Anda di halaman 1dari 10

I.

Pendahuluan
1.2 Latar Belakang

Melakukan efisiensi dalam pemakaian bahan bakar pembangkit listrik adalah cita-cita setiap
perusahaan yang bergerak dibidang pembangkitan listrik. Karena bahan bakar adalah
komponen yang sangat dominan dalam struktur biaya produksi energi listrik. Dengan
demikian setiap peluang untuk mengurangi atau menghemat konsumsi bahan bakar menjadi
sangat menarik untuk dikaji.

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) digolongkan sebagai pembangkit listrik tenaga thermal
yang mengubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Bahan bakar pada
PLTU dapat berupa bahan bakar padat (batubara). Bahan bakar batubara yang dibakar di
boiler maka akan mendapatkan nilai heat reat, dari nilai heat reat inilah maka akan di
dapatkan biaya operasi dan laba pada PLTU. Heat rate pada pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) adalah jumlah pasokan energi yang diperlukan untuk menghasilkan listrik sebesar 1
kWh. Artinya apa ? Jika nilai kalor bahan bakar batubara sebesar 5.000 kcal/ kg dan heat rate
suatu PLTU 2.500 kcal/ kWh, maka 1 kg bahan bakar batubara akan menghasilkan listrik
sebanyak 2 kWh.

Pengoperasian system yang efisien sangat penting dampaknya hingga dapat menjamin
hubungan yang pantas antara biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan listrik untuk
memproduksi satu kilowatt jam dengan biaya yang harus dibayar oleh pelanggan. Faktor
ekonomi yang dominan dalam operasi system tenaga adalah biaya bahan bakar pembangkit
thermal. Biaya bahan bakar pada umumnya merupakan komponen biaya terbesar kira-kira 60
% dari keseluruhan biaya operasi. Pengendalian biaya operasi ini merupakan hal yang pokok,
optimalisasi biaya sebesar 1% saja untuk sistem yang berskala besar dapat menghasilkan
penghematan dalam orde milyaran rupiah pertahun.

Disamping faktor bahan bakar, faktor tentang karakeristik suatu pembangkit perlu
diperhatiakan. Karena satu pembangkit dengan pembangkit lainya pasti mempunyai
perbedaan tentang effisiensi yang disebabkan oleh live time dari pembangkit itu sendiri,
perawatan/ maintenance suatu pembangkit, bisa juga dari desain dari pembangkit yang
berbeda. Oleh karena itu untuk membandingkan effisiensi suatu pem bangkit biasanya
dilakukan performance test agar diketahui seberapa jauh perbedaan effisiensi suatu
pembangkit dengan desain awal saat dilakukan commisioning awal start up.

1
1.2 Tujuan Masalah
1. Meneentukan operasi optimum suatu pembangkit tenaga listrik, mengoptimalkan
penjadualan pembangkit dalam melayani beban
2. Mengetahui hasil simulasi agar diperoleh efisiensi penghematan biaya konsumsi
bahan bakar
1.3 Pembatasan Masalah
1. Data yang digunakan dalam makalah analisa ini adalah data operasi pembangkit
PLTU Suralaya unit 1-4
2. Proses pembebanan dan perhitungan berlangsung dalam jangka pendek
3. PLN P2B (pengatur beban) memberi kewenangan kepada pihak manajemen PLTU
Suralaya 1-4 untuk menentukan pembebanan tiap, PLN P2B hanya menentukan
jumlah beban gross saja
4. Sistem jaringan dianggap handal dan kapasitas pembangkit lebih besar dari pada
beban sistem
5. Nilai heat rate batubara dianggap homogen
6. Penggolahan data menggunakan software Microsoft Exel untuk mempermudah
perhitungan

1.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diambil langsung dari data performance test da data energy efficiency war
room PLTU Suralaya bulan Desember 2016.

2
II. Landasan Teori

Dalam pengoperasian sistem yang optimal perlu mengacu pada suatu manajemen operasi
yang baik terutama karena melibatkan biaya operasi yang besar. Khususnya untuk
pembangkit termal. Manajemen operasi yang baik harus mampu menyediakan tenaga listrik
seekonomis mungkin dan tetap memiliki keandalan (Reability) dan ketersediaan (Available)
yang tinggi. Sehingga untuk mencapai pengoperasian yang optimal dan ekonomis perlu
adanya pengaturan sistem operasi.
2. 1 Heat Rate

Secara umum heat rate didefinisikan sebagai total panas input yang masuk ke dalam sebuah
sistem dibagi dengan total daya yang dibangkitkan oleh sistem tersebut, dengan satuan
Btu/kWh atau kJ/kWh atau kCal/kWh (satuan yang biasa dipakai oleh industri pembangkitan
listrik di Indonesia). Walaupun definisi heat rate di atas terlihat sederhana, namun parameter-
parameter yang digunakan untuk menghitung heat rate sangatlah banyak.

Untuk mendapatkan nilai heat rate pembangkit dengan cara ini tidak membutuhkan data yang
banyak dan konversi yang rumit. Sesuai dengan definisi yang telah dijelaskan di atas, data
yang digunakan adalah total panas input yang terdiri dari nilai kalor bahan bakar (HSD,
batubara, dll) dalam satuan kCal/kg dan laju inputan bahan bakar dengan satuan ton/jam,
disamping itu data lain yang digunakan tentunya adalah daya yang dihasilkan dalam satuan
MW. Setelah mendapatkan data-data tersebut, selanjutnya perhitungan heat rate dengan
metode input-output dapat diketahui melalui persamaan,

HR = (NK x FF) / P

HR = Heat Rate (kCal/kWh)


NK = Nilai Kalor Bahan Bakar (kCal/kg)
FF = Fuel Flow (ton/jam)
P = Power (MW)
Sebagai contoh, apabila dalam sebuah industri pembangkitan listrik diketahui nilai kalor
bahan bakar (batubara) yang digunakan adalah 4500 kCal/kg, dan untuk membangkitkan daya
listrik sebesar 350 MW maka dibutuhkan konsumsi batubara sebesar 170 ton/jam, sehingga
heat rate dari proses tersebut dapat dihitung :
HR = (NK x FF) / P
HR = (4500 x 170) / 350

3
HR = 2185,71 kCal/kWh
Dari hasil perhitungan di atas mengindikasikan bahwa untuk membangkitkan daya listrik
sebesar 1 kWh, maka dibutuhkan energi kalor dari batubara sebesar 2185,71 kCal.

2.2 Pengaturan Pembebanan


Pembangkit yang biasa digunakan pada suatu sistem tenaga listrik terdiri dari pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) dan unit-unit thermal (PLTG, PLTU, PLTD, PLTGU, Dll). Setelah
jalur pembebanan ditentukan, maka kemudian dalam jalur beban unit pembangkit termis
perlu dibuat jadwal operasi unit-unit pembangkit yang optimum. Hal ini timbul karena
efisiensi unit pembangkit termis tergantung pada pembebanannya dan unit PLTU kebanyakan
tidak dapat dioperasikan star-stop dalam waktu kurang dari dua jam. Hal ini karena PLTU itu
tidak bisa diberi beban yang rendah sedang kalau diberi beban rendah maka efisiensinya akan
turun.

III. Metodologi Penelitian

Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja PLTU Suralaya unit 1-4 kota Cilegon. Untuk
data pembebanan dan daya mampu kapasitas unit masing-masing dapat dilihat pada tabeli 1.

No Pembangkit Daya Terpasang Daya Mampu


1 Unit 1 400 MW 400 MW
2 Unit 2 400 MW 400 MW
3 Unit 3 400 MW 400 MW
4 Unit 4 400 MW 400 MW
Tabel 1. Data pembangkit dan kapasitas

Langkah-langkah dalam penelitian, mulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan penelitian
secara garis besar digambarkan melalui flowchart pada gambar 3.1. Sebelum melakukan
penelitian terlebih dahulu menentukan jenis parameter atau data-data teknis dari setiap unit
pembangkit. Jenis data yang diperlukan berupa data operasi dan data teknis dari masing-
masing unit pembangkit. Data yang diperoleh berupa data pembangkit milik PT. Indonesia
Power yang beroperasi pada hari dan jam yang ditentukan untuk dilakukan optimasi
penjadwalan.

4
Start

Menentrukan parameter atau data-


data teknis

Data operasi
tanggal 25
desember 2016

Mengolah data

Menghitung karakteristik input


output pembangkit serta membuat
persamaan untuk penghitungan
untung rugi

Untung
Pengolahan data hasil persamaan
>< hasil commisioning

Rugi Finish

Menentukan pola pengoperasian

Finish

Gambar 3.1 Flowchart penelitian

Dengan data temperatur main steam, economizer, exess air, kondensor, total coal flow, total
air flow dll yang diambil langsung dari DCS comm maka di dapat data interpolasi nilai
sebagai berikut

No Parameter War Room 25% 65% 75% 100% Load change


1 Gross Output (MW) 100,00 260,00 300,00 400,00 400,00
2 Net Heat Rate (Kcal/Kwh) 2.688,00 2.688,00 2.688,00 2.688,00 100,00
3 Boiler Efficiency (%)
4 Main Steam Pressure (Kg/Cm²) 169,00 169,00 169,00 169,00 169,00
5 Main Steam Temperature (°C) 539,00 539,00 539,00 539,00 539,00
6 Reheat Steam Temperature (°C) 539,00 539,00 539,00 539,00 539,00
7 Economizer Inlet Temperature (°C) 190,00 227,00 233,00 251,00 252,87
8 Condenser Vaccum (mmHg) 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00
9 Flue Gas Temperature PAH (°C) 115,00 124,00 129,00 136,00 135,47
10 Flue Gas Temperature SAH (°C) 118,00 118,00 135,00 141,00 138,68
11 Excess Air O2 (%) 8,50 5,2 4 3 3,30
12 Auxiliary Electricity (%) 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50

Gamabar 3.2 Parameter persamaan input output

5
3.1 Pengaruh Fluktuatif Beban
Operasi ekonomis adalah proses pembagian atau penjatahan beban total kepada masing-
masing unit pembangkit, seluruh unit pembangkit di control terus-menerus dalam interval
waktu tertentu sehingga di capai pengoperasian yang optimal, dengan demikian
pembangkitan tenaga listrik dapat dilakukan dengan cara yang paling ekonomis. Konfigurasi
beban atau penjadwalan pembangkit yang berbeda dapat memberikan biaya yang berbeda
pula, tergantung dari karakteristik masing-masing unit pembangkit yang dioperasikan.

300.00
Grafik Pengaruh Beban terhadap penurunan
temperatur Economizer Inlet
250.00

200.00 y = 0.2046x + 171.03

150.00

100.00

50.00

0.00
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00

Grafik 3.1 Fluktuatif beban terhadap temperatur inlet economizer

Berdasarkan grafik fluktuatif beban sangat berpengaruh terhadapt temperatur inlet


economizer. Apabila suatu PLTU dibebani rendah makan temperatur inlet economizer akan
rendah atau bisa disebut juga berbanding lurus.

6
3.2 Pengaruh Main Steam Pressure

Main steam pressure adalah tekanan uap kering yang akan masuk ke HP turbin, pressure
main steam ini tergantung dari kinerja boiler dalam menghasilkan uap panas berbanding lurus
dengan jumlah bahan bakar batubara yang dibakar dalam boiler.

Gambar 3.3 Main Steam Pressure Set 165 kg/cm2

Pada tanggal 25 Desember 2016 diketahui bahwa setting pressure main steam 165 kg/cm2
pada kolom penghematan/kerugian menunjukkan nilai 7,06 yang berarti tanda biaya
pengeluaran bahan bakar menjadi lebih banyak 7,06 juta agar mendaptkan heat reat yang
sesuai dengan beban 400000 kWh. Nilai 7,06 di dapatkan dari kolom dampak heat reat kolom
perbedaan hari kemaren 4,00 dikali dengan ketetapan EPRI factor (Electric Power Research
Institute’s) untuk main steam nilainya (-0,06) dikali dengan setting main stteam saat
commisioning 169 kemudian dibagi 1000000.
Diketahui:
Harga kCal/kWh : 0.15
Harga Batubara 350.000/ton = 300/kg
NHR = (NK x FF) / P
NHR= (5500 x 200 ton)/400000= 2750 kcal/kWh
Nilai heat rate tidak sama dengan hitungan manual dikarenakan menggunakan rumus
interpolasi sehingga didapatkan nilai 2780. Dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan 1
kWh dibutuhkan batubara 0.5 kg

7
Perhitungan biaya penghematan/kerugian:
(4,00 x (-0,06) x 0,15 x 400000 x 24 x 0,8)1000000 = 7,06176 juta rupiah kerugian
(Dibagi 1000000 agar mempermudah perhitungan)

Gambar 3.4 Main Steam Pressure Set 169 kg/cm2

Pada tanggal 26 Desember 2016 diketahui bahwa setting pressure main steam 169 kg/cm2
pada kolom penghematan/kerugian tidak keluar nominal karena setting main steam pada
tanggal 26 Desember sama dengan setting main steam saat commisioning.

8
Gambar 3.5 Main Steam Pressure Set 169,5 kg/cm2

Pada tanggal 27 Desember 2016 diketahui bahwa setting pressure main steam 169,5 kg/cm2
pada kolom penghematan/kerugian menunjukkan nilai (0,88) yang berarti tanda dalam
kurung menunjukkan angka negatif yaitu penghematan bahan bakar sebesar -0,88 juta per
hari untuk menjacapi nilai heat reat yang sesuai agar membangkitkan 400000 kWh.

IV. Kesimpulan
1. Pembangkit listrik tenaga uap agar effisiensinya tinggi harus menampung beban yang
tinggi pula. Semakin rendah beban suatu PLTU maka effisiensi thermalnya juga akan
semakin berkurang. Akan tetapi suatu perusaaan pembangkitan tenaga listrik harus
melihat kondisi beban dijaringan yang diatur oleh PLN P2B pembagi beban agar
didapatkan beban jaringan yg handal.
2. Nilai setting main steam berbanding terbalik dengan effisiensi thermal boiler. Ketika
setting main steam dibuat 165 kg/cm2 maka biaya bahan bakar yang dikeluarkan akan
semakin tinggi yaitu 7,06 juta. Sedangkan ketika main steam dibuat 169.5 kg/cm2 maka
biaya bahan bakar akan saving/ berhemat 0,88 juta. Serta kualitas steam yang masuk ke
turbin semakin bagus.

9
V. Saran
Setting main steam juga harus melihat kekuatan karakteristik metal dari tube-tube boiler
biasanya terdapat di Boiler Desaign atau Boiler Manual Book seberapa kuat dapat menahan
pressure tinggi. Karena apabila dipaksakan malah akan membuat tube-tube boiler pecah
karena tidak dapat menahan uap dengan kapasitas tekanan yang tinggi.

10

Anda mungkin juga menyukai