(i) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet
yang bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan
harus memiliki persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada
500 putaran seperti yang ditetapkan oleh PB. 0206-76. Bila diuji
sebanyak 5 putaran dengan pengujian keausan dengan sodium
sulfat menurut SNI-03-3407-1994, kehilangan berat pada agregat
kasar tidak lebih besar dari 12%.
(a) Bahan bitumen boleh cut-back atau bitumen emulsi yang memenuhi
Spesifikasi pada Tabel 6.12.2.
AASTHO
Bitumen Emulsi - CMS 2
M 208/81
(c) Bitumen emulsi untuk campuran dingin yang harus di-stock harus
dihasilkan dari emulsi dengan kadar distilasi minyak tidak kurang dari
6% dan tidak lebih dari 10 % dari volume emulsi.
(d) Bila permukaan yang akan ditambal itu akan dilapisi dengan Aspal
Campuran Panas dalam tempo tiga bulan, harus digunakan bitumen
emulsi sebagai bahan pengikat.
(e) Untuk penggunaan pelapisan kembali diluar koreksi bentuk untuk luas
kurang dari 50 m2, harus digunakan bitumen emulsi.
(a) Sumber pasokan agregat, dan mineral filler harus mendapat persetujuan
Direksi Teknik sebelum bahan itu diserahkan. Sampel dari bahan-bahan
itu harus dikirimkan sebagaimana diminta.
Kelas Campuran
Uraian
C/10 C/20 E/10 E/20
Ukuran butiran maksimum 9,5 19 9,5 19
(mm )
Jenis Gradasi Semi Semi Gradasi Gradasi
Padat Padat Terbuka Terbuka
Ketebalan lapisan nominal 20 40 20 40
minimum (mm)
Prosentase berat terhadap
total agregat saringan
ASTM (mm)
19 100 95 - 100 100 95 - 100
9,5 85 - 100 60 - 75 85 – 100 20 - 55
2,36 15 - 25 15 - 25 0 – 10 0 - 10
0,075 3-5 3-5 0–2 0-2
RESEP CAMPURAN
RANCANGAN CAMPURAN
Kadar bitumen residual yang dimaksud adalah kadar bitumen yang masih ada
setelah penguapan semua air dan pelunak dari campuran, kadar bitumen efektif
yang dimaksud adalah kadar bitumen residual dikurangi dengan bitumen yang
terserap oleh agregat.
Untuk pekerjaan yang kecil Bitumen Residual Campuran menurut Resep dapat
diambil dari Campuran yang mempunyai tingkat pengerjaan yang memuaskan,
penyelimutan butiran agregat dan bahan pengikat yang tersisa untuk pekerjaan
berskala besar termasuk perbaikan bentuk dan pelapisan kembali untuk luas
yang melebihi 100 m2 atau dalam kasus dimana tidak memungkinkan untuk
memenuhi gradasi yang ditentukan atau bilamana Kadar Bitumen Residual
Campuran menurut Resep ternyata menghasilkan satu campuran yang
mempunyai tingkat pengerjaan yang jelek, penyelimutan butiran yang jelek
atau mengalirnya kelebihan bahan pengikat dari dalam campuran, campuran
harus dirancang dengan memenuhi syarat-syarat Tabel 6.12.3. Campuran Kelas
E harus dirancang dengan metode seperti yang diberikan pada Lampiran
6.12 A.
(a) Semua campuran yang telah selesai harus memenuhi Resep Campuran
Kerja yang disetujui oleh Direksi Teknik dalam batas-batas toleransi
seperti ditetapkan di bawah ini :
Baik dengan menggunakan alat pencampur mekanis buatan secara dingin, atau
pengaduk besar mekanis dengan kapasitas tidak kurang dari 200 liter dapat
dipergunakan.
(a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak dari
logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air
sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur
untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada genangan
minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang sebelum
campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.
Alat yang dibuat khusus, alat pemadat dorong yang sengaja dibuat dan
mudah dipindahkan atau timbris getar dapat digunakan. Timbris
sederhana harus mempunyai luas permukaan tidak kurang dari 15x15 cm
dan beratnya tidak kurang dari 4 kg.
(i) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel
wheel roller). Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga
penggerak sendiri.
(ii) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga
tipe :
(1) Pemeraman
(2) Penyimpanan
(1) Persiapan
(ii) Pemadatan
No Waktu setelah
Urutan Penggilasan
. Penghamparan
1. Penggilasan awal atau pemecahan 0 – 10 menit
2. Penggilasan sekunder atau antara 10 – 20 menit
3. Penggilasan akhir atau penyelesaian 20 – 45 menit
(iii) Sambungan-sambungan
(3) Penaburan
Taburan tipis dari batu kapur pecah, atau abu batu atau pasir halus harus
dihampar diatas semua permukaan segera setelah pemadatan campuran.
Taburan ini harus ditanamkan dengan pemadat atau timbris dan
kelebihan material dibuang dengan sapu.
Abu batu pasir kasar harus dihampar diatas seluruh permukaan, jumlah
yang dihampar harus cukup mengisi semua rongga-rongga permukaan.
Taburan ini harus ditanamkan dengan alat pemadat atau timbris. Material
yang kelebihan harus dibuang.
(iii) Campuran aspal yang dibayar atas dasar meter persegi yang
dihampar langsung diatas permukaan jalan lama, dimana
pembuatan lapis permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada
Kontrak yang sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik
memerlukan koreksi yang cukup besar, harus dibayar atas tebal
nominal yang diterima yang dihitung atas dasar kerapatan
laboratorium dari campuran aspal padat menurut
SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat dari
campuran sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui,
yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan
permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata
campuran aspal yang digunakan, melebihi dari sesungguhnya
dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal
yang dikurangi dan diterima harus ditentukan berdasarkan atas
suatu perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata-rata yang
dibutuhkan.
Dalam hal Direksi Teknik telah menyetujui atau menerima tebal yang
kurang itu atas dasar pertimbangan teknik sebagai cukup atau ketebalan
lebih yang diijinkan menurut Paragraf 6.12.8 (1)(b)(iii) maka
pembayaran untuk campuran aspal akan dilakukan dengan menggunakan
luas hamparan yang disesuaikan atau volume yang dihitung menurut
paragraf (viii) dibawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut :
Tidak ada penyesuaian luas hamparan atau volume seperti diatas yang
dapat diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan bila
bahan tersebut dihampar diatas permukaan yang dikerjakan dalam
Kontrak yang sama.
(v) Lebar hamparan campuran aspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang
dilakukan Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran
harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu dan harus tidak termasuk tiap
bagian hamparan material yang tipis atau tidak memuaskan sepanjang
tepi dari hamparan campuran aspal. Selang jarak pengukuran memanjang
harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi harus selalu
berjarak sama dan tidak kurang dari 20 m. Lebar yang akan digunakan
dalam hitungan luas untuk keperluan pembayaran untuk setiap bagian
perkerasan yang diukur, harus merupakan angka rata-rata dari ukuran
lebar yang diukur dan disetujui.
(vii) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium, harus sama dengan atau
lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan dalam formula campuran
kerja dari Direksi Teknik untuk semua campuran aspal yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
(1) Uraian
Slurry Seal Aspal Emulsi adalah campuran agregat kasar dan halus, mineral
pengisi, air pencampur dan aspal emulsi yang dicampurkan secara merata
untuk menghasilkan suatu adonan dengan karakteristik pengeringan yang akan
memungkinkan pengerjaan yang mudah maupun gangguan yang minimal
terhadap lalu lintas.
ASTM D 2419 Metode pengujian untuk nilai setara pasir untuk tanah dan
agregat halus.
M 17 - 77 Mineral pengisi untuk campuran perkerasan berbitumen.
M 29 -70 (1982) Agregat halus untuk campuran perkerasan berbitumen
M 140 - 82 Aspal emulsi.
T 208 - 81 Aspal emulsi kationik.
T 84 - 81 Berat jenis dan penyerapan agregat halus.
T 27 - 78 Analisa ayakan untuk agregat halus dan kasar.
T 2 - 78 Pengambilan contoh batu, terak, kerikil, pasir dan bongkahan
batu untuk digunakan sebagai bahan pada jalan raya.
T 40 - 78 Pengambilan contoh bahan bitumen.
T 59 - 80 Pengujian aspal emulsi.
T 37 - 77 Analisa ayakan untuk mineral pengisi.
(i) Suatu contoh 5 liter aspal emulsi yang digunakan oleh Penyedia
untuk pekerjaan ini, berikut sertifikat pabrik. Sertifikat tersebut
harus mencantumkan jenis emulsi, jenis bahan pengikat yang
digunakan, persentase aspal residu dan Spesifikasi yang dipenuhi
emulsi tersebut.
(ii) Suatu contoh campuran agregat (kira-kira 10-15 kilo) yang akan
digunakan, dan jumlah yang memadai untuk agregat kasar ukuran
5-20 mm yang dipakai untuk campuran agregat diatas. Contoh-
contoh itu harus disampaikan berikut suatu sertifikat yang
menunjukkan nilai tara pasir campuran tersebut, nilai Los Angeles
untuk kehilangan akibat abrasi, Nilai Polesan Batu (NPB), Nilai
Abrasi Agregat (NAA) dan Nilai Kekuatan Batuan induk tersebut.
Penyerapan air oleh pasir juga harus dicantumkan.
(iii) Contoh 5 galon air yang akan digunakan untuk selama masa
pelaksanaan konstruksi.
Slurry harus dihamparkan jika tidak akan ada hujan. Campuran tidak boleh
digunakan jika kelembaban relatif yang tinggi menyebabkan waktu
pengeringan bertambah panjang.
Metode pengendalian lalu lintas sesuai Seksi 1.7 – Pemeliharaan terhadap Arus
Lalu Lintas. Permukaan lapisan slurry biasanya harus dibuka untuk
menampung lalu lintas segera sesudah emulsi pecah sepenuhnya. Tetapi
merupakan tanggung jawab Penyedia untuk menentukan kapan permukaan
tersebut aman untuk lalu lintas.
(a) Daerah dengan takaran pemakaian agregat yang tidak merata (ketebalan
lapisan) harus segera dibuang dan diganti oleh pihak Penyedia tanpa
tambahan biaya. Pembuangan harus dilaksanakan segera mungkin
sesudah penghamparan, sebaiknya sebelum terjadi pemecahan emulsi
terakhir dan selalu sebelum pemberian takaran bahan yang kedua di
sepanjang jalan tersebut. Bahan yang telah disingkirkan tidak dapat
digunakan kembali dan harus dibuang ke tempat pembuangan oleh
Penyedia yang telah disetujui tanpa ada tambahan biaya.
(c) Goresan yang ditimbulkan oleh agregat yang ukurannya terlampau besar
tidak diperkenankan diatas permukaan akhir.
(d) Daerah aspal yang terlampau kurus ataupun terlampau gemuk tidak akan
diterima dan dalam kedua hal daerah tersebut harus diperbaiki oleh
Penyedia. Dalam hal telah terpasang campuran kurus, Penyedia harus
memberikan lapisan ekstra slurry pada penyelesaian proyek tersebut
sebelum serah terima resmi. Tidak ada biaya tambahan yang akan
diajukan untuk bahan ekstra yang digunakan ataupun waktu yang
diperlukan untuk perbaikan itu. Dalam hal terpasang lapisan gemuk dan
tidak segera disingkirkan, Penyedia bertanggung jawab untuk memberi
6.13.2 MATERIAL
(1) Agregat
(a) Agregat halus harus terdiri atas pasir galian alami bersudut yang
memadai (pasir sungai atau laut tidak diperkenankan), abu bubuk atau
agregat mineral lainnya yang memenuhi persyaratan mutu menurut
Spesifikasi AASHTO M 29-70 (1982). Untuk jalan yang memikul LHR
lebih dari 500 maka semua agregat harus seluruhnya hasil pemecahan
batu.
(c) Pasir bertekstur halus tidak boleh melibihi 50 % dari agregat gabungan
total (untuk jalan yang memikul lalu lintas harian rata-rata tahunan lebih
dari 3000, maka harus digunakan bahan-bahan yang 100 % terdiri atas
hasil pemecahan batu).
(d) Kemudian agregat gabungan yang halus, yang diuji dengan Metode
Pengujian menurut ASTM-D2419, sebelum penambahan suatu bahan
mineral pengisi yang secara kimiawi aktif, harus mempunyai nilai setara
pasir tidak kurang dari 55.
(e) Batuan induk untuk pasir hasil pemecahan batu tersebut harus
mempunyai Nilai Polesan Batu (NPB) lebih dari 50 dan Nilai Abrasi
Agregat (NAA) kurang dari 12 jika lalu lintas harian rata-rata tahunan
kurang dari 1000. Jika lalu lintas harian rata-rata tahunan lebih dari 1000
maka NPB harus lebih besar dari 60 + 2 dan nilai NAA harus kurang dari
10 (NPB dan NAA ditentukan menurut SNI 1975-90 F).
(g) Penyerapan air oleh pasir hasil pemecahan batu, atau pasir alam harus
ditentukan dan tidak boleh kurang dari 1,25 %. Namun, dalam hal
Direksi Teknik menyetujui pemakaian suatu pasir yang tidak memenuhi
persyaratan ini, maka batas kandungan bitumen sisa yang ditentukan
untuk campuran ini harus dinaikkan sedemikian sehingga batas
kandungan bitumen efektif campuran itu sama dengan batas kandungan
(a) Bahan mineral pengisi terdiri atas 2 macam, yang aktif secara kimiawi
dan yang tidak aktif secara kimiawi. Keduanya harus memenuhi
Spesifikasi AASHTO M 17-77.
(b) Bahan mineral pengisi yang secara kimiawi aktif mencakup semen
portland, kapur Tohor, amonium sulfat dan dipakai untuk meningkatkan
kemudahan pengerjaan, menyesuaikan waktu pematangan dan dalam
beberapa keadaan, untuk merubah gradasi agregat.
(c) Bahan mineral pengisi yang secara kimiawi tidak aktif seperti abu batu
kapur, abu arang batu, dan abu batu digunakan terutama untuk mengubah
gradasi agregat.
Penggunaan emulsi dengan reaksi cepat atau kationik lebih disukai. Sebaiknya
zat pengubah bitumen harus digunakan misalnya lateks alam atau karet sintetis.
6.13.3 CAMPURAN
(a) Campuran lapangan akan dipilih yang memenuhi batas Spesifikasi, dan
yang cocok untuk kondisi lalu lintas, cuaca, jenis konstruksi dan
penggunaan akhir.
(b) Campuran harus salah satu diantara keempat jenis batas kadar bahan
pengikat berikut ini, agregat gabungan dan takaran pemakaiannya
memenuhi persyaratan pada Tabel 6.13.3 (1).
(i) Tipe 1 cocok untuk menutup retakan, mengisi rongga pada permukaan,
memperbaiki erosi permukaan dan kekurangan kecil lainya pada
permukaan. Jenis ini juga dapat digunakan untuk daerah dengan
kepadatan lalu lintas rendah seperti daerah parkir, perkerasan untuk
pejalan kaki, lapangan udara untuk pesawat terbang ringan, atau bahu
jalan pada jalan raya dengan tujuan utama untuk pelaburan permukaan
yang dapat tembus air.
(iv) Tipe 4 mempunyai manfaat yang serupa dengan tipe 3 tetapi juga
memberikan tekstur makro yang lebih besar.
(v) Tipe 2, 3 dan 4 dapat juga digunakan sebagai lapis aus sementara diatas
lapis dasar beraspal atau lapis dasar campuran semen dan tanah. Tipe 2
dapat digunakan sebagai pengedap diatas lapisan base yang distabilisasi.
Konsistensi Cm 2 3
Waktu reaksi Menit 15 720
Waktu pengeringan Menit - 720
2
Uji Abrasi g/m - 800
Jalur Basah (UAJB)
Catatan :
(a) Metode pengujian ini dipakai untuk menentukan konsistensi yang tepat
(kemudahan pengerjaan) untuk campuran slurry seal.
(b) Perlengkapan
(c) Cetakan yang diuraikan pada Paragraf 6.13.4 (1)(b) diisi secara longgar
dengan campuran slurry dan disipat rata. Cetakan berikut isinya
kemudian dibalik di tengah-tengah plat logam sebagaimana diuraikan
(d) Beberapa kelompok campuran akan dibuat dan diuji. Dalam masing-
masing kelompok satu diantara komponen yang ditinjau akan diubah
secara sistematik sementara komponen-komponen lainnya semua
dipertahankan. Komponen yang diperiksa akan mencakup bahan pengisi,
zat pengubah kimiawi (jika digunakan), air dan kadar aspal emulsi.
(f) Hasil uji konsistensi akan dicantumkan pada grafik untuk masing-masing
kelompok dan perbandingan campuran yang memenuhi uji konsistensi
dengan toleransi maksimum untuk variasi lapangan, akan dipilih.
(a) Pengeringan total hamparan slurry seal dicapai jika timbul kohesi penuh
diantara partikel-partikel agregat yang terlapis aspal. Alat uji kohesi
digunakan untuk mengukur waktu pengeringan.
(b) Perlengkapan
Alat uji kohesi adalah suatu piranti berbobot ringan dan mudah
dipindahkan yang bisa disetel memakai tekanan yang bervariasi ke atas
bantalan slurry. Momen puntir diberikan dengan alat uji puntir. Alat uji
puntir dapat digunakan di laboratorium atau di lapangan dan dapat diberi
tekanan dengan udara dalam ruangan, atau dengan suatu kompresor
portabel, atau pompa ban sepeda sederhana.
(c) Adonan slurry seal hasil perencanaan optimum yang diperoleh dengan
penggunaan uji konsistensi disapukan keatas lembaran tripleks hingga
tebalnya tidak melebihi ukuran frakmen agregat terbesar yang dijumpai
didalam campuran. Suatu plat model direkomendasikan untuk
mendapatkan ketebalan hamparan adonan yang merata.
(b) Peralatan
(ii) Alat Pengaduk Mekanik Tipe Orbital, (seprti Hobart C-100 yang
dibuat oleh Hobart Mfg. Co.,Troy,Ohio) yang dilengkapi dengan
alat pemegang selang karet (ujung abrasi) berbobot 2,27 kg dengan
gerak turun naik bebas sejauh 12,7 mm (1/2 inci) dalam selongsong
poros.
(iii) Pinggan logam beralas rata yang berat (3 mm), bergaris tengah
kira-kira 330 mm dengan dinding sisi vertikal 51 mm (ukuran 20
atau yang lebih berat) yang mempyai 4 sekrup penjepit terpisah
pada jarak yang sama serta mampu menambatkan contoh bergaris
tengah 285 mm ke alas pinggan.
(viii) Oven, bersuhu tetap dengan sirkulasi, dan dikontrol agar suhu tetap
600 + 300 C.
(x) Selang karet yang diperkuat, dengan garis tengah dalam 19 mm dan
garis tengah luar 31 mm (2 jalinan, 300 psi, selubung tahan
minyak). Selang dipotong menjadi bagian sepanjang 127 mm dan
dilubangi dengan 2 pasang lubang ukuran 9 mm berada dalam
kedudukan segaris dengan jarak 102 mm pusat ke pusat. Lubang
menembus kedua sisi selang tersebut.
(i) Perbandingan yang tepat antara semen portland (atau kapur tohor
atau zat tambahan lainnya), air, dan emulsi aspal terhadap berat
kering agregat harus ditentukan sebelumnya di dalam laboratorium
atau melalui campuran rencana lapangan yang dapat diterapkan dan
sebelumnya disetujui oleh Direksi Teknik.
(d) Prosedur
(iii) Pinggan yang memuat contoh tersebut dipasang diatas tatakan pada
alat selongsong poros. Ujung abrasi selang karet dikunci pada
(v) Contoh dikeluarkan dari pinggan sesudah siklus abrasi itu dan
dicuci bersih dari kotoran. Contoh uji yang telah dibilas
ditempatkan ke dalam oven bersuhu 600 C dan dikeringkan sampai
bobotnya tetap.
(vi) Contoh yang telah dikeringkan dikeluarkan dari oven yang bersuhu
600 C tersebut, dan dibiarkan hingga mencapai suhu ruang lalu
ditimbang. Perbedaan hasil penimbangan ini dikalikan dengan 32,9
dan hasil ini menyatakan kehilangan dalam gram per meter persegi
(nilai aus).
(e) Laporan
Nilai aus (kehilangan WTAT) dilaporkan dalan gram per m2 (atau gram
kaki persegi).
Seringkali uji abrasi jalur basah dilakukan dengan kadar bitumen sisa
yang diubah secara merata. Uji konsistensi diulang untuk rangkaian
campuran yang sama.
Hasil uji konsistensi dan uji jalur basah digambar dalam grafik terhadap
kadar bitumen sisa. Campuran dipilih yang paling memenuhi persyaratan
dan mendekati komposisi campuran yang dipilih.
(a) Mesin pencampur slurry harus dipasang diatas truk atau trailer. Mesin itu
harus dilengkapi dengan unit pencampur aliran berkesinambungan dan
harus mampu menyampaikan secara tepat komposisi perbandingan
agregat, air, dan emulsi bitumen yang telah ditentukan ke ruang
pencampuran dan mengeluarkan produk yang telah tercampur rata secara
berkesinambungan. Peralatan harus mampu melakukan pembasahan awal
agregat tepat sebelum pencampuran dengan emulsi. Unit pengaduk pada
ruang pencampuran harus mampu mencampur dengan baik semua bahan
menjadi satu tanpa pengadukan yang keras. Alat pengukur-aliran
elektronik disediakan untuk memantau secara berkesinambungan laju
penghantaran dan banyaknya emulsi bitumen.
(b) Mesin pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpan bahan halus
yang telah disetujui dan mencakup alat ukur yang cermat atau Metode
Pengukuran yang cermat untuk memasukkan bahan mineral pengisi
dalam perbandingan yang telah ditentukan kedalam alat pencampur.
Bahan mineral pengisi harus dimasukkan pada waktu dan tempat yang
sama seperti halnya agregat.
(c) Mesin pencampur harus dilengkapi dengan sistem tekanan air dan batang
penyemprot jenis kabut, yang memadai untuk memberikan pengabutan
penuh pada permukaan yang menerima pelaburan slurry dengan air.
Batang penyemprot kabut harus terpasang di bagian depan kendaraan
dimuka dan dibelakang masing-masing perangkat roda.
Peralatan penyebar slurry yang terpasang pada mesin pencampur harus berupa
alat distributor penyapu jenis mekanik, yang dilengkapi dengan bahan yang
flexibel untuk menyentuh permukaan perkerasan guna mencegah kehilangan
slurry pada gradien dan puncak yang bervariasi lewat penyetelan untuk
menjamin penyebaran yang merata.
Suatu alat pengemudi dan pencetak yang flexibel harus tersedia. Kotak
penyebar mempunyai lebar yang dapat distel. Kotak dijaga bersih dan
penimbunan aspal serta agregat pada kotak atau disudut-sudutnya tidak
diperkenankan. Alat perata yang ditarik dengan karung goni atau alat perata
yang ditarik lainnya dapat digunakan asal disetujui oleh Direksi Teknik.
Peralatan harus dijaga dalam kondisi kerja yang baik di setiap waktu dan
memenuhi keinginan Direksi Teknik. Khususnya, tangki emulsi, pompa-
pompa, sistem pipa, dan air serta zat pengisi emulsi harus diperiksa dan sering
dibersihkan.
Bila penyapu yang digerakkan dengan tangan, singkup, dan alat-alat lainnya
harus disediakan.
(b) Jika slurry dihamparkan keatas permukaan bata atau beton, permukaan
aspal berdaya serap tinggi atau keatas permukaan dengan agregat yang
terbuka, terpoles dan licin, maka lapis pengikat yang encer harus
diberikan sebelum penghamparan slurry seal. Bahan lapis pengikat harus
berupa aspal emulsi yang diencerkan yang juga digunakan pada slurry
seal, pengenceran meliputi satu bagian emulsi terhadap tiga bagian air.
Lapis pengikat akan diberikan dengan takaran pemakaian sekitar
0,2-0,4 liter/m2, dengan menggunakan alat distributor aspal bertekanan
yang memadai.
Lapis pengikat yang encer juga diperlukan jika slurry ditempatkan pada
suatu lereng yang lebih dari 4 % atau diatas landasan pacu, landasan
penghubung, atau permukaan yang berdebu. Lapis pengikat umumnya
dapat ditiadakan pada perkerasan aspal yang baru dan bersih.
(a) Agregat
(b) Emulsi
Aspal emulsi harus dipasok ke lokasi pekerjaan dalam tangki curah yang
dilengkapi seperlunya untuk mengangkut emulsi ini ke mesin slurry seal
atau dalam drum.
(c) Air
Semua air yang digunakan untuk campuran slurry harus cocok dan bebas
dari senyawa garam yang merusak dan yang dapat larut. Semua sumber
air harus diperiksa kecocokannya dan harus disetujui oleh Direksi Teknik
sebelum pekerjaan dimulai.
Banyaknya aspal emulsi yang akan dicampur dengan agregat harus ditentukan
sedemikian melalui suatu rencana campuran dari laboratorium sesudah
penyesuaian akhir diadakan di lapangan. Sejumlah kecil air harus ditambahkan
seperlunya untuk mendapatkan campuran cair yang homogen.
Bahan tambahan kimiawi diencerkan ke dalam air, atau zat pengisi, dapat
ditambahkan untuk memperoleh campuran yang homogen yang pengerjaannya
mudah. Persentase bahan tambahan yang digunakan tergantung kepada jenis
agregat, kondisi cuaca dan tipe emulsi.
(9) Penempatan
(b) Sambungan
(d) Pengeringan
(e) Penggilasan
Daerah dengan lalu lintas padat, lereng-lereng, daerah dengan lalu lintas
jarang, landasan pacu, landasan penghubung, tikungan tajam atau
tingkungan dengan evelasi, lapangan terminal truk, persilangan dan
daerah umum tempat pengereman, percepatan atau bantingan stir
Banyaknya slurry seal yang diukur untuk pembayaran harus merupakan jumlah
meter persegi pengendapan yang memenuhi persyaratan Seksi ini yang telah
dihampar serta disetujui oleh Direksi Teknik. Daerah yang diukur untuk
pembayaran tidak akan mencakup suatu daerah dengan takaran pemakaian
yang lebih rendah dari batas-batas yang telah ditentukan, daerah yang tidak
memiliki ketahanan abrasi yang memadai atau kohesi yang memadai atau yang
tidak memuaskan dari segi lainnya.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.13 (1) Slurry Aspal EmulsiTipe I Meter persegi
(1) Uraian
(a) Ketebalan yang dipasang akan dipantau dengan lubang uji yang diambil
oleh Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik. Jarak dan lokasi
lubang uji harus sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik tetapi
sekurang-kurangnya harus ada dua lubang uji yang diambil secara
melintang untuk setiap setengah penampang perkerasan yang diperiksa
dan jarak memanjang penampang yang diperiksa tidak boleh lebih dari
200 meter.
(d) Variasi pada lapis akhir campuran lapisan aus dengan mistar sepanjang 3
meter tidak boleh melebihi 5 mm dititik manapun. Variasi pada lapis
akhir campuran aspal yang digunakan sebagai lapisan base dengan mistar
sepanjang 3 meter tidak lebih dari 1 cm dititik manapun. Kelonggaran
harus diadakan untuk masing-masing keadaan mengingat perubahan
bentuk akibat perubahan punggung jalan yang telah direncanakan dan
oleh lengkung vertikal pada profil memanjang.
ASTM D2419 Metode pengujian untuk nilai setara pasir untuk tanah dan
agregat halus.
M 17 - 77 Mineral pengisi untuk campuran perkerasan berbitumen.
M 29 - 70 (1982) Agregat halus untuk campuran perkerasan bitumen
M 140 - 82 Aspal emulsi.
T 208 - 81 Aspal emulsi kationik.
T 84 - 81 Berat jenis dan penyerapan agregat halus dan kasar.
T 20 - 70 Pengambilan contoh batu, terak, kerikil, pasir dan
bongkahan batu untuk digunakan sebagai bahan pada jalan
raya.
T 40 - 78 Pengambilan contoh bahan bitumen.
T 59 - 80 Pengujian aspal emulsi.
T 37 - 77 Analisa ayakan untuk mineral pengisi.
(4) Pelaporan
(i) Suatu contoh 5 liter aspal emulsi yang digunakan oleh Penyedia
untuk pekerjaan ini, berikut sertifikat pabrik. Sertifikat tersebut
harus mencantumkan jenis emulsi, jenis bahan pengikat yang
digunakan, persentase aspal residu dan Spesifikasi yang dipenuhi
emulsi tersebut.
(ii) Suatu contoh campuran agregat (kira-kira 10-15 kilo) yang akan
digunakan, dan jumlah yang memadai untuk agregat kasar ukuran
5-20 mm yang dipakai untuk campuran agregat diatas. Contoh-
contoh itu harus disampaikan berikut suatu sertifikat yang
menunjukan nilai tara pasir campuran tersebut, Nilai Los Angeles
untuk kehilangan akibat abrasi, Nilai Polesan Batu (NPB), Nilai
Abrasi Agregat (NAA) dan Nilai Kekuatan Batuan Induk tersebut.
Penyerapan air oleh pasir juga harus dicantumkan.
Daerah dengan ketebalan dan kepadatan kurang dari yang ditentukan atau
kurang dari nilai-nilai yang telah disetujui, maupun daerah yang mungkin tidak
memuaskan dari segi lain, tidak akan mendapat pembayaran sampai diperbaiki
oleh Penyedia sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Perbaikan
mungkin mencakup penyingkiran dan penggantian, penambahan lapisan
pelengkap dari campuran aspal dan/atau langkah lain yang dianggap perlu oleh
Direksi Teknik. Dalam hal perbaikan telah diperintahkan, maka jumlah yang
akan diukur untuk pembayaran adalah jumlah yang sekiranya akan dibayarkan
untuk pekerjaan asal seandainya pekerjaan itu dapat diterima. Tidak akan
dilakukan tambahan pembayaran untuk pekerjaan ekstra atau untuk jumlah
bahan yang diperlukan bagi perbaikan tersebut.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya
harus segera ditutup kembali dengan material Campuran Aspal oleh Penyedia
dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan
toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
Setiap campuran bisa digunakan sebagai lapis perata. Maka semua persyaratan
pada Seksi ini akan berlaku kecuali untuk ketebalan nominal.
6.14.2 MATERIAL
(1) Agregat
Aspal Emulsi yang digunakan harus dari tipe CMS 2 atau CMS-2h yang
memenuhi Spesifikasi AASHTO M 208-81. Tipe Emulsi bitumen lainnya yang
sesuai dapat digunakan asal mendapat persetujuan Direksi Teknik.
6.14.3 CAMPURAN
Kadar aspal emulsi yang digunakan haruslah nilai maksimum yang dapat
diterima oleh gradari agregat tanpa menunjukkan drainase yang nyata. Kadar
aspal efektif (yaitu sesudah kehilangan akibat penyerapan oleh agregat dan
diluar air dan fraksi minyak ringan dalam emulsi) tidak boleh kurang dari nilai
yang diberikan pada Tabel 6.14.1.
(b) Pada saat menyetujui rumus campuran lapangan Direksi Teknik akan
memilih agregat tertentu beserta sumbernya yang dapat diterapkan untuk
rumus campuran lapangan tersebut.
(a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak dari
logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air
sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur
untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada genangan
minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang sebelum
campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.
(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran sampai sesuai dengan garis, permukaan serta
penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi
dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata
dimuka “secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang cepat dan efisien dan harus dapat
bergerak mundur dan maju.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang
dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan yang diperlukan untuk
penghamparan campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan
8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada
kedua garis sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga roda pada sumbu
yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban dilapangan setiap saat. Untuk
setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Penyedia harus memberikan
kepada Direksi Teknik grafik atau Tabel yang menunjukkan hubungan
antara beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang yang
penyentuh, lebar dan luas. Masing-masing mesin gilas harus dilengkapi
dengan suatu cara penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan
beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat dirubah dari 1.500
sampai 2.500 kg. Dalam operasi, tekanan ban dan beban roda harus
disetel sesuai dengan permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi
kebutuhan pemadatan tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap
lapisan dengan mesin gilas ban bertekanan harus dengan tekanan yang
setinggi mungkin yang dapat dipikul material.
(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
Agregat harus cukup basah untuk menjamin pelapisan optimum. Kadar air
agregat tidak boleh lebih dari 3 %.
Permukaan yang ada harus dibersihkan dengan baik bebas dari semua bahan
yang lepas dan yang dapat merusak. Lapis pengikat harus diberikan secara
merata keatas semua permukaan kecuali lapis resap pengikat yang masih baru.
(2) Penghamparan
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (Fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (Raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap
hari kerja dibuat sependek mungkin.
(4) Penutupan
Abu batu atau pasir dapat diberikan secara merata dengan takaran 2-4 kg/m2.
Kepadatan yang dicapai tidak boleh kurang dari 98 % nilai kepadatan yang
diperoleh di laboratorium dengan memberi 25 tumbukan untuk pemadatan
Marshall pada suhu ruangan dan harus diukur dengan menggunakan alat
kepadatan nuklir atau dengan metode lain yang disetujui Direksi Teknik.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
(1) Uraian
(b) Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat adalah campuran dengan aspal
emulsi dan agregat dengan gradasi sedemikian sehingga menghasilkan
campuran bergradasi rapat. Pencampuran dan pemadatan dan akan
berlangsung pada suhu ruangan.
(d) Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat dapat dicampur dalam suatu
instalasi pencampuran yang stasioner atau di lokasi dengan menggunakan
instalasi yang dapat dipindah atau motor greder. Instalasi pencampur
yang stasioner memberikan pengontrolan atas perbandingan bahan dan
pencampuran juga penyelimutan agregat oleh bitumen lebih baik dan
secara keseluruhan mutu dengan lebih baik. Instalasi pencampuran harus
selalu dipakai jika campuran dingin bergradasi rapat akan digunakan
sebagai lapis atas jalan atau pelapisan ulang.
Air akan ditambahkan kepada emulsi pada suhu yang sama seperti
suhu emulsi (atau agak lebih tinggi). Jangan sekali-kali
menambahkan emulsi kepada air.
Campuran tidak boleh dipasang dalam keadaan hujan atau jika akan hujan.
Kelembaban yang tinggi, angin dan suhu akan mempengaruhi tingkat
penguapan air dari campuran dan kecepatan pengeringan.
(a) Penyiapan permukaan yang baik adalah penting. Jika campuran emulsi
rapat yang dingin digunakan sebagai lapisan base atau lapis pondasi
bawah maka permukaan yang ada harus diberi lapis resap pengikat.
(b) Jika campuran dipakai sebagai lapisan aus jalan atau untuk perbaikan
bentuk atau untuk pelapisan ulang diatas permukaan aspal yang lama,
setiap cekungan atau lubang harus dibersihkan dan ditambal dengan
campuran pemeliharaan panas atau dingin. Sebelum diberi lapisan
CAEBR (DGEM) lapis perekat harus diberikan seperlunya.
(c) Jika terdapat retakan permukaan, maka retakan harus diisi sebelum
pemberian lapis rekat. Pemberian lapis pengikat harus selalu
dilaksanakan dengan emulsi.
Daerah dengan ketebalan dan kepadatan kurang dari nilai yang telah ditentukan
atau disetujui, maupun daerah dengan penyelimutan agregat yang tidak
memenuhi nilai yang telah ditetapkan, tidak akan dibayar sampai diadakan
perbaikan oleh Penyedia sebagaimana diperintahkan Direksi Teknik. Perbaikan
dapat meliputi penyingkiran dan penggantian, penambahan lapisan pelengkap
campuran emulsi rapat yang dingin, pelaburan, campuran aspal panas, atau
langkah lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Teknik. Tidak akan
diberikan pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau jumlah bahan
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Jumlah pembayaran adalah jumlah
yang akan dibayarkan sesudah pengukuran pekerjaan seandainya pekerjaan
semula dapat diterima.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya
harus segera ditutup kembali dengan material Campuran Aspal oleh Penyedia
dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan
Jika campuran digunakan sebagai lapis perata, semua persyaratan pada Seksi
ini akan berlaku kecuali persyaratan untuk ketebalan nominal.
6.15.2 MATERIAL
(a) Agregat untuk CAEBR dapat berupa batu pecah, batu atau kerikil, kerikil
bercampur pasir, pasir pecah atau abu batu, atau kerak yang memenuhi
persyaratan dan menghasilkan campuran yang mantap, mudah
pengerjaannya, fleksibel dan awet. Jika campuran digunakan untuk lapis
aus jalan maka agregat juga harus memenuhi persyaratan umum untuk
menghasilkan permukaan anti-slip yang baik dan awet.
(b) Agregat tidak akan digunakan sampai agregat itu telah mendapat
persetujuan Direksi Teknik terlebih dahulu dan telah ditimbun sesuai
dengan persyaratan.
(e) Perhatian harus dicurahkan kepada semua tahap pencampuran agar tidak
mencampur agregat dengan agregat lainnya yang ukurannya berbeda atau
bahan asing seperti tanah atau lempung.
(a) Agregat kasar harus terdiri atas bahan baik hasil pemecahan atau bukan,
yang bersih, ulet, awet dan bebas dari kotoran atau bahan lain yang tidak
diperkenankan. Nilai abrasi Los Angeles untuk semua tipe campuran
tidak boleh lebih dari 40 % kecuali CAEBR yang digunakan sebagai
lapis aus yang harus mempunyai nilai abrasi Los Angeles tidak kurang
dari 35 % pada 500 putaran.
(a) Agregat halus harus terdiri salah satu atau lebih pasir hasil pecahan batu
atau pasir alam, yang bebas dari gumpalan atau butiran lempung atau
tanah.
(b) Pasir hasil pecahan batu harus dihasilkan dari batu yang memenuhi
persyaratan mutu yang diberikan Paragraf 6.15.2 (2)(a).
(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75
mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya
tahan campuran, membantu penyelaputan dari partikel agregat dan
membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya variasi
kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur
tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah pada waktu penakaran. Pengembangan kapur
karena hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran apabila kadar
kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila semen portland yang dipergunakan
maka proposi maksimum yang diijinkan adalah 2 % dari berat
keseluruhan campuran aspal.
(a) Campuran agregat gabungan harus mempunyai nilai setara pasir lebih
besar dari 45 %.
Aspal emulsi harus kationik dengan reaksi lambat atau sedang (CSR atau
CMS) atau anionik SS atau MS sesuai dengan AASHTO M 140 dan M 208
atau jenis lain dapat digunakan asal mendapat persetujuan Direksi Teknik.
(7) Air
(a) Hanya air bersih yang sesuai dapat ditambahkan kepada campuran.
6.15.3 CAMPURAN
(a) CAEBR harus tersusun atas mineral agregat, aspal emulsi, air tambahan
(jika diperlukan) dan bahan pengisi (jika diperlukan).
(b) Campuran harus direncanakan untuk unjuk kerja jangka panjang yang
optimum dengan mengunakan prosedur pengujian Marshall yang
dimodifikasi dan harus memenuhi batas komposisi dan persyaratan sifat
yang masing-masing diberikan dalam Tabel 6.15.3 (1) dan 6.15.3 (3).
Campuran juga harus mudah pengerjaannya, mudah dimanfaatkan dan tidak
peka terhadap pengaruh kelembaban.
(d) Air, jika perlu, harus selalu ditambahkan pada agregat kering sebelum
pencampuran dengan emulsi.
(e) Jika tambahan bahan pengisi dibutuhkan, maka disarankan dengan semen
portland. Semen portland mungkin dibutuhkan jika kemudahan pengerjaan,
stabilitas awal atau stabilitas sisa campuran tersebut akan diperbaiki.
Penambahan semen juga memungkinkan pamadatan dimulai lebih cepat.
Jumlah semen portland maksimum yang ditambahkan harus sebagaimana
ditentukan dalam Paragraf 6.15.2 (4)(c).
(f) Semua campuran yang diusulkan harus ditinjau kembali dan disetujui oleh
Direksi Teknik atau badan yang setingkat sebelum campuran digunakan
pada pekerjaan sesungguhnya.
Kadar bitumen dalam campuran harus ditetapkan agar kadar bitumen efektif
(yaitu sesudah kehilangan akibat terserap agregat) tidak boleh kurang dari nilai
minimum yang ditentukan dalam Tabel 6.15.3 (3). Oleh karena itu, persentase
bitumen yang sesungguhnya akan ditambahkan kepada campuran tergantung
kepada daya serap agregat yang digunakan dan akan ditetapkan oleh Direksi
Teknik ketika dia menyetujui rumus perbandingan campuran. Nilai yang
(b) Harap diperhatikan bahwa fraksi rencana umumnya tidak sama dengan
perbandingan takaran yang diperlukan antara agregat kasar, pasir dan
tambahan zat pengisi (jika dibutuhkan). Dalam menentukan
pencampuran yang tepat berbagai agregat dan bahan pengisi yang
tersedia untuk menghasilkan fraksi rencana yang diperlukan, gradasi
masing-masing agregat dan bahan pengisi yang tersedia harus ditentukan
dengan pengayakan basah untuk menjamin ukuran yang tepat bahan yang
melewati ayakan 2,36 mm dan ayakan 75 mikron.
(c) Fraksi rencana untuk campuran umumnya harus berada dalam komposisi
yang diberikan pada Tabel 6.15.3 (1). Tetapi, Direksi Teknik dapat
menyetujui atau memerintahkan penggunaan campuran yang melampaui
pembatasan ini asalkan sifat campuran yang ditentukan dalam Paragraf
6.15.3 (8) dipenuhi.
(b) Pengujian aspal emulsi akan mencakup segala yang ditentukan oleh
AASHTO M 208-86 atau M 140-86 dan khususnya kadar bahan
pengikat, viskositas, kemantapan dalam penyimpanan, uji ayakan,
penentuan minyak suling, dan penetrasi serta duktilitas residu bitumen.
Semua pengujian ini dilaksanakan menurut AASHTO T 59-80.
(c) Pengujian atas agregat halus dan kasar yang akan digunakan akan
mencakup uji gradasi, kerapatan menyeluruh, kerapatan kering
permukaan jenuh dan kerapatan menyeluruh yang tampak untuk
permukaan jenuh dan penyerapan air maupun pengujian sifat agregat
lainnya yang mungkin diminta oleh Direksi Teknik.
Catatan : Untuk batas nilai ’b” (persentase bitumen terhadap berat total
campuran) dengan mengacu kepada Tabel 6.15.3 (3).
Tipe campuran ini dipengaruhi oleh tipe pasir yang dipakai. Oleh
karena itu, penting sekali memeriksa semua sumber pasir yang
mungkin didapat. Jika campuran dua jenis pasir akan digunakan,
sekurang-kurangnya 3 campuran terpisah dari kedua jenis pasir
harus diuji. Untuk uji variasi campuran pasir, perbandingan
campuran antara bitumen dan bahan pengisi tambahan harus
ditetapkan pada nilai campuran nominal.
(j) (i) Untuk setiap variasi pencampuran agregat yang akan diuji, kadar air
optimum pada penempatan harus ditentukan. Ini didapat dengan
pemadatan 2 briket contoh Marshall dengan kadar air yang berlainan
dan dengan menggambarkan hasilnya pada grafik untuk berat jenis
kering curah campuran terhadap kadar air pada suhu ruang dengan
menggunakan 50 tumbukan diatas kedua permukaan contoh.
Perhitungan kadar air optimum pada pemadatan harus dicatat dalam
formulir yang disediakan.
(k) (i) Sesudah kadar air optimum pada pemadatan ditentukan, maka untuk
setiap variasi campuran yang akan diuji sekurang-kurangnya
disiapkan 4 contoh briket Marshall, yang kemudian diuji. Sifat
campuran harus dihitung dengan menggunakan formulir yang
disediakan. Sifat campuran yang diperoleh harus digambarkan pada
grafik dengan menggunakan formulir yang disediakan. Resep
campuran optimum harus ditentukan dengan memperbandingkan data
yang tercantum pada grafik terhadap batas-batas sifat campuran yang
ditentukan yang tercantum pada Tabel 6.15.3 (3) dan dengan
memperbandingkan fraksi komponen campuran yang dihitung
terhadap batasan yang diberikan pada Tabel 6.15.3 (1).
(b) Pekerjaan tidak akan dimulai sampai Direksi Teknik telah memberikan
persetujuan tertulis atas resep perbandingan campuran. Pada saat
menyetujui resep perbandingan campuran, Direksi Teknik atas
kebijaksanaannya sendiri dapat menggunakan formula yang disampaikan
itu atau dapat memerintahkan Penyedia untuk mengadakan uji campuran
percobaan tambahan atau untuk memeriksa aspal emulsi atau jenis
agregat pilihan lainnya.
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh bahan dan campuran
sebagaimana diterangkan dalam Paragraf 6.15.7 (4), atau setiap contoh
lainnya yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran
yang dibutuhkan.
(c) Penentuan semua sifat bitumen yang diperlukan harus dilaksanakan pada
residu yang didapat sesudah diadakan penyulingan aspal emulsi sesuai
dengan AASTHO T 59-80.
(ii) Perbandingan
Tangki air dan tangki bahan tambahan juga harus disediakan dan juga harus
dilindungi dari penyinaran matahari langsung, tidak diperlukan sistem
pemanas untuk tangki penyimpan.
(a) Alat yang memadai harus disediakan untuk memasok perbandingan aspal
emulsi dan air yang tepat ke tempat penyampuran dalam batas toleransi
yang ditentukan.
(b) Alat pengukur harus disediakan untuk aspal emulsi dan air. Alat tersebut
harus berupa pompa putar yang dilengkapi alat ukur perpindahan atau
alat ukur aliran elektronik yang cocok untuk penggunaan ini.
Perlengkapan harus disediakan untuk mengecek banyaknya dan takaran
aliran emulsi bitumen dan air yang dihantarkan ke mesin pencampur.
(a) Tangga yang memadai dan aman yang menuju ke pelataran tempat mesin
pencampur dan tangga ember yang terlindung yang menuju unit instalasi
lainnya harus ditempatkan disemua tempat yang dibutuhkan uantuk
memudahkan pencapaian ke semua operasi instalasi. Kemudahan untuk
mencapai bagian atas badan truk harus didapat dengan perantaraan suatu
panggung atau alat lain yang sesuai untuk memungkinkan Direksi Teknik
mengambil contoh dan mendapatkan data suhu campuran. Untuk
memudahkan penanganan peralatan kalibrasi berskala, peralatan
pengambilan contoh dan sebagainya, maka harus disediakan alat
pengerek atau suatu sistem katrol untuk mengangkat atau menurunkan
peralatan dari permukaan tanah keatas pelantaran ataupun sebaliknya.
Semua perlengkapan penggerak, katrol, rantai, “spocket”, dan bagian-
bagian bergerak lainnya yang membahayakan harus dijaga dan dilindungi
sepenuhnya.
(b) Lintasan yang leluasa dan tidak terhalang harus senantiasa tersedia
didalam dan disekitar tempat pengisian truk yang juga harus bebas dari
tetesan yang berasal dari pelantaran tempat pencampuran.
(a) Truk untuk mengangkut campuran bitumen harus mempunyai alas logam
yang rapat, bersih dan rata. Badan truk dapat disemprot dengan sedikit
air, minyak bakar yang encer, minyak parafin atau larutan kapur untuk
mencegah campuran melekat pada alas truk. Setiap genangan minyak
yang sesudah penyemprotan berada diatas lantai kendaraan harus
disingkirkan sebelum campuran dimuat kedalam truk. Setiap pemuatan
harus ditutupi dengan kanvas atau bahan lain yang cocok dengan ukuran
secukupnya untuk melindungi campuran dari hujan selama
pengangkutan.
(b) Setiap truk yang menunjukkan kebocoran minyak dalam jumlah yang
membahayakan, atau yang dapat mengakibatkan hambatan yang tak
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan corong tuang dan sekrup
pendistribusi dan jenis yang bekerja terbalik. Untuk menempatkan
campuran secara merata di muka penggetar yang dapat disetel. Mesin
tersebut harus dilengkapi dengan alat pengemudi yang cepat dan efisien
dan harus mampu berjalan mundur maupun maju.
(a) Bersama setiap mesin penghampar, dibutuhkan suatu mesin gilas beroda
baja dan satu mesin gilas beroda pneumatik. Semua mesin gilas harus
dapat digerakkan sendiri.
(b) Mesin gilas beroda pneumatik harus dari jenis yang telah disetujui dan
mempunyai tidak kurang dari tujuh roda berukuran dan berkontruksi
sama dengan ban pemadat beralur halus yang mampu beroperasi pada
tekanan pemompaan 8,5 kg/cm2 (120 pound/inci persegi). Roda harus
terpisah pada jarak yang sama disepanjang kedua garis poros dan disusun
sedemikian sehingga ban diatas salah satu garis poros berada ditengah-
tengah diantara ban-ban pada poros lainnya disertai suatu kedudukan
yang bertumpang tindih. Masing-masing ban harus dipompa dengan
tekanan sama dengan tekanan operasi yang telah ditentukan secara
(c) Mesin gilas beroda baja dapat digerakkan sendiri dapat terdiri dari 3 tipe:
Instalasi yang dapat dipindah hanya akan digunakan pada jalan dengan
lalu lintas ringan untuk semua lapisan atau pada jalan dengan lalu lintas
sedang untuk lapisan base. Instalasi yang dapat dipindah adalah mesin
remas campuran yang digerakkan sendiri yang akan mengatur
perbandingan dan pencampuran agregat serta aspal emulsi ditempat pada
saat bergerak maju disepanjang jalan. Mesin pengatur perbandingan
tergantung dari tipe mesin, terkunci pada tingkat kecepatan mesin
pencampur atau saling terkunci untuk menjamin pencampuran agregat-
emulsi yang tetap. Ada dua jenis instalasi yang dapat dipindah : Salah
satu jenis mengambil agregat dari suatu gundukan bahan yang telah
disiapkan dan jenis lainnya menerima agregat langsung dari truk penarik.
Aspal emulsi dan air (jika dibutuhkan) ditambahkan ke dalam mesin
pencampur ketika instalasi bergerak maju dan campuran ditempatkan ke
atas permukaan jalan dengan kotak penyebar atau batang penggetar.
Pe
Takaran penyemprotan = Vw xLDA x .1 / m
100
(iv) Kadar air agregat dalam gundukan bahan harus diukur untuk
menentukan apakah pemberian penguapan diperlukan. Jika
pemberian penguapan dibutuhkan maka hal tersebut biasanya
dilaksanakan dengan pengerjaan tambahan untuk agregat itu
dengan mobil perata jalan.
(b) Jika agregat terlampau basah maka diadakan sirkulasi udara pada
agregat. Hal ini dilakukan dengan pengeringan dibawah sinar matahari
atau dengan menjalankan mesin pemuat timbunan agregat tersebut
sebelum agregat dituang kedalam wadah penyimpan agregat. Timbunan
harus selalu dilindungi terhadap hujan dengan memberikan penutup
kedap air pada atap yang tetap.
(c) Bahan pengisi tambahan, jika dibutuhkan diberi secara terpisah menurut
perbandingan dari suatu corong tuang yang dipasang langsung diatas
mesin pencampur. Penyebaran bahan pengisi keatas permukaan lubang
penyimpan agregat atau penuangannya ke dalam corong tuang di instalasi
pemecah batu tidak diperkenankan.
(a) Campuran harus disampaikan ke mesin penghampar pada kadar air yang
sudah diketahui (kadar air dapat diukur secara cepat dengan
menggunakan alat pengukur kadar air).
(b) Direksi Teknik akan menyetujui atau memerintahkan suatu langkah yang
diperlukan untuk memasang atau memampatkan campuran secara
sedemikian agar campuran dapat dipadatkan pada kadar air optimum atau
yang mendekati optimum yang didapat dari hasil laboratorium.
(c) Setiap muatan akan ditimbang dan catatan tentang berat kotor, berat
wadah dan berat bersih masing-masing muatan disimpan. Muatan tidak
boleh dikirim terlalu siang karena akan menghalangi tercapainya
penyelesaian pekerjaan penyebaran dan pemadatan di siang hari kecuali
jika penerangan yang memadai tersedia.
Kayu atau bentuk acuan lainnya dapat dipasang pada batas yang disyaratkan
dan diratakan dengan tepi daerah tempat CAEBR akan dipasang.
(a) Sebelum operasi pelapisan jalan dimulai, batang pengarah pada mesin
lapis jalan dilumasi sedikit dengan minyak diesel. Campuran akan
disebarkan dan diratakan hingga mencapai gradien, elevasi dan bentuk
penampang yang disyaratkan.
(b) Mesin penghampar harus dijalankan pada kecepatan yang tidak akan
menyebabkan terjadinya retakan permukaan, pengoyakan, ketidak
beresan lainnya diatas permukaan tersebut. Tingkat penyebaran harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan diikuti dengan ketat.
(e) Dalam hal jalan akan dilapis separuh lebar sekali jalan, urutan pelapisan
harus diatur secara sedemikian rupa sehingga panjang setengah lebar
lapis jalan yang tersisa diakhir setiap hari kerja adalah sesedikit mungkin.
(4) Pemadatan
(g) Penggilasan harus dimulai secara memanjang pada sambungan dan pada
tepi sebelah luar dan dilanjutkan sejajar dengan garis tengah jalan
menuju kearah perkerasan, kecuali untuk tikungan super elevasi
penggilasan harus dimulai pada sisi yang rendah dan selanjutnya bergeser
kearah sisi yang tinggi. Lintasan mesin gilas secara berurutan harus
bertumpang tindih sekurang-kurangnya separuh lebar mesin gilas
tersebut dan lintasan tidak boleh dihentikan pada tempat yang berjarak
1 meter dari ujung lintasan sebelumnya.
(i) Kecepatan mesin gilas tidak boleh melampaui 4 km/jam untuk mesin
gilas beroda baja dan 15 km/jam untuk mesin gilas beroda pneumatik dan
pada waktu apapun harus cukup lambat untuk mencegah pergeseran
(l) Setiap produk minyak bumi yang menetes atau tumpah dari kendaraan
atau peralatan yang digunakan oleh Penyedia keatas suatu bagian
perkerasan selama pelaksanaan dapat menjadi alasan untuk penyingkiran
dan penggantian bagian perkerasan yang telah tercemar itu oleh
Penyedia.
(5) Sambungan
(i) Agregat bin dingin untuk penentuan gradasi basah (ayakan basah)
(b) Tambahan, jika rumus perbandingan campuran diubah atau dalam hal
apapun dari waktu ke waktu sebagaimana ditetapkan oleh Direksi
Teknik, contoh tambahan untuk (i), (ii) dan (iii) akan diambil untuk
memungkinkan penentuan berat jenis curah agregat bin dingin dan
kepadatan maksimum teoritis campuran bitumen (AASHTO T 209-74).
(b) Penyedia harus memberikan kepada Direksi Teknik hasil dan laporan
berikut atas pengujian yang dilaksanakan untuk setiap produksi harian
tersebut pada pekerjaan jadi.
(vii) Kadar bitumen dan gradasi agregat pada campuran seperti yang
ditentukan dengan uji ekstraksi bitumen untuk sekurang-kurangnya
2 contoh. Ekstraksi bitumen harus dilakukan menurut AASHTO
T164 sesudah CAEBR dikeringkan hingga beratnya tidak berubah
(dikeringkan dalam oven pada suhu 110 ± 20 C). Jika metode
ekstraksi sentrifugal digunakan maka koreksi abu harus dilakukan
sebagaimana disyaratkan oleh AASHTO T164. Penentuan kadar air
harus dilakukan menurut AASHTO T55-78.
(a) Sebagai pengecekan atas jumlah yang diukur untuk pembayaran, berat
campuran yang terpasang harus dipantau terus melalui ukuran bobot
kendaraan yang tercantum pada tiket penghantaran muatan.
(a) Mutu lapisan yang akan diukur untuk pembayaran CAEBR harus sebagai
berikut :
(b) Jumlah yang diterima untuk pengukuran tidak boleh mencakup daerah
dengan CAEBR yang lebih tipis dari ketebalan minimum yang diterima
atau tidak boleh mencakup setiap bagian yang butirannya lepas, pecah,
retak atau bagian meruncing disepanjang tepi perkerasan ataupun
ditempat lainnya. Daerah dengan bahan yang mempunyai kadar bitumen
kurang dari persyaratan yang disepakati juga tidak akan diterima untuk
pembayaran.
(c) CAEBR dibayar berdasarkan meter persegi dan dipasang langsung diatas
perkerasan yang sudah ada dan yang tidak tercakup dalam Kontrak yang
sama, dan yang menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan perbaikan
bentuk yang nyata, harus dibayar berdasarkan tebal nominal yang
diterima dan dihitung berdasarkan kepadatan hasil laboratorium untuk
CAEBR padat yang ditentukan berdasarkan AASHTO T 245-78, daerah
(d) Kecuali seperti yang dinyatakan pada Paragraf 6.15.8 (1)(c) diatas, tebal
CAEBR yang diukur untuk pembayaran umumnya tidak akan lebih besar
dari tebal nominal rencana yang ditunjukkan pada Gambar Rencana.
Dalam hal Direksi Teknik menyetujui dan menerima ketebalan yang
lebih kecil dan dianggap memadai berdasarkan alasan teknik atau
ketebalan yang lebih besar sebagaimana diperkenankan menurut Paragraf
6.15.8 (1)(c) maka pembayaran CAEBR akan dilakukan dengan
menggunakan perubahan luas daerah terukur sebagai berikut :
Luas terukur sesungguhnya x Tebal nominal yang diterima = Luas yang disahkan
Tebal nominal rencana untuk pembayaran
Tidak ada penyesuaian luas terukur yang akan digunakan untuk tebal
yang diterima yang melebihi tebal yang melebihi tebal nominal rencana
yang tercantum dalam Gambar Rencana, kecuali jika ada tambahan
ketebalan memang ditetapkan atau disetujui secara khusus oleh Direksi
Teknik.
(e) Lebar daerah CAEBR yang akan dibayar harus sama seperti yang
diperlihatkan pada Gambar Rencana atau seperti yang disetujui Direksi
Teknik dan akan ditentukan pengukurannya dengan meteran oleh
Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran harus
dilakukan tegak lurus garis tengah jalan dan harus menyisihkan setiap
bahan tipis atau bahan yang tidak diperkenankan di sepanjang tepi
CAEBR yang terpasang. Jarak antara memanjang untuk pengukuran
tersebut harus sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik tetapi harus
teratur dan pengukuran tidak boleh kurang dari satu setiap 20 m. Lebar
yang digunakan untuk menghitung luas pembayaran bagi setiap bagian
perkerasan yang diukur harus merupakan nilai rata-rata pengukuran lebar
yang diadakan dan disetujui.
atau
6.15.(4) DGEM Tipe IV/CAEBR Meter persegi
6.15.(5) DGEM Tipe V/CAEBR Meter persegi
6.15.(6) DGEM Tipe VI/CAEBR Meter kubik
atau
6.16.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini harus meliputi laburan permukaan dari tempat di perkerasan yang
luasnya kecil dengan menggunakan aspal panas maupun aspal emulsi untuk
menutup retak, mencegah terlepasnya agregat, pemeliharaan agar tambalan dan
perbaikan lubang menjadi kedap air, memelihara perkerasan aspal yang telah
tua dan untuk tujuan yang lain.
Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas sementara pekerjaan sudah
berjalan dan bila pengikat aspal emulsi digunakan, sampai emulsi telah pecah
seluruhnya.
6.16.2 MATERIAL
(1) Umum
Setiap material tidak boleh digunakan dalam pekerjaan sebelum disetujui oleh
Direksi Teknik.
(a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil
pecah atau batu pecah, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda
yang dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari aspal.
(c) Agregat penutup harus bersih dan bebas dari kotoran dan harus
memenuhi salah satu batas ukuran dalam Tabel 6.16.3 (1) & (2). Ukuran
nominal 10 atau 14 mm adalah lebih baik.
Material taburan harus berupa butiran pasir atau abu batu yang bersih dan
harus bebas dari gumpalan atau bola lempung.
Aspal harus jenis AC-10 atau AC-20 yang memenuhi AASHTO M 226-80.
Aspal emulsi harus memenuhi AASHT0 M 20881 jenis CR2 atau AASHTO
M 140-82 jenis RS2. Jenis-jenis lain yang sesuai dapat diperbolehkan untuk
dipakai dengan persetujuan Direksi Teknik.
(1) Umum
Takaran Pemakaian
Aspal Residual 0.5 0.8 1.2 1.6
(1/m2)
Ukuran Nominal
3 ( pasir ) 10 14 20
Agregat ( mm )
Pemakaian Emulsi
0,6 0,6 1,0 0,6 1,0 0,6 1,0
Pertama 1/m2
Pemakaian Emulsi
- - 0,3 0,7 0,7 1,2 1,5
Kedua 1/m2
Total Pemakaian
0,6 0,6 1,3 1,3 1,7 1,8 2,5
Emulsi 1/m2
Perkiraan Total
Pemakaian Aspal 0,4 0,4 0,8 0,8 1,1 1,1 1,6
Residual 1/m2
Catatan :
(1) Takaran pemakaian yang tercantum dalam Tabel 6.16.3 (1) dan (2) diperiksa
kebenarannva dan disesuaikan bila perlu oleh Direksi Teknik untuk setiap
sumber agregat baru dengan melaksanakan sejumlah percobaan sebelum
memulai pekerjaan pemeliharaan di jalan.
(2) Tidak disarankan.
(3) Bila digunakan kelas emulsi lain diluar yang tercantum diatas, takaran
pemakaian harus dipilih atas dasar bahwa total takaran pemakaian aspal
residual paling tidak harus sama dengan nilai yang tercantum dalam Tabel
6.16.3 (2).
Bila diperlukan pemakaian emulsi kedua, emulsi tidak boleh dipakai sebelum
lapis pertama telah pecah seluruhnya dan setiap kelebihan agregat disapu.
Bila diperlukan material taburan, maka material taburan harus dihampar secara
merata segera setelah pemakaian emulsi yang kedua, dan harus hanya cukup
untuk menutup permukaan saja. Kelebihan material taburan harus dibuang
dengan sapu setelah pemakaian emulsi kedua telah pecah seluruhnya.
Tidak boleh ada pengukuran dan pembayaran dibawah Seksi ini. Kompensasi penuh
untuk pekerjaan harus dibuat dibawah Seksi 8.1 – Pengembalian Kondisi Perkerasan
yang ada dan/atau Seksi 10.1 – Pemeliharaan Rutin untuk Perkerasan Bahu Jalan,
Drainase, Perlengkapan Jalan dan Jembatan.
6.17.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan lapisan aus atau lapisan
perata terbuat dari agregat yang distabilisasi dengan asbuton Lawele
granuler untuk penutup permukaan, yang dihampar dan dipadatkan di
atas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan dan sudah
diberikan lapis peresap, atau pada suatu lapisan aspal yang sudah ada dan
memenuhi garis, ketinggian, dan potongan memanjang serta potongan
melintang seperti yang ditunjukan dalam Gambar Rencana.
Tidak boleh ada pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (Lapenas) yang
dilakukan diatas perkerasan basah, selama hujan, bila hujan tampaknya akan
(4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi
Teknik atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam
Asbuton (Lapenas) dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang
ada telah benar-benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai ketentuan-
ketentuan dalam Paragraf 6.17.4 (2). Pihak Penyedia tidak diperkenankan
memulai pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (Lapenas) sebelum
mendapat izin tertulis dari Direksi Teknik.
(6) Pelaporan
Pihak Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini:
(a) Contoh asbuton sejumlah 5 kg. yang diusulkan oleh Penyedia untuk
dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan Sertifikat dari Pemasok, dan
harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Sertifikat
tersebut harus menyatakan bahwa material pengikat tersebut sesuai
dengan Spesifikasi dan tingkat yang dipersyaratkan untuk Asbuton,
seperti diberikan dalam Paragraf 6.17.2 (2).
(c) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan
lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil
pengujian atas agregat laburan harus sesuai persyaratan Paragraf 6.17.2
(1) dan Artikel 6.17.5 dan harus dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum
timbunan agregat laburan akan digunakan dalam pekerjaan.
(d) Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja,
menurut Artikel 6.17.5. Catatan harian pekerjaan Lapis Penetrasi
Macadam Asbuton (Lapenas) yang telah dilaksanakan dan kuantitas
penggunaan mateial menurut Artikel 6.17.5.
(a) Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat daerah
yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan
tersemprot.
(b) Tidak boleh ada material aspal yang terbuang kedalam selokan samping
atau saluran.
(b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru sebelum paling
tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat yang dilapisi untuk
memperkecil resiko agregat terganggu. Jika kendaraan diijinkan lewat
diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas yang diijinkan dengan tulisan
“ASPAL CAIR” dan “20 km/jam” harus disediakan. Kerucut-kerucut,
rambu lalu lintas dan penghalang-penghalang harus digunakan untuk
mendapatkan suatu rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang
belum padat atau permukaan aspal yang masih terbuka.
(c) Pengawasan dan pengendalian penuh pada posisi, arah dan kecepatan
lalu lintas, menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas,
harus berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan
pelaburan dalam tiap bagian sampai paling tidak 48 jam setelah
pekerjaan pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas
dilanjutkan sampai suatu periode tanpa gangguan selama 48 jam pada
cuaca bagus berlalu, keculi karena diperintahkan oleh Direksi Teknik.
6.17.2 MATERIAL
(1) Agregat
(a) Agregat harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil pecah
atau batu pecah, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda yang
dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari aspal.
(c) Agregat harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan bebas dari
debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut :
Persentase berat dari kerikil pecah yang tertahan saringan 4,75 mm yang
mempunyai paling tidak dua bidang pecah minimum 90 %.
(d) Agregat yang digunakan terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci dan
agregat penutup. Gradasi masing-masing agregat harus memenuhi
ketentuan dalam Tabel 6.17.2 (1) dibawah ini.
Agregat Pengunci
Lolos : 25 mm 100 100
18 mm 95 – 100 95 – 100
9 mm 0–5 0–5
Agregat Penutup
Lolos : 12 mm 100 100
9 mm 85 – 100 85 – 100
4 mm 10 – 30 10 – 30
2 mm 0 – 10 0 – 10
(e) Agregat pengunci atau agregat penutup juga harus sanggup saling
mengunci kedalam rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok atau
agregat pengunci yang telah dipadatkan.
(a) Asbuton yang digunakan sebagai pengganti aspal keras dapat berupa
- Logo pabrik
- Kode pengenal antara lain penetrasi bitumen, diameter butir dan
kadar bitumen asbuton lawele harus tertera dengan jelas pada
kantong, satu kantong dengan kantong yang lain harus sama.
Bitumen
Sifat-sifat Asbuton Lawele Metoda Pengujian Asbuton
Lawele
Kadar bitumen asbuton lawele; SNI 03-3640-1994 25-30
%
6.17.3 PERALATAN
(a) Mekanis
- Penggilas tandem 6-8 ton atau penggilas beroda tiga 6-8 ton
- Penggilas beroda karet 10-12 ton (jika diperlukan)
(b) Manual
Peralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia demi untuk
meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau telah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik.
(a) Kuantiítas agregat, Asbuton Lawele Granular dan Flux Oil/Bunker Oil
untuk Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (Lapenas), harus sesuai dengan
ketentuan dalam Tabel 6.17.4 dibawah ini.
Agregat Pokok
(kg/m2) Asbu- Asbu-
Flux Oil / Agre- Agre-
Tebal ton ton
Bunker gat gat
Lapis- Ukuran Butir Lawele Lawele
Oil Pengun Penu-
an Agregat Granu- Granu-
(ltr/m2) -ci tup
(cm) Maksimum lar lar
(kg/m2) (kg/m2)
(kg/m2) (kg/m2 )
2” 1½”
I II III IV V VI VII
(b) Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat atau lapis
perekat, maka pemukaan tersebut harus benar-benar bersih dari kotoran
dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan pembersihan
harus dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau peniup debu. Jika
hasil pekerjaan pembersihan tidak merata, maka bagian-bagian yang
belum besih dapat dibersihkan memakai sapu kawat baja.
Semua bahan tersebut harus dijaga untuk menjamin bahwa bahan tersebut
bersih dari bahan/tanah yang bersifat plastis dan siap digunakan.
(a) Agregat harus dihampar merata diatas permukaan yang telah disemprot
aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi
Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup hamparan agregat atau tidak
tertutup dengan cukup, harus segera ditutup kembali menggunakan
peralatan penghampar atau memakai tangan seperlunya sampai
memberikan suatu permukaan yang tertutup seluruhnya dan seragam.
Setiap kelebihan agregat hamparan dari jumlah kuantitas yang
dipersyaratkan harus dihamparkan kembali dan didistribusikan secara
merata diatas permukaan jalan memakai garpu baja atau singkirkan
bahan tersebut dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(c) Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6-8 ton yang bergerak
dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam
arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju
sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang-tindih (overlap) paling
sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilanjutkan sampai
diperoleh permukaan yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan).
(1) Contoh asbuton dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Paragraf 6.17.1
(6)(a), harus disediakan untuk penyerahan asbuton di lapangan.
(2) Jumlah data uji pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu
sumber bahan agregat penutup harus sesuai petunjuk Direksi Teknik tapi harus
termasuk semua pengujian seperti dipersyaratkan dalam Paragraf 6.17.2 (1) (b)
dengan paling kurang tiga wakil contoh dari sumber bahan yang diusulkan
akan dipakai, dipilih untuk mewakili batas-batas mutu bahan yang kira-kira
sama untuk didapatkan dari sumber bahan.
(3) Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran butir tercantum dalam Tabel
dari Paragraf 6.17.2 (1) (c dan d) harus dilakukan pada setiap tumpukan
material sebelum setiap material tersebut dipakai.Tidak boleh kurang dari satu
contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 m3 dari agregat didalam
timbunan persediaan.
(a) Tebal padat untuk Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (Lapenas) harus
berada di dalam toleransi + 1 cm. Penentuan tebal lapisan harus
dilakukan dengan lubang uji.
(b) Pemeriksaan kadar aspal total harus dilakukan dengan contoh yang
diambil lubang uji dan cara uji kadar aspal sesuai dengan RSNI M-05-
2004.
(c) Kerataan permukaan pada setiap tahap pemadatan harus dijaga. Bahan
harus ditambah bilamana pada tempat-tempat tertentu terjadi penurunan.
Lalu lintas dapat diijinkan melintasi permukaan yang telah selesai beberapa
jam setelah pekerjaan selesai atau sesuai persetujuan Direksi Teknik, periode
tipikal ini antara 3 sampai 5 jam. Bilamana lalu lintas diijinkan melintasi
lapisan agregat pengunci ini, perhatian khusus harus diberikan untuk
memelihara kebersihan lapisan ini sebelum lapis berikutnya dihampar.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
7.1.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini akan terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk
beton tak bertulang, beton bertulang, beton Pratekan, beton Pracetak,
beton siklop dan bagian beton dari struktur komposit, sesuai dengan
persyaratan Seksi ini dan sesuai dengan garis, ketinggian, kelandaian
serta ukuran yang tampak pada Gambar Rencana atau sebagaimana
diarahkan oleh Direksi Teknik.
(b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana
pekerjaan beton akan ditempatkan, termasuk pembongkaran dari tiap
struktur yang harus dibongkar, penyiapan dan pemeliharaan dari pondasi,
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap
kering, pengadaan penutup beton dan perawatan beton.
(c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan
harus sebagaimana ditentukan dalam Gambar Rencana atau sebagaimana
diarahkan oleh Direksi Teknik. Semua beton harus dari mutu K 500,
K 400, K 250 – K 350, K 225, K 175, K 125, Bo dan beton 1 : 3 : 5,
yang penggunaannya sebagai berikut :
(3) Toleransi
(5) Pelaporan
(e) Penyedia harus memberitahu Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai untuk mencampur atau mengecor beton, seperti
yang disyaratkan dalam Paragraf 7.1.4 (4) dibawah.
(a) Pembetulan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang disyaratkan dalam Paragraf 7.1.1 (3), atau yang tidak mempunyai
hasil akhir permukaan yang memuaskan, atau tidak memenuhi
persyaratan sifat campuran yang dirinci dalam Paragraf 7.1.3 (3), harus
diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat
meliputi :
(b) Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, maka Direksi Teknik
dapat meminta Penyedia untuk melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin penilaian yang cukup baik mengenai kualitas
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
(1) Semen
(a) Semen yang digunakan untuk Pekerjaan Beton harus dipilih berasal dari
salah satu jenis P.C (Portland Cement) berikut ini, yang memenuhi
Spesifikasi :
(b) Kecuali diijinkan secara lain oleh Direksi Teknik, semen yang digunakan
pada pekerjaan harus diperoleh dari satu sumber pabrik.
(2) Air
Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau zat organic.
Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan. Air dengan
kualitas sebagai air minum dapat digunakan tanpa pengujian.
(3) Agregat
(i) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari campuran agregat
kasar dan halus, berisi batu pecah yang bersih, keras dan awet atau
kerikil sungai alam atau kerikil dan pasir dari sumber yang
disaring, dan semua agregat alam harus dicuci.
(iii) Ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih besar dari tiga
perempat ruang bebas minimum diantara batang-batang tulangan
dan antara batang tulangan dan cetakan (acuan).
(v) Semua agregat halus, harus bebas dari sejumlah bahan organic, dan
jika diminta demikian oleh Direksi Teknik harus diadakan
pengujian kandungan organic menggunakan pengujian
kolorimetrik, dan setiap agregat yang gagal pada tes warna, harus
ditolak.
(b) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi syarat-syarat yang
diberikan dalam Tabel 7.1.2 (1). Bahan-bahan yang tidak memenuhi
syarat-syarat gradasi ini tidak perlu ditolak dengan syarat bahwa
Penyedia dapat menunjukan dengan pengujian bahwa persyaratan yang
ditentukan dalam Paragraf 7.1.3 (3) dapat dipenuhi.
50 2 100
37 1½ 95 – 100 100
25 1 - 95 – 100 100
19 ¾ 35 – 70 - 90 – 100 100
13 ½ - 25 – 60 - 90 – 100
10 3/8 100 10 – 30 - 20 – 55 40 – 70
4,75 #4 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
2,36 #8 - 0–5 0–5 0–5
1,18 # 16 45 – 80
0,3 # 50 10 – 30
0,15 # 100 2 – 10
(c) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau
antara tulangan baja dengan acuan atau antara perbatasan lainnya dalam
jarak dimana pekerjaan beton harus ditempatkan.
(a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih dan
keras yang diperoleh dari pemecahan batu padas atau batu besar bulat,
atau dengan menyaring dan mencuci (bila perlu) kerikil dan pasir sungai.
(b) Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti dirinci dalam
persyaratan dan harus memenuhi sifat lainnya seperti diberikan dalam
(c) Agregat bahan-bahan yang berukuran sama dari berbagai sumber harus
ditimbun dalam timbunan terpisah dan hanya akan digunakan dalam
struktur yang terpisah.
Batas Maksimum
Sifat Agregat Agregat Agregat
Kasar Halus
Batu untuk beton siklop harus terdiri dari batu yang disetujui oleh Direksi
Teknik, keras, awet, bebas dari retak dan rongga serta tidak rusak oleh
pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan
bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatannya dengan beton.
Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari
250 mm.
Ukuran Agregat
Perkiraan Maksimum Yang Perbandingan
Mutu Beton Berat Semen Disarankan (mm) Air/Semen
kg/m3 Campuran Campuran Maksimum
Standar Alternatif
K 500 - - - -
K 400 450 25.0 19.0 0.45
K 350 425 25.0 19.0 0.45
K 300 400 25.0 19.0 0.45
K 275 375 25.0 19.0 0.45
K 250 350 25.0 19.0 0.50
K 225 325 37.5 25.0 0.50
K 175 270 37.5 25.0 0.57
K 125 220 50.0 25.0 0.60
Bo 180 50.0 37.5 0.60
K 225
400 37.5 25.0 or 19.0 0.53
(didalam air)
(a) Semua beton yang digunakan harus memenuhi persyaratan kekuatan dan
“slump” yang dirinci dalam Tabel 7.1.3 (2), atau disetujui oleh Direksi
Teknik, dimana pengambilan contoh, perawatan dan pengujiannya sesuai
dengan pengujian yang ditentukan dalam Seksi ini.
(d) Bila hasil dari pengujian umur 7 hari menghasilkan kekuatan beton
dibawah nilai yang disyaratkan dalam Tabel 7.1.3 (2), maka Penyedia
tidak diperbolehkan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut telah diketahui dengan pasti dan sampai
diambil langkah-langkah untuk menjamin produksi beton memenuhi
persyaratan hingga memuaskan Direksi Teknik.
Tidak boleh ada perubahan pada sumber atau sifat dari material yang
disyaratkan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Teknik dan tidak
boleh ada material baru yang boleh digunakan sampai Direksi Teknik
menerima bahan-bahan tersebut secara tertulis dan telah menetapkan
proporsi baru berdasarkan pada hasil pengujian pada campuran
percobaan baru yang dilaksanakan oleh Penyedia.
(a) Semua bahan beton harus ditakar berdasarkan beratnya. Bila digunakan
semen kantungan, kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan
satu atau kebulatan dari jumlah kantung semen. Agregat harus diukur
secara terpisah beratnya. Ukuran masing-masing takaran tidak boleh
melebihi kapasitas terpasang dari pengaduk.
(b) Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan
dalam kondisi lembab pada kadar air yang mendekati keadaan jenuh-
kering permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan agregat
dengan air. Pada saat-saat penakaran, penyiraman terkhir dari agregat
haruslah paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran
yang memadai dari timbunan agregat.
(a) Beton harus dicampur dengan suatu mesin yang dioperasikan secara
mekanikal dari tipe dan ukuran yang disetujui yang akan menjamin
distribusi yang merata dari material.
(c) Waktu pencampuran harus diukur dari saat air mulai dimasukkan
kedalam bahan-bahan campuran kering. Semua air pencampur harus
dimasukkan sebelum ¼ waktu pencampuran berlalu. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ meter kubik atau kurang, harus
1,5 menit, untuk mesin yang lebih besar maka waktu harus ditingkatkan
15 detik setiap penambahan 0,5 m3 dalam ukuran.
(e) Pencampuran dengan mixer harus diisi dengan agregat yang sudah
ditakar beserta semen dan dicampur kering untuk waktu yang pendek
sebelum ditambahkan air.
7.1.4 PENGECORAN
(a) Penyedia harus membongkar setiap struktur yang ada, yang harus diganti
dengan pekerjaan beton baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton baru.
(b) Penyedia harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau seperti yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dan harus
membebaskan serta membongkar suatu daerah yang cukup luas di sekitar
tepi pekerjaan beton untuk menjamin dapat dicapainya seluruh bagian
pekerjaan tersebut. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan bila
perlu menjamin bahwa semua bagian pekerjaan dapat diawasi dengan
mudah dan aman.
(d) Sebelum pengecoran beton dimulai, semua acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa-pipa atau
saluran) harus sudah ditempatkan dengan tepat dan diikat kuat sehingga
tidak bergeser sewaktu pengecoran beton dilaksanakan.
(e) Bila ditetapkan atau diperintahkan oleh Direksi Teknik, material landasan
untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dalam
Seksi 2.4 - Drainase Porous.
(f) Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dan pondasi yang
disiapkan sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
beton dan dapat meminta Penyedia untuk melaksanakan pengujian
penetrasi yang mendalam, pengujian kepadatan atau pemeriksaan lainnya
untuk memastikan daya dukung yang memadai dari tanah dibawah
pondasi. Dalam hal ditemukan kondisi yang kurang memuaskan, maka
Penyedia dapat diperintahkan untuk merubah ukuran atau kedalaman
pondasi dan/atau menggali dan mengganti daerah yang lunak,
memadatkan tanah pondasi atau melaksanakan tindakan stabilisasi
lainnya sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(2) Acuan/Cetakan
Acuan/cetakan dari bahan yang disetujui dan siap pakai serta cocok untuk jenis
dan letak pekerjaan beton yang harus dilaksanakan serta harus memenuhi
persyaratan berikut :
(a) Acuan/cetakan pabrikasi dapat dari kayu atau baja dengan sambungan
yang kedap terhadap adonan dan cukup kaku untuk memelihara posisi
yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan beton.
(b) Kayu dengan permukaan kasar (tidak diserut) dapat digunakan untuk
permukaan bangunan yang tidak menonjol keluar (expose), tetapi kayu
diserut dengan tebal yang rata harus digunakan untuk permukaan yang
menonjol keluar (expose).
(c) Ujung-ujung tajam sisi dalam acuan harus dibuat tumpul, kecuali
diperintahkan oleh Direksi Teknik, menggunakan ganjalan segitiga
dengan lebar paling sedikit 20 mm dipasang di sudut.
(e) Untuk pengecoran beton pada dasar penunjang dan pondasi, acuan tanah
dapat digunakan yang tergantung pada persetujuan Direksi Teknik. Beton
tersebut akan didukung oleh galian yang dibentuk dengan baik yang sisi
dan dasarnya dirapikan dengan tangan sampai ukuran yang diperlukan.
(f) Acuan untuk beton yang dicor di bawah air, harus kedap air dan dijamin
kekakuannya untuk mencegah pergeseran.
(3) Perancah
(a) Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda
yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang disyaratkan dan
sebelum beton mendapat bentuknya yang permanen.
(c) Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perencanaan perancah dan
pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk
harga satuan beton.
(d) Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar dari
bahaya penggerusan dan penurunan, sedang konstruksinya sendiri harus
juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk
gaya-gaya pratekan dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin akan ada.
(f) Perancah harus dibuat dari kayu, baja atau beton cetak yang bermutu baik
dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak
diperbolehkan.
(4) Pengecoran
(c) Sesaat sebelum beton dicor, maka acuan harus dibasahi dengan air atau
dilapisi di sebelah dalam dengan suatu minyak mineral yang tak akan
membekas.
(d) Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir
dalam bagian acuan dalam waktu 30 menit setelah air ditambahkan pada
campuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Direksi Teknik
atas dasar pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
(e) Pengecoran beton harus diteruskan tanpa henti sampai suatu sambungan
konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
tersebut selesai
(g) Bila dicor kedalam struktur yang mempunyai acuan yang sulit dan
tulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapis-lapis horisontal
yang tidak lebih dari 15 cm tebalnya.
(h) Beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas kedalam bagian acuan dari
ketinggian melebihi 150 cm.
(i) Beton harus dicor pada suatu kecepatan yang sedemikian hingga beton
yang telah dicor kedalam acuan masih bersifat plastis sehingga dapat
menyatu dengan beton baru yang dicor diatasnya.
(c) Bila sambungan vertikal diperlukan, maka baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian sehingga membuat struktur tetap
monolit.
(6) Pemadatan
(a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari
dalam atau dari luar yang telah disetujui, Bila diperlukan dan apabila
disetujui oleh Direksi Teknik, penggetaran harus ditambah dengan
penusukan batang penusuk dengan tangan atau dengan alat yang cocok
untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tak
boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke
titik lain didalam bagian acuan.
(b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut di antara dan sekitar besi tulangan
benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka tulangan, dan setiap rongga
udara dan gelembung udara terisi.
(c) Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan sebagaimana disyaratkan tanpa menyebabkan segregasi
(pemisahan) dari aggregat.
(d) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar (External Vibrator)
harus sanggup menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit
dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan diatas kerangka acuan
supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.
(e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam (Internal Vibrator)
harus dari jenis pulsa dan harus sanggup menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan untuk beton yang
mempunyai slump 2,5 cm atau kurang.
(f) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan
tegak kedalam beton basah supaya tembus kedalam dasar beton yang
baru dicor, dan menghasilkan kepadatan yang merata pada seluruh
kedalaman beton. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya.
Alat penggetar tidak boleh lebih dari 30 detik pada satu lokasi, tidak
boleh digunakan menggeser campuran beton ke lokasi lain dan tidak
boleh menyentuh tulangan beton.
(g) Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton
akan ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Bila digunakan alat lain, maka
cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh Direksi Teknik.
Pengecoran beton siklop terdiri dari campuran beton kelas K175 dengan batu-
batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang
dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang
berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum
ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total
volume pekerjaan beton siklop.
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60 cm
dapat digunakan batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu harus
cukup dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; batu pecah tidak boleh
lebih dekat dari 30 cm dalam jarak terhadap permukaan atau 15 cm dalam
jarak terhadap permukaan yang akan dilindungi dengan beton penutup
(coping).
(a) Bagian acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa izin Direksi
Teknik. Izin Direksi Teknik tidak membebaskan Penyedia dari tanggung
jawab untuk keamanan pekerjaan. Blok dan turap harus dibongkar pada
waktu bagian acuan dibongkar dan tanpa kecuali setiap bagian acuan
kayu boleh tertinggal dalam beton. Pembongkaran perancah untuk
struktur menerus atau konsol harus sebagaimana diarahkan oleh Direksi
Teknik atau harus sedemikian rupa hingga struktur tersebut secara
bertahap mencapai tegangan ijinnya. Bila pengujian kekuatan beton
digunakan untuk pembongkaran acuan dan penunjang, maka
pembongkaran tersebut boleh dilaksanakan setelah kekuatan beton paling
sedikit telah mencapai 70 % dari kekuatan rencana yang ditentukan.
Untuk beton
Untuk beton yang
yang menggunakan
Posisi Acuan/Perancah
menggunakan high early
semen biasa strengths
portland cement
Acuan samping dari balok,
dinding, kolom, bila kemajuan
pengecoran perhari adalah
setinggi :
Perancah :
a. dibawah gelagar lantai 7 hari 6 hari
jembatan
b. dibawah jembatan pelat 2 14 hari 14 hari
tumpuan
c. dibawah balok dengan 2 21 hari 21 hari
tumpuan dan jembatan
lengkung
Lubang harus diisi dengan adukan yang terdiri dari semen dan pasir halus
dicampur dalam proporsi yang digunakan dalam beton yang sedang
diselesaikan. Yang harus disusutkan sebelumnya dengan mencampurnya
kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
(a) Bagian atas plat, kerb, permukaan trotoir dan permukaan mendatar
lainnya sebagimana yang diperintahkan Direksi Teknik, harus digaru
dengan mal untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan
segera setelah pengecoran dan harus dihaluskan dengan tangan,
meratakan permukaan baik memanjang maupun melintang dengan perata
kayu, atau dengan cara lain yang tepat, sebelum beton mulai mengeras.
(b) Perataan permukaan Horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoir, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau metode
lain sebagaimana diperintahkan Direksi Teknik pada saat beton mulai
mengeras.
(c) Permukaan yang tidak Horisontal yang tampak dan telah ditambal atau
yang kasar harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan
menempatkan sedikit adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus dalam takaran yang digunakan untuk beton
tersebut. Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas
cetakan, ketidak rataan dan tonjolan menjadi hilang serta seluruh rongga
terisi dan permukaan yang merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan
dari penggosokan harus dibiarkan tertinggal di tempat.
(4) Perawatan
(1) Umum
(a) Selama masa pelaksanaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus
diperiksa secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Apabila
tidak ditentukan lain oleh Direksi Teknik, maka pada pekerjaan beton
dengan jumlah dari masing-masing mutu beton lebih besar dari 60 m3,
untuk masing-masing mutu beton harus dibuat 1 pengujian, untuk setiap
5 m3 beton harus diambil minimum 3 benda uji tiap hari, kecuali pada
permulaan dari pelaksanan, dimana frekuensi pembuatan benda uji harus
lebih besar agar dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat terkumpulkan
20 benda uji. Untuk mencapai hal ini, hingga sampai terkumpulnya
20 benda uji, setiap 3 m3 beton harus dibuat 3 benda uji. Segera setelah
terkumpulkan 20 benda uji pada umur 28 hari, maka dari hasil
pemeriksaan kekuatan tekan benda-benda uji tersebut harus terbukti
bahwa mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan beton karakteristik
terpenuhi. Hasil pemeriksaan 20 benda uji pertama ini harus dipakai
sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan
perubahan dalam campuran beton.
(a) Beton diukur dalam jumlah meter kubik yang terpasang dan diterima
dalam pekerjaan sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana serta memenuhi mutu yang disyaratkan. Tidak ada pengurangan
volume akibat pemasangan pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm
atau oleh benda tambahan lainnya seperti “waterstops", baja tulangan,
pipa sulingan air atau lubang pipa cucuran.
(b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk cetakan, perancah untuk balok dan lantai, pemompaan,
penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan
pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari
pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga penawaran
untuk Pekerjaan Beton.
(c) Mutu beton lebih tinggi dapat diijinkan untuk digunakan sebagai
pengganti pekerjaan beton mutu lebih rendah sebagaimana disyaratkan,
dan harus diukur dan akan dibayar sesuai dengan mata pembayaran untuk
beton dengan mutu lebih rendah yang diganti.
7.2.1 UMUM
(1) Umum
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan beton bertulang pracetak dan beton pratekan
pracetak yang terdiri dari fabrikasi gelagar beton dan pelat beton yang dibuat
sesuai dengan Seksi ini mendekati garis, elevasi, dan dimensi yang ditunjukkan
dalam Gambar Rencana. Pekerjaan ini mencakup pembuatan, pengangkutan,
penyimpanan dan pemasangan balok, pelat dan elemen struktur dari beton
bertulang pracetak atau beton pratekan pracetak yang dibuat dengan cara pre-
tension (penegangan sebelum pengecoran) maupun post-tension (penegangan
setelah pengecoran). Pekerjaan ini juga termasuk pemasangan semua elemen
pracetak.
Semua pekerjaan beton untuk beton pracetak harus mengikuti persyaratan Seksi 7.1
– Pekerjaan Beton dan Seksi 7.3 – Baja Tulangan untuk Beton, kecuali ditentukan
lain dalam seksi ini, dan dibuat di pabrik yang mendapat persetujuan Direksi
Teknik.
(3) Toleransi
Panjang total setiap unit dari pusat ke pusat perletakan tidak boleh berbeda
lebih dari 0,06 % panjang yang disyaratkan, dengan perbedaan maksimum
sebesar 15 mm. Jarak lubang dari pusat ke pusat untuk tulangan melintang,
batang atau kabel tidak boleh berbeda lebih dari 6 mm dari posisi yang
ditentukan sebagaimana yang diukur dari sumbu melintang unit tersebut.
(d) Ketidaksikuan
(e) Lendutan
Nilai kelendutan unit sejenis yang digunakan pada bentang yang sama harus
terletak dalam rentang maksimum 20 mm untuk kondisi dan perawatan yang
sama, dan sebagainya.
(f) Kelengkungan
(g) Puntir
Rotasi sudut setiap penampang relatif terhadap suatu penampang ujung harus
tidak boleh lebih dari 5 mm per meter untuk tepi yang sedang diperiksa.
(h) Kabel
Sistem pra-tegang yang akan digunakan harus dipilih oleh Penyedia dengan
memenuhi semua ketentuan di dalamnya dan atas persetujuan dari Direksi Teknik.
Pada umumnya tidak terdapat perubahan pada posisi sentroid gaya pra-tegang total
sepanjang elemen tersebut dan pada besar gaya pra-tegang efektif akhir
sebagaimana yang diuraikan dalam Gambar Rencana.
(a) Penyedia harus menyerahkan rincian sistim, peralatan dan bahan yang
hendak digunakan dalam operasi pra-tegang. Rincian tersebut harus meliputi
metode dan urutan penegangan, rincian lengkap untuk baja pra-tegang,
perkakas penjangkaran, jenis selongsong dan setiap data relatif lainnya untuk
operasi pra-tegang. Malahan rincian tersebut harus menunjukkan setiap
susunan dari baja tulangan yang bukan pra-tegang seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar Rencana.
(c) Suatu sertifikat persetujuan (perjanjian) resmi untuk sistim pra-tegang harus
diserahkan dan disetujui oleh Direksi Teknik sebelum penempatan setiap
kabel prategang. Sertifikat persetujuan ini harus dikeluarkan oleh suatu
lembaga pengujian yang resmi. Sebaliknya Direksi Teknik dapat
memerintahkan sedemikian hingga diperoleh suatu sertifikat persetujuan dari
laboratorium pilihan Direksi Teknik atas biaya Penyedia. Semua peraturan
yang berhubungan dengan sertifikat persetujuan ini selanjutnya harus tunduk
pada persetujuan dari Direksi Teknik.
(d) Untuk setiap jenis elemen pra-tegang Penyedia harus menyerahkan 2 set
semua detil Gambar Rencana kerja, disiapkan secara khusus untuk Kontrak,
kepada Direksi Teknik untuk peninjauan ulang. Setelah peninjauan ulang, 3
set harus diserahkan kepada Direksi Teknik, untuk digunakan selama
pelaksanaan. Detil Gambar Rencana kerja harus meliputi judul pekerjaan,
nama struktur seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dan nomor
Kontrak. Penyedia tidak boleh mengecor setiap elemen yang akan dipra-
tegangkan sebelum peninjauan ulang detil Gambar Rencana kerja terinci
selesai.
(6) Pengawasan
Penyedia harus menempatkan team khusus sesuai dengan metode pra-tegang yang
diusulkan untuk kepentingan Direksi Teknik, bebas dari biaya, termasuk sekurang-
kurangnya seorang ahli kepala, untuk menyediakan keahlian dan perintah yang
diperlukan selama operasi pra-tegang.
7.2.2 BAHAN
(1) Beton
Beton harus dibuat memenuhi ketentuan dalam Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton, sesuai
(2) Acuan
Acuan untuk unit pracetak harus memenuhi ketentuan dalam Seksi 7.1 – Pekerjaan
Beton dan dengan ketentuan tambahan dalam seksi ini. Acuan harus terbuat dari
logam atau kayu yang dilapisi logam, atau kayu lapis yang kedap air, dan harus
cukup kuat sehingga tidak akan melendut melebihi batas-batas toleransi selama
pengecoran.
Penutup (seal) harus dipasang pada sambungan acuan untuk mencegah kehilangan
pasta semen.
Penumpulan acuan harus dilakukan pada semua sudut dan harus lurus dan sesuai
dengan bentuk dan garis yang tepat.
Pembentuk rongga harus dipasang dengan kencang dan harus dibungkus dengan
pita penutup berperekat sebagaimana yang diperlukan untuk mencegah masuknya
adukan.
(3) Grouting
Bahan tambah (aditif) dapat digunakan bilamana disetujui oleh Direksi Teknik.
Bahan plasticizer yang umum diperdagangkan untuk penyuntikan (grouting) harus
digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Bahan ini tidak boleh
mengandung chlorida, nitrat, sulfat atau sulfida.
Batang baja dan tulangan anyaman harus sesuai dengan Seksi 7.3 – Baja Tulangan
untuk Beton.
(a) Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan
kuat tarik tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus
tanpa sambungan atau kopel sesuai dengan AASHTO M203 - 90. Untaian
kawat tersebut harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 16.000
kg/cm2 dan kekuatan batas minimum dari 19.000 kg/cm2.
(b) Kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi
dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai
dengan AASHTO M204 - 89.
(i) Pemasokan
Kawat baja kaut tarik tinggi atau batang baja kuat tarik tinggi yang
akan digunakan dalam pekerjaan pra-tegang harus dipasok dalam
gulungan berdiameter cukup besar agar dapat mempertahankan sifat-
sifat yang disyaratkan dan akan tetap lurus bila dibuka dari gulungan
tersebut. Bahan harus dalam kondisi baik, tidak tertekuk atau bengkok.
Bahan tersebut harus bebas dari karat, kotoran, bahan lain yang lepas,
minyak, gemuk, cat, lumpur atau bahan-bahan lainnya yang tidak dike-
hendaki tetapi juga tidak licin karena digosok.
(iii) Penyimpanan
(6) Penjangkaran
Penjangkaran harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja
pra-tegang, dan harus memberikan penyebaran tegangan yang merata dalam beton
pada ujung kabel pra-tegang. Perlengkapan harus disediakan untuk perlindungan
jangkar dari korosi.
(7) Selongsong
Selongsong harus bebas dari belahan, retakan, dan sebagainya. Sambungan harus
dibuat dengan hati-hati dengan cara sedemikian hingga saling mengikat rapat
dengan adukan. Selongsong yang rusak harus dikeluarkan dari tempat kerja.
Lubang udara harus dise-diakan pada puncak dan pada tempat lainnya dimana
diperlukan sedemikian hingga penyuntikan adukan semen dapat mengisi semua
rongga sepanjang seluruh panjang selongsong sampai penuh.
Air yang digunakan untuk pembilasan selongsong harus mengandung baik kapur
sirih (kalsium oksida) maupun kapur tohor (kalsium hidro-oksida) dengan takaran
12 gram per liter. Udara bertekanan, yang digunakan untuk meniup selongsong,
harus bebas dari minyak.
7.2.3 PENGUJIAN
(1) Umum
Kawat, untaian, rakitan jangkar dan batang untuk pekerjaan pra-tegang harus
ditandai dengan sejumlah nomor dan diberi label untuk keperluan identifikasi
sebelum diangkut ke tempat kerja.
Contoh yang diserahkan harus mewakili jumlah bahan yang akan disediakan dan
untuk kawat dan untaian harus mempunyai induk gulungan (master roll) yang
sama. Contoh untuk pengujian harus diserahkan pada waktunya sehingga hasilnya
dapat diterima dengan baik sebelum waktu pekerjaan penegangan yang
dijadwalkan.
Panjang kawat yang cukup untuk membuat sebuah kabel paralel biasa dengan
panjang 1,5 meter, terdiri dari jumlah kawat yang sama sebagaimana kabel yang
akan disediakan, harus diserahkan.
Bilamana rakitan jangkar tidak disertakan dalam contoh penulangan, maka dua
rakitan harus diserahkan, lengkap dengan pelat distribusi, untuk setiap jenis dan
ukuran yang akan digunakan.
Bilamana sistim pra-tegang yang akan digunakan telah diuji sebelumnya dan
disetujui oleh Pemilik atau instansi lain yang dapat diterima oleh Direksi Teknik,
maka contoh tidak perlu diserahkan asalkan tidak terdapat perubahan dalam bahan,
rancangan atau rincian yang sebelumnya telah disetujui.
(1) Umum
(b) Acuan
Pipa acuan untuk membentuk lubang melintang dalam pekerjaan akhir atau
perkakas cetak lainnya yang akan membatasi regangan memanjang dalam
elemen acuan harus dilepas sesegera mungkin setelah pengecoran beton
sede-mikian rupa sehingga pergerakan akibat penyusutan atau perubahan
temperatur beton dapat dikendalikan.
Baja yang sangat berkarat atau baja yang keropos harus ditolak dan
dikeluarkan dari tempat kerja. Benda asing yang melekat pada baja harus
dihilangkan sete-lah pra-tegang atau sebelum penempatan dalam selongsong.
Bilamana baja pra-tegang untuk pekerjaan penegangan sebelum pengecoran
(pre-tension) dipasang sebelum pengecoran pada unit tersebut, atau bilamana
tidak disuntik dalam waktu 10 hari sejak pemasangan, maka baja tersebut
harus mengikuti ketentuan di atas untuk perlindungan terhadap korosi dan
ditolak jika berkarat. Dalam hal ini, bahan penghambat korosi harus
digunakan dalam selongsong setelah pemasangan kabel.
Jangkar harus dirakit dengan kabel dengan cara sedemikian sehingga dapat
mencegah setiap pergeseran posisi, baik selama pemasangan maupun penge-
coran.
Jika tidak ditentukan lain, maka selimut beton tidak boleh kurang dari 2 kali
diameter kabel atau 3 cm, diambil yang lebih besar. Selimut beton tersebut
harus ditambah 1,5 cm untuk beton yang kontak langsung dengan permukaan
tanah atau 3,0 cm untuk elemen beton yang dipasang dalam air asin.
Beton tidak boleh dicor sampai Direksi Teknik telah memeriksa dan
menyetujui pemasangan baja tulangan, selongsong, jangkar, dan baja pra-
tegang. Selongsong yang retak atau robek harus diganti.
(g) Perawatan
Perawatan dengan uap air dapat digunakan sesuai dengan yang disyaratkan
dalam Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton.
(a) Umum
(ii) Peralatan
(i) Umum
Landasan harus cukup kuat sehingga tidak terjadi lendutan atau kerusakan akibat
beban terpusat atau beban mati dari unit-unit yang ditunjang.
Kabel harus ditempatkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana,
dan harus dipasang sedemikian hingga tidak bergeser selama pengecoran beton.
Pada penempatan kabel, perhatian khusus harus diberikan agar kabel tidak
menyentuh acuan yang telah diminyaki. Bilamana terlihat tanda-tanda minyak
pada kabel, maka kabel harus segera dibersihkan dengan menggunakan kain yang
dibasahi minyak tanah atau bahan yang cocok lainnya.
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana, gaya penegangan yang diperlukan
adalah sisa gaya kabel pada tengah-tengah setiap unit segera setelah semua kabel
dijangkar pada abutment dari landasan dan berada dalam posisi lendutan akhir.
Perbedaan gaya penegangan adalah 5 persen dari gaya yang diperlukan. Besar gaya
penegangan yang diberikan harus dapat sudah termasuk pengurangan gaya akibat
slip pada perkakas jangkar, masuknya baji (wedge draw-in) dan kehilangan akibat
gesekan (friction losses).
Cara penarikan kabel termasuk pemasangan dan penempatan setiap garis lengkung
kabel, perhitungan yang menunjukkan gaya-gaya pada jangkar dan setiap titik
lendutan, dan perkiraan kehilangan gaya akibat gesekan, harus diserahkan kepada
Direksi Teknik untuk mendapat persetujuan sebelum dimulainya pembuatan
elemen-elemen.
Cara penarikan kabel harus dapat menjamin bahwa gaya yang diperlukan
dihasilkan dari semua kabel di tengah-tengah bentang setiap unit, terutama
bilamana lebih dari satu kabel atau satu unit ditarik dalam suatu operasi penarikan.
Beton tidak boleh dicor lebih dari 12 jam setelah peraikan kabel. Bilamana waktu
ini dilampaui, maka Penyedia harus memeriksa apakah kebutuhan gaya tarik kabel
masih dipertahankan. Bilamana penegangan ulang diperlukan, maka perpanjangan
kabel yang terjadi harus ditahan dengan menggunakan pelat pengunci (shims)
tanpa mengganggu baji yang telah tertanam.
Operasi penarikan kabel harus dikerjakan oleh tenaga yang terlatih dan
berpengalaman di bidangnya.
Gaya pra-tegang harus diberikan dan dilepas secara bertahap dan merata.
Untuk menghilangkan kekenduran dan menaikkan kabel dari lantai landasan, maka
gaya 100 kg atau sebesar yang disetujui oleh Direksi Teknik harus diberikan pada
kabel. Gaya awal harus diberikan untuk menghitung pemuluran yang diperlukan.
Bilamana terjadi slip pada salah satu kelompok kabel yang ditarik secara bersama-
sama, maka tegangan pada seluruh kabel harus dikendorkan, kabel-kabel diatur lagi
dan kelompok kabel tersebut ditarik kembali. Sebagai alternatif, jika kabel yang
slip tidak lebih dari dua, penarikan kelompok kabel dapat diteruskan sampai selesai
dan kabel yang kendor ditarik kemudian.
(a) Persetujuan
Tidak ada kabel yang dilepas sebelum beton mencapai kuat tekan yang lebih
besar dari 85 % kuat tekan beton berumur 28 hari yang disyaratkan dalam
Gambar Rencana dan didukung dengan pengujian benda uji standar yang
dibuat dan dirawat sesuai dengan unit-unit yang dicor. Bilamana, setelah 28
hari, kuat tekan beton gagal mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan,
maka kabel segera dilepaskan dan unit beton tersebut harus ditolak.
(c) Prosedur
Semua kabel harus diperiksa sebelum dilepas untuk memastikan bahwa tidak
terdapat kabel yang kendur. Bilamana terdapat kabel yang kendur, maka
Kon-traktor harus segera memberitahu Direksi Teknik sehingga Direksi
Teknik dapat memeriksa unit tersebut dan menentukan apakah unit tersebut
dapat dipakai terus atau harus diganti.
Semua kabel harus diberi tanda pada kedua ujung balok pratekan, agar dapat
dilakukan pencatatan bilamana terjadi slip atau masuknya kabel (draw-in).
(iii) Direksi Teknik harus hadir dalam setiap pelepasan kabel dengan
pemanasan. Setelah gaya pra-tegang telah dipindahkan pada unit-unit,
kabel-kabel antara unit-unit harus bekerja baik sepanjang garis dari
titik pelepasan.
Masuknya kabel pada setiap kabel tidak boleh melampaui 3 mm pada setiap ujung,
kecuali disebutkan lain dalam Gambar Rencana.
(1) Persetujuan
Setiap jangkar harus ditempatkan tegak lurus terhadap garis kerja gaya pra-tegang,
dan dipasang sedemikian hingga tidak akan bergeser selama pengecoran beton.
Bilamana ditentukan dalam Gambar Rencana bahwa plat baja digunakan sebagai
jangkar, maka bidang permukaan beton yang kontak langsung dengan plat baja
tersebut harus rata, daktil (ducktile) dan diletakkan tegak lurus terhadap arah gaya
pra-tegang. Jangkar pelat baja dapat ditanam pada adukan semen sebagaimana
yang disetujui atau diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Lubang jangkar harus ditutup untuk menjamin bahwa tidak terdapat adukan semen
atau bahan lainnya masuk ke dalam lubang selama pengecoran.
Segera sebelum penarikan kabel, Penyedia harus menunjukkan bahwa semua kabel
bebas bergerak antara titik-titik penjangkaran dan elemen-elemen tersebut bebas
untuk menampung pergerakan horisontal dan vertikal sehubungan dengan gaya
pra-tegang yang diberikan.
Gaya pra-tegang belum boleh diberikan pada beton sebelum mencapai kekuatan
beton yang diperlukan seperti yang disyaratkan dalam Gambar Rencana, dan tidak
boleh kurang dari 14 hari setelah pengecoran jika perawatan dengan pembasahan
digunakan, atau kurang dari 2 hari setelah pengecoran jika perawatan dengan uap
digunakan.
Kabel harus ditegangkan secara bertahap dengan kecepatan yang tetap. Gaya dalam
kabel harus diperoleh dari pembacaan pada dua buah arloji atau alat pengukur
tekanan yang menyatu dengan peralatan tersebut. Perpanjangan kabel dalam gaya
total yang disetujui tidak boleh melampaui 5 % dari perhitungan perpanjangan
yang disetujui. Bilamana perpanjangan yang diperlukan tidak dapat dicapai maka
gaya dongkrak dapat ditingkatkan sampai 75 % dan beban yang ditetapkan untuk
kabel. Bilamana perbedaan pemuluran antara yang diukur dengan yang dihitung,
lebih dari 5 %, maka tidak perlu dilakukan penarikan lebih lanjut sampai
perhitungan dan peralatan tersebut diperiksa.
Penegangan harus dari salah satu ujung, kecuali disebutkan lain dalam Gambar
Rencana atau disetujui oleh Direksi Teknik.
Bilamana tarikan ke dalam (pull-in) kabel pada penjangkaran akhir lebih besar dari
yang disetujui oleh Direksi Teknik, maka beban harus dilepas secara bertahap
dengan kecepatan tetap dan penarikan kabel dapat diulangi.
(a) Umum
Semua pekerjaan penarikan kabel harus dihadiri oleh Direksi Teknik atau
wakilnya.
Bilamana slip terjadi pada satu kabel atau lebih dari sekelompok kabel,
Direksi Teknik dapat mengijinkan untuk menaikkan pemuluran kabel yang
belum ditegangkan asalkan gaya yang diberikan tidak akan melebihi 85 %
kekuatan maksimumnya.
Bilamana kabel slip atau putus, yang mengakibatkan batas toleransi yang
diijinkan dilampaui, kabel tersebut harus dilepas, atau diganti jika perlu,
sebelum ditarik ulang.
Penegangan pada salah satu ujung harus dilakukan untuk menentukan kehi-
langan gesekan (friction loss), jika diperintahkan oleh Direksi Pekejaan.
Kedua dongkrak dihubungkan pada kedua ujung dari setiap kabel. Salah satu
dongkrak diberikan perpanjangan paling tidak 2,5 cm sebelum dongkrak
lainnya dihu-bungkan. Kabel yang masih kendor harus dikencangkan, dan
kabel yang per-tama-tama ditegangkan adalah pada dongkrak yang tidak
diberi perpanjangan (disebut leading jack).
Lubang penyuntikan harus disediakan pada jangkar, pada titik atas dan bawah
profil kabel dan pada titk-titik lainnya yang cocok. Jumlah dan lokasi titik-titik ini
harus disetujui oleh Direksi Teknik tetapi tidak boleh lebih dari 30 meter pada
bagian dari panjang selongsong. Lubang penyuntikan dan lubang pembuangan
udara paling tidak harus berdiameter 10 mm dan setiap lubang harus ditutup
dengan katup atau perleng-kapan sejenis yang mampu menahan tekanan 10 kg/cm2
tanpa kehilangan air, suntikan atau udara.
Kabel harus disuntik dalam waktu 24 jam sesudah penarikan kabel selesai
dilakukan kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Teknik.
Lubang penyuntikan harus diuji dengan diisi air bertekanan 8 kg/cm2 selama satu
jam sebelum penyuntikan. Selanjutnya selongsong harus dibersihkan dengan air
dan udara bertekanan.
Kabel tidak boleh dipotong dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan. Ujung kabel
harus dipotong sedemikian rupa sehingga minimum terdapat selimut beton setebal
3 cm pada ujung balok (end block).
Unit-unit beton pracetak yang rusak akibat penyimpanan dan penanganan yang
tidak sebagaimana mestinya harus diganti oleh Penyedia dengan biaya sendiri.
(3) Penyimpanan
Unit-unit harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah
dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun
baik musin hujan maupun kemarau, akibat beban dari unit-unit tersebut. Bilamana
unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3 lapisan
dengan penyangga kayu dipasang di antara tiap lapisan. Penyangga untuk setiap
lapisan harus dipasang di atas lapisan yang terdahulu. Untuk gelagar penyangga
harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 20 % dari ukuran panjang unit, yang
diukur dari setiap ujung.
Semua baja pra-tegang harus dilindungi dari kerusakan fisik dan karat atau akibat
lain dari korosi setiap saat dari pembuatan sampai penyuntikan. Baja pra-tegang
yang telah mengalami kerusakan fisik pada setiap saat harus ditolak. Baja pra-
tegang harus dibungkus dalam peti kemas atau bentuk pengiriman lainnya untuk
melindungi baja tersebut dari kerusakan fisik. Bahan pencegah korosi harus
dimasukkan ke dalam kemasan atau bentuk lainnya, atau bila diijinkan oleh Direksi
Teknik, dapat digunakan langsung pada baja pra-tegang. Bahan pencegah korosi
tidak boleh mempunyai pengaruh yang merusak pada baja pra-tegang atau beton
atau kekuatan ikat (bond strength) baja pada beton.
Kemasan atau bentuk lainnya yang rusak oleh berbagai sebab harus segera diganti
atau diperbaiki hingga mencapai kondisi semula. Kemasan atau bentuk lainnya
harus ditandai dengan jelas dengan suatu keterangan bahwa kemasan berisi baja
pra-tegang berkekuatan tinggi, dan perhatian khusus harus diberikan dalam
penanganan, jenis macam dan jumlah bahan pencegah korosi yang digunakan
(termasuk tanggal sewaktu dimasukkan), petunjuk pengamanan dan petunjuk
penggunaan.
(1) Uraian
Segmen-segmen harus dirakit pada acuan atau pada penyangga di atas tanah
lapang. Penyedia harus merancang sistem penyangga untuk menyalurkan semua
beban yang mungkin terjadi, dan harus menyertakan perlengkapan untuk
menyesuaikan posisi setiap segmen selama perakitan.
Beton yang digunakan untuk sambungan dan diafragma yang terkait atau beton
yang dimasukkan lainnya untuk pelaksanaan penegangan setelah pengecoran (post-
tension) harus sesuai dengan ketentuan Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton, kecuali
bilamana dimodifikasi seperti di bawah ini.
Kadar semen tidak kurang dari 450 kg atau tidak lebih dari 500 kg per meter kubik
beton.
Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik, maka ukuran efektif maksimum harus
10 mm.
Sambungan beton harus mempunyai kekuatan yang sama dengan beton tersebut
sebelum diberi gaya pra-tegang seperti yang diuraikan dalam Pasal 7.2.6.(4) dari
Spesifikasi ini.
Bahan untuk beton harus dipilih dengan teliti dan sesuai dengan proporsi
rancangan campuran untuk memperoleh beton sambungan dengan kekuatan yang
disyaratkan dan warna yang serupa dengan segmen-segmen tersebut. Bilamana
diminta oleh Direksi Teknik maka Penyedia harus menyerahkan contoh usulan
sambungan beton yang telah dirawat untuk membandingkan warna beton
sambungan dan beton semula.
Perhatian khusus harus diberikan selama pengecoran dan pemadatan beton agar
setiap kerusakan pada selongsong dapat dihindarkan. Alat penggetar tidak boleh
bersentuhan langsung dengan selongsosng. Bilamana selongsong rusak selama
pengecoran, seluruh atau sebagian pengecoran beton ini dapat ditolak oleh Direksi
Teknik.
Setelah pengecoran beton, permukaan atas dari sambungan harus diratakan sampai
sama dengan permukaan atas segmen-segmen yang bersebelahan dan harus ditutup
agar ter-hindar dari pengeringan dini. Beton sambungan harus dirawat dengan satu
cara atau lebih seperti yang diuraikan dalam Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton selama
minimum 7 hari.
Bilamana setiap unit yang difabrikasi atau diterima oleh Direksi Teknik, ternyata
rusak seperti retak, mengelupas atau deformasi pada baja tulangan, unit yang
demikian harus disisihkan sampai diperiksa oleh Direksi Teknik, yang akan
menentukan apakah unit tersebut ditolak dan dikeluarkan dari lapangan pekerjaan
atau diperbaiki oleh Penyedia.
Biaya untuk perbaikan ini, atau penyingkiran atas unit-unit yang ditolak, dan
semua biaya untuk mengganti unit-unit ini di lapangan harus menjadi beban
Penyedia.
Semua baut yang tertanam dan lubang untuk tulangan melintang, dan sebagainya
harus diluruskan dengan hati-hati selama pemasangan unit-unit tersebut. Batang
baja harus dipasang pada lubang untuk tulangan melintang sewaktu perakitan
berlangsung, agar dapat menjamin penempatan lubang dengan tepat.
Unit-unit yang telah ditolak karena unit tidak memenuhi ketentuan, rusak
selama penanganan, penyimpanan, pengangkutan atau pemasangan, atau
untuk setiap alasan lainnya tidak boleh diukur untuk pembayaran.
(2) Pembayaran
Kuantitas unit beton bertulang pracetak yang diterima, selesai dikerjakan dan
di tempat, diukur sebagaimana ditentukan di atas, harus dibayar dengan
Harga Penawaran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran
tersebut harus dianggap kompensasi penuh untuk penyediaan dan
pemasangan semua bahan termasuk beton, acuan, baja tulangan, dan
pekerjaan penyelesaian akhir, dan semua penanganan, penyimpanan,
penandaan, pengangkutan dan pemasangan dari unit-unit, termasuk semua
tenaga kerja, peralatan, perkakas, pengujian dan semua biaya lainnya yang
diperlukan atau biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya atas
pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
Kuantitas unit beton pratekan pracetak yang diterima, selesai dikerjakan dan
di tempat, diukur sebagaimana ditentukan di atas, harus dibayar dengan
Harga Penawaran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran
tersebut harus dianggap kompensasi penuh untuk penyediaan dan
pemasangan semua bahan termasuk beton, acuan, baja tulangan, baja
prategang, selongsong, jangkar, kopel, spiral, pembagi (spacers), penyangga
kabel pra-tegang, penarikan kabel, penyuntikan dan pekerjaan penyelesaian
akhir, dan semua penanganan, penyimpanan, penandaan, pengangkutan dan
pemasangan dari unit-unit, termasuk semua tenaga kerja, peralatan, perkakas,
7.3.1 UMUM
(1) Uraian
AASHTO M32-78 Kawat baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (cold
drawn steel wire) untuk tulangan beton.
(3) Toleransi
(a) Pabrikasi.
(i) Jarak antara tulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter
batang atau ukuran maksimum agregat kasar ditambah 1 cm dengan
minimum 3 cm (mana yang mana lebih besar).
(ii) Apabila penulangan dalam balok terdiri dari lebih satu lapis batang,
tulangan lapis atas diletakkan tepat diatas tulangan lapis bawah
penulangan dengan ruang bebas/jarak vertikal minimum 2,5 cm.
Diameter ≤ 16 3,5 cm 4 cm 5 cm
(ii) Untuk beton bertulang dibawah permukaan air yang tidak dapat
dijangkau (dilihat) atau beton yang akan digunakan untuk
penyaluran kotoran atau cairan yang membuat karat, penutup
minimum harus ditambah menjadi 7,5 cm.
(4) Pelaporan
Rincian ini harus sesuai dengan Gambar Rencana yang disediakan untuk
pelaksanaan atau sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(b) Penyedia juga harus menunjukkan daftar sertifikat yang disahkan pabrik
pembuat yang menyatakan mutu baja-baja tulangan dan berat satuan
dalam kilogram tiap ukuran dan mutu batang atau anyaman baja yang
dilas untuk digunakan dalam pekerjaan.
(a) Penyedia harus mengirim baja tulangan ke lapangan pekerjaan, diikat dan
masing-masing ditandai dengan label metal yang menunjukkan ukuran
batang, panjang dan informasi lainnya yang diperlukan untuk identifikasi
sesuai dengan peruntukannya.
(b) Baja tulangan dengan setiap kerusakan berikut harus tidak diijinkan
dalam pekerjaan.
(iii) Baja tulangan yang berkarat atau rusak dan telah ditolak Direksi
Teknik
(c) Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan, batang tidak
boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi
Teknik atau yang akan merusak dan melemahkan material.
Penggantian ukuran baja tulangan dari ukuran yang berbeda hanya diijinkan
bila secara jelas disahkan oleh Direksi Teknik.
Bila ukuran baja tulangan diganti harus dengan luas penampang yang sama
dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.
Batang baja tulangan adalah polos atau batang ulir sesuai dengan persyaratan
PBI 1971 (N.I. - 2), kecuali dinyatakan lain, mutu baja yang digunakan untuk
beton bertulang harus menurut Gambar Rencana atau petunjuk Direksi Teknik.
(a) Baja tulangan harus didapat dari pabrik pembuat yang disetujui dan harus
disertai dengan sertifikat pengujian yang memastikan kecocokan mutu.
Jika mutu baja diragukan, Direksi Teknik dapat meminta baja tersebut
untuk diuji.
(b) Baja tulangan harus disediakan bersih dan bebas dari debu, lumpur,
minyak, gemuk atau karat dan bebas dari kerusakan lainnya.
Bila anyaman tulangan baja diperlukan sebagai penulangan beton seperti untuk
tulangan pelat, harus anyaman baja dilas pabrik yang memenuhi ketentuan
AASHTO M55.
(a) Batang baja tulangan harus dipotong menurut panjang yang diperlukan
dibengkokkan secara hati-hati menurut bentuk dan ukuran yang diminta.
Batang tulangan mutu tinggi tidak boleh dibengkokkan dua kali.
Pemanasan baja tulangan harus dilarang, kecuali apabila disetujui oleh
Direksi Teknik, dimana harus dipertahankan sampai kepada pemanasan
minimum atau dilaksanakan dengan kemungkinan pemanasan yang paling
rendah untuk menjamin sifat fisik dari baja tidak banyak berubah.
(c) Batang baja tulangan dengan diameter 2 cm atau yang lebih besar harus
dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
(c) Batang baja tulangan harus diikat bersama dengan kokoh menggunakan
kawat pengikat untuk menghindari perpindahan tempat selama
penulangan dan penempatan beton. Pengelasan batang bersilang atau
begel kepada baja tegangan utama tidak diijinkan.
(d) Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperici
dalam Gambar Rencana atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Teknik
secara tertulis. Bila Direksi menyetujui pengelasan dari penyambungan,
maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu ujung yang menembus
penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D 2.0. Pendinginan benda las
dengan air tidak diijinkan.
(e) Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran menghadap kedalam beton
(g) Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan digunakan untuk
memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai kerja atau
beban konstruksi lainnya.
(3) Penyambungan
(a) Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya seperti
(c) Pengelasan batang baja tulangan tidak diijinkan kecuali terinci pada
Gambar Rencana atau diijinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.
(a) Jumlah baja tulangan yang harus diukur untuk pembayaran akan
ditentukan sebagai jumlah kilogram selesai dipasang sesuai dengan
Gambar Rencana dan diterima oleh Direksi Teknik. Jumlah kilogram
batang baja tulangan yang dipasang akan dihitung dengan total panjang
yang sebenarnya dalam meter batang terpasang dikalikan berat satuan
yang disetujui dalam kilogram tiap meter panjang batang.
(b) Jumlah kilogram anyaman baja yang dilas terpasang harus dihitung
dengan luas jumlah yang sebenarnya dalam meter persegi dikalikan
dengan satuan berat normal yang disediakan dalam kilogram tiap meter
persegi anyaman baja.
(c) Berat satuan yang disetujui oleh Direksi Teknik harus didasarkan kepada
berat normal yang disediakan oleh pabrik pembuat baja.
(d) Kawat ikat, jepit, pemisah dan penopang lain yang digunakan untuk
penempatan dan pemasangan baja tulangan ditempatnya, tidak boleh
dimasukkan dalam berat yang harus dibayar
(f) Tidak ada pembayaran terhadap overlap yang ditambahkan oleh Penyedia
atau terhadap overlap yang tidak ditunjukkan pada Gambar Rencana.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
7.4.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup struktur baja dan bagian baja dari struktur baja
komposit, yang dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan dimensi
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang ditetapkan oleh
Direksi Teknik, yang meliputi pelaksanaan struktur baja baru, pelebaran
dan perbaikan dari struktur baja lama, lengkap dengan tumpuan, penahan
melintang, peredam gempa, expantion joint, sandaran, serta peralatan
kerja yang dibutuhkan.
(c) Pekerjaan ini juga mencakup, jika diperintahkan demikian oleh Direksi
Teknik, perencanaan teknis untuk struktur jembatan rangka baja,
termasuk sistem lantai jembatan, yang mana material dan desainnya tidak
disediakan oleh Pemilik.
Hal tersebut diatas akan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa, dalam hal
perencanaan teknis (detailed engineering) untuk struktur jembatan rangka baja
termasuk dalam cakupan kerja dalam Kontrak.
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan kualitasnya sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan.
(c) Gelagar :
Penyimpangan lateral antara sumbu badan (web) dan sumbu flens dalam
gelagar susun : maksimum 3 mm.
AASHTO, ASTM :
(6) Pelaporan
(b) 3 (tiga) salinan dari semua gambar kerja terinci yang disiapkan oleh atau
atas nama Penyedia Jasa harus diserahkan kepada Direksi Teknik untuk
(c) Penyedia Jasa harus menyerahkan program dan metode pelaksanaan yang
diusulkan termasuk semua gambar kerja dan rancangan untuk pekerjaan
sementara yang diperlukan. Data yang diserahkan sebagaimana yang
diperlukan harus meliputi tanggal untuk kunjungan bengkel, pengiriman
dan pemasangan, usulan pembongkar struktur lama, metode pemasangan,
penunjang dan pengaku sementara untuk gelagar selama pemasangan, detil
sambungan dan penghubung, pengalihan lalu lintas pada atau di luar
jembatan lama dan setiap keterangan yang berkaitan lainnya untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
(d) Penyedia Jasa harus memberitahu kepada Direksi Teknik secara tertulis
sekurang-kurangnya 24 jam sebelum memulai pembongkaran struktur lama
atau pemasangan struktur baja yang baru.
Tipe struktur disyaratkan rangka baja digalvanis, dengan komponen yang dapat
(a) Klasifikasi jembatan terdiri dari kelas “A” dan “B” tergantung pada lebar
jalur lalu lintas, seperti yang ditentukan dalam Seksi ini.
(b) Potongan melintang dari tipe rangka terbuka tergantung pada lebar jalur
lalu lintas, dan harus dirancang sebagai berikut :
Kelas A – Lebar jalur lalu lintas 7.00 m (lajur ganda) ditambah 1.00 m
lebar kerb penghalang / jalur pejalan kaki dan sandaran pada
kiri kanan jembatan.
Kelas B – Lebar jalur lalu lintas 6.00 m (lajur ganda) ditambah 0.50 m
lebar kerb penghalang / jalur pejalan kaki dan sandaran pada
kiri kanan jembatan.
(c) Minimum tinggi bebas vertikal antara lantai dengan bagian bawah batang
atas sebesar 5.10 meter.
(b) Setiap standar bentang diidentifikasi dengan huruf ”A” dan ”B” berikut
rangka yang menunjukan panjang bentang, misalnya bentang 40 m
dengan lebar jalur lalu lintas 7.00 m disebut A40.
(b) Jembatan yang dipasok dalam kontrak ini akan dipasang dan dibangun
pada berbagai Propinsi di Republik Indonesia dan oleh karenanya
direncanakan untuk dapat memikul kondisi beban yang berat sesuai
dengan lingkungan. Untuk pesanan rencana pekerjaan yang sederhana,
koefisien gempa maksimum C = 0.200 (koefisien dasar shear) dapat
diaplikasikan untuk seluruh wilayah Indonesia.
(a) Penyedia Jasa harus merencanakan sistem lantai sesuai BMS 1992 dan
menyiapkan gambar kerja yang lengkap serta spesifikasi teknis.
Beton pengisi harus sesuai Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton, untuk regangan
dan perubahan suhu, dengan batang tulangan yang berulir sesuai Seksi
7.3 – Baja Tulangan, dimana pada titik momen negatif harus ditempatkan
baja tulangan untuk menghindari beton retak pada lokasi sedemikian.
(c) Shear stud harus ditempatkan pada girder melintang untuk memberikan
aksi komposit dengan beton lantai dan memungkinkan pelat diangkur
pada girder melintang. Stud harus dilas atau dibaut pada permukaan atas
flange girder melintang. Sambungan pada stringer yang sesuai harus
memberikan kekuatan lembar pada stringer.
(f) Dalam beberapa aplikasi fleksibel dari lembar plat baja bergelombang,
bentuk plat baja dan ketebalannya harus sama untuk semua tipe
jembatan. Plat baja harus secukupnya diperkenankan saling melengkapi
untuk ruang bebas selama pengerasan pasta beton lantai.
(b) Rangka jembatan standard harus diberikan anti lendut (Chamber) yang
cukup untuk mengimbangi total lendutan pada bebam mati sebesar 150%
(minimum). Namun demikian untuk perhitungan teoritis anti lendut
(chamber) tersebut dirancang dengan lendutan maksimum pada beban
mati sebesar 1/300 kali panjang bentang dan pada beban hidup 1/800 kali
panjang bentang.
(d) Kecuali tidak ditentukan lain, semua analisa struktur dan perencanaan
harus berdasarkan pada :
AASHTO publikasi ” STANDARD SPESIFIKATION FOR HIGHWAY
BRIDGES ” edisi ke enam belas dan semua spesifikasi yang diperlukan .
(e) Bentang jembatan harus direncanakan pada beban fatik. Pengelasan dari
sambungan baut termasuk lobang baut dan prosedur pengelasan, harus
direncanakan sedemikian rupa sehinnga menjamin konsentrasi tegangan
yang terjadi untuk menghindari keruntuhan akibat fatik.
(f) Setiap bentang jembatan harus dirancang dengan sistem pemasangan cara
kantilever dan sebagai bentang angkur. Pemasangan bentang jembatan
rangka permanen dengan sistem kantilever diharuskan menggunakan
angkur bentang pemberat (beban pengimbang), untuk memberikan
kesetimbangan pada bentang kantilever. Bentang angkur merupakan
bentang rangka standard. Setiap bentang jembatan harus dirancang buat
setiap bentang angkur dalam kelas yang sama.
(a) Penyedia Jasa harus menyiapkan dan bertanggung jawab penuh untuk
konfirmasi spesifikasi dan memeriksa persyaratan gambar yang dipasok
sesuai Seksi ini.
(c) Untuk setiap jembatan, informasi yang harus disampaikan oleh Penyedia
Jasa antara lain termasuk :
(e) Jika Penyedia Jasa diberitahukan dalam waktu 15 (lima belas) hari,
bahwa dokumen tersebut tidak disetujui oleh Direksi Teknik yang
menyimpang dari nilai kontrak, Penyedia Jasa harus memperbaiki
dokumen yang dimaksud dalam waktu 15 (lima belas) hari setelah
diberitahukan dan meminta persetujuan kembali dari Direksi Teknik
tanpa perpanjangan waktu penyelesaian program pengiriman.
(a) Manual
(i) Satu (1) set instruksi manual diberikan untuk setiap bentang
jembatan yang di pasok.
(ii) Manual harus ditulis dalam bahasa Indonesia, dicetak pada kertas
mutu baik yang tahan air, dibatasi antar judul dan sampul plastic.
Dua (2) copy selanjutnya dari pada manual untuk setiap tipe
jembatan disampaikan kepada Direksi Teknik untuk disetujui dalam
waktu 4 (empat) hari kalender setelah tanggal penunjukan pemenang
lelang.
(iii) Manual harus jelas dan menunjukkan isi ringkas untuk setiap tipe
bentang :
(c) Berdasarkan desain dasar yang disampaikan oleh Penyedia Jasa pada
penawarannya, Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dan menjamin
bahwa semua rancangan, gambar, bentuk, data dan sebagainya,termasuk
didalamnya hal-hal yang diutamakan, memenuhi semua aspek
persyaratan yang ditentukan dalam kontrak, lebih dulu disampaikan
informasi yang diperlukan untuk disetujui. Penyedia Jasa harus juga
bertanggung-jawab sebagai gambaran untuk Direksi Teknik secara rinci
setiap contoh yang usulannya tidak dapat diterima dan untuk menegaskan
situasi serta keputusan tentang usulan yang diajukan.
(d) Direksi Teknik akan mempelajari dan menyetujui setiap bagian dari
gambar sebagaimana tersebut diatas.
7.4.3 MATERIAL
(a) Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana, semua material yang
menjadi bagian dari kelengkapan jembatan harus baru dan sesuai dengan
Seksi ini, dimana persyaratan untuk semua material yang tidak
ditentukan dalam Seksi ini, maka material harus sesuai dengan
AASHTO, ASTM, SII atau spesifikasi lain yang disetujui oleh Direksi
Teknik.
(b) Baja yang digunakan untuk komponen jembatan adalah baja struktur
sesuai dengan ketentuan AASHTO M 270 - 04 dan harus mempunyai
sifat mekanis baja struktural seperti dalam Tabel 7.4.3 (1).
Mutu baja dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada
unit-unit yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.
(c) Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana, semua material yang
menjadi bagian dari komponen jembatan rangka baja adalah :
Mn Cr + Mo + v Ni + Cu
CE = C + + +
6 5 15
(d) Semua material baja yang digunakan harus dipabrikasi oleh pabrik baja
yang diakui, yang berpengalaman dan khusus dari pabrik baja.
(e) Baja harus dikirim bersama dengan sertifikat pabrik dari pabrik baja dan
contoh uji langsung kepada Direksi Teknik dan sertifikat uji yang
dikeluarkan oleh perusahaan pemeriksa independen yang diakui dan
disetujui oleh Direksi Teknik.
(f) Penyedia Jasa boleh mengusulkan struktur baja ekivalen dan memenuhi
standard spesifikasi dari negara asal untuk persetujuan Direksi Teknik
dengan memberikan deskripsi lengkap tentang material, termasuk
komposisi kimia, sifat mekaniknya, dan sebagainya.
(a) Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 grade A, dan
mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam (hexagonal).
(b) Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi.
Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja
karbon yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO
M164M - 01 dengan tegangan leleh minimum 5700 kg/cm2 dan
pemuluran (elongation) minimum 12 %.
(c) Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari
AASHTO M164M - 90. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar.
(6) Sertifikat
Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana
diminta oleh Direksi Teknik, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya
yang menyatakan bahwa bahan tersebut telah diproduksi sesuai dengan
Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau
bagian-bagian yang dirol, baut, bahan dan pembuatan landasan jembatan dan
galvanisasi.
7.4.4 PELAKSANAAN
(1) Fabrikasi
(a) Umum
(i) Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal 7.4.1 (4).
(b) Pemotongan
(i) Lubang untuk Paku Keling, Baut Tidak Terbenam (counter-sunk) dan
Baut Hitam ( tidak termasuk toleransi rapat, baut silinder (turned
barrel bolt) dan baut geser tegangan tinggi ) :
Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat, kecuali
disyaratkan lain. Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar
dari diamater nominal untuk baut sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm
lebih besar dari diameter nominal untuk baut yang lebih besar. Jarak
dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak
minimum dari pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara
geser harus 1,7 kali diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat
yang diroll atau dipotong dengan las, harus 1,5 kali diameter nominal
baut.
(e) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Tegangan Tinggi)
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan
dengan tenaga manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok
dengan anjang tidak kurang dari 38 cm untuk diameter nominal baut 19
mm atau lebih. Kepala baut harus diketuk dengan palu pada saat mur
sedang dikencangkan. Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang.
Ring harus digunakan kecuali ditentukan lain.
(i) Umum
(g) Pengelasan
(v) Penyedia Jasa harus merinci sendiri program kualiti control yang
rinci untuk disetujui dengan menjamin inspeksi yang baik di tempat
kerja, lengkap dengan ketentuan yang tercantum pada bagian F Pasal
6 dari AWS D1.1/D1.1M-2002. Semua biaya yang diperlukan untuk
program kualiti control harus sudah termasuk dalam harga satuan per
unit yang ditawarkan.
(vi) Penyedia Jasa harus membebaskan semua biaya alat kerja, perancah,
dan sebagainya yang disyaratkan untuk inspeksi dan asistensi
Enginer untuk pertukaran komponen jembatan atau bagian yang
diizinkan untuk diperiksa terhadap semua sisi dan dimana biaya
angkutan, sudah termasuk harga dalam harga satuan per unit yang
ditawarkan.
(h) Galvanisasi
(i) Semua komponen struktur baja termasuk balok, pelat, baut, ring,
diafragma dan sejenisnya harus digalvanisasi dengan sistem
pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M 111M-04 atau ASTM
(v) Bilamana lapisan galvanis pecah selama pabrikasi atau gagal dalam
pengangkatan, perbaikan permukaan harus dicat segera mungkin
menurut system berikut :
(2) Pengangkutan
(a) Setiap elemen struktur harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda
(b) Baut dengan panjang dan diamater yang sama, serta mur yang terlepas
dari baut atau ring harus dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang
kecil, dan paket baut, ring dan mur harus dikirim dalam kotak, krat atau
tong, dan berat kotor dari setiap kemasan tidak boleh melebihi 150 kg.
Daftar dan uraian dari bahan-bahan yang terdapat didalam setiap
kemasan harus tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan
diusahakan tidak mudah hilang atau tersobek pada waktu pengiriman.
(c) Seluruh bahan yang disediakan oleh Pemilik akan diperoleh Penyedia
Jasa pada satu depot penyimpanan peralatan atau lebih yang telah
ditentukan dan disebutkan dalam dokumen lelang. Penyedia Jasa harus
membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk serah terima yang
tepat pada waktunya, pengangkutan dan pengiriman yang aman ke lokasi
pekerjaan atas seluruh bahan yang disediakan oleh Pemilik. Penyedia
Jasa harus memeriksa dan mengawasi kuantitas dan kondisi seluruh
bahan yang akan disediakan oleh Pemilik terhadap daftar pengapalan dari
pabrik pembuatnya sebelum menerima bahan tersebut dan harus
melaporkan dan mendapatkan kepastian dari wakil Pemilik di depot
penyimpanan bahan atas setiap kerusakan atau kehilangan setiap bahan
yang ditemukan. Penyedia Jasa harus menandatangani surat pengiriman
begitu selesai pemeriksaan dan pencatatan, dan selanjutnya harus
bertanggung jawab atas kehilangan setiap bahan dalam penanganannya.
(3) Pemasangan
(a) Umum
Landasan jembatan dapat berupa jenis landasan karet atau landasan sendi
yang terpasang pada plat landasan dan balok kisi-kisi. Tiap jenis landasan
harus dipasang pada elevasi dan posisi yang benar dan harus pada
landasan yang rata dan benar diatas seluruh bidang kontak.
Cara Pemasangan :
Perakitan dan pemasangan struktur jembatan baja, baik dengan cara peluncuran
maupun dengan cara pemasangan bertahap, harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
dengan teliti sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing buku
petunjuk perakitan dan pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan ketentuan
umum yang disyaratkan dalam Seksi ini.
Atas permintaan Penyedia Jasa, dukungan teknis tambahan oleh personil Pemilik
yang berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk
memberi pengarahan kepada pelaksana dan teknisi pemasangan dari Penyedia Jasa
tentang prinsip-prinsip perakitan dan pemasangan struktur jembatan baja.
Unit jembatan rangka baja yang dihitung harus merupakan unit dari
jembatan rangka baja yang telah selesai dikerjakan, terdiri dari pelat,
bagian-bagian yang dirol, sambungan geser (shear connector),
pengaku, penjepit, paking, pelat sambungan dan semua
perlengkapan, dan termasuk las, fillet, baut, mur, ring, kepala paku
keliling dan lapisan pelindung.
7.5.1 UMUM
(1) Uraian
Jenis pondasi tiang / turap yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar Rencana.
Bila dianggap perlu, Direksi Teknik dapat meminta kepada Penyedia untuk
mengadakan tiang percobaan dengan panjang dan lokasi tiang percobaan yang
ditentukan oleh Direksi Teknik. Panjang tiang percobaan harus lebih besar dari
panjang tiang pada Gambar Rencana untuk mendapatkan gambaran tentang
kondisi tanah. Tiang percobaan akan dibebani dengan percobaan pembebanan,
sesuai dengan persyaratan Paragraf 7.5.1 (3).
Tiang percobaan dapat dilaksanakan di dalam atau di luar keliling pondasi, dan
dapat menjadi bagian dari pekerjaan permanen.
Bila cara yang disetujui membutuhkan "tension piles" (angker), tension piles
harus dari jenis dan diameter yang sama dengan pipa yang permanen dan harus
dibuat di tempat dari pipa permanen. Pipa dan tiang-tiang yang merupakan
"shell" dimana dinding-dindingnya tidak mempunyai kekuatan yang cukup
untuk menahan beban percobaan bila dalam keadaan kosong, harus diberi
pembesian dan beton, dimana pembesian dan beton ini diberikan sebelum
dilakukan pembebanan.
Jika diminta oleh Direksi Teknik, pembebanan dapat dilanjutkan melebihi dua
kali beban rencana dengan setiap penambahan 10 ton, sampai daya dukung
tiang gagal mengimbangi atau kemampuan alat tercapai, mana yang lebih dulu.
Tiang akan dianggap gagal/runtuh bila penurunan total akibat beban melebihi
2,5 cm atau penurunan permanen melebihi 6,5 mm.
Bila suatu tiang setelah digunakan sebagai tiang percobaan atau tension piles
dianggap tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pondasi, harus segera
disingkirkan atau dipotong dibawah permukaan tanah atau dasar pondasi sesuai
perintah Direksi Teknik.
Jumlah dan lokasi tiang untuk percobaan pembebanan akan ditentukan oleh
Direksi Teknik. Untuk tiang dengan diameter lebih dari 600 mm jumlah ini
tidak boleh kurang dari 1 (satu) dan tidak lebih dari 3 (tiga) untuk setiap
jembatan, untuk tiang dengan diameter kurang dari dan sampai dengan 600 mm
jumlah tiang tidak boleh kurang dari 1 (satu) untuk setiap 30 tiang.
Bila setelah diadakan percobaan ternyata daya dukung tiang kurang dari pada
beban rencana, tiang harus diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan
perintah Direksi Teknik.
(5) Toleransi
(a) Lokasi
Posisi pondasi tiang harus sesuai dengan yang tertera dalam Gambar
Rencana. Pergeseran maksimum kepala pondasi tiang tidak boleh lebih
dari 75 mm dan atau lebih besar dari focus dari posisi yang tertera pada
Gambar Rencana.
(b) Kemiringan
- Untuk pondasi tiang bor beton Cast-in Place tidak lebih dari 0,01
kali panjangnya.
- Untuk pondasi tiang pipa baja tidak lebih dari 0,0007 kali panjang
total.
(6) Pelaporan
(a) Bilamana toleransi yang diberikan dalam Paragraf 7.5.1 (5) dilampaui,
maka Penyedia harus menyelesaikan setiap langkah perbaikan yang
dianggap perlu oleh Direksi Teknik atas biaya Penyedia.
(b) Setiap pondasi tiang yang rusak akibat cacat dalam atau pemancangan
tidak sebagaimana mestinya, dipancang keluar dari lokasi yang
semestinya atau dipancang di bawah elevasi yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana atau ditetapkan oleh Direksi Teknik, harus diperbaiki
atas biaya Penyedia.
(c) Pekerjaan perbaikan seperti yang telah ditentukan oleh Direksi Teknik
dan dikerjakan atas biaya Penyedia, akan mencakup tetapi tidak terbatas
pada :
7.5.2 MATERIAL
(1) Tiang Bor Beton Cast-in Place dan Tiang Pancang Beton Pracetak
(a) Material Beton harus sesuai dengan persyaratan Seksi 7.1 - Pekerjaan
Beton.
(b) Mutu Baja Tulangan harus sesuai dengan persyaratan Seksi 7.3 - Baja
Tulangan untuk Beton.
Mutu pabrikasi tiang pancang beton pratekan harus sesuai dengan persyaratan
Seksi 7.2 - Beton Pracetak dan yang disebutkan dalam Gambar Rencana, serta
disetujui Direksi Teknik.
Pipa baja harus diisi dengan beton sesuai persyaratan yang disebutkan dalam
ASTM 252. Plat penutup pada ujung tiang harus sesuai dengan persyaratan
dalam AASHTO M.183 (ASTM A.36).
Diameter pipa baja harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana. Tebal pipa baja seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana dan
dalam segala hal tidak boleh kurang dari 4,8 mm. Penutup ujung pipa baja
tidak boleh rusak apabila dipancang dengan methode pemancangan yang
dipakai. Plat penutup dan las penyambung di sekeliling ujungnya harus rata
dan tidak boleh ada tonjolan-tonjolan.
Bentuk dan ukurannya harus sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar
Rencana dan/atau atas persetujuan Direksi Teknik
(a) Turap beton pratekan harus sesuai dengan persyaratan Seksi 7.2 - Beton
Pracetak dan yang disebutkan dalam Gambar Rencana, dibuat di pabrik
serta disetujui Direksi Teknik.
(b) Turap baja harus memenuhi ketntuan dari AASHTO M202 – 90.
(6) Cerucuk
Cerucuk harus terbuat dari jenis, diameter, panjang dan mutu seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik atau ditunjukkan dalam Gambar
Rencana, cerucuk merupakan batang kayu keras dan bebas dari kerusakan,
mata kayu, bagian yang tidak keras atau cacat akibat serangan serangga, dan
dapat berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya, dalam hal demikian
semua kulit kayu harus dibuang.
7.5.3 PELAKSANAAN
Mutu beton harus sesuai dengan Gambar Rencana dan harus dicor pada
lubang-lubang bor yang telah disiapkan dan disetujui Direksi Teknik.
Sebelum dicor semua air yang terdapat dalam lubang bor harus dipompa
keluar. Casing harus digetarkan pada saat pencabutan untuk menghindari
menempelnya beton pada dinding casing. Pengecoran beton dan pemasangan
besi tulangan tidak diijinkan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi
Teknik.
(2) Tiang Pancang Beton Pracetak dan Tiang Pancang Beton Pratekan
Kalau tiang diangkat atau digeser, tiang tersebut harus didukung pada
titik seperempat panjangnya atau menurut cara yang disetujui oleh
Direksi Teknik. Bilamana tiang-tiang akan dibuat 1,5 m lebih panjang
Tiang pancang beton harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau
mempunyai sumbu yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam
atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan
berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat merusak ujung
pondasi tiang. Sepatu tersebut dapat terbuat dari dari baja atau besi tuang.
Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat
ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehinga tegangan
dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang aman
seperti yang disetujui oleh Direksi Teknik.
(c) Penyambungan
(a) Umum
Bilamana tiang pancang pipa baja digunakan, maka pipa baja akan diisi
dengan beton, mutu beton yang digunakan minimal harus mutu K 250
dengan persyaratan seperti yang ditentukan dalam Seksi 7.1 – Pekerjaan
Beton.
Bilamana korosi pada ujung tiang pancang pipa baja mungkin dapat
terjadi, maka panjang atau ruas yang mungkin terkena korosi harus
dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang
telah disetujui oleh Direksi Teknik dan/atau digunakan logam yang lebih
tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan
beralasan.
Umumnya seluruh panjang pipa baja yang terekspos, dan setiap panjang
yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah,
harus dilindungi dari korosi.
Tiang pancang pipa baja dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi
bilamana ujung dasar tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat
dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah
dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.
(4) Pemancangan
(a) Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan pondasi
tiang tersebut dapat menembus masuk sampai pada kedalaman atau
mencapai daya dukung yang telah ditentukan tanpa terjadi kerusakan.
Bilamana peil akhir kepala tiang berada dibawah permukaan tanah, maka
galian harus terlebih dahulu dilaksanakan sebelum tiang-tiang dipancang.
Harus selalu diperhatikan bahwa dasar dari pondasi hendaknya tidak
terganggu dengan adanya penggalian di luar batas-batas yang tertera pada
Gambar Rencana.
Bila suatu tiang pecah atau terbelah pada saat pemancangan atau menjadi
rusak atau keluar dari posisi melebihi batas-batas tersebut di atas, maka
tiang tersebut harus dicabut pada saat itu juga dan diganti dengan tiang
yang baik atau bila tidak rusak dipancang kembali dan masuk dalam
toleransi posisi sebagaimana tersebut di atas. Bila tidak mungkin untuk
memancang kembali tiang itu pada posisi aslinya, maka harus dipancang
sedekat mungkin ke posisi itu, atau oleh Direksi Teknik diperintahkan
untuk memancang tiang tambahan.
Tiang harus dipancang sehingga tidak mau masuk lagi, atau hingga
penetrasi tertentu, sesuai dengan palu pancang yang digunakan
berdasarkan ketentuan dari Direksi Teknik atau sampai tercapai penetrasi
akibat beban percobaan tidak kurang dari dua kali beban yang
direncanakan, yang diberikan terus menerus untuk sekurang-kurang-
nya 60 mm. Dalam hal tersebut diatas, peil ujung tiang tidak boleh lebih
Dalam hal syarat-syarat tes yang dimintakan tidak dapat dicapai, maka
Direksi Teknik dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang
sehingga beban maksimum yang diperuntukkan setiap tiang tidak
melampaui daya dukung yang aman, atau membuat perubahan-perubahan
pada rencana bangunan bawah bila dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari tipe gravity, uap atau diesel.
Untuk pondasi tiang beton, umumnya alat pancang yang dipakai adalah
dari tipe uap atau diesel.
Berat palu tipe gravity sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang dan
topi-pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari separuh
jumlah berat tiang dan topi-pancangnya, dengan minimum 2 ton untuk
pondasi tiang beton. Untuk pondasi tiang pipa baja, berat palu harus dua
kali jumlah berat tiang dan topi-pancangnya. Tinggi jatuh palu tidak
boleh melampaui 2,5 m atau seperti yang ditentukan oleh Direksi Teknik.
Alat pancang dengan tipe gravity, uap atau diesel yang disetujui, harus
dapat memberikan energi untuk menurunkan tiang dengan satuan
penetrasi tidak kurang dari 3 mm setiap pukulan untuk 15 cm terakhir
Alat pancang yang digunakan untuk tiang pancang beton pratekan adalah
diesel hammer dengan kapasitas 250 kg untuk pondasi tiang diameter
350 mm dan kapasitas 350 kg untuk pondasi tiang diameter 400 mm.
Untuk tiang bor Beton Cast-in Place, ketinggian pemotongan tiang harus sudah
direncanakan sebelum dicor. Semua beton yang lepas, lemah dan kelebihan
harus dikupas dari bagian ujung tiang dan baja tulangan yang tertinggal harus
mempunyai panjang yang cukup sehinga memungkinkan pengikatan yang
sempurna ke dalam poer (pile cap). Untuk tiang pancang Pipa Baja,
pemotongan harus rata dan lurus.
(7) Turap
Turap baja harus mempunyai jenis dan berat seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana. Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap
baja harus kedap air pada sambungannya.
(8) Cerucuk
Pemancangan dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan bantuan alat
lainnya yang dianggap lebih efektif. Perhatian khusus harus diberikan selama
pemancangan untuk memastikan bahwa kepala cerucuk harus selalu berada
sesumbu dengan palu dan tegak lurus serta dalam posisi yang relatif pada
tempatnya.
(a) Tiang Pancang Pipa Baja, Tiang Pancang Beton Pratekan, dan Tiang
Pancang Beton Pracetak
Baja tulangan, acuan dan segala sesuatu yang terkait dengan pekerjaan
ini tidak akan diukur untuk pembayaran dan dianggap merupakan
pelengkap dari pekerjaan perpanjangan tiang.
(e) Turap
Turap beton pratekan atau turap baja yang permanen, harus diukur
sebagai jumlah dalam meter persegi yang dipasang memenuhi garis
dan elevasi yang ditunjukkan pada Gambar Rencana atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Luas dinding turap
merupakan panjang turap yang diukur dari ujung turap sampai
elevasi bagian puncak turap yang dipotong, dikalikan dengan
panjang struktur yang diukur pada elevasi bagian puncak turap yang
dipotong. Batang tarik, tiang jangkar atau balok, balok ganjal dasar
dan sebagainya yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana tidak akan
diukur untuk pembayaran.
(f) Cerucuk
7.6.1 UMUM
(1) Uraian
7.6.2 PERSYARATAN
(a) Material yang dipergunakan harus sama dengan apa yang disebutkan
dalam Gambar Rencana. Apabila pondasi dinding sumuran dibuat dari
seksi-seksi beton bertulang, atau beton bertulang yang dicor di tempat,
maka semua persyaratan dalam Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton dan Seksi
7.3 – Baja Tulangan untuk Beton harus dipenuhi.
(b) Apabila tidak disebutkan lain dalam Gambar Rencana, maka mutu beton
yang dipergunakan untuk pondasi dinding sumuran adalah K 225 dan
bagian tengah diisi beton siklop K 175. Baja tulangan digunakan mutu
U-24. Ukuran diameter dan ketebalan dinding sumuran harus seperti
yang tercantum dalam Gambar Rencana. Batu untuk beton siklop harus
terdiri dari batu yang disetujui mutunya, keras, awet dan bebas dari retak
dan rongga serta tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut
runcing bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang
mempengaruhi ikatannya dengan beton.
(a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan
untuk pengeringan ( pemompaan ), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan ( cut off wall ) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan
dalam pengeringan dengan pompa.
(b) Kondisi tempat kerja dan Pengajuan kesiapan kerja seperti disyaratkan
dalam Seksi 3.2 – Pekerjaan Galian, Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton
dan Seksi 7.3 – Baja Tulangan.
7.6.3 PELAKSANAAN
(1) Umum
Penyedia harus menyediakan semua alat serta platform yang dianggap perlu
dan disetujui oleh Direksi Teknik untuk menjamin telitinya pemasangan serta
kontrol pemasangan pada saat berlangsungnya atau setelah selesai pemasangan
dinding sumuran. Penyedia harus terlebih dahulu mengajukan, untuk disetujui
oleh Direksi Teknik, mengenai detail dan cara-cara pengerjaan pemasangan
dan penyambungan di tempat penggalian dari dinding sumuran. Persetujuan itu
tidak membebaskan Penyedia dari tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.
Dinding sumuran harus dipasang secara tegak sempurna. Direksi Teknik dapat
memerintahkan secara tertulis, perubahan-perubahan ukuran atas peil dasar
kaki bila diperlukan untuk mendapatkan pondasi yang baik.
Bila tepi dasar dinding sumuran dipasang pada batuan, maka batu itu harus
digali bila perlu dengan menggunakan tekanan angin tanpa menggunakan
bahan peledak, kecuali dalam kondisi yang disetujui oleh Direksi Teknik
secara tertulis. Untuk menempatkan tepi dasar sumuran pada batu yang kokoh
sepenuh ujung dinding sumuran itu.
Pada posisi akhir, dasar dinding sumuran itu harus berada tidak kurang dari 30
cm dalam batu yang kokoh untuk setiap titik sekeliling dasar dinding sumuran,
kecuali peil dasar lebih tinggi seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik
Bila ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau atas persetujuan Direksi Teknik,
dinding sumuran yang dicor di tempat, dapat dicor pada kedalaman elevasi
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana tanpa adanya pekerjaan pemasangan
dinding sumuran.
(2) Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak
Unit beton pracetak tidak boleh digeser sebelum 7 hari setelah pengecoran,
atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai
70 persen dari kuat tekan beton rancangan dalam 28 hari. Unit beton pracetak
tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut mengeras paling
sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan kuat
tekan mencapai 85 % dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.
Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang
terbawah. Bilamana beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan,
beton pracetak berikutnya harus dipasang di atasnya dan disambung
sebagimana mestinya dengan adukan semen untuk memperoleh kekakuan dan
stabilitas yang diperlukan. Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam setelah
penyambungan selesai dikerjakan.
Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis
dan elevasi yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari
setelah pengecoran. Beton harus dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan
dari Seksi ini. Penurunan ( b i l a d i s y a r a t k a n ) tidak boleh dimulai
paling sedikit 7 hari setelah pengecoran atau sampai pengujian
menunjukkan bahwa kuat tekan beton mencapai 70 % dari kuat tekan
rancangan dalam 28 hari.
Setelah pondasi selesai diperiksa dan telah disetujui oleh Direksi Teknik, dan
dinding sumuran telah terletak pada posisi akhir yang sempurna, maka bagian
dalamnya harus dibersihkan secara menyeluruh, ( kalau perlu dengan
menggunakan tekanan angin ) dan dasarnya disumbat dengan beton. Bila tidak
memungkinkan untuk mengecor sumbat itu di tempat yang kering, maka
sumbat itu dapat dicor di dalam air, dengan cara yang disetujui oleh Direksi
Teknik.
(a) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara
tremies atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi
muka air dalam sumuran.
Sumuran harus diisi dengan beton siklop yang terdiri dari campuran beton
K 175 dengan batu-batu pecah ukuran besar sampai elevasi satu meter di
bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton
K 225, atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Batu-batu
ini diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang lebih
tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak
bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu
pecah harus tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume.
Dinding penahan rembesan ( cut-off wall ) harus kedap air dan harus mampu
menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses
penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran
selesai dikerjakan.
(8) Pembongkaran Bagian Atas Sumuran
Panjang dinding sumuran yang akan diukur untuk pembayaran adalah jumlah
meter panjang dinding sumuran yang terpasang dan diterima sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau sesuai dengan yang
diperintahkan Direksi Teknik. Pengukuran panjang dinding sumuran diukur
dari ujung bawah dinding sumuran sampai dengan titik pemotongan akhir
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik
Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran yang akan dilakukan untuk
pemasangan, penggalian, pemompaan air, acuan, urugan kembali dan setiap
pekerjaan sementara untuk pembuatan dinding sumuran, dimana semua
pekerjaan tersebut dipandang sebagai pelengkap untuk melaksanakan
pekerjaan dinding sumuran dan sudah termasuk dalam harga penawaran untuk
pondasi dinding sumuran dan berbagai macam bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan.
Kuantitas yang diukur untuk isian beton kedap air dan beton siklop yang
diuraikan dalam Seksi ini haruslah kuantitas dari bermacam-macam pekerjaan
dan material yang digunakan, yang dihitung dan dibayar seperti yang
dijelaskan dalam Seksi-seksi lain yang bersangkutan.
7.7.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan bisa juga termasuk, jika diperintah demikian oleh Direksi Teknik,
pencatatan material yang dikeluarkan dari suatu lokasi penyimpanan yang
direncanakan dan persediaan material dek kayu yang layak jika komponen-
komponen dek tidak merupakan bagian dari material yang dipasok oleh
Pemilik.
(3) Pelaporan
Setelah penerbitan detail konstruksi untuk tiap jembatan semi permanen yang
termasuk dalam lingkup Kontrak, Penyedia harus menjadwalkan program
pekerjaannya secepat mungkin dalam Periode Konstruksi. Rincian lengkap
urutan dan waktu operasi pemasangan tiap jembatan harus digabungkan dalam
jadwal konstruksi Penyedia, revisinya harus diserahkan pada Direksi Teknik
untuk persetujuan resmi menurut ketentuan Seksi 1.11 - Jadwal Konstruksi.
Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan ketentuan pada Seksi 1.7 –
Pemeliharaan terhadap Arus Lalu Lintas. Apabila pemasangan struktur
jembatan semi permanen mengharuskan pembongkaan atau penutupan seluruh
jembatan lama, maka program penutupan harus dikoordinasikan penuh dengan
Direksi Teknik supaya pengalihan lalu lintas atau persyaratan altematif lainnya
dapat dibuat untuk memperkecil gangguan terhadap lalu lintas.
(1) Umum
Seluruh material yang disediakan oleh Pemilik akan diperoleh Penyedia pada
satu atau lebih depo penyimpanan peralatan yang telah direncanakan yang
disebutkan dalam dokumen tender. Penyedia harus membuat seluruh
perencanaan yang diperlukan untuk penyerahan pada waktunya, pengangkutan
dan pengiriman yang aman ke lokasi pekerjaan untuk seluruh material yang
disediakan oleh Pemilik. Penyedia harus memeriksa dan mengawasi kuantitas
dan kondisi seluruh material yang akan disediakan oleh Pemilik dari daftar
pengapalan pabrik sebelum menerima material tersebut dan harus melaporkan
dan mendapatkan kepastian dari wakil Pemilik pada depo penyimpangan
material setiap kerusakan atau kehilangan tiap material dalam penanganannya.
(a) Seluruh bagian struktur baja dan bentuk lainnya harus disimpan diatas
tanah pada suatu luncuran atau landasan kayu diatas tempat penyimpanan
dengan drainase yang memadai atau tempat yang landai.
(b) Bagian struktural balok I atau profil kanal harus disimpan dengan bagian
bawah balok dalam posisi tegak untuk mencegah air dan tertahannya
kotoran pada bagian bawah balok tersebut.
(d) Seluruh baut dan pasak kecil harus disimpan dalam tempat atau kaleng di
lokasi yang kering dan tidak terkena pengaruh cuaca.
Bila diperintahkan Direksi Teknik, komponen yang hilang atau rusak berat
yang dicatat menurut Paragraf 7.7.2 (3) diatas sebagai belum diterima dari
Pemilik harus disediakan oleh Penyedia. Dalam hal ini, Penyedia harus
menjamin bahwa semua komponen-komponen baru yang dipasok terdiri dari
material yang setara atau lebih baik dari pada spesifikasi pabrik aslinya, dan
semua komponen hasil pabrik telah selesai dibuat, diselesaikan dan ditandai
secara jelas menurut dimensi dan toleransi seperti tercantum dalam Gambar
Kerja asli pembuat.
Bila diperintahkan komponen yang dicatat menurut Paragraf 7.7.2 (3) diatas
sebagai dalam keadaan rusak sedikit sewaktu diterima dari Pemilik harus
diperbaiki oleh Penyedia. Perbaikan yang diperintahkan oleh Direksi Teknik
harus dibatasi pada pelurusan pelat-pelat yang bengkok dan komponen minor
lainnya, perbaikan retak yang bukan karena kelelahan pada jalur las-lasan dan
pengembalian kondisi pelapisan permukaan yang rusak. Perbaikan-perbaikan
tersebut harus dilaksanakan pada bengkel yang disetujui menurut petunjuk
Direksi Teknik dengan persyaratan sebagai berikut :
Las-lasan yang retak atau rusak pada komponen yang dilas di bengkel
harus dibuang, diperbaiki dan dilas ulang secara tegas menurut standar
pengelasan yang ditentukan pabrik pembuat yang berlaku untuk jenis
atau jenis-jenis material yang akan dilas. Prosedur pengelasan yang
dipakai untuk pekerjaan perbaikan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga sesedikit mungkin terjadinya distorsi pada bagian komponen
yang diperbaiki, agar toleransi fabrikasi yang ditentukan pabrik pembuat
tetap dipertahankan.
Kayu gergajian yang pejal untuk material dek harus memenuhi secara umum
persyaratan-persyaratan material kayu. Semua kayu harus dipasok dalam
keadaan sudah dipotong dan sudah dilubangi menurut ukuran yang diberikan
dari Gambar Kerja pembuat jembatan. Kecuali diperintahkan lain, semua baut,
pasak, ring penutup dan peralatan keras penghubung lainnya untuk memasang
dek kayu tidak boleh dipasok oleh Penyedia.
7.7.3 PELAKSANAAN
(1) Umum
Pekerjaan sipil untuk kepala jembatan dan tumpuan jembatan yang mungkin
terbuat dari kayu, pasangan batu atau kontruksi beton menurut Gambar
Rencana atau petunjuk Direksi Teknik harus dikerjakan menurut Seksi yang
berhubungan dengan jenis pekerjaan tersebut atau Spesifikasi tertentu lainnya
yang diterbitkan oleh Direksi Teknik. Pekerjaan sipil harus terpasang dan
diterima oleh Direksi Teknik sebelum dimulai operasi pemasangan jembatan.
Seluruh bangunan pendukung dan paking dari kisi kayu yang sementara dan
atau pondasi beton yang disediakan oleh Penyedia untuk instalasi konstruksi
roda, roda peluncuran, roda landasan atau penjangkaran dan pendukung
kerangka jangkar harus secara cermat ditentukan dan dipasang pada garis dan
ketinggian yang benar seperti yang diperlihatan dalam gambar pemasangan
dari pabrik pembuat. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan
bahwa seluruh roda dan pendukung sementara terpasang pada ketinggian yang
benar untuk memenuhi perhitungan bidang peluncuran dan/atau karakteristik
lendutan untuk panjang jembatan dari bentang yang akan dipasang.
Landasan jembatan bisa terbuat dari jenis landasan elastomeric atau landasan
sendi yang terpasang pada plat landasan dan balok kisi-kisi. Tiap jenis landasan
harus dipasang pada ketinggian dan posisi yang betul dan harus pada landasan
yang benar dan mendatar diatas seluruh bidang kontak. Untuk landasan
jembatan yang dipasang dengan adukan semen, tidak boleh ada beban yang
ditempatkan diatasnya setelah adukan semen ditempatkan paling tidak untuk
96 jam, ketentuan yang cocok harus dibuat untuk menjaga agar adukan semen
dipelihara kelembabannya selama periode ini. Adukan semen harus terdiri dari
satu bagian semen portland dan satu bagian pasir berbutir halus.
Komponen baja harus dirakit secara cermat sesuai dengan tanda pasangan yang
diperlihatkan pada Gambar Kerja pabrik pembuat jembatan dan menurut
prosedur urutan pemasangan yang benar. Selama pemasangan penanganan
Baut harus dipasang dengan panjang dan diameter yang benar seperti yang
diperlihatkan oleh daftar baut pembuat jembatan. Cincin penutup harus
ditempatkan dibawah elemen (pasak atau kepala baut) terputar kuat. Apabila
muka luar dari bagian baut mempunyai kemiringan lebih dari 1 : 20 terhadap
bidang normal sumbu baut, suatu penyikuan/pelekukan yang halus pada cincin
penutup harus dipakai untuk mengkompensasi kekurangan kesejajarannnya.
Dalam tiap kasus yang tidak ada satupun kemiringan, elemen putaran harus
berbatasan pada permukaan ini.
Seluruh material pengimbang dan perancah sementara pekerjaan baja atau kayu
untuk rangka perancah beban pengimbang harus dipasok oleh Penyedia. Beban
pengimbang harus diletakkan dan dengan berat sedemikian rupa sehingga
faktor keamanan yang benar untuk stabilitas seperti yang disimpulkan dalam
perhitungan pemasangan menurut pembuat jembatan dicapai pada tiap tahap
perakitan dan pemasangan.
Berat total struktur yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai
berat semua komponen baja masing-masing yang digunakan dalam
pemasangan struktur akhir, termasuk bagian-bagian baja pabrikan, pelat,
landasan, baut, pasak, unit cinc.in penutup dan penguat lainnya, dan unit
dek pabrikan lainnya yang termasuk dalam rancangan.
Jika dek kayu ditentukan pada gambar konstruksi atau oleh Direksi
Teknik, berat dan perangkat keras pemasangan untuk dek kayu tidak
boleh dimasukkan dalam pengukuran untuk pemasangan.
Penggantian komponen yang hilang atau yang sangat rusak berat. Jika
ditentukan oleh Direksi Teknik menurut Paragraf 7.7.2 (5), tidak boleh
diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini.
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
7.8.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini juga meliputi pemindahan yang memenuhi syarat dari material
bongkaran tersebut diatas, yang meliputi baik pembuangan atau pengangkatan,
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan terhadap kerusakan
dari material yang ditentukan Direksi Teknik.
(2) Pelaporan
Seluruh material yang dibongkar yang ditentukan oleh Direksi Teknik untuk
diangkat harus segera diukur menyusul pekerjaan bongkaran dan suatu catatan
tertulis yang memberikan data lokasi semula, bahan, kondisi dan kuantitas dari
material harus dilaporkan kepada Direksi Teknik.
(3) Kewajiban Penyedia untuk Mengangkat Material dan Struktur yang Ada
Setiap kerusakan atau kehilangan dari bagian yang diangkat atau dibongkar
sementara, atau setiap kerusakan pada bagian dari struktur yang akan
dipertahankan yang disebabkan oleh keteledoran Penyedia, harus diperbaiki
kembali atas biaya Penyedia.
Jembatan, gorong-gorong dan struktur lain yang digunakan oleh lalu lintas,
tidak boleh dibongkar sampai pengaturan yang baik telah dilakukan untuk
keperluan lalu lintas menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan terhadap Arus Lalu
Lintas.
(a) Jembatan baja dan jembatan kayu, bila dipersyaratkan oleh Direksi
Teknik untuk diamankan / diangkat, harus dilepas dengan hati-hati tanpa
menimbulkan kerusakan.
(b) Jembatan kayu dengan bentang lebih besar dari 2 m atau bagian yang
diperlukan untuk diubah atau terganggu karena pekerjaan, harus secara
hati-hati dilepas seperlunya dan dibangun kembali dengan bahan semula.
Struktur kayu dengan dua perletakan dengan bentang kurang dari 2 m
yang berada dalam tempat kerja harus secara hati-hati dibongkar dan
diserahkan kepada Pemilik atau jika tidak, dipindahkan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(a) Terkecuali diperintahkan lain, bangunan bawah dari struktur yang ada
harus dibongkar sampai dasar sungai asli dan bagian yang tidak terletak
pada sungai harus dibongkar paling sedikit 30 cm dibawah permukaan
tanah aslinya. Bila bagian tersebut dari struktur yang ada, seluruhnya
atau sebagian yang ada dalam batas struktur baru, maka bagian tersebut
harus dibongkar seperlunya untuk memungkinkan pembangunan dari
struktur yang diusulkan dan setiap lubang atau rongga harus diurug dan
dipadatkan sehingga memuaskan Direksi Teknik.
(a) Seluruh material yang diangkat tetap merupakan milik dari Pemilik yang
sah sebelum pekerjaan pemborongan dilakukan. Tidak ada material
bongkaran yang menjadi milik Penyedia.
(c) Terkecuali tidak dituntut secara tertulis oleh Direksi Teknik, seluruh
beton yang dibongkar yang ukurannya cocok untuk pasangan batu besar
(rip rap) dan tidak diperlukan untuk digunakan dalam proyek, harus
ditimbun pada lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Teknik.
Material dan sampah yang tidak ditetapkan untuk dipertahankan atau diangkat
dapat dibakar atau dikubur atau dibuang seperti yang disetujui Direksi Teknik.
Kuantitas yang dihitung untuk pembongkaran untuk semua jenis bahan harus
berdasarkan jumlah aktual dari hasil pembongkaran dalam meter kubik, kecuali
untuk pembongkaran bangunan gedung, pembongkaran rangka baja,
pembongkaran lantai jembatan kayu, pembongkaran jembatan kayu dalam
meter persegi dan pembongkaran batangan baja dalam meter panjang.
7.9.1 UMUM
(1) Uraian
(1) Material
(2) Campuran
(a) Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan
pada pekerjaan beton , sesuai dengan jenis pekerjaan yang bersangkutan,
harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi
yang sama dalam beton yang akan dikerjakan atau diperbaiki. Adukan
yang disiapkan harus memiliki kuat tekan yang memenuhi persyaratan
yang diperlukan untuk beton dimana adukan dipakai.
(b) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, adukan pasangan harus
terdiri dari satu bagian semen dan empat bagian agregat halus dalam
takaran volume, yang pada campuran tersebut kapur tohor dapat
ditambahkan sejumlah 10 % dari berat semen. Adukan harus mempunyai
kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari.
(1) Pencampuran
(a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran
telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air
harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
(c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan,
harus dibuang
(2) Pemasangan
(a) Permukaan yang akan menerima adukan harus dibersihkan dari oli atau
lempung atau kotoran lainnya dan secara menyeluruh telah dibasahi
sebelum adukan dipasang. Air yang menggenang pada permukaan
harus dikeringkan sebelum penempatan adukan.
(b) Bila digunakan sebagai lapis permukaan, adukan harus dipasang pada
permukaan bersih yang lembab dengan jumlah yang cukup untuk
menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm, dan harus dibentuk
menjadi permukaan yang halus dan rata.
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran terpisah. Pekerjaan ini harus
dianggap sebagai pelengkap terhadap beberapa macam mata pekerjaan yang
diuraikan dalam Seksi-seksi lain dan biaya dari pekerjaan telah termasuk dalam
Harga Satuan yang telah dimasukkan dalam bermacam-macam Mata Pembayaran.
7.10.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Umumnya, Pasangan Batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti
abutmen jembatan, tembok penahan, gorong-gorong persegi, dan tembok
kepala gorong-gorong besar yang konstruksi Pasangan Batu ini dimaksud
untuk menahan beban luar yang cukup besar.
Bila dalam hal fungsi utamanya sebagai penahan gerusan bukan sebagai
penahan beban, seperti lapisan selokan, saluran penangkap, lantai
gorong-gorong atau pekerjaan pelindung di sekeliling lereng atau di
sekeliling ujung gorong-gorong, maka bisa digunakan Pasangan Batu
dengan kualitas yang lebih rendah seperti Pasangan Batu dengan Mortar
(Mortared Stone Work) atau Pasangan Batu Besar (Rip Rap) seperti yang
disyaratkan masing-masing dalam Seksi pekerjaan yang bersangkutan.
(a) Sisi muka dari masing-masing batu permukaan harus tidak boleh lebih
dari 3 cm terhadap profil permukaan rata-rata pasangan batu di
sekitarnya.
(b) Pembuatan profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban
seperti lubang penangkap dan lantai golak tidak boleh menyimpang dari
profil yang dipersyaratkan atau disetujui sebesar lebih dari 2 cm.
(a) Sebelum tanggal rencana dari penggunaan pertama kalinya dari material
batu yang diusulkan untuk digunakan dalam pekerjaan Pasangan Batu,
Penyedia harus mengirimkan kepada Direksi Teknik dua contoh yang
mewakili masing-masing 50 kg dari batu tersebut. Satu dari contoh batu
akan disimpan oleh Direksi Teknik untuk rujukan selama Periode
Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh Direksi Teknik dapat dipakai
dalam pekerjaan.
(b) Pekerjaan Pasangan Batu tidak boleh dimulai sebelum ada persetujuan
Direksi Teknik terhadap formasinya.
(a) Besarnya pekerjaan Pasangan Batu yang dilaksanakan pada setiap satuan
waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat pemasangan untuk
menjamin agar seluruh batu dipasang hanya pada adukan yang baru.
(b) Bila Pasangan Batu dipasang pada tebing atau sebagai lapisan selokan,
formasi haruslah disiapkan pada awalnya seperti tidak akan ada lapisan.
Bentuk akhir hingga pada batas yang disyaratkan haruslah dibuat sesaat
sebelum pemasangan Pasangan Batu.
(a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia harus
menyediakan semua bahan, pekerja dan perlengkapan yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan
dalam pengeringan dengan pompa.
(b) Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat
lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari,
maka Penyedia harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan
memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci,
bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.
(a) Pekerjaan Pasangan Batu yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan
dalam Paragraf 7.10.1 (3) diatas, harus diperbaiki oleh Penyedia dengan
biaya sendiri, dengan cara yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(b) Penyedia harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan harus dengan biayanya
sendiri untuk menukar/mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak
(1) Material
(c) Kapur tohor harus memenuhi persyaratan untuk jumlah ampas, letupan
dan lekukan (poping & pitting), dan penahanan air untuk tipe N dalam
ASTM C 207.
(d) Air harus memenuhi kriteria persyaratan AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
(e) Batu harus terdiri dari batu gunung atau batu kali atau batu galian, yang
dibelah (batu belah) dan harus bersih, keras dengan hasil uji abrasi
kurang dari 40%, tanpa alur atau retak dan harus dari macam yang
diketahui awet.
(f) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama. Bila perlu batu harus dibentuk
untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah atau bagian-bagian
yang mudah lepas lainnya.
(g) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari 1 ½ (satu
setengah) kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari 1 ½ (satu
setengah) kali lebarnya, dan harus memiliki berat yang tidak kurang dari
20 kg.
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, adukan Pasangan Batu harus
terdiri dari satu bagian semen dan empat bagian agregat halus dalam takaran
volume, yang pada campuran tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sejumlah
tidak lebih dari 10 % dari berat semen. Adukan harus mempunyai kuat tekan
paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari.
7.10.3 PELAKSANAAN
(a) Pondasi untuk struktur Pasangan Batu harus disiapkan sesuai dengan
Gambar Rencana atau petunjuk dari Direksi Teknik.
(b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukan pada Gambar Rencana, dasar
pondasi untuk struktur tembok penahan harus normal, atau bertangga
yang juga normal terhadap muka tembok. Untuk struktur lain, dasar
pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
(c) Lapisan landasan yang dapat mengalirkan air dan kantung penyaring
harus disediakan dimana disyaratkan sesuai dengan persyaratan dalam
Seksi 2.4 - Drainase Porous.
(a) Batu harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi lekatan dengan
adukan.
(b) Sebelum pekerjaan melapis, batu harus betul-betul basah dan sudah
cukup waktu yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh.
(a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran
telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air
harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
(c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan,
harus dibuang.
(a) Landasan dari adukan segar paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang
pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing
batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk
lapis dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diambil untuk
menghindarkan pengelompokan dari batu yang berukuran sama.
(b) Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka
yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka tembok dari batu yang
terpasang.
(c) Batu harus diangkat dengan hati-hati sehingga tidak mengganggu atau
menggeser batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus
disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari yang dapat
diangkat oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu
pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
(b) Tebal dari adukan untuk landasan harus pada rentang 2-5 cm dan harus
minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara
batu yang dipasang.
(c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
harus dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang
belum mengeras. Bila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan
mencapai pengerasan awal, maka harus dibongkar, dan adukan
dibersihkan dan batu dipasang lagi dengan adukan segar.
(a) Tembok dari Pasangan Batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan.
Terkecuali ditunjukan lain pada Gambar Rencana atau diperintahkan
(b) Dalam struktur memanjang yang menerus seperti tembok penahan tanah,
sambungan ekspansi harus dibentuk pada jarak antara tidak lebih dari 20
m, sambungan harus 30 mm lebarnya dan harus setinggi tembok. Batu
yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian
sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan diatas.
(a) Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata
dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti batu, sewaktu
pekerjaan berlangsung.
(c) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh
muka dari batu harus dibersihkan dari kotoran adukan.
(a) Pasangan Batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik
sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung
sebagai volume teoritis yang ditetapkan oleh garis dan penampang yang
disyaratkan dalam Gambar Rencana rencana dan disetujui Direksi
Teknik.
(b) Setiap material yang ditempatkan berlebih dari volume teoritis yang
disetujui harus tidak diukur dan tidak dibayar.
(c) Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah harus dilakukan untuk
pengadaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk
acuan lainnya yang diperlukan.
7.11.1 UMUM
(1) Uraian
Detail konstruksi untuk Pasangan Batu Kosong atau Bronjong yang tidak
dimasukkan dalam Dokumen Tender pada saat tender akan dilengkapi oleh
Direksi Teknik, setelah Penyedia menyerahkan hasil survei lapangan sesuai
dengan Seksi 1.8 - Rekayasa Lapangan dan Direksi Teknik telah
menyelesaikan peninjauan kembali rancangan awal.
(4) Pelaporan
(a) Dua contoh batu untuk Pasangan Batu Kosong atau Bronjong dengan
lampiran hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Paragraf 7.11.2
(2) dibawah.
(b) Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.
7.11.2 MATERIAL
(a) Kawat Bronjong haruslah baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO
M 279 Kelas I, dan ASTM A 239, lapisan seng minimum haruslah 0,26
kg/m2.
(c) Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam tiga lilitan
dengan bukaan kira-kira 80 x 60 mm yang dibuat sedemikian sehingga
tidak kusut dan dirancang sedemikian untuk diperoleh fleksibilitas dan
kekuatan yang diperlukan. Tulangan keliling dari anyaman kawat harus
terikat rapih sehingga sambungan yang dibentuk oleh ikatan harus sama
kuatnya seperti pada badan anyaman.
(2) Batu
Batu untuk Pasangan Batu Kosong atau Bronjong harus terdiri dari batu yang
keras dan awet, yang memiliki sifat sebagai berikut :
(a) Nilai hasil pengujian abrasi Los Angeles harus kurang dari 35 %.
(b) Berat isi lebih besar dari 2,3 ton/m3.
(c) Absorbsi tidak lebih besar dari 4 %.
(d) Sifat ketahanan terhadap sodium sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur)
kehilangannya harus kurang dari 10 %.
Batu untuk Pasangan Batu Kosong atau Bronjong haruslah bersudut tajam,
berat tidak kurang dari 40 kg dan memiliki dimensi paling kecil 300 mm.
Direksi Teknik dapat memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika
kecepatan aliran sungai cukup tinggi.
Pasangan Batu Kosong yang diberi adukan encer, adukan haruslah dari beton
mutu K 175 yang memenuhi persyaratan Seksi 7.1 - Pekerjaan Beton.
7.11.3 PELAKSANAAN
(1) Persiapan
(a) Galian harus memenuhi ketentuan dari Seksi 3.2 – Pekerjaan Galian
termasuk kebutuhan kunci kaki untuk Pasangan Batu Kosong atau
(b) Batu harus ditempatkan satu demi satu sehingga kepadatan maximum
diperoleh dan rongga seminimal mungkin. Bila masing-masing Bronjong
terisi setengahnya, dua kawat penarik berkedudukan mendatar dari muka
ke belakang harus dipasang. Keranjang selanjutnya diisi sedikit berlebih
untuk mengijinkan penurunan. Batu pada sisi muka yang berhadapan
dengan kawat harus yang bermuka rata dan bertumpu pada kawat.
(c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus ditarik dengan batang penarik
atau ulir penarik pada bagian atasnya dan diikat.
(d) Bila keranjang dipasang satu diatas yang lainnya, sambungan vertikal
harus dibuat berselang-seling.
(5) Urugan
Pasangan Batu Kosong atau Bronjong yang diukur untuk pembayaran haruslah
jumlah meter kubik dari pekerjaan yang terpasang dan diterima. Dimensi yang
digunakan untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari
masing-masing keranjang Bronjong atau Pasangan Batu Kosong seperti yang
tercantum dalam Gambar Rencana atau yang diperintahkan Direksi Teknik.
7.12.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Sisi muka dari masing-masing permukaan harus tidak boleh lebih dari
3 cm terhadap profil permukaan rata-rata pasangan bata di sekitarnya.
(b) Pembuatan profil akhir tidak boleh menyimpang dari profil yang
dipersyaratkan atau disetujui sebesar lebih dari 2 cm.
(4) Pelaporan
(a) Sebelum tanggal rencana dari penggunaan pertama kalinya dari material
bata yang diusulkan untuk digunakan dalam pekerjaan Pasangan Bata,
Penyedia harus mengirimkan kepada Direksi Teknik dua contoh yang
mewakili, jumlah masing-masing contoh dari bata tersebut sesuai dengan
yang diinstruksikan oleh Direksi Teknik. Satu dari contoh bata akan
disimpan oleh Direksi Teknik untuk rujukan selama Periode Kontrak.
Hanya bata yang disetujui oleh Direksi Teknik dapat dipakai dalam
pekerjaan.
(b) Pekerjaan Pasangan Bata tidak boleh dimulai sebelum ada persetujuan
Direksi Teknik terhadap formasinya.
(a) Besarnya pekerjaan Pasangan Bata yang dilaksanakan pada setiap satuan
waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat pemasangan untuk
menjamin agar seluruh bata dipasang hanya pada adukan yang baru.
(b) Bentuk akhir hingga pada batas yang disyaratkan haruslah dibuat sesaat
sebelum pemasangan Pasangan Bata.
(a) Seluruh galian pada Pasangan Bata harus dijaga agar bebas dari air dan
Penyedia harus menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja
yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air
dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off
wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa
dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi
gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
(b) Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat
lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari,
maka Penyedia harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan
memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci,
bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.
(a) Pekerjaan Pasangan Bata yang tidak memenuhi syarat harus diperbaiki
oleh Penyedia dengan biaya sendiri, dengan cara yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
(b) Penyedia harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan harus dengan biayanya
sendiri untuk menukar/mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak
baik yang menurut pendapat Direksi Teknik, disebabkan karena kelalaian
Penyedia. Akan tetapi, Penyedia tidak akan diminta pertanggung
jawabannya terhadap kerusakan yang timbul dari alam seperti angin
topan atau dari pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat dihindari di
tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima
dan dinyatakan secara tertulis sebagai memuaskan dan selesai oleh
Direksi Teknik.
(1) Material
(c) Kapur tohor harus memenuhi persyaratan untuk jumlah ampas, letupan
dan lekukan (poping & pitting), dan penahanan air untuk tipe N dalam
ASTM C 207.
(d) Air harus memenuhi kriteria persyaratan AASHTO T 26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
(e) Bata harus mempunyai ukuran yang baik, seragam, padat, dan bebas dari
lumpur, pecah-pecah, larutan garam atau kerusakan lain yang mungkin
akan merusak kekuatan, daya tahan, penampilan sehingga mengurangi
kekuatan dari bata tersebut dan bata tersebut harus bersih dan kuat.
(2) Adukan
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, adukan Pasangan Bata harus
terdiri dari satu bagian semen dan empat bagian agregat halus dalam takaran
volume, yang pada campuran tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sejumlah
10 % dari berat semen. Adukan harus mempunyai kuat tekan paling sedikit
50 kg/cm2 pada umur 28 hari.
7.12.3 PELAKSANAAN
(a) Pondasi untuk struktur Pasangan Bata harus disiapkan sesuai dengan
Gambar Rencana atau petunjuk dari Direksi Teknik.
(b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukan pada Gambar Rencana, dasar
pondasi untuk struktur tembok penahan harus normal, atau bertangga
yang juga normal terhadap muka tembok. Untuk struktur lain, dasar
pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
(c) Lapisan landasan yang dapat mengalirkan air dan kantung penyaring
harus disediakan dimana disyaratkan sesuai dengan persyaratan dalam
Seksi 2.4 - Drainase Porous.
(a) Bata harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi lekatan dengan
adukan.
(a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran
telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air
harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
(c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus dibuang.
(a) Landasan dari adukan segar paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang
pada pondasi yang disiapkan sebelum penempatan masing-masing bata
pada lapisan pertama.
(b) Bata harus dipasang sesuai petunjuk Direksi Teknik dan tidak boleh
dipasang dengan siar yang lurus keatas.
(c) Pekerjaan Pasangan Bata ini harus spesifik dan sesuai dengan Gambar
Rencana. Semua sisi bata harus terisi dengan mortar, isi dari mortar
tersebut harus tidak boleh kurang dari 6 mm dan tidak lebih dari 12 mm
pada ketebalannya, semua ketebalan harus seragam.
(b) Tebal landasan dari adukan harus pada rentang 2 - 5 cm dan harus
minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara
bata yang dipasang.
(c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga bata hanya dipasang pada adukan segar yang
(a) Sambungan pada sisi muka dari bata harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti bata, sewaktu pekerjaan
berlangsung.
(c) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh
bata muka harus dibersihkan dari kotoran adukan.
(e) Bila pekerjaan cukup kuat, dan tidak lebih dini dari 14 hari menyusul
selesainya pekerjaan pemasangan, urugan harus ditempatkan seperti
disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(a) Pasangan Bata harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik
sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung
sebagai volume teoritis yang ditetapkan oleh garis dan penampang yang
disyaratkan dalam Gambar Rencana dan disetujui Direksi Teknik.
7.13.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dari pemasokan dan pemasangan sambungan lantai
yang terbuat dari logam atau elastomer, dan setiap bahan pengisi (filler) dan
penutup (sealer), untuk sambungan antar struktur sesuai dengan Gambar
Reancana dan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(a) Penyedia Jasa harus menyerahkan rincian dari semua bahan pengisi (filler)
sambungan dan penutup (seal) yang diusulkan untuk digunakan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.
(b) Bilamana sambungan jenis patent yang diusulkan, maka Penyedia Jasa
harus menyerahkan rincian sambungan yang lengkap untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknik, termasuk gambar kerja dan sertifikat
pabrik pembuatnya untuk produk dan bahan yang digunakan di dalamnya.
Rincian setiap modifikasi terhadap pekerjaan struktur harus juga
diserahkan.
(a) Bahan pengisi sambungan (joint filler) yang belum mengisi celah
sambungan sampai penuh sebelum penutupan (sealing) harus dikeluarkan
dan diisi kembali dengan bahan pengisi sampai penuh.
(b) Penutup (sealer) yang gagal mengeras, mengalir atau bergelembung harus
dikeluarkan dan diganti.
7.13.2 BAHAN
Bahan pengisi sambungan harus dari jenis kenyal yang tidak dikeluarkan
pracetak (premoulded non-extruding resilient type), sesuai dengan SNI 03-4432-
1997 atau SNI 03-4815-1998.
Bahan untuk penutup sambungan horisontal harus sesuai dengan SNI 03-4814-
1998, sebagai alternatif, penutup dari bitumen karet yang dicor panas seperti
Expandite Plastic Grade 99 atau yang sejenis dapat digunakan dengan
persetujuan dari Direksi Teknik. Sambungan vertikal dan miring harus ditutup
dengan sambungan Expandite Plastic, dempul bitumen, Thioflex 600 dua bagian
persenyawaan polysulfida, atau bahan sejenis yang disetujui oleh Direksi Teknik.
(4) Waterstops
Jenis dan bahan waterstops harus terinci dalam Gambar Rencana atau
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Teknik.
Semua bahan lainnya yang diperlukan untuk sambungan harus sesuai dengan
Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi Teknik.
Sambungan pada lantai, dinding dan sebagainya harus dibentuk dengan akurat
memenuhi garis dan elevasi sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan pengisi
sambungan harus digunakan dalam lembaran yang sebesar mungkin. Luas yang
lebih kecil dari 0,25 m2 harus dibuat dalam satu lembaran. Bahan tersebut harus
dipotong dengan perkakas yang tajam untuk memberikan tepi yang rapi. Tepi
yang kasar atau tidak teratur tidak diperkenankan. Bahan tersebut harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga terpasang dengan kokoh dalam rongga
dan terekat dengan baik pada satu tepi dari beton, menggunakan paku tembaga,
jika perlu, untuk memastikan bahwa bahan tidak terlepas selama operasi
pelaksanaan berikutnya atau pergerakan dari struktur.
Bahan pengisi (filler) sambungan tidak boleh diisi sampai melebihi rongga yang
seharusnya diisi dengan penutup (sealer) kecuali bilamana lembaran bahan
pengisi yang terpisah digunakan sebagai cetakan. Ukuran celah sambungan
ekspansi harus sesuai dengan temperatur rata-rata jembatan pada saat
pemasangan. Temperatur ini harus ditentukan sesuai dengan pengaturan yang
disetujui oleh Direksi Teknik. Penutup sambungan harus sedikit cembung atau
sedikit cekung terhadap permukaan sambungan pada saat mengeras. Penutup
sambungan harus dikerjakan sampai penyelesaian yang halus dengan
menggunakan sebuah spatula atau alat yang sejenis. Pencampuran, penggunaan
dan perawatan semua bahan jenis patent harus memenuhi ketentuan pabrik
pembuatnya.
Sambungan harus dapat meredam gonjangan dan suara dan merupakan struktur
yang kedap air. Struktur sambungan ekspansi harus dipasang sesuai dengan
Gambar dan petunjuk pabrik pembuatnya. Ukuran celah harus sesuai
(compatible) dengan temperatur jembatan rata-rata pada saat pemasangan.
Temperatur ini harus ditentukan sesuai dengan pengaturan yang disetujui oleh
Direksi Teknik. Posisi semua baut yang dicor di dalam beton atau semua lubang
bor yang dibuat dalam beton harus ditentukan dengan akurat dengan
menggunakan mal. Uliran skrup harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari
karat. Jalan alih harus disediakan dan dipelihara untuk melindungi semua
sambungan ekspansi dari beban kendaraan sampai sambungan ini diterima dan
Direksi Teknik mengijinkan pembongkaran jalan alih tersebut.
7.14.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dari penyediaan dan pemasangan landasan logam atau
elastrometrik untuk menopang gelagar atau pelat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Rencanar dan disyaratkan dalam Seksi ini.
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus sesuai dengan
Standar Rujukan.
(3) Toleransi
(i) Umum
Toleransi mendatar pelat rol diukur dari segala arah harus 0,025 mm
untuk panjang sampai dengan dan termasuk 250 mm dan 0,01 % dari
panjang dalam arah pengukuran untuk panjang diatas 250 mm.
Kekasaran permukaan permukaan rol tidak boleh melampaui 0,8
mikron.
Toleransi mendatar dari lembaran PTFE harus 0,2 mm untuk diamater atau
diagonal adalah kurang dari 800 mm dan 0,025 % dari diamater atau
diagonal tersebut untuk dimensi yang lebih besar atau sama dengan 800
mm.
Pada permukaan PTFE yang terbuat lebih dari satu lapis PTFE maka
ketentuan-ketentuan tersebut diatas akan berlaku untuk diameter diagonal
dari dimensi lingkaran atau empat persegi panjang sekeliling PTFE yang
digoreskan. Toleransi dimensi pada lembaran PTFE disyaratakan dalam
Tabel 7.14.1 (2).
Celah antara tepi lembaran PTFE dan tepi ceruk (recess) yang diikat dalam
segala hal tidak boleh melebihi 0,5 mm atau 0,1 % dari dimensi bidang
datar lembaran PTFE yang sesuai, dalam arah yang diukur, dipilih yang
lebih besar.
Toleransi profil pada proyeksi yang ditetapkan dari PTFE diatas ceruk
(recess) diikat harus memenuhi Tabel 7.14.1 (3).
Kekasaran lajur permukaan geser logam tidak boleh melebihi 0,15 mikron.
(ii) Ukuran
(i) Toleransi ketepatan antara piston dan blok berongga harus + 0,75 mm
sampai + 1,25 mm.
(ii) Pedoman kekasaran permukaan geser logam tidak boleh melebihi 0,5
mikron.
(a) Penyedia harus menyerahkan rincian jenis perletakan yang diusulkan untuk
digunakan bersama dengan sertifikat pabrik yang menunjukkan bahwa
bahan yang digunakan sesuai dengan Seksi ini. Bilamana bahan Jika ini
disetujui oleh Direksi Teknik, maka Penyedia harus membuat Gambar
Rencanar kerja yang menunjukkan cara penempatan dan pemasangan,
dengan memperhitungkan ketentuan toleransi dan temperatur pemasangan.
Rincian juga harus menunjuk-kan setiap perubahan detil pada bangunan
bawah (sub-structure) dan bangunan atas jembatan dimana perletakan
tersebut akan ditempatkan, untuk menentukan lokasi dan menyetel
perletakan tersebut.
(b) Penyedia harus menyerahkan contoh bahan yang diusulkan pada Direksi
Teknik untuk disetujui. Bahan yang dipasok akan dibandingkan dengan
bahan yang telah disetujui. Setiap perubahan mutu, bentuk atau sifat-sifat
fisik dari bahan yang telah disetujui akan mengakibatkan ditolaknya bahan
tersebut oleh Direksi Teknik.
(a) Perletakan yang tidak memenuhi toleransi dimensi tidak boleh dipasang
dalam pekerjaan, kecuali dapat ditunjukkan dengan pengujian dan
perhitungan yang dapat diterima oleh Direksi Teknik, bahwa kinerja
perletakan tidak terganggu dengan dimensi di luar toleransi yang diijinkan
dan tidak ada beban tambahan yang dilimpahkan pada bangunan atas atau
bagian bangunan bawah jembatan. Bilamana pengujian dan perhitungan ini
tidak dapat dibuktikan, maka perle-takan yang tidak memenuhi toleransi
dimensi harus disingkirkan dari tempat kerja dan diganti.
7.14.2 BAHAN
Pelekatan antara elastomer dengan logam harus sedemikian rupa hingga bilamana
diuji untuk pemisahan, tidak terjadi kerusakan pada elastomer atau antara
elastomer dengan logam. Bahan polymer dalam paduan elastomer harus berupa
neoprene dan tidak boleh kurang dari 60 % volume total perletakan.
7.14.3 PEMASANGAN
(1) Umum
Perletakan harus ditandai dengan jelas tentang jenis dan tempat pemasangan pada
saat tiba di tempat kerja. Alat-alat penanganan yang cocok harus disediakan
sebagaimana diperlukan. Alat-alat penjepit sementara harus digunakan untuk
menjaga orientasi bagian-bagian dengan tepat, tetapi tidak boleh digunakan untuk
menyandang atau menggantung perletakan kecuali dirancang khusus untuk
maksud tersebut. Agar permukaan yang bergerak tidak terkena kotoran, maka
umumnya perletakan tidak akan dilepas setelah keluar dari pabrik. Akan tetapi,
bilamana oleh suatu alasan, perletakan tersebut perlu dilepas, maka pelepasan ini
hanya boleh dilaksanakan di bawah pengawasan seorang ahli dan bantuan dari
pabrik pembuatnya harus didatangkan. Perletakan jenis elastomer tidak boleh
dilepas.
Baji perancah baja dan bantalan karet cocok untuk penyangga sementara di
bawah pelat dasar perletakan.
Untuk menjamin agar pembebanan yang merata pada perletakan dan struktur
penyangga, maka perlu digarisbawahi bahwa adalah setiap bahan landasan, baik
diatas maupun di bawah perletakan, harus diperluas ke seluruh daerah perletakan.
Untuk mengatasi getaran dan benturan yang kebetulan, maka penyetelan harus
dilaksanakan. Sambungan geser atau baut jangkar harus dipasang dengan akurat
Perletakan yang akan dipasang pada penyangga sementara harus ditanam dengan
kokoh pada struktur dengan baut jangkar atau cara lain untuk mencegah
gangguan selama operasi-operasi berikutnya. Cara pengencangan baut harus
sedemikian rupa sehingga tidak mengubah bentuk perletakan. Akhirnya, rongga
di bawah perletakan harus diisi sepenuhnya dengan bahan landasan.
Bilamana bangunan bawah jembatan terbuat dari baja maka perletakan dapat
langsung dibaut padanya. Dalam hal ini, perlengkapan harus disediakan untuk
menjamin bahwa garis dan elevasi berada dalam rentang toleransi yang diijinkan.
Perletakan elastomer dapat diletakkan langsung pada beton, asalkan berada dalam
toleransi yang disyaratkan untuk kedataran dan kerataan. Sebagai alternatif,
perletakan tersebut harus diletakkan pada suatu lapisan bahan landasan.
Suatu lapisan tipis adukan resin sistesis harus ditempatkan antara perletakan dan
balok. Sebagai alternatif, perletakan dengan pelat perletakan sisi luar dapat dibaut
pada pelat jangkar, pada soket yang tertanam dalam elemen pracetak, atau pada
pelat tunggal yang dibuat dengan mesin diatas elemen baja.
Kuantitas perletakan elastomer akan diukur sebagai jumlah decimeter kubik yang
selesai dikerjakan di tempat dan diterima oleh Direksi Teknik.
Kuantitas perletakan strip akan diukur sebagai jumlah meter panjang yang selesai
dikerjakan di tempat dan diterima oleh Direksi Teknik.
(2) Pembayaran
7.15.1 UMUM
(1) Uraian
Mutu material yang datang, pengerjaan dan pekerjaan akhir harus dimonitor,
dikontrol, dan diawasi sesuai standar rujukan dibawah.
(3) Toleransi
(5) Pelaporan
Bagian dari baja harus ditangani dengan hati-hati dan disimpan dalam kotak,
rak, atau platform, tidak boleh menyentuh tanah dan dilindungi dari karat.
Material harus tetap bebas dari kotoran, minyak, gemuk dan benda asing
lainnya. Permukaan yang sudah dicat harus dilindungi mulai dari pabrik
sampai di lapangan.
(b) Sandaran yang rusak berat pada lapisan galvanis atau cat, harus
dikembalikan ke pabrik dan diperbaiki sampai sempurna. Kerusakan
ringan pada lapisan cat harus diperbaki di lapangan atas persetujuan
Direksi Teknik.
7.15.2 MATERIAL
(1) Baja
Material untuk sandaran jembatan harus terbuat dari pipa baja bulat sesuai
dengan AASHTO M 183 – 90 atau ketentuan standar rujukan lain yang
disetujui oleh Direksi Teknik. Penyedia atas perintah Direksi Teknik harus
memberikan contoh dari pengujian baja pada laboratorium yang disetujui dan
mengeluarkan sertifikat yang dapat dipertanggung-jawabkan.
(2) Pemasangan baut harus mempunyai diameter 25 mm, sesuai dengan ASTM
A 307 atau sesuai persetujuan Direksi Teknik. Semua baut harus diberi anti
karat atau galvanis.
7.15.3 PABRIKASI
(1) Úmum
Pabrikasi, secara umum harus mengikuti persyaratan pada Seksi 7.4 - Baja
Struktur. Sandaran dipabrikasi di pabrik yang disetujui. Sambungan yang
cocok harus diberi tanda agar memudahkan pelaksanaan.
(2) Pengelasan
(3) Penggalvanisan
Semua batang baja harus digalvanis sesuai dengan AASHTO M 111-90, hanya
saja penggalvanisan harus mempunyai ketebalan minimum 80 mikron.
Perbaikan lapis galvanis harus dilakukan dengan tiga kali pelapisan dengan cat
dasar zinc dust yang berkualitas baik dan tahan lama yang disetujui oleh
Direksi Teknik.
7.15.4 PEMASANGAN
Sandaran harus dipasang secara hati-hati sesuai garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Sandaran harus dipasang dengan hati-hati dan
tepat di tempat yang telah ditentukan, as sandaran harus benar dan sesuai dengan
panjang yang direncanakan.
Persetujuan dari Direksi Teknik harus diperoleh lebih dahulu sebelum pekerjaan
akhir diselesaikan. Penyedia harus memberitahukan kepada Direksi Teknik jika
diperlukan pemeriksaan dan persetujuannya.
7.16.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dari pembuatan semua struktur beton dari campuran
beton yang telah dicampur dengan bahan campuran khusus ( admixture ) yang
berfungsi mengurangi air dalam campuran beton dengan cukup banyak,
sehingga menghasilkan beton dengan spesifikasi tertentu dengan kepadatan
yang dicapai tanpa menggunakan alat pemadat mekanis, sesuai dengan gambar
rencana atau yang ditentukan oleh Direksi Teknik. Pekerjaan ini dimaksudkan
untuk pekerjaan-pekerjaan beton khusus dengan membuat beton alir (flow
concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh alat pemadat atau
untuk pekerjaan-pekerjaan beton dimana pemadatan beton dengan pemadat
mekanis sulit dilaksanakan atau beton pompa (pumping concrete) pada jenis
struktur yang rumit.
(3) Toleransi
Toleransi dimensi dan posisi harus seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1,
Paragraf 7.1.1 (3).
(5) Pelaporan
(e) Penyedia harus memberitahu Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai untuk mencampur atau mengecor beton, seperti
yang disyaratkan dalam Paragraf 7.15.4 (4) dibawah.
(a) Pembetulan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang disyaratkan dalam Paragraf 7.15.1 (3), atau yang tidak mempunyai
hasil akhir permukaan yang memuaskan, atau tidak memenuhi
persyaratan sifat campuran yang dirinci dalam Paragraf 7.15.3 (3), harus
diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat
meliputi :
(b) Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, maka Direksi Teknik
dapat meminta Penyedia untuk melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin penilaian yang cukup baik mengenai kualitas
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
7.16.2 MATERIAL
(1) Semen
Semen yang digunakan untuk Pekerjaan Beton SCC harus seperti yang
disyaratkan dalam Seksi 7.1, Paragraf 7.1.2 (1)..
(2) Air
Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1, Paragraf 7.1.2(2).
(3) Agregat
Gradasi dan sifat agregat harus seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1,
Paragraf 7.1.2 (3) dan Paragraf 7.1.2 (4), kecuali ditentukan lain dalam syarat-
syarat yang ditetapkan untuk bahan campuran khusus ( admixture ).
(c) Semua bahan campuran khusus ( admixture ) yang akan digunakan dalam
pekerjaan-pekerjaan harus disimpan di tempat penyimpanan di lapangan
yang mengikuti persyaratan Material dan Penyimpanannya dan harus
didaftar dalam penerimaannya dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Daftar dari catatan ini harus ditanda-tangani oleh Penyedia dan Direksi
Teknik untuk menyertakan kebenarannya. Jumlah bahan campuran
khusus yang diletakkan di percobaan permulaan di lapangan (Preliminary
Field Trials) atau dalam pekerjaan-pekerjaan juga harus didaftar/dicatat
dengan tepat dan tidak ada bahan campuran khusus yang boleh
diletakkan kecuali kalau ada Direksi Teknik atau wakilnya di lapangan
untuk mengawasi dan mencatat jumlah yang dicampurkan. Penyedia dan
Direksi Teknik akan menanda-tangani catatan harian yang menyertakan
jumlah bahan campuran khusus yang sebenarnya yang digunakan dalam
pekerjaan-pekerjaan.
7.16.4 PENGANGKUTAN
(2) Cara pengangkutan campuran beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan
yang akan dicor.
(3) Campuran beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran dengan air dimulai. Apabila diperlukan waktu pengangkutan
yang lebih lama, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai dengan 2
jam, apabila campuran beton digerakkan kontinyu secara mekanis. Apabila
diperlukan jangka waktu yang lebih lama lagi, maka harus dipakai bahan-
bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan campuran tambahan
(additive) seperti ditentukan pada Paragraf 7.15.2 (4).
7.16.5 PENGECORAN
Pengendalian mutu di lapangan harus seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1,
Artikel 7.1.6, kecuali ditentukan lain dalam syarat-syarat yang ditetapkan untuk
bahan campuran khusus ( admixture ).
(a) Beton diukur dalam jumlah meter kubik yang terpasang dan diterima
dalam pekerjaan sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana serta memenuhi mutu yang disyaratkan.
(b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya terhadap penambahan
semen, bahan-bahan pembantu lainnya serta untuk pekerjaan finishing
(penyelesaian).
(c) Mutu beton lebih tinggi dapat diijinkan untuk digunakan sebagai
pengganti pekerjaan beton mutu lebih rendah sebagaimana disyaratkan,
dan harus diukur dan akan dibayar sesuai dengan mata pembayaran untuk
beton dengan mutu lebih rendah yang diganti.
(a) Dimana pekerjaan telah diperbaiki dibawah Paragraf 7.15.1 (8) diatas,
maka kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah
yang harus dibayar bila pekerjaan semula telah memenuhi syarat.
(b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau tiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian
atau pekerjaan tambahan atau material pelengkap lainnya untuk mencapai
kualitas yang dipersyaratkan untuk pekerjaan beton.
Nomor Mata
Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran
8.1.1. UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan yang tercakup dalam seksi ini harus meliputi Pengembalian Kondisi
Perkerasan yang telah rusak sedemikian rupa sehingga terjadi lubang-lubang
besar, tepi jalan banyak yang rusak atau terjadi gelombang dengan kedalaman
lebih dari 3 cm, terjadi retak-retak lebar, retak struktural atau retak-retak kecil
yang berat, atau menunjukkan bukti bahwa tanah dasamya melemah seperti
penaikan tanah atau deformasi yang kuat.
Perbaikan perkerasan dan pekerjaan perbaikan yang tercakup dalam Seksi ini
adalah:
(b) Pelaburan aspal dari perkerasan yang tembus air atau retak, jika luas
tempat retak itu antara 10 % dan 30 % dari setiap 100 meter panjang
perkerasan yang berpenutup pada proyek itu dan luas satu laburan aspal
tidak melebihi 40 meter persegi.
(c) Penambalan retak yang lebar akan memerlukan perawatan yang terpisah.
(f) Perataan berat dengan motor grader untuk meratakan alur yang dalam
atau untuk mempertahankan kemiringan jalan yang tepat.
(6) Pelaporan
Jika menurut pendapat Direksi Teknik tempat-tempat pada perkerasan itu tidak
dikembalikan kondisinya secara memuaskan atau dianggap tidak memuaskan
pada segi yang lain, maka tempat itu harus diperbaiki sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknik. Perbaikan dapat mencakup pembuangan dan penggalian dari
total luas tempat yang dikembalikan kondisinya atau cara-cara lain yang
dipandang perlu oleh Direksi Teknik.
8.1.2. MATERIAL
Hanya material baru boleh digunakan pada lapisan perkerasan. Material perkerasan
hasil galian yang masih baik dapat digunakan kembali sebagai urugan pilihan.
Jenis material yang harus digunakan pada penambalan, perbaikan tepi jalan
atau lubang-lubang dari tempat-tempat yang rusak dari perkerasan yang ada
akan dilaksanakan menurut petunjuk Direksi Teknik dan dapat meliputi
Urugan Pilihan, Agregat Pondasi Kelas A atau B, Pondasi Jalan Tanpa
Penutup, Lapis Resap Pengikat, Lapis Perekat dan/atau salah satu dari material
Campuran Aspal Panas atau Dingin, Lasbutag atau Latasbusir yang memenuhi
persyaratan Divisi III – Pekerjaan Tanah, V – Perkerasan Berbutir dan VI –
Perkerasan Aspal.
Jenis Agregat yang akan ditambahkan pada Jalan Tanpa Penutup akan
dilaksanakan menurut perintah Direksi Teknik dan bisa termasuk agregat kelas
C1, agregat kelas C2, lapisan permukaan sementara, agregat kasar Makadam
Basah , agregat halus Makadam Basah atau material lapisan dinding halang
rembesan Makadam Basah, yang memenuhi persyaratan Seksi 5.2 – Lapis
Pondasi Jalan Tanpa Penutup.
Dimana pondasi Jalan Tanpa Penutup yang ada kurang baik agregat kasar dan
halusnya, Direksi Teknik dapat memerintahkan penambahan agregat kasar dan
halus, dicampur dan dipadatkan dengan pondasi yang sudah ada sehingga
memenuhi persyaratan Seksi 5.2 – Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup.
8.1.3. PELAKSANAAN
Direksi Teknik akan menentukan wilayah yang akan diperbaiki dan batas
wilayah ini, dan Penyedia harus memberi tanda wilayah yang dimaksud. Tanda
cat harus dipakai pada perkerasan berpenutup dan tanda patok harus dipakai
untuk perkerasan tak berpenutup.
Setiap lapisan harus ditimbun dan dipadatkan dalam satu operasi mulai dari
lapis paling bawah. Penimbunan dan pemadatan umumnya harus sesuai dengan
Seksi yang berkaitan untuk material yang dipakai kecuali bahwa metode
tangan dalam memasang dan memadatkan boleh digunakan pada bagian bawah
perkerasan dimana ruang yang ada sangat terbatas untuk penggunaan alat
mekanis.
Semua retakan harus ditutup dengan salah satu dari metode berikut ini :
Tempat-tempat terpisah dari perkerasan aspal yang tembus air atau retak
harus diperbaiki dengan Laburan Aspal, menggunakan salah satu
penanganan yang diberikan pada Seksi 6.16 - Pemeliharaan dengan
Laburan. Penanganan yang digunakan harus ditentukan oleh Direksi
Teknik.
Retak lebar yang berdiri sendiri pada perkerasan yang dapat ditutup
dengan Laburan Aspal secara memuaskan harus ditutup satu demi satu.
Sebelum penutupan, retak yang lebar itu harus digaru untuk
mengeluarkan kotoran dan sampah. Bitumen atau emulsi bitumen
kemudian dituang kedalam retakan dengan wadah bercorong sampai
tumpah keluar. Pasir harus digunakan sebagai penghisap terhadap
kelebihan bitumen diatas permukaan jalan, setelah pengisian.
Direksi Teknik akan menentukan wilayah yang akan diratakan dan Penyedia
harus memberi tanda pada tempat yang bersangkutan dengan menggunakan cat
pada permukaan jalan yang ada.
Permukaan akhir dari perbaikan harus sama seperti perkerasan atau bahu jalan
yang ada, yang bagus, yang berbatasan. Toleransi permukaan harus seperti
yang ditentukan dalam Seksi-seksi yang berkaitan untuk material yang
digunakan.
Untuk jalan-jalan kerikil yang penuh lubang dan gelombang, pemotongan dan
pembentukan permukaan yang agak berat harus dilaksanakan dengan motor
grader yang berkekuatan paling sedikit 135 PK. Bila mungkin, hal itu
dilaksanakan selama atau segera sesudah musim hujan tiba pada saat kadar air
dari kerikil itu masih cukup tinggi untuk membantu pemadatan dan mencegah
kehilangan bahan-bahan yang halus. Jika hal itu harus dilaksanakan di musim
kemarau, air harus ditambahkan dan permukaan dipadatkan lagi dengan mesin
gilas segera setelah pekerjaan pemotongan dan pembentukan permukaan,
untuk mencegah deformasi permukaan dan terbuangnya bahan-bahan halus.
Prosedur pemotongan dan penghamparan itu bila perlu harus diulang, sampai
kemiringan permukaan yang tepat tercapai. Kemudian prosedur diulangi untuk
paruh jalan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan itu dan menghasilkan
permukaan yang rata dan baik. Penggilasan kerikil itu harus dilaksanakan
segera setelah pekerjaan pemasangan dan pembentukan penampang untuk
memperoleh permukaan yang rapat dan padat sesuai dengan yang dikehendaki
Direksi Teknik.
Pemotongan dan pembentukan permukaan yang berat dari jalan kerikil tidak
boleh dilaksanakan jika total tebal kerikil itu kurang dari 7,5 cm. Dalam hal
ini, pemotongan dan pembentukan permukaan yang berat harus diikuti dengan
penambahan kerikil, untuk menambah tebal jalan kerikil tersebut.
(a) Perbaikan tepi perkerasan akan diperlukan pada semua daerah yang akan
dilapis kembali dan pada lokasi-lokasi yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik. Pada daerah-daerah tepi yang diperbaiki, sisi sebelah luar dari
jalur lalu lintas yang ada harus dipotong sampai material yang kuat yang
tidak lepas atau retak atau tidak stabil, sehingga membentuk bidang
vertikal yang bersih.
(ii) Dalam hal dimana Lapis Pondasi Agregat yang telah dicampur
dengan material yang ada, frekuensi minimum dari pengujian yang
dipersyaratkan dalam Paragraf (a) diatas harus juga berlaku,
sebagai tambahan juga berlaku pada material yang dicampur di
tempat. Untuk pengujian tambahan, Penyedia harus mengambil
contoh uji material campuran tersebut sampai kedalaman
rancangan pada lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Teknik.
(b) Pengukuran volume material yang dipakai untuk Perkerasan Jalan Tanpa
(d) Perataan berat dengan motor grader pada Jalan Tanpa Penutup tidak
boleh diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini.
(f) Bahan pengikat yang digunakan untuk Laburan Aspal, dan Pekerjaan
Minor lainnya harus diukur untuk pembayaran menurut Mata
Pembayaran Bitumen Residual untuk Pekerjaan Minor. Volume yang
diukur harus merupakan volume bitumen residual dalam liter. Bitumen
residual harus didefinisikan sebagai sisa bitumen yang tetap tinggal
setelah semua bahan pengencer dan air menguap/hilang. Kadar bitumen
residual harus ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan Direksi Teknik
dengan salah satu cara berikut ini : dengan pengujian destilasi, dari resap
produk, dari nilai sisa bitumen minimum yang disyaratkan dari
Spesifikasi Material, termasuk pembersihan dan pengadaan, penyerahan
dan pemasangan setiap agregat penutup atau material blottering.
(g) Mata Pembayaran Lasbutag atau Latasbusir harus berlaku untuk semua
Lasbutag dan Latasbusir Kelas A dan B dan harus mencakup kompensasi
penuh untuk semua material yang terkandung didalamnya termasuk
bitumen Asbuton, bahan peremaja, aspal minyak dan zat tambahan anti
pengelupasan jika diperlukan.
Kuantitas yang disahkan dari material agregat dan aspal yang digunakan dalam
Pekerjaan Pengembalian Kondisi yang dilaksanakan dan diukur seperti diatas,
harus dibayar sesuai material berbagai agregat dan aspal yang digunakan,
menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan seluruh buruh, perkakas, peralatan, material dan biaya-biaya lain
yang perlu atau lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang benar dari berbagai
jenis Pekerjaan Pengembalian Kondisi yang diuraikan dalam Seksi ini.
8.2.1. UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan yang tercakup dalam Seksi ini harus terdiri dari pengerjaan kembali,
pengkerikilan kembali atau perbaikan bentuk pada bagian terpisah dari bahu
jalan yang ada yang panjangnya lebih dari 50 m (satu sisi) dalam tiap kilometer
dan pengisian lubang-lubang besar pada tiap lokasi dan penebangan pohon-
pohon yang tak dihendaki dengan diameter lebih dari 15 cm.
Pengerjaan kembali atau pengembalian bentuk dari bagian pada bahu jalan
dengan panjang lebih dari 50 m untuk tiap bagian harus dilaksanakan menurut
Seksi 4.2 - Bahu Jalan.
Pekerjaan harus terdiri dari penggalian dan persiapan bahu jalan yang ada yang
akan dikembalikan lagi kondisinya, pemasokan, pengangkutan, penempatan,
pemadatan dan penutupan jika diperlukan, dari material bahu jalan menurut
garis dan tingkat dan ukuran yang diperlihatkan pada Gambar Rencana atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Luas bahu jalan yang memerlukan pengembalian kondisi dapat dirancang oleh
Direksi Teknik berdasarkan pada pengamatan visual selama dilakukan survey
lapangan awal oleh Penyedia pada saat permulaan Periode Mobilisasi menurut
persyaratan Seksi 1.8 – Rekayasa Lapangan. Rincian aktual metode dan tingkat
pekerjaan pengembalian kondisi untuk tiap wilayah yang direncanakan akan
disediakan oleh Direksi Teknik secara tertulis setelah survey lapangan
memberikan rincian secukupnya keadaan bahu jalan yang ada. Perintah tertulis
Direksi Teknik juga akan menetapkan suatu waktu penyelesaian yang layak.
Bahu jalan yang tidak sanggup menopang beban roda normal harus dikerjakan
lagi. Lubang yang terpisah, dengan ukuran lebih dari 40 cm x 40 cm harus
diisi. Bahu jalan yang jauh lebih rendah lebih dari 5 cm dari perkerasan
berpenutup yang berbatasan atau yang berlubang besar harus diberi kerikil lagi.
Bahu jalan yang lebih tinggi dari pada ketinggian perkerasan atau yang
merintangi pengaliran bebas air dari perkerasan harus dibentuk lagi.
(1) Lubang-lubang
Semua bahu jalan harus dibentuk lagi agar sesuai dengan persyaratan-
persyaratan berikut :
(a) Bahu jalan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah lebih dari 1 cm dari
pada jalur jalan kendaraan yang berbatasan.
(b) Bahu jalan tidak boleh merintangi aliran air yang berasal dari jalur jalan
kendaraan.
(c) Kemiringan bahu jalan tidak boleh bervariasi lebih 2 % dari pada
kemiringan rencana.
Semua material galian harus dibuang secara rapi dan disetujui Direksi Teknik,
dalam lokasi yang tidak boleh :
Pengerjaan kembali atau pengkerikilan kembali bahu jalan dalam wilayah bahu
jalan yang ada yang direncanakan oleh Direksi Teknik untuk dikembalikan
kondisinya harus diukur untuk pembayaran sebagai volume pekerjaan galian
dan/atau material berbutir yang dipadatkan yang jelas ditempatkan dan
diterima dalam pekerjaan pengembalian kondisi.
(2) Dasar Pembayaran
(b) Penebangan dan pembuangan pohon yang sesuai dengan perintah Direksi
Teknik harus dibayar atas dasar Pekerjaan Harian sesuai dengan Seksi
9.1 – Pekerjaan Harian.
(c) Kuantitas pekerjaan galian yang telah disahkan, yang dilaksanakan dan
diukur seperti diatas, harus dibayarkan menurut Harga Satuan per satuan
pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran ini
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan tenaga kerja, alat-
alat, peralatan dan biaya-biaya lain yang perlu atau lazim untuk
penyelesaian pekerjaan yang benar dari pekerjaan yang diuraikan dalam
Seksi ini
8.3.1 UMUM
Pekerjaan ini terdiri dari perbaikan galian yang tidak stabil atau kemiringan
urugan dan disediakan penanaman dan pemeliharaan rumput atau bambu untuk
menghindari erosi.
(3) Penghijauan
8.3.2 MATERIAL
(a) Perkataan “tanaman” meliputi rumput-rumput dan pohon bambu dan jika
dibenarkan Direksi Teknik, boleh menggunakan pohon-pohon lain yang
berkapasitas untuk memberikan stabilisasi yang efektif pada kemiringan
yang memerlukan stabilisasi.
(b) Rumput-rumput harus dari jenis yang biasa untuk Propinsi tertentu di
Indonesia, tidak merugikan, dan tidak membahayakan kepada manusia
dan hewan dan tidak dari jenis yang menggangu pertanian. Tanaman
harus bebas dari penyakit, akar beracun dan berakar panjang.
(b) Pupuk
Batu kapur untuk pertanian yang 100 % lolos ayakan No.8 dan 25 %
lolos ayakan No.100 harus disediakan. Sebagai tambahan, batu kapur
harus mengandung tidak kurang dari 50% Kalsium Oksida.
(d) Rabuk
Bahan rabuk harus terdiri dari rumput kering, jerami atau bahan lainnya
yang tidak beracun.
8.3.3 PELAKSANAAN
(a) Persiapan.
(c) Penyiraman.
(d) Perlindungan.
(e) Pemeliharaan.
Bila diperlukan, pupuk dan/atau batu kapur harus ditabur merata kurang
dari 5 kg per 100 meter persegi untuk pupuk, dan 20 kg per meter persegi
untuk batu kapur. Bilamana diperintahkan oleh Direski Pekerjaan, bahan-
bahan tersebut harus tercampur dengan tanah pada ke dalaman tidak
kurang dari 5 cm dengan menggunakan cakram, garu atau cara lain yang
disetujui oleh Direksi Teknik. Pada lereng yang curam dimana peralatan
mekanis tidak dapat digunakan secara efektif, maka pupuk maupun batu
kapur dapat disebar dengan alat penyemprot bubuk (powder sprayer), alat
bertekanan udara (blower equipment) atau cara lain yang disetujui oleh
Direksi Teknik.
(d) Tanaman
(i) Semak/Perdu
(ii) Pohon
8.4.1. UMUM
(1) Uraian
Pekerjaaan ini akan terdiri dari pengadaan, perakitan dan pemasangan dari
penggantian atau penambahan perlengkapan jalan, seperti rambu-rambu jalan,
patok pengaman, rel pengaman, patok hektometer, patok kilometer dan
pemasangan marka jalan baik untuk permukaan jalan lama atau pelapisan ulang
yang baru, pada tempat-tempat seperti ditunjukkan pada Gambar Rencana atau
seperti ditunjukkan oleh Direksi Teknik.
(b) AASHTO M 249-77 : Material untuk garis warna putih dan kuning yang
thermoplastis (bentuk padat).
(c) Konfigurasi, ukuran dan warna marka jalan harus memenuhi Peraturan
dan Syarat Keamanan Rambu Jalan Republik Indonesia.
(d) Rambu jalan harus berukuran, warna, tipe dan bagian-bagian yang
memantul sesuai ketentuan Dinas Pengendali Lalu Lintas Indonesia yaitu
Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR). Setiap
perbedaan antara tanda-tanda tersebut dan yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana harus diperiksakan kepada Direksi Teknik sebelum
pelaksanaan.
(a) Penyedia harus menyerahkan satu liter kaleng contoh setiap warna dan
jenis cat untuk mendapatkan persetujan bersama dengan hal-hal khusus
untuk setiap jenis cat sebagai berikut.:
(b) Serahkan satu patok baja yang digalvanisir untuk rambu jalan.
(c) Serahkan satu lembar plat marka yang telah lengkap dicat.
(e) Bila paku jalan diperlukan serahkan satu contoh paku jalan tersebut.
Agar dapat memelihara keamanan jalan yang ada sebaik mungkin, maka
selama Periode Kontrak, penggantian atau pemasangan baru rambu jalan, patok
pengaman, rel pengaman, patok hektometer, patok kilometer harus dipasang
dan marka jalan harus dicat pada permukaan jalan dalam waktu 6 bulan
pertama atau sedini mungkin dalam Periode Pelaksanaan.
Dalam hal marka jalan, maka hal ini memerlukan pengecatan semua marka-
marka pada permukaan perkerasan yang ada, untuk maksud tersebut Direksi
Teknik harus menerbitkan detil dan lokasi sesuai Paragraf 8.4.1 (2) diatas, yang
dilaksanakan dalam waktu enam bulan pertama atau, bila pekerjaan
pengembalian kondisi perkerasan juga diperlukan, setelah pelaksanaan
pengembalian kondisi diselesaikan.
Setiap macam perlengkapan atau daerah marka jalan yang tidak memenuhi
persyaratan Seksi ini atau menurut pendapat Direksi Teknik dalam segala hal
tidak memuaskan, maka harus diperbaiki ulang oleh Penyedia dengan biaya
sendiri dan atas petunjuk Direksi Teknik.
8.4.2. MATERIAL
(a) Semua cat harus disimpan menurut petunjuk pabrik pembuat dan Syarat-
syarat Seksi 10.1 - Material dan Penyimpanan.
(b) Semua cat harus digunakan sesuai umur kemasan untuk menjamin bahwa
hanya produk yang masih segar digunakan dalam batas waktu yang
disyaratkan oleh pabrik pembuat.
Dari bahan logam campuran aluminium, lembar plat, logam campuran keras
5052-H34 yang memenuhi ASTM B-221, dan mempunyai ketebalan minimum
2 mm, lembaran-lembaran tersebut harus bebas gemuk, digravir, dinetralisir
dan diproses terlebih dulu sebelum digunakan sebagai plat rambu lalu lintas.
Dari pipa baja yang digalvanisir secara panas, sesuai persyaratan ASTM A 120
dengan diameter dalam minimum 40 mm. Bahan yang sama dipakai juga untuk
pelengkap dan penutup tiang rambu. Semua bagian akhir yang terbuka harus
ditutup untuk mencegah masuknya air.
Dari bahan aluminium atau baja tahan karat berkualitas tinggi untuk tiang
rambu dan rel pengaman yang digalvanisir.
(6) Beton
Beton harus dari mutu K 175 seperti disyaratkan pada Seksi 7.1 - Pekerjaan
Beton.
Seluruh bahan cat dasar, cat dan bahan cat mengkilap yang akan digunakan
pada persiapan rambu-rambu, tiang-tiang, dan perlengkapannya harus dari
bahan mutu baik, dibuat dari bahan khusus untuk rambu-rambu, dan dari jenis
dan merk yang dapat diterima oleh Direksi Teknik. Cat untuk bagian-bagian
baja harus dari oksida seng kadar tinggi mengandung minimum 7 kilogram
oksida send (acicular type) per 100 liter cat.
Disarankan, untuk keseragaman cat, maka sebaiknya dipakai cat dasar, cat
pelabur dan cat untuk pengecatan akhir dari pabrik yang sama. Seluruh bahan
yang dipakai tak boleh kadaluwarsa, harus dalam batas waktu seperti
ditetapkan oleh pabrik pembuat.
Bahannya dari " SCOTCH LIGHT " yang memenuhi persyaratan teknik atau
harus sesuai persyaratan lainnya yang telah disetujui yaitu dari bahan warna
yang dapat memantulkan cahaya. Permukaan dari tiap pelat rambu harus dari
bahan yang dapat memantulkan cahaya sesuai ketentuan dari DLLAJR dan
bidang permukaan dari patok pengaman harus juga dapat memantulkan cahaya.
Bahannya harus dari baja dengan ketebalan tidak boleh kurang 12 "gauge" dan
sifatnya harus :
Harus dengan rancangan yang disetujui sesuai sampel yang diserahkan dan
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Harus material thermoplastis dengan campuran kristal kaca dan harus sesuai
dengan ketentuan AASHTO M 249-77. Kristal-kristal kaca harus memenuhi
AASHTO M 247-77 (Tipe 2).
8.4.3. PELAKSANAAN
Jumlah, jenis dan lokasi setiap marka jalan, patok pengarah, patok hektometer,
patok kilometer dan bagian rel pengaman harus menurut petunjuk Direksi
Teknik. Semua patok harus dipasang secara tepat pada lokasi dan ketinggian
dengan cara yang menjamin tertanam kuat pada tempatnya, terutama sewaktu
mengerasnya adukan beton.
Semua patok hektometer, patok kilometer dan patok pengarah harus dicat
dengan satu kali cat dasar, sekali dengan lapis cat bawah dan terakhir dengan
cat mengkilap sesuai petunjuk pada Gambar Rencana. Penandaan lainnya dan
reflektor harus dilaksanakan sesuai perintah Direksi Teknik.
Semua pengecatan pada pelat rambu jalan harus dilaksanakan dengan cara
semprotan diatas permukaan pelat yang kering dan telah disiapkan. Permukaan
hasil pengecatan harus rata dan halus dan dikeringkan dengan lampu pemanas
atau dimasukkan kedalam oven bila diharuskan demikian.
(ii) Cat tidak boleh dipasang pada permukaan yang dilapis kurang dari
3 bulan setelah pemberian lapisan Laburan aspal atau Lataston.
(iii) Ukuran yang tepat dan kedudukan semua marka jalan harus
ditempatkan dan diberi tanda pada perkerasan sebelum cat dipakai.
(iv) Cat jalan harus dipakai untuk sumbu jalan, garis pemisah jalur,
garis batas perkerasan dan garis-garis zebra cross dengan memakai
alat mesin mekanis yang disetujui, bergerak dengan mesin sendiri,
jenis penyemprot otomatis dengan pengaduk mekanis, yang
mempunyai katup penutup yang mampu membuat garis-garis putus
secara otomatis. Mesin tersebut harus menghasilkan lapisan yang
lurus dan merata dengan ketebalan 1,5 mm, diluar kristal gelas dan
dengan lebar yang seragam dan tepat dengan sisi-sisi potongan
yang tegas.
(vi) Kristal gelas harus diberikan pada permukaan cat jalan segera
setelah cat tersebut dioleskan. Semua kristal gelas harus dipasang
dengan tekanan atau dengan takaran semprotan 450 gram/m2.
(vii) Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas hingga marka-
marka tersebut cukup kering dengan demikian tidak ada yang
terkelupas atau adanya jejak roda.
(viii) Semua marka yang tidak nampak dengan memuaskan dan merata
pada siang/malam hari, harus diperbaiki dengan biaya Penyedia.
(a) Sebelum paku-paku jalan dipasang maka harus dibuat lubang pada
perkerasan sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
Dalam pembuatan lubang paku ini, dituntut ketelitian, yaitu bahwa dasar
lubang harus rata betul dan dinding-dindingnya rata serta tegak lurus satu
sama lainnya, tak boleh ada tonjolan-tonjolan dan seluruh material sisa
dari galian harus dikeluarkan.
(b) Pasang lapisan batu yang telah mendapat persetujuan (tebal 6mm dari
debu chipping) dan dipadatkan sehingga permukaan serata dengan lantai
lubang paku. Paku harus dipersiapkan sedemikian rupa mengikuti
petunjuk pabrik pembuat dan dibenamkan dengan sempurna dan
permukaannya rata dengan lapis pelapisan sedemikian rupa sehingga
tonjolan bagian atas paku sesuai persyaratan. Harus digunakan pelat duga
untuk mengecek kelurusan paku dan kerataan permukaan dari paku yang
dibenamkan tersebut.
(c) Dinding lubang harus disikat dan dilabur aspal dan selanjutnya lubang
paku diisi (di-grouting) dengan Campuran Aspal Panas sesuai petunjuk
pabrik pembuat sehingga rata dengan permukaan jalan. Pelaksanaan
harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tak ada percikan aspal yang
mengotori tonjolan paku. Bila ada percikan aspal pada tonjolan paku,
percikan aspal tersebut harus dibuang sedemikian rupa sehingga
didapatkan hasil penanganan yang memuaskan.
(d) Lalu lintas tak diizinkan melintas diatas paku jalan sebelum campuran
mengeras.
(a) Kuantitas yang dihitung untuk marka jalan harus merupakan jumlah
meter persegi pengecatan marka jalan yang dilaksanakan pada
permukaan jalan sesuai Gambar Rencana dan diterima oleh Direksi
Teknik.
(b) Kuantitas yang dihitung untuk rambu jalan, patok pengarah, patok
hektometer, patok kilometer harus didasarkan jumlah nyata dari rambu
jalan (termasuk patok tiang-tiang), patok pengarah, patok hektometer,
patok kilometer yang telah selesai dan dipasang serta diterima oleh
Direksi Teknik sesuai Gambar Rencana.
(c) Kuantitas yang dihitung untuk rel pengaman harus merupakan panjang
yang sebenarnya rel pengaman dalam meter yang telah selesai dan
dipasang sesuai Gambar Rencana dan diterima oleh Direksi Teknik.
8.5.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan yang tercakup dari Seksi ini adalah mengenai Pengembalian Kondisi
Struktur Jembatan lama yang berada didalam batas fisik kontrak.
Struktur jembatan juga akan diperiksa pada selang waktu yang sama
selama Periode Kontrak sebagai bagian dari aktivitas pemeliharaan rutin
yang dikerjakan menurut Paragraf 10.1.6 - Pemeliharaan Rutin Jembatan
(Seksi 10.1). Aktivitas pemeriksaan rutin semacam ini terutama akan
berpusat pada operasi-operasi pembersihan dan pembabatan yang
dikerjakan secara berkala tetapi juga akan meliputi penentuan tempat-
tempat lainnya di struktur yang menunjukkan tanda-tanda rusak karena
waktu banjir yang terjadi selama Periode Kontrak.
(4) Pelaporan
Pengaturan lalu lintas harus menurut ketentuan dari Seksi 1.7 - Pemeliharaan
terhadap Arus Lalu Lintas, dan ketentuan tambahan yang diuraikan seperti
dibawah ini :
(b) Untuk jembatan dua jalur, Penyedia harus apabila kondisi Pekerjaan
Pengembalian Kondisi ini memungkinkan, menjadwal pekerjaannya
untuk membuka satu jalur lalu lintas sepanjang waktu.
(ii) Pembongkaran atau penggantian kayu yang lama, rusak, pecah atau
patah, termasuk penggunaan cat dasar yang sesuai dan pekerjaan
pengecatan.
(iii) Penggantian semua paku ulir yang rusak, lama atau hilang dari
permukaan atas jembatan.
(iii) Perbaikan lokal pada bagian-bagian baja yang rusak atau retak
termasuk pengecatan cat lapis pelindung yang baru.
(1) Uraian
Penutupan retak pada umumnya dibatasi untuk retak-retak rambut yang kecil
atau retak penyusutan yang berdiri sendiri yang lebar yang tidak disebabkan
oleh kelemahan struktural. Retakan yang dalam dan berdiri sendiri pada tingkat
yang lebih besar yang menyebar karena pergerakan yang berlainan pada
struktur tersebut, atau penurunan atau pengembangan, akan pada umumnya
memerlukan perbaikan yang lebih besar menurut detail konstruksi yang
disediakan oleh Direksi Teknik.
(a) Bahan-bahan.
(4) Pelapisan Kembali Permukaan Agregat yang Terbuka dan Perbaikan Beton
yang Terkelupas
(a) Pelapisan kembali permukaan agregat yang terbuka dan perbaikan beton
yang terkelupas harus dikerjakan menurut perintah dari Direksi Teknik.
Pada umumnya, perbaikan-perbaikan semacam ini boleh dikerjakan
dengan campuran semen adukan yang mengandung semen dan pasir
halus dengan proporsi yang sesuai.
(c) Baja tulangan yang ada pada tempat-tempat yang terkelupas berat, tidak
terlindung juga harus dibersihkan benar-benar dari semua kupasan beton,
oli, gemuk, dan karat.
(ii) Apabila baja tulangan yang ada tidak terlindung selama operasi-
operasi pembongkaran beton akan digunakan kembali, perhatian
yang khusus harus digunakan oleh Penyedia selama operasi
pembongkaran untuk menghindari kerusakan, pembengkokan atau
pemindahan dari baja tulangan yang ada.
Beton baru tidak boleh dicor sampai semua pekerjaan persiapan yang
diuraikan dibawah ini telah disiapkan sepenuhnya dan disetujui oleh
Direksi Teknik.
(i) Semua kerangka dan perancah atau cara-cara lain untuk perancah
sementara harus dibuat dengan konstruksi yang keras untuk
mencegah perubahan bentuk terhadap cetakan-cetakan dari segala
beban konstruksi yang diperlukan. Semua cetakan harus
dipasangkan pada tempatnya pada jalur yang lurus dan rata dan
dibuat dan dipelihara supaya kehilangan grout dikurangkan melalui
penyambung-penyambung yang terbuka. Permukaan dalam cetakan
harus bebas dari semua bahan yang longgar, debu, kawat dan
potongan ujung baja tulangan dan harus dirawat dengan oli cetakan
yang disahkan.
(iii) Tulangan yang ada yang akan digunakan kembali untuk konstruksi
yang baru harus dibersihkan dari semua beton lama, oli, gemuk,
dan serpihan karat. Tulangan penguat yang baru apabila perlu,
harus dibuat, diletakkan dan dipasangkan menurut jarak dan
pemasangan yang detail ketentuannya dilengkapi oleh Direksi
Teknik di dalam gambar-gambar penguatan. Semua ketentuan-
ketentuan lain yang berhubungan dengan tulangan baru kecuali
Metode Pembayaran, harus menurut Seksi 7.3 - Baja Tulangan
untuk Beton.
Beton pengganti harus dengan kekuatan minimum dari mutu K 225 atau
ditentukan lain oleh Direksi Teknik.
Pengecoran beton baru harus dikerjakan pada waktu siang hari kecuali
dengan Jadwal Konstruksi yang disetujui untuk Pekerjaan Pemeliharaan
Jembatan seperti dalam Paragraf 8.5.1 (8) mengharuskan pengecoran
beton pada waktu malam. Dalam hal ini lampu-lampu penerangan yang
cukup harus disediakan dengan persetujuan dari Direksi Teknik.
(1) Uraian
Pemindahan dan pembongkaran kayu dari struktur jembatan yang ada harus
dilakukan menurut kebutuhan pada Seksi 7.13 - Pembongkaran Struktur yang
ada dan persyaratan tambahan sebagai berikut :
(b) Semua material yang patah, usang dan busuk yang dibuang dari struktur
yang ada harus dibakar atau disingkirkan sehingga memuaskan Direksi
Teknik.
(d) Bagaimanapun juga tidak diizinkan baja pengencang, paku, cincin yang
rusak, bengkok dan pecah untuk digunakan ulang dalam Pekerjaan
Penggantian Jembatan.
Selain apa yang disyaratkan, seluruh bahan perangkat keras yang dipakai
pada jembatan kayu ini harus digalvanisir atau dilapisi cadmium.
(d) Pengecatan.
Jika dipakai pada kayu yang belum dicat, maka sebelum pengecatan
dimulai, harus ditambahkan terpentin dari minyak cat dimana jumlah
pemakaiannya sesuai sifat permukaan kayu dan tidak melampaui 1/8 liter
per liter (satu pint per galon) dari cat sesuai persyaratan. Warna cat dapat
putih atau warna lainnya sesuai petunjuk Direksi Teknik.
- Konektor pelat geser (Shear Plate Connectors) baja tipe tekan yang
bahannya dari baja lunak sesuai AASHTO M 162 atau besi tipe
Malleable yang bahannya dari hasil pengecoran logam malleable
sesuai AASHTO M 106.
(a) Umum.
(i) Semua balok dan papan konstruksi dipotong dan dibentuk serapi-
rapinya, sehingga semua sambungan-sambungan mempunyai
permukaan/bidang kontak yang rata. Seluruh permukaan/bidang
yang disambung harus rapat sekali sehingga tak terjadi pergeseran.
(ii) Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik paku-paku dan paku
jembatan harus dipukul secukupnya sehingga kepala paku rata
dengan permukaan kayu.
(iv) Ukuran dan tipe-tipe cincin seperti yang terlihat pada Gambar
Rencana harus dipasang dibawah kepala baut dan mur-mur harus
dikunci rapat demi untuk mendapatkan kedudukan yang mantap
dan harus diadakan pemotongan terhadap baut-baut yang menonjol
lebih dari 2,3 cm. Setelah pekerjaan penguncian/pengencangan
selesai, seluruh mur-mur dicheck kembali untuk jaminan bahwa tak
akan terlepas setelah difungsikan.
(i) Memindahkan.
(7) Pengecatan
Balok-balok dan tiang sandaran yang jenisnya bukan kayu diawetkan, harus
dicat tiga kali sesuai ketentuan yang disyaratkan dalam Paragraf 8.5.4 (4)(d).
Semua cat yang dipakai secara ketat harus tunduk pada prosedur dan
ketentuan-ketentuan sesuai hasil rekomendasi pabrik atau menurut petunjuk /
perintah Direksi Teknik.
Balok anak harus diletakkan pada posisi sedemikan rupa dimana mata
kayunya menghadap keatas. Sambungan balok anak sisi luar diatas balok
induk berupa sambungan bibir ikan, sedangkan untuk balok anak bagian
dalam dapat langsung didudukkan diatas balok induk secara
Apabila disyaratkan memakai dua lapis papan lantai, maka harus dipakai
dua lembar papan lantai yang bertumpu pada balok anak atau pada balok
palang lainnya. Lapis papan lantai kedua dapat ditempatkan melintang
atau sejajar sumbu jalan dan terpaku dengan baik pada lembaran bawah.
Harus diadakan perkuatan pada tiap jarak 1 meter untuk sambungan
dalam arah memanjang. Bila lembar papan kedua ditempatkan sejajar as
jalan, perhatian khusus pada sambungan-sambungan dalam arah
memanjang, yaitu pada pemakuan diujung-ujung papan harus betul-betul
sempurna karena kalau kurang terpaku akan berakibat ujung jembatan
mencuat.
(1) Uraian
Dalam situasi tertentu Direksi Teknik dapat meminta pada Kontrakor untuk
menyiapkan dan menyerahkan Gambar Rencana dari pekerjaan sementara
yang diusulkan untuk disetujui. Dalam hal ini pemasangan pekerjaan
sementara tersebut tidak boleh dimulai sampai pihak Penyedia menerima
persetujuan Direksi Teknik.
Permukaan yang ada yang akan dicat harus seluruhnya bersih dengan
membuang semua karat, kotoran, minyak, gemuk dn zat kimia asing sehingga
memuaskan Direksi Teknik. Banyaknya pekerjaan persiapan permukaan yang
diperlukan dalam setiap lokasi akan bervariasi menurut kehebatan pelapukan
dan/atau korosi yang terjadi didalam permukaan baja atau pelapisan proteksi
yang ada, dan harus cocok untuk jenis pekerjaan pengecatan baru yang akan
dipakai.
Tanah, percikan semen, garam, atau material asing lainnya (selain gemuk
dan minyak) harus dibuang dengan membersihkan memakai bahan
pelarut pembersih alkaline asalkan pembersihan tersebut memakai
serabut kaku atau sikat kawat dan diikuti dengan bilasan air tawar.
Karat lepas, cat yang terkelupas dan material asing lainnya dapat
dibuang dengan menyikat kawat, mengampelas, mengikis,
mengelupas, memukul atau metode lainnya dengan menggunakan
alat-alat tangan ketok, atau dengan kombinasi metode-metode
tersebut.
Sikat kawat bermesin harus dari jenis cawan putar dengan ukuran
yang sesuai untuk memasuki semua bagain-bagian yang terbuka,
sudut-sudut, sambungan-sambungan dan pojok-pojok.
Alat ketok mesin yang termasuk mesin pengelupas atau paku sisik,
sisik putar, yang berlapisan sisik tunggal atau ganda, atau peralatan
pembersih ketok lainnya. Amril atau material penggosok yang
digunakan pada pengampelasan bermesin harus dibuang bila telah
menjadi tidak efektif lagi.
Kawat-kawat baja baik pada sikat kawat atau sikat kawat bermesin harus
mempunyai kekuatan yang memadai untuk membersihkan permukaan,
harus bebas dari kelebihan material asing, dan harus diganti bila
kemudian tidak efektif lagi.
Alat pengerik tangan dan sisi tajam semua peralatan ketok mesin harus
tetap cukup tajam agar efektif. Semua peralatan tangan harus digunakan
sedemikian rupa dimana tidak ada goresan atau lekukan tajam tertinggal
pada pada permukaan dan bagian yang tajam dibuat kedalam baja.
Untuk daerah struktur yang luas dengan pelapukan berat pada pelapisan
permukaan yang ada, Direksi Teknik dapat menyetujui penggunaan
pembersih dan semprotan pasir yang portabel. Namun demikian, daerah-
daerah yang bersisik karat yang berat lebih baik dibuang dengan
menggunakan alat ketok bermesin. Bila pengoperasian pembersih dengan
semprotan pasir disetujui, maka syarat-syarat berikut harus diperhatikan :
(ii) Bahan abrasi yang digunakan dalam penyempotan harus dari jenis
pasir baja atau pasir kwarsa atau yang sejenis dan harus kering,
bersih dan bebas dari kontaminasi larutan. Apabila pasir digunakan
maka pasir yang telah digunakan tidak bisa digunakan ulang.
(vi) Bila digunakan metode penyemprotan pasir basah atau pasir uap air
maka permukaan yang telah selesai harus dibersihkan dengan
dibilas memakai air tawar yang diberi bahan mencegah korosi yang
Kecuali atas petunjuk lain dari Direksi Teknik atau diperintahkan untuk
kesesuaian seperti yang diperlukan dalam pekerjaan pengecatan yang harus
dicat ulang, pekerjaan pengecatan untuk Pengembalian kondisi harus terdiri
tidak kurang dari dua lapisan cat sebagai berikut :
Lapis resap dasar harus terdiri dari larutan yang mengandung silikat
seng anorganik yang sesuai untuk pemakaian dengan penyemprot
tanpa udara hingga mencapai ketebalan film kering minimum 75
mikron. Cat harus memenuhi suatu batas penjal produk minimum
63 % apabila diukur dengan volume menurut ASTM-D-2697-73
dan kadar seng metalik minimum 85 % bila diukur dengan berat.
Produk-produk patent seperti Hempel’s GALVOSIL 1570, atau
yang sejenis dapat disetujui digunakan untuk lapis resap.
Permukaan yang siap harus diberi dua lapis primer yang mengandung
seng tinggi sehingga dapat menghasilkan tebal film seluruhnya 150
mikron.
Semua cat dan pengecer harus disimpan dalam ruangan kering berventilasi
baik yang bebas dari panas yang berlebihan, percikan api, nyala api atau sinar
matahari langsung.
Semua kaleng cat harus tetap tertutup sampai diperlukan untuk dipakai dan
setiap kaleng yang telah dibuka harus digunakan terlebih dulu. Cat yang
tersisa, mengental atau kerusakan lain selama penyimpanan tidak boleh
digunakan.
Semua cat harus benar diaduk menurut petunjuk pabrik pembuatnya dan secara
umum memenuhi syarat-syarat berikut ini :
(a) Semua bahan-bahan ramuan didalam setiap kaleng cat harus diaduk
secara menyeluruh dan selalu dikacau sesering mungkin selama
pemakaian untuk menjaga kerataan bahan pewarna di dalam adonan.
Pengadukan cat didalam kaleng asalnya tidak boleh dipindahkan hingga
seluruh bahan pewarna yang mengendap tercampur kedalam adonan.
(b) Cat harus dicampur dengan cara yang menjamin pecahnya semua
gumpalan, tersebarnya semua bahan pewarna yang mengendap dan akan
menghasilkan komposisi yang merata. Apabila pengadukannya dilakukan
dengan tangan, semua adonan harus dituang kedalam tempat yang bersih.
Bahan pewarna didalam cat harus diangkat dari dasar kaleng semuanya
dengan sendok. Gumpalan harus dipecah dan bahan pewarna diaduk
menyeluruh kedalam adonan. Penuangan adonan cat harus dikembalikan
dengan pengadukan secara terus menerus atau penuangan diulang dari
satu tempat ke tempat lainnya sehingga komposisinya merata. Dasar
kaleng cat harus diperiksa dari bahan pewarna yang tidak teraduk.
(c) Apabila terjadi lapisan keras pada kaleng cat, lapisan keras tersebut harus
dilepaskan dari sisi kaleng, dan dibuang. Apabila lapisan keras tersebut
cukup tebal dan berpengaruh buruk terhadap komposisi dan kualitas cat,
maka cat tersebut tidak boleh digunakan.
(8) Peralatan
Semua peralatan yang digunakan untuk penyemprotan cat harus cocok untuk
penggunaan seperti yang ditentukan, harus mampu secara baik menyemprot cat
yang digunakan, dan harus dilengkapi dengan pengukur dan pengatur tekanan
Perangkap atau pemisah harus disediakan untuk memisahkan minyak dan air
dari udara yang disemprotkan. Perangkap atau pemisah tersebut harus
berukuran yang sesuai dan harus dikosongkan secara periodik selama operasi
pengecatan. Udara dari pistol penyemprot yang mengenai permukaan harus
terlihat tidak ada air dan minyak.
(a) Umum.
Cat harus dioleskan dengan kuas atau penyemprot tanpa udara atau
kombinasi dari metode-metode tersebut. Untuk rujukan produk diatas,
penggunaan pengecatan dengan menggunakan penyemprot tanpa udara
sangat disarankan. Memulas mungkin digunakan bila tidak ada metode
lain yang lebih praktis untuk pengecatan yang cocok pada tempat-tempat
yang susah dimasuki.
Setiap lapis cat harus dalam kondisi cukup kering dan tidak terdapat lagi
lubang-lubang paku, pori, rongga, gelombang dan cacat permukaan yang
lain sebelum dilanjutkan dengan lapis berikutnya. Semua cat harus
diperbaiki dengan biaya Penyedia.
Tebal film kering yang ditentukan untuk pelapisan material harus dilaksanakan
dengan teliti. Pengukuran ketebalan film harus dilaksanakan dengan alat
pengukur ketebalan film yang disediakan oleh Penyedia yang telah dikalibrasi
dengan baik untuk batas-batas ketebalan yang akan diperiksa. Untuk daerah
yang luas pelapisan permukaannya maka pengukuran ketebalan harus diambil
menurut prosedur sebagai berikut :
(a) 5 set pembacaan (setiap set meliputi 3 titik pembacaan) harus diambil
pada luas permukaan sepuluh meter persegi yang diplih secara acak.
(c) Pembacaan titik yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dikeluarkan
dahulu untuk menentukan rata-rata pembacaan tiap grup untuk 5 set
tersebut.
Batas-batas toleransi yang diterima untuk tebal yang diukur harus sesuai tabel
dibawah ini:
25 20 25
50 40 50
75 60 75
100 80 100
125 100 125
150 120 150
175 140 175
200 160 200
250 200 250
Patut diduga bahwa secara umum pekerjaan yang direncanakan oleh Direksi
Teknik sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi, pada Seksi ini termasuk
operasi Pengembalian Kondisi pada bagian struktur atas jembatan, secara
umum pekerjaan tersebut akan dibayar pada Seksi ini.
Direksi Teknik tidak akan melayani setiap tambahan klaim dari Penyedia
untuk tambahan kompensasi biaya dan sifat keragaman dan penempatan
pekerjaan.
Pengukuran untuk pembayaran atas dasar meter persegi dari lantai jembatan
beton harus dianggap sebagai kompensasi penuh kepada Penyedia untuk
seluruh pelaksanaan yang dilakukan pada penutupan retak permukaan dengan
menuangkan semen pengisi atau dengan menyuntikkan pengisi epoxy resin,
pelapisan kembali permukaan agregat yang terkelupas, perbaikan beton yang
pecah, dan atau pembuangan atau pembongkaran beton yang ada dan
pengecoran beton yang baru, untuk semua komponen beton yang berlokasi
diatas permukaan perletakan yang memerlukan Pengembalian kondisi
termasuk plat lantai jembatan, trotoar kerb dan balustrade.
Tidak ada pengukuran atau biaya tambahan yang akan dibuat untuk
pembuangan material bongkaran, pembersihan dan penyiapan permukaan yang
ada, pembuatan acuan, pemasokan dan pemasangan baja tulangan baru atau
operasi tambahan lain secara insidentil atau pelaksanaan yang memuaskan
Pekerjaan Pengembalian Kondisi pada lantai jembatan besar, biaya dari
pekerjaan ini dianggap termasuk dalam Penawaran Harga Satuan per meter
persegi lantai jembatan.
Pengukuran untuk pembayaran atas dasar meter persegi dari lantai jembatan
beton harus dianggap sebagai kompensasi penuh kepada Penyedia untuk
seluruh pelaksanaan yang dilakukan dalam membuang dan membongkar kayu
yang usang, patah atau material yang rusak dan pengadaan, pembuatan,
pengamatan, pemasangan peletakan termasuk papan lantai kayu, perancah dan
balok-balok penunjang struktur lainnya, pemasangan kerb, papan trotoar,
sandaran dan semua yang meliputi struktur pengencang dan sambungan
perangkat keras lainnya.
Pengukuran untuk pembayaran atas dasar meter persegi dari luas baja struktur
harus dianggap sebagai kompensasi penuh kepada Penyedia untuk semua
pelaksanaan yang dilakukan dalam pembersihan penyiapan permukaan yang
ada dan pengadaan, penyiapan, pencampuran, pemakaian, penyelesaian,
perawatan, dan pengujian material pelapis permukaan yang baru seperti
disyaratkan Seksi ini pada persyaratan material pelapis permukaan yang
lainnya yang disetujui oleh Direksi Teknik.
Tidak ada pengukuran atau biaya tambahan yang akan dibuat untuk pengadaan,
pemasangan, pemeliharaan, dan pembongkaran dalam pelaksanaan setiap
perancah yang diperlukan untuk pelaksanaan yang memuaskan dari pekerjaan
pengembalian kondisi pada pelapisan permukaan struktur baja, biaya untuk
pekerjaan ini dianggap termasuk didalam Penawaran Harga Satuan per meter
persegi luas permukaan.
(h) Penggantian zat anti beku atau pelumasan yang tidak berfungsi pada
landasan multi baja.
8.6.1 UMUM
(1) Uraian
(b) Pekerjaan ini juga meliputi penyediaan dan pemasangan pekerjaan teknik
sipil untuk Pemasangan Lampu Lalu Lintas termasuk pemasangan tiang
dan peralatan yang disediakan oleh Pemberi Kerja. Sebagai tambahan
Penyedia harus membantu Penyedia Pemasangan Lampu Lalu Lintas
selama operasinya di tempat kerja.
(2) Pelaporan
Semua sistem penerangan dan lampu lalu lintas yang akan dipasang dibawah
Kontrak tersebut harus dipasang secepat mungkin dalam Periode Kontrak
untuk memungkinkan perwakilan bangunan utilitas menjadwalkan operasi-
operasinya dengan baik sebelum penyelesaian pekerjaan.
Bila setiap sistem telah beroperasi penuh dan telah menjalankan tugas menurut
kepuasan dari pada Pejabat Setempat dan Direksi Teknik, maka Penyedia dapat
mengajukan untuk Penyerahan Sementara dari sistem tersebut, sebagaimana
ditetapkan dibawah Pasal dari Kondisi Umum Kontrak.
8.6.2 MATERIAL
Penahan sentakan dan stabilisator tegangan dari kapasitas yang diperlukan, dan
semua peralatan bantu yang diperlukan untuk mengurangi pengaruh dari alat-
alat saluran tenaga tegangan sementara harus disediakan agar penerangan jalan
dan sistem lampu lalu lintas akan beroperasi secara efisien selama periode-
periode fluktuasi tegangan.
(a) Unit-unit pengendalian lampu lalu lintas, kabinet, tiang, kepala lampu
lalu lintas dan unit-unit optik harus disediakan oleh Pemberi Kerja dan
dipasang oleh Penyedia lampu lalu lintas yang ditunjuk.
Suatu saat yang mungkin untuk suatu periode penglihatan semua merah
bergantian dan suatu cahaya kuning pada saat pendekatan sebagaimana
yang diinginkan.
Peralatan tanda bahaya untuk semua lampu lalu lintas harus merupakan
rancangan yang beroperasi dari tegangan 220 volt mencapai 50 cycles
AC.
Bagian belakang yang hitam pada suatu bagian yang bercahaya harus
terdapat pada setiap kepala sinyal. Semua kepala sinyal harus berwarna
hitam dan berwarna kuning untuk sinyal-sinyal penyeberangan.
Lensa yang digunakan harus berwarna merah, kuning sawo dan hijau
yang standar pembuatannya harus melalui petunjuk pada Spesifikasi dari
Institue of Traffic Direksi (ITE, Technical Report No. 1 revised-1958
American Standard Assosiation Drainase 10.1-1958\UDC 656.057).
Kedudukan setiap lensa harus cocok (pas) pada neoprene gasket (sejenis
isolasi) dengan cara memasukkan bagian dalam dari lensa dan penahan
cuaca serta debu.
Unit pengendalian tanda lalu lintas dan sistem sinyal harus mampu
beroperasi untuk 1.000.000 cycles tanpa kehilangan (penyusutan) arus
listrik/mekanik.
Lampu-lampu untuk penerangan jalan harus dari suatu jenis yang disetujui
Pejabat Kota dan harus dipasang sedemikian rupa dan dengan tenaga listrik
yang cukup untuk menjamin suatu penerangan tidak kurang dari 1 Candela/m2
(atau sebagaimana ditetapkan, sebaiknya oleh Pejabat) pada permukaan
perkerasan jalan di semua daerah yang diperlukan untuk diberi penerangan,
sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik.
(5) Beton
Beton untuk tiang lampu, tiang lampu lalu lintas dan pondasi kabinet unit
pengendali harus berupa beton mutu K 300 sesuai yang disyaratkan pada
Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton.
Baja tulangan untuk pondasi harus sesuai dengan yang disyaratkan pada
Seksi 7.3 – Baja Tulangan untuk Beton.
8.6.3 PELAKSANAAN
(1) Pembongkaran, relokasi atau gangguan sementara dari sistem penerangan yang
ada dan pemindahan sistem lalu lintas harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang ada.
(2) Untuk tiap jenis yang baru atau yang direlokasi, maka Penyedia harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Dokumen Kontrak dan memenuhi
sepenuhnya peraturan-peraturan yang ada, kode, Spesifikasi dan persyaratan-
persyaratan lain atau pengarahan-pengarahan dari Pejabat Setempat yang
bersangkutan.
(3) Kepala sinyal lalu lintas harus dipasang pada setiap jalan sehingga tidak
mengacaukan arah.
(4) Kepala sinyal lalu lintas harus benar posisinya dimana jarak bersih minimum
0,5 m dari ujung tepi jalan.
(a) Penerangan jalan akan diukur atas dasar dari jumlah unit penerangan
jalan baru yang dipasang dan dipersiapkan oleh Penyedia dan diterima
oleh Direksi Teknik. Suatu unit penerangan jalan akan dipertimbangkan
terdiri dari lampu-lampu dari jenis dan ukuran tenaga yang disyaratkan
untuk memenuhi standar-standar Pejabat Kota bersama dengan tiang
kotak bantalan tunggal atau ganda atau sistem bantalan lain yang
disetujui dan semua peralatan kabel dan perlengkapan-perlengkapan
listrik lainnya yang diperlukan untuk memasang lampu sehingga dapat
beroperasi.
(b) Sistem lampu lalu lintas akan diukur atas dasar dari pekerjaan
pemasangan dan bantuan yang diberikan kepada Penyedia Lampu Lalu
Lintas selama operasinya di tempat kerja.
(c) Untuk setiap relokasi dari penerangan jalan atau sistem lampu lalu lintas
yang ada, akan diukur atas dasar dari jumlah unit penerangan jalan atau
sistem lampu lalu lintas yang ada yang dibongkar dan/atau yang dipasang
kembali oleh Penyedia dan diterima oleh Direksi Teknik.
(a) Kuantitas yang diterima dari penerangan jalan, yang diukur sebagaimana
yang ditentukan diatas, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan
pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar
dibawah dan tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan
pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk
mempersiapkan setiap unit penerangan jalan yang baru, termasuk
penyediaan dari semua tenaga kerja, alat-alat, bahan-bahan dan peralatan
pembantu yang diperlukan untuk pemasangan yang layak serta
berfungsinya sebagai suatu bagian yang terpadu dari sitem penerangan
jalan secara keseluruhan yang terpasang. Semua persyaratan perencanaan
penerangan jalan dari Pejabat Kota untuk keseluruhan dari bagian-bagian
jalan yang memerlukan lampu penerangan baru sebagaimana dirinci pada
Gambar Rencana atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknik, akan
dianggap telah dijamin oleh Penyedia dan diperhitungkan secara layak
dalam Harga Penawarannya, dan tidak ada penyesuaian harga atau
perundingan ulang akan dilakukan oleh Pemberi Kerja atas dasar dari
setiap pembedaan (setiap jenis lampu, jumlah tenaga, atau sejenis tiang,
dsb) antara persyaratan Pejabat Lokal/Setempat dan Seksi ini, atau antara
unit-unit penerangan jalan yang terpisah yang diperlukan dari tempat ke
tempat sepanjang bagian jalan yang bersangkutan.
(b) Setiap sistem lampu lalu lintas yang diselesaikan dan diterima, yang
diukur sebagaimana ditentukan diatas, harus dibayar menurut Harga
Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran
8.7.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengadaan kerb beton pracetak, penggalian tanah dasar,
material sambungan dengan mortar, pengurugan kembali, dan pemasangan
diatas landasan yang telah disiapkan, yang dipasang sesuai dengan ketinggian,
bentuk dan detail yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana dan petunjuk
Direksi Teknik.
(3) Pelaporan
Contoh material harus diajukan terlebih dahulu kepada Direksi Teknik untuk
disetujui sebelum material tersebut digunakan. Dan lokasi yang akan dipasang
Kerb Beton Pracetak harus diberitahukan dahulu kepada Direksi Teknik untuk
disetujui.
Tidak ada pekerjaan Kerb Beton Pracetak yang boleh dipasang sebelum
mendapat persetujuan Direksi Teknik.
(a) Pekerjaan Kerb Beton Pracetak yang tidak memenuhi syarat harus
diperbaiki oleh Penyedia dengan biaya sendiri, dengan cara yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(b) Penyedia harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan harus dengan biayanya
sendiri untuk menukar/mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak
baik yang menurut pendapat Direksi Teknik, disebabkan karena kelalaian
Penyedia. Akan tetapi, Penyedia tidak akan diminta pertanggung
jawabannya terhadap kerusakan yang timbul dari alam seperti angin
topan atau dari pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat dihindari di
tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima
dan dinyatakan secara tertulis sebagai memuaskan dan selesai oleh
Direksi Teknik.
Bahan untuk landasan kerb bila tidak terdapat pada Gambar Rencana, harus
dipakai pasir urug yang telah disetujui Direksi Teknik.
(3) Beton
Kerb Beton Pracetak terbuat dari beton mutu K 300 sesuai yang disyaratkan
pada Seksi 7.1 – Pekerjaan Beton.
Apabila ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau diminta oleh Direksi Teknik,
maka carbon harus ditambahkan kedalam campuran beton untuk pembuatan
Kerb Beton Pracetak.
(5) Pengecatan
Untuk keamanan para pengendara, pejalan kaki atau alasan lainnya, Penyedia
harus mengecat Kerb Beton Pracetak seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau atas perintah Direksi Teknik.
Dalam pembuatan material Kerb Beton Pracetak ini, Direksi Teknik dapat
memerintahkan pengujian material sesuai yang disyaratkan.
Semua material yang datang harus dalam keadaan baik dan apabila material
yang datang dianggap kurang baik oleh Direksi Teknik, maka Penyedia harus
segera mengeluarkan material tersebut dari lokasi pekerjaan dan menggantinya
dengan material yang baik yang disetujui oleh Direksi Teknik
8.7.3 PELAKSANAAN
(1) Penggalian
Kerb Beton Pracetak harus dipasang dengan posisi bagian sisi muka dan sisi
atas sesuai dengan garis dan kemiringan yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana. Pada bagian landasan harus diisi dengan material yang memenuhi
syarat dan telah dipadatkan dan diratakan.
(3) Sambungan
Kerb Beton Pracetak harus dipasang serapat mungkin, dan sambungan antar
Kerb Beton Pracetak harus diisi dengan adukan. Adukan harus terdiri dari satu
bagian semen dan tiga bagian agregat halus dalam takaran volume. Yang mana
pada campuran tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sejumlah 10 % dari
berat semen. Adukan harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2
pada umur 28 hari.
Pekerjaan Kerb Beton Pracetak yang baru ataupun pemasangan ulang, harus
diukur dalam meter panjang sepanjang sisi depan dari pekerjaan Kerb Beton
Pracetak yang telah terpasang dengan baik. Tidak ada penambahan
pembayaran pada Kerb Beton Pracetak yang dipasang untuk struktur saluran
(seperti lubang kerb) ataupun yang dipasang pada bentuk lengkung.
8.9.1 UMUM
Segera setelah Penyedia menerima penguasaan lahan atau bagian tempat tertentu
dimana saja, dia harus segera mendirikan pagar seperti ditunjukkan dalam Gambar
Rencana, atau jika diminta oleh Direksi Teknik.
Pagar tersebut harus praktis, permanen, dan Penyedia harus bertanggung jawab untuk
semua pemakaian dan segala sesuatu yang timbul sampai seluruh pekerjaan selesai,
dan ketika ada kerusakan harus ditangani sampai selesai. Pagar tersebut harus
diawasi secara rutin dan dipelihara seperti kondisi yang ada.
Pagar permanen harus dibangun dari kayu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana, harus tegak lurus, dan lokasinya harus sesuai dengan seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana, atau seperti yang diperintahkan Direksi Teknik.
Kuantitas yang akan dibayar harus dari jumlah meter panjang dari pagar
permanen, termasuk gerbang dan pos gerbang antara garis tengah dari pagar
pos pada tiap-tiap akhir pagar, lengkap pada tempat dan diterima, diukur pada
ketinggian dari permukaan tanah.
Nomor Mata
Uraian Satuan
Pembayaran
Pengukuran
8.10.1 UMUM
(1) Uraian
Detail konstruksi pekerjaan Instalasi Air Bersih yang tidak dimasukkan dalam
Dokumen Tender pada saat tender akan dilengkapi oleh Direksi Teknik, setelah
Penyedia menyerahkan hasil survei lapangan sesuai dengan Seksi 1.8 -
Rekayasa Lapangan dan Direksi Teknik telah menyelesaikan peninjauan
kembali rancangan awal.
(3) Pelaporan
(a) Penyedia harus mengangkut pipa GI, atau PVC ke tempat kerja diberi
label dan ditandai dengan label metal yang menunjukkan ukuran pipa,
panjang dan informasi lainnya.
(b) Penyedia harus menangani serta menyimpan seluruh pipa dengan baik
supaya tidak terjadi distorsi, korosi atau kerusakan.
8.10.2 MATERIAL
Material untuk Instalasi Air Bersih harus terbuat dari pipa baja bulat sesuai dengan
AASHTO M 183-90 atau ketentuan standar lain yang disetujui Direksi Teknik atau
standar yang dipakai PDAM atau pipa PVC sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana. Penyedia atas perintah Direksi Teknik harus memberikan contoh
dari pengujian baja dari laboratorium yang disetujui dan mengeluarkan sertifikat
yang dapat dipertanggung-jawabkan.
(b) Bila disyaratkan pemasangan baru, maka pipa dan peralatannya yang
dipasang harus pipa dan peralatan yang baik, baru, dan sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan. Sebelum dan sesudah dipasang pipa-pipa
dan peralatannya, terutama bagian sebelah dalam, harus dijaga
kebersihannya dan harus diperiksa lagi kerusakan serta retak-retak yang
mungkin terjadi.
(d) Pada waktu pemasangan pipa, kedudukan pipa harus diperhatikan benar-
benar agar betul-betul lurus serta pada peil yang benar. Dasar pipa harus
terletak rata serta tidak boleh ada batu-batu atau puing-puing atau benda-
benda keras lain yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.
Pada waktu pemasangan pipa, galian tanah untuk perletakan pipa harus
tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus diperiksa
kembali kebersihannya. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap
muka tanah / jalan aspal harus sesuai dengan Gambar Rencana. Untuk
memeriksanya bila perlu dengan menggunakan Water Pass atau
Theodolite serta disaksikan oleh Direksi Teknik.
(i) Untuk pipa PVC, di sekeliling pipa harus diberi pasir urug sesuai dengan
Gambar Rencana, kecuali untuk pipa-pipa yang memotong jalan
(crossing) diurug segera dengan pasir pasang penuh, kemudian tanah
bekas galiannya harus disingkirkan agar segera dapat dilalui kendaraan.
Khusus untuk jalan-jalan protokol (lalu lintas padat dan kendaraan-
kendaraan berat) harus dilindungi dengan plat beton bertulang
(konstruksi khusus, sesuai Gambar Rencana).
(k) Semua ujung pipa yang terakhir yang tidak dilanjutkan harus diberi tutup
dengan standard blankflange/dop, kemudian diberi penahan dari beton
(beton campuran 1 : 2 : 3).
(b) Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian
dari panjang pipa dan dengan panjang maksimum 500 m.
(c) Pengetesan pipa transmisi dan pipa distribusi harus dilakukan dengan
tekanan 8 atmosfer untuk semua diameter pipa dan apabila selama 1 jam
tekanan tidak berubah/turun, test dinyatakan berhasil dan dapat diterima.
Box Valve dan box-box peralatan perpipaan lainnya sesuai dengan Gambar
Rencana.
Box Valve dapat dibuat dari pasangan atau Straatpot dari besi cor yang
tergantung dari ukuran valve serta atas petunjuk Direksi Teknik. Umumnya
dipakai pasangan batu bata 1 : 2 dan plesteran 1 : 2.
Untuk Valve yang mempunyai ukuran 100 mm keatas, harus dipakai tumpuan
beton (anker block) campuran 1 : 2 : 3.
Kuantitas yang dihitung untuk Instalasi Air Bersih harus merupakan panjang
yang sebenarnya Instalasi Air Bersih dalam meter panjang yang telah selesai
dan dipasang sesuai Gambar Rencana dan diterima oleh Direksi Teknik.
Nomor Mata
Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran
8.11.1 UMUM
(1) Uraian
8.11.2 PELAKSANAAN
(1) Untuk mencegah kerusakan pada struktur bangunan lainnya dan untuk
mencegah bahaya atau gangguan terhadap lalu lintas, bila diperlukan, pohon
yang telah ditetapkan untuk ditebang harus dipotong mulai dari atas sampai
bagian bawah.
(2) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, maka Penyedia harus
menimbun kembali lubang-lubang yang disebabkan oleh pembongkaran batang
dan akar-akarnya dengan bahan yang cocok dan disetujui oleh Direksi Teknik.
(3) Semua pohon, batang, akar dan sampah lainnya yang diakibatkan oleh operasi
ini harus dibuang oleh Penyedia di luar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) atau
lokasi yang ditunjuk oleh Direksi Teknik.
8.12.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pemasangan baru atau pemasangan ulang Paving
Block untuk trotoar dan median jalan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana atau seperti yang diperintahkan Direksi Teknik.
(3) Pelaporan
Contoh material harus diajukan dahulu kepada Direksi Teknik untuk disetujui
sebelum material tersebut digunakan. Dan lokasi yang akan dipasang Paving
Block harus diberitahukan dahulu kepada Direksi Teknik untuk disetujui.
Penyedia harus menjaga tempat kerja agar senantiasa kering dan menjamin
fasilitas sanitasi cukup tersedia untuk pekerja.
(a) Pekerjaan Paving Block yang tidak memenuhi syarat harus diperbaiki
oleh Penyedia dengan biaya sendiri, dengan cara yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
(b) Penyedia harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan harus dengan biayanya
sendiri untuk menukar/mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak
baik yang menurut pendapat Direksi Teknik, disebabkan karena kelalaian
Penyedia. Akan tetapi, Penyedia tidak akan diminta pertanggung-
jawabannya terhadap kerusakan yang timbul dari alam seperti angin
topan atau dari pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat dihindari di
8.12.2 MATERIAL
Material yang dipakai untuk trotoar dan median jalan harus setebal minimal
6 cm atau seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana dan harus
memenuhi kualitas yang baik dan mempunyai kekuatan tekan yang setara
dengan beton mutu K 225. Bentuk Paving Block harus ditunjukkan terlebih
dahulu kepada Direksi Teknik untuk disetujui.
(2) Pasir
Pada dasar Paving Block harus digunakan pasir urug dengan ketebalan
minimum 10 cm yang disiram dengan air sampai jenuh. Material pasir urug
harus ditunjukkan dahulu kepada Direksi Teknik untuk disetujui.
Pada trotoar dan median jalan yang akan dipasang paving harus dibersihkan
dahulu dari akar-akar pohon atau material-material lain yang mengganggu dan
dipasang pasir dengan ketebalan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Pemasangan Paving Block harus dikerjakan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
atas persetujuan Direksi Teknik. Paving Block harus dipasang pada pasir yang
tidak padat dengan ketebalan minimum 10 cm dan akan bergerak turun secara
bersamaan setelah dipadatkan dengan mesin pemadat.
Penyelesaian pada permukaan Paving Block harus rata dan seragam. Selisih
ketinggian antara satu dengan yang lain tidak boleh lebih dari 6 mm.
Jumlah yang diukur adalah jumlah meter persegi Paving Block yang telah
8.12 - 2
terpasang dan diterima baik oleh Direksi Teknik. Perhitungan volume untuk
pembayaran berdasarkan ukuran-ukuran yang ada pada Gambar Rencana atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Kuantitas Paving Block yang diukur sebagaimana yang dijelaskan diatas, harus
dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran
yang didaftar dibawah ini dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga-harga dan pembayaran tersebut haruslah merupakan kompensasi penuh
untuk pengadaan, penempatan seluruh material, buruh, peralatan, termasuk
galian tanah dasar (keprasan/perataan), penimbunan pasir dan biaya-biaya
lainnya yang perlu atau lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.
9.1.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari beberapa operasi yang harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Teknik yang semula tidak diperkirakan (atau disediakan dalam
Daftar Kuantitas untuk Divisi I sampai VIII dan X), tetapi menjadi jelas
diperlukan sewaktu konstruksi untuk pelaksanaan dan penyelesaian proyek.
Operasi yang dilakukan didalam Pekerjaan Harian dapat terdiri dari macam
apapun seperti yang ditunjukkan atau diperintahkan oleh Direksi Teknik, dan
dapat meliputi pekerjaan drainase tambahan, galian, urugan, stabilisasi,
pengujian, pengembalian ke bentuk semula dari perkerasan yang ada,
konstruksi pelapisan, struktur atau pekerjaan lainnya.
(2) Pelaporan
(b) Penyedia harus melaporkan pada akhir tiap hari kerja suatu catatan waktu
dari buruh dan perlengkapan yang digunakan dalam Pekerjaan Harian,
dan harus memperoleh tanda tangan Direksi Teknik pada catatan tersebut
yang mengesahkan persetujuannya dengan hal-hal dan kuantitas yang
ditagihkan.
(1) Material
(a) Pekerjaan Harian harus dimintakan secara tertulis oleh Penyedia atau
diperintahkan oleh Direksi Teknik. Dalam keadaan hal tersebut,
pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diterbitkan suatu perintah
Pekerjan Harian oleh Direksi Teknik, dan jika diperlukan, suatu perintah
perubahan yang telah ditanda-tangani.
(b) Untuk pekerjan yang akan dilaksanakan pada mana Harga Satuan
Pekerjaan Harian sudah ditentukan dalam Jadwal Penawaran, perintah ini
akan menguraikan batas dan sifat dari pekerjaan yang diperlukan dengan
lampiran Gambar Rencana atau Dokumen Kontrak yang direvisi untuk
menetapkan perincian dari pekerjaan, dan akan menentukan metode
untuk menetapkan nilai akhir dari pekerjaan yang diperintahkan.
(c) Untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dimana Harga Satuan Pekerjaan
Harian yang baru atau tambahan harus disetujui, maka perintah ini akan
dirujuk silang ke dan akan disertai dengan perintah perubahan (Change
Order) yang memerintahkan berlakunya harga-harga satuan baru atau
tambahan yang disetujui.
Operasi Pekerjaan Harian harus dilakukan sesuai dengan syarat dari Artikel /
Paragraf yang bersangkutan yang mengatur penempatan material, pekerjaan
akhir, pengujian, mutu dan pemeliharaan dari pekerjaan dan perbaikan dari
pekerjaan yang tidak memuaskan. Dalam hal pekerjaan yang diperlukan untuk
dilaksanakan dalam Pekerjaan Harian yang tidak disyaratkan dimanapun,
pekerjaan harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan dan disetujui oleh
Direksi Teknik.
(b) Direksi Teknik akan memeriksa dan membuatkan berita acara klaim
Pekerjaan Harian Penyedia sebagai bagian dari permohonan untuk
pembayaran Sertifikat Bulanan sesuai dengan Pasal-pasal yang ada
kaitannya dari ketentuan-ketentuan umum Kontrak menyangkut Berita
Acara dan Pembayaran.
(a) Upah buruh, pajak, bonus, asuransi, pembayaran libur, perumahan dan
fasilitas kesejahteraan, pengobatan, seluruh tunjangan serta tagihan
lainnya yang diuraikan dalam Peraturan Tenaga Kerja di Indonesia.
Petunjuk penanaman modal asing, yang diterbitkan oleh Biro Hukum,
Departemen Tenaga Kerja.
(e) Laba.
(g) Laba.
(a) Untuk bahan yang telah digunakan pada Pekerjaan Harian, pembayaran
harus berdasarkan harga bersih yang dibayarkan kepada Penyedia
terhadap bahan-bahan yang diantar ke lapangan, seperti tercatat dalam
faktur tagihan Pemasok, dimana harganya didapatkan dengan cara
menambahkan persentase sebesar 15 % dari jumlah harga bahan yang
bersangkutan. Pembayaran yang demikian harus sudah diperhitungkan
sudah termasuk biaya-biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan-
bahan, termasuk biaya-biaya berikut ini :
(v) Laba.
10.1.1 UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan yang tercakup dalam Seksi ini harus meliputi pekerjaan-
pekerjaan Pemeliharaan Rutin untuk menjaga agar perkerasan jalan, bahu
jalan, drainase, perlengkapan jalan dan jembatan yang ada selalu
dipelihara setiap saat agar tetap memberi pelayanan yang baik sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknik.
(c) Karena pembayaran dilaksanakan atas dasar lump sum dan bukan atas
dasar kuantitas material yang sesungguhnya digunakan, Penyedia harus
dianggap telah melaksanakan pemeriksaan lapangan dengan teliti selama
Periode Penawaran, dengan memperhitungkan volume lalu lintas,
kekuatan sisa dari perkerasan yang ada, kondisi cuaca dan kerusakan
perkerasan yang mungkin terjadi antara waktu penawaran dan saat
lapangan diserahkan kepada Penyedia.
(c) Drainase.
(e) Jembatan.
Tempat dari perkerasan yang ada yang memerlukan Pemeliharaan Rutin akan
ditentukan oleh Direksi Teknik dengan cara pemeriksaan visual. Metode dan
besarnya pekerjaan perbaikan harus seperti yang diperintahkan Direksi Teknik
secara tertulis, yang juga akan menentukan waktu penyelesaian yang layak.
(a) Uraian.
(b) Material.
(a) Uraian.
(1) Uraian
(a) Semua bahu jalan yang ada yang termasuk daerah kerja harus selalu
diperiksa oleh Penyedia selama periode Kontrak terhadap
penyesuaiannya dengan standar kondisi yang disyaratkan oleh
persyaratan teknis dan oleh Gambar Rencana.
(b) Bahu jalan akan dianggap tidak memenuhi syarat dan Direksi Teknik
akan mengeluarkan instruksi yang sesuai untuk Pemeliharaan Rutin, jika
terdapat salah satu kondisi berikut ini :
(iii) Bahu jalan tertutup rumput yang tinggi, semak-semak atau pohon
yang tidak diperlukan.
(1) Pemeliharaan selokan dan saluran air sementara maupun permanen harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga air dijaga agar dapat bebas mengalir
sepanjang periode pelaksanaan.
(2) Selokan dan saluran air yang ada maupun yang baru dibangun harus dijaga
agar tak terdapat bahan-bahan lepas, kotoran, endapan dan tumbuhan yang
mungkin akan menggangu aliran air permukaan. Pemeliharaan semacam itu
harus dilaksanakan secara rutin dan segera setelah air permukaan karena hujan
lebat telah berhenti mengalir.
(3) Selama periode hujan lebat, Penyedia harus menyiapkan regu pemeliharaan
yang akan mengawasi dengan berkeliling lapangan dan mencatat tidak
berfungsinya sistem drainase karena terhalang atau karena hal lain. Setiap
kelainan dalam drainase yang dicatat pada waktu ini, seperti banjir,
kekurangan kapasitas, erosi, alinyemen yang kurang tepat dari struktur
drainase atau rencana yang kurang memadai, harus dilaporkan kepada Direksi
Teknik, yang akan mengeluarkan instruksi-instruksi yang diperlukan mengenai
langkah yang harus diambil.
(4) Pekerjaan Pemeliharaan Rutin untuk urugan dan pemotongan harus termasuk
memotong rumput-rumput, semak-semak dan pohon-pohon kecil untuk
memperbaiki penampilan jalan didalam atau di samping tempat yang dibangun
atau jarak penglihatan atau tikungan. Pekerjaan lain termasuk perbaikan
kemiringan yang tidak stabil, pekerjaan pengembalian kondisi atau perbaikan
drainase yang bersangkutan dan stabilisasi dengan tumbuhan tidak boleh
dimasukkan sebagai bagian dari pekerjaan Pemeliharaan Rutin.
(1) Penyedia harus juga mengecat kembali setiap rambu jalan dimana cat pada
tanda itu telah rusak dan kata-kata pada tanda itu telah kabur.
(2) Penyedia harus juga melaksanakan perbaikan pada rambu-rambu jalan, pada
rel pengaman yang masing-masing panjangnya lebih kecil dari 10 meter,
pagar, patok pengarah, patok hektometer, patok kilometer atau perlengkapan
jalan yang lain yang rusak, sesuai petunjuk Direksi Teknik.
(1) Uraian
(a) Umum.
Arti penting dari inspeksi yang teliti dan teratur serta pelaporannya
terhadap struktur jembatan tidak dapat diabaikan. Umur pelayanan
jembatan akan banyak berkurang jika bagian-bagian yang memerlukan
pemeliharaan, baik rutin maupun berkala, tidak diketemukan selama
kegiatan pemeriksaan teratur dan tindakan yang berkaitan. Untuk semua
jenis struktur jembatan, kelembaban bersama dengan bertambahnya debu
dan sampah adalah sebab utama kerusakan yang dapat dihentikan dengan
operasi pemeliharaan pembersihan rutin yang mudah. Kondisi ini terjadi
terutama didalam bagian gelap dan pada celah-celah jembatan yang sulit
dijangkau, oleh karena itu pemeriksaan yang menyeluruh pada setiap
celah adalah perlu, terutama setelah banjir.
(e) Pelaporan.
(iii) Semua sampah dari sembarang jenis yang terdampar pada struktur
jembatan harus dikeluarkan dan dibuang.
(iii) Semua dudukan jembatan dan kepala tiang jembatan harus dijaga
supaya bebas dari sampah, debu dan air.
(v) Semua lubang pembuangan air, pipa buangan air, saluran drainase
dan lubang keluarnya air harus dijaga bersih dari sampah supaya
air dapat mengalir bebas, sehingga terhindar tumpahan ke dudukan
bantalan, bantalan dan rembesan melalui sambungan atau retak.
(vi) Paku jembatan, baut atau pecahan kayu tidak boleh menonjol
diatas permukaan lantai jembatan sehingga dapat menusuk ban
kendaraan yang lewat.
(a) Semua pekerjaan yang ditentukan oleh Direksi Teknik sebagai pekerjaan
Pemeliharaan Rutin menurut batas-batas yang diberi dalam Artikel 10.1.1
Lump sum
Bulan ke 1 sampai dengan ke 3 =
8
5 x Lump sum
Bulan berikutnya =
8 x (Periode Pelaksanaan dalam bulan – 3)
(c) Jika dalam salah satu bulan dari Periode Pelaksanaan, Penyedia telah
gagal melaksanakan pekerjaan Pemeliharaan Rutin yang diuraikan dalam
Seksi ini sampai memuaskan, Direksi Teknik boleh mengeluarkan
perintah tertulis kepada Penyedia dan Penyedia harus segera memberi
tanggapan atas peringatan itu.
Jika pernyataan semacam itu telah diberikan dua kali dalam tempo dua
bulan tanpa tanggapan dari Penyedia, Direksi Teknik dapat memilih
melaksanakan pekerjaan itu dengan tenaganya sendiri atau pihak lain jika
dipandang perlu.
10.2.1 UMUM
(1) Uraian
Yang dimaksudkan dalam Seksi ini adalah untuk memastikan bahwa selama
pelaksanaan pekerjaan, seluruh jalan-jalan dan jembatan-jembatan lainnya
yang dekat atau menuju ke lokasi pekerjaan yang dilewati oleh peralatan dan
mesin konstruksi milik Penyedia tetap dibuka bagi lalu lintas umum dan
dipelihara dalam keadaan aman dan dapat digunakan.
(2) Pelaporan
Jalan umum dan jembatan yang ada yang berdekatan dengan proyek yang digunakan
oleh Penyedia selama operasi transportasi dan pengangkutan dalam melakukan
pekerjaan, termasuk penguatan jembatan oleh Penyedia, pembangunan jembatan
sementara oleh Penyedia dan jalan penghubung ke sumber material yang menerima
beban berat tambahan sebagai hasil aktivitas Penyedia, harus secara keseluruhan
dipelihara oleh Penyedia dengan biaya ditanggung sendiri selama waktu pekerjaan
dan harus ditinggalkan dalam keadaan dapat digunakan, mutu dan kenyamanannya
yang tidak lebih buruk daripada sebelum waktu operasi Penyedia dimulai. Jembatan-
jembatan sementara yang dibangun oleh Penyedia menurut Seksi ini, tidak boleh
dibongkar oleh Penyedia pada saat pekerjaan selesai kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Teknik.
Seluruh pekerjaan jalan sementara dan kelengkapan pengendalian lalu lintas yang
disediakan oleh Penyedia diatas jalan-jalan samping atau jalan bantu ke lokasi, setiap
Tidak ada pembayaran terpisah untuk Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan
yang dilaksanakan sesuai dengan Seksi ini. Biaya pekerjaan ini harus sudah termasuk
dalam harga satuan dari semua mata pembayaran lain dalam kontrak dimana
pembayaran itu harus dianggap kompensasi penuh untuk untuk penyediaan seluruh
material, buruh, peralatan, alat-alat, dan keperluan insidentil lainnya untuk
pemeliharaan jalan dan jembatan yang berdekatan, yang digunakan oleh Penyedia
dalam operasi pengangkutan, termasuk dimana diperlukan penguatan jembatan-
jembatan yang ada, instalasi dan perawatan jembatan atau instalasi sementara
lainnya, dan untuk pengendalian lalu lintas selama pelaksanaan operasi
pengangkutan dan pemindahan setiap pengendali lalu lintas sampai pekerjaan selesai.
Jika Penyedia gagal dalam melaksanakan pekerjaan ini, maka Direksi Teknik berhak
melaksanakan pekerjaan yang dianggap perlu dan membebankan kepada Penyedia,
ongkos keseluruhan ditambah 10 % (sepuluh persen)-nya.
URAIAN KUANTITAS
1. PEMERIKSAAN TANAH
Sand cone 1
Replacement jug 1
Field density plate 1
Spoon 1
Stell chisel, 1 inch 1
Rubber mallet 1
Sand scoop 1
1 gallon field cans 6
2. PEMERIKSAAN ASPAL
2.10 Penetrometer :
Penetration Apparatus 1
Penetration Nedle 2
Sample Container diameter 55 mm, internal depth 35 mm 6
Water Batch min. 10 liters, 25 + 0,10 C 1
Transfer Dish, min. 350 ml 1
Timing Device, accurate to within 0,1 s for 60 s interval 1
Thermometer, maximum scale error of 0,10 C 1
Ring 2
Pouring plate 1
Ball 2
Ball Center Guinde 2
Bath (a glass vessel) 1
Ring Holder and Assembly 1
3. PENGUJIAN BETON
Slump Cone 1
Cube moulds 10
“Speedy” moisture tester 1
Cube crushing machine (provisional) 1
STANDAR NASIONAL
STANDAR AASHTO JUDUL
INDONESIA
AASHTO T 11 - 90 SK SNI M-02-1994-03 Metode Pengujian Jumlah Bahan dalam Agregat yang
Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
AASHTO T 21 - 87 SNI 03-2816-1992 Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar dan Beton.
AASHTO T 22 - 90 SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton
AASHTO T 23 - 90 Pd M-16-1996-03 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan
AASHTO T 27 - 88 SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat
Halus dan Kasar
AASHTO T 48 - 89 SNI 06-2433-1991 Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan
Cleveland Open Cup
AASHTO T 49 - 89 SNI 06-2456-1991 Metode Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen
AASHTO T 51 - 89 SNI 06-2432-1991 Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal
AASHTO T 53 - 89 SNI 06-2434-1991 Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
AASHTO T 55 - 89 SNI 06-2490-1991 Metode Pengujian Kadar Air Aspal dan Bahan yang
Mengandung Aspal
AASHTO T 78 - 90 SNI 06-2488-1991 Metode Pengujian Fraksi Aspal Cair dengan Cara
Penyulingan
AASHTO T 84 - 88 SNI 03-1970-1990 Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
AASHTO T 85 -88 SNI 03-1969-1990 Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Halus
AASHTO T 88 -90 SNI 03-3422-1994 Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan
Alat Hidrometer
AASHTO T 89 - 90 SNI 03-1967-1990 Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Cassagrande
AASHTO T 90 - 87 SNI 03-1966-1990 Metode Pengujian Batas Plastis
AASHTO T 96 - 87 SNI 03-2417-1991 Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
Angeles
AASHTO T 99 - 90 SNI 03-1742-1989 Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah
AASHTO T 104 - 86 SNI 03-3407-1994 Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Terhadap Larutan Natrium Sultaf dan Magnesium Sulfat
AASHTO T 106 - 90 SK SNI M-111-1990-03 Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen
Portland untuk Pekerjaan Sipil
1. Cakupan
Metode ini menguraikan prosedur yang sangat cepat untuk melaksanakan suatu evaluasi
terhadap homogenitas, tebal dan kekuatan di tempat dari Lapis Pondasi Tanah Semen,
yang diperlukan untuk tujuan pengendalian mutu konstruksi, dengan menggunakan
Scala Dynamic Cone Penetrometer (SDCP). Instrumen ini telah digunakan selama 20
tahun oleh Quensland Main Road Department untuk evaluasi dan pengendalian mutu
tanah dasar.
Pengujian ini menghasilkan rekaman yang menerus terhadap kekuatan tanah sampai
kedalaman 90 cm dibawah permukaan yang ada tanpa perlu menggali sampai
kedalaman pembacaan.
2. Peralatan
(a) DCP Standar, seperti tercantum dalam Gambar, yang terdiri atas :
(i) 9.07 kg (20lb) beban jatuh setinggi 50.8 cm (20 inci) pada batang dengan
diameter 16 mm (5/8 inci) pada landasan (anvil).
(ii) Batang baja berdiameter 16 mm (5/8 inci) yang ujungnya tajam mempunyai
luas 1.61 cm2 dengan sudut 300 o.
3. Prosedur
(a) Satu orang mengoperasikan penetrometer, dan seorang lagi dengan meteran di
tangan, mengukur dan mencatat kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukan.
(b) Beban digunakan untuk menanamkan ujung kerucut sampai bagian yang
berdiameter paling besar tepat memasuki perkerasan. Posisi ini merupakan posisi
awal pengujian dan meteran ditarik dan dikunci dengan ujungnya ada di bidang
bawah landasan.
(d) Penetrometer didorong oleh tumbukan beban jatuh. Bila material yang diuji
sangat keras (penetrasi kurang dari 0,2 cm/tumbukan), dapat dilakukan sejumlah
tumbukan (5 atau 10) antara pembacaan penetrasi. Untuk material yang lebih
lunak pembacaan dilakukan setelah setiap tumbukan.
(e) Dengan menggunakan meteran, dibuat catatan kedalaman (cm) dari ujung kerucut
dibawah permukaan dari setiap atau sejumlah tumbukan.
(f) Penetrometer ditarik dengan menumbukkan beban keatas pada sekerup penghenti
(g) Karena untuk menarik instrumen digunakan terbuka keatas, maka setelah sekian
lama dapat terjadi pertambahan panjang batang bajanya, sehingga jarak jatuh
perlu diperiksa secara periodik dan posisi sekerup penghenti bila perlu
disesuaikan untuk menghasilkan tinggi jatuh tetap 50,8 cm.
Catatan jumlah tumbukan dan kedalaman dapat digunakan untuk membuat plat catatan
variasi kedalaman dari mudahnya penetrasi terhadap tanah (cm/tumbukan) atau
sukarnya penetrasi terhadap tanah (tumbukan/cm). Ukuran pertama disebut
Penetrabilitas Scala Penetrometer (SPP) sedang kedua disebut Tahanan Penertasi Scala
(SPR), yang satu merupakan kebalikan yang lain yaitu :
1 1
SPP = atau SPR =
SPR SPP
Karena SPR merupakan ukuran kekuatan tanah, ini merupakan nilai yang dirujukkan
bila membandingkan hasilnya dengan ukuran-ukuran yang lain dari kekuatan tanah,
seperti nilai CBR atau UCS. Namun selama pengujian adalah lebih mudah dan lebih
teliti mengukur penetrasi dari setiap tumbukan (cm/tumbukan) dari pada mengukur
jumlah tumbukan untuk penetrasi tertentu (tumbukan/cm), dan karenanya kemungkinan
kesalahan dalam perhitungan lebih kecil jika SPP di-plot langsung dari pada SPR. Oleh
karenanya formulir standar untuk mencatat data pengujian diperlengkapi dengan skala
yang mengecil dari kiri ke kanan, untuk memungkinkan plot langsung penetrabilitas
tanah (cm/tumbukan).
Catatan grafik yang dihasilkan pada formulir-formulir ini menunjukkan kekuatan tanah
(SPR) yang bertambah tinggi dari kiri ke kanan, sebagaimana umumnya ukuran
kekuatan tanah yang lain.
1. Lingkup
Metode pemeriksaan ini meliputi prosedur / tata cara sampling dan penentuan
persentase material halus, rata-rata ukuran terkecil (ALD), rata-rata ukuran terbesar
(AGD), distribusi ukuran terkecil, dan proporsi bidang pecah untuk ukuran nominal
9 s/d 20 mm batuan sealing chips, dengan ALD yang berkisar antara 3,5 s/d 12,6 mm.
2. Peralatan
(a) Timbangan yang mampu menimbang tidak kurang 10 kg dengan pembacaan dapat
dibaca hingga 10 gram atau kurang dan dengan ketelitian + 10 gram atau lebih
kecil lagi.
(b) Saringan diameter 450 mm, ukuran 4,75 mm dan nampan (panci).
(c) Peralatan ALD yang mempunyai landasan dengan dilengkapi arloji pengukur
yang dapat dibaca hingga 0,02 mm, dan dilengkapi kaki pengukur diameter 16
mm (lihat gambar 1)
(d) Kanal pengukur ALD, dengan panjang tidak kurang 1,0 m dan mempunyai
pengukur yang terpasang dengan pembagian skala 1 mm (lihat gambar 1).
(e) Oven pengering yang berventilasi, yang mampu menjaga temperatur pada
110 + 100 C.
Gambar 1
Untuk pengendalian produksi chip secara rutin, sampel harus diambil sedekat mungkin
dengan alat pemecah batu, sampel-sampel ini harus diambil berkali-kali secara acak
selama produksi dan diperiksa secara sendiri-sendiri.
Sampel untuk dievaluasi diterima/tidaknya dari chip yang telah di-stockpile harus
diambil secara acak dari tempat-tempat pada permukaan penimbunan material dan
diperiksa secara sendiri-sendiri. Sampel harus diambil dengan sekop atau disekop dari
daerah yang rata pada setiap lokasi yang telah terpilih, lebih baik menggunakan papan
penyangga untuk mencegah jatuhnya chip dari permukaan yang tinggi kedalam daerah
yang akan diambil sampelnya. Sampel yang diperiksa untuk diterima/tidaknya, tidak
boleh diambil dari truk. Sampel harus mempunyai berat idak kurang dari 10 kg.
4. Prosedur
Sampel dibagi menjadi empat bagian yang sama dan diperiksa satu sampel yang
mewakili sebagai berikut :
Tahapan Pelaksanaan :
5. Perhitungan
Contoh berikut merupakan perhitungan pokok yang diperlihatkan pada lembar kerja
terlampir.
((a) x(b))
=
(b )
Dinyatakan dalam 0,01 mm terdekat
(f)
(d) AGD =
( e)
Dinyatakan dalam + 0,01 % terdekat
(e) Nyatakan jumlah chip yang mempunyai bidang pecah paling sedikit 2 dalam
persentase jumlah total chip didalam sub sampel dalam 1 % terdekat.
6. Laporan
Untuk setiap laporan pemeriksaan, catat jumlah chip dalam sub sampel maupun :
(a) ALD
(b) Persentase chip dengan ukuran yang terkecil ALD + 2,5 mm
(c) Persentase chip yang mempunyai bidang pecah minimum 2
(d) Bandingkan AGD dan ALD
(e) Persentase yang lolos saringan 4,75 mm.
Ketebalan
Jumlah Batuan Jumlah
Ukuran Ukuran Persen
(dalam setiap ukuran Catat Catatan (a) x (b)
Antara Tengah Kumulatif
rata-rata) Kumulatif
(mm) (mm)
(a) (b) (c) (c) : Σ(b) (d)
2–4 3
4–6 5
6–8 7
8 – 10 9
10 – 12 11
12 – 14 13
14 – 16 15
16 – 18 17
18 – 20 19
20 – 22 21
Σ(b) Σ(d)
100
80
PERSEN KUMULATIF TERKECIL
60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
KETEBALAN ( mm )
Σ(d)
UKURAN RATA-RATA TERKECIL (ALD) =
Σ(b)
ALD = .................... mm.
% dalam daerah 2,5 mm ALD = .................... % > 60%
% batuan dengan 2 bidang pecah atau lebih = .................... % > 60%
Panjang
Jumlah Batuan
(mm)
Σ(e) = Σ(f) =
Σ(f)
UKURAN RATA-RATA TERBESAR (AGD) =
Σ(e)
AGD = .................... mm.
KONTROL KEPIPIHAN ( AGD/ALD ) = .................... % < 2,30
< 2%
1. Lingkup
Metode pemeriksaan ini meliputi prosedur / tata cara sampling dan penentuan
persentase material halus, rata-rata ukuran terkecil (ALD), rata-rata ukuran terbesar
(AGD), distribusi ukuran terkecil, dan proporsi bidang pecah untuk ukuran nominal
9 s/d 20 mm batuan sealing chips, dengan ALD yang berkisar antara 3,5 s/d 12,6 mm.
2. Peralatan
(a) Timbangan yang mampu menimbang tidak kurang 10 kg dengan pembacaan dapat
dibaca hingga 10 gram atau kurang dan dengan ketelitian + 10 gram atau lebih
kecil lagi.
(b) Saringan diameter 450 mm, ukuran 4,75 mm dan nampan (panci).
(c) Peralatan ALD yang mempunyai landasan dengan dilengkapi arloji pengukur
yang dapat dibaca hingga 0,02 mm, dan dilengkapi kaki pengukur diameter 16
mm (lihat gambar 1)
(d) Kanal pengukur ALD, dengan panjang tidak kurang 1,0 m dan mempunyai
pengukur yang terpasang dengan pembagian skala 1 mm (lihat gambar 1).
(e) Oven pengering yang berventilasi, yang mampu menjaga temperatur pada
110 + 100 C.
Gambar 1
Untuk pengendalian produksi chip secara rutin, sampel harus diambil sedekat mungkin
dengan alat pemecah batu, sampel-sampel ini harus diambil berkali-kali secara acak
selama produksi dan diperiksa secara sendiri-sendiri.
Sampel untuk dievaluasi diterima/tidaknya dari chip yang telah di-stockpile harus
diambil secara acak dari tempat-tempat pada permukaan penimbunan material dan
diperiksa secara sendiri-sendiri. Sampel harus diambil dengan sekop atau disekop dari
daerah yang rata pada setiap lokasi yang telah terpilih, lebih baik menggunakan papan
penyangga untuk mencegah jatuhnya chip dari permukaan yang tinggi kedalam daerah
yang akan diambil sampelnya. Sampel yang diperiksa untuk diterima/tidaknya, tidak
boleh diambil dari truk. Sampel harus mempunyai berat idak kurang dari 10 kg.
4. Prosedur
Sampel dibagi menjadi empat bagian yang sama dan diperiksa satu sampel yang
mewakili sebagai berikut :
Tahapan Pelaksanaan :
5. Perhitungan
Contoh berikut merupakan perhitungan pokok yang diperlihatkan pada lembar kerja
terlampir.
((a) x(b))
=
(b )
Dinyatakan dalam 0,01 mm terdekat
(f)
(d) AGD =
( e)
Dinyatakan dalam + 0,01 % terdekat
(e) Nyatakan jumlah chip yang mempunyai bidang pecah paling sedikit 2 dalam
persentase jumlah total chip didalam sub sampel dalam 1 % terdekat.
6. Laporan
Untuk setiap laporan pemeriksaan, catat jumlah chip dalam sub sampel maupun :
(a) ALD
(b) Persentase chip dengan ukuran yang terkecil ALD + 2,5 mm
(c) Persentase chip yang mempunyai bidang pecah minimum 2
(d) Bandingkan AGD dan ALD
(e) Persentase yang lolos saringan 4,75 mm.
Ketebalan
Jumlah Batuan Jumlah
Ukuran Ukuran Persen
(dalam setiap ukuran Catat Catatan (a) x (b)
Antara Tengah Kumulatif
rata-rata) Kumulatif
(mm) (mm)
(a) (b) (c) (c) : Σ(b) (d)
2–4 3
4–6 5
6–8 7
8 – 10 9
10 – 12 11
12 – 14 13
14 – 16 15
16 – 18 17
18 – 20 19
20 – 22 21
Σ(b) Σ(d)
100
80
PERSEN KUMULATIF TERKECIL
60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
KETEBALAN ( mm )
Σ(d)
UKURAN RATA-RATA TERKECIL (ALD) =
Σ(b)
ALD = .................... mm.
% dalam daerah 2,5 mm ALD = .................... % > 60%
% batuan dengan 2 bidang pecah atau lebih = .................... % > 60%
Panjang
Jumlah Batuan
(mm)
Σ(e) = Σ(f) =
Σ(f)
UKURAN RATA-RATA TERBESAR (AGD) =
Σ(e)
AGD = .................... mm.
KONTROL KEPIPIHAN ( AGD/ALD ) = .................... % < 2,30
< 2%
PAYMENT OF HRSS
PAYMENT CALCULATION
CASE FOR NEW ASPHALT LAYER
(IF ACCEPTED BY ENGINEER)
(1)
t1
t0 t1 NEW HRSS (A), HRSS (B) A x x UNIT PRICE
t0
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(2)
t1
t0
NEW HRSS (A), HRSS (B) A x UNIT PRICE
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(3)
NEW HRSS (A), HRSS (B) t1
t
t1 t2 0 A x x UNIT PRICE
t0
W
EXISTING SURFACE WHERE t1 =
RECOVERING A⋅γ
LEVELLING IN
ENGINEERS OPINION BUT t1 > t2
PAYMENT OF HRS
PAYMENT CALCULATION
CASE FOR NEW ASPHALT LAYER
(IF ACCEPTED BY ENGINEER)
(1)
t1
t0 t1 NEW HRS A x x UNIT PRICE
t0
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(2)
t1 NEW HRS A x UNIT PRICE
t0
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(3)
NEW HRS t1
t1 t2 t0 A x x UNIT PRICE
t0
W
EXISTING SURFACE WHERE t1 =
RECOVERING A⋅γ
LEVELLING IN
ENGINEERS OPINION BUT t1 > t2
PAYMENT OF ATB
PAYMENT CALCULATION
CASE FOR NEW ASPHALT LAYER
(IF ACCEPTED BY ENGINEER)
(1)
t1
t0 t1 NEW HRSS (A), HRSS (B) V x x UNIT PRICE
t0
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(2)
t1 NEW HRSS (A), HRSS (B) V x UNIT PRICE
t0
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(3)
NEW ATB t1
t1 t2 t0 V x x UNIT PRICE
t0
W
EXISTING SURFACE WHERE t1 =
RECOVERING A⋅γ
LEVELLING IN
ENGINEERS OPINION BUT t1 > t2
Sifat agregat dengan tingkat angularitas tertentu adalah untuk menjamin adanya friksi
internal agregat dan ketahanan terhadap terjadinya alur.
Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat suatu agregat kasar
berukuran lebih besar dari 4,76 mm (No.4), yang mempunyai satu atau lebih dari satu
bidang pecah.
Bidang pecah adalah bagian agregat yang terbuka yang memperlihatkan bagian dalam
agregat yang terpecah.
Tingkat angularitas agregat kasar memerlukan nilai minimum dan merupakan suatu fungsi
dari tingkat lalu lintas dan posisi campuran dari atas permukaan jalan.
Cara pengujian :
(1) Siapkan bahan yang bersih dan kering dan tertahan saringan No.4 sebanyak 0,5 kg.
(2) Pisahkan bahan yang tertahan diatas saringan No.4 dan singkirkan bahan yang lolos
No.4, kemudian timbang (B).
(3) Kumpulkan dan tentukan jumlah berat butir-butir agregat yang mempunyai fragmen
lebih dari satu bidang pecah (A).
A
X 100
B
Prosedur Marshall yang dimodifikasi ini pada dasarnya sama dengan metode Marshall
konvensional (menggunakan mould berdiameter 10,16 cm) namun karena campuran
beraspal ini menggunakan ukuran butir maksimum yang lebih besar dari satu inci maka
harus digunakan ukuran diameter, benda uji yang lebih besar pula (15,24 cm).
(a) Berat palu penumbuk 10,2 kg (22 lbs). Alat penumbuk mekanis digunakan sama
dengan untuk prosedur Marshall konvensional dengan tinggi jatuh 457 mm (18 inci).
(b) Benda uji dibuat menggunakan mould berdiameter bagian dalam 152,4 mm (6 inci)
dan tinggi 95,2 mm dan mempunyai pelat dasar berdiameter 149,5 mm (5,88 inci).
(c) Benda uji secara tipikal mempunyai berat sekitar 4 kg.
(d) Peralatan kepala penekan (breaking head) untuk pengujian dan mendudukan benda
uji secara proporsional lebih besar dari pada Marshall konvensional.
(e) Campuran dimasukkan ke dalam mould sebanyak kira-kira setengahnya sehingga
menjadi dua kali memasukkan agar terhindar terjadinya rongga dalam campuran.
(f) Jumlah tumbukan adalah 112 kali (untuk lalu lintas berat > 500.000 SST) dan
75 tumbukan (untuk lalu lintas rendah < 500.000 SST).
(g) Kriteria perencanaan harus diubah dimana Stabilitas minimum ditingkatkan 2,25 kali
sedang pelelehan 1,5 kali daripada ukuran benda uji normal (diameter 10,16 cm).
(h) Untuk mengkonversi terhadap stabilitas dan tebal 95,2 mm (3,75 inci) menjadi
standar, maka berikut ini diberikan angka konvensi :
Catatan : Penting untuk dicatat bahwa untuk keperluan menentukan rongga dalam
campuran pada kondisi kepadatan mutlak dianjurkan menggunakan alat
penumbuk getar. Hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya
pemecahan agregat dalam campuran bila digunakan penumbuk Marshall.
Untuk campuran Laston, kombinasi gradasi agregat dianjurkan tidak berimpit dengan
kurva Fuller. Kurva Fuller yang disajikan dalam Tabel 1 untuk campuran Laston yang
digunakan dalam Spersifikasi ini diperoleh dari rumus berikut :
0 , 45
⎛d⎞
p = 100 ⎜ ⎟
⎝ D⎠
Catatan : p = persentase bahan yang lolos saringan d.
D = ukuran butir terbesar (mm).
d = ukuran saringan yang ditinjau (mm).
Perhatikan bagaimana gradasi ini menghindari daerah terbatas melalui bagian bawah
daerah tersebut. Daerah atau zona terbatas juga dapat dihindari melalui bagian atas daerah
terbatas.
PAYMENT OF AC
PAYMENT CALCULATION
CASE FOR NEW ASPHALT LAYER
(IF ACCEPTED BY ENGINEER)
(1)
t1
t0 t1 NEW AC A or V x x UNIT PRICE
t0
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(2)
t1
t0
NEW AC
A or V x UNIT PRICE
SURFACE PREPARED
BY CONTRACTOR
(3)
NEW AC t1
t1 t2 t0 A or V x x UNIT PRICE
t0
W
EXISTING SURFACE WHERE t1 =
RECOVERING A⋅γ
LEVELLING IN
ENGINEERS OPINION BUT t1 > t2
Sesudah pemilihan rancangan nominal dan Rancangan Campuran akhir, komposisi bahan
peremaja dapat di-optimasi dengan tata cara berikut :
Langkah 1 (a) Kadar minyak berat (bunker oil) harus ditentukan memenuhi nilai
penetrasi dan daktilitas setelah Pengujian Thin Film Oven dan tidak
boleh lebih dari 70 % terhadap kadar aspal Asbuton.
(b) Kadar aspal minyak dalam campuran harus tidak kurang dari 1,5 % dan
harus cukup untuk menjamin bahwa persyaratan yang ditentukan untuk
total kadar aspal minimum dan kadar aspal efektif minimum terpenuhi.
(c) Kadar minyak tanah tidak boleh melebihi 12 % didalam Lasbutag dan
15 % dalam Latasbusir, terhadap total kadar aspal didalam campuran.
Kadar minyak tanah harus diatur untuk menjamin bahwa viskositas
gabungan bahan peremaja berada ditengah-tengah dari batas
Spesifikasi, dan memungkinkan penyelimutan butiran secara
menyeluruh dan merata.
Langkah 2 Apabila ketentuan yang ditetapkan untuk penetrasi dan daktilitas minimum
dari modifikasi residu aspal Asbuton dari pengujian Thin Film Oven tidak
terpenuhi, sumber minyak bakar harus diubah atau sebagian minyak bakar
diganti dengan flux oil aromatic sesuai dengan sifat yang yang disyaratkan
untuk minyak modifier berat.
Langkah 3 Bahan tambahan anti stripping harus digunakan apabila diperlukan agar
memenuhi kebutuhan yang disyaratkan untuk kekuatan minimum yang
tersisa dari Lasbutag setelah perendaman.
AFF Kadar filler Asbuton ditentukan dari gradasi % berat Asbuton kering
basah dari mineral Asbuton yang diekstraksi
BFF Persentase bahan agregat kasar yang lolos % berat agregat kasar
saringan 75 mikron
FFmin Kadar filler minimum dalam campuran yang % berat total campuran
ditentukan
FFAgg Kadar filler dalam total campuran yang berasal % berat total campuran
dari agregat kasar dan pasir
= SSFF + BBFF
100
K Jumlah proporsi agregat kasar dan pasir dalam % berat total campuran
campuran
Mmax Kadar modifier maksimum yang memenuhi % berat dari kadar bitumen
kriteria kadar cutter maksimum Asbuton dalam campuran
Mmin Kadar modifier minimum yang memenuhi % berat dari kadar bitumen
kriteria durabilitas Asbuton dalam campuran
I. PENDAHULUAN
Lasbutag merupakan bahan yang kompleks, yang perencanaannya harus dibuat dengan
cermat agar dicapai mutu dan kinerja yang tetap. Suatu metode resep rencana tidak akan
pernah memberi hasil yang memuaskan karena banyaknya variabel yang ada. Metode
ASDP untuk rencana campuran nominal Lasbutag mencakup variabel-variabel yang
paling penting tetapi penerapannya masih memerlukan perhitungan-perhiungan yang
cukup sulit untuk digunakan di lapangan.
Petunjuk ini menjelaskan metode rencana campuran nominal ASDP, langkah demi
langkah, bila mungkin menggunakan grafik untuk mengurangi seminimal mungkin
jumlah perhitungan tanpa mengorbankan ketelitian.
Petunjuk ini hanyalah membahas bagian pertama ddari unsur-unsur tersebut : rencana
campuran nominal. Sangat penting untuk diingat bahwa rencana campuran nominal
sama sekali tidak boleh dipakai langsung di lapangan. Resep yang digunakan di
lapangan harus ditentukan berdasarkan pemerikasaan laboratorium terhadap variasi
campuran nominal (unsur rencana (b) & (c)). Prosedur penentuan campuran nominal
tercantum dalam Spesifikasi dan akan dijelaskan secara rinci dalam Petunjuk 3 dari seri
ini.
B
bpc = (0,6 + 0,5 Wabc,ca) X b pc = %
100
AMAX + AMIN
2
100CA − KSca
B=
Bca − Sca
dan S=K–B
MMo
dimana K = 100 – - A - b ps
100
Kadang-kadang diperlukan campuran pasir
Untuk mencapai stabilitas campuran dari
Sifat-sifat lain yang memuaskan. Jika
Campuran pasir (atau Agreagat kasar)
Diperlukan, dimasukkan harga Sca (atau Bca)
aS
S1 = S1 = %
a+b
bS
S2 = S2 = %
a+b
45
ASBUTON MAKSIMUM DALAM CAMPURAN AImaks
40
35
(% berat total campuran)
30
25
20
15
10
5
0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5 1.7 1.9 2.1 2.3 2.5
30
← FFocc
28
FFocc = kadar filler dalam Campuran
ASBUTON MAKSIMUM DALAM CAMPURAN AIImaks
26
24 Total yang Berasal dari Agregat Kasar
dan Pasir (% Berat Total Campuran)
22
20
(% berat total campuran)
18 ←
16 ↑
14
→
↓
12 °
10 ±
8
6
4
2
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
30
Aff = 30 %
28
26 ← FFocc
ASBUTON MINIMUM DALAM CAMPURAN AIIMin.
24
22
20
(% berat total campuran)
18 ←
16
14
↑
12
10
→
8
6
4 ↓
2
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
30
Aff = 35 %
28
26
← FFocc
ASBUTON MINIMUM DALAM CAMPURAN AIIMin.
24
22
20
(% berat total campuran)
18
16
14 ←
12
↑
10
8 →
6
4 ↓
2
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
30
Aff = 40 %
28
26
← FFocc
ASBUTON MINIMUM DALAM CAMPURAN AIVMin.
24
22
20
(% berat total campuran)
18
16
14
←
12
10 ↑
8
→
6
4 ↓
2
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
30
Aff = 50 %
28
26
← FFocc
ASBUTON MINIMUM DALAM CAMPURAN AIIMin.
24
22
20
(% berat total campuran)
18
16
14
12
10 ←
8 ↑
6 →
4
↓
2
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
30
Aff = 60 %
28
26
← FFocc
ASBUTON MINIMUM DALAM CAMPURAN AIIMin.
24
22
20
(% berat total campuran)
18
16
14
12
10
←
8
↑
6
→
4
2
↓
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
32
7.2 = b tot
30
ASBUTON MAKSIMUM DALAM CAMPURAN AIIImaks
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
32
7.2 = b tot
30
ASBUTON MINIMUM DALAM CAMPURAN AIVmin
28
26
24
22
(% berat total campuran)
20
18
16 7.6 7.2
14
12
10
8
6
4
2
0
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
Contoh Asbuton berat minimal 32 kg harus diambil yang terdiri atas contoh-
contoh sedikit yang dikumpulkan dari titik-titik secara merata di seluruh
tumpukan.
Paling sedikit 10 contoh harus diambil dari titik-titik secara merata di seluruh
tumpukan. Masing-masing beratnya tidak kurang dari 32 kg dan harus diambil
dari satu tempat di tumpukan itu. Contoh yang sudah dicampur yang terdiri dari
Asbuton yang dikumpulkan dari beberapa tempat tidak boleh digunakan.
(a) Partikel yang besar harus dipecah sampai berukuran kurang dari 25 mm.
Seluruh contoh harus diaduk secara merata dan dipecah empat dengan
metode AASHTO T 284 untuk memperoleh contoh yang mewakili seberat
8 kg.
(b) Contoh seberat 8 kg yang mewakili itu harus diayak dengan saringan
12,5 mm dan proporsi yang tertahan harus dicatat.
(c) Bagian yang tertahan tersebut dipecah lagi sampai lolos saringan 12,5 mm
dan kedua bagian tersebut (yang tertahan dan lolos 12,5 mm) harus diaduk
sampai merata dan dipecah empat (AASHTO T 284).
(d) Paling sedikit dua bagian yang mewakili masing-masing seberat 2 kg harus
diambil untuk pemeriksaan dari setiap contoh seberat 32 kg dari tumpukan.
Briket harus dibuat sesuai dengan AASHTO T 245-82, kecuali untuk hal-hal berikut :
(1) Agregat dan Asbuton harus mengandung kadar air yang kira-kira terdapat di
lapangan pada saat pencampuran. Kadar air dari masing-masing bahan harus
ditentukan dan dicatat.
(3) Briket campuran harus dibuat pertama dengan mencampur agregat, kemudian
menambahkan dan mencampur bahan peremaja sampai semua partikel terselimuti
dan akhirnya menambahkan dan mengaduk asbuton benar-benar.
(4) Variasi campuran nominal harus diproses selama 6 hari pada suhu kamar.
Campuran-campuran pilihan dapat diperam untuk periode yang lebih lama jika
diperlukan untuk mencapai stabilitas minimum yang diperlukan atau untuk
menyelidiki pengaruh waktu pemeraman terhadap sifat-sifat campuran. Waktu
pemeraman yang sesungguhnya harus dicatat.
Panaskan contoh sampai 900 C dan segera padatkan dengan 200 tumbukan
pemadat Marshall pada masing-masing sisi.
Kadar cairan yang mudah menguap (air dan kerosen) dapat diperoleh dengan distilasi
(AASHTO T 110-70) atau dengan pengeringan (AASHTO T 255-75). Jika pengeringan
yang digunakan sumbu panas harus dari tungku berventilasi yang disetel pada 1100 C
dan waktu pengeringan harus 16 jam.
Kepadatan lapangan dari campuran Asbuton padat dapat ditentukan dengan metode
Sand Cone (AASHTO T 191-51). Untuk lapis yang kurang dari 100 mm tidak kurang
dari empat pemeriksaan harus dilakukan di setiap lokasi.
Pengeboran kurang cocok untuk Lapisan Lasbutag yang tipis dan baru dipadatkan.
SELEC
MIX DESIGN FRACTURES % OF TOTAL VARIATONS OF AGREGATE BLENDING
NOM
MIX BY WT
I II III IV V VI VII VIII
LAB-SIEVE CA
AGREGATE
DATA FA
MATERIAL DESEN. < 0 < 200 FF
ASBUTON
100 a
MINERAL
C. AGG. b
c
SAND 1 d
SAND 2 e
ASBUTON BITUMEN
MODIFIER M
PRECOAT BITUMEN Peff
TOTAL BITUMEN bTot
SAND 1
RATIO
SAND 2
CURING TIME (DAYS)
MODIFIER RECIPE
MATERIAL NOMINAL SELECTED SOURCE / DESCRIPTION
BUNKER OIL
PETROLEUM BITUMEN
HEAVY AROMATIC OIL
KEROSENE
ANTI STRIPPING ADDITIVE
OTHER
OR COMERCIAL TYPE
MODIFIER SOURCE
/ / / / / /
VARIATIONS OF
SELECTED MIXES
CUTBACK BITUMEN
IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX XXI
SAND 1
SAND 2
ASBUTON BITUMEN 1. ENTER WASHED GRADDING VALUE
CONTENT Ab 2. MIX DESIGN FRACTIONS CA, FA, FF CAN BE
Std. Dev RAPIDLY CALCULATED USING PROGRAM CDD-O7
% OF TOTAL ASBUTON (AVALABLE FROM BINA MARGA ON REQUEST)
BY WT WHICH IS PROGRAMABLE ON CASIO FX - 602P
ASTM-
AGGREGATE GRADING COMBINED AGGREGATE GRADING
SIEVE
SIZE a b c d e I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
3/4" 100
1/2" 100
3/8" 100
#4 100
#8 100
# 16 100
# 30 100
# 50 100
# 100 100
# 200 95
AGREGATE BLENDING
RATIO (% BY WEIGHT
a. ASBUTON MINERAL
AGGREGATE)
b
OF TOTAL
c
d
e
TOTAL AGGREGATE SURFACE AREA m2
LABORATORY :
CALCULATIONS CALCS. CHECKED APROVED
/ / / / / /
AGGREGAT
COMBINED AGGREGATE GRADING
SURFACE AREA
XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX FACTOR
1 x 0.41
x 0.41
x 0.82
x 1.64
x 2.87
x 6.14
x 12.29
x 32.77
a b c d e f g h I
V100 -V UxV REFER
NOTE 1
100 100 BELOW
NOTE :
1. B = (a + b + c + d + e)/ a b c d e
+ + + +
( OV) a ( OV) b ( OV) c ( OV) d ( OV) e
2. C = (a + b + c + d + e)/ a b c d e B
+ + + + +
( AFF)a ( AFF)b ( AFF)c ( AFF)d ( AFF)e 2
BRACKETTE WEIGHT
EFFECTIVE VOLUME BULK SP.
BULK 50 OF MAX 30 OFF
TOTAL AGG
30 OF TOTAL
COMBINED MIX
OF CACOM
BITUMEN AGG IN AIR IN WATER NET BITUMEN MIX
CONTENT%
A B C D E F G H J
REFER REFER 100 G
FROM FROM FROM
f+g+h NOTE 2 NOTE 3 100-A A E-F
+ LAB LAB LAB
BELOW BELOW C T H
MARSHALL COMPACTION BY
(delete one) NAME
A : 125 blow 2 of 500 C
SIGNATURE
A : 200 blow 2 of 900 C
DATE
AGG
OPTIMUM MARSHALL
AIR STABILITY FLOW SURFACE ABSOLUTE BITUMEN (%
AIRVOID CONTENT
VOIDS % (Kg) (mm) AREA By Wt of Tot Max)
% (Kg/mm)
m2/Kg
K P Q R
100(D-J) X-(F-R) M REFER T(100-A) 100 T
FROM
FROM LAB FORM LAS A = -
LAB
D 0.95 102 M /2 B D
/ / / / / / / /
TxJxQ
VOLUME OF VOODS
20 20
(%)
(%)
15 13.0 15
10 7.0 10
4.0
5 5
0 0
2500 STABILITY 2500 STABILITY
STABILITY (Kg)
2000 2000
MARSHALL
1500 1500
1000 1000
330
500 500
0 0
MARSHALL QUANTIENT
15 QUONTIENT 15 QUONTIENT
(kN//mm)
10 10
5 5
0 0
SPEC. RANGE SPEC. RANGE
POTENTIAL VOIDS/AIR
POTENTIAL VOIDS/AIR
VOIDS, STABILITY,
VOIDS, STABILITY,
QUOTIENT OF ALL
QUOTIENT OF ALL
PROPERTIES
PROPERTIES
FORM
LAS 4 FORM FOR ANALISYS OF MARSHALL TEST DATA FOR TRIAL LASBUTAG MIXISE
2. Pengujian Campuran
2.1 Umum
2.2 Peralatan
(b) Alat pencampur, lebih baik yang mekanis dan mampu menghasilkan
kemudahan pencampuran agregat, air dan aspal bila digunakan.
Pencampuran dengan tangan harus dilakukan dengan baik sehingga air
bitumen emulsi menyelimuti seluruh agregat secara merata.
2.3 Prosedur
19 – 12,5
12,7 – 9,5
9,5 – 4,75
4,75 – 0
Campuran yang terkelupas atau terlalu kaku pada saat pencampuran atau
tidak seluruhnya terselimuti dianggap tidak memuaskan.
(h) Ulangi langkah (f) dan (g) untuk masing-masing Kadar Bitumen Residual
yang harus diperiksa. Apabila campuran yang diperoleh nampaknya tidak
memuaskan, dalam hal penambahan emulsi, maka ulangi percobaan dengan
meningkatkan penambahan air atau dengan jenis emulsi yang berbeda.
Campuran-campuran yang tidak seluruhnya merata terselimuti atau
campuran baku dan tidak mudah dikerjakan, maka harus dianggap tidak
memuaskan.
Letakkan kaleng yang berisi tetesan tersebut ke dalam oven pada temperatur
100 0 C + 50 C dan keringkan hingga mencapai berat yang tetap. Tentukan
berat akhir dan hitung penetesan sebagi berikut :
(j) Setelah selesai pekerjaan penyelimutan dan penetesan, biarkan satu sampel
yang representatif dari campuran untuk dikering anginkan pada temperatur
udara (kipas angin listrik dapat digunakan untuk membantu pengeringan).
Campuran yang kering angin dinilai dengan diamati secara visual terhadap
persentase total luas permukaan agregat yang terselimuti dengan meterial
bitumen.
(k) Pemilihan bitumen cutback atau aspal emulsi untuk proyek, harus
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Kadar bahan pengikat yang dipilih harus merupakan nilai maksimum yang
memenuhi syarat-syarat (k) (i) hingga (k) (iii) dan juga harus memenuhi batas-
batas yang diberikan. Apabila nilai optimum yang diduga akan berkisar antara dua
nilai yang telah di tes maka satu campuran lagi harus disiapkan dan di tes.
(1)
t1
t0 t1 NEW ASPHALT COLD MIX V x x UNIT PRICE
t0
SURFACED PREPARED
BY CONTRACTOR
(2)
t1 NEW ASPHALT COLD MIX V x UNIT PRICE
t0
SURFACED PREPARED
BY CONTRACTOR