Disusun oleh:
Muhammad Rasya Alfarisi
XII MIPA 3
SMAN 1 GUNUNGPUTRI
Jalan Kampung Sanding 2, Bojong Nangka, Kecamatan
Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
RESENSI BUKU NOVEL
TOTTO-CHAN: THE LITTLE GIRL AT THE WINDOW
1. Identitas Buku
Judul : Totto-chan: The Little Girl at The Window
Pengarang : Tetsuko Kuroyanagi
Penerjemah : Widya Kirana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2008
Cetakan ke :5
Halaman Buku : 272 halaman
Tebal Halaman : 2,3 cm
Lebar Buku : 14 cm
Panjang Buku :23 cm
Harga : Rp 123.300
2. Sinopsis Novel
Totto- chan adalah seorang anak yang mempunyai segudang rasa ingin tahu. Dia berumur
tujuh tahun dan duduk di kelas satu SD. Memang seperti anak kecil kebanyakan, tetapi
menurut gurunya di sekolah yang lama, sang gadis kecil telah membuat kacau kelasnya.
Sehingga,Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah. Guru itupun menceritakan berbagai
kenakalan Totto-chan. Totto-chan tidak pernah berhenti membuka-tutup mejanya, dan
setelah satu jam kemudian dia meninggalkan tempat duduknya lalu berdiri di depan jendela,
memandang keluar. Kemudian guru itu pun berpikir, selama Totto-chan tidak membuat
keributan, biar saja dia berdiri di sana. Tapi tiba- tiba gadis cilik itu memanggil pengamen
jalanan yang berpakaian kumuh. Dan kelas pun menjadi gaduh.
Perbuatan Totto-chan ini menyulut emosi sang guru. Tidak hanya guru di kelasnya yang kesal
atas perbuatan Totto-chan, guru-guru lain pun terganggu oleh ulanya. Oleh karena itu, Mama
Totto-chan pun terpaksa harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan
mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Tetapi mamanya tidak
memberi tahu Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Karena takut Totto-chan akan
menderita tekanan batin.
Totto-chan yang sedang bergandengan dengan ibunya berjalan keluar dari kereta Oimachi di
Stasiun Jiyugaoka dengan membawa karcis yang berada di tangannya. Setelah beberapa
langkah dari stasiun akhirnya mereka tiba di sekolah baru untuk Totto-chan. Saat Totto-chan
memasuki gerbang sekolah baru yang terpasang papan yg bertuliskan "Tomoe Gakuen". Ia
pun menjerit kegiranganan karena mendapati gerbong-gerbong kereta yang dijadikan ruang
kelas, setelah melihat-melihat ruang kelas mereka pun menghadap ke Kepala,Sekolah yang
bernama Sosaku Kobayashi.,Setelah berbincang-bincang dengan sang Kepala Sekolah,
akhirnya Totto-chan diterima sebagai murid di Tomoe Gakuen dan mulailah hari pertama
Totto chan bersekolah disana
Esok harinya, Totto-chan sangat gembira ketika mau pergi ke sekolah. Di kelas satu di
sekolah Tomoe Gakuen, hanya ada 9 murid. Peraturan di kelas itu sangat aneh menurut
Totto-chan. Setiap anak diberi satu bangku tetap, tetapi mereka boleh duduk sesuka hati,
dimana saja dan kapan saja. Pelajarannya pun sangat aneh. Setiap anak dibebaskan memilih
pelajaran yang akan dipelajarinya. Murid yang suka mengarang langsung menuliskan sesuatu
dan anak yang menyukai pelajaran fisika bisa langsung memulai praktikum.
Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati perkembangan anak- anak
dan bidang apa saja yang mereka minati serta cara berpikir dan karakter mereka. Bagi murid-
murid memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai merupakan hal
yang sangat menyenangkan.
Selama di Tomoe Gakuen Totto-chan juga berkenalan dengan teman-teman baru disana.
Seperti Yasuaki Yamamoto, Akira Takahashi, Miyo Kaneko, Sakko Matsuyama, Taiji
Yamanouchi, Kunio Oe, Kazuo Amadera, Aiko Saisho, Keiko Aoki, Yoichi Migita, dan
Miyazaki. Mereka semua mengisi kebersamaan selama di sekolah.
Seperti Kunio Oe yang terkadang suka usil pada Totto-chan, Taiji Yamanouchi yang
mengucapkan hal aneh bahwa dia tidak mau menikah dengan Totto-chan dan berjalan-jalan
di sekitaran kuil dekat sekolah. Bahkan berteman dengan Miyazaki yang memiliki keturunan
Amerika Serikat dan saling mempelajari budaya tiap negara yang pada saat Perang Dunia II
sangat kontroversial. Dan
Banyak hal aneh dan tidak rasional yang dilakukan Totto–chan selama di Tomoe yang tidak
dilakukan oleh teman-temannya yang lain, seperti mengambil dompet dari pembuangan
kotoran, duduk di cabang pohon sambil melihat orang lain berlalu-lalang, menyusup lewat
kawat berduri hingga pakaiannya robek, dan masih banyak lagi hal-hal yang dialami Totto-
chan di Tomoe yang akan membuat pembaca takjub atas apa yang dilakukan Totto-chan di
sekolahnya.
Namun semua kebahagian dan keseruan disana tidak bertahan lama. Sebelum mereka
sadari, perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa dalam kehidupan Totto-chan dan
keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di lingkungan tempat tinggalnya dikirim
untuk pergi perang. Bahan pangan dengan cepat menghilang dari toko-toko. Semakin lama
semakin sulit untuk memenuhi aturan makan siang di Tomoe Gakuen, yaitu menyediakan
sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan. Hampir semua kebutuhan dijatah
Banyak serdadu gugur, makanan sulit didapat dan semua orang hidup dalam
ketakutan, tapi musim panas tetap datang seperti biasa. Tidak ada lagi acara berkemah di
Tomoe dan tak ada lagi piknik-piknik yang menyenangkan ke sumber air panas.
Ryo-chan, tukang kebun di Tomoe akhirnya dipanggil untuk berperang. Dia sudah
dewasa, tetapi mereka selalu memanggilnya dengan panggilan kanak-kanaknya. Ryo-chan
bagaikan malaikat pelindung yang selalu menyelamatkan setiap kali ada anak yang
mengalami masalah. Ryo-chan bisa melakukan apa saja.
Di tengah semua itu, kepala sekolah berdiri di tengah jalan sambil memandang
Tomoe terbakar. Seperti biasa, dia mengenakan setelan tiga potong berwarna hitam yang
sudah usang. Dia berdiri tegak dengan kedua tangan di dalam saku. “Sekolah seperti apa yang
akan kita bangun lagi?” tanyanya kepada putranya, Tomoe, yang berdiri di sampingnya.
Tomoe mendengar kata-kata ayahnya,terpana dan tidak bisa berkata apa-apa. Kecintaan Mr.
Kobayashi terhadap anak-anak dan ketulusannya dalam mengajar jauh lebih kuat daripada api
yang sekarang membakar sekolahnya.
Totto-chan berbaring dalam kereta pengungsi yang penuh sesak, terhimpit di antara
orang-orang dewasa. Kereta bergerak menuju Timur Laut. Ketika dia memandang ke luar
jendela, dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah, “Kita akan bertemu
lagi!”. Dia tidak ingin melupakan kata-kata itu. Sambil merasa yakin dia akan segera bertemu
lagi dengan Mr. Kobayashi, Totto-chan akhirnya tertidur. Kereta merayap dalam gelap,
membawa para penumpang yang diliputi kecemasan
Bertahun-tahun kemudian setelah Perang Dunia ke 2, Para-para murid Tomoe Gakuen sudah
tumbuh dewasa namun mereka masih sering mengadakan reuni, terutama Totto-chan. Namun
karena sisa-sisa Tomoe Gakuen telah diubah menjadi sebuah supermarket mereka
mengadakan reuni sekolah di Kuil Kuhonbutsu. Semua murid Tomoe Gakuen dari berbagai
angakatan hadir dikuil tersebut untuk bernostalgia dan bertemu dengan kawan lamanya
masing-masing. Bahkan Ryo-chan sang tukang kebun yang selamat dari perperangan ikut
juga dalam reuni tersebut. Walaupun pada saat itu sang kepala sekolah sekaligus pendiri
Tomoe Gakuen sudah meninggal pada tahun 1963, namun nama dan sifat baik hatinya ada
terus dikenang oleh para murid-muridnya
3. Unsur Interinsik
a) Tema : Keseharian seorang gadis kecil di sekolahya
b) Tokoh:
d) Alur : alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju
e) Latar :
Latar Tempat: Tomoe Gakuen, Sekolah Lama Totto-chan, Rumah Totto-chan, Stasiun
Jiyugaoka, Kuil Kuhonbutsu, Toi, Studio Latihan, Rumah Sakit
Latar Waktu: Pagi, Siang, Malam
Latar Suasana: Ceria, Sedih, Tegang, Hening, Mengherankan, Haru
f) Gaya Bahasa
Diksi: Tata bahasa dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis
dengan sangat manis dan menyentuh hati
Majas: Hiperbola, Metafora, Simile
Bahasa: Indonesia, Jepang, Inggris
g) Amanat: amanat yang terkandung dalam novel ini adalah kita harus saling menghargai dengan
sesama manusia
4. Kepantasan Buku
Novel inspiratif ini sangat cocok dibaca bagi para murid, orang tua, guru, dan orang-orang
yang berkecimpung di bidang pendidikan