Anda di halaman 1dari 8

Available online at http://semnas.mesin.pnj.ac.

id
ISSN 2085-2762
Prosiding Seminar Nasional Teknik Mesin
Politeknik Negeri Jakarta (2019), 1208-1215

Analisis Konsumsi Bahan Bakar Terhadap Performa di


Unit 2 PLTU X
Handri Tirta Lianda1*, Tatun Hayatun Nufus1, dan Paulus Sukusno1
1 Program Studi Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A
Siwabessy, Kampus Baru UI Depok 16425

Abstrak

Pembangkit listrik tenaga uap X unit 2 memiliki daya terpasang 315 MW, berbahan bakar batubara. PLTU
dirancang dengan komposisi dan nilai kalori yang sudah ditentukan sesuai dengan spesifikasi desain boiler
nilai kalori 4440,45 kcal/kg. Namun memiliki permasalahan pada beban yang sama tetapi nilai kalori yang
berbeda didapatkan pada lima pemasok batubara yang berbeda jumlah pemakain bahan bahan bakar sama,
seharusnya dengan nilai kalori yang lebih tinggi jumlah penggunaan bahan bakar bisa berkurang.
Pengamatan dilapangan nilai kalori dapat ditingkatkan dengan melakukan pencampuran batubara 50%
medium rank coal (MRC) dan 50% low rank coal (LRC) kelima pemasok. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis konsumsi bahan bakar terhadap performa pembangkit meliputi konsumsi bahan bakar spesifik,
heatrate, efisiensi termal dan sisi ekonomis keuntungan penghematan biaya bahan bakar hasil coal blending.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yang membandingkan nilai kalori aktual
dengan nilai kalori hasil pencampuran batubara pada beban yang bervariasi. Hasil perhitungan HHV untuk
desain boiler sebesar 4440,45 kcal/kg, keempat sampel yang dihitung hasil yang paling mendekati desain
boiler adalah nilai kalori sampel A dengan nilai kalori 4377 kcal/kg coal blending antara PT.PLN BB MRC
– PT.AI dengan nilai sfc sebesar 0,556 kg/kWh menghasilkan heatrate 2435,21 kcal/kWh dan efisiensi
tertinggi 35,36 % pada beban 290 MW mendapatkan keuntungan 3.11 milliar rupiah penghematan biaya
bahan bakar.

Kata-kata kunci: Performa pembangkit; Pencampuran Batubara; Penghematan Bahan Bakar

Abstract

The X unit 2 steam power plant has an installed power of 315 MW, coal-fired. The PLTU was designed with a
predetermined composition and caloric value in accordance with the specifications of the boiler design
calorific value of 4440.45 kcal / kg. But it has problems with the same load but different calorific values are
found in five different coal suppliers with the same amount of fuel consumption, should a higher calorific
value reduce the amount of fuel use. Observation in the field of calorific value can be increased by mixing
50% medium rank coal (MRC) and 50% low rank coal (LRC) coal. This study aims to analyze the fuel
consumption of generator performance including specific fuel consumption, heatrate, thermal efficiency and
the economical side of the benefits of saving coal fuel blending. The method used in this study is a case study
that compares the actual caloric value with the calorific value of mixing coal at varying loads. The results of
the calculation of HHV for boiler design amounted to 4440.45 kcal / kg, the four samples calculated the
results closest to the boiler design were the calorific value of sample A with a calorific value of 4377 kcal / kg
coal blending between PT PLN BB MRC - PT. sfc of 0.556 kg / kWh produces a heatrate of 2435.21 kcal /
kWh and the highest efficiency of 35.36% at a load of 290 MW earns a profit of 3.11 billion rupiah saving
fuel costs.

*
Corresponding author E-mail address: tirtaliandahandri@gmail.com

1208
ISSN 2085-2762
Handri T.L, et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2019)

Keywords: Plan Performance; Coal Blending, Fuel Saving Cost

1. PENDAHULUAN

PLTU X memiliki kapasitas daya terpasang 3 × 315 MW, berbahan bakar batubara. PLTU dirancang
dengan komposisi dan nilai kalor tinggi yang sudah ditentukan sesuai dengan desain boiler. Spesifikasi
batubara yang dikonsumsi oleh pembangkit didapatkan dari beberapa pemasok yang berbeda-beda dan
dengan nilai kalori yang berbeda-beda juga dengan spesifikasi batubara desain boiler, nilai kalori batubara
desain boiler 4440,45 kcal/kg. Namun memiliki permasalahan dalam jumlah konsumsi bahan bakar dimana
dengan beban yang sama dan nilai kalori berbeda jumlah pemakaian bahan bakar juga sama. Pengamatan
dilapangan nilai kalori dapat ditingkatkan dengan melakukan pencampuran batubara (coal blending) 50%
MRC dan 50% LRC pada kelima pemasok dan jumlah pemakian bahan juga dapat dikurangi. Suatu nilai
pembakaran dikatakan optimal dan efektif apabila sesuai atau mendekati nilai dari spesifikasi desain[1].
Dampak dari pembakaran yang optimal jika didapatkan maka parameter kinerja pembangkit seperti konsumsi
bahan bakar spesifik, heatrate, dan efisiensi termal dapat meningkat[2]. Dari segi ekonomis, pembakaran
yang optimal dapat menghemat biaya pengeluaran pemakaian bahan bakar dan meningkatkan keuntungan
pembangkit.
Berdasarkan latar belakang tersebut, seharusnya dengan nilai kalori yang berbeda banyak penggunaan
bahan bakar dipakai akan mempengaruhi perfoma pembangkit.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
Menganalisis hubungan antara konsusmsi bahan bakar terhadap performa unit 2 PLTU X, dimana
parameter performa seperti specific fuel consumption (sfc), heatrate dan efisiensi thermal serta menganalisis
dampak kerugian akibat perubahan efisiensi thermal dan keuntungan yang didapatkan dari biaya pengeluaran
untuk pemakian bahan bakar (fuel saving cost)dari sisi ekonomis.

2. METODE

Mulai

Refrensi :
Jurnal,Maual book,
Studi Literatur
e-book

Pengumpulan Data :
• Data Sampel Batubara
Hasil Coal Blending
• Data Spesifikasi Desain
Boiler, Data Operasi
Boiler
• Data Operasi Pembangkit

Tidak
Data Lengkap

Ya

Pengolahan Data dan Analisa Konsumsi Bahan bakar


terhadap Performa PLTU X

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1. Diagram alir penelitian.

1209
ISSN 2085-2762
Handri T.L, et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2019)

Analisis perhitungan teknis maupun ekonomis terkait dengan performa pembangkit dilakukan dalam
penelitian ini. Pada saat analisis teknis dilakukan analisis terhadap sampel batubara yang telah dilakukan
pencampuran nilai kalori (coal blending) 50 % Medium Rank Coal (MRC) dan 50 % Low Rank Coal (LRC)
yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit. Analisis data perhitungan dilakukan pada saat beban yang
bervariasi (200 MW, 220 MW, 250 MW, 270 MW, dan 290 MW) akan identifikasi kaitan antara konsumsi
bahan bakar terhadap performa pembangkit. Parameter yang dipakai untuk menentukan performa adalah
konsumsi bahan bakar spesifik, heatrate, efisiensi thermal dan dari segi ekonomis yaitu profit fuel saving
cost.

Perhitungan High Heating Value (HHV)

High heating value menjadi salah satu parameter yang digunakan perbandingan antara kualitas desain
boiler dengan kualitas batubara yang dicampurkan (coal blending), dimana nilai dari low Heating Value
(LHV) masih tercantum di desain boiler yang tercantum pada dokumen manufaktur perusahaan. Kandungan
moisture hidrogen menjadi pembeda antara HHV dan LHV yang berubah menjadi senyawa H2O/kalor laten
pada proses pembakaran. Nilai konversi LHV menjadi HHV dihitung dengan memasukkan nilai kandungan
senyawa yang terdapat pada batubara menggunakan persamaan Dulong [3]:
𝐶𝑂2
HHV[kcal/kg] = [33,950CC + 144,200 (CH2 − ) + 9,400Cs] × 0,23 (1)
8

Dimana CC = Kadar Karbon [%]


CH2 = Kadar Hidrogen [%]
CO2 = Kadar Oksigen [%]
CS = Kadar Sulfur [%]

Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik, Laju Kalor (Heatrate), dan Efisiensi Thermal

Konsumsi bahan bakar spesifik adalah jumlah batubara yang dikonsumsi oleh pembangkit untuk
menghasilkan daya 1 kW selama satu jam (kg/kWh). Nilai konsumsi bahan bakar spesifik sendiri dipengaruhi
dengan kualitas batubara yang berbeda-beda dan daya keluaran generator. Berdasarkan SPLN No. 80 tahun
1989, persamaan yang digunakan untuk menghitung konsumsi bahan bakar spesifik adalah sebagai berikut[4]
:
1. Pemakaian bahan bakar spesifik brutto(SFCB)

𝑄𝑓
SFCB = (2)
𝑘𝑊ℎ𝐵
2. Pemakaian bahan bakar spesifik netto (SFCN)
𝑄𝑓
SFCN = (3)
𝑘𝑊ℎ𝐵−𝑘𝑊ℎ𝑃𝑆
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan laju kalor (heatrate) dengan nilai kalori yag
berbeda-beda menggunakan persamaan sebagai berikut :

1. Tara kalor brutto (HRB)


𝑄𝑓 𝑥 𝐿𝐻𝑉
𝐻𝑅𝐵 = (4)
𝑘𝑊ℎ𝐵
2. Tara Kalor netto (HRN)
𝑄𝑓 𝑥 𝐿𝐻𝑉
𝐻𝑅𝑁 = (5)
𝑘𝑊ℎ𝐵−𝑘𝑊ℎ𝑃𝑆

Dari hasil perhitungan laju kalor (heatrate) dengan nilai kalori yang berbeda-beda selanjutnya
dilakukan perhitungan efisiensi thermal dengan persamaan sebagai berikut :

1. Efisiensi thermal brutto


860
ηthbrutto = × 100% (6)
𝐻𝑅𝐵

2. Efisiensi thermal netto


860
ηthnetto = × 100% (7)
𝐻𝑅𝑁
Dimana :
Qf = Jumlah Pemakaian Bahan bakar Batubara perjam
kWhB = Jumlah kWh yang dibangkitkan Generator

1210
ISSN 2085-2762
Handri T.L, et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2019)

kWhN = Jumlah kWh yang dibutuhkan dalam Pemakaian Sendiri


HHV = Nilai Kalori Batubara

Perhitungan Kerugian Akibat Perubahan dalam Efisiensi dan Keuntungan dari Biaya Penggunaan
Bahan Bakar

Perhitungan performa efisiensi termal dilakukan dengan menggunakan sampel batubara yang telah
dicampur dan didapatkan nilai kalorinya, selanjutnya dilakukan perbandingan dengan efisiensi ideal
pembangkit sehingga didapatkan selisih biaya bahan bakar yang seharusnya dapat dihemat dikarenakan
penurunan efisiensi termal akibat perbedaan nilai kalori yang dikonsumsi. Potensi penghematan bahan bakar
dapat dirumuskan dengan persamaan berikut[5] :
𝐸𝑖−𝐸𝑛
S = Wf × ( ) × Cf × t (8)
𝐸𝑖
Kemudian untuk mendapatkan keuntungan dari penghematan biaya bahan bakar didaptkan dengan persamaan
dibawah ini[5] :
Fuel Saving Cost = Revenue − total biaya (9)

Dimana :
S = Kerugian Akibat Efisiensi[Rp]
W f= Tingkat Penggunaan Bahan Bakar[kCal/h]
Ei = Efisiensi Ideal[%]
En = Efisiensi Aktual[%]
Cf = Biaya Bahan Bakar per Kilo Kalori[Rp/kCal]
t = Jam Operasi[h]

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Nilai HHV Desain Boiler

Pada nilai spesifikasi desain boiler yang dipakai di PLTU X diketahui nilai kalori batubara dari manual
book bernilai Low Heating Value (LHV). Standarisasi dilakukan agar dalam perhitungan antara Nilai kalori
desain boiler dan sampel batubara bernilai sama yaitu High Heating Value (HHV). Sehingga dilakukan
konversi nilai LHV menjadi HHV menggunakan rumus pada persamaan 1, hasil pengkonversian nilai LHV
menjadi HHV disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Konversi Nilai LHV menjadi HHV Desain Boiler
Parameter Nilai
Carbon (C ) [%] 46
Hidrogen (H2) [%] 3,77
Oksigen [%] 13,9
Sulfur [%] 0,33
LHV [Kcal/kg] 4122,84
HHV [ Kcal/kg] 4440,45

Koefisien HHV dari desain boiler yang telah dikonversi digunakan untuk perbandingan antara nilai kalori
desain boiler dan sampel batubara hasil pencampuran. Perbandingan nilai kalori dilakukan untuk melihat nilai
kalori sampel batubara hasil pencampuran yang paling mendekati dengan nilai kalori desain boiler. Data
parameter HHV dibutuhkan utuk mengetahui nilai maksimum pembakaran optimal yang dapat dilakukan oleh
suatu desain boiler.

Hasil Pencampuran Nilai Kalori (Coal Blending)

Coal blending dilakukan untuk mendapatkan nilai HHV dengan mencampur antara dua jenis batubara
beda nilai kalori yang harus memenuhi kualitas/kualifikasi batubara untuk konsumsi pembangkit. Coal
blending antara batubara kualitas tinggi (Medium Rank Coal) dengan batubara kualitas rendah (Low Rank
Coal) dilakukan di stockpile unit dan di uji coba nilai kalori di labolatorium batubara pembangkit.

1211
ISSN 2085-2762
Handri T.L, et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2019)

Gambar 1 Grafik Hasil Coal Blending Batubara 6 Pemasok Berbeda

Hasil blending batubara dari lima pemasok yang berbeda pada gambar 1 didapatkan enam sampel
batubara dengan perbandingan 50 :50 Untuk nilai kalori MRC dan LRC. Pada penelitian ini diambil empat
sampel batubara yang mendekati nilai kalori dengan desain boiler, perbandingan kualitas batubara hasil
blending terhadap desain boiler.

Analisis Perngaruh Penambahan Beban Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Specifik (SFC)

Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar specifik (SFC) ditunjukkan oleh gambar 2 dibawah ini dengan
menggunakan persamaan 2 dan 3 berdasarkan data dari tabel 2 :
Tabel 2 Data Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Pemakaian Batubara
Pemakian Desain
Beban Sampel A Sampel B Sampel Sampel Aktual
Sendiri Boiler
[4377] [4344] C [4338] D [4334] [4342]
[4440,45]
No. (kWh) (kWh) (kg/h) (kg/h) (kg/h) (kg/h) (kg/h) (kg/h)
1 200000 16000 122000 125000 125890 126320 126950 125990
2 220000 14700 131655 134125 135125 136125 136423 135425
3 250000 14625 137167 140167 141167 141767 141967 141348
4 270000 15250 144140 148260 149210 149960 150940 149310
5 290000 15666 143630 152630 153830 154130 154630 153930

(a) (b)
Gambar 2 Grafik Specifik Fuel Consumption (a) brutto dan (b) netto terhadap Beban

1212
ISSN 2085-2762
Handri T.L, et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2019)

Terlihat Bahwa pada gambar 2 Konsumsi Spesifik bahan bakar brutto dan netto pada sampel A saat
beban 200 MW adalah 0,625 kg/kWh dan 0,679 kg/kWh. Sedangkan, saat beban 290 MW sebesar 0,524
kg/kWh dan 0,526 kg/kWh adalah nilai konsumsi bahan bakar spesifik yang paling mendekati dengan
spesifikasi desain boiler dibandingkan dengan ke tiga sampel lainnya dan batubara aktualnya. Semakin
bertambahnya beban atau daya yang dibangkitkan oleh generator sinkron maka konsumsi bahan bakar
spesifik semakin menurun. Artinya, jumlah konsumsi spesifik bahan bakar per kWhnya pada beban rendah
relatif lebih besar daripada beban yang tinggi. Pada beban rendah komposisi udara dan bahan bakar tidak
sebaik pada beban tinggi sehingga pembakaran juga tidak sebaik pada beban tinggi

Analisis Pengaruh Penambahan Beban terhadap efisiensi Thermal

Hasil perhitungan hubungan beban terhadap heatrate (tara kalor) dan efisiensi thermal pembangkit
menggunakan persamaan 4 dan 5 juga 6 dan 7 terlihat pada grafik hubungan ditunjukkan pada gambar 3
dibawah ini :

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3 Grafik Heatrate dan Efisiensi Thermal, (a) dan (b) Heatrate terhadap Beban kemudian (c) dan (d) Efisinesi
Thermal terhadap Beban

Pada gambar 3 terlihat bahwa tara kalor (heatrate) brutto dan netto yang paling mendekati desain boiler
adalah sampel A tertinggi pada beban 290 MW sebesar 2303,66 kcal/kWh dan 2435,21kcal/kWh. Semakin
bertambahnya beban atau daya yang dibangkitkan maka tara kalor (heatrate) semakin menurun, artinya
jumlah kalor yang ditambahkan untuk menghasilkan satu satuan jumlah kerja, semakin menurun. Dengan
menurunnya jumlah kalor yang dibutuhkan semakin menghemat kalor bahan bakar untuk menghsailkan 1
kWh. Laju Kalor (heatrate) berbanding terbalik dengan efisiensi thermal berdasarkan grafik hasil perhitungan
dengan menggunakan persamaan 4 dan 5 artinya makin rendah makin baik. Nilai kalori batubara aktual yang
dipakai pada saat ini menghasilkan efisiensi thermal sebesar 35,30 % sedangkan keempat sampel yang
mendekati desain boiler adalah sampel A dengan nilai kalori berbeda dengan nilai kalori aktual menghasilkan
efisiensi thermal 35,36 % itu artinya terjadi peningkatan 0,06 % dibandingakn dengan nilai efisiensi batubara
aktual yg dipakai saat ini.

1213
ISSN 2085-2762
Handri T.L, et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2019)

Keuntungan Pembangkit Ditinjau dari Biaya Penghematan Bahan Bakar

Pada perhitungan keuntungan pembangkit, untuk mendapatkan keuntungan ditinjau dari banyaknya
konsumsi bahan bakar yang digunakan sesuai keempat sampel coal blending yang ditentukan, terlebih dahulu
dilakukan perhitungan keuntungan kotor yang didapatkan dengan harga acuan Power Purchase Agreement
(PPA) Perusahaan Listrik Negara oleh satu unit pembangkit. Dengan menggunakan persamaan 8, hasil
perhitungan penambahan biaya bahan bakar akibat perubahan efisiensi pada beban 290 MW perharinya
ditampilkan dalam grafikk seperti terlihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3 Data Hasil Perhitungan kerugian akibat perubahan efisiensi

Unit Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Batubara Aktual


HHV kcal/kg 4377 4344 4338 4334 4342
Beban MW 290
Pemakaian
kcal/h 249400000
Bahan Bakar
Efisiensi Ideal % 37
Efisiensi
% 35,36 35,31 35,29 35,2 35,3
Aktual
Biaya Bahan
Rp/kcal 0,152346356 0,153162523 0,152229599 0,152106368 0,151826117
Bakar
Jam Operasi h 24
Kerugian
Akibat
Rp 40418658 41874071 42111545 44292059 41754316
Perubahan
Efisiensi

Pada tabel 3 diatas menunjukkan besarnya biaya penambahan bahan bakar akibat perubahan efisiensi
untuk daya yang sama 290 MW. Biaya penambahan bahan bakar sampel A adalah terendah dari keempat
hasil coal blending, yaitu sebesar 40,41 juta rupiah/hari. Sedangkan, biaya penambahan bahan bakar akibat
perubahan efisiensi pada saat pemakaian batubara aktual sebesar 41,75 juta rupiah/hari. Besarnya biaya
penambahan bahan bakar ini berhubungan erat dengan nilai laju aliran massa dan efisiensi thermal masing-
masing nilai kalori bahan bakar.
Sedangkan keuntungan dari biaya penghematan bahan bakar dari masing-masing nilai kalori bahan bakar
batubara dapat ditampilkan dari hasil perhitungan keuntungan penghematan bahan bakar menggunakan
persamaan 9 menggunakan data pada tabel 3 dan 4 terlihat pada grafik pada tabel 5 dibawah ini :

Tabel 4 Data Hasil Perhitungan Revenue Pembangkit dalam Satu Hari


Kapasitas Pembangkit (satu unit) 315 MW
Daya Mampu Netto (DMN) 290 MW
Harga per kWh listrik Rp. 778,69
Keuntungan dalam satu hari (revenue) Rp 5.419.682.400

Tabel 5 Data Hasil Perhitungan Keuntungan ditinjau dari Penghematan Bahan Bakar
Uni Batubara
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D
t Aktual
HHV kcal 4377 4344 4338 4334 4342

1214
ISSN 2085-2762
Handri T.L, et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2019)

/kg
Total
Konsumsi
kg 3447120
Batubara
perhari
Biaya
Batubara Rp 2268204960
Ideal perhari
Kerugian
Akibat
Rp Rp40.418.658 Rp41.874.071 Rp42.111.545 Rp44.292.059 Rp41.754.316
Perubahan
Efisiensi
Rp2.308.623. Rp2.310.079.0 Rp2.310.316.5 Rp2.312.497.0 Rp2.309.959.2
Total Biaya Rp
618 31 05 19 76
Keuntungan
dari Rp3.111.058. Rp3.109.603.3 Rp3.109.365.8 Rp3.107.185.3 Rp3.109.723.1
Rp
penghematan 782 69 95 81 24
Bahan Bakar

Pada tabel 5 terlihat bahwa keuntungan yang didapatkan pada sampel A dari keempat hasil blending
batubara jauh lebih besar dibandingkan menggunakan batubara aktual. Keuntungan pada sampel A berkisar
3,11 milliar rupiah perhari dan keuntungan dari batubara aktual berkisar 3,10 milliar rupiah perharinya.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa adanya biaya penghematan bahan bakar antara batubara aktual
dibandingkan dengan sampel A hasil pencampuran batubara.

4. KESIMPULAN
Perhitungan dan pembahasan penelitian analisis konsumsi bahan bakar terhadap performa unit 2 PLTU X
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Batubara kondisi aktual dengan nilai kalori 4342 kcal/kg didapatkan nilai sfc sebesar 0,561 kg/kWh,
menghasilkan heatrate 2436,32 kcal/kWh dan efisiensi thermal 35,30 % pada beban 290 MW,
keempat sampel yang paling mendekati desain boiler adalah sampel A dengan nilai kalori 4377
kcal/kg coal blending antara PT.PLN BB MRC – PT.AI dengan nilai sfc sebesar 0,556 kg/kWh
menghasilkan heatrate 2435,21 kcal/kWh dan efisiensi tertinggi 35,36 % pada beban 290 MW
2. Kerugian akibat perubahan efisiensi batubara aktual sebesar Rp41.754.316 dan setelah dilakukan
pencampuran batubara yang mendekati desain boiler pada sampel A menjadi Rp40.418.658.
Sehingga nilai keuntungan ditinjau dari penghematan biaya bahan bakar pada saat kondisi aktual
adalah 3.10 milliar rupiah dan setelah dilakukan pencampuran batubara didapat dari sampel A
menjadi 3.11 milliar rupiah

REFERENSI
1. A. R. H. Amiral Aziz, "Evaluasi HeatRate dan Efisiensi suatu PLTU dengan Menggunakan Batubara
Berbeda dari Spesifikasi Design," BPPT, vol. 3, 2015.
2. B. Winardi, "ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
UAP," SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT'S EDUCATIONS, 2009.
3. o. T, "Sources, system and frontier conversion," Energy technology, (2012).
4. P. U. L. negara, "Standar Operasi Pusat Listrik Tenaga Uap " in Faktor-faktor Pengusahaan vol. SPLN
80, ed. Jakarta,1980.
5. Nusyirwan, Optimasi Efisiensi. Jakarta, 2017.

1215

Anda mungkin juga menyukai