Anda di halaman 1dari 4

Cik Gu Kobayashi-kun and Kobayashi-san

KOBAYASHI-KUN AND KOBAYASHI-SAN

BAB 1
Miyuki menghela napas lenguh saat memandangi sosoknya di cermin. Pemuda itu
merasa tidak puas karena merasa ada yang kurang dari penampilannya hari ini. Bukan tanpa
alasan dia beranggapan demikian, karena rambutnya terlihat jauh lebih rapi dari biasanya.
Terlalu rapi malahan hingga membuatnya tampak seperti pelajar zaman Shōwa1. Potongan
rambutnya tidak jelek. Setidaknya menurut pandangan umum, dan tentu saja oleh ibunya.
Namun demikian Miyuki tetap merasa tak nyaman dengan penampilan semacam itu. Dia lebih
senang membiarkan rambutnya memanjang sampai gondrong. Begitu lebih stylish—
menurutnya⸺dan memberinya kepercayaan diri lebih. Tapi apa boleh buat. Hari ini adalah
hari pertama masuk SMA. Jadi sudah semestinya dia berpenampilan rapi untuk memberikan
kesan baik. Karena itu ibunya menawarkan diri untuk memangkas rambutnya. Lalu itulah
hasil dari kebaikan hatinya.
“Beri aku kaca mata dan aku akan tampak seperti siswa teladan yang mudah di-bully.
Ini sungguh tidak menyenangkan,” Miyuki bergumam kesal. Meski tak yakin apakah boleh
merasa demikian. Memandangkan itu hasil dari kebaikan hati ibunya. Mustahil dia bisa
merutuki ibunya sendiri. Itu akan membawa kesialan. Dia tidak ingin sial di hari pertama
masuk sekolah. Karena itu Miyuki tidak mengatakan apa-apa lagi yang tidak perlu dan
menerima keadaannya.
“Ya, sudahlah. Toh nanti juga tumbuh lagi. Nanti akan kubiarkan sepanjang bahu. Dan
tidak akan kupotong sampai lulus. Ya, itu resolusiku.” Miyuki menyampaikan tekad itu sambil
mengepalkan tangan kanannya di depan dada—seolah itu tujuan terpentingnya. Kemudian dia
mengambil ranselnya di lantai dan disanduhkan di bahu. Dia memperhatikan dirinya sekali
lagi kali di cermin selama beberapa saat, sebelum kemudian turun ke lantai satu untuk
sarapan. Ibunya memuji penampilannya yang rapi dan terkesan baik itu. Dia benar-benar
merasa puas dengan hasil kerjanya. Tapi tentu saja Miyuki merasa sebaliknya.
***
Pagi ini entah kenapa terasa agak sejuk. Padahal sekarang sudah pertengahan musim
semi, tapi sepertinya udara musim dingin masih belum sepenuhnya lesap. Wilayah Utara
seperti Aomori memang cenderung terasa lebih dingin di musim semi, sih. Bahkan juga di
musim panas. Ini biasanya disebabkan oleh angin yamase2.

1
Periode dalam sejarah Jepang pada masa pemerintahan Kaisar Hirohito yang dimulai dari 25
Desember 1926 sampai 7 Januari 1989.
2
Angin dingin yang biasanya bertiup dari timur yang menyebabkan cuaca dingin yang tidak
normal.

1
Cik Gu Kobayashi-kun and Kobayashi-san

Sambil menyusuri jalan Hitomi mengusap-usap kedua telapak tangannya dengan


gelisah. Tangannya terasa dingin dan lembab. Seperti baru saja terbenam di dalam tumpukan
salju. Dia memang tidak menyukai udara dingin. Jadi, cuaca seperti ini membuat tubuhnya
tidak nyaman. Selain itu hari ini adalah hari pertama masuk SMA. Karena itu dia merasa
lebih gelisah dari biasanya.
Apa aku akan baik-baik saja….? Hitomi membatin sambil meneruskan langkah dengan
ragu-ragu. Harus memulai dari awal di tempat yang sama sekali tidak kukenal, sendirian pula.
Ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Harusnya aku minta tinggal saja di rumah Nenek saat
itu. Dengan begitu aku tidak perlu ikut pindah ke sini dan bisa satu sekolah dengan Aya-chan 3
dan yang lain. Ini menyusahkan!
Hitomi baru saja pindah dari Akita satu minggu yang lalu. Orang tuanya bekerja di
perusahaan IT dan baru saja dipromosikan untuk mempimpin kantor cabang yang baru
dibuka. Karena itu keluarganya pindah ke sini. Bukan Hitomi tidak senang atas kenaikan
jabatan ayahnya. Pria itu sudah bekerja keras selama hampir satu dekade dan akhirnya
berhasil membuat perubahan signifikan. Tentu saja sebagai puterinya Hitomi merasa senang.
Namun di sisi lain dia juga merasa kalau hal itu akan membawa perubahan yang sulit dia
hadapi. Memandangkan dia akan menetap di kota asing yang tidak dikenalnya, bersama
orang-orang yang juga tidak dikenalnya.

Bukan tanpa alasan dia bertanya demikian. Ini hari pertama masuk sekolah soalnya.
Tepatnya hari pertama masuk SMA. Jenjang pendidikan yang paling dianggap sakral oleh
masyarakat Jepang. Atau setidaknya bagi para remaja. Sebenarnya, dalam hal apa pun, hari
pertama akan mengkhawatirkan. Tapi tak ada yang lebih mengkhawatirkan dari hari pertama
masuk SMA—setidaknya bagi para remaja. Hitomi pun beranggapan demikian. Malahan, dia
punya semua alasan untuk merasa khawatir. Memandangkan dia tidak mengenal siapa pun di
sana. Bahkan dia juga tidak mengenal baik wilayah ini. Wajar saja, dia baru pindah ke sini
seminggu lalu karena orang tuanya dipindah tugaskan oleh perusahaannya. Karena itu Hitomi
terpaksa harus meninggalkan kotanya dan masuk ke sekolah asing tanpa mengenal satu
wajah pun di sana. Tekanan batinnya jauh lebih parah.
“Harusnya aku tinggal saja di rumah nenek. Dengan begitu aku bisa satu sekolah
dengan Aya-chan dan yang lain. Ini menyebalkan.” Hitomi bergumam sendirian. Kakinya
melangkah stabil menapaki trotoar yang lengang. Di depan dan belakangnya para siswa-siswi

3
Sufiks honorifik yang diberikan kepada orang-orang yang sudah dikenal dekat, seperti
keluarga, teman sekolah atau sahabat.

2
Cik Gu Kobayashi-kun and Kobayashi-san

lain juga sedang berjalan ke arah yang sama, menuju ke sekolah mereka. Hitomi memandangi
wajah para siswa asing itu, yang kebanyakannya kelihatan senang. Mereka pasti sudah
menantikan datangnya hari ini. Sebaliknya Hitomi malah merasa enggan untuk meneruskan
langkah.
“Apa aku akan baik-baik saja....?” Sekali lagi dia bertanya pada dirinya sendiri sambil
mengisi-usap tangannya yang dingin.
***
SMA Kotobuki adalah salah satu sekolah tertua di Aomori. Memang tidak seantik
Sekolah Ashigaka4, namun sejarahnya bisa dibilang cukup mengesankan⸺paling tidak di
mata masyarakat Aomori. SMA Kotobuki dibangun pada Masa Pendukan 5 pasca Perang Dunia
Kedua. Sejak saat itu tak banyak yang berubah. Tentu saja ada renovasi di sana sini, namun
penampilan gedung-gedungnya tetap terlihat sama bahkan setelah puluhan tahun. Sepertinya
pihak pengurus sekolah ini ingin mengabaidikan bentuk awal dari sekolah itu. Mungkin demi
menjaga nuansa keantikan sejarahnya. Keluarga Miyuki juga memiliki sejarah yang bisa
dikatakan panjang di sekolah itu. Hampir semua anggota keluarga mereka lulus dari sana.
Mulai dari neneknya, ayah dan ibunya, para bibi dan pamannya, kakak perempuannya⸺
Misato⸺begitu pun sepupu-sepupunya. Karenanya wajar jika dia juga masuk ke sana⸺
demi menjaga tradisi keluarga. Meski sebenarnya dia ingin masuk ke SMA di Sakuragawa.
Tapi sayangnya dia tidak lulus ujian masuknya. Dia juga gagal ikut ujian masuk SMA pilihan
keduanya gara-gara terkena flu. Pada akhirnya⸺seolah dipaksa oleh takdir⸺Miyuki pun
berakhir di SMA Kotobuki. Itu bukan pilihan terburuk, sih. Bukan juga yang terbaik. Tapi
paling tidak lokasi sekolahnya juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Teman-teman SMP-
nya pun banyak yang masuk ke sana. Jadi, paling tidak dia bisa mensyukuri hal itu.

“Baiklah, apa semuanya sudah di sini? Kuucapkan selamat pada kalian semua karena
sudah masuk ke sekolah ini. Aku yang akan bertugas sebagai wali kelas kalian selama satu
tahun ke depan. Namaku Higashiyama Tomoko.”
Wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai Higashiyama Tomoko itu memberikan
sambutan kepada para siswa baru sambil tersenyum lebar. Dia menulis namanya besar-besar
di papan tulis dengan kapur warna, kemudian menggambar sebuah emoji yang cukup besar di
sebelah namanya—yang juga ditulis besar-besar.

4
Bangunan sekolah tertua di Jepang yang berdiri sejak Periode Muromachi⸺dari tahun 1336
sampai 1573. Letaknya di kota Ashigaka, Prefektur Tochigi.
5
Pendudukan Jepang oleh Blok Sekutu⸺khususnya Amerika Serikat dan dibantu oleh
Persemakmuran Inggris⸺yang berlangsung dari tahun 1945 sampai 1952.

3
Cik Gu Kobayashi-kun and Kobayashi-san

“Aku sudah di sini sekitar tiga tahun sebagai guru bahasa Inggris. Tapi baru kali ini
ditugaskan sebagai wali kelas—kelas satu pula. Ini akan jadi pekerjaan yang sulit. Aku merasa
tak yakin bisa melakukannya sendirian. Karena itu mohon kerja sama kalian, ya!”
Tomoko mengakhiri perkenalan dirinya dengan satu tepuk tangan pelan. Sikapnya yang
enerjik dan terbuka membuat para murid merasa lega. Syukurlah, wali kelas kita bukan orang
galak, pikir kebanyakan dari mereka. Beberapa anak laki-laki juga ada yang memuji dengan
berkata, “Gurunya cantik, ya.” atau “Tubuhnya mungil sekai. Apa iya dia sudah dewasa?
Tampak seperti anak SMP.” dan sebagainya. Miyuki pula tidak terlalu tertarik untuk banyak
berkomentar tentang wali kelasnya itu. Pandangannya lebih fokus pada siswi yang duduk di
meja paling depan di dekat pintu masuk, Shiraishi Nako.
Dia juga potong rambut, ya, batin Miyuki. Kelihatan lebih imut dari sebelumnya, hm.
Seolah mendengar pujian itu Nako tiba-tiba saja menoleh ke arah Miyuki. Gadis itu tersenyum
lebar, menunjukan barisan gigi putihnya, sambil melambaikan tangan kanannya dengan
riang. Miyuki membalas gestur ramah gadis itu dengan lambaian tangan juga. Setelah itu
keduanya kembali memperhatikan ke depan karena Tomoko mulai bicara lagi.
“Baiklah, karena kita akan bersama selama setahun ini, kurasa kita harus mengenal satu
sama lain. Tak kenal maka tak sayang, kan. Maka dari itu aku ingin kalian memperkenalkan
diri masing-masing. Dimulai dari barisan paling depan sebelah kanan.”
Mengikuti perintah Tomoko, siswi di meja paling depan sebelah kanan, Nako, pun berdiri dan
mulai memperkenalkan dirinya.
“Namaku Shiraishi Tomoko. Asalku dari SMP Gaopo.

Anda mungkin juga menyukai