Anda di halaman 1dari 4

Nama : Wingki

Nim : 044438783

Prodi : Administrasi Negara

Matkul : Pengantar Statistik Sosial

TUGAS 2

1. Seorang mahasiswa ingin mengestimasi waktu rata-rata yang digunakan waktu


untuk belajar. Suatu sampu acak ukuran 36 menunjukan bahwa rata-rata waktu
yang digunakan siswa untuk belajar dirumah setiap harinya adalah 100 menit.
Informasi sebelumnya menyatakan bahwa standar deviasi adalah 20 menit.
2. Jelaskan 2 kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi dalam pengujian hipotesis
dan berikan contoh

JAWABAN

1. Dimana yang kita ketahui mengenai apa itu estimasi ,yaitu merupakan suatu
hal yang asing dalam kehidupan manusia.
Estimasi adalah keseluruhan proses yang menggunakan sebuah estimator
untuk menghasilkan sebuah estimate dari suatu parameter. Sebuah estimasi
titik dari sebuah parameter adalah sesuatu angka tunggal yang dapat
dianggap sebagai nilai yang masuk akal dari . Estimasi merupakan kegiatan
penarikan kesimpulan statistik yang berawal dari hal-hal yang bersifat umum
ke hal – hal yang bersifat khusus, agar penarikan kesimpulan dapat
dibenarkan dan mampu mendekati kebenaran maka dibutuhkan suatu alat
untuk memproses data secara benar, jika kegiatan estimasi dapat dilakukan
secara benar maka semua keputusan yang berkaitan dengan estimasi dapat
dilakukan juga dengan benar dan dapat untuk mengatasi segala persoalan
statistik.
Jenis jenis estimasi ada tiga, dan yang digunakan pada soal diatas yaitu
estimasi interval
Estimasi interval adalah suatu estimasi terhadap parameter populasi dengan
memakai range (interval nilai)

Unsur unsur yang diketahui :

= 100 ; = 20;

=36;

tingkat kepercayaan 95 %.Maka nilai z = 1,96

Jadi, estimasi interval dari nilai waktu rata-rata sesungguhnya:

Dengan kata lain guru mengestimasi dengan tingkat keyakinan 95 % bahwa


rata-rata waktu belajar adalah antara 93,47 menit hingga 106,53 menit

Sumber referensi : ISIP4215/Modul 6 dan esaunggul.ac.id modul 6

2. Jelaskan 2 kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi dalam pengujian


hipotesis dan berikan contoh
Kesalahan Tipe I
Kesalahan tipe I terjadi ketika keputusan yang diambil dari suatu pengujian
hipotesis adalah menolak hipotesis yang pada hakikatnya adalah benar. Jika
hal itu yang terjadi maka kesalahan tersebut biasanya disebut dengan
( Risiko Alpha). dilambangkan dengan simbol α. Nilai α biasa
disebut dengan tingkat signifikansi sedangkan nilai 1 – α disebut dengan
tingkat kepercayaan/taraf nyata menyatakan seberapa nyata (bisa menolak
hipotesis nol) uji tersebut.
Tingkat kesalahan tipe I sering juga disebut kesalahan penentuang
atau tingkat signifikansi. Dalam praktiknya tingkat signifikansi telah
ditetapkan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji. Biasanya
tingkat signifikansi (tingkat kesalahan) yang diambil adalah 1%, 5% maupun
10%.
Jika diasumsikan terdapat sebanyak 100 sampel penelitian yang diambil dari
populasi yang sama, maka tingkat kesalahan 1% berarti bahwa akan terdapat 1
sampel salah dalam 100 sampel penelitiannya. Namun, jika tingkat kesalahan
5% berarti bahwa terdapat 5 sampel yang salah dari 100 sampel yang
digunakan. Sedangkan, tingkat kesalahan 10% berarti terdapat 10 sampel yang
salah dari total 100 sampel.

Setiap penelitian yang berbeda dapat menggunakan tingkat signifikansi


(tingkat kesalahan) berbeda, tergantung dari keyakinan peneliti mengenai
kesalahan sampel yang digunakannya. Semakin kecil/sedikti sampel yang
mungkin salah, maka semakin besar tingkat kebenaran sampel, berarti juga
penggunaan 5% bahkan 1% adalah lebih tepat. sebaliknya semakin banyak
sampel yang mungkin salah, maka penggunaan 5% bahkan 10% adalah lebih
baik.

Kesalahan Tipe II
Kesalahan tipe II terjadi ketika keputusan yang diambil dari suatu pengujian
hipotesis adalah menerima hipotesis yang pada hakikatnya adalah salah. Jika
hal itu yang terjadi maka kesalahan tersebut biasanya disebut dengan
(Risiko Beta). dilambangkan dengan simbol β. Sedangkan nilai 1
– β disebut taraf uji. Taraf uji ini menunjukkan seberapa baik statistik uji yang
akan digunakan dalam pengujian hipotesis (tingkat kesalahan tipe 2-nya kecil).
Meskipun pada praktiknya, kita lebih sering berhubungan dengan nilai α.
Dengan asumsi bahwa nilai α yang kecil juga mencerminkan nilai β yang juga
kecil. Para peneliti biasanya secara konservatif menetapkan sekecil mungkin
nilai α (0,05 atau 0,01) sehingga meminimalkan peluang kekeliruan tipe I.
Dalam hal ini, mereka beranggapan bahwa menolak hipotesis nol yang
seharusnya diterima merupakan kekeliruan yang serius mengingat akibat yang
ditimbulkannya. Namun perlu diingat bahwa dalam menetapkan taraf
signifikansi kita harus melihat situasi penelitian.

Contoh, tes untuk suatu penyakit dapat melaporkan hasil negatif ketika pasien
terinfeksi. Hal ini termasuk ke dalam kesalahan tipe II karena kita menerima
kesimpulan tes sebagai negatif, meskipun itu salah
Sumber referensi : Baltagi, B.H. (2008). (4th ed.). Heidelberg:
Springer

Anda mungkin juga menyukai