Anda di halaman 1dari 6

1

CHAPTER 9

ACCOUNT RECEIVABLES

Bab 9 ini akan fokus pada penilaian piutang (Valuing Receivable) pada saat pembuatan
laporan kuangan. Piutang perusahaan berasal dari penjualan yang dilakukan secara kredit
atau perusahan meminjamkan sebagaian dananya ke pihak lain. Piutang perusahaan dapat
berupa account receivable, note receivable, employee receivables dan lain-lain. Piutang
kepada pelanggan atas penjualan kredit disebut piutang dagang (Account Receivable),
Adapun piutang yang biasanya ada imbal hasil, misalnya pada sistem konvensional adalah
bunga, disebut note receivable. Bab ini hanya akan berfokus pada piutang dagang atau
account receivables.

Pengakuan Piutang (Recognizing Receivable)

Piutang dagang terjadi pada saat perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Nilai yang
dicatat adalah nilai yang dapat ditagih pada saat terjadinya piutang dagang atau sebesar
harga jual barang yang dijual ke konsumen.

Perhatikan Ilustrasi 1 dibawah ini.

Pada tanggal 13 Maret 2020 PT A menjual 100 unit inventory dengan harga jual per unit
$500, sedangkan harga beli (cost) inventory tersebut adalah $300 per unit. Penjualan
dilakukan dengan terms 2/10, n/30 FOB Shipping points.

Berdasarkan transaksi tersebut maka kita dapat mengetahui transakasi tersebut dilakukan
secara kredit sehingga jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Date Account Dr Cr
13-Mar Account Receivable 50.000
Sales 50.000
COGS 30.000
Inventory 30.000

Dari transaksi tersebut, perusahaan mengakui adanya piutang dagang (account receivable)
yang akan dilaporkan pada laporan posisi keuangan/ neraca (statement of financial
position/ balance sheet), yaitu pada klasifikasi aset lancar (Current Asset).

Penilaian piutang (Valuing Receivable)

Perhatikan ilustrasi 1 di atas terkait penjualan kredit PT A tanggal 13 Maret 2020.


Sekarang asumsikan bahwa penjualan tersebut merupakan satu-satunya penjualan secara
kredit yang terjadi pada bulan maret dan sebelumnya tidak ada saldo awal untuk akun
piutang.

Chapter 9: Account Receivable


Tazkia Institute
2

Pertanyaannya apakah nilai piutang yang tercantum dalam laporan keuangan akan sama
dengan nilai tersebut? Ataukah perlu penyesuaian? Jika perlu, apa dan mengapa
disesuaikan?

Coba ingat kembali definisi aset dan expense berikut ini:

Aset adalah setiap sumberdaya yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan dan dapat
memberikan manfaat di masa yang akan datang.

Expense adalah segala sesuatu yang telah kita terima manfaatnya atau telah habis
manfaatnya atau tidak mampu mendatangkan manfaat di masa yang akan datang.

Mungkinkah piutang menjadi expense? Jawabannya adalah ya mungkin karena beberapa


piutang yang dimiliki perusahaan mungkin saja tidak dapat tertagih oleh perusahaan
dengan beberapa alasan. Misalnya konsumen kita mengalami kebangkrutan usaha sehingga
tidak mampu lagi membayar piutangnya, seperti dalam masa pandemic covid-19 sekarang
ini. Atau karena adanya bencana alam misal seperti tsunami di Aceh, gempa bumi di
Yogjakarta yang mengakibatkan beberapa perusahaan hilang karena bencana alam
tersebut. Hal-hal tersebut menyebabkan piutang juga memiliki risiko untuk menjadi
expense jika terjadi kemungkinan tidak tertagih dari piutang tersebut.

Karena piutang juga memiliki risiko untuk tidak tertagih maka perlu ada penyesuaian
nilai piutang sebelum disajikan dalam laporan keuangan. Metode yang digunakan dalam
menyesuaikan nilai piutang adalah Allowance method, metode ini mengharuskan
perusahaan untuk membuat cadangan (allowance) piutang yang mungkin tidak tertagih
setiap akhir periode. Cadangan piutang tersebut dicatat dengan akun Allowance for
doubtful account (AFDA) dan merupakan contra account dari piutang. Maksud contra
account adalah jika account receivable (AR) berada di debit, maka AFDA di kredit dan
dilaporkan di aset sehingga dalam penyajiannya dalam laporan keuangan akan mengurangi
nilai piutang tersebut.

Perhatikan ilustrasi Laporan posisi keuangan sebagai berikut:

PT A
Statement of Financial Position at
December 2019
Aset Liabilites

Cash 120.000 Account Payable 2.500

Piutang 70.000 Salaries Payable 1.000


Less: Allowance for doubful
account (500) Note Payable 7.500

Chapter 9: Account Receivable


Tazkia Institute
3

Supplies 1.500 Bonds Payable 75.000

Prepaid Insurance 2.400 Total Liabilites

Equipment 50.000 Owner's Equity

Less: Acc Deprec_Equpment (400) A's Capital 276.500

Building 120.000

Less: Acc Deprec_Building (500)


Total Libilities & Owner's Total Asset 362.500
Equity 362.500

Bagaiman cara menentukan atau menghitung nilai perkiraan piutang tidak tertagih?

1. Menggunakan dasar penjualan kredit yang terjadi pada periode penghitungan


piutang tidak tertagih (Percentage of Sales)
2. Menggunakan dasar piutang yang dimiliki oleh perusahaan (Percentage of
Receivable)

Perhatikan Ilustrasi 2 di bawah ini untuk penghitungan dengan dasar penjualan kredit
tersebut:

Pada tahun 2019 PT A memiliki total penjualan kredit (credit sales) senilai $1.700.000.
berdasarkan analisis yang dilakukan oleh tim manajemen bahwa 2% dari penjualan kredit
tersebut memiliki potensi untuk tidak tertagih. Maka nilai cadangan piutang yang tidak
tertagih dengan menggunakan dasar penjualan kredit adalah senilai Rp34.000
(2%*Rp1.700.000). Bagaimana mencatat nilai tersebut? Jurnal yang harus dibuat untuk
mencatat cadangan piutang tidak tertagih adalah sebagai berikut:
Date Account Dr Cr
31-Des Bad Debt Expense 34.000
AFDA 34.000

Perhatikan ilustrasi 3 dibawah ini untuk penghitungan dengan dasar piutang yang dimiliki
perusahaan:

Pada tahun 2019 PT A memiliki daftar piutang sebagai berikut:

Chapter 9: Account Receivable


Tazkia Institute
4

No Nama Konsumen Total Piutang ($)

1 Ari 3.000
2 Adi 5.000
3 Yuda 7.500
4 Zen 4.000
Total 19.500

Asumsikan bahwa saldo awal AFDA PT A adalah $100 dan berada di sisi kredit.

Ketika perusahaan memilih untuk menghitung cadangan piutang tidak tertagih dengan
dasar piutang (percentage os receivable) maka yang harus dilakukan oleh perusahaan
adalah mengelompokkan piutang-piutang tersebut sesuai dengan umur piutangnya
kemudian baru membuat estimasi ketidaktertagihan masing-masing piutang berdasarkan
umur piutang tersebut. Perhatikan tabel di bawah ini yang merupakan pengelompokkan
piutang dari konsumen PT A berdasarkan umur piutang.

Tabel 1. Estimasi Piutang Tidak Tertagih (Aging Schedule)

Number of Days Past Due


Total Not Yet
No Nama Konsumen Over
Piutang Due
1-30 31-60 61-90 90

1 Ari 3.000 3.000

2 Adi 5.000 2.000 3.000

3 Yuda 7.500 1.500 6.000

4 Zen 4.000 2.000 2.000

Total 19.500 6.500 6.000 3.000 2.000 2.000


Estimasi % tidak tertagih 1% 2% 3% 4% 5%
Estimasi piutang tak
tertagih (AFDA) 455 65 120 90 80 100

Berdasarkan tabel tersebut maka estimasi piutang tidak tertagih (AFDA) pada tahun 2019
adalah $455. Kemudian dihitung lagi berapa AFDA yang terjadi di tahun 2019 maka perlu
dilihat berapa saldo awal dari AFDA tersebut. Perhatikan buku besar AFDA dibawah ini:

Chapter 9: Account Receivable


Tazkia Institute
5

Tabel 2 Ledger AFDA 2019 AFDA


Explanation Dr Cr
Saldo awal 100
AFDA 2018 355
Saldo Akhir AFDA 455

Dari ledger di atas dapat dilihat bahwa AFDA yang akan dijurnal pada jurnal penyesuaian
tahun 2019 adalah hasil pengurangan dari AFDA dari tabel piutang tidak tertagih
(perhitungan di tabel) dengan saldo awal AFDA, yaitu sebesar $355 ($455-$100). Hal ini
dikarenakan nilai AFDA yang berasal dari tabel 2 adalah AFDA keseluruhan yaitu AFDA
sebelum tahun 2019 ditambah dengan AFDA yang terjadi pada tahun 2019. Hal ini karena
AFDA dihitung dari piutang yang merupakan akun real dan nilainya merupakan gabungan
dari keseluruhan piutang yang dimiliki oleh perusahaan baik piutang yang terjadi pada
tahun 2019 maupun piutang yang terjadi sebelum tahun 2019.
Sehingga jurnal yang perlu dibuat untuk pengakuan piutang tidak tertagih pada tahun
2019 dengan menggunakan perhitungan atas dasar piutang adalah sebagai berikut:
Date Account Dr Cr

31-Des Bad Debt Expense 355 AFDA


355

Saldo AFDA mungkin berada di sisi debit jika jumlah antara cadangan piutang raguragu
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah piutang yang dihapus oleh perusahaan. hal ini dapat
terjadi dikarenakan adanya bencanya yang luar biasa masif dan berlaku global.

Penghapusan Piutang

Pencadangan piutang tidak berarti ada piutang konsumen perusahaan yang telah dihapus.
Pertanyaannya apakah piutang perusahaan mungkin dihapus? Pada kondisi apa piutang
tersebut harus dihapus dari neraca perusahaan?

Pada kondisi-kondisi tertentu misalnya konsumen perusahaan tidak dapat dilacak


keberadaanya karena bencana alam, meninggal atau kabur dan tidak dapat dilacak maka
perusahaan boleh menghapuskan piutang konsumen tersebut.
Misal pada Ilustrasi 3 diatas untuk kasus PT A, konsume PT A bernama Zen sudah tidak
dapat diketahui keberadaannya, dan pada tanggal 4 Februari 2020 PT memutuskan untuk
menghapus (write off) piutang Zen senilai $4.000. Maka jurnal yang dibuat untuk
penghapusan piutang tersebut adalahsebagai berikut:

Date Account Dr Cr

Chapter 9: Account Receivable


Tazkia Institute
6

4 Feb 2020 AFDA 4.000 Account Receivables


4.000

Recovery Piutang
Mungkinkah piutang yang telah dihapus (write off), kemudian dibayar oleh konsumen
yang bersangkutan. Hal ini mungkin saja terjadi dan ketika perusahaan mengalami
kejadian ketika konsumen yang telah dihapus piutangnya dan di kemudian hari membayar
utang tersebut hal ini disebut dengan recovery piutang. Perusahaan harus memunculkan
kembali piutang konsumen tersebut kemudian baru mencatat jurna pembayaran piutang.

Perhatikan Ilustrasi 4 dibawah ini.

Pada tanggal 20 Juni 2020 Zen selaku konsumen PT A yang memiliki piutang dan telah
dihapus piutangnya pada tanggal 4 Februari melakukan pelunasan piutang senilai $4.000.
maka jurnal yang harus dibuat oleh PT A atas pelunasan piutang tesebut adalah sebagai
berikut:

Date Account Dr Cr Keterangan


20 Juni 2020 Account Receivable 4.000 Untuk menjurnal
recovery piutang
AFDA 4.000
Cash 4.000 Untuk menjurnal
Account Receivable 4.000 pembayaran piutang

Chapter 9: Account Receivable


Tazkia Institute

Anda mungkin juga menyukai