Analisa Bahan Ajar Modul 3 KB 4
Analisa Bahan Ajar Modul 3 KB 4
DI AUSTRALIA
i
kupersembahkan buku ini
untuk istri tercinta
dan anak-anakku
ii
ISLAM
DI AUSTRALIA
iii
ISLAM DI AUSTRALIA @ 2019
ANGGOTA IKAPI
No. 137/JTI/2011
ISBN : 978-602-1262-79-5
x+ 120 ; 14,5 cm x 21 cm
iv
Kata Pengantar
v
oksidentalisme, membaca Barat dari perspektif kita orang-
orang Timur. Jika orang Barat membaca kita orang Timur
dengan Orientalisme, maka meminjam bahasa Hasan
Hanafi, kita melawannya dengan “Oksidentalisme”.
Saya ucapkan terima kasih pada Bapak Rektor IAIN
Jember, Prof. Dr. Babun Suharto, SE, MM yang telah
memberi ijin ke Australia. Juga kawan-kawan pimpinan di
IAIN Jember: Prof. Miftah Arifin (Warek I), Dr. Moh.
Chotib, MM (Warek II), Dr. KH. Hefni Zein M.M (Warek
III),, Prof. KH. Abd. Halim Soebahar, MA (Direktur Pasca
Sarjana IAIN Jember).
Juga khususnya Keluarga Besar Fakultas Syariah IAIN
Jember. Dr. M. Faishal, MA (Wadek I), Dr. Sri Lum’atus
Sa’adah, MA (Wadek II), dan Martoyo, SH, MH (Wadek
III), dan yang lain: Dr. Junaidi, Abd. Jabar, Abd. Wahab, Bu
Anis, Bu Yanti, Bu Nuri, Mas Muyazin, Mas Aminullah
dan semuanya. Juga khususnya pada Bu Sofkhatin
Khumaidah, Ph.D yang telah membantu urusan visa
sehingga lancar ke Australia.
Terima kasih pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
yang mendukung kegiatan safari dakwah: Prof. KH. Said
Agil Siradj, MA (Ketum PBNU) dan Prof. KH. Moh.
Maksum, MA (Waketum PBNU). KH Marzuki Mustamar
(Ketua PWNU Jawa Timur), KH. Sumarkan (Ketua PW
LDNU Jawa Timur), Gus Najib (Ketua PW LTN NU Jatim),
mas Hadidz (Wakil Ketua ASPIRASI), Mas Idung
(ASPIRASI), Mas Eka, dan keluarga besar NU.
Selanjutnya, Prof. Syeikh KH. Nadirsyah Hosen, Ph.D
dan Mas Tufel Musyadad yang mengundang saya. Juga
vi
pada semua teman-teman PCI NU Australia-New Zealand:
Mbak Nella, Kang Sabil, Mas Santo, Mbak Nurul, Muja al-
Makassari, Ust. Abdurrahman al-Makassari, Kang Beben
(Adelaide); Mbak Fenti (Brisbane); Ust. Yusdi, Ust. Rahmat,
Ust. Emil dan istri, Mas Hasan, Mbak Laili, Mas Latif, Mas
Hafidz, Mas Agung, Mas Akias, Mas Najib dan istri
(Sydney); Mas Badrun, Mas Wowok, Teh Lola, Bapak Zaki,
Mbak Uli, Mas Katiman dan istri, Mas Fuad Fanani dan
Istri, Mas Adi, Mbak Andin , Mas Wildan (Canberra); Mas
Nazil, Mbak Ima, Mas Rofi’i, Mbak Ami, Pak Ade, pak
Yazid dan Ibu, Pak Marzuki dan Ibu serta mas Yasni.
Pada teman-teman World Moslem Studies Center
(Womester) seperti Dr. Mas’ud Ali, M.Pd.I, Mas Basuki, ,
Ust. Baidlawi, Kang Hanif (Bekasi), Dr. Cecep Romli
(Bogor), Mbak Cholis, Mas Irwan, Mas Abdur Rauf, dan
sebagainya, disampaikan banyak terima kasih.
Terkhusus pada Nanda Zainal Anshari, M.Pd.I yang
telah menjadi Editor buku ini, saya ucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya.
Dan terakhir, terima kasih pada istri saya tercinta:
Robiatul Adawiyah yang telah mendorong untuk terus
berkarya. Juga anak-anakku tersayang: M. Syafiq
Abdurraziq, Iklil Naufal Umar, Ibris Abdul Karim, Sarah
Hida Abida, dan Ahmad Eidward Said. Tanpa dukungan
mereka, ke Australia tidak mungkin terwujud. Buku ini
saya persembahkan untuk kalian semua.
Selamat membaca !
vii
viii
Daftar Isi
ix
Idul Adha dan
Tradisi Halal bi Halal di Adelaide~ 81
Belajar pada Flinders University, ANU dan Monash
University ~ 87
Musuh Utama Orang Australia: “Loneliness and
Homeless”~ 93`
Toleransi ‘Tanpa Batas’ ~ 97
Gus Nadirsyah dan
Fenomena Gerakan ‘Islam Radikal’ ~ 101
Barbexiu, dan Selametan ‘ala NU ~105
Penutup ~109
x
Selamat Datang di Aussie
2
Namun demikian, di Australia, penduduknya sudah
menyiapkan solusi atas berbagai musim tersebut. Misalnya
pada musim dingin, mereka menyediakan mesin
penghangat di kamar yang mereka sebut Hiter. Demikian
juga, kasur diberi wol penghangat. Pada musim panas, di
rumah-rumah juga disediakan AC. Karena jika sudah
musim panas, cuaca bisa mencapai 42 derajat. Beberapa
orang tua yang tidak kuat cuaca dikabarkan juga pernah
meninggal dunia.
Satu hal yang saya amati adalah betapa cepatnya
adaptasi orang Indonesia terhadap lingkungan. Orang-
orang Indonesia umumnya dan Nahdlatul Ulama
khususnya, saya lihat, paling cepat beradaptasi dengan
lingkungan di Australia. Oleh karena itu, ketika diajak
bermain bulutangkis, saya pun mengiyakan di tengah
cuaca dingin di musim dingin. Alhamdulillah, bersama
Kang Sabil, saya malam hari berangkat ke pusat olah raga
orang Indonesia di Adelaide. “Lumayan, cukup
menghangatkan tubuh”, kata saya pada Kang Sabil. Saya
berjumpa dengan banyak orang Indonesia di sini.
Saya merasakan penyambutan yang begitu hangat dan
luar biasa dari segenap muslim Indonesia di Australia
mulai dari Adelaide, Sydney, Canberra dan Melbourne.
Banyak hal dan pengalaman yang saya dapatkan selama
mengunjungi Negara yang telah merdeka dari Inggris pada
tanggal 1 Januari 1901 tersebut.
3
Bersama Mas Tufel (Ketua PCI-NU Australia-New
Zealand) dan Mas Sabil (Katib Syuriyah PCI NU Australia-
New Zealand) di Adelaide Airport.
4
(Darwin). Sementara, Canberra adalah ibu kota Australia
di masa sekarang dengan sebelumnya ibu kota Australia
adalah Melbourne (1901-1927).
Kota-kota yang indah, rapi, teratur dan menawan
adalah ciri-ciri kota besar di Australia. Kota-kota yang juga
anti-macet karena kepatuhan dan ketaatan pada peraturan
lalu lintas Australia menjadikan Australia menjadi Negara
yang “paling teratur” di dunia dengan berkiblat pada
negara-negara Barat. Australia bukan Negara Barat, tapi
kultur masyarakatnya adalah Barat karena negara ini
merupakan persemakmuran Inggris sebagaimana akan
dibahas pada bab-bab selanjutnya.
Wallahu’alam. @
5
6
Mbah Maimun Zubair
dan Sholat Ghaib di Kota Adelaide
7
Selama perjalanan dari Denpasar Bali ke Adelaide,
memori bersama Mbah Maimun tak bisa hilang begitu saja.
Terakhir, setelah Idul Fitri, tepatnya Ahad, 9 Juni 2019,
saya bersama keluarga sowan kepada beliau. Secara
spesial, saya mendapat ijazah sanad kitab “Bughyatul
Mughtarin”, sementara tamu yang lain yang berjumlah
lebih dua puluh orang tidak mendapat sanad serupa. Ada
kebanggaan, apalagi beliau memegang erat tangan saya
sembari membisikkan akan pentingnya kitab ini sekitar
seperempat jam lamanya. Saya hanya menjawab ‘inggih’
atas semua yang beliau sampaikan,
Sebelumnya, di hadapan tamu-tamu beliau, Mbah
Maimun bercerita banyak tentang sejarah Islam dan peran
Habaib dalam penyebaran Islam di Indonesia. Beliau
menyampaikannya hampir 1 jam lamanya. Agar didengar
hadirin, beliau menggunakan speaker sehingga suara
terdengar keras. Kami yang berada di sebelah depan kanan
beliau, menjadi ikut menikmati uraian demi uraian bernas
dan mencerahkan dari beliau. Tak terasa, mulai jam empat
sore hingga hampir Maghrib waktu setempat. Kamipun
minta ijin pulang pada beliau.
Memori saya juga merekam tahun 1997 yang silam.
Saat itu, saya adalah santri Ma’had Aly Ponpes Salafiyah
Syafi’iyah Situbondo. Pada bulan Ramadlan tahun itu, saya
ikut mengaji “Posonan” (Mengaji di bulan Ramadlan) di PP
Al-Anwar Sarang Sarang Rembang. Kami mengaji
beberapa kitab ke Mbaih Maimun. Singkat cerita, setelah
selesai “Ngaji Posonan” setengah bulan lamanya, saya
mohon pamit pada beliau malam hari. Banyak tamu yang
kebetulan bersama saya. Seperti biasanya, malam itu,
semua diberi makan. Hanya saja, saya yang paling cepat
8
makannya. Beliau dengan nada guyon mengatakan” Kalau
cepat makannya, insyaallah dapat ilmunya juga cepat”. Bagi
orang lain, mungkin ini perkataan yang biasa. Namun bagi
saya yang saat itu menjadi mahasiswa semester tiga
Fakultas Syariah IAI Ibrahimy Situbondo, perkataan beliau
merupakan hal yang luar biasa.
Apa yang dikatakan Mbah Maimun, bagi saya,
menjadi inspirasi persis atas apa yang ditulis oleh Ibnu
Athailah al-Iskandari dalam kitab Hikam: “Kaifa takhruqu
laka al-‘awaidu wa anta lam tukhriq min nafsika al-‘awaida”.
Terjemah bebasnya: ‘bagaimana mungkin kau dapat
menjadi luar biasa, sementara yang kau lakukan adalah
hal-hal yang biasa saja’. Bagi santri seperti kami, inspirasi
Mbah Maimun itu menjadi semacam api yang terus
menyala untuk melakukan hal-hal luar biasa dalam
kehidupan. Untuk mencapai hasil yang besar harus ada
usaha besar. Untuk mencapai hasil yang luar biasa harus
melakukan perbuatan yang luar biasa.
Termasuk hal ‘luar biasa’ adalah sholat ghaib dan
tahlil di Kota Adelaide. Katib Syuriyah PCI NU Australia
New Zealand, Ustadz Sabilil Muttaqin ‘calon’ Ph.D,
mengundang pengurus dan jama’ah NU dengan ‘agak
pesimis’ karena sholat ghaib dan tahlil dilakukan pada hari
Rabu sore (7/8/2019) dimana umumnya anggota NU masih
kuliah atau bekerja. Meski demikian, Mbak Nella pemilik
rumah di Bellevue Height Adeleide South Australia yang
ditempati acara ini sangat senang dengan kehadiran kami
dan para anggota jam’iyyah NU tersebut. Dia menyiapkan
makanan malam khas Indonesia yang lezat untuk kami.
Mbak Nella dan juga suaminya, Prof. Jimmi (alm) adalah
jangkar NU di Australia karena komitmennya yang tinggi
9
pada eksistensi organisasi Nahdlatul Ulama Australia-New
Zealand.
Alhamdulillah, meski tidak sangat banyak seperti di
Indonesia, beberapa warga NU Australia di Adelaide yang
bergabung bersama kami. Waktu maghrib setempat (05.39
p.m), kami sholat maghrib berjama’ah dan dilanjutkan
dengan sholat ghaib. Setelah melakukan sholat ghaib untuk
almarhum Mbah Maimun, kamipun melakukan tahlil
bersama. Rasa khusyuk dan duka terlihat pada beberapa
dari kami. Pada akhirnya kami harus rela dan ikhlas
ditinggal oleh seorang maha guru kami, kiai yang sangat
alim. Mbah Maimun adalah panutan hidup kami; luasnya
ilmu, akhlak, kesederhanaan, keikhlasan dan ketawadluan,
adalah samudera keteladanan yang tak pernah lapuk
dimakan zaman dan tempat.
Selamat jalan Mbah Maimun, Maha Guru Kami !.
Wallahu’alam. **
10
Praktik Sholat ‘ala Muslim Australia
11
Tak heran, jika kita bisa melihat ‘banyak’nya masjid
yang dibuat oleh Umat Islam di Adelaide, Sidney,
Canberra, Brisbane, Melbourne, Perth dan lain sebagainya.
Kata ‘banyak’ adalah dibanding dengan negara minoritas
muslim yang lain seperti Taiwan. Di Adelaide, ada Masjid
Marion yang terkenal. Sementara, di Sydney, ada masjid
‘Darul Fatwa’. Di Canberra, ada masjid Canberra. Di
Melbourne, ada masjid Westall dan masih banyak lagi.
Australia tidak mempunyai agama negara yang resmi
dan masyarakat pun bebas menganut agamanya masing-
masing, selama mereka patuh dan taat pada hukum yang
berlaku di negara tersebut. Penduduk Australia juga bebas
tidak memeluk agama alias ateis.
Jika dilihat jumlah penduduk yang berjumlah 24,6
juta, 63,5 persen penduduk Australia mengaku beragama
Kristen dan Katolik. Sementara 29,6 persen mengaku tidak
beragama, Islam 2,6 persen, Budha 2,4 persen dan Hindu
1,9 persen. 1 Itu semua mencerminkan bahwa masyarakat
Australia multikultural dan sangat majemuk secara
budaya.
Aliran kepercayaan juga ada di Australia. Aliran ini
dimulai oleh penduduk Aborigin dan Kepaluan Selat
Torres yang telah mendiami Australia selama antara 40.000
hingga 60.000 tahun. Penduduk asli Australia ini memiliki
tradisi agama dan nilai rohani yang unik.
Dalam konteks itu, maka sesungguhnya Australia
adalah Darul Islam. Terma Darul Islam adalah nama untuk
1
Sensus tahun 2017.
12
wilayah dimana umat Islam dapat menjalankan agamanya
dengan baik. Tanpa harus menggunakan khilafah, maka
sesungguhnya Australia menurut saya, sangat tepat
disebut dengan Darul Islam. Tentu ini berbeda dengan
terma khilafah yang dikembangkan oleh kalangan ‘Islam
Garis Keras’ di Australia. Kalangan ini –meski jumlahnya
sangat sedikit—juga ingin agar hukuman hudud
diterapkan. Padahal, yang demikian ini adalah hal yang
tidak mungkin. (M. Noor Harisudin: Fikih Minoritas, 2019).
Dalam sistem pemerintahan, Australia menerapkan
sistem pemerintahan parlementer dalam bentuk Negara
federasi. Bentuk pemerintahannya adalah monarki
konstitusional dimana Australia dipimpin oleh seorang
perdana menteri dengan seorang ratu atau yang menjadi
kepala Negara. Sebagai kepala Negara, raja atau ratu di
Australia menjadi bagian dari lembaga legislatif,
sedangkan pengadilan tinggi disebut lembaga yudikatif.
(Beni Ahmad Saebani: 2016, 259).
Walaupun Australia adalah Negara yang merdeka,
Ratu Elizabeth II dari Inggris secara resmi juga merupakan
Ratu Australia. Demikian ini karena Australia adalah
negera persemakmuran Inggris. Ratu menunjuk Gubernur
Jenderal atas saran pemerintah Australia terpilih untuk
mewakilinya. Gubernur Jenderal memiliki kekuasaan yang
luas, namun berdasarkan konvensi hanya bertindak atas
saran menteri pada semua urusan.
(www.indonesia.embassy.go.au).
Lembaga-lembaga dan praktik politik di Australia
mengikuti tradisi demokrasi liberal Barat yang
mencerminkan pengalaman Inggris dan Amerika Utara.
13
Pada garis besarnya, federasi Australia memiliki sistem
pemerintahan tiga tingkat, yaitu: parlemen (legislatif) dan
pemerintah Australia yang bertanggung jawab urusan
nasional dan enam pemerintah negara bagian dan badan
legislatifnya di setiap state-nya.
Kembali pada urusan sholat, maka terlihat dipraktikan
dalam masjid-masjid. Masjid ini didirikan oleh banyak
komunitas muslim yang tersebar di seluruh kota Australia.
Komunitas muslim Libanon, Turki, Afganistan, Malaysia,
Mesir, dan sebagainya mendirikan masjid dan lalu
dikelolanya untuk komunitasnya dan kadangkala dibuka
untuk publik muslim di Australia
Di samping itu, di kampus-kampus, pemerintah
memberikan fasilitas prayer room seperti kita lihat di banyak
Universitas. Namun demikian, jumlahnya tidak sebanyak
di Indonesia. Bandingkan dengan Indonesia dimana,
seseorang dalam sehari bisa sholat 1000 rakaat karena
begitu mudahnya orang menjumpai masjid.
Karena itu, jangan dibayangkan melakukan sholat
begitu mudah di Australia. Saya merasa kesulitan sholat
dan wudlu ketika di Opera House Sydney. Opera house
adalah tempat pertunjukan para seniman Australia. Jika di
Indonesia, kita menyebutnya TMII Jakarta. Hanya tempat
Opera House sangat besar, indah, mewah dan yang luar
biasa: di pinggir Pantai Sydney.
Lalu, kamipun menyusuri dataran tinggi Opera House
dan lalu kami sholat dibawah pohon yang sudah berumur
puluhan atau bahkan ratusan tahun tersebut.
Pada hari lain, ketika berjalan-jalan ke Darling
Hourbur Sydney, hal yang sama terjadi. Karena itu, mas
14
Hafidz, seorang mahasiswa Ph.D di Sydney, ternyata
sudah menjamak sholatnya di rumah. Artinya, sholat jama’
qashar adalah hal yang biasa, karena sulitnya
mendapatkan fasilitas sholat dalam medan perjalanan yang
panjang. Maka solusinya adalah sholat jama’ dan qashar,
meskipun medan masih dalam jangkauan kota di bawah 80
km. Kecuali sudah ada di rumah, maka seorang muslim
Australia akan dengan mudah melakukan sholat kapan
saja.
15
Dalam konteks inilah, maka dalam pandangan saya,
perlunya menggunakan madzhab fikih yang elastis. Jangan
sampai seorang muslim kesulitan dalam menjalankan
ibadah sholat di tengah-tengah keterbatasan fasilitas
ibadah muslim yang ada pada Opera House yang terkenal
di Sydney.
Seperti yang kami lakukan ketika berada di Opera
House Sydney tadi. Tiba-tiba, mas Hasan, mahasiswa Ph.D
asal Madura ini, mengajak saya untuk mashul khuffain.
Dalam hal ini, saya setuju dengan Gus Nadir tentang
bolehnya mengusap kaus kaki atau yang dikenal dengan
massul khuffain. Ia menulis:
16
Pada sisi lain, Islam adalah agama yang mudah.
Dalam keadaan tertentu, kemudahan ini misalnya dalam
wudlu, dimana ada sesuatu yang menutupi bagian tubuh
kita yang sulit dilepas dan memang dibutuhkan untuk
perlindungan. “Seperti di kaki (khuff dan yang sejenis,
kepala (serban dan yang sejenis) dan juga anggota tubuh
yang lain (perban, gips dan yang sejenis). Kita diijinkan
untuk berwudlu dengan mengusap bagian luar penutup
tersebut tanpa melepasnya”, ujar Gus Nadir yang juga
Dosen Senior Monash University di Melbourne.
(Nadirsyah Hosen: 2019, 102-103).
Saya setuju dengan Gus Nadir. Dan itulah yang terjadi
ketika berada di Opera House Sydney dan kami tidak
menemukan tempat wudlu yang memadai. Pun, tidak ada
praying room bagi umat Islam di destinasi wisata paling top
di Australia tersebut. Akhirnya setelah wudlu di toilet
umum, kamipun mencari tempat taman yang bersih dan
suci di Sydney. Pak Yusdi, pak Rahmat dan Mas Hasan
yang bersama saya sholat jama’ah di bawah pohon
beringin besar tersebut.
17
Sebagian yang lain berusaha jum’at dengan cara jam
kerjanya diambil oleh orang lain, alias dia tidak bekerja.
Seorang ibu dalam pengajian di Westhal juga bertanya
tentang anaknya yang menjadi tentara Australia dan tidak
bisa sholat Jum’at ketika sedang tugas menjalankan
kewajiban sebagai militer. Saya jawab, ketika sulit karena
keadaan di lapangan, maka ia ganti dengan sholat Dluhur.
Tentu, ini karena keadaan yang berbeda dengan kita yang
ada di Indonesia sehingga berlaku hukum rukhsah pada
mereka.
Begitulah, kita yang datang ke Australia akan sadar
bahwa ada hal-hal yang berbeda dalam tataran praktek
berislam sebagai ekspresi berislamnya. Islamnya sama:
Indonesia, Arab Saudi, Mesir, Cina dan Australia. Yang
berbeda adalah makanan, adat-istiadat dan ekspresi
berislamnya.
Wallahu’alam. **
18
Bersama Prof. KH. Arskal Salim, Ph.D (Direktur Pendis
Kemenag RI) dan jama’ah Masjid Westall dalam sebuah
pengajian bersama Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M. Fil.I
di Melbourne Australia.
19
20
Mudahnya Haji di Australia
21
LPDP Kemenristek Dikti, ataupun AAS dari Australia.
Umumnya juga mereka kuliah S2 ataupun S3 di beberapa
kota di Australia seperti Adelaide, Sydney, Canberra,
Melbourne, Perth dan Brisbane.
Jika ingin mendapat hak-hak sebagai orang Australia,
maka orang Indonesia dapat menjadi Piar (Permanent
Residence). Dengan menjadi permanent residence, maka dia
akan mendapat hak-hak orang Australia yang menganut
paham welfare state dengan tetap menjadi warga negara
Indonesia.
Hak penuh sebagai orang Australia juga kita dapati
dengan status citizen. Sebagai warga negara penuh, maka
dengan menjadi citizen Australia seseorang akan
mendapatkan haknya. Dia juga punya hak dan kewajiban
dalam pemilihan umum di Australia. Ini yang
membedakan antara Piar dengan Citizen. Yaitu pada aspek
punya hak suara ketika pemilihan umum di Australia.
Sebagian besar orang Indonesia di Australia lebih
memilih menjadi Permanent Residence karena suatu saat
nanti mereka ingin kembali ke Indonesia. Sebab, kalau
menjadi citizen, maka dia tidak bisa menjadi warga negara
Indonesia. Seperti di Indonesia, di Australia hanya
menganut sistem satu kewarganegaraan.
Mbak Nella sendiri sudah menjadi permanent resident
sejak lama. Tepatnya tahun 2003, ketika dia menjadi istri
Jimmi, seorang profesor Asia Studies di Universitas
Filnders Kota Adelaide. Dia menceritakan pada saya
bagaimana bahagianya dia dapat melaksanakan haji
berangkat dari Australia pada tahun 2014. Selain Jimm, dia
membawa adiknya, Uzair yang juga mahasisawa Ph.D di
22
Universitas Flinders Kota Adelaide. Uzair sekarang
menjadi Dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Di Australia, membayar haji diberi pilihan: antara 15
hari atau 40 hari dengan biaya yang sama. “Kalau saya
memilih yang 15 hari. Kita berangkat pesawat sendiri.
Artinya tidak rombongan. Baru ketika sampai di Mekah,
jama’ah haji dari Australia baru berkumpul”, ujarnya
dalam diksusi dengan saya.
Ketika saya tanya biaya haji tahun 2019 ketika buku ini
ditulis, dia mengatakan bahwa biaya haji sudah naik.
“Insyaallah tahun 2019 ini sekitar 120 ribu dolar Australia
atau sekitar 120 juta rupiah”, kata mbak Nella sebelum
berangkat ke Jepara Indonesia.
Pengalaman haji Mbak Nella dengan keluarga adalah
pengalaman spritual yang luar biasa. Di sebuah negara
sekular seperti Australia, berangkat haji tetap menjadi
idaman (plus) kewajiban karena panggilan Tuhan untuk
menuju ke Baitullah merupakan limpahan anugerah-Nya.
Wallahu’alam.**
23
24
Ketika Anak Muslim Indonesia
Menimba Ilmu di Australia
25
Adapun nilai-nilai itu adalah: (1) menghormati
kesetaraan nilai, kehormatan dan kebebasan individu (2)
kebebasan berbicara dan berserikat (3) kebebasan
beragama dan pemerintah sekular (4) dukungan atas
demokrasi parlementer dan negara hukum (5) kesetaraan
di bawah hukum (6) kesetaraan pria dan wanita (7)
kesetaraan kesempatan (8) kedamaian (9) semangat
egalitarianisme yang mencakup toleransi, saling hormat
menghormati dan rasa kasih sayang pada mereka yang
kesulitan.
Australia juga memiliki keyakinan teguh bahwa tidak
seorangpun dirugikan karena perbedaan negeri kelahiran,
warisan, budaya, bahasa, gender atau agama mereka.
Seluruh warga setara di bawah hukum Australia dan
seluruh warga Australia memiliki hak untuk dihargai dan
diperlakukan secara wajar.
Oleh karena itu, tidak ada perbedaan kelas yang
formal dan mendarah daging pada masyarakat Australia
seperri di negara-negara lain. Penduduk Australia itu
informal, terbuka dan terus terang dengan apa yang
mereka inginkan. Orang di Australia juga dipandang
percaya pada prinsip memberi kesempatan pada orang lain
secara adil dan membela sahabat mereka yang kurang
beruntung dan lemah.
Demikian juga, seluruh penduduk Australia harus
mematuhi hukum atau berhadapan kemungkinan dengan
pidana atau aksi perdata. Penduduk secara umum juga
diharapkan mematuhi adat, kebiasaan, dan praktik sosial
di Australia walaupun tidak mengikat secara hukum.
26
Adalah merupakan pidana serius seperti
pembunuhan, penyerangan, penyimpangan seksual,
pedofilia, kekerasan terhadap orang dan harta,
perampokan, pencurian bersenjata, mengemudi kendaraan
berbahaya, penggunakan obat terlarang, penipuan,
hubungan seks di bawah umur kendati dengan umar yang
berbeda sesuai regulasi negara bagiannya.
Sementara itu, dalam tata hukum di Australia,
merokok dan meminum alkohol tidak melanggar hukum,
namun dibatasi penggunaannya di publik umum. Bahkan,
merupakan pelanggaran hukum bagi siapapun yang
menjual atau memasok produk alkohol atau tembakau
pada anak yang belum berusia 18 tahun, ukuran umur
dewasa di Australia.
Nilai-nilai ini ditanamkan terutama melalui lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari tingkat paling bawah
hingga yang paling tinggi.
Di Aussie—sebutan untuk Australia, pendidikan
terbawah adalah pre-School. Pre-School itu hampir sama
dengan Paud atau pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Kindy adalah jenjang selanjutnya setelah Pre-Scholl. Di
Australia, Kindy adalah sejenis pendidikan Taman Kanak-
Kanak di Indonesia.
Pendidikan selanjutnya adalah primary schooll.
Sebagian yang lain menyebutnya dengan Elementary
School dengan masa sekolah enam tahun.
Tahap selanjutnya adalah senior high school yang juga
enam tahun. Kalau di Indonesia kita menyebut SMP/MTs
dan SMA/MA. Sekolah ini gratis semua. Dua tahun
27
setelahnya mereka dapat masuk collage (setingkat D2) yang
merupakan sekolah kejuruan dan berpatokan pada vokasi.
Setelah lulus Senior High School, anak-anak kuliah di
perguruan tinggi. Mereka dapat kuliah di berbagai
universitas. Pada ghalibnya, pemerintah meminjami remaja
mereka untuk kuliah dan akan dikembalikan jika mereka
sudah bekerja. Karena kuliah di Aussie mahalnya minta
ampun. Kuliah S1 bisa 15.000 dolar atau 150 juta per tahun.
Kuliah S3 bisa 27.000 dolar per tahun.
Anak-anak Indonesia umumnya disekolahkan di public
school dengan biaya penuh dari pemerintah Australia.
Untuk pendidikan agama, biasanya orang tuanya sendiri
yang mendidik: mulai membaca al-Qur’an, dasar-dasar
Agama dan sebagainya.
Sebagian yang lain menyekolahkan anak-anaknya
untuk sekolah agama di Taman Pendidikan al-Qur’an,
seperti yang saya lihat di Kota Sydney. Ketua Tanfidziyah
NU Sydney, Ustadz Yusdi mendirikan Taman Pendidikan
Qur’an di rumahnya. TPQ di rumah Ustadz Yusdi bukan
hanya anak-anak kecil, melainkan juga orang tua. “Yang
belajar mengaji di TPQ juga orang-orang tua”, jelas Mas
Latif, salah satu guru TPQ Sydney yang juga mahasiswa
Ph.D di Western Sydney.
Sebagian anak-anak mereka, ada yang di sekolahkan
di Indonesia. Tufel Musyadad, anaknya disekolahkan di
Tazkia Malang. Demikian juga, Susanto dan Mbak Nurul,
sepasang suami istri ini menyekolahkan anaknya di Tazkia
Malang Jawa Timur. Menyekolahkan di sini berarti juga
memasukkan anaknya ke pondok karena sembari sekolah,
mereka juga tinggal di boarding school-nya.
28
“Kalau di pondok, anak saya jadi perhatian. Karena
santri yang lain pada heran, ada anak Aussie yang mondok
di Malang”, jelas Mbak Nurul tentang anaknya yang
berada di Tazkia Malang.
31
ﻟﻴﺲ اﻟﺪﻳﻦ ﳌﻦ ﻻ ﻋﻘﻞ ﻟﻪ
“Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”.
(Hadist)
Hadits ini dikuatkan dengan ayat-ayat yang
mendorong manusia menggunakan akalnya: afala
yatadabbarun, afala ya’qilun, afala yatafakkarun, dan ayat-ayat
lain yang bertujuda agar manusia memaksimalkan akalnya
untuk memahami agama Islam.
Kita diingatkan dengan buku yang ditulis oleh Prof
Harun Nasution “Islam Rasional” yang didalamnya
membahas tentang doktrin Islam dan rasionalisasinya.
Saya juga pernah menulis “Fiqh Rasional” yang secara
praktis melihat domain fikih yang fleksibel karena sifatnya
yang rasional.
Hanya saja, penjelasan yang memadai dan
komprehensip bagaimana Islam dan Fikih yang Rasional,
ini yang menurut hemat saya, masih belum banyak kita
temukan. Tak heran jika lalu Islam dan Fiqhnya dianggap
oleh kalangan masih dalam kubangan tradisional, jumud
bahkan anti-modernitas.
Saya kira, itulah tantangannya di Australia.
Bagaimana Islam dapat dijelaskan secara science dan
rasional selain tantangan lainnya melalui you tube.
Pergaulan global yang menggunakan media sosial
menjadikan Islam di you tube menjadi makanan empuk
bagi mereka.
Dengan kata lain, anak-anak milenial Australia banyak
belajar Islam melalui you tube. Lebih dari itu, anak-anak
32
milenial Australia juga lebih familiar belajar Islam melalui
bahasa Inggris. Sementara, kita melihat pengajian agama
kita masih berbahasa Indonesia atau bahasa daerah: Jawa
dan sebagainya.
Padahal sangat penting pengajian bahasa Inggris
untuk anak-anak Milenial dan orang-orang di Australia.
Inilah tantangan da’i atau mubaligh Islam Wasathiyah di
Indonesia. Jangan hanya menggunakan bahasa lokal, atau
nasional, namun juga sekaligus bahasa global. Berceramah
menggunakan bahasa Inggris.
Inilah tantangan dakwah di masa sekarang. Dakwah
yang tidak hanya bersifat lokal atau regional, namun juga
global. Oleh karena itu, pesantren, madrasah dan
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam harus menangkap ini
sebagai tantangan bersama untuk dicarikan solusinya di
masa sekarang dan masa yang akan datang. Caranya
dengan mempersiapkan Sumber Daya Manusianya sejak
dini.
Wallahu’alam**.
33
34
Dari Mahalnya Biaya Rumah Hingga
Penguburan Mayat
35
Indonesia, orang-orang sudah disiapkan dengan kematian.
Kita biasa aja dengan kematian. Apalagi ada tahlil yang
ikut menghibur keluarga yang ditinggal, dalam tempo
waktu 7 hari, 40 hari, 100 hari bahkan 3 tahun”, ujar Mbak
Nella yang juga menjadi sesepuh PCI NU Australia New
Zealand.
Kalau orang Australia, ditinggal mati keluarga bisa
menjadikan stres berat. Sama dengan stresnya mereka
menghadapi kemacetan, mogok di jalan dan seterusnya.
Karena itu, tahlilan ala NU sesunguhnya bisa menjadi
solusi. Di kalangan mereka sendiri, nyatanya juga ada
kegiatan serupa tahlil pada waktu hari H dan tujuh hari
setelah kematiannya.
Makanya, di balik keadaan yang kurang mendukung
di Indonesia, pada sisi lain hal yang demikian ini
menjadikan orang Indonesia “tahan banting”. Orang
Indonesia lebih sabar menerima keadaan terburuk
dibanding orang Australia misalnya. Apalagi dikuatkan
dengan iman seorang muslim yang ketika diberi
kenikmatan, mereka bersyukur dan ketika diberi
kemadlaratan, mereka bersabar sebagaimana sabda Nabi
Muhammad Saw. Idza ashabathu dlarra’ shabara wa idza
ashabathu sarra’ syakara.
Selain biaya penguburan, biaya yang mahal juga
adalah rumah. Umumnya, harga rumah di Australia
500.000 dolar atau sekitar 5 milyard rupiah. Itu harga
minimalnya. Bukan orang Indonesia saja yang merasa
mahal, orang Australia sendiri juga menganggap mahal.
“Oleh karena itu, orang Australia juga merasa mahal.
Solusinya dari pemerintah memberi cicilan beli rumah.
36
Rata-rata mereka lunas pada saat usia tua”, kata mas Nazil,
yang kuliah di Monas University Melbourne.
37
Tak heran jika uang kontrak untuk keluarga di
Australia rata-rata mahal. Misalnya 300 sd 400 dolar
bergantung pada ukuran rumahnya. Dengan asumsi
minimal, kalau sebulan, bisa mencapai 1200 dolar atau 12
juta rupiah. Mahal banget. Ini belum menghitung wifi,
listrik, dan sebagainya. Jika ditotal bisa 1600 atau 1700
dolar. “Kalau ngirit, beasiswa kita cukup. Kalau tidak, ya
kita harus bekerja. Kebanyakan mahasiswa di sini sambil
bekerja”, ujar mas Hasan yang dari Western Sydney
University.
Di Australia, terbuka semua jenis pekerjaan. Dan
mereka mendapat gaji yang tinggi atas pekerjaan tersebut.
Mulai dari cleaning service, berkebun, dan sebagainya.
Pekerjaan yang tidak menuntut kompetensi khusus.
Minimal gaji perjamnya 25 dolar dengan maksimal kerja
empat jam. Sehingga, seseorang memperoleh gaji 100 dolar
setiap hari.
Ini pekerjaan biasa pada hari-hari biasa, yaitu Senin
hingga hari Jum’at. Jika weekend, gaji per jamnya bisa naik,
yaitu 30 dolar per jam. Atau liburan tahun baru, gaji per
jam dapat mencapai 40 dolar per jam sehingga satu hari
dapat mengantongi uang 160 dolar perhari dengan asumsi
kerja empat jam.
Kalau pekerjaan di sektor yang profesional seperti
bankir, dosen, lawyer, dokter, aparat negara dan
sebagainya, gaji bisa berkali-kali lipatnya. Apalagi menjadi
pengusaha di Australia, tentu akan lebih banyak
mendapatkan pundi-pundi dolar dengan memanfaatkan
peluang yang ada.
38
Kini, Australia membuka peluang kerja dengan
working temporary visa yang dapat tiga tahun maksimal di
Australia. Sejak beberapa tahun terakhir ini, Australia
menyiapkan 1000 fomulir visa ini dan bisa diserap oleh
baik lulusan SMA, MA, dan perguruan tinggi yang mau
bekerja di Australia. Tentu ini peluang yang bagus untuk
mencari peluang kerja di negeri Kanguru sembari
menyiapkan peluang untuk kuliah jika ia mau melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi.
Wallahu’alam. @
39
40
Bedanya Islam Nusantara dan
Islam Australia
41
Bersama peserta seminar Membincang Islam Nusantara di
Flinders University, Adelaide
42
Hanafi, fatwa hukum akan tercerabut dari akar
kemaslahatan dan malah bisa membawa kemadlaratan.
Sebelumnya, saya sebagai Ketua Umum Asosiasi
Penulis dan Peneliti Islam Nusantara Seluruh Indonesia
(ASPIRASI) itu membeberkan pentingnya Islam Nusantara
dengan empat argumentasi sebagai berikut:
Pertama, irsalu Rasulillah rahmatan lil alamin. (QS. Al-
Anbiya: 107). Aspek rahmatan lil alamin menegaskan
bahwa Islam adalah agama paripurna yang disebar ke
seluruh dunia.
Kedua, shalahiyatus syari’ah li kulli zaman wa makan.
Syariah yang selalu compatable dengan waktu kapan pun
dan tempat manapun.Termasuk sesuai dengan Indonesia
dan Australia.
Untuk yang ketiga, adalah ijtihaad lihuduutsi al-waqaa’i.
Maksudnya, ijtihad untuk menghadapi berbagai
problematika kontemporer. Demikian ini karena seperti
kata Ibnu Rusyd: an-nushuus mutanaahiyatun wal waqaai’u
ghairu mutanaahiyatin. Setelah Nabi wafat, maka nash-nash
berhenti. Sementara problematika kehidupan tidak
berhenti. Dalam keadaan ini, ijtihad harus dilakukan,
meski orang yang berijitihad tidak boleh sembarang orang.
Keempat, ad-da’wah bil hikmah wal mauidlatil hasanah
wal mujaadalah bil husna. Yaitu dakwah Islam yang
mengajak dengan hikmah, pelajaran yang baik dan adu
argumentasi (QS. An-Nahl: 25). Beda dengan hukum yang
rigid dan kaku, kalau dakwah lebih mengutamakan ajak-
ajak untuk kebaikan dengan senantiasa memahami
keadaan objek dakwah.
43
Bagaimana dengan praktik Islam Australia? Secara
subtansi, Islam Australia yang dipraktikkan tidak berbeda
dengan Islam Nusantara. Untuk ibadah mahdhah seperti
sholat, puasa, haji, zakat dan ibadah mahdlah lainnya
sama. Hanya karena adanya kesulitan dalam praktik
ibadah di sini, maka kita bisa menggunakan pendapat-
pendapat madzhab. Sementara, dalam hal ihwal
mu’amalah, maka hukum Islam sangat fleksibel dan
berpotensi menerima perubahan.
“Saya setuju dengan Prof Haris. Di tempat ini (Kajian
Islam Adelaide), kita sajikan ada banyak pendapat.
Terserah, nanti pendapat yang mana yang akan dipilih.
Karena itu dialog sangat penting dalam kajian-kajian kita”,
tegas Tufel Musyadad, yang juga Ketua PCI NU Australia-
New Zealand dalam sambutannya.
Bagi Tufel, Kajian Islam Adelaide (KIAI) adalah media
berdialog antar komunitas dan pendapat Islam yang
berbeda-beda. Dialog pun berjalan cerdas dan menarik di
tempat ini sehingga umat Islam di Adelaide khususnya
akan dewasa dengan perbedaan yang ada. Karena itu,
tidak ada menang-menangan. Bahkan, lanjut Tufel, di
kajian ini juga terbuka untuk orang yang beragama non-
muslim.
Saya lihat, memang ada beberapa orang non-muslim
yang saya temui pasca pengajian. Ketua PPIA, adalah
mahasiswa di Adelaide dan beragama Hindu. Sementara,
beberapa yang lain, ada yang beragama Kristen dan
Katolik. Nuansa kemajemukan tetap muncul, kendati
forum ini mayoritas yang hadir beragama Islam
44
sebagaimana nomenklatur forum kajian ini, yaitu Kajian
Islam Adelaide.
Tidak seperti pemahaman radikal dalam Islam yang
hanya monoperspektif, dalam pandangan saya, Islam
Dialogis, adalah satu unsur dalam model Islam Nusantara.
(M. Noor Harisudin: 2019). Saya mencatat perbedaan
pendapat ulama tentang Bunga Bank: Ada pendapat yang
mengharamkan, membolehkan dan ada juga yang
mengatakan syubhat. (Lihat, Ahkamul Fuqaha: 243).
Ketiga pendapat ini, hingga sekarang masih dipakai
oleh kalangan NU. Meskipun untuk langkah hati-hati
(ihtiyath), mereka mengambil pendapat yang
mengharamkan untuk dirinya sendiri sembari toleran
terhadap pendapat yang mengatakan boleh karena alas an
bunga bank beda dengan riba.
Demikian dapat dimaklumi karena termasuk perkara
yang diperselisihkan ulama (mukhtalaf fihi), bukan mujma’
alaihi (yang disepakati). Dalam kaidah fikih dikatakan: la
yunkaru almukhatafu fihi wa innama yunkaru al-mujma’u
alaihi. Perkara yang diperselisihkan tidak dapat diingkari
(artinya harus ditoleransi). Yang bisa diingkari hanya
perkara yang telah disepakati para ulama.
Dalam konteks ini, kita bisa memahami bahwa ulama
membiarkan perbedaan pendapat diantara mereka sebagai
rahmat. Karena perbedaan tersebut dalam koridor yang
ditoleransi. Sementara, perbedaan pendapat tidak boleh
ditoleransi dalam hal yang berkaitan dengan haramnya
zina, haramnya mencuri, Tuhan itu Allah, Muhammad
Rasulullah, dan sebagainya.
45
Fenti, perempuan aktivis dan jangkar NU dari
Brisbane juga mengatakan hal yang sama. “Saya setuju jika
dalam konteks Australia, yang pertama ditanya adalah
ulama Australia, bukan dari tempat lainnya. “, ujar
perempuan yang bersuamikan orang Australia, Mr. Walls.
Mereka berdua tinggal di Brisbane, ibu kota negara bagian
Perth.
Lebih lanjut, Fenti juga usul agar model pengajian di
masa sekarang yang mendakwahkan Islam Nusantara
harus mengikuti trend sekarang. “Kita jangan sampai kalah
dengan Islam radikal yang disebar melalui medsos yang
jumlahnya kini merajai di dunia maya. Dakwah Islam
moderat harus lebih milenial”, ujarnya.
Perkataan Fenti jelas memberikan motivasi pada saya
khususnya dan para mubaligh yang lain untuk bergerak
lebih masif di media sosial. Selama ini, saya merasa sudah
nyaman dengan model dakwah yang biasa-biasa saja dan
abai dengan media social yang menjadi juru bicara utama
di era revolusi industri 4.0. Para mubaligh harus
menggunakan media yang juga milenial untuk
menyampaikan pesan-pesan keagaamaannya agar lebih
mudah diterima generasi Z.
Zaman terus berjalan. Semuanya berubah. Tidak ada
yang tidak berubah selain perubahan itu sendiri. Dalam
konteks itulah, maka dakwah harus digerakkan dengan
content milenial, cara milenial, dan tentunya gaya yang
milenial agar mereka terpikat dengan agama Islam. Bukan
malah menjauh dari agama Islam.
Walhasil, kembali pada soal utama: Catatan penting
antara Islam Nusantara dan Islam Australia adalah bahwa
46
tidak ada yang beda antara keduanya. Yang membedakan
hanya pada aspek penerapan dan fleksibilitas serta cara
berekspresi dalam agamanya.
Wallahu’alam. *
47
48
Australia Terapkan Maqashidus Syari’ah
Lebih Dulu
50
ان اﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻣﺒﻨﺎﻫﺎ و اﺳﺎﺳﻬﺎ ﻋﻠﻲ اﳊﻜﻢ و ﻣﺼﺎﱀ اﻟﻌﺒﺎد ﰲ
و ﻫﻲ ﻋﺪل ﻛﻠﻬﺎ ورﲪﺔ ﻛﻠﻬﺎو ﺣﻜﻤﺔ ﻛﻠﻬﺎ و,اﳌﻌﺎش و اﳌﻌﺎد
ﻓﻜﻞ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﺧﺮﺟﺖ ﻋﻦ اﻟﻌﺪل اﱄ اﳉﻮر و. ﻣﺼﻠﺤﺔ ﻛﻠﻬﺎ
ﻋﻦ اﻟﺮﲪﺔ اﱄ ﺿﺪﻫﺎ و ﻋﻦ اﳌﺼﻠﺤﺔ اﱄ اﳌﻔﺴﺪة و ﻋﻦ
اﳊﻜﻤﺔ اﱄ اﻟﻌﺒﺚ ﻓﻠﻴﺴﺖ ﻣﻦ اﻟﺸﺮﻳﻌﺔ و ان ادﺧﻠﺖ ﻓﻴﻬﺎ
ﺎﺑﻟﺘﺎوﻳﻞ
“Sesungguhnya syari’at itu bangunan dan fondasinya
didasarkan pada kebijaksanaan (hikmah) dan
kemaslahatan para hambanya di dunia dan akhirat.
Syariat secara keseluruhannya adalah keadilan,
rahmat, kebijaksanaan dan kemaslahatan. Maka dari
itu, segala perkara yang mengabaikan keadilan demi
tirani, kasih sayang pada sebaliknya, kemaslahatan
pada kemafsadatan, kebijaksanaan pada kesia-siaan,
maka itu bukan syari’at, meskipun semua itu
dimasukkan ke dalamnya melalui interpretasi”.
52
Kalau pengusaha kaya raya ditarik 40 persen, ini kan
luar biasa. Kaila yakuuna duulatan bainal aghniyaii minkum.
Agar supaya perputaran harta tidak di kalangan mereka
saja. Pemerintah Australia sudah jauh menerapkan pajak
setinggi ini. Bandingkan dengan pemerintah Indonesia
yang belum menerapkan pajak setinggi itu.
Australia termasuk negara yang luar biasa. Negeri
persemakmuran Inggris itu tergolong tinggi untuk pajak-
pajaknya. Tentu, demikian ini merupakan hal yang biasa
dilakukan oleh Australia, demi untuk membangun negara
mereka sehingga dapat menjadi luar biasa seperti
sekarang.
Sebut misalnya harga mobil saja sangat murah. Harga
mobil second hanya 2000 dolar Australia. Sekitar 20 juta
rupiah. Para mahasiswa Indonesia di Australia rata-rata
memiliki mobil karena harga murah tersebut.
Yang mahal bagi mereka adalah pajaknya. Misalnya
pajak mobil 350 dolar Australia (sama dengan 3,5 juta) per
tahun. Hanya ketika bayar harus membayar Green Slip
sebesar 700 dolar (7 juta rupiah). Green slip adalah sejenis
asuransi jiwa. Karena itu, setiap tahun mereka harus bayar
1.050 Aud atau sekitar 10,5 juta rupiah.
Tak heran jika hampir semua orang punya mobil.
Mereka kadang kewalahan dengan mobil mereka. Ketika
balik ke Indonesia, mereka berikan mobil secara Cuma-
Cuma pada koleganya. Mengapa ? Karena berat pada biaya
pajak yang tingi.
53
Pajak lain yang dibebankan adalah pajak penghasilan.
Sebagian yang bekerja di Aussie, mereka bayar pajak 6 %.
Jika kerja 1 jamnya 25 Aud, maka langsung dipotong 1,5
Aud untuk pajaknya. Hanya pajaknya di akhir tahun dapat
return. Seorang Indonesia yang telah membayar pajak 5000
dolar, maka ia dapat meminta return sejumlah uang yang
dibayarkan tersebut.
54
Denda Pelanggar Lalu Lintas yang Tinggi
55
Kita tentu malu jika dibandingkan dengan negara
Indonesia. Setiap pelanggaran lalu lintas, cukup dengan
membayar “uang receh” kepada polisi kendati aturan
utamanya mereka harus ke pengadilan. Langkah bandel
pelanggar lalu lintas di Indonesia anehnya dianggap
sebagai kewajaran dan kelumrahan, padahal demikian ini
melanggar hukum negara.
56
Wallahu’alam*
57
58
Green Party dan
Konservasi Lingkungan Hidup
59
“Di Australia, binatang dan tumbuhan sangat di
lindungi. Karena itu, di rumah ini, Prof Haris masih bisa
mendengar kicau burung. Lihat, burung Elang pun juga
masih ada di sini”, kata istri almarhum Prof Jim, Mbak
Nella pada saya.
Memang, kita menjumpai suasana kicauan burung
desa bahkan hutan di kota-kota Aussie. Meski kota besar
seperti Sydney, tentu tidak sebanyak jumlahnya di kota-
kota yang lain Australia. Di Sydney, kita masih biasa
bertemu dengan burung merpati di beberapa taman kota.
Pemerintah Australia sangat peduli menjaga
kelestarian binatang. Karena itu, penembakan burung,
kanguru, atau hewan yang lain dilarang dan disangsi
keras. Hewan-hewan ini dlindungi oleh negara. Tak heran
di bulan Oktober 2019, saya mengutip berita ini:
“Seorang pemuda Australia ditangkap dan didakwa
atas kematian massal 20 ekor kanguru. Pemuda
berusia 19 tahun ini dengan sengaja lelindas kanguru-
kanguru itu dengan truknya dalam aksi keji yang
berlangsung selama satu jam.
Seperti dilansir AFP (2/10/2019) sedikitya 20 ekor
kanguru termasuk dua anak kanguru ditemukan
tergeletak secara tersebar di halaman rumah warga
dan di jalanan di area Pantai Tura yang berjarak 450
kolometer sebelah selatan Sydney, pada Minggu (29/9)
waktu setempat”. (www.m.detik.com).
60
Bagaimana kerasnya pemerintah Australia
memberikan sangsi pada pelaku yang membunuh kanguru
tersebut. Ini menunjukkan komitmen Negara ini dalam
melindungi habitat hewan-hewan di Australia.
Kecuali ada binatang yang justru pemerintah Australia
memerintahkan untuk membunuhnya seperti kelinci
karena dianggap terlalu banyak jumlahnya dan merusak
habitat tumbuh-tumbuhan di sana. “Kalau kelinci, malah
negara memusnahkannya karena dipandang merusak
tanaman”, kata Ustadz Katiman yang juga ketua Pengajian
Khataman di Canberra.
Tidak hanya itu. Negara juga melindungi tumbuh-
tumbuhan dan tanaman. Ada larangan keras mematikan
tanaman dengan sangsi yang sangat keras. “Kalaupun
terpaksa harus dimatikan, maka Pemerintah yang
mematikan tumbuhan tersebut, bukan orang atau
pemiliknya”, kata mas Latif yang di Sydney.
Dan masih banyak lagi kebijakan yang membuat
terbentuknya konservasi lingkungan hidup di Australia.
Apalagi, ada satu partai yang mengawal kelestarian
lingkungan hidup di negeri kanguru tersebut, yaitu Green
Party. Visi utama Green Party adalah bagaimana agar
kebijakan partai fokus pada pelestarian lingkungan hidup
di Australia. Pemerintah Federal Australia didesak terus
bagaimana agar terus melindungi lingkungan hidup.
Bahkan, Green Party ini menang di beberapa state
(Negara bagian) di Australia, memungkinkan kerja-kerja
konservasi lingkungan agar terjaga kesinambungannya di
masa-masa yang akan datang. Tentu, untuk orang
Australia di masa sekarang dan masa-masa kemudian.
61
Green Party adalah satu dari beberapa partai di
Australia. Partai besar lainnya adalah Liberal National
Party (Partai Nasional Liberal) dan Labour Party (Partai
Buruh).
Sesungguhnya, apa yang dilakukan di Australia
terutama dalam kebijakan kelestarian lingkungan sesuai
dengan maqsud syari dalam perlindungan Alam. Mustofa
Abu Sway dalam Toward an Islamuc Jurispundence of the
environmental mengatakan:
“…Looking at the original five, we would recognize
that the protect the environment is the major aim. For
if the situation of the environment keep deteriorating
there will ultimately be no life, no property and no
religion. The environment encompasses the other aims
of the syariah. The destruction of the environment
prevent the human being from fulfilling the concept of
vicegerency on earth. Indeed, the very existence of
humanity is at take here”.
Maksudnya, melihat pada lima dasar, kita akan
menyadari bahwa melindungi lingkungan adalah
tujuan utama. Karena jika situasi lingkungan yang
terus memburuk, pada puncaknya kehidupan akan
berakhir, properti akan hancur dan agamapun akan
sirna. Memelihara lingkungan merupakan tujuan
tertinggi syariah. Kerusakan lingkungan akan
mencegah manusia untuk memenuhi konsep wakil
Tuhan di muka bumi. Sungguh, eksistensi manusia
yang paling penting dipertaruhkan.” (Mustofa Abu
Sway: 34 )
62
Abu Sway yang mengatakan bahwa memelihara
lingkungan merupakan tujuan tertinggi Syari’ah menjadi
bukti bahwa bahwa ia menjadi prioritas utama. Ia berada
di atas ketentuan wajibnya memelihara lingkungan bagi
umat Islam.
Wallahu’alam.*
63
64
Pelaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
‘Musuh Besar’ Australia
65
In Australia, domestic violence is defined by The
Family Law Act 1975 as “violent, threatening or other
behaviour by a person that coerces or controls a
member of the person’s family or causes the family
member to be fearful”. (en.m.wikipedia.org).
67
ditanda-tangani Menteri Imigrasi, David Coleman, dan
berlaku sejak 28 Pebruari tahun 2019.
“Jika kamu pernah divonis atas tindak kekerasan
terhadap wanita atau anak-anak, kamu tidak akan
diterima. Dimanapun terjadinya aksi kekerasan
tersebut, apapun sangsi yang dijatuhkan, Australia
tidak akan memberikan toleransi untuk pelaku
kekerasan dalam rumah tangga”, ujar Coleman
sebagaimana dikutip dalam SBS.
Wallahu’alam. *
69
70
Australia, Perpustakaan dan Museum
Peradaban
71
ahli yang tahu maksud dan pesan coretan dan genteng
rusak tersebut.
72
Pemandangan yang sama saya rasakan di Sydney
maupun Canberrra. Di Sydney, museum dibangun dengan
amat cantik. Isinya barang-barang klasik Australia.
Namun, ada juga Museum di Canberra yang menarik.
Yaitu museum militer. Di museum ini, kita bias melihat
peralatan tempur Australia mulai dulu hingga sekarang.
Para korban yang berguguran juga dicatat di Museum
tersebut. Suasana dalam mesuem juga dibuat seperti
suasana perang yang mencekam.
Australia tidak hanya terkenal dengan museumnya,
namun juga terkenal dengan perpustakaan. Di negara
Kanguru ini, kita serasa dimanjakan dengan perpustakaan
yang mewah, mulai tingkat subborb hingga ibu kota
Canberra.
“Benar Prof. Hampir di- subborb ada perpustakaan
untuk anak-anak. Negara memang hadir dengan fasilitas
perpustakaan yang lumayan memadai”, terang Sabil dalam
perjalanan keliling kota Adelaide bersama saya.
Perpustakaan di Adelaide sangat besar. Ruangan-
ruangan di desain ‘klasik’ dengan temaram lampu yang
tenang. Buku-buku kuno saya lihat juga masih banyak,
selain tentu saja buku-buku baru yang bersifat
kontemporer.
Perpustakaan di Sydney terlihat lebih milenial.
Bangunannya mewah. Lampunya bersinar. Seperti terlihat
di sana, ada banyak anak-anak muda yang bercengkerama
dengan buku-bukunya. Asyik dan menyenangkan. Di
bangunan lain perpustakaan, ada library yang mewah
dengan design kafe yang ramai pengunjung.
73
Saya sempat selfi berkali-kali dengan Hafidz,
mahasiswa Ph.D Sydney. Pemandangan yang menarik
untuk orang seperti saya. Baik di luar maupun dalam
library milik state New South Wales tersebut.
Wallahu’alam. ***
74
Halal Food dan Nuansa Islam Dunia
di Jalan Lakemba Sydney
75
milik Ustadz Wawan yang juga memiliki usaha travel haji
di Australia.
Lakemba sendiri berjarak 15 kilometer dari barat daya
pusat kota Sydney. Bersama mas Latif, saya pesan
makanan ‘ala Indonesia. Wah, ini menu yang menarik. Kata
saya dalam hati. 1000 persen pasti Indonesia.
Lakemba adalah tempat unik. Di jalan ini, berbagai
makanan Indonesia dipajang. Bahkan, menurut penuturan
banyak orang, Lakemba hidup setiap bulan Ramadlan.
Kegiatan ekonomi berjalan full hingga malam hari.
“Kalau Ramadlan, pasarnya luar biasa. Sampai malam
hari, Benar-benar hidup selama satu bulan penuh”, ujar
Mas Akias pada saya.
Informasi yang saya dapatkan, bila Ramdlan tiba,
berbagai makanan disajikan: makanan asia, dumpling,
jagung bakar, kebab dan masih banyak lagi. Makanan khas
negeri muslim juga: Harira, Lahm, Harira, Roti Pide,
Gozleme, Fesenjen, Samosa hingga kolak pisang dan
berbagai gorengan ala Indonesia. Setiap ramadlan, jajanan
di Lakemba dibuka jam 15.00 Wib sampai malam hari.
Tentu, tidak hanya muslim Indonesia, namun Muslim
seluruh dunia: Turki, Afghanistan, Mesir, Tunisia, dan
sebagainya. Sayang, saya datang pada bulan Agustus 2019
yang bertepatan dengan winter sehingga hanya melihat
jejak Lakemba yang luar biasa.
Di jalan-jalan, kita sering melihat muslimah yang
berjilbab. Pemandangan yang sulit diperoleh jika di kota
lain. Karena Sydney adalah tempat pertukaran berbagai
76
suku bangsa dunia. Karena itu, jika ingin melihat dunia,
maka datanglah ke Sydney Australia.
77
Bersama Mr. Budi dan sejumlah koleganya di Flindeers
University, Adelaide
78
sebagainya disediakan di Bucher Halal. Hargapun sangat
terjangkau di kalangan muslim.
Justru yang mahal adalah makanan-makanan khas
Indonesia seperti tempe. “Kalau di Adelaide, tempe sangat
mahal, sama dengan harga daging. Sementara, daging sapi
terbaik harganya 90 dolar AUD”, jelas Kang Sabil pada
saya.
Untuk mengobati rasa kangen dengan tempe, maka
beberapa orang Indonesia membuat sendiri tempe dengan
kedelai Australia. Ternyata, rasanya sama dengan
Indonesia bahkan lebih nikmat lagi.
Hmmm, makanan Australia tapi berasa Indonesia
banget membuat saya betah di Australia.
Wallahu’alam. **
79
80
Idul Adha dan
Tradisi Halal bi Halal di Adelaide
81
di OASIS, tempat bertemu banyak orang di Universitas
ternama di South Australia tersebut. Yaitu tentang
Wawasan Islam Nusantara. OASIS ini tidak jauh posisinya
dengan Sport Auditorium tersebut.
Pagi Idul Adha ini, saya masuk menjadi bagian dari
kurang lebih lima ratus muslim Indonesia masuk di
gedung sport Flinders University di kota Adelaide. Satu
persatu orang masuk Sport Flinders University. Suara
takbir terdengar sayup-sayup di telinga saya. Allahu akbar
allahu akbar allahu akbar.
Suara takbir menggema di Gedung Sport Flinders
University. Khutbah pun dimulai. Khutbah menggunakan
bahasa Inggris dan kadang kala diselingi bahasa Indonesia.
Khatib menekankan pentingnya kepedulian pada sesama,
terutama di Idul Kurban ini.
Usai sholat Id, jama’ah berkerumun. Mereka berjejer
sambil bersalam-salaman. Laki-laki tua muda, anak-anak
berjejer rapi sesuai dengan urutan jama’ahnya. Benar-benar
nuansa Indonesia. “Wah, ini Indonesia banget Kang Sabil”,
kata saya pada Kang Sabil yang ada di sebelah saya.
“Benar, Prof”, jawabnya pada saya.
82
Bersama Mr Walace Darryl Forsyth dan Kang Sabil di
Gedung Spot Flinders University, Adelaide
83
Kamipun berkeliling menyalami satu persatu jama’ah yang
hadir di tempat ini. Kadang kami saling sapa satu dengan
lainnya dan kadang diiringi dengan canda tawa. Suasana
yang cair, akrab dan damai.
“Maaf prof, kita baru tahu kedatangan jenengan.
Kalau tahu lebih awal, saya minta untuk mengisi acara di
MIAS”, kata Bapak Guntur pada saya.
Bapak Guntur adalah Ketua MIAS yang menjadi
wadah persatuan Umat Islam di Adelaide. Selain Kajian
Islam Adelaide, di Adelaide juga ada MIAS yang telah
lebih dulu dan didirikan di ibu kota South Australia
tersebut.
Ternyata lama juga berkeliling menyalami jama’ah,
piker saya. Padahal, jam 11.30 setempat, saya harus
berangkat ke Sydney. Saya sampaikan ke Kang Sabil,
“Kang Sabil, kita segera siap-siap ya untuk menuju
Sydney.”, kata saya pada Kang Sabil.
“Siap prof. Kita makan dulu. Ini ada ketupat, lontong
dan sebagainya. Makanan khas Indonesia. Eman kalau
tidak disantap lho,”, katanya pada saya. Hemmm. Menu
yang membuat hemmm. Tentu, menu yang menggoda kita
semua.
Benar juga. Saya merasakan makanan khas Indonesia
di Adelaide. Bukan hanya makanannya, tapi juga
suasananya. Benar-benar Indonesia banget. Inilah yang
membuat kangen masyarakat Indonesia di Adelaide. Ada
silaturahmi, ada hiburan, ada makanan khas yang 1000
persen Indonesia. Meski di Australia, namun suasana Idul
Adha benar-benar sangat Indonesia.
84
Hari itu, saya merasakan suasana Indonesia banget
meski saya berada di negara Australia. Pengalaman yang
benar-benar sungguh menyenangkan.
Wallahu’alam. **
85
Seminar Islam Nusantara di Flinders University di Adelaid, Ibu
Kota South Australia, Sabtu, 10 Agustus 2019
86
Belajar pada Flinders University, ANU dan
Monash University
87
Mari kita masuk pada beberapa universitas di
Australia. Misalnya kita lihat bagaimana‘keindahan’
Filnders University. Hamparan kampus yang puluhan
hektar itu menunjukkan keseriusan pengelolanya. Saya
takjub dengan tatanan kampus Flinders University. Jalan-
jalan yang rapi dan indah serta kebersihan yang terjaga.
Ada taman-taman yang sengaja dibuat untuk
pemandangan mata. Beberapa school (fakultas) dibangun
dengan jarak berjauhan.
Tak terkecuali dengan parkir berbayar yang
nampaknya sengaja dibuat untuk mengurangi keramaian
mobil dan motor. Jika agak siang, pasti parker gratis habis
dan kita mencari parker mobil yang berbayar 10 dolar.
Sekitar 100 ribu. Padahal, jika pakai logika, kita bisa
menggugat: tanah Flinders University yang masih kosong
berjumlah hektaran.Tapi pihak kampus ternyata ingin agar
tidak banyak kendaraan yang membuat mobil macet di
sini.
88
Keindahan Flinders University di Kota Adelaide
89
membangun gedung-gedung yang bercorak modern,
milenial dan kenyamanan mahasiswa-dosen. Nilai artistic
gedung ini, wow mantab sekali. Yusni, mahasiswa Ph.D
dari Lombok bercerita, bagaimana gedung Monash
dibangun dengan rencana yang sangat matang. “Investasi
mereka di sarana prasarana sungguh sangat luar biasa”,
ujar Yusni.
Di Monash, para aktivis juga menyediakan tempat
sampah “Borrow Cup”. Gelas dari kertas yang biasa
dimakan dan dibuang di sampah, oleh mereka, dibersihkan
hingga seperti baru. “Gelas ini lalu mereka pinjamkan
secara gratis pada mahasiswa yang membutuhkan”, jelas
Yasni.
Selanjutnya, mari kita lihat layanan mahasiswa.
Umumnya mereka pakai online. Semua layanan mahasiswa
di Filnders University misalnya berkaitan dengan apa yang
mereka sebut dengan “Flinders Connect “. Di layanan ini,
semua urusan mahasiswa diselesaikan: mulai kartu
mahasiswa, pembayaran SPP, skripsi, tesis, hingga wisuda.
Hal yang luar biasa tentunya.
Di Filnders, layanan mahasiswa dilakukan dengan
konsep self-service. Artinya mahasiswa mengurus diri
urusannya. Ketika mereka butuh foto copi, mereka tinggal
foto copi. Ketika mereka mau nge-print, mereka tinggal
print. Demikian seterusnya dengan kartu mahasiswa yang
juga berfungsi sebagai kartu pembayaran. Kartu
mahasiswa dengan demikian menjadi kartu sakti mereka
untuk melakukan aktivitas perkuliahan hingga selesai.
Di Monash, hal yang sama juga ada: Monash Connect.
Selain Monash Connect, mereka juga membuat Monash
90
Career untuk menjadi media informasi bagi mahasiswa
dan alumni dalam mencari kerja. Dua layanan itu menjadi
sangat penting bagi mahasiswa maupun alumni yang
membutuhkan pekerjaan.
Apa yang membedakan Universitas di Australia
dengan Indonesia? Kang Sabil menjawab setidaknya ada
dua hal.
Pertama, intelectuall integrity. Maksudnya adalah
integritas moral dimana dosen maupun mahasiswa
melakukannya. Mereka sangat anti plagiarism. Jika
ketahuan, maka ada hukuman sangat keras hingga
dikeluarkan dari kampus tersebut.
Kedua, objektivitas dalam penilaian. Secara umum,
dosen memilki standard nilai yang diketahui bersama oleh
mahasiswa. Sehingga, seorang mahasiswa akan tahu
berapa nilai yang akan diperoleh saat ini dengan melihat
hasil ujian pada saat di test.
Dan masih banyak lagi yang kita bisa belajar pada
Flinders University, ANU dan Monash University. Ini
adalah bagian kecil dari apa yang saya lihat sekilas dari
Universitas hebat tersebut,
Wallahu’alam. **
91
Seminar Fikih untuk Kaum Milenial, 17 Agsutus 2019 di
Musholla Anuma Australian National University, Ibu Kota
Australia, Canberra.
92
Musuh Utama Orang Australia:
“Loneliness” and “Homelesness”
93
mereka baru pensiun di umur tersebut. Suatu momok yang
‘menakutkan’ bagi sebagian besar orang usia lanjut di
Australia setelah mereka pensiun.
Ketika anak mereka yang telah berumur 18 tahun
keluar rumah, alias hidup mandiri, maka orang tua
menjadi kesepian. Pada saat mereka masih bekerja, tentu
tidak terasa karena mereka masih sibuk bekerja. Namun,
tidak demikian dengan umur usia lanjut. Mereka sangat
kesepian karena tidak ada anak cucu selain juga tidak ada
aktivitas keseharian mereka.
“Akhirnya, mereka lebih memilih ke panti Jompo”,
kata Mas Sabil dalam sebuah perjalanan ke Filnders
University di Adelaide.
Di Panti Jompo, meski bukan pilihan ideal, mereka
dapat banyak teman sesama usia lanjutnya. Mereka
habiskan waktu mereka di panti Jompo. Ini tentu beda
dengan Indonesia dimana anak-anak masih kumpul
berbagi kebahagiaan dengan orang tua mereka yang telah
lanjut usia.
Umat Islam di Indonesia apalagi mengenal birrul
walidain atau berbakti pada orang tua sampai kapanpun.
Tak heran jika orang Indonesia berlomba mendapatkan
doa-doa dari orang tua untuk kesuksesan mereka.
Selain kesepian, masalah lain adalah kegelandangan
(homelessness). Meski secara umum penghasilan orang
Australia sejahtera, namun ada saja yang menjadi
gelandangan.
“Itu prof, gelandangan yang ternyata ada di
Australia”, ujar Mas Hasan pada saya dalam perjalanan di
kota Sydney.
94
Data yang ditunjukkan di Australia menunjukkan
bahwa homelessness di Australia terjadi terutama di kota-
kota besar seperti Sydney, Melbourne, Brisbane dan Perth
yang diperkirakan mencapai 105.000 orang. Australia
mempunyai kriteria tentang homeless yaitu:
96
Toleransi ‘Tanpa Batas’
97
sedang melakukan sholat Jum’at di Kota Christchurch New
Zealand.
Penembakan biadab ini dilakukan pada saat umat
Islam melakukan ibadah sholat Jum’at. Jatuh korban cukup
banyak, sebagian bahkan 49 orang meninggal dunia.
Pembunuhan biadab ini dikecam oleh seluruh dunia.
Toleransi juga dilakukan pada orang yang tidak
beragama. Australia yang liberal jelas memberi tempat
yang sama antara orang beragama dan tidak beragama.
Bagi orang yang tidak beragama, Australia menjamin
keberadaan mereka, termasuk ketika mereka berterus
terang mendeklarasikan dirinya di depan publik.
Bagi seorang muslim Australia, itulah tantangannya.
Pada satu sisi dia harus bersikap toleran, dan pada saat
yang sama, dia harus berdakwah pada non-muslim.
Toleran dilakukan karena sebagai bentuk penghormatan
pada yang lain. Lau la mukhalafata lama musafahata.
Seandainaya tidak ada perbedaan, maka tak perlu ada
toleransi. Justru karena adanya perbedaan itulah, maka kita
perlu bersikap toleransi.
Allah Swt dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya aku ciptakan kalian dari laki
dan perempuan dan aku jadikan kalian berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar agar kalian saling mengenal satu
dengan lainnya”.
Perintah mengenal bangsa lain adalah sama dengan
perintah untuk bersikap toleran pada yang lain yang
berbeda dengan kita. Toleransi tak akan terwujud tanpa
mengenal satu dengan lainnya: bahasa, adat istiadat,
makanan, pakaian dan sebagainya.
98
Sementara, sebagai seorang muslim, dia punya
kewajiban untuk apa yang disabdakan Nabi Muhammad
Saw. “Ballighu ‘anni wallau ayatan.” Sampaikanlah darikui
sekalipun hanya satu ayat. Kewajiban dakwah tetap dapat
ditunaikan di negeri Kanguru, pada utamanya yang ateis
dan non-muslim dengan cara mempraktikan keindahan
Islam dalam kehidupan keseharian.
Wallahu’alam. **
99
100
Gus Nadirsyah dan
Fenomena Gerakan ‘Islam Radikal’
101
Bahkan, yang lebih ‘mengerikan’, gerakan mereka ini
yang menguasai di masjid-masjid Australia. Tak heran jika
Gus Nadirsyah Hosen akhirnya dilarang untuk berceramah
di tiga masjid di Melbourne.
“Dalam dua tahun terakhir ini, Gus Nadir dilarang
berceramah di masjid Melbourne. Padahal kita tahu
bagaimana kapasitas dan keilmuan Gus Nadir yang diakui
oleh banyak kalangan”, kata Nazil, mahasiswa Ph.D di
Monash University.
Dalam pandangan Nazil, penolakan terhadap sosok
Gus Nadir yang moderat merupakan klimaks dari
penguasaan kelompok Islam radikal. Sejauh yang saya
pantau, gerakan Hizbut Tahrir dan Wahabi sudah sejak
lama ada di negara Kanguru tersebut.
Meski kelompok radikal Islam ini kuat, namun mereka
tidak serta bisa menguasai Australia. Buktinya, ketika
pemilihan presiden yang silam, Jokowi-KH Ma’ruf Amin
yang menang. Sementara, Prabowo kalah telak. Ini
menunjukkan bahwa kelompok radikal Islam tidak bisa
sesumbar bahwa mereka yang paling besar.
Saya mencatat bahwa gerakan radikal Islam bisa
massif karena cara-cara ekspansi yang mereka lakukan di
dalam masjid. Sementara, kelompok moderat selalu –
kelihatannya—mengalah dengan kelompok Islam radikal
tersebut. Tak heran jika masjid-masjid dan forum
keagamaan mainstream mereka kuasai.
Dalam konteks tersebut, cara kelompok Islam moderat
adalah dengan membuat pengajian Islam tandingan.
Pengajian ini nyatanya cukup ampuh memberikan
perlawanan terhadap kelompok Islam moderat. Sebagai
102
misal, Kelompok Islam Adelaide adalah lawan tanding
kelompok MIAS yang telah lebih dulu ada di Adelaide.
Kajian Islam Kaffah adalah perlawanan terhadap pengajian
yang serupa di Sydney dan sebagainya. Demikian juga di
Canberra dan Melbourne.
Kedatangan sejumlah mahasiswa di Australia
membawa berkah tersendiri bagi penguatan Islam moderat
di Australia.
“Alhamdulillah, doa kami sepertinya terkabulkan.
Ada banyak mahasiswa yang dapat membantu kami untuk
penguatan Islam moderat di Australia”, ujar Ustadz Emil
Idad yang sudah lebih dulu bermukim di Australia.
Wallahu’alam. ***
103
104
Barbexiu, dan Selametan ‘ala NU
105
perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh
masyarakat tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu.
Wallahu’alam. **
107
108
Penutup
109
Selain itu, besar harapan ada kritikan dan saran.
Terima kasih pada beberapa orang yang membantu
berdiskusi untuk buku sederhana ini, meskipun tidak
sangat maksimal: Prof Syeikh Nadirsyah Hosen, Mas Tufel,
Kang Sabil, Mbak Nella, Mas Katiman dan sebagainya.
Wallahu’alam. **
110
Daftar Pustaka
111
(Jurnal Internasional terindeks scopus), Jurnal Studia
Islamika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (jurnal
internasional terindeks scopus), dan lain sebagainya, juga
bergiat dakwah Islamiyah yakni sebagai penceramah
agama di majlis taklim dan radio RRI, KIS FM, Ratu FM
Jember, dan K-Radio. Menjadi penceramah kultum secara
rutin di Jember 1 TV dan TV9 sejak 2016. Selain itu juga
aktif sebagi koordinator khatib Jum’at/Idul Fitri/Idul Adha
se-kabupaten Jember. Sebagai kegiatan tambahan, juga
aktif sebagai Deputi Salsabila Group yang bergerak di
dunia penerbitan dan percetakan.
Beberapa buku yang telah ditulisnya antara lain: Fiqh
Rakyat, Pertautan Fiqh dengan Kekuasaan yang diterbitkan
LKiS Yogyakarta 2000 (Anggota penulis), Agama Sesat,
Agama Resmi terbitan Pena Salsabila Jember tahun 2008
(Penulis Tunggal), Edward Said Di Mata Seorang Santri
terbitan Pena Salsabila, 2009 (Penulis Tunggal), NU,
Dinamika Ideologi Politik dan Politik Kenegaraan diterbitkan
Penerbit Kompas, 2010 (Kontributor Penulis), Dr. A.
Habibullah, M.Si, Selamat Jalan Pegiat Madzhab Tegalboto
terbitan Pena Salsabila, 2011 (Ketua Tim Penulis,) dan Prof.
Dr. KH. Sahilun A. Nasir, Akademisi Pengawal Sunni terbitan
Pena Salsabila, 2011 (Ketua Tim Penulis), Bersedekahlah,
Engkau Akan Kaya dan Hidup Berkah, (diterbitkan Pena
Salsabila, 2012), Pengantar Ilmu Fiqh (Pena Salsabila,
Surabaya, 2013), Kiai Nyentrik Menggugat Feminisme,
Pemikiran Peran Domestik Perempuan Menurut KH. Abd.
Muchith Muzadi (STAIN Jember Press, 2013), Ilmu Ushul
Fiqh I (STAIN Jember Press, Jember, 2014), Fiqh Mu’amalah I
(IAIN Jember Press, Jember, 2015) dan Munajat Cinta: 1001
Cara Meraih Cinta Sang Pencipta (Pena Salsabila: Surabaya,
118
Latif
Hafidz
Haula Noor
Katiman
M Nazil Iqdam
Zainul Yasni
113
114
BIOGRAFI PENULIS
115
kemasyarakatan pada ke beberapa kiai seperti K.H. Abd.
Muchith Muzadi (Jember), KH. Maimun Zubeir
(Rembang), KH. Yusuf Muhammad (Jember) dan juga KH.
Muhyidin Abdusshomad (Jember).
Memulai karir di perguruan tinggi sejak tahun 2005,
yakni ketika diangkat menjadi CPNS sebagai dosen di
STAIN Jember (kini IAIN Jember) pada tahun tersebut.
Sejak itu aktif mengajar di STAIN Jember, Fakultas Agama
Islam Universitas Islam Jember dan Sekolah Tinggi Al-
Falah As-Sunniyah Kencong Jember. Mulai tahun 2012,
mengajar di Pasca Sarjana IAIN Jember, Pasca Sarjana IAI
Ibrahimy Situbondo serta Pasca Sarjana di sejumlah
Perguruan Tinggi di Jawa Timur. Sejak 1 September 2018,
diangkat sebagai Guru Besar IAIN Jember bidang Ilmu
Ushul Fiqh. (Guru Besar termuda di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri Tahun 2018), Ketua Timsel KPU
Jawa Timur Wilayah VII Periode 2019-2023, Dekan Fakultas
Syariah IAIN Jember Periode 2019-2023 dan Sekretaris
Forum Dekan Fakultas Syariah dan Hukum PTKI Seluruh
Indonesia (2019-2023).
Di masyarakat, aktif sebagai Pengasuh Ponpes Darul
Hikam Mangli Kaliwates Jember, Staf Pengajar PPI Nyai
Hj. Zaenab Shiddiq Jember, konsultan AZKA al-Baitul
Amien Jember, Pengurus Yayasan Masjid Jami’ al-Baitul
Amien Jember, Wakil Sekretaris PCNU Jember (2009-2014),
Sekretaris Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember
(2014-2019), Wakil Ketua PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr
NU Jawa Timur (2013-2018), Katib Syuriyah PCNU Jember
(2014-2019), pengurus Majlis Ulama Indonesia Kabupaten
Jember (2015-2020), Ketua Bidang Intelektual dan Publikasi
Ilmiah IKA-PMII Jember (2015-2020), Dewan Pakar Dewan
116
Masjid Indonesia Kabupaten Jember (2015-2020), Wakil
Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur (2018-2023),
Ketua Umum Asosiasi Penulis dan Peneliti Islam
Nusantara Seluruh Indonesia (2018-2023), Wasekjen Pusat
Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Indonesia
(ABPTSI) Pusat (2017-2021) dan Dewan Pakar ABP PTSI
Jawa Timur (2018-2022), Director of World Moslem Studies
Center (2019-sekarang). Sebagai bentuk dedikasi terhadap
anak negeri, bersama istrinya, Robiatul Adawiyah
mendirikan Fatonah Foundation (FF) yang bergerak di
bidang pendampingan dan bantuan untuk pendidikan
anak-anak yang tidak mampu dan miskin.
Beberapa kali mengikuti Seminar Internasional
diantaranya “Konsolidasi Jaringan Ulama’ Internasional
Meneguhkan Kembali Nilai-Nilai Islam Moderat‛” yang
diselenggarakan oleh ICIS di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah
Sukorejo Situbondo, 29-30 Maret 2014 dan “Memperkokoh
Karakter Islam Rahmatan Lil Alamin untuk Perdamaian
dan Kesejahteraan” yang diadakan Pasca Sarjana STAIN
Pekalongan, 7 Nopember 2015.
Selain aktif menulis di beberapa media massa nasional
dan jurnal terakreditasi nasional, yaitu Media Indonesia,
Jawa Pos, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Harian
Republika, Harian Surya, Harian Kompas, Suara Karya,
Duta Masyarakat, Jurnal Islamica Pasca IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Jurnal Al-Fikr UIN Alaudin Makasar, Jurnal
ASPIRASI Fisip Universitas Jember, Jurnal Gerbang eLSAD
Surabaya, Jurnal POSTRA Jakarta, Jurnal Tahrir STAIN
Kediri, Jurnal al-Ihkam STAIN Pamekasan, Jurnal as-
Syir’ah UIN Sunan Kalijaga, Jurnal al-Manahij Purwokerto,
Journal of Indonesian Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
117
(Jurnal Internasional terindeks scopus), Jurnal Studia
Islamika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (jurnal
internasional terindeks scopus), dan lain sebagainya, juga
bergiat dakwah Islamiyah yakni sebagai penceramah
agama di majlis taklim dan radio RRI, KIS FM, Ratu FM
Jember, dan K-Radio. Menjadi penceramah kultum secara
rutin di Jember 1 TV dan TV9 sejak 2016. Selain itu juga
aktif sebagi koordinator khatib Jum’at/Idul Fitri/Idul Adha
se-kabupaten Jember. Sebagai kegiatan tambahan, juga
aktif sebagai Deputi Salsabila Group yang bergerak di
dunia penerbitan dan percetakan.
Beberapa buku yang telah ditulisnya antara lain: Fiqh
Rakyat, Pertautan Fiqh dengan Kekuasaan yang diterbitkan
LKiS Yogyakarta 2000 (Anggota penulis), Agama Sesat,
Agama Resmi terbitan Pena Salsabila Jember tahun 2008
(Penulis Tunggal), Edward Said Di Mata Seorang Santri
terbitan Pena Salsabila, 2009 (Penulis Tunggal), NU,
Dinamika Ideologi Politik dan Politik Kenegaraan diterbitkan
Penerbit Kompas, 2010 (Kontributor Penulis), Dr. A.
Habibullah, M.Si, Selamat Jalan Pegiat Madzhab Tegalboto
terbitan Pena Salsabila, 2011 (Ketua Tim Penulis,) dan Prof.
Dr. KH. Sahilun A. Nasir, Akademisi Pengawal Sunni terbitan
Pena Salsabila, 2011 (Ketua Tim Penulis), Bersedekahlah,
Engkau Akan Kaya dan Hidup Berkah, (diterbitkan Pena
Salsabila, 2012), Pengantar Ilmu Fiqh (Pena Salsabila,
Surabaya, 2013), Kiai Nyentrik Menggugat Feminisme,
Pemikiran Peran Domestik Perempuan Menurut KH. Abd.
Muchith Muzadi (STAIN Jember Press, 2013), Ilmu Ushul
Fiqh I (STAIN Jember Press, Jember, 2014), Fiqh Mu’amalah I
(IAIN Jember Press, Jember, 2015) dan Munajat Cinta: 1001
Cara Meraih Cinta Sang Pencipta (Pena Salsabila: Surabaya,
118
2014), Tafsir Ahkam I (Pustaka Radja, Surabaya, 2015),
Masail Fiqhiyyah (Pena Salsabila, Surabaya, 2015),
Reaktualisasi Pancasila (Penerbit Ombak, 2015), Fiqh az-Zakat
Li Taqwiyat Iqtishad al-Ummah, (Darul Hikam Press: 2015),
Menggagas Fikih Rasional (Pena Salsabila, 2014),
Membumikan Islam Nusantara (Pustaka Pelajar, 2016), Fiqh
Nusantara: Metodologi dan Konstribusinya Pada Penguatan
NKRI dan Pancasila (2018), Tantangan Dakwah NU di Taiwan
(2019), dan Fikih Minoritas: Teori dan Praktik (2019), Islam di
Australia (Pena Salsabila: 2019). Buku yang kini
dipersiapkan adalah Fiqh Munakahah, Fiqh Ibadah, Fiqh
Ath’imah dan Qawaidul Fiqh.
Aktif menjadi editor beberapa buku diantaranya: Studi
Al-Hadits karya Dr. Abu Azam al-Hadi (2010), Pendidikan
Islam dan Trend Masa Depan karya Prof. Dr. H. Abdul Halim
Soebahar, MA (2011), Socio-Political Background of the
Enactment of Kompilasi Hukum Islam di Indonesia karya Dr.
KH. Ahmad Imam Mawardi (2012), dan Fiqh Khilafiyah
karya Prof. Dr. Burhan Jamaludin, MA (2013).
Penelitian yang pernah dilakukan adalah “Wacana
Pluralisme Beragama dalam Pandangan Kiai di Jember”
(Kemenag RI Tahun 2010), “Pesantren Ramah Lingkungan:
Studi Kasus Rekonstruksi Pesantren Al-Falah Karangharjo
Silo Kabupaten Jember Sebagai Pusat Konservasi
Lingkungan (DIPA STAIN Jember 2012), “Feminis Santri:
Tokoh, Pemikiran dan Gerakan Feminis Berlatar Belakang
Pesantren di Daerah Tapal Kuda 1990-2012 (DIPA Tahun
2013)” dan ”Rasionalitas Hukum Islam” (Mandiri 2015)
serta “Fiqh Anti-Radikalisme” (Mandiri 2016),
“Merongrong Ortodoksi Keagamaan: Perlawanan Salafi-
119
Wahabi terhadap Wacana “Fiqh Nusantara” di Jember”
(2018).
Kini, guru besar IAIN Jember yang aktif mengisi
seminar, workshop, pelatihan dan ceramah agama di
Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, Ternate, Cirebon,
Aceh, Kalimantan, Makasar, Palembang, Pekanbaru,
Papua, Mataram, Pasuruan, Jember, Banyuwangi,
Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Malang, Madura,
Semarang, Taiwan, Australia, Mesir, Belanda, Jerman,
Amerika Serikat, Rusia, dan lain-lain itu telah dikarunia
empat orang putra dan satu orang putri, yaitu M. Syafiq
Abdurraziq, Iklil Naufal Umar, Ibris Abdul Karim, Sarah
Hida Abidah dan Ahmad Eidward Said, dari
pernikahannya dengan Robiatul Adawiyah, S.H.I. Kritik
dan saran bisa dialamatkan ke email penulis:
mnharisudinstainjember @gmail.com atau
mnharisudinuinjember @gmail.com. Telp atau WA:
081249995403.
120