Anda di halaman 1dari 3

Ujian Akhir Semester I

Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Pemateri: Rovina Ruslami, dr., SpPD, PhD

Mahasiswa

: Tryando Bhatara

NIM

: 130120150002

Prodi

: S2 IKD (Ilmu Kedokteran Dasar)

Soal:
1. Uraikan dengan jelas hal-hal apa sajakah yang penting untuk dipikirkan dalam
merancang suatu penelitian kuantitatif: Jelaskan kenapa hal-hal tersebut menjadi
penting
2. Dalam merencanakan suatu penelitian kuantitatif, diperlukan penentuan besar
sampel. Uraikan pemahaman anda mengenai hubungan antara penentuan besar
sampel dengan hal-hal di bawah ini:
a. Pengujian Hipotesis
b. Error Tipe I dan Error Tipe II, dan Power
c. Presisi dan Akurasi
d. Effect Size

Jawaban:
1. Penelitian kuantitatif: Cara menguji teori objektif dengan menguji hubungan antar
variabel. Variabel-variabek tersebut daoat diukur menggunakan instrumen untuk
menghasilkan hasil berupa data bernomor, yang dapat dianalisis menggunakan
metode statistik.
Beberapa hal yang penting untuk dipikirkan:
a. Research Question:
Sebuah ketidakpastian tentang suatu kejadian atau permasalahan pada populasi
yang mendorong peneliti untuk mencari solusinya melalui pengukuranpengukuran pada subjek penelitian. Research Question haruslah:
Feasible (Mampu dilaksanakan), Interesting (Memiliki Insidensi atau Resiko
tinggi), Novel (Memiliki kebaruan), Ethical (Etis), Relevant (penelitian sesuai
dengan topik yang ingin dibahas).
b. Study Plan
- Subjek penelitian: Spesifikasi, sampling, rekrutmen
Subjek baiknya merepresentasikan apa yang terjadi pada populasi target.
Peneliti baiknya menspesifikasi sampel dengan jelas dalam protokol dengan

mempertimbangkan feasibilitas dari segi ekonomi dan waktu, ukuran yang cukup
besar untuk mengendalikan random error, dan representatif agar memiliki
generalisabilitas untuk populasi.
Untuk itu layaknya pemilihan subjek melibatkan kriteria eligibilitas (inklusi dan
eksklusi).
Kriteria inklusi mendefinisikan karakteristik utama populasi target. Kriteria
eksklusi bukanlah oposisi total dari kriteria inklusi namun subjek dengan faktorfaktor yang akan mengganggu validitas hasil penelitian atau kualitas data.
Hendaknya cukup homogen namun tak terlalu steril (sempit) dalam kriteria agar
masih memiliki generalisabilitas. Dapat dilakukan randomisasi baik dengan
simpel, stratified, cluster, atau systematic random sampling untuk
mengendalikan bias penelitian. Rekrut sampel dengan menghindari nsubjek nonresponse, rekrut sampel yang cukup dan hindari conflict of interest yang
menempatkan murid atau pekerja dari peneliti dalam posisi vulnerable. Gunakan
media, iklan, bekerjasama dengan tokoh masyarakat atau raih dukungan dari
stakeholders untuk perekrutan yang maksimal.
- Perencanaan pengukuran: Presisi dan akurasi
Fenomena yang diteliti akan diukur secara statistik, sehingga pengukuran
membutuhkan alat ukur yang terbukti validitasnya, semisal kadar PSA untuk
kanker prostat. Untuk itu peneliti harus mengetahui jenis-jenis pengukuran mulai
dari kategorik maupun kontinu, sehingga dapat memilih pula apa yang ingin
dicari (median, mean, modus, standar deviasi?) dengan mempertimbangkan
tingkat validitas maksimal yang dapat diraih dalam kemungkinan desain.
- Estimasi jumlah sampel: Hipotesis dan prinsip yang mendasari
Jumlah sampel yang terlalu kecil akan kurang representatif dan memiliki
kemungkinan gagal yang cukup besar sehingga tak dapat menjawab Research
Question dengan baik. Jumlah sampel yang terlalu besar akan mahal, memakan
banyak waktu dan kurang etis karena membuat terlalu banyak subjek dalam
kondisi rentan, Maka peneliti baiknya berangkat dari hipotesis bila hendak
meneliti secara kuantitatif dan ingin meneliti hubungan antar variabel. Ada aspek
eror tipe I, II, power, effect size yang perlu diperhatikan dalam besar sampel.
Tentukan Hipotesis nol dan hipotesis alternatif, pilih uji statistik yang
berkorespondensi dengan tema dan desain penelitian, yang mana tingkat
keterjangkauan dan validitasnya paling tinggi. Pilih tingkat effect size, power,
error tipe I dan II yang reasonable, lalu gunakan tabel atau formula yang tepat.
c. Desain studi
Dalam menentukan desain studi, peneliti layaknya mengetahui keterjangkauan
setiap desain terlebih dulu. Sebagai contoh, Penelitian Case Control sangat baik
untuk meneliti outcome yang jarang terdapat di populasi. Sampelnya relatif kecil
dan dapat mengukur asosiasi, namun kekurangannya adalah tak dapat
mengetahui temporalitas atau perjalanan kapankah sebuah fenomena atau
problem akan terjadi dari segi perjalanan waktu.
2.
a. Hipotesis merupakan ringkasan elemen utama penelitian: sampel, prediktor,
outcome, dan hal-hal tersebut akan diuji untuk signifikansi secara statistik.
Sehingga hipotesis yang baik akan sangat menentukan besar sampel yang harus

didapatkan untuk tema penelitian terkait. Sebagai contoh, bila tema dan judul
penelitian adalah melibatkan Animal Experiment, maka layaknya peneliti
mendalami perlakuan seperti apa yang akan diberikan pada sampel, berapa
kelompok perlakuan serta kontrol yang akan dibuat untuk memberikan
representasi maksimal pada populasi, dan juga desain penelitian seperti apa yang
akan dibuat, apakah simpel randomized design yang akan menggunakan Rumus
Federer ataukah Factorial Design yang akan menggunakan Meads Equation bila
jumlah perlakuannya lebih dari satu. Tentunya jumlah kelompok dan total
sampel yang didapatkan dari formula masing-masing akan berbeda, sehingga
menentukan keterjangkauan yang dapat dipilih serta disesuaikan dengan tema
penelitian
b. Jumlah sampel yang terlalu sedikit umumnya akan membuat hasil penelitian
tersebut rentan akan error tipe I dan II. Error tipe I adalah random error,
kesalahan yang dibuat yaitu menolak Hipotesis Nol yang seharusnya diterima,
karena jumlah sampel yang terlalu sedikit tak dapat menghasilkan representasi
yang layak bagi populasi sebenarnya sehingga menghasilkan gambaran positif
palsu (positif pada penelitian, namun negatif pada populasi sebenarnya).
Sedangkan error tipe II terjadi di antaranya juga karena kekurangan sampel,
sehingga faktor-faktor perancu maupun variabel yang diperiksa masih kurang.
Hasil dari error tipe II adalah false negative, yaitu gambaran negatif di penelitian
sementara di populasi sesungguhnya fenomena tersebut menghasilkan
gambaran positif. Power kekuatan data penelitian, dihitung secara statistik dan
bernilai 1 , sementara adalah representasi untuk error tipe II. Sehingga
semakin besar error tipe II yang dihasilkan, maka akan semakin kecil power yang
diusung oleh penelitian tersebut. Maka semakin banyak jumlah sampel, error
tipe I dan II akan dapat diminimalisir sementara power akan dapat ditingkatkan.
c. Presisi adalah sempitnya sebaran hasil data yang menggambarkan bahwa error
tipe I dapat diminimalisir, sedangkan akurasi adalah kepastian internal bahwa
hasil penelitian tertarget dengan tepat untuk menjawab Research Question, dan
menggambarkan bahwa error tipe II dapat diminimalisir. Sehingga untuk
menghasilkan presisi dan akurasi yang baik, jumlah sampel hendaknya
ditingkatkan tanpa mengabaikan refinement instrumen, metode, atau analisis.
d. Effect Size adalah ukuran atau kekuatan asosiasi yang ingin diperlihatkan dalam
penelitian. Contoh dalam penelitian case-control, odds ratio dapat menjadi
ukuran effect size. Semisal dalam eksperimen, peneliti layaknya mencari
referensi yang lengkap sehingga dapat memperkirakan effect size dari penelitian
sebelumnya, sehingga dapat menyesuaikan effect size dalam penelitian yang
akan dilakukan tergantung tujuan penelitian, dengan meningkatkan atau
menurunkan jumlah sampel.

Anda mungkin juga menyukai