Anda di halaman 1dari 10

Review totto chan

I. Identitas Buku
Judul asli : Totto-chan, The Little Girl At The Window
Judul terjemahan : Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela
Penulis asli : Tetsuko Kuroyanagi
Alih bahasa : Widya Kirana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 272 halaman
Cetakan : Ke-3, September 2003
ISBN : 979-22-0234

II. Pratinjau
Penuh humoris!!!
Itulah kesan pertama yang dapat saya katakan setelah membaca novel yang
berjudul “Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela” yang di tulis oleh “ Tetsuko
kuroyanagi”. Sebuah pengalaman hidup yang nyata, deskripsi yang diberikan
penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada di sana.

Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang
ketiga. Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan
nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang
penulis juga menjelaskan teman-temanya di masa kanak-kanak yang masih lekat
dalam ingatanya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.

Kepiawaian penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya


sebagai seorang anak-anak meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah
kembali ke masa kanak-kanaknya dan becerita kepada para pembaca dengan
begitu lancarnya.

Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari
kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih
duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan. Bagaimana apabila
saat itu sang ibu malah menyahkan Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu
bersemangat dan menjalani hari dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah
di Tomoe Gakuen! Sebagai pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu
semangat dan tidak sabar menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah?

III. ISI

Unsur Intrinsik
Tema:
- Tema dari novel ini sangatlah menarik, yaitu Pendidikan.

Alur:
- Maju mundur (Kejadianya seminggu yang lalu. Mama dipanggil wali kelas Totto-
chan yang langsung berbicara tanpa basa- basi.”Purti anda mengacaukan kelas
saya. Saya terpaksa meminta anda memindahkan ke sekolah lain.”(GCJ.12))

Penokohan/perwatakan:
 Totto-chan
- Periang (Katanya, “ sekolah asyik sekali! Mejaku di rumah ada lacinya yang bisa
ditarik, tapi meja di sekolah ada tutupnya yang bisa dibuka ke atas. Meja itu seperti
peti, dan kita bisa menyimpan apa saja di dalamya. Keren sekali!”(GCJ. 13))
- Sopan ( sambil membungkuk memberi hormat, Totto-chan bertanya dengan penuh
semangat, “ Bapak ini apa, kepala sekolah atau kepala stsiun?”GCJ.24)
- Polos ( Wataknya yang periang dan terkadang suka melamun, membuat Totto-
chan berpenampilan polos. (GCJ.27))
- Cerdik ( Lagu pula Mama dan guru wali kelasnya yang dulu pasti heran kalau
tahu ada anak umur tujuh tahun yang bisa menemukan bahan obrolan untuk
diceritakan selama empat jam penuh tanpa henti. (GCJ.27))
- Perhatian ( Hari itu Totto-chan menyuruh semua anak di sekolah menggigit kulit
kayunya sedikit. Tak satu anak pun merasa kulit kayu itu pahit, artinya mereka
semua sehat.Totto-chan senang sekali.(GCJ.210))
- Lucu ( Dengan riang Totto-chan menyusup masuk dan keluar, menggali lubang
di bawah pagar kawat berduri. Tak heran, celana dalamnya selalu robek-robek.
(GCJ.114))
- Ceriwis ( Setiap malam Totto-chan ceriwis menceritakan pengalamanya di
sekolah. Ia takkan berhenti bercerita sampai Mama berkata, “ sudah waktunya
tidur.”(GCJ.145))
 Mama
- Penyayang ( Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari
sekolah dan Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin,jadi diputuskan
untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dia dewasa kelak.(GCJ.18))
- Sabar ( Mama punya sifat yang sangat sabar dan suka bercanda.(GCJ.22))
- Pengertian ( Mama tidak pernah berkata pada Totto-chan bahwa ia harus
melakukan ini atau itu, tapi kalau Totto-chan ingin melakukan sesuatu, Mama
selalu setuju.(GCJ.175))
 Papa
- Berpendirian kuat ( Banyak keluarga dan kerabatnya tidak mau lagi bicara
padanya. Papa mengalami masa-masa sulit,tapi dia bersikukuh tidak mau
menyerah, demi musik dan biolanya.(GCJ.233))

 Kepala sekolah
- Perhatian ( Kepala sekolah masih memeriksa kotak bekal kelima puluh muridnya,
untuk memastikan mereka membawa “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari
pegunungan” dan membawa dua panci, siap menambahkan makanan dari laut atau
dari daratan yang tidak mereka bawa.(GCJ.121))
- Percaya diri ( Kepala sekolah tertawa terbahak-bahak, tak peduli giginya sudah
ompong.(GCJ.124))

 Takahashi
- Sopan ( anak itu melepas topinya, membungkuk menghormat, dan malu-malu, “
senang berkenalan dengan kalian.”(GCJ.115))

 Tai-chan
- Cerdas ( Anak itu cerdas dan mahir fisika. Tai-chan belajar bahasa inggris dan
dialah yang mengajari Totto-chan mengucapkan kata Inggris untuk rubah.
(GCJ.190))

 Miyo-chan
- Suka memuji ( Miyo-chan dan teman-teman sekelasnya, berseru serempak, “Oh!
Kepang!” Totto-chan senang sekali dan dibiarkanya kawan-kawanya meraba-raba
rambutnya.(GCJ.157))

 Sakko-chan
- Disiplin ( Anak itu mengeluarkan buku tulis dan kotak pensil dan tas sekolahnya
lalu meletakkan kedua benda itu di mejanya. Kemidian dia berjinjit dan
meletakkan tasnya di rak barang. Dia juga meletakkan tas sepatunya di rak itu.
(GCJ.35))
 Yasuaki-chan
- Percaya diri ( “Aku kena polio, bukan hanya kakikku, tanganku juga.”Dia
mengulurkan tanganya, jari-jarinya yang panjang tertekuk dan kelihatanya seperti
lengket satu sama lain.(GCJ.39))

 Oe
- Nakal ( Oe mendekat lalu mencengkeram kedua kepang Totto-chan sambil
berkata, “aku capek. Dan menarik kepangnya, Totto-chan limbung lalu jatuh
terduduk.(GCJ.157))

 Ryo-chan
- Pekerja keras ( Ryo-chan, tukang kebun sekolah yang dihormati semua anak dan
bisa melakukan pekerjaan apa saja,rupanya sudah bekerja sangat keras.(GCJ.163))
Latat /setting:
 Tempat
- Stasiun kereta ( Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama
menggandeng Totto-chan melewati pintu pemeriksaan karcis.(GCJ. 9))
- Dalam kelas ( Belajar di sini rasanya akan seperti melakukan perjalanan
menyenangkan. Satu-satunya yang berbeda adalah papan tulis di bagian depan
gerbong dan tempak duduk menyamping yang telah diganti dengan mej kursi
sekolah yang semua menghadap ke depan.(GCJ.34))
- Aula sekolah ( Setelah menyanyi keras-keras, semua anak serentak mengucapkan
“Itadakimasu” dan mulai menyantap “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari
pegunungan”. Selama beberapa waktu Aula menjadi sunyi.(GCJ.47))
- Kolam renang ( sangat berkesan bagi Totto-chan. Hari itu, untuk pertama kalinya
ia berenang di kolam renang.tanpa mengenakan apa-apa.(GCJ.70))
- Gedung latihan ( Totto-chan menyukai gedung itu. Tata ruangnya ala Barat dan
sudah agak bobrok. Angin yang bertiup dari kolam Senzoku membawa alunan
musik sampai jauh keluar dari gedung latihan.(GCJ.92))
- Di kamar ( Totto-chan mengalami kecelakaan parah. Kecelakaan itu terjadi di
rumah, setelah ia pulang sekolah. Ia dan Rocky anjingnya bermain “serigala” di
kamarnya sebelum makan malam.(GCJ.127))
- Di perpustakaan ( Seluruh murid Tomoe lima puluh anak masuk ke
perpustakaan. Dengan penuh semangat, mereka memilih buku yang mereka sukai
lalu mencari tempat duduk, tapi hanya setengah dari mereka hanya bisa
memperoleh kursi, yang lain terpaksa bediri.(GCJ.164))
 Suasana
- Hening ( Semua gerbong kereta itu hening, karena saat itu jam pelajaran pertama
untuk semua kelas sudah dimulai.(GCJ.22))
- Menyenangkan ( Sambil berseru-seru riang “ kita berkemah! Kita berkemah!”
anak-anak mengatur diri menjadi beberapa kelompok. Kegiatan sederhana ini tidur
di dalam tenda di Aula menjadi pengalaman yang sangat berharga dan
menyenangkan bagi para murid.(GCJ.77)
- Mengharukan ( Begitu sampai lagi ke jalanan yang gelap, ia berkata sambil
terisak-isak , “Belum pernah aku sangat mengiginkan sesuatu seumur hidupku.
Aku takkan pernah lagi minta dibelikan sesuatu. Tapi, belikan aku satu anak ayam,
ya, Ma! Pa?”(GCJ.109))
- Mengherankan ( Batu penanda itu masih ada di situ, persis seperti ketika
ditinggalkan kemarin. Ia menggali-gali di sekitarnya, tapi uang lima sen itu tak
bisa ditemukan. Kejadian yang amat misterius yang tak mungkin dilupakanya.
(GCJ.145))
- Menyedihkan ( Kemudian dia mengeluarkan tangan dari saku dan memandang
anak-anak. Kelihatanya dia baru saja menangis.”Yasuaki-chan meninggal,”katanya
pelan.” Kita semua akan menghadiri pemakamanya hari ini.(GCJ.223))
- Menegangkan ( banyak bom yang dijatuhkan pesawat pembom B29 menimpa
gerbong-gerbong kereta api yang berfungsi sebagai ruang kelas, api yang tak
mungkin dipadamkan, meratakanya dengan tanah.(GCJ.247))

 Waktu
- Pagi hari ( Tadi pagi ketika hendak berpakaian sebelum berangkat ke sini, baru
ketahuan bahwa ternyata semua gaun buatan Mama robek, jadi dia harus
mengenakan rok yang di belikan Mama.(GCJ.26))
- Siang hari ( Setelah makan siang, Totto-chan bermain di halaman sekolah
bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas tempat guru mereka sudah
menunggu.(GCJ.48))
- Sore hari ( Sore itu murid-murid tak bisa lagi berkonsentrasi pada pelajaran.
(GCJ.67))
- Malam hari ( Malam itu, sebelum tidur Totto-chan teringat dompetnya yang
indah dan jatuh ke dalam lubang gelap.(GCJ.60))

 Sudut pandang:
- Sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh utama (Ia selalu melakukan hal-hal
seperti itu dan melukai dirinya sendiri, tapi Kepala Sekolah tak pernah memanggil
Mama atau Papa.(GCJ.188))

 Amanat:
- Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya.mulai dari
kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih
duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Bayangkan apabila
saat itu sang Ibu malah menyalakan Totto-chan ? ia pasti tidak dapat merasakan
begitu bersemangat dan menjalani hari yang berbahagia sejak hari pertamanya
bersekolah di Tomoe Gakuen.
- Rutinitas yang terasa membosankan dan banyak faktor lainya turut menghambat
motivasi kita untuk pergi sekolah.mari kita melihat siswa dan siswi dari Tomoe
Gakuen mereka begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode
pembelajaran yang memang membangkitkan rasa ingin tahu, bukan hanya sekedar
memaparkan teori saja.
- Amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat di terapkan dalam membina
jiwa pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang Kepala Sekolah
bernama sosaku kobayashi, kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk
bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing.
- Juga bagaimana Kepala Sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya
melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana
untuk bersikap tegar dari situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami
kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup.

 Gaya bahasa
Tata bahasa dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis
dengan sangat manis dan menyentuh hati.Selain itu, novel ini ditulis dengan gaya
realis bertabur metafora, penuh cetita lucu, penyampaian cerita yang cerdas,
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi.sehingga kita tidak bosan saat
membacanya.

Unsur Ekstrinsik
 Nilai moral:
Pasalnya setelah membaca novel ini terdapat begitu banyak nila-nilai moral yang
di sampaikan oleh penulis. Seperti kehidupan sehari-hari siswa-siswi di Tomoe
telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang yang lebih kecil
atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti mempermalukan
diri sendiri, dan setiap kali melewati sampah mereka harus mengambilnya dan
membuangnya ke tempat sampah, dan juga mereka tidak boleh melakukan
perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu.(GCJ.95)

 Nilai sosial:
Dalam novel ini mengandung unsur sosial yang patut untuk di contoh dalam
kehidupan bermasyarakat. Dilihat bagaimana sosok gadis kecil yang ingin sekali
mengundang Yasuaki-chan ke pohonnya dan memperlihatkan banyak hal kepada
kawanya itu. Dan demi membantu kawanya mencapai puncak ia rela
mempertaruhkan nyawanya sendiri.( Totto-chan memegangi tangan kawannya
yang jari-jarinya saling melekat akibat sakit polio. Kemudian ia berkata
“Berbaringlah. Akan kucoba menarikmu ke sini.” Dan ia berdiri di lekukan cabang
pohon dan menarik Yasuaki-chan yang kini terkurap dengan perut tertumpang
pada puncak tangga lipat ke atas pohon. Mungkin orang yang melihatnya akan
menjerit karena melihat pemandangan itu tampak mengerikan dan berbahaya.
(GCJ.83))

 Nilai adat istiadat:


Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah di Tomoe
Gakuen, setiap tanggal 14 desember mereka mengunjungi Kuil Sengkuji dan
berziarah untuk memperingati Empat Puluh Tujuh Ronin melaksanakan balas
dendam mereka yang termasyhur.(GCJ.150)

Konflik

Mama dipanggil wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa
basi. “ Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda
memindahkan ke sekolah lain.” Kemudian ibu guru muda yang manis itu
mendesah. “ kesabaran saya benar-benar sudah habis.”
Mama kaget sekali. Apa yang dilakukan Totto-chan hingga mengacaukan
seluruh kelas ? pikirnya menebak-nebak.
Sambil mengedip-ngedip gugup, sang guru mulai menjelaskan. Saya sudah
memberi tahu bahwa murid-murid tidak boleh membuka atau menutup mejanya
kecuali untuk mengambil atau memasukkan sesuatu. Eh, putri Anda malah jadi
terus- terusan mengeluarkan atau memasukkan sesuatu yang ada di mejanya dan
membantingnya. Selain itu pada saat waktu pelajaran Totto-chan memanggil-
manggil pemusik jalanan dan menyuruh untuk bernyanyi, karena dinding sekolah
dan jalan hanya di batasi pagar tanaman rendah jadi, siapa pun yang ada di dalam
kelas bisa dengan mudah bercakap-cakap dengan orang yang lewat di jalan.
“Apa lagi yang dilakukanya?” Tanya Mama dengan perasan makin tak enak.
“Apa lagi?” seru guru itu. “Kalau saja saya bisa menghitung apa saja di
lakukannya, saya tidak akan meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.”
Selain itu bukan hanya satu-satunya guru yang kesal . guru di kelas sebelah juga
mendapat kesulitan.
Akhirnya Mama melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu. Dengan
harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri
ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan akhirnya Mama
menemukan sekolah yang bisa menerima Totto –chan. Nama sekolah itu adalah
Tomoe Gakuen

IV. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

 Kelebihan
Novel ini sangat menarik untuk di baca karena mengangkat kisah hidup yang
nyata, deskripsi penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada
dalam cerita tersebut. Selain itu di selingi dengan ilustrasi yang lucu sehingga kita
tidak mudah bosan saat membacanya. Novel ini diciptakan tidak hanya untuk
memberikan hiburan semata tetapi juga menambah wawasan kita.

 Kelemahan
Dari banyaknya kelebihan yang ada, novel ini juga memiliki kekurangan. Salah
satunya adalah terdapat kata-kata yang sulit di mengerti sehingga kita perlu
bantuan kamus untuk menikmati membaca novel ini.

V. SINOPSIS

Buku ini bercerita tentang Totto-chan, gadis cilik yang harus di keluarkan
dari sekolahnya di usia 7 tahun. Guru-guru di sekolah menganggap Totto-chan
nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar
tentang sesuatu dan dipandang aneh jika dibandingkan dengan teman-temanya.
Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan
di kelas. Mulai dari masalah laci, Totto-chan yang selalu membuka ratusan kali
dan ditutup dengan cara dibanting hingga memanggil para pemusik jalanan yang
langsung membuat para murid ribut dan bahkan berdiri berjam-jam di depan
jendela untuk berbicara dengan burung walet yang bertengga di pohon samping
kelasnya.
Akhirnya mama tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke
sekolah lain. Sekolah yang bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan
diri dengan orang lain. Setelah mencari kemana-mana akhirnya Mama menemukan
sekolah yang pantas untuk purtinya. Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa
dia dikeluarkan dari sekolah karena Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan
batin, jadi diputuskannya untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dewasa
kelak. Dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen.
Totto-chan senang sekali, di sekolah itu para murid belajar di dalam gerbong
kereta sebagai pengganti ruang kelas. Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman
sekolah dan merasa sedang melakukan perjalanan naik kereta. Sekolah yang
berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna hitam dan putih ini di
kepalai oleh Sosaku kobayashi memang lain dari sekolah yang lain. Di sekolah
Tomoe para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai. Kepala
sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa “ sesuatu dari laut dan
sesuatu dari pegunungan“. Dan sebelum makan siang, kepala sekolah
mengucapakan kata “ Itadakimasu “ yang artinya selamat makan. Dan biasanya
setelah makan siang Totto-chan dan teman-temanya berjalan-jalan kemudian,
ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada mereka
bagaimana bunga sesawi bisa bermekaran. Karena sekolah itu begitu unik Totto-
chan sangat senang dan amat menyukai sekolah itu, hingga dia memutuskan untuk
datang ke sekolah setiap hari dan takkan pernah berlibur.
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan peristiwa yang
tak terduga. Sampai-sampai, ia dan teman-temannya yang lain tak menyadari
bahwa perang pasifik sudah pecah. Sampai kemudian, perang dan segala
kengerianya telah mulai terasa di kehidupan Totto-chan dan keluarganya. Setiap
hari, para pria dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya dikirim pergi untuk
berperang.
Hingga beberapa hari kemudian, Tomoe terbakar!!
Semuanya terjadi pada malam hari. Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29
menimpa gerbong-gerbong kelas. Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar
menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala
sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu
keinginanya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur. Serta dia ingat kata-kata
perpisahan yang diucapkan kepala sekolah “ kita akan bertemu lagi “ dan kata-kata
yang selalu diucapakan kepadanya, “kau itu anak yang benar-benar baik, kau tahu
itu, kan?”. Sambil merasa yakin akhirnya Totto-chan tertidur. Kereta merayap
dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan…………..

VI. KEPENGARANGAN

Tetssuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo 9 Agustus 1933. Ayahnya


seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan
Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Menurut Memo ar Otobiografinya
1981. Kuroyanagi pergi ke SD Tomoe Gakuen ketika masih muda. Setelah itu, ia
belajar di Tokyo Collage of Musik, jurusan opera, karena dia bermaksud untuk
menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongku pada
tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam industry televisi hiburan, sehingga
dia bergabung di Tokyo Hoso Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di
New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrakke Jepang
Broadcasting Corporation (NHK)

Tetsuko Kuroyanagi seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang


pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris Totto- Chan, The
Little Girl At The Window, World Wide Fund untuk penasihat alam, dan Good
Will Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap
sebagai salah satu selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan
internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam
bukunya Potret Jepang. Foto-foto orang yang berbeda-beda sebagai wanita yang
paling popular dan di kagumi di Jepang.

Pada tahun 1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chanAnak”, yang


didasarkan pada pengalamannya bekerjas ebagai UNICEF Good will Ambassador
1984-1996. Kuroyanagi adalah direktur cabang Jepang dari Wildlife World Dana.
Untuk keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi
memenangkan Budaya Jepang Broad casting Award, yang merupakan kehormatan
tertinggi televisi di Jepang.Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa
acara televise favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s Room.

VII. NILAI BUKU

Buku Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini memang bukan terbilang buku baru.
Tapi jika di titik isinya, buku ini tidak mengenal kata out of date. Tetsuko
kuroyanagi pengarangya, sangat piawai dalam mengemas kisah pengalaman
hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sangat bermakna. Dan setelah
membaca novel ini saya sangat merekomendasikan untuk dibaca segala kalangan
karena mengandung segudang nilai indah yang dapat kita petik dari novel ini. Di
mulai dari kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu
masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Dan melalui
sosok kepala sekolah kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak
berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing. Bagaimana
beliau sebagai kepala sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya
melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana
untuk bersikap selalu tegar dalam situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang
mengalami kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam
hidup. Dan meskipun dalam novel ini menggunakan kata yang sulit di mengerti
yaitu, bahasa jepang, tetapi tidak membuat kita merasa bosan saat membacanya
karena kita dapat membuka kamus atau internet.

Anda mungkin juga menyukai