Anda di halaman 1dari 21

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS

“POPULASI DAN SAMPEL”

OLEH KELOMPOK 5 :

Anak Agung Angga Andika Putra (1807521125)

Ida Bagus Dwi Sutiyasa Putra


(1807521126)

Kadek Leon Saputra (1807521127)

Ida Bagus Wiwekananda (1807521140)

I Putu Galing Aryansuka Mautama Putra (1807521146)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020/2021
6.1 Pengertian Populasi dan Sampel

1. Pengertian Populasi
Tipe data penelitian secara ekstrem dapat dikelompokan I ke dalam data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu.
Pendapatan dividen, nilai persediaan produk, gaji karyawan, utang bank merupakan
contoh data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang dapat dikategorisasi, tetapi
tidak dapat dikuantitatifkan. Data kualitatif dapat dijelaskan melalui penghitungan jumlah
setiap kategori yang diamati.
Problematik yang ada dalam pemilihan data kuantitatif umummnya berkaitan
dengan populasi data yang diteliti. Populasi (population), yaitu sekelompok orang,
kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi
disebut dengan elemen populasi (populasi element).
Penentuan populasi berbeda dengan penentuan unit di- analisis meskipun
keduanya berkaitan dengan unit data yang analisis, Misal, penelitian mengenai kinerja
dapat menggunakan unit analisis pada tingkat individual (seseorang), kelompok
(sekelompok orang), atau tingkat organisasional (departemen, divisi, atau korporat).

Pengertian populasi yang lain


Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara "populasi dan
sampel" dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, populasi
diartikan sebagai wilayah generelisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian menyimpulkannya. Di pihak lain sampel adalah sebagian dari
populasi itu. Populasi itu, misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah produktivitas
barang pada perusahaan tertentu, jumlah karyawan pembeli di toko tertentu, dan
sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan social situation atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi
sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara
lebih mendalam "apa yang terjadi" di dalamnya.

2. Pengertian Sampel
Peneliti dapat meneliti seluruh elemen populasi (disebut dengan sensus) atau
meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi (disebut dengan penelitian sampel).
Secara teknis untuk melakukan umumnya peneliti mengalami kesulitan sensus (census)
jika jumlah elemen populasinya relatif banyak. bahkan sulit dihitung. Kendala yang
dlhadapi peneliti umumnya masalah adalah keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang
tersedia. Karena alasan praktis, peneliti dapat meneliti sebagian dari elemen-elemen
populasi sebagai sampel (sample). Anggota sampel disebut dengan subjek (subject).
Pengertian sampel adalah sebagian dari subjek dalam populasi yang diteliti, yang
sudah tentu mampu secara representatif mewakili populasinya (Sabar, 2007). Menurut
Sugiyono, sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misal karena keterbatan dana, tenaga, dan waktu, peneliti akan mengambil
sampel dari populasi itu. Simpulan dan apa yang dipelajari dari sampel itu, akan
diberlakukan untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-
betul representatif (Sugiyono 2011).

Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan representativeness sampel


(sampel mencerminkan populasinya), yaitu sebagai berikut.
1. Variabilitas populasi
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah "given , artinya peneliti harus
menerima sebagaimana adanya dan tidak dapat mengatur atau memanipulasınya.
yang benar-benar
2. Besar sampel
Makin besar sampel yang diambil akan semakin besaratau tinggi taraf
representativeness sampel tersebut. Jika populasinya homogen secara sempurna,
besarnya sampel tidak memengaruhi taraf representativeness sampel.
3. Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggi pula
tingkat representativeness sampel
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel Makin lengkap ciri-ciri
populasi yang dimasukkan ke sampel, akan makin tinggi tingkat
representativeness sampel.

Definisi atau Pengertian Sampel yang Lainnya


Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan aturan-aturan
tertentu, yang digunakan mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau
ciri yang dimiliki populasi.
Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat
mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel diambil.
Seorang peneliti jarang mengamati keseluruhan populasi karena hal - hal berikut.
1) Biaya terlalu tinggi
2) Populasi sangat banyak sehingga dalam praktiknya tidak mungkin seluruh elemen
diteliti.
3) Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia.
4) Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke
waktu.

6.2 Penelitian Menggunakan Sampel dan Populasi

Penelitian yang bekerja dengan sampel berarti hanya mengambil sebagian saja
dari anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan
analisis sampel dibuat generalisasi. Faktor penting di sini adalah generalisasi, artinya
seberapa jauh simpulan dari analisis sampel dapat digeneralisasikan. Salah satu kaidah
penelitian ilmiah adalah generalizability yang berarti bahwa hasil penelitian tersebut
memiliki kemampuan generalisasi. Kemampuan generalisasi ini sangat bergantung pada
besarnya sampel. Sampel yang representatif (mewakili) memiliki kemampuan
generalisasi.
Penelitian yang bekerja dengan populasi tidak perlu menghadapi persoalan
generalisasi. Peneliti terhindar dari sampling karena jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah anggota populasi. Pada penelitian populasi peneliti biasanya berhadapan
dengan kendala biaya, waktu, dan tenaga.

Penelitian Sampel dan Sensus


Ada beberapa faktor yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian sampel
daripada sensus, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Jika jumlah elemen populasi relatif banyak, peneliti tidak mungkin


mengumpulkan seluruh elemen populasi karena akan memerlukan biaya dan
tenaga yang relatif tidak sedikit.
2. Kualitas data yang dihasilkan oleh penelitian sampel sering lebih baik
dibandingkan dengan hasil sensus karena proses pengumpulan dan analisis data
sampel yang relatif sedikit daripada data populasi sehingga dapat dilakukan relatif
lebih teliti.
3. Proses penelitian dengan menggunakan data sampel relatif lebih cepat daripada
sensus sehingga dapat mengurangi jangka waktu antara saat timbulnya kebutuhan
informasi hasil penelitian dengan saat tersedianya informasi yang diperlukan.
4. Alasan lain yang mengakani penelitian dengan sampel, terutama dalam kasus
pengujian yang bersifat merusak. Misal, perusahaan bola lampu bermaksud
melakukan uji kendali mutu terhadapseluruh bola lampu hasil produksinya
dengan memilih sebagian (sampel) untuk diuji daya tahannya. Pengujian
dimaksudkan apakah seluruh bola lampu yang dihasilkan telah sesuai dengan
standar mutu. Kegiatan menginvestigasi seluruh elemen populasi, jika elemen-
elemen populasi relatif sedikit dan variabilitas setiap elemen relatif tinggi
(heterogen). "Sensus juga lebih layak dilakukan jika penelitian dimaksudkan
untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu populasi, misal:
penelitian jumlah dan kondisi sosial ekonomi penduduk yang tidak dapat
dilakukan dengan meneliti sampel.

6.3 Kriteria Pemilihan Sampel yang Baik dan Pertimbangan Penentuan Ukuran
Sampel

1. Kriteria Pemilahan Sampel


Penelitian dengan menggunakan sampel yang representatif akan memberikan
hasil yang mempunyai kemampuan digeneralisasi. Kriteria sampel yang representatif
bergantung pada dua aspek yang saling berkaitan, yaitu akurasi sampel dan ketelitian
(presisi) sampel.

 Akurasi
Sampel yang akurat adalah sejauh mana statistik sampel dapat mengestimasi
parameter populasi dengan tepat. Akurasi berkaitan dengan tingkat keyakinan
(confidence level), Semakin akurat suatu gampel akan semakin tinggi tingkat keyakinan
bahwa statistik sampel mengestimasi parameter populasinya dengan tepat. Tingkat
keyakinan, dalam statistik dinyatakan dengan persentase. Jika dinyatakan tingkat
keyakinan 95%, berarti akurasi statistik sampel dapat mengestimasi parameter
populasinya dengan benar adalah 95% dan probabilitas bahwa estimasi hasil penelitian
tidak benar adalah 5% yang dinyatakan dengan tingkat signifikansi (significance level)
sebesar 0,05 (p 0,05).

 Presisi
Sampel yang presisi adalah sejauh mana hasil penelitian berdasarkan sampel
dapat merefleksikan realitas populasinya dengan teliti. Presisi menunjukkan tingkat
ketepatan hasil penelitian berdasarkan sampel menggambarkan karakteristik populasinya.
Presisi umumnya dinyatakan dengan interval keyakinan (confidence interval) dari sampel
yang dipilih. Misal, manajer pemasaran berdasarkan pengamatan terhadap sampel
penelitian mengestimasi bahwa volume penjualan produk perusahaan pada Mei berkisar
antara 60 sampai dengan 70 unit. Jika realisasi penjualan adalah 65 unit, maka estimasi
tersebut lebih presisi dibandingkan dengan estimasi antara 50 sampai dengan 70 unit.

Syarat Sampel yang Baik


1) Dalam pemilihan sampel perlu disusun kerangka sampling, yaitu daftar semua
unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat berikut.
a. Harus meliputi seluruh unsur sampel.
b. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
c. Harus up to date.
d. Batas-batasnya harus jelas.
e. Harus dapat dilacak di lapangan.
2) Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi) ciri-ciri sample
yang idel adalah seperti di bawah ini.
a. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang
diteliti.
b. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan
menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.
c. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan.
d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang
rendah.

2. Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel


1. Pertimbangan Ukuran Sampel
Ada empat hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan besarnya sampel
suatu penelitian,yaitu seperi berikut.
1) Derajat keseragaman
Apabila populasi seragam sempurna, maka satu elementer saja dari seluruh
populasi sudah cukup representatif untuk diteliti. Jika populasi adalah completely
heterogeneous, maka hanya pencacahan lengkaplah dapat memberikan gambaran
yang refresentatif.
2) Presisi yang dikeakani dalam penelitian
Tingkat ketepatan ditentukan oleh perbedaan - perbedaan hasil sampel dengan
hasil pencacahan lengkap dengan asumsi bahwa instrumen, teknik wawancara,
kualitas pewawancara yang digunakan sama. Secara kuantitatif presisi diukur dari
standar error. Artinya makin kecil kesalahan baku, makin besar tingkat presisi.
3) Rencana analisis
Rencana analisis data dengan teknik analisis tertentu sangat menentukan besarnya
sampel yang harus diambil.
4) Bergantung pada ketersediaan biaya, tenaga, dan waktu.

2. Penentuan Ukuran Sampel


Ada yang menyatakan bahwa paling sedikit 10% dari jumlah populasinya.
Pendapat-pendapat tersebut kurang tepat karena untuk menentukan ukuran sampel
bergantung pada variasi populasinya. Semakin besar dispersi atau variasi suatu populasi
maka semakin besar pula ukuran sampel yang diperlukan agar estimasi terhadap
parameter populasi dapat dilakukan dengan akurat dan presisi.
Langkah pertama yang diperlukan oleh peneliti adalah menghitung varian atau
dispersi populasi dengan menggunakan rumus perhitungan rata-rata populasi sebagai
berikut.

Keterangan :
m = adalah rata-rata populasi
X = adalah rata-rata sampel
k = adalah nilai t tabel pada tingkat kepercayaan tertentu
Sx = adalah dispersi (varian) populasi
 Penentuan Ukuran Sampel Penelitian
dalam suatu penelitian, Penentuan ukuran sampel (sample size) merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan terutama jika penelitian dilakukan dengan cara
survei dan bertujuan untuk memperkirakan nilai karakteristik populasi yang diteliti.
Ukuran sampel yang terlalu besar akan kurang efisien dari aspek sumber daya penelitian
(waktu, tenaga, biaya), Sebaliknya, ukuran sampel yang telalu kecil akan kurang efisien
dari aspek ketelitian pengukuran dan keakuratan hasil penelitian. Oleh karena itu,
penentuan besar sampel tidak akan pernah terlepas dari pertimbangan dua aspek tersebut.

Dalam menentukan besar sampel, ada banyak alternatif rumus penentuan besar
sampel yang bisa dipakai. Namun, pada prinsipnya, rumus -rumus tersebut diturunkan
dan dimodifikasi berdasarkan dua pendekatan, yaitu precision analysis dan power
analysis. Berikut ini adalah penjelasan pendekatan precision analysis beserta beberapa
contoh alternatif rumus yang bisa dipakai dalam penentuan besar sampel. Penentuan
besar sampel dengan pendekatan precision analysis menjamin kita dapat memperkirakan
nilai karakteristik populasi dengan peluang bahwa tingkat kesalahan penelitian (yang
berkaitan dengan pengambilan sampel, sampling error) akan berada pada batas kesalahan
(margin of error) yang telah ditentukan. Precision analysis memerlukan informasi nilai
varians yang bisa diperoleh dari penelitian sebelumnya atau dari survei pendahuluan
(pilot survei). Dalam hal ini perkiraan besar sampel sangat bergantung pada desain
sampling karena nilai varians sangat bergantung pada desain sampling yang digunakan.

6.4 Ukuran Sampel

Ukuran Sampel
Berdasarkan pertimbangan penentuan ukuran sampel, peneliti dapat menentukan
ukuran sampel yang dapat dipandang representatif mewakili populasi. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisası semakin kecil.
Sebaliknya, makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan
generalisasi. Jumlah sampel yang dipandang representatif mewakilli bergantung pada
tingkat presisi yang dikehendaki. Presisi yang dikehendaki dapat dipersentasekan dari
derajat kesalahan secara statistik apakah 1%, 5%. atau 10% Semakin tinggi presisi yang
dikeakani, semakin kecil tingkat kesalahan yang harus ditentukan.

1. Pertimbangan
Ketepatan jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan sangat
memengaruhi keterwakilan (representativeness) sampel terhadap populasi. Keterwakilan
populasi akan sangat menentukan kebenaran simpulan dari hasil penelitian. Semakin
besar ukuran sampel akan semakin mewakili populasi (Sukmadinata, 2005). Biasanya
para peneliti ingin bekerja dengan sampel sekecil mungkin karena semakin besar jumlah
sampel yang digunakan maka akan semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan,
makin banyak tenaga yang digunakan dan semakin lama waktu yang diperlukan.
dibutuhkan sebuah
Dalam pengambilan sampel pertimbangan dari berbagai aspek di atas sehingga
sampel yang digunakan dapat mewakili populasi yang diteliti dan lebih efisien. Contoh
ukuran sampel melalui pertimbangan, antara lain seperti berikut.
1) Dalam penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah
dipandang cukup besar.
2) Dalam penelitian kausal komperatif dan eksperimental, 15 individu untuk setiap
kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai.
3) Dalam penelitian survei, sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel
baru cukup memadai.

2. Kebutuhan Sampel Besar


1) Jika terdapat sejumlah variabel yang tidak bisa dikontrol
Dalam variabel yang tidak dapat dikontrol, para peneliti mengatasinya dengan
sampel besar (Sukmadinata, 2009). Contoh: penelitian tentang dampak
pembelajaran dengan menggunakan website tehadap pengembangan kreativitas
siswa SMA. Dalam penelitian tersebut diteliti dampak dari macam-macam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan website, pengembangan kegiatan
dan penemuan hal baru. Dari beberapa kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan website akan terlibat beberapa faktor atau variabel lain, seperti
kecerdasan, kematangan, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, dll.
Penelitian dengan sampel besar memungkinkan mengadakan analisis yang
berkenaan dengan faktor-faktor tersebut.
2) Jika dalam penelitian terantisipasi adanya hubungan atau perbedaan yang
kecil
Adanya perbedaan atau hubungan yang kecil bisa terabaikan jika ukuran
sampelnya kecil. Dengan menggunakan sampel besar, perbedaan atau hubunga-
hubungan yang kecil dapat diukur kebermaknaannya contoh : penelitian tentang
perbedaan pengaruh penggunaan media terhadap prestasi belajar para siswa di
SMP. Jika sampelnya kecil, tidak akan ditemukan adanya perbedaan pengaruh,
tetapi jika menggunakan sampel besar, kemungkinan akan ditemukan adanya
perbedaan.
3) Jika dalam penelitian dibentuk kelompok- kelompok kecil
Dalam beberapa penelitian eksperimental, tujuan penelitian tidak hanya diarahkan
pada penguji perbedaan pengaruh dari beberapa perlakuan yang diberikan, tetapi
juga menguji perbedaan pengaruh satu perlakuan atau lebih terhadap beberapa
kelompok yang berbeda (Sukmadinata, 2009).
4) Menghindari penyusutan
Dalam proses penelitian sering terjadi penyusutan jumlah sampel. Makin panjang
masa penelitian berlangsung kemungkinan terjadinya penyusutan jumlah sampel
semakin besar. untuk menghindari dampak penyusutan tersebut diperlukan jumlah
sampel yang besar. Upaya penyusutan, antara lain sebagai berikut.
a. Tekankan pada subjek sampel bahwa mereka jangan sampai mundur di
tengah jalan.
b. Tegaskan pentingnya penelitian.
c. Sebelum mulai berpartisipasi mintalah kesediaan mereka untuk ikut
sampai tuntas.
d. Adakan kontak secara teratur untuk memelihara hubungan dan minat
mereka.
5) Jika diharapkan syarat-syarat keabsahan secara statistik dipenuhi
Dalam analisis statistik pengujian instrumen dan pengujian hipotesis dituntut
tingkat kepercayaan tertentu minimal 95% atau alpha 5%, tetapi lebih baik kalau
kepercayaan 99% atau alpha 1%. untuk itu dalam mencapai tingkat kepercayaan
tersebut dituntut sampel yang besar.
6) Jika dalam penelitian dihadapkan pada populasi yang sangat heterogen
Dalam diharapkan populasi yang penelitian heterogen sehingga sampel acak yang
sederhana dapat segera ditemukan. Contoh: populasi siswa, kita akan berhadapan
dengan perbedaan jenis sekolah, tingkat kelas, jurusan, usia, jenis kelamin, tingkat
kederdasan, minat, hobi, dll. Penggunaan sampel yang besar memberikan
kemungkinan untuk dapat memperhatikan perbedaan dalam variabel-variabel
tersebut (Sukmadinata, 2009).
7) Jika reliabilitas dari variabel bebas tidak terjamin
Dalam penelitian tidak selalu reliabilitas atau ketepatan hasil penelitian itu bisa
dijamin. Hal ini disebabkan oleh karakteristik variabel itu sendiri. untuk
mengurangii dampak reliabilitas yang rendah dari variabel tersebut diperlukan
sampel berukuran besar.

6.5 Sumber Kesalahan Sampel

1. Kesalahan Statistik (Statistikal Erros)


Ada dua faktor penyebab kesalahan statistik, yaitu kesalahan dalam pemilihan
sampel (sampling error) dan kesalahan sistematis (systematic error), yaitu kesalahan yang
tidak berasal dari proses pemilihan sampel (non sampling error).
 Kesalahan kerangka sampel, seperti telah dibahas sebelumnya hal itu disebabkan
oleh adanya perbedaan antara alemen-elemen dalam kerangka sampel (misal, daftar
mahasiswa au daftar telepon) dengan elemen-elemen populasi target. Kerangka
sampel kemungkinan belum memuat elemen-elemen ang ana ita populasi yang baru
masuk.
 Kesalahan unit sampel. Penentuan elemen-elemen dalam suatu unit sampel
kemungkinan kurang mewakili karakteristik populasinya. Tingkat heterogenitas
elemen-elemen populasi dapat menyebabkan timbulnyakesalahan dalam unitsampel
yang ditentukan berdasarkan strata atau kelompok (cluster) tertentu. Elemen-elemen
tertentu kemungkinan mempunyai kesempatan untuk masuk dalam beberapa strata
atau kelompok unit sampel. Jika elemen unit sampel hanya dipilih sekali, kesalahan
dalam mengklasifikasi elemen-elemen ke dalam strata atau kelompok tertentu sebagai
unit sampel merupakan sumber kesalahan yang disebabkan oleh penentuan unit
sampel.
 Kesalahan pemilihan sampel secara acak terjadi karena terjadi kemungkinan
adanya variasi dalam pemilihan subjek sampel secara acak. Tipe kesalahan ini
kemungkinan disebabkan oleh nilai elemen-elemen yang sangat variatif atau ekstrem
(tinggi sekali atau rendah sekali) sehingga dapat saling menghapus dalam
penghitungan rata-rata. Kesalahan tersebut secara teknis merupakan fluktuasi statistik
yang terjadi karena adanya variasi nilai elemen-elemen yang dipilih sebagai sampel.
Semakin kecil variasi nilai elemen-elemen, maka semakin rendah kemungkinan
tingkat kesalahan pemilihan sampel secara acak.

2. Kesalahan Sistematis (Systematic Error)


Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar proses pemilihan sampel
(non sampling error). Kesalahan sistematis terutama disebabkan oleh kelemahan desain
penelitian dan kesalahan pelaksanaan penelitian. Ada dua faktor yang memengaruhi
kesalahan Sistematis, yaitu kesalahan responden (respondent error) dan kesalahan
administratif (administrative error).
a. Kesalahan responden. Hasil analisis dikumpulkan dengan metode survei bergantung
pada jawaban responden penelitian. Kesalahan responden terdiri atas dua jenis
kesalahan sebagai berikut.
 Nonresponse bias (error) adalah kesalahan vang timbul karena subjek sampel
yang tidak memberikan respons (nonresponden) ternyatalebihrepresentatif
daripadasampel yang memberikan tanggapan sehingga sampel yang diteliti
kurang akurat dan presisi mencerminkan karakteristik populasinya. Jika semua
sampel memberikan tanggapan atas suatu survei, tingkat respons (response rate)
survei tersebut adalah 100%. Non response bias terjadi jika dalam survei dengan
tingkat tanggapan 30%, ternyata 70% sampel yang tidak memberikan jawaban
lebih representatif daripada 30% sampel yang memberikan respons.
 Response bias (error) merupakan kesalahan yang timbul karena jawaban
responden yang tidak benar. Beberapa hal yang dapat menimbulkan response bias,
antara lain seperti berikut :
1. Kecenderungan responden yang memberikan jawaban setuju atas pertanyaan-
pertanyaan yang tidak dipahaminya sekalipun (acquiescence bias).
2. Kecenderungan responden yang memberikan jawaban secara ekstrem
(extremity bias) atau secara netral (neutrality bias) terhadap sebagian besar
pertanyaan.
3. Adanya silang peran antara pewawancara dan responden sehingga jawaban
responden terpengaruh oleh opini pewawancara (interviewer bias) atau adanya
bantuan pewawancara kepada responden pertanyaan (auspices bias). data yang
untuk menjawab
b. Kesalahan administratif adalah kesalahan yang disebabkan oleh kelemahan
administrasi atau pelaksanaan pekerjaan penelitian. Ada tiga tipe kesalahan
administratif, yaitu kesalahan dalam pemrosesan data (data processing erro1).
kesalahan pewawancara (interviewer error), dan kecurangan pewawancara
(interviewer cheating).
 Kesalahan pemrosesan data kemungkinan terjadi rena kesalahan dalam proses
prosedural atau aritmatik melalui komputer. Akurasi pemrosesan data dengan
komputer, bagaimana pun bergantung pada ketelitian manusia dalam pembuatan
program dan memasukkan data ke dalam komputer.
 Kesalahan pewawancara adalah tipe kesalahan Kesalahan administratif yang
disebabkan oleh keteledoran pewawancara. Kesalahan tersebut dapat berupa
kekeliruan pewawancara dalam mencatat jawaban responden atau kesalahan
berupa hilangnya bagian informasi yang penting karena pewawancara kurang
cepat mencatat jawaban responden yang disampaikan secara lisan.
 Kecurangan pewawancara. administratif kemungkinan disebabkan oleh
kecurangan pewawancara yang dengan sengaja melompati butir pertanyaan
mengenai topik yang sensitif agar wawancara cepat selesai.

6.6 Tahap Pemilihan Sampel

Prosedur Pemilihan Sampel


Prosedur pemilihan sampel memerlukan beberapa tahap sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi populasi target.
2. Memilih kerangka pemilihan sampel
3. Menentukan metode pemilihan sampel.
4. Merencanakan prosedur penentuan unit sampel.
5. Menentukan ukuran sampel.
6. Menentukan unit sampel.
1. Populasi Target (Target Population)
Tahap pertama yang dilakukan peneliti dalam pemilihan sampel adalah
mengidentifikasi populasi target, yaitu populasi spesifik yang relevan dengan tujuan atau
masalah penelitian. Penentuan populasi target dalam banyak kasus tidak hal yang sulit.
Misal, populasi targetnya adalah manajer perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Peneliti dapat mengidentifikasi para manajer yang menjadi populasi
target penelitian, yaitu seluruh manajer dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEJ.
Penentuan populasi target, dalam kasus mungkinan tidak mudah dilakukan. Misal,
sebuah perusahaan tertentu bermaksud mengetahui perilaku konsumen produk tertentu
vang dihasilkannya. Populasi targetnya adalah para manajer bagian pembelian dari
perusahaan pelanggan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata yang
memengaruhi pembuatan keputusan pembelian di perusahaan pelanggan adalah manajer
bagian teknik perusahaan tersebut.
2. Kerangka Sampel (Sample Frame)
Kerangka sampel adalah daftar elemen-elemen populasi yang dijadikan dasar
untuk mengambil sampel. Kerangka sampel biasanya berbeda dengan populasi target
yang ditentukan. Misal, populasi target adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada (FE UGM), Jika peneliti menggunakan sebuah daftar mahasiswa FE UGM,
ada kemungkinan daftar tersebut belum memuat mahasiswa baru atau mungkin masih
mencantumkan mahasiswa yang telah lulus.
3. Metode Pemilihan Sampel (Sampling Methods)
Metode-metode pemilihan sampel secara garis besar dikelompokkan menjadi dua,
seperti berikut.
1. Metode pemilihan sampel probabilitas (probability sampling methods) atau
metode pemilihan sampel secara acak (randomly sampling method), yaitu terdiri
atas metode- metode simple random sampling, systematic sampling, stratified
random sampling, cluster sampling, dan area sampling.
2. Metode pemilihan sampel nonprobabilitas (non-probability sampling methods)
disebut juga dengan metode pemilihan sampel secara tidak acak (non-randomly
sampling method), yang terdiri atas metode-metode convenience sampling,
judgement sampling, dan quota sampling.
4. Unit Sampel (Sample Unit)
Unit sampel adalah suatu elemen atau sekelompok elemen yang menjadi dasar
untuk dipilih sebagai sampel. Pemilihan sampel berdasarkan kerangka sampel dapat
dilakukan melalui prosedur satu tahap atau beberapa tahap. Elemen-elemen dalam unit
sampel pada prosedur pemilihan sampel satu tahap sama dengan elemen-elemen dalam
kerangka sampel.
a. Metode Pemilihan Sampel Probalitas
Teori dan Distribusi (Probability Sampling Theory and Distribution)
Tujuan pemilihan sampel, sekali lagi, agar hasil analisis data berdasarkan sampel
dapat digeneralisasi pada tingkat populasinya. Sampel yang representatif ditunjukkan
dengan estimasi statistik sampel terhadap parameter populasinya secara akurat dan
presisi. Sampel yang representatif, yaitu jika rata-rata sampel mempunyai kisaran yang
relatif dekat dengan rata-rata populasinya. Faktor utama dalam metode pemilihan sampel
probabilitas adalah proses pemilihan yang dilakukan secara Pemilihan Sampel
Probabilitas acak.
Jika sampel n dipilih secara acak dari suatu populasi yang tidak normal dengan
rata-rata dan deviasi standar tertentu, semakin besar jumlah yang dipilih, maka distribusi
pemilihan sampel dari rata-rata sampel akan didistribusikan secara normal.
Contoh :
Berikut ini adalah contoh mengenai statistik pemilihan sampel probabilitas".
Misal, ada sepuluh orang dalam suatu kelompok dan tiap-tiap mempunyai uang dalam
jumlah yang berbeda. untuk memudahkan perhitungan anggap saja orang pertama tidak
mempunyai uang, orang kedua mempunyai Rp, 1,00 orang ketiga mempunyai Rp, 2,00
demikian seterusnya sehingga orang kesepuluh memiliki Rp, 9,00 Jumlah uang yang
dimiliki orang-orang dalam kelompok tersebut adalah Rp, 45,00 sehingga rata- rata uang
yang dimiliki sebesar Rp. 4,50. Berdasarkan data tersebut, jika dipilih secara acak dua
orang sebagai sampel,
maka ada 45 kemungkinan sampel yang dapat dipilih. Berdasarkan jumlah uang
yang dimiliki, beberapa sampel memiliki rata-rata yang sama, misal: sampel (Rp, 0,00 +
Rp, 6,00); (Rp, 1,00 + Rp, 5,00); dan (Rp, 2,00 + Rp, 4,00) memiliki uang rata-rata Rp,
3,00. Gambar 6.3. menyajikan distribusi rata-rata sampel yang dipilih. Berdasarkan
gambar tersebut diketahui normalitas dari distribusi rata-rata sampel. Rata-rata sampel
besarnya sama dengan rata-rata populasi (Rp, 4,50,00) jumlahnya paling banyak, yaitu
lima sampel (Rp, 0,00 + Rp, 9,00); (Rp, 1,00 + Rp, 8,00); (Rp, 2,00 + Rp, 7) ; (Rp, 3,00 +
Rp, 6,00); dan (Rp, 4,00 + Rp, 5,00). Normalitas distribusi rata-rata sampel juga dapat
dilihat pada contoh ukuran sampel yang lain (misal, terdiri atas 3, 4, 5, atau 6 orang).

b. Pemilihan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)


Metode pemilihan sampel secara acak sederhana memberikan kesempatan yang
sama yang bersifat tak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel.
Metode paalatif sederhana karena hanya memerlukan satu tahap prosedur pemilihan
sampel. Setiap elemen populasi secara independen mempunyai probabilitas dipilih satu
kali (tanpa pengembalian).
Contoh :
Peneliti ingin memilih seratus mahasiswa sebagai sampel dari jumlah populasi
lima ribu mahasiswa. Peneliti membuat daftar nomor mahasiswa dari nomor 1 sampai
dengan 5.000 sebagai kerangka sampel. Selanjutnya pemilihan sampel secara acak
sederhana dapat dilakukan dengan bantuan komputer yang memuat label nomor
mahasiswa secara acak. Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih 100 nomor secara
acak dari lima ribu nomor yang ada.
Metode pemilihan sampel acak sederhana pemilihan sampel secara
memungkinkan terpilihnya sampel yang mempunyai bias paling sedikit dan tingkat
generalisasi yang tinggi. Sampel yang bias adalah sampel yang menyimpang dari tujuan
pemilihan sampel, yang secara kuantitatif dapat diukur berdasarkan akurasi dan presisi
estimasi statistik sampel terhadap parameter populasinya

Pemilihan Sampel Sistematis (Systematic Sampling)


Metode pemilihan sampel secara acak sederhana meskipun mudah dipahami,
jarang digunakan dalam praktik karena relatif sulit dan memerlukan banyak tenaga dan
biaya, terutama jika jumlah elemen populasinya relatif banyak. Pemilihan sampel dari
kerangka sampel dapat dilakukan dengan cara yang sistematis, yaitu memilih secara acak
setiap elemen dengan nomor tertentu dari tabel nomor sebagai kerangka sampel.
Contoh :
Peneliti (menggunakan data contoh 6.2) memilih seratus nomor sebagai sampel
dari tabel yang berisi lima ribu nomor. Berdasarkan metode sampel sistematis, peneliti
dapat memilih nomor tertentu, misal nomor 50 untuk sampel vang pertama, sampel kedua
nomor 100, ketiga nomor 150 demildan seterusnya sampai sampel keseratus nomor 5.000
Sampel yang dipilih adalah nomor-nomor dalam tabel vane mempunyai jarak 50 dimulai
dari nomor 50. Kelemahan metode ini, adalah, memungkinkan terjadinya bias sistematis,
yaitu penyimpangan sampel dari tujuannya karena sistematisasi yang digunakan oleh
peneliti dalam pemilihan sampel.

c. Pemilihan Sampel Acak Berdasarkan Strata (Stratified Random Sampling)


Pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
mengklasifikasi suatu populasi ke dalam sub- subpopulasi berdasarkan karakteristik
tertentu dari elemen- elemen populasi (misal, berdasarkan jenis kelamin, jenis industri,
tahun angkatan, size perusahaan). Sampel kemudian dipilih dari setiap subpopulasi
dengan metode acak sederhana atau metode sistematis. Cara pemilihan sampel ini disebut
dengan metode pemilihan sampel secara acak berdasarkan strata.
Contoh :
Seorang peneliti berkeinginan untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa
berdasarkan sampel seratus mahasiswa dari kerangka sampel yang berisi lima ribu
mahasiswa. untuk keperluan tersebut, peneliti membagi populasi ke dalam empat strata
unit sampel berdasarkan tahun angkatan mahasiswa (I, II, III dan IV). Selanjutnya dari
tiap-tiap strata dipilih sejumlah mahasiswa secara acak. Jumlah subjek yang dipilih
ditentukan dengan dua alternatif:,yaitu (1) secara proposional sebesar 2% dari jumlah
elemen pada setiap unit sampel atau (2) secara tidak proporsional dalam / jumlah yang
sama tanpa memperhatikan jumlah elemen pada setiap unit sampel. Gambar 6.3 berikut
ini menyajikan contoh pemilihan sampel acak dengan stratifikasi secara proposional dan
tidak proposional.

Pemilihan sampel berdasarkan strata menekankan pada homogenitas karakteristik


elernen-elemen pada tiap-tiap strata, tetapi katakteristik elemen-elemen antara strata yang
satu dan yang lain relatif heterogen. Kelemahan metode ini, yaitu jika perbedaan jumlah
elemen antara strata yang satu dan strata yang lain cukup besar, secara proporsional ada
kemungkinan jumlah subjek pada strata tertentu terlalu kecil dan pada strata yang lain
terlalu besar.

d. Pemilihan Sampel Berdasarkan Kelompok (Clustered Sampling)


Pemilihan sampel berdasarkan kelompok dapat dilakukan melalui satu tahap
(one stage) atau beberapa tahap (multi stage) penentuan unit sampel. Elemen-elemen
populasi dikelompokkan ke dalam unit-unit sampel seperti yang dilakukan dalam metode
pemilihan sampel dengan stratifikasi. Perbedaannya metode ini lebih menekankan pada
heterogenitas karakteristik elemen- elemen pada tiap-tiap unit sampel, tetapi karakteristik
elemen- elemen antara kelompok unit sampel satu dan unit sampel yang lain relatif
homogen. Jika pemilihan sampel dilakukan satu tahap, maka subjek sampel dapat dipilih
secara acak sederhana atau cara sistematis dari setiap unit sampel. Jumlah subjek yang
dipilih dapat ditentukan secara proporsional atau tidak proporsional dengan jumlah
elemen pada tiap-tiap unit sampel Unit sampel pada pemilihan sampel melalui beberapa
tahap ditentukan secara bertahap dalam beberapa tingkat unit sampel. Metode ini
mempunyai kelemahan karena menghasilkan data yang tingkat reliabilitasnya paling
rendah di antara alternatif metode pemilihan sampel probabilitas.

e. Metode Pemilihan Sampel Nonprobalitas


Pemilihan sampel dengan metode nonprobabilitas atau secara / tidak acak,
elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel. Penelitian berdasarkan sampel yang dipilih secara tidak acak akan memberikan
hasil yang diragukan kemampuan generalisasinya.

f. Pemilihan Sampel Berdasarkan Kemudahan (Convenience Sampling)


Sesuai dengan namanya, metode ini memilih sampel dari elemen populasi (orang
atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih
sebagai subjek sampel tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih
sampel yang paling cepat dan murah. Misal, peneliti dalam penelitian mengenai perilaku
konsumen terhadap suatu produk dapat melakukan survei kepada setiap pengunjung yang
dijumpai di toko swalayan.

g. Pemilihan Sampel Bertujuan (Purposive Sampling)


Peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih
sampel secara tidak acak. Ada dua jenis metode pemilihan sampel ini, yaitu pemilihan
sampel berdasarkan pertimbangan dan berdasarkan kuota.

h. Pemilihan Sampel Berdasarkan Pertimbangan (Judgment Sampling)


merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau
masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-
elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan. Misal, jika peneliti
ingin mengetahui informasi yang berkaitan dengan perusahaan, peneliti dapat memilih
para manajer sebagai sampel penelitian
Faktor kepraktisan (kecepatan waktu dari biaya yang murah) merupakan
pertimbangan pokok dalam metode pemilihan sampel secara tidak acak ini. Meskipun
demikian, kelemahan metode ini adalah pada hasil analisis, yaitu kemampuan
generalisasinya rendah.

i. Pemilihan Sampel Berdasarkan Kuota (Quota Sampling)


Pemilihan sampel secara tidak acak dapat dilakukan berdasarkan kuota (jumlah
tertinggi) dalam suatu populasi target. Misal, peneliti menentukan kuota responden
berdasarkan jenis industri, skala perusahaan, departemen fungsional, atau gender pekerja.
Tujuan metode pemilihan sampel secara tidak acak berdasarkan kuota umumnya untuk
menaikkan tingkat representatif sampel penelitian.
Setiap alternatif metode pemilihan sampel mempunyai kelebihan dan kelemahan
tiap-tiap. Penentuan metode pemilihan sampel yang digunakan bergantung pada
tersedianya waktu, biaya, dan tenaga. Pertimbangan pokok yang digunakan sebagai
pedoman untuk menentukan metode pemilihan sampel adalah tujuan atau masalah
penelitian

6.7 Metode Pengambilan Sampel/Teknik Sampling

Teknik Pengambilan Sampel


1. Teknik Pengambilan Sampel Secara Acak (Random Sampling)
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah
memperoleh atau membuat nerangka sampel atau dikenal dengan nama "sampling
frame" Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap
elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data
tentang orael binatang, kejadian, tempat, atau juga benda. Jika populasi penelitian adalah
mahasiswa perguruan tinggi "A", penelis harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa
yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. seperti nama NRP,
jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya. Dari
daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N).
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa
dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah tabel angka random,
kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem
undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara
undian bisa mengganggu konsep "acak" atau "random" itu sendiri.
Secara umum, pengambilan sampel secara acak dilakukan dengan cara berikut.
1) Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana Cara atau teknik ini
dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat
umum.
Keuntungan :
a. Ketetapan yang tinggi dan setiap unit sampel mempunyai probabilitas
yang sama untuk diambil sebagai sampel.
b. Sampling error dapat ditentukan secara kuantitatif
Kerugian :
Bila tidak terdapat daftar unit dasar (sampling frame) dan populasi yang
tersebar/populasi yang sangat luas dengan prasarana jalan yang tidak menunjang
pengambilan sampel sulit dilaksanakan/.Teknik ini membutuhkan tenaga, waktu,
dan biaya yang sangat besar. Teknik Pelaksanaannya seperti berikut.
Dilakukan dengan dua cara, bergantung pada besamya populasi.
a. Populasi kecil : dengan undian (lotre)
b. Populasi besar : dengan tabel bilangan random sampling (cara lain dengan
gulungan kertas)
Contoh : Dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang
miskin, ada manajer dan tidak manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama
perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta
perbedaan-perbedaan lain tersebut tidak merupakan yang penting dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat
mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian, setiap unsur
populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Prosedurnya seperti dibawah ini.
a. Susun "sampling frame"
b. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
c. Tentukan alat pemilihan sampel
d. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

2) Stratified Random Sampling (Acak Stratifikasi)


a. Bila populasi dibagi menjadi beberapa strata, di mana setiap strata adalah
homrgen, sedangkan antarstrata terdapat sifat yang berbeda.
b. Bila pengambilan sampel setiap strata dilakukan dengan simple random
sampling, dan dengan proporsi yang sama disebut : Proportionate stratified
simple random sampling
Keuntungan :
Ketetapan lebih tinggi dengan simpangan baku yang lebih kecil dibandingkan
dengan simple random sampling, terutama bila pengambilan sampel dilakukan
secara proporsional
Kekurangan :
a. Harus diketahui kondisi populasi sehingga dapat dilakukan stratifikasi dengan
baik.
b. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen. Pengambilan sampel dengan
stratifikasi mempunyai ciri – ciri sbb.
a) Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel
acak sederhana.
b) Lebih efektif bila dalam distribusi populasi terdapat dikelompokkan
sendiri.
c) Setiap unit mempunyai peluang yang sama nilai ekstrem yang dapat untuk
diambil sebagai sampel hingga prakiraan yang dihasilkan tidak bias.
Contoh: seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu
kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung
positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan. Agar dapat menguji
dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para
manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel
secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga
tingkatan tersebut yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer
bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya
seperti di bawah ini.
1. Siapkan "sampling frame".
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki.
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum.
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proporsional, (b) tidak proporsional. Yang dimaksud
dengan proporsional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding
dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum
manajer tingkat atas (1) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer
(II), dan manajer tingkat bawah (II) ada 100 manajer. Artinya, jumlah seluruh
manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100
manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28
manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proporsional. Hal ini terjadi jika jumlah
unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya
saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka
peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut, dan untuk
manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III),
tetap 63 orang.

3) Multistage random sampling (Acak Bertahap )


a. dengan dilakukan membagi Pelaksanaannya populasi menjadi beberapa fraksi
kemudian diambil sampelnya.
b. Fraksi ynag dihasilkan kemudian dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih
kecil, kemudian diambil sampelnya.
c. Pembagian fraksi terus dilakukan sampai unit sampel yang diinginkan. Unit
sampel pertama disebut : primary sample unit (PSU).
d. PSU dapat berupa fraksi besar / fraksi kecil.
Keuntungan :
a. Varians yang relatif kecil untuk biaya setiap unit.
b. Kontrol terhadap kesalahan teknik sampling meniadi lebih baik .
c. Penelitian ulang membutuhkan biaya yang relatif kecil.
d. Kontrol terhadap liputan penelitian lebih mudah dilakukan.
e.
Kerugian :
a. Pada PSU besar, penggambaran terhadap populasi kurang baik.
b. Pada PSU kecil, hanya dapat dilakukan bila individu dalam populasi tidak
tersebar dan transportasi mudah.

4) Systematic Random Sampling (Acak Sistematik)


Pengambilan sampel acak dilakukan secara berurutan dengan interval
tertentu. Besarnya interval (i) dapat ditentukan dengan membagi populasi (N)
dengan jumlah yang diinginkan : I = N/n
Keuntungan :
a. Sampling frame tidak mutlak dibutuhkan.
b. Cara ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh petugas lapangan.
c. Cara ini sangat praktis bila populasi dalam bentuk kartu.
d. Membutuhkan waktu, biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan
dengan simple random sampling.
Kerugian :
a. Setiap unit sampel tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil
sbagai sampel.

b. Bila terdapat kecenderungan tertentu, pengambilan sampel acak sistematik


menjadi kurang Bila cara sesuai.

5) Cluster Random Sampling (Acak Kelompok )


a. Bila akan mengadakan penelitian dengan mengambil kelompok unit dasar
sebagai sampel, dapat juga dilakukan dengan membagi populasi studi.
b. Populasi studi menjadi beberapa bagian (blok) sebagai kluster dan dilakukan
pengambilan sampel kelompok (kluster) tsb.
Keuntungan :
Bila pengambilan sampel acak kelompok dilakukan dengan baik, akan
menghasilkan ketepatan yang lebih baik dari-pada pengambilan sampel acak
sederhana.
Kerugian :
Sama dengan pengambilan acak stratifikasi, tetapi mempunyai ciri yang berbeda
seperti berikut.
a. Pada sampel acak dengan strafikasi, individu dalam satu kelompok
kelompok berbeda.
b. Pada cluster sampling, individu dalam satu kelompok bersifat heterogen,
tetapi antarkelompok tidak banyak berbeda.

6) Probability Proportionate to Size (PPS)


a. Merupakan variasi dari pengambilan sampel bertingkat dengan pemilihan
PSU yang dilakukan secara proporsional.
b. Biasanya digunakan pengambilan sampel yang lain.
a. Sangat bermanfaat bila besarnya PSU sangat a. bersama dengan cara a)
bervariasi.
b) Akan menghasilkan varian yang lebih keci dibandingkan dengan
pengambilan sampel acak sederhana dan mengurangi biaya pengumpulan
data
Kerugian :
Memiliki keterwakilan terhadap populasi yang kurang baik bila besarnya PSU
kurang bervariasi.

2. Teknik Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak (Non Random Sampling)


Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa jenis sampel ini tidak dipilih secara
acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama menjadi
sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan oleh kebetulan atau
karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1. Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proporsional, dan tidak dipilih secara acak, tetapi dipilih secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat 60% pegawai laki-laki dan 40% perempuan.
Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis
kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel sebanyak 18 orang pegawai laki-
laki dan 12 orang pegawai perempuan. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga
puluh sampel tidak dilakukan secara acak, tetapi secara kebetulan saja.
2. Accedental Sampling
Dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan
tempat pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil. Cara ini sudah
tidak digunakan lagi dalam bidang kedokteran, tetapi masih digunakan dalam
bidang sosial ekonomi dan politik untuk mengetahui opini masyarakat terhadap
suatu hal.
3. Purposive Sampling
Pengambilan sampel sehingga keterwakilannya ditentukan oleh peneliti
berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman. Cara ini lebih
baik dari pada accidental sampling dan quota sampling karena dilakukan
berdasarkan pengalaman berbagai pihak.,
4. Snowball Sampling
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya
bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia
minta kepada sampel pertama untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa
dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum
lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita
lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti minta
kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya.
Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup,
peneliti bisa menghentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga
dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain
yang eksklusif (tertutup)
DAFTAR PUSTAKA

Rahyuda, Ketut. 2016. Metode Penelitian Bisnis. Bali : Udayana University Press

Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D). Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai