Anda di halaman 1dari 5

Mungkin tidak semua orang memiliki kendaraan bermotor,tidak semua orang memiliki

perhiasan,tidak semua tau tentang teknologi terkini,tapi hampir semua orang di


indonesia tau dan memiliki sandal jepit.selain murah dan mudah dalam
penggunaan(karena tidak harus sekolah atau kursus untuk belajar
menggunkanaya.hahahahahah)sandal jepit juga sangat fleksibel dan nyaman sekali
digunakan.

Lalu apakah kita pernah berfikir siapa penemu dan bagaimana sejarah sandal
jepit yang kita gunakan sehari-hari ini??

Sandal jepit bisa jadi kategori barang/benda yang sangat penting bagi kehidupan
manusia saat ini khususnya di Indonesia,terbukti dengan begitu larisnya penjualan
sandal jepit di pasaran.

SANDAL merupakan bentuk sederhana dari pelindung kaki. Ia bisa terbuat


dari bahan kulit, plastik, tali, jerami, logam, atau ban bekas. Sandal cocok
dipakai untuk keadaan panas, iklim kering, dan daerah berbatu. Ia juga
dipakai untuk melindungi kaki dari serangga beracun, batu tajam, padang
pasir nan panas, hingga dinginnya salju.

suku kuno yang mendiami daratan barat daya Amerika, pada 8.000-10.000
tahun lalu diketahui sudah menggunakan sandal. Terbuat dari serat
tanaman Yucca yang disusun menjadi anyaman, sandal ini diikatkan ke
kaki dengan tali yang berbentuk V.

Sandal terus berevolusi, dari bahan hingga modelnya, dan tetap menjadi
pilihan dalam berbusana dan beraktivitas.

Sandal Sumeria
Perajin sandal di Sumeria, sekitar 6000 SM, mulai menggunakan kulit
binatang untuk membuat sandal.

Sandal Mesir
Para arkeolog mengidentifikasi salah satu hieroglif tertua dari Mesir
menampilkan kisah tentang pembuat sandal. Gambar-gambar ini, yang
tertera dalam sejumlah makam, menunjukkan bahwa Raja Menes yang
berkuasa pada 3100 SM selalu menyertakan pembuat sandal ke mana
pun dia pergi. Sandal biasa dipakai para bangsawan. Umumnya terbuat
dari kayu, kulit kambing, atau serat dari tanaman papirus atau palem.

Chappli
Jalur perdagangan kuno, yang disebut Jalur Sutra, memberi pengaruh
terhadap persebaran pola dasar sandal. Sejak 3000 SM, daerah
Chappal, India, terkenal sebagai pembuat sandal yang kemudian dikenal
sebagai Chappli. Sandal ini terbuat dari kulit lembu, kambing, atau sapi.
Masuknya Islam ke India pada abad ke -11 memberi perubahan
terhadap model sandal di sana, mulai dikenal model selop.

Kothurnus
Aktor teater Yunani kuno, pada 1000-700 SM, biasa menggunakan
sandal ini. Bentuknya dibuat tinggi beberapa sentimeter, dengan alas
dibuat empuk seperti lapisan gabus. Tak hanya aktor, para pelacur kota
Yunani pun memakainya; terbuat dari kulit yang telah dicelup larutan
berwarna hijau atau kuning.

Paduka
Sandal dari Babylonia kuno sekira 600 SM ini terbuat dari kayu. Di
antara ibu jari dan jari telunjuk kaki terdapat pembatas yang dijepit
supaya sandal tidak terlepas. Sandal ini dihiasi dengan batu-batu yang
disusun dengan indah. Para bangsawan memakainya untuk ke tempat
pemandian atau mengunjungi para harem.

Di Persia, selain digunakan para bangsawan, sandal juga dikenakan


prajurit dan pemimpin agama. Khusus sandal prajurit biasanya masih
ditambah dengan pelindung dari logam seperti kuningan.

Sandalium
Pada era Romawi, 100-50 SM, istilah “sandalium” menunjukkan sandal
itu sendiri. Para petarung gladiator biasa memakai sandal yang terbuat
dari kulit. Di era kekaisaran Romawi, persoalan warna sandal masih
menjadi pembeda status. Julius Caesar, kaisar Roma, memilih sandal
dengan warna merah dan ungu –begitu pula anaknya. Sementara
Poppaea, istri Kaisar Nero, memilih sandal yang terbuat dari emas,
dengan tatahan batu-batu berharga.

Geta
Sandal dari Jepang ini mulai berkembang di era Heian, 794-1194.
Terbuat dari kayu, sandal ini memiliki semacam dua hak, yang
disebut ha, setinggi 4-5 sentimeter. Fungsi dari hak setinggi ini adalah
menghindarkan kain kimono, busana tradisional Jepang, dari kotoran
ketika berjalan. Sandal bakiak seperti geta ini menjadi terkenal pada era
Edo.
Selain geta, ada pula waraji. Waraji adalah sandal anyaman jerami atau
tali. Pada zaman feodal, abad ke-12 hingga 19, kaum samurai Jepang
dan pasukan infanteri (ashigaru) biasa memakai sandal jenis ini.

Espadrille
Di wilayah Spanyol, sandal ini dikenal ringan karena terbuat dari
anyaman jerami dan bahan linen buatan pabrik. Nama Espadrille sendiri
diambil dari sebuah tanaman, esparto, yang menjadi bahan utama
sandal ini. Sebelum dianyam menjadi sandal, esparto terlebih dulu
dibakar supaya mendapat serat tanaman yang ulet. Pada abad ke-13,
sandal ini biasa dipakai pasukan infantri Raja Aragon.
Perkembangannya terbatas di daerah Prancis selatan, Spanyol, dan
Portugal. Sandal espadrille yang terbuat dari ban bekas sempat populer
pada 1930-an, terutama di kalangan kaum bohemian di Amerika.

Sandal Modern
Film bisu yang diproduksi Hollywood pada awal abad ke-20 kerap
menampilkan kisah-kisah epik yang bersumber dari Alkitab, seperti
film The Ten Commandments yang disutradarai Cecil B. De Mille. Aktor
dan aktrisnya menggunakan sandal berbahan seperti kulit. Yang
memproduksi ribuan sandal untuk film itu adalah Salvatore Ferragamo,
imigran asal Italia yang jadi pembuat sepatu terkenal. Desain itu
langsung jadi tren fesyen.

Sandal Jepit
Setelah Perang Dunia II, serdadu Amerika kembali ke negaranya
dengan membawa zori (sandal jepit tradisional dari Jepang) sebagai
souvenir. Sempat tren, sandal ini ditinggalkan karena berbahan karet
murah yang bikin lecet. Tapi ia tak benar-benar tenggelam. Pada 1957,
Morris Yock, pebisnis dari Selandia Baru, mematenkan produk sandal
karetnya dengan nama Jandal, diambil dari kata “Japan” dan “Sandal”.

Perkembangan industri plastik ikut andil dalam produksi sandal berharga


murah secara massal. Jepang mempeloporinya. Kemudian pada 1950-
an, teknik cetak baru yang menggabungkan karet dan plastik
diperkenalkan di Taiwan. Hingga saat ini, sandal jepit paling banyak
ditemui.

Anda mungkin juga menyukai