Anda di halaman 1dari 4

KELOM GEULIS KHAS TASIKMALAYA

Muhammad Lutfi Adam


227007062

Tasikmalaya merupakan sentra produksi berbagai macam produk kerajinan,salah


satunya adalah kelom geulis, Kelom Geulis banyak di produksi di wilayah Gobras dan
sekitarnya, Selain memproduksi kelom geulis para pengrajin di sana juga membuat berbagai
macam jenis sandal yang lainnya,Wilayah tersebut merupakan sentra pembuatan berbagai jenis
sandal di Tasikmalaya, hampir sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin
sandal atau kelom geulis. Mereka sudah lama memproduksi berbagai macam sandal atau kelom
geulis, mungkin sudah puluhan tahu atau lebih.
Latar belakang munculnya kerajinan kelom geulis dimulai lebih kurang pada tahun
1950. Pada saat itu, ada seorang warga Gobras bernama Pohar (versi lain menyebut nama Ohir)
sering pergi ke Bandung. Ada kemungkinan dia di Bandung bekerja sebagai buruh di sebuah
tempat produksi sandal. Pada suatu ketika, dia dengan Suryo, Ujer, dan Acep Umar berembug
ingin menciptakan sandal mentah dari kayu atau kelom geulis mentah (kelom geulis bagian
bawahnya) atau disebut bodasan. Rencana tersebut berhasil diwujudkan oleh keempat orang
itu berupa kelom geulis mentah yang polos atau tanpa ukiran. Akan tetapi, untuk
menyelesaikan kelom geulis mentah tersebut menjadi kelom yang siap pakai (lengkap dengan
bagian atasnya) cukup sulit. Mereka tidak memiliki ilmu yang memadai untuk itu. Akhirnya
mereka membawa produk tersebut ke Bandung untuk dijual dan ternyata laku. Kemudian,
mereka mendapat pesanan kelom geulis mentah dari Bandung dengan model yang baru, yakni
yakni kelom dengan hiasan ukiran.
Kelom geulis merupakan produk kerajinan khas Tasikmalaya. Berbicara kelom geulis
akan erat kaitannya dengan satu wilayah yang disebut Gobras, yang menjadi sentra pengrajin
kelom geulis sejak dulu. Akan tetapi, nama Gobras tidak tercatat dalam peta administrasi
pemerintahan karena sudah diganti menjadi Dusun Rahayu. Meskipun demikian, Gobras lebih
populer dibandingkan dengan Dusun Rahayu. Dulu, sebelum kerajinan kelom geulis muncul,
wilayah Gobras memang dikenal sebagai pengrajin kelom atau bakiak sejak jaman dulu. Nama
kelom diperkirakan diambil dari bahasa Belanda ‘kelompen’ yang artinya sandal kayu. Kelom
dari Gobras saat itu pun adalah sejenis alas kaki yang dibuat dari bahan baku kayu dan bagian
atasnya diberi tali hitam dari bahan ban bekas sebagai sabuk pengikat. Kelom seperti itu bisa
dipakai oleh pria maupun wanita, anak-anak juga dewasa. Sampai saat ini pun kelom masih
dapat ditemukan, misalnya kelom di masjid biasanya digunakan sebagai alas kaki saat
berwudlu. Selain membuat kelom, mereka juga membuat gamparani ‘alas kaki yang dibuat dari
bahan kayu dengan ciri khas ada lilingga (bagian atas gamparan yang dicapit oleh ibu jari kaki
dan dan jari kaki yang kedua). Gamparan biasanya digunakan oleh kaum pria. Dari sinilah cikal
bakal kemampuan warga Gobras dalam membuat kelom geulis.

Kelom Geulis merupakan salah satu hasil kerajinan khas Kota Tasikmalaya berupa alas
kaki wanita yang terbuat dari bahan baku kayu. Kelom diperkirakan diambil dari bahasa
Belanda ‘kelompen’ yang artinya sandal kayu, sedangkan geulis berasal dari bahasa Sunda
yang artinya cantik. Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kelom geulis berarti sandal
kayu yang cantik. Disebut kelom geulis karena tampilan alas kaki dari kayu tersebut tampak
indah dengan cat warna-warni, ukiran motif-motif yang menarik, dan konon kaum wanita yang
memakai alas kaki tersebut akan tampak cantik, anggun, dan mempesona.

Pesanan tersebut menantang mereka untuk berkreasi lebih baik lagi. Ide awal untuk
ukiran terinspirasi dari lingkungan sekitar, yakni membuat ukiran kelom geulis mentah motif
bunga. Hasil kreasi mereka ternyata banyak disukai konsumen. Pemasaran yang tadinya
terbatas hanya ke Bandung, terus merambah hingga Jakarta. Keberhasilan mereka menjadi
pengrajin kelom geulis menggoda para warga setempat, termasuk pengrajin rarancang untuk
payung geulis pada masa itu terjun menekuni kerajinan kelom geulis. Sejak itulah warga
Gobras mulai menjadikan pengrajin kelom geulis sebagai mata pencaharian utama mereka dan
mengalami masa kejayaannya sebagai pengrajin kelom geulis. Kelom geulis yang dibuat oleh
pengrajin ada yang berukir dan ada juga yang tidak. Kelom berukir yang paling populer dan
mahal pada saat itu adalah kelom dengan rukiran motif barong karena sedang musim barongsay
pada saat itu.

Masa kejayaan kelom berangsur-angsur hilang seiring dengan masuknya sandal buatan
pabrik. Puncak kehancuran terjadi pada tahun 1970-an. Pada masa itu hanya ada satu pengrajin
yang tetap bertahan, yakni Husen. Usaha kerajinan kembali menggeliat pada tahun 1979. Saat
itu ada seorang warga Gobras yang berhasil menciptakan kelom terbuat dari lembaran-
lembaran tripleks. Produk tersebut tidak hanya digemari konsumen dalam negeri, melainkan
juga dari luar 1negeri, seperti Belanda. Kini, pengrajin kelom geulis tidak hanya ada di Dusun
Gobras (Dusun Rahayu) di Kecamatan Tamansari melainkan sudah melebar ke Dusun Ciledug,
Nyemplong, Sukamaju, bahkan hingga Kecamatan Cibeureum, yakni di Dusun Nagara Kasih.
Kelom geulis memang identik dengan Sunda. Untuk memperluas pasar, perajin kelom
pun memodifikasi, tapi tetap menyesuaikannya dengan ciri kelokalan. Sebagai bagian dari
kreativitas, kelom pun diberi hiasan, misalnya kain tenun dari daerah lain. Dengan harapan,
produk kelom geulis dapat menjangkau konsumen dari dalam negeri ataupun luar negeri.Sentra
produksi kerajinan kelom geulis tersebar di wilayah Tasikmalaya, antara lain Setiamulya,
Mulyasari, Kersanegara, Sukahurip, Sumelap, Mangkubumi, Tamansari, Cihideung, dan
Tawang. Meski begitu, produk ini juga dapat ditemukan di luar Tasikmalaya.Toko yang masih
setia menjual kelom geulis terdapat di Jalan Cihampelas, Kota Bandung. Pemiliknya berasal
dari Tasikmalaya yang pindah ke Bandung. Beberapa generasi keluarganya mempertahankan
kerajinan ini. Desain kelomnya pun khas, bermotif naga dan berornamen khas Tiongkok.
Kelom geulis menjadi produk andalan Tasikmalaya. Selain kelom geulis, ada juga gamparan.
Bentuknya cukup khas dan tidak seperti bakiak. Menurut Ria Andayani (2015), kekhasannya
itu terdapat pada bagian atas gamparan. Ada 'lilingga' yang dapat dicapit oleh jempol kaki dan
jari kaki yang kedua. Alas kaki yang terbuat dari kayu ini biasanya digunakan oleh laki-laki.

Produksi kelom geulis saat ini sangat terbatas tidak seperti sandal yang lainnya karena
penggunaannya tidak seperti sandal biasa. kalau sandal biasa bisa di gunakan sehari hari tapi
kelom geulis hanya di gunakan pada acara atau waktu tertentu saja. Kelom geulis saat ini
mengalami perubahan berbeda dengan produk kelom geulis yang dulu dari bahan muka atau
bagian atas dan hiasannya pun berbeda dengan sekarang. Kalau dulu motif atau hiasan yang
di pakai yaitu bentuk hiasan tumbuh tumbuhan seperti bunga. Di sana bermunculan toko bahan
sandal dan tempat penjualan produk sandal atau kelom hasil produksi mereka ( show room )
sendiri dengan berbagai macam model dan bentuk serta nama merk produk mereka . Selain
memasarkan produknya di toko mereka, sekarang penjualan kelom geulis dilakukan dengan
cara online sehingga pemasaran bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia bahkan dunia dan
pembeli pun tidak usah datang ke Tasikmlaya tapi cukup lewat internet. Dalam
perkembangannya Pengrajin kelom geulis Tasikmalaya mengalami pasang surut seiring
dengan banyaknya produk pesaing dari daerah lain. Banyak pengrajin daerah lain di Indonesia
memproduksi kelom geulis serupa dengan kwalitas hampir sama. Untuk memenangkan
persaingan pengrajin kelom geulis Tasiikmalaya terus berinovasi dengan membuat kelom
geulis yang berkualitas dan model model menarik. Penjualan kelom geulis Tasikmalaya
umumnya di jual per pasang tidak per kodi atau per set, mungkin bisa saja di jual per kodi atau
per set,tapi harganya bisa sangat mahal. Untuk penjualan per pasang bisa mencapai ratusan
ribu tergantung kualitas produk itu.
Referensi : kemendikbud

Anda mungkin juga menyukai