Anda di halaman 1dari 12

Naskah Dokumenter

NGALAH, NGALIH, NGABEKTI


oleh Saefudin

Page 01
daftar
ISI
Page 03 Page 04

logline resume
Page 05 Page 06 Page 07

seq 1 - sejarah seq 2 - kecer seq 3 - spiritualitas


Page 08 Page 09 Page 10

S Eq 4 - pe r s on ali tas mae stro seq 5 kota pendekar seq 6 - jurus silat
Page 11 Page 12

s eq 7- h i d up d an bang ki t seq 8 - pelopor perdamaian

Page 02
logline

Perguruan ini lahir dan tumbuh seiring perjalanan dan pergerakan Indonesia sebagai
sebuah bangsa. Saat awal berdiri, ia menjadi bagian dari perlawanan atas
penjajahan, perjuangan untuk Kemerdekaan. Ia juga pernah turut serta dalam upaya
penumpasan "pemberontakan". Kini zaman menggerakkan Persaudaraan Setia Hati
Tunas Muda Winongo untuk menjadi pelopor perdamaian dan perekat persatuan.
Perguruan ini menjadi matang bukan hanya lantaran usianya yang terbilang tua, tapi
juga karena keberadaan figur maestro yang berani memimpin perguruan ini melewati
berbagai ujian dan rintangan, yang dengan setia dan sabar menjaga dan
memelihara nilai perguruan: "Ngalah, Ngalih, Ngabekti".

Page 03
resume

Agus Wijono mewarisi kepemimpinan perguruan silat Ia kerap harus menjelajahi hingga jauh ke pelosok tanah air
bernama Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo agar saudara-saudara seperguruan tidak harus pergi ke
(PSHW) dari Kakaknya yang wafat tahun 2015. Warga Madiun untuk menjalani proses kecer. "Demi meringankan
perguruan memanggilnya sebagai Bapak Pengasuh. beban, supaya tidak membuah susah saudara-saudara di
Sebelumnya ia menerima wasiat dari alm. Eyang Soewarno, daerah lain. Saya senang dan ikhlas menjalaninya," ujarnya.
Bapak Pengasuh kedua yang isinya, "apabila kamu
memberikan air kepada saudaramu ataupun yang lainnya, Sebagai pengasuh, Agus berupaya setia menjaga spirit dan
air itu harus bersih dan ikhlas. Jangan lah kamu memberikan nilai yang menjadi ajaran perguruan: Ngalah, Ngalih,
air yang kotor.” Ngabekti. Kesetiaan pada spirit dan nilai itulah yang
membuat perguruan ini bisa bertahan dan berkembang
Agus berupaya memegang teguh wasiat ini dan seperti saat ini.
berkomitmen menjalankan amanah tersebut dengan ikhlas
hingga nafas terakhir. Di Madiun, PSHW tidak sendiri. Ada banyak perguruan lain
berbasis di kota ini. Agus ingin, Winongo bisa menjadi pelopor
Hampir setiap minggu ia memimpin Kecer, prosesi inisiasi perdamaian. Film ini akan memotret bagaimana Agus dan
calon anggota perguruan. Memimpin prosesi itu tidak hanya perguruan yang ia pimpin mewujudkan harapan tersebut.
ia jalani secara rutin di Madiun, kota kelahiran perguruan.

Page 04
sequence 1
SEJARAH
Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo Madiun berdiri pada tahun 1903 di kampung
Tambak Gringsing, Surabaya, Jawa Timur. Kala itu masih bernama “SEDULUR TUNGGAL KECER –
LANGEN MARDI HARDJO” (STK). Pendirinya adalah Ki Ngabehi Soerodwirjo (Eyang Suro) yang
memiliki nama kecil Mas Muhammad Masdan. Permainan seni pencak silatnya kala itu bernama
JOYO GENDILO. Muridnya hanya 8 orang, namun hanya 3 nama yang tercatat, yakni Noto, Gunadi
(adik kandung Ki Ngabehi Soerodwirjo) dan Kenevel, seorang berkebangsaan Belanda.

Pada tahun 1915 nama permainannya berubah menjadi “Djojongendelo Cipto Muljo”.
Keberadaannya menjadi populer setelah pada tahun 1917 menggelar demonstrasi pencak silat
terbuka di alun-alun Madiun. Tahun 1917 Ki Ngabehi Soerodwirjo mengganti nama perguruan dari
STK menjadi PERSAUDARAAN SETIA HATI.

Sejak tahun 1964, SH mengalami kemunduran. Sebagian besar anggota SH banyak yg lanjut usia,
sementara anggota baru sangatlah minim. Satu persatu anggota yang sudah sepuh meninggal
dunia. Jika dibiarkan terus-menerus maka SH lambat laun akan mengalami kepunahan. Untuk
menghindari hal itu, Soewarno, murid kesayangan Eyang Suro merasa terpanggil untuk
mengaktifkan Persaudaraan Setia Hati. Ia secara aktif mengajak para pemuda bergabung ke
dalam perguruan. Gerakan untuk mengajak para pemuda bergabung itu ia namakan Tunas
Muda. Dengan terbangunnya Tunas Muda, diharapkan “Setia Hati yang akan bersinar kembali”.
Maka pada 15 Oktober 1965, nama perguruan berubah menjadi Persaudaraan Setia Hati Tunas
Muda Winongo Madiun. Bapak Pengasuh sebagai subjek utama dalam dokumenter ini, bersama
dengan 1-2 orang saudara sepuh akan menjadi penutur cerita di bagian ini.

Page 06
sequence 2
KECER
Ajaran dan ilmu silat yang ada dalam Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW) hanya boleh
diketahui dan diajarkan kepada mereka yang telah menyandang predikat sebagai “saudara”.
Karena itu mereka yang ingin bergabung dan menimba ilmu di PSHW, darimana pun asalnya
harus terlebih dulu menjalani prosesi bernama kecer. Dengan dikecer maka ia baru bisa disebut
sebagai “saudara” atau “wong jero” (orang dalam).

Kecer menjadi kekhasan dan pembeda antara PSHW dengan perguruan silat lain yang ada di
Madiun. Ia menjadi semacam idiologi tersendiri di dalam PSHW. Tidak hanya berfungsi menjaga
kemurnian ajaran, kecer juga menjadi alat untuk membentuk ikatan lahir dan batin yang kuat di
antara sesama anggota perguruan, menyatukan mereka dalam semangat “Satu Rasa, Satu
Jiwa, untuk Saudara”.

Sebelumnya, prosesi kecer hanya digelar di Madiun. Dari manapun asal calon anggota, dari
mancanegara sekalipun, maka ia harus mengikuti prosesi kecer di padepokan PSHW yang
berada di kota Madiun. Namun kini, kecer bisa digelar di daerah terpencil yang berada di luar
pulau Jawa. Agus Wijono sebagai Bapak Asuh punya alasan tersendiri terkait hal ini.

Pada bagian ini, penonton akan diajak untuk mengikuti perjalanan Bapak Asuh yang penuh
perjuangan dan pengorbanan guna memberikan kecer bagi para "calon saudara" di pelosok
tanah air. Selain itu, dokumenter ini juga akan mengajak penontonnya untuk menyelami
perjalanan dan perjuangan seorang "calon saudara" yang berangkat ke Madiun untuk mengikuti
prosesi kecer.

Page 05
sequence 3
SPIRITUALITAS
Bergabung dengan PSHW adalah bukan semata memilih jalan mengolah raga, atau jalan untuk
merajut persaudaraan, tapi juga jalan pencarian akan ilmu dan kebathinan, sebuah
pengembaraan spirtualitas. Pendirinya telah meletakan dasar spiritualitas bahwa jalan menuju
ilmu adalah jalan menuju surga. Tujuan utama perguruan ini berdiri adalah mengolah raga dan
mengolah batin untuk mencapai keluhuran budi guna mendapat kesempurnaan hidup,
kebahagiaan serta kesejahteraan lahir batin, dunia dan akhirat.

Para saudara sepuh meyakini, spiritualitas ini terasa mengendur dalam beberapa waktu terakhir.
Mereka juga beranggapan, masalah sosial yang timbul belakangan ini akibat munculnya
gesekan antara saudara PSHW dengan saudara dari perguruan lain dikarenakan terabaikannya
spiritualitas yang menjadi inti ajaran perguruan. Di bagian ini, Bapak Pengasuh dan para
sesepuh akan mencoba mengingatkan dan menguatkan kembali spiritualitas tersebut.

Tentang 6 Perkara Pokok Perikehidupan yang harus diamalkan, yaitu Persatuan, Persamaan,
Persaudaraan, Kemerdekaan, Tolong-menolong, dan Musyawarah. Para saudara sepuh juga
akan menyampaikan narasi tentang apa itu syariat, Thariqat, Hakikat dan Makrifat yang menjadi
inti ajaran perguruan ini. Tentang bagaimana semestinya seorang mengolah rasa dan terus
mengasah ketajaman dan kedalaman bathin karena sejatinya, menjadi seorang pendekar itu
bukan untuk ditakuti, tapi untuk disegani. Seseorang yang memiliki jiwa besar, sabar dan ikhlas
karena menerapkan dan memelihara nilai perguruan: Ngalah, Ngalih, Ngabekti.

Page 07
sequence 4
PERSONALITAS MAESTRO
Ada kesamaan kesan tentang Agus Wijono di mata adik, istri dan saudara seperguruan, yakni
sabar. Sabar menghadapi segala macam masalah, tudingan, hingga fitnah. Bagi saudara
seperguruan, Agus dikenal tidak hanya sebagai panyabar, namun juga humoris, suka guyon. Ia
kerap memilih mengesampingkan kepentingan pribadinya demi kepentingan yang lebih besar.
Berbagai tawaran menarik di dunia politik dan bisnis kerap ia terima. Namun demi kerukunan,
kedamaian dan kelanggengan perguruan, tawaran itu ia tepis dengan elegan.

Di rumah, Agus Wijono dikenal sebagai penyayang kucing. Ia juga senang menyanyikan
tembang-tembang lawas. Kedua putrinya kerap diajak bernyanyi bersama. Jika libur, Malang,
Tawangmanggu, dan Sarangan menjadi pilihan baginya untuk melepas kepenatan bersama
keluarga tercinta. Gazebo kecil di rumahnya menjadi saksi, betapa ia sangat mencintai
perguruan ini. Jika keesokan harinya akan ada kegiatan PSHW, tengah malam, di Gazebo kecil itu,
Agus sering terlihat merenung.

Bagi adiknya, Agus Wijono adalah kakak yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia hampir tidak
memiliki masalah dengan tetangga. Setelah tamat SMA, Agus merantau ke Jakarta sehingga
tidak banyak waktu yang ia habiskan bersama adik-adiknya. Kepulangannya ke Madiun setelah
merantau di Jakarta disambut gembira keluarga, termasuk almarhum Eyang Suwarno yang
merasa terbantu dalam mengurus perguruan. Ia dianggap punya kemiripan yang kuat dengan
almarhum Eyang Suwarno, baik fisik pun karakter.

Melalui saudara sepuh, istri dan adik, bagian ini akan bercerita tentang sisi personal Agus Wijono.

Page 09
sequence 5
KOTA PENDEKAR
April 2021, kota Madiun resmi berjuluk Kota Pendekar. Wali Kota Madiun Maidi mengatakan
pemilihan julukan tersebut sudah melalui berbagai kajian yang melibatkan pegiat seni
paguyuban pencak silat kota dan provinsi, bahkan Masyarakat Pencak Silat Indonesia (Maspi)
Kota Madiun. Pemberian julukan Kota Pendekar ini diharapkan bisa menginjeksi semangat baru
bagi masyarakat maupun Pemerintah Kota Madiun.

Julukan Kota Pendekar yang disematkan pada kota Madiun ini tidak terlepas dari keberadaan
Perguruan Setia Hati Winongo (PSHW), sebagai salah satu perguruan silat terbesar di tanah air
yang berbasis di kota Madiun. Perguruan silat yang memiliki 1,7juta anggota yang tersebar tidak
hanya di Indonesia namun juga hingga ke mancanegara.

Maidi sebagai pemimpin kota yakin julukan baru ini akan membuat Madiun lebih dikenal dan
berharap menjadi contoh pendekar yang santun, amanah, rendah hati, dan saling menghormati
sesama perguruan untuk menghadirkan Kota Madiun yang aman dan tenteram.

Di bagian ini, Maidi sebagai walikota akan menceritakan alasan dan memberikan gambaran
latar belakang mengapa Madiun kini berjuluk Kota Pendekar. Selain itu, para saudara sepuh juga
akan memberikan pandangannya terkait hal ini.

Page 08
sequence 6
JURUS SILAT
Tingkatan Silat di Persaudaraan Setia-Hati Winongo terdiri dari Silat Pertama, Silat Madya dan Silat Tertinggi. Untuk bisa
naik dari satu tingkatan ke tingkatan di atasnya, maka harus melalui ujian. Pada tingkatan pertama, jika seseorang telah
menyelesaikan latihan-latihannya akan mengikuti tes mengenai 43 jurus silat pertama, 13 macam tendangan dubel, 13
macam pukulan dubel, 19 macam pasangan lengkap, beberapa sambung bebas, dengan dan tanpa senjata.

Tahap awal keanggotaan PSHW diajarkan ilmu kerohanian sebagai dasar. Memberikan gambaran tujuan dan maksud
ilmu Setia Hati, yakni: “Menuju kesempurnaan hidup melalui jalan tuhan. Kareena itu, selain tes berupa penguasaan jurus-
jurus, tes tingkat pertama juga meliputi uji kerohanian. Saudara-saudara seperguruan diminta membuktikan dengan
tingkah-laku dan budi bahasanya dalam kehidupan masyarakat, serta dapat menjadi contoh, cermin, dan teladan baik
bagi masyarakat. Hal ini harus dibuktikan oleh kesaksian segenap saudara, orangtua dan masyarakat. Jika bisa
menyelesaikan ujian di tingkat ini, maka ia akan diberi julukan “AA tingkat I” yang berarti dia dapat benar-benar
dipercaya (Kalebu wong sing keno dipercoyo).

Pada tingkat kedua, warga harus mengikuti kecer ke dua. Biasanya dilaksanakan di bulan Muharam, orang Jawa
menyebutnya bulan Suro. Ada tiga butir sumpah melengkapi sepuluh sumpah saat tingkat satu. Artinya semakin tinggi
tingkatan, semakin banyak batasan-batasan yang harus dilaksanakan. Warga tingkatan dua berhak menyandang gelar
Al Amin (AA) yang berarti orang yang jujur. Untuk mencapai “AA tingkat II” harus menyelesaikan jurus keramat, praktek
senjata krambik, pernafasan, menjadi contoh dan tauladan baik bagi saudara-saudara seasuhan, berakhlak tinggi, tidak
melakukan perbuatan tercela serta tidak ingkar. Tingkatan berikutnya adalah “AA Tingkat III”. Untuk mencapai level ini
harus menyelesaikan semua pelajaran tingkat tertinggi di dalam Persaudaraan Setia-Hati Winongo.

Pada tahap ke-tiga, warga PSHW kembali diambil sumpah. Terdapat tiga butir sumpah yang melengkapi tiga belas
sumpah sebelumnya. Ilmu Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo tidak ada habisnya. Setelah menjadi warga
tingkat tiga dan bergelar Al Amin II, saudara harus semakin baik dalam tingkah laku, perbuatan, amalan, dan ibadahnya.
Seperti ajaran menuju jalan Tuhan yang tidak pernah mengenal kata ujung.

Maestro Bapak Pengasuh dan Saudara Sepuh akan menjelaskan dan menceritakan sequence ini.

Page 10
sequence 7
HIDUP DAN BANGKIT
Saat awal membangkitkan kembali perguruan yang sempat redup karena masalah regenerasi
di tahun 1964, kondisi PSHW bisa dibilang miris. Para saudara sepuh menceritakan kondisi
perguruan saat ini yang berjalan apa adanya, sangat sederhana. Padepokan tempat berlatih
tidak memiliki penerangan dan berlantai tanah. Latihan pun kerap digelar bergiliran dari rumah
ke rumah. Meski begitu, dengan segala keterbatasan, almarhum Bapak Soewarno tetap
menunjukkan semangat. Bahkan ia sampai harus menjual perhiasan istrinya agar perguruan
bisa memiliki tanah sendiri sebagai padepokan.
Bapak Soewarno selalu berpesan, “yang penting itu rohani, pencak silat hanya untuk daya tarik.
Itu jadi yang nomor 2. Pendekar itu harus punya jiwa besar dan sabar.”

Pesan itulah yang senantiasa diajarkan hingga ke generasi saat ini, yang membuat PSHW
langgeng meski badai fitnah tidak pernah berhenti menerpa. Pesan itu pula yang membuat
PSHW bisa menjaga diri dan sikap di dalam menyikapi berbagai godaan, termasuk godaan
politik. Agus Wijono, Bapak Pengasuh saat ini berujar, daripada masuk politik, lebih baik kita
meng-SH kan politik.

Fitnah yang senatiasa dihembuskan hingga saat ini adalah, PSHW itu STK alias Sisa Tentara
Komunis. Belum lagi fitnah-fitnah lainnya. Namun dengan berbekal jiwa besar dan sabar,
perguruan silat yang mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai luhur ini harus bangkit dan terus
hidup. Tidak peduli apapun fitnah yang terus dihembuskan kepadanya.

Di sequence ini, Bapak Pengasuh dan para Saudara Sepuh akan menceritakan pengalaman
mereka bahwa pesan almarhum Bapak Soewarna penting untuk senantiasa dijaga demi
keberlangsungan perjalanan perguruan ini.

Page 09
sequence 8
PELOPOR PERDAMAIAN
Antara tahun 1980-an hingga awal 2000an, anggota Perguruan Setia Hati Terate dan Perguruan Setia Hati
Tunas Muda Winongo berulangkali bentrok di berbagai kota di Jawa Timur. Pemicunya beragam.
Umumnya karena provokasi masing-masing pihak. Sejumlah korban sudah berjatuhan dari keduanya.
Kerugian material sudah tidak terhitung, baik dari kelompok yang bertikai, maupun warga Madiun yang
sama sekali tidak terkait rivalitas kedua perguruan tersebut. Padahal sanad keilmuan kedua perguruan ini
bersumber dari guru yang sama: Eyang Suro. Label pendekar dimaknai sekedar adu kuat, adu nyali, adu
wani, dan adu ego.

Setiap memasuki bulan suro, banyak warga Madiun dan sekitarnya was-was. Mulai dari warga biasa,
aparat pemerintah lokal hingga aparat keamanan. Suasana kota Madiun dan sekitarnya menjadi tidak
nyaman. Digeluti kegelisahan. Ini bulan akbar bagi dua perguruan. Di bulan ini biasanya mereka
memobilisasi anggota. Tumplek blek kumpul di Madiun. Kala itu di Madiun, Suro atau Muharam seolah
menjadi bulan perang, padahal Islam sendiri mengharamkan perang di bulan tersebut.

Itulah sejarah buram rivalitas dua perguruan yang hendak ditinggalkan oleh Bapak Agus sebagai
Pengasuh Perguruan. Ia justru sangat menginginkan saudara-saudara PSHW menjadi pelopor
perdamaian yang bisa mendukung terciptanya kondisi sosial, ekonomi dan politik yang kondusif di kota
Madiun dan sekitarnya. Karena itu di era kepemimpinannya, ia aktif terlibat dalam setiap kegiatan yang
mendorong terciptanya situasa aman dan tenteran di kota Madiun dan sekitarnya.

Di sequence ini ia akan bercerita tentang harapannya akan hal ini, apa upaya yang sudah dan akan ia
lakukan guna mewujudkan harapannya. Cerita akan diperkuat oleh pesan-pesan moril dan spirituil dari
para saudara sepuh. Kita juga akan mendengar kesaksian dari para saudara yang pernah terlibat dalam
“perseteruan” tersebut.

Page 10

Anda mungkin juga menyukai