Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ferwansi Yemima Finit

NIM: 21212014

TIPE-TIPE KESALAHAN
Terkait pengertian hipotesis dan bagaimana cara merumuskan hipotesis yang telah dibahas
sebelumnya. Di sini kita akan bahas terkait dengan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam
merumuskan hipotesis. Bahasa ini sangat penting karena merupakan inti dari seluruh pembahasan
yang terkadang hipotesis karena kebenaran keputusan dari suatu perusahaan tidak hanya ditentukan
oleh bagaimana seorang melakukan penelitian dan merumuskan pernyataan hipotesisnya baik
hipotesis peneliti maupun hipotesis statistik nama ditentukan oleh kebenaran dalam melakukan
pengujian sesuai dengan prosedur statistik. Undangan demikian ketika kondisi tersebut tidak dipenuhi
maka dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut kemungkinan mengalami kesalahan dalam pengujian
hipotesis. Baltagi (2008) menyebutkan bahwa terdapat dua kesalahan yang terjadi pada proses
pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis. Kedua kesalahan ini sering disebut dengan
kesalahan tipe I dan tipe II.
1. Kesalahan Tipe I
Kesalahan tipe 1 ini terjadi karena keputusan yang diambil dari suatu pengujian hipotesis
adalah menolak hipotesis yang pada hakikatnya adalah benar. ketika hal ini terjadi maka
kesalahan tersebut biasanya disebut dengan Alpha Risk (Risiko Alpha). Alpha Risk
dilambangkan dengan simbol α. Nilai α biasa disebut dengan tingkat signifikansi sedangkan
nilai 1 – α disebut dengan tingkat kepercayaan/taraf nyata menyatakan seberapa nyata (bisa
menolak hipotesis nol) uji tersebut.
Tingkat kesalahan tipe 1 sering juga disebut dengan kesalahan penentuang level of significant.
Praktiknya tingkat signifikansi telur ditetapkan oleh penelitian terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji.
Biasanya tingkat signifikansi (tingkat kesalahan) yang diambil oleh 1% 5% maupun 10%
Jika diasumsikan terdapat sebanyak 100 sampel penelitian yang diambil dari populasi yang sama,
maka tingkat kesalahan 1% berarti bahwa akan terdapat 1 sampel salah dalam 100 sampel
penelitiannya. Namun, jika tingkat kesalahan 5% berarti bahwa terdapat 5 sampel yang salah dari 100
sampel yang digunakan. Sedangkan, tingkat kesalahan 10% berarti terdapat 10 sampel yang salah dari
total 100 sampel.
Setiap penelitian yang berbeda dapat menggunakan tingkat signifikansi (tingkat kesalahan)
berbeda, tergantung dari keyakinan peneliti mengenai kesalahan sampel yang digunakannya. Semakin
kecil/sedikti sampel yang mungkin salah, maka semakin besar tingkat kebenaran sampel, berarti juga
penggunaan 5% bahkan 1% adalah lebih tepat. Sebaliknya semakin banyak sampel yang mungkin
salah, maka penggunaan 5% bahkan 10% adalah lebih baik.
2. Kesalahan tipe II
Kesalahan tipe II terjadi ketika keputusan yang diambil dari suatu pengujian hipotesis adalah
menerima hipotesis yang pada hakikatnya adalah salah. Jika hal itu terjadi maka kesalahan tersebut
biasanya disebut dengan Beta Risk (Risiko Beta). Beta Risk dilambangkan dengan simbol β.
Sedangkan nilai 1 – β disebut taraf uji. Taraf uji ini menunjukkan seberapa baik statistik uji yang akan
digunakan dalam pengujian hipotesis (tingkat kesalahan tipe 2-nya kecil).
Tingkat kesalahan tipe II terjadi karena peneliti gagal memahami rumusan penelitian, sehingga
menggunakan rumusan β yang keliru. Semakin spesifik tujuan penelitian, maka semakin spesifik pula
rumusan β yang dibuat. Namun demikian, prinsip utama dalam pengujian hipotesis adalah
meminimalkan nilai α dan β.
Meskipun pada praktiknya, kita lebih sering berhubungan dengan nilai α. Dengan asumsi bahwa
nilai α yang kecil juga mencerminkan nilai β yang juga kecil. Para peneliti biasanya secara konservatif
menetapkan sekecil mungkin nilai α (0,05 atau 0,01) sehingga meminimalkan peluang kekeliruan tipe
I. Dalam hal ini, mereka beranggapan bahwa menolak hipotesis nol yang seharusnya diterima
merupakan kekeliruan yang serius mengingat akibat yang ditimbulkannya. Namun perlu diingat
bahwa dalam menetapkan taraf signifikansi kita harus melihat situasi penelitian

Anda mungkin juga menyukai