Anda di halaman 1dari 43

Judul :

Harry Potter dan Relikui Kematian


Judul Asli :
Harry Potter and the Deathly Hallow
Penulis :
JK Rowling
Alih Bahasa :
Listiana Srisanti
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit :
2008
Ukuran :
13,5cm x 20 cm
Tebal :
1008 Halaman
ISBN-10 :
979-22-3348-2
ISBN-13 :
978-979-22-3348-3
Cover :
Gambar sampul menyambung dari depan ke sampul belakang. Bergambar Harry
Potter dan Lord Voldemort yang sama-sama mengulurkan tangan keatas seolah-olah sedang
memperebutkan sesuatu

SINOPSIS
Buku ketujuh diawali dengan Voldemort dan para Pelahap Mautnya di rumah Lucius
Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi
kembali. Meminjam tongkat sihir Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor
Charity Burbage guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek
tersebut dan telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir diakhiri. Harry
Potter memasuki umur 17 tahun di mana ia mencapai umur kedewasaan secara dunia sihir.
Sebelum berumur 17 tahun, Harry masih terlindung dari Voldemort selama ia tinggal di
rumah keluarga Dursley yang memiliki ikatan darah dengannya.
Dengan memasuki umur kedewasaannya, mantera itu akan terangkat dengan
sendirinya dan mengharuskan Harry untuk melindungi dirinya sendiri. Atas informasi dari
Severus Snape, Lord Voldemort dan para pengikutnya mengetahui informasi mengenai akan
terangkatnya mantera perlindungan ini dan berencana untuk menyergap Harry ketika ia akan
meninggalkan rumah keluarga Dursley. Voldemort juga sedang mencari tongkat sihir baru
yang dapat mengatasi tongkat sihir Harry. Sesaat sebelum mantera perlindungan Harry
berakhir, keluarga Dursley diamankan ke tempat yang dirahasiakan, dan beberapa anggota
Orde Phoenix tiba untuk mengawal Harry ke tempat yang aman. Enam orang menyamar
sebagai Harry, tapi Harry yang asli ketahuan dalam perjalanan dan diserang oleh Voldemort
dan para Pelahap Mautnya. Harry berhasil melarikan diri ke rumah keluarga Weasley, the
Burrow. tapi Hedwig dan Mad-Eye Moody terbunuh dalam pertempuran.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir Rufus Scrimgeour tiba di kediaman Weasley
lalu dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Deluminator untuk Ron (alat
seperti korek api yang dapat memadamkan/menyalakan cahaya); buku cerita anak-anak
penyihir untuk Hermione: dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan Snitch pertama
yang ditangkap Harry dalam pertandingan Quidditch pertamanya. Namun demikian, pedang
Gryffindor ditahan oleh Menteri Sihir, karena kementerian berpendapat bahwa pedang
tersebut bukanlah milik Dumbledore. Belakangan. dari Snitch itu muncul sebuah petunjuk
yang ditulis oleh Dumbledore: "Aku membuka pada penutup" ("open at the close").
Walaupun ketiganya belum dapat mengetahui mengapa Dumbledore meninggalkan masing-
masing mereka benda-benda tersebut, mereka mempercayai bahwa benda- benda itu
dimaksudkan entah bagaimana untuk membantu mereka menemukan semua Horcrux Lord
Voldemort.
Dalam resepsi pernikahan Bill Weasley dan Fleur Delacour, Patronus dari Kingsley
Shacklebolt muncul dengan peringatan bahwa Kementerian Sihir telah jatuh dan para Pelahap
Maut sedang mendatangi mereka. Harry, Ron, dan Hermione melarikan diri dengan
berdisapparate, dan akhirnya berlindung di markas besar Orde Phoenix yang telah
ditinggalkan di Grimmauld Place nomor dua belas, rumah yang diwarisi Harry dari Sirius
Black. Di rumah ini, Harry mendapati bahwa ternyata adik Sirius, Regulus yang tewas oleh
Voldemort, memiliki nama Regulus Arcturus Black yang berinisial sama dengan "R.A.B."
yakni orang yang mengambil Horcrux liontin Salazar Slytherin dari gua pinggir laut yang
tersembunyi. Hermione teringat pemah melihat sebuah liontin di antara barang-barang milik
Kreacher, peri rumah di tempat itu. Kreacher berkata Mundungus Fletcher yang telah
mengambilnya, dan Mundungus mengakui telah mencuri liontin itu dari si peri rumah dan
menggunakannya untuk menyogok Dolores Umbridge. Yakin bahwa liontin itu salah satu
Horcrux yang sedang mereka cari, ketiganya memasuki Kementerian Sihir menggunakan
samaran Ramuan Polijus. Mereka berhasil mengambil liontin itu dari leher Umbridge tanpa
disadarinya, tapi tempat persembunyian mereka di Grimmauld Place berhasil diketahui
musuh.
Ketiga sahabat itu melarikan diri. Mereka tidak berhasil membuka apalagi
menghancurkan liontin itu, dan bergantian memakai liontin itu untuk menjaganya. Mereka
juga berhasil mengetahui bahwa pedang “warisan Dumbledore yang ditahan oleh
kementerian sebenarnya adalah pedang tiruan, dan bahwa pedang Gryffindor yang aslilah
yang dapat menghancurkan Horcrux-Horcrux itu. Harry hendak mencari pedang itu, tapi Ron,
yang khawatir akan keamanan keluarga dan kecewa karena ternyata Harry tidak memiliki
rencana apa pun dari Dumbledore, meninggalkan Harry dan Hermione.
Keduanya kemudian pergi ke Godric’s Hollow untuk mencari pedang itu. Di sana,
mereka disergap oleh Nagini. Ketika mereka berhasil melarikan diri, Hermione tanpa sengaja
mematahkan Tongkat sihir Harry Di Hutan Dean, Harry melihat sebuah Patronus berbentuk
Rusa betina di dekat tempat mereka berkemah. Patronus itu membawanya ke sebuah kolam
es berisikan pedang Gryffindor. Ketika Harry berusaha untuk menyelam ke dalam kolam es
untuk mengambil pedang tersebut, Horcrux liontin yang dikenakannya tiba-tiba mengetat dan
berusaha mencekik lehernya. Ron, yang menggunakan Deluminator untuk mencari Harry dan
Hermione, tiba dan berhasil menyelamatkan Harry dari tenggelam di kolam itu, mengambil
pedang, dan kemudian berhasil menghancurkan liontin itu. Ron memperingatkan Harry dan
Hermione bahwa nama Voldemort sekarang telah menjadi dimanterai Tabu – sehingga orang
yang berani menyebut nama itu akan menyebabkan tempatnya bersembunyi akan tersingkap.
Ketiga sahabat pergi mengunjungi Xenophilius Lovegood, ayah Luna, untuk
menanyakan mengenai simbol yang pernah mereka lihat dari tato Xenophilius dan simbol
yang sama dengan simbol yang ada di buku anak-anak milik Hermione. Lovegood
menyatakan bahwa simbol itu adalah simbol dari Relikui Kematian (the Deathly Hallows),
tiga benda legendaris yang dapat menaklukkan kematian: Tongkat sihir Elder (Elder Wand),
Batu Kebangkitan (Sorcerer Stone), dan Jubah Gaib. Ketika ditekan mengenai keberadaan
Luna, Lovegood mengakui bahwa para Pelahap Maut telah menculik putrinya dan bahwa ia
juga telah memberitahu Kementerian Sihir (yang telah dikontrol oleh para Pelahap Maut)
mengenai keberadaan ketiganya, namun mereka berhasil melarikan diri.
Pencopet (polisi rahasia Kementerian Sihir yang pro Voldemort) menangkap
ketiganya di perkemahan mereka setelah Harry secara ceroboh menyebut nama Voldemort.
Mereka dipenjarakan di rumah keluarga Malfoy, bersama-sama dengan Luna Lovegood,
Dean Thomas, Ollivander si pembuat tongkat sihir, dan goblin Griphook. Ketika menemukan
pedang Gryffindor di antara milik mereka. Bellatrix Lestrange mencurigai bahwa mereka
telah mencuri masuk ke tempat penyimpanan miliknya di Bank Gringott. Bellatrix menyiksa
Hermione untuk mendapatkan informasi. Dobby berapparate ke penjara bawah tanah tempat
mereka semua disekap dan menyelamatkan mereka, Peter Pettigrew turun ke bawah tanah
untuk menyelidiki kegaduhan dan mencekik Harry, yang mengingatkan bahwa Pettigrew
berhutang nyawa kepadanya. Cengkeraman Pettigrew melemah, tangan peraknya terlepas dan
mencekik tuannya sendiri sampai mati sebagai balasan hutang nyawa itu. Harry dan Ron
berlarian menaiki tangga untuk menyelamatkan Hermione. Ron melucuti Bellatrix sementara
Harry mengalahkan dan mengambil tongkat sihir Draco. Dobby muncul kembali dan mereka
berempat berapparate ke rumah Bill dan Fleur Weasley, Shell Collage. Sesaat sebelum
mereka menghilang. Bellatrix melemparkan pisau dan secara fatal menembus tubuh Dobby,
mengakibatkan Dobby tewas saat berapparate.
Di kediaman Bill, Ollivander membenarkan akan keberadaan Tongkat Elder itu. Ia
juga mengungkapkan bahwa sebuah tongkat sihir dapat memilih untuk berganti ke tuan yang
baru jika pemiliknya dikalahkan atau dilucuti. Tindakan Bellatrix meyakinkan ketiga sahabat
itu bahwa ada Horcrux lain yang disembunyikan di lemari besi Lestrange. Dengan bantuan
Griphook, mereka memasuki Gringotts dan berhasil mengambil Horcrux yang lainnya, Piala
Helga Hufflepuff. Griphook mencuri pedang Gryffindor, karena menganggap bahwa pedang
itu sesungguhnya adalah milik kaum Goblin, dan ketiga sahabat berhasil melarikan Horcrux
Piala itu. Dengan kejadian ini, Voldemort, yang berhasil mencuri Tongkat Elder dari makam
Dumbledore, menyadari sepenuhnya bahwa Harry Potter dan sahabat-sahabatnya sedang
mencari dan menghancurkan Horcrux- Horcruxnya. Secara tidak sengaja, pikiran Harry
terhubung dengan pikiran Voldemort yang mengungkapkan bahwa ada satu lagi Horcrux
yang disembunyikan di Hogwarts, Harry segera menyadari bahwa Horcrux di Hogwarts ini
adalah Mahkota Rowena Ravenclaw.
Di Hogsmeade, Aberforth Dumbledore membantu Harry, Ron, dan Hemione untuk
menyelinap masuk ke Hogwarts. Mereka berhasil memasuki Hogwarts tepatnya di Kamar
Kebutuhan dan disambut oleh seluruh anggota Laskar Dumbledore. Kemudian, Harry
meminta bantuan mereka untuk mencari horcrux Mahkota Ravenclaw. Namun, ia mendapat
penglihatan bahwa Voldemort akan datang ke Hogwarts. Tak lama kemudian, Harry
memperingatkan para staf pengajar Hogwarts bahwa Voldemort akan segera datang
menyerbu. Orde Phoenix, Laskar Dombledore, para pelajar lain, dan banyak alumni
Hogwarts tiba di sana ketika para pengikut Voldemort tiba menyerang, dan salah satu
pertempuran terbesar dan yan paling menentukan di dunia shir dimulai. Pertempuran ini
memakan banyak korban, di antaranya adalah Fred Weasley. Remus Lupin. Nymphadora
Tonks, dan Colin Creevey. Dengan perlawanan mati-matian, pasukan gabungan Hogwarts
mampu menahan serbuan pengikut Voldemort sehingga mereka tidak dapat memasuki
Hogwarts lebih jauh. Sementara Harry mencari Horcrux Mahkota itu, Ron dan Hermione
memasuki Kamar Rahasia untuk mengambil taring ular Basilisk yang dahulu dibunuh oleh
Harry. Hermione menggunakan taring itu untuk menghancurkan Horcrux Piala Hufflepuff.
Dalam pencarian itu, Harry kemudian teringat bahwa ia pernah melihat mahkota itu di Kamar
Kebutuhan. Di kamar itu, ketiganya diserang oleh Draco Malfoy, Vincent Crabbe, dan
Gregory Goyle. Crabbe mempergunakan mantera Fiendfyre yang sangat kuat yang malah
membunuh dirinya sendiri dan juga menghancurkan mahkota itu.
Pikiran Harry terhubung dengan pikiran Voldemort kembali, dan ketiganya segera
pergi ke Shrieking Shack. Mereka mendengar Voldemort memberitahu Severus Snape bahwa
Tongkat Elder tidak dapat digunakannya dengan baik dikarenakan Snape telah menjadi tuan
atas Tongkat itu setelah Snape membunuh pemilik Tongkat itu sebelumnya, Albus
Dumbledore Voldemort yakin bahwa dengan membunuh Snape maka Tongkat itu akan
menjadi miliknya seutuhnya. Ia menyuruh Nagini untuk membunuh Snape, kemudian pergi
ke Hogwarts. Ketika Snape sedang jatuh sekarat, ia memberikan Harry memorinya. Memori
ini kemudian mengungkapkan bahwa Snape, sekalipun tidak sepenuhnya baik, adalah orang
yang setia kepada Dumbledore, didorong oleh cinta seumur hidupnya kepada ibu Harry, Lily
Potter. Dumbledore, yang hidupnya sudah tidak lama lagi akibat kutukan yang mengenainya
dari Horcrux Cincin Gaunt, telah menyuruh Snape untuk membunuh Dumbledore bila perlu,
untuk melindungi peranan Snape dalam Orde Phoenix dan juga untuk menggantikan Draco
Malfoy yang ditugasi Voldemort untuk membunuh kepala sekolahnya. Adalah Snape juga
yang mengirimkan Patronus Rusa betina yang mengantar Harry ke pedang Gryffindor.
Memori itu juga mengungkapkan bahwa Harry sendiri adalah Horcrux. Voldemort tidak akan
dapat dibunuh selama Harry masih hidup. Pasrah akan nasibnya, Harry pergi seorang diri ke
Hutan Terlarang di mana Voldemort telah menunggu. Dalam perjalan itu. Harry menemukan
petunjuk dan Snitch, yang membuka dan di dalamnya terdapat Relikui Kematian Batu
Kebangkitan.
Harry memanggil arwah dari James dan Lily Potter (orang tuanya), Sirius Black dan
Remus Lupin, yang menenangkan dan menemaninya ke tempat Voldemort la kemudian
membiarkan kutukan Voldemort. Avada Kedavra, mengenai dirinya. Harry terbangun di suatu
tempat seperti di dunia lain dan tidak yakin apakah ia masih hidup atau sudah mati. Albus
Dumbledore muncul dan menjelaskan bahwa bagian jiwa Voldemort yang berada di dalam
diri Harry telah dihancurkan oleh kutukan pembunuh itu. Ia menjelaskan juga bahwa seperti
Voldemort tidak dapat dibunuh sementara bagian jiwanya masih tersisa, maka Harry juga
tidak dapat dibunuh sementara darahnya masih mengair di tubuh Voldemort.
Harry, yang berhasil “mengalahkan maut dengan menyatukan ketiga Reikui
Kematian, mendapat pilihan untuk “meninggalkan dunia” atau kembali hidup di dunia. Harry
memilih hidup kembali, tapi ia berpura-pura telah tewas. Voldemort menyuruh Hagrid untuk
membawa Harry ke Hogwarts sebagai tanda kemenangan, Ketika pertempuran memanas
kembali. Harry memakai Jubah Gaib. Neville menarik pedang Gryffindor dari Topi Seleksi
dan berhasil memenggal kepala Nagini, menghancurkan Horcrux Nagini. Penduduk desa
Hogsmeade, para Centaurus dan Thestral dari hutan, keluarga-keluarga siswa-siswi
Hogwarts, beberapa pejabat Kementerian, beberapa alumni dan murid Hogwarts (terutama
dari asrama Slytherin). Buckbeak si Hippogriff, dan para peri rumah Hogwarts bergabung
dalam pertempuran dan dengan cepat menggulung pasukan Pelahap Maut yang sudah mulai
kelelahan dan kalah jumlah. Di dalam kastil McGonagall, Kingsley, dan Slughom berduel
melawan Voldemort, sementara Ginny, Hermione, dan Luna melawan Bellatrix Lestrange.
Ketika sebuah kutukan pembunuh hampir mengenai Ginny, Molly Weasley terjun ke
pertempuran, mendorong para gadis menjauh, dan dengan sengit bertempur dengan Bellatrix.
Ia berhasil membunuh Bellatrix dengan manteranya. Harry menampakkan dirinya kembali
dan menantang Voldemort. Harry berhasil menyimpulkan bahwa Voldemort bukanlah pemilik
sejati dari Tongkat Elder. Ketika Draco Malfoy melucuti Dumbledore di Menara Astronomi,
Draco tanpa sadar telah menjadi pemilik Tongkat Elder; dan ketika Harry belakangan
merebut tongkat Draco setelah mengalahkannya, ia sendiri menjadi pemilik baru yang sejati
dari Tongkat Elder. Voldemort melemparkan Kutukan Pembunuh kepada Harry yang dilawan
Harry dengan Mantera Pelucutan Senjata, namun Tongkat Elder melindungi tuannya sehingga
kutukan Voldemort memantul dan berbalik membunuh Voldemort sendiri.
Setelah pertempuran berakhir. Harry mendatangi lukisan Dumbledore. Ia
memberitahu bahwa ia akan menyimpan Jubah Gaib itu, tapi untuk mencegah ketiga Relikui
Kematian itu bersatu kembali, Batu Kebangkitan akan dibiarkan di tempat ia terjatuh di
Hutan Terlarang, dan Tongkat Elder akan dikembalikan ke makam Dumbledore. Jika Harry
kelak meninggal tanpa terkalahkan, maka kekuatan Tongkat Elder akan padam seiring dengan
kematiannya. Lukisan Dumbledore menganggukkan persetujuannya. Sebelum menempatkan
Tongkat Elder kembali ke makam itu Harry mempergunakannya untuk memperbaiki tongkat
sihirnya sendin yang patah, karena Harry merasa lebih nyaman menggunakan tongkat
miliknya sendiri. Secara keseluruhan, sekitar 54 orang gugur dalam mempertahankan
Hogwarts.
Epilog
Sembilan belas tahun kemudian, Harry telah menikah dengan Ginny Weasley, dan
mereka memiliki tiga anak bernama James Sirius. Albus Severus, dan Lily Luna. Ron dan
Hermione juga menikah dan memiliki dua anak, Rose dan Hugo. Keluarga-keluarga itu
bertemu di Stasiun King’s Cross, di mana Albus akan memasuki tahun pertamanya
bersekolah di Hogwarts. James, anak pertama mereka, sudah bersekolah di Hogwarts,
sementara Lily baru akan masuk ke Hogwarts dua tahun kemudian. Anak baptis Harry yang
berumur sembilan belas tahun, Teddy Lupin, ditemukan berpapasan dengan Victoire Weasley
(putri Bill dan Fleur) di salah satu kompartemen kereta. Teddy tampaknya sangat dekat
dengan keluarga Potter, dengan perkataan Harry, “la sudah datang untuk makan malam
bersama empat kali seminggu.”
Harry juga melihat Draco Malfoy dan istrinya bersama putra mereka, Scorpius,
Malfoy menganggukkan kepala singkat ke Harry. Kemudian pergi. Harry menenangkan
Albus, yang khawatir akan masuk ke Slytherin, memberitahu bahwa Severus Snape, dari
mana nama Severus diambil, adalah seorang Slytherin dan ia adalah orang yang paling berani
yang pernah ditemuinya. Harry juga membocorkan bahwa Topi Seleksi akan mengikuti
pilihan seseorang.
Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi dan berteman baik dengan Harry.
Buku ini diakhiri dengan pengungkapan bahwa bekas luka Harry tidak pernah sakit lagi.
Selama sembilan belas tahun sejak Pangeran Kegelapan dikalahkan, dan semuanya berjalan
dengan baik.

UNSUR INTERINSIK
A. TEMA
Novel ini fokus pada banyak tema yang sama dengan novel-novel
sebelumnya, termasuk cinta, pengorbanan, keluarga, kebaikan versus kejahatan,
persahabatan, prasangka, dan harapan. Menurut Rowling, tema utama dalam novel ini
adalah perjuangan Harry berjibaku melawan kematian . Terdapat juga tema-tema
lainnya seperti keberlangsungan hidup, dan politik.

B. TOKOH DAN PENOKOHAN

1. Harry Potter, (Protagonis) ia sangat baik dan berempati. sangat


setia kepada teman dan keluarga. sangat menghargai hubungan
yang kuat dan tidak tahan mengingkari janji. Tidak ragu untuk
melakukan hal-hal buruk demi orang yang ia cintai. Dia
perhatian, dan pekerja keras.
2. Ronald Weasley, (Protagonis) Ia memiliki keinginan yang kuat
untuk diperhatikan karena sesuatu yang benar-benar ia lakukan.
Namun demikian, kesetiaan dan dedikasi Ron terhadap
sahabatnya tidak perlu dipertanyakan. Ia tidak segan-segan
menantang maut untuk melindungi sahabatnya dan cepat
kelemahan ketika orang menghina teman maupun keluarganya.
Ron kadang-kadang berkomentar sinis, meski sering kali ia juga
berkomentar lucu. Ia sering kali bingung menghadapi sesuatu,
terutama yang berkaitan dengan perempuan.
3. Hermione Granger, (Protagonis) Ia adalah siswi yang setia,
berani dan mempunyai kesadaran politis yang kuat (yang
mempengaruhi kariernya kelak),Walaupun berbelas kasih, ia
kadang-kadang sedikit canggung ketika berhubungan dengan
orang banyak, meskipun berposisi sebagai "penghubung sosial"
di dalam trio itu.
4. Lord Voldemort (Antagonis) digambarkan sebagai tokoh yang
sangat jahat, kejam, licik, menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuannya.
5. Nymphadora Tonks (Protagonis ) Ia Baik, dan orang yang suka
bercanda.
6. Severus Snape (Terlihat Antagonis padahal Protagonis) Ia
sebenarnya baik namun disalahartikan sebagai penjahat, dia rela
melakukan apa saja untuk orang yang dia sayangi
7. Arthur Weasley (Protagonis) Ia baik dan sangat menyayangi
keluarganya, dia memiliki sikap humoris, serta takut istri)
8. Bill Weasley (Protagonis) Ia Baik
9. Molly Weasley (Protagonis) Ia baik dan penyayang keluarga
10. Neville Longbottom anggota Laskar Dumbledore, (Protagonis) Ia
adalah Guru Herbologi Hogwarts pada masa depan. Ia memiliki
prilaku baik, Pemberani, serta Setia kawan
11. Fred Weasly anggota Laskar Dumbledore (Protagonis) Ia Baik,
memiliki pemberani, suka menjahili orang.
12. George Weasly anggota Laskar Dumbledore (Protagonis ) Ia
baik, memiliki pemberani, suka menjahili orang.
13. Luna Lovegood (Protagonis) Ia baik, namun rada kurang waras
menurut teman-temannya, anggota Laskar Dumbledore.
14. Ginny Weasley anggota Laskar Dumbledore. (Protagonis) Ia
baik, seorang Pemberani, serta penyayang keluarga.
15. Remus Lupin (Protagonis) Ia baik, sangat setia kawan, tapi dia
memiliki ketakutan karna seorang manusia srigala.
16. Minerva McGonagall (Protagonis) Ia baik, seorang yang tegas
serta bertanggung jawab
17. Rubeus Hagrid (Baik, penyayang, ramah)
18. Mundungus Fletcher (Figuran) Ia seorang yang serakah
19. Fleur Delacour (Protagonis) Ia baik, dan penyabar
20. Peter Pettigrew (Antagonis) Ia egois bisa menghianati teman
demi keinginan nya, anggota Pelahap Maut
21. Yaxley anggota Pelahap Maut (Antagonis) Ia jahat, iri hati, serta
sombong
22. Travers anggota Pelahap Maut (Antagonis) Ia jahat dan sombong
23. Lucius Malfoy (Antagonis) Ia sombong, takut akan Voldemort,
tapi penyayang keluarga, anggota Pelahap Maut
24. Narcissa Malfoy (Antagonis) Ia sombong, tapi bisa melakukan
apapun demi keluarganya, sayang akan keluarga, anggota
Pelahap Maut
25. Bellatrix Lestrange (Antagonis) Ia jahat, sombong, serta keji,
anggota Pelahap Maut
26. Draco Malfoy (Antagonis) Ia sombong namun seorang penakut,
anggota Pelahap Maut
27. Vincent Crabbe (Antagonis) Ia jahat dan serakah
28. Gregory Goyle (Antagonis) Ia jahat dan serakah
29. Lavender Brown anggota Laskar Dumbledore. (Figuran)
30. Seamus Finnigan anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
31. Charlie Weasley (Figuran)
32. Percy Weasley (Figuran)
33. Parvati Patil anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
34. Dean Thomas anggota Laskar Dumbledore.(Figuran)
35. Katie Bell anggota Laskar Dumbledore.(Figuran)
36. Lee Jordan anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
37. Angelina Johnson anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
38. Alicia Spinnet anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
39. Peakes (Figuran)
40. Colin Creevey anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
41. Terry Boot anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
42. Mandy Brocklehurst (Figuran)
43. Anthony Goldstein anggota Laskar Dumbledore. (Figuran)
44. Padma Patil anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
45. Lisa Turpin (Figura)
46. Michael Corner anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
47. Cho Chang anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
48. Oliver Wood (Figuran)
49. Hannah Abbott , anggota Laskar Dumbledore. (Figuran)
50. Susan Bones , anggota Laskar Dumbledore. (Figuran)
51. Ernie Macmillan anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
52. Zacharias Smith anggota Laskar Dumbledore (Figuran)
53. Pansy Parkinson (Figuran)
54. Gabrielle Delacour (Beauxbatons) (Figuran)
55. Viktor Krum (Durmstrang) (Figuran)
56. Firenze (Figuran)
57. Charity Burbage (Figuran)
58. Horace Slughorn (Figuran)
59. Pomona Sprout (Figuran)
60. Filius Flitwick (Figuran)
61. Nick-Si-Kepala-Nyaris-Putus, hantu Gryffindor (Sir Nicholas de
Mimsy-Porpington) (Figuran)
62. Bloody Baron, hantu Slytherin (Figuran)
63. The Fat Friar, hantu Hufflepuff (Figuran)
64. Grey Lady/Helena ravenclaw, hantu Ravenclaw (Figuran)
65. Professor Binns (Figuran)
66. Peeves Hantu Jail (Figuran)
67. Albus Dumbledore (Figuran)
68. Sirius Black (Figuran)
69. Dedalus Diggle (Figuran)
70. Elphias Doge (Figuran)
71. Aberforth Dumbledore(Figuran)
72. Hestia Jones (Figuran)
73. Alastor Moody Baik dan tegas (Figuran)
74. Xenophilius Lovegood (Figuran)
75. Ariana Saudara perempuan Dumbledore(Figuran)
76. Alekto Carrow anggota Pelahap Maut (Figuran)
77. Amycus Carrow anggota Pelahap Maut (Figuran)
78. Avery anggota Pelahap Maut (Figuran)
79. Crabbe Sr. (Jahat) anggota Pelahap Maut (Figuran)
80. Antonin Dolohov anggota Pelahap Maut (Figuran)
81. Goyle Sr. anggota Pelahap Maut (Figuran)
82. Fenrir Greyback anggota Pelahap Maut (Figuran)
83. Scabior anggota Pelahap Maut (Figuran)
84. Rabastan Lestrange anggota Pelahap Maut (Figuran)
85. Rodolphus Lestrange anggota Pelahap Maut (Figuran)
86. Walden Macnair anggota Pelahap Maut (Figuran)
87. Nott Sr. anggota Pelahap Maut (Figuran)
88. Agustus Rookwood anggota Pelahap Maut (Figuran)
89. Igor Karkaroff pengkhianat Para Pelahap Maut (Figuran)
90. Regulus Arcturus Black pengkhianat Pelahap Maut (Figuran)
91. Gellert Grindelwald (Figuran)
92. Kingsley Shacklebolt (Figuran)
93. Albert Runcorn (Figuran)
94. Amelia Bones (Figuran)
95. Dirk Cresswell (Figuran)
96. Mafalda Hopkirk (Figuran)
97. Walden Macnair (Figuran)
98. Cuthbert Mockridge (Figuran)
99. Bob Ogden (Figuran)
100. Cedric (Figuran)
101. Arnold Peasegood (Figuran)
102. Reginald Cattermole (Figuran)
103. Perkins (Figuran)
104. Newt Scamander (Figuran)
105. Rufus Scrimgeour (Figuran)
106. Wilkie Twycross (Figuran)
107. Gilbert Wimple (Figuran)
108. Tiberius McLaggen (Figuran)
109. Bernie Pillsworth (Figuran)
110. Dick Cresswell (Figuran)
111. Eric Munch (Figuran)
112. Elphias Doge (Figuran)
113. Nicolas Flamel si alkemis termasyhur. (Figuran)
114. Bathilda Bagshot, ahli sejarah terkenal. (Figuran)
115. Adalbert Waffling, ahli teori sihir. (Figuran)
116. Borgin (Figuran)
117. Stan Shunpike (Figuran)
118. Caractacus Burke (Figuran)
119. Dawlish (Figuran)
120. Florean Fortescue (Figuran)
121. Madam Malkin (Figuran)
122. Mr Ollivander (Figuran)
123. Gregorovitch (Figuran)
124. Antioch Peverell (Figuran)
125. Cadmus Peverell (Figuran)
126. Ignotus Peverell (Figuran)
127. Madam Rosmerta (Figuran)
128. Mary Elizabeth Cattermole (Figuran)
129. Meisie Cattermole (Figuran)
130. Ellie Cattermole (Figuran)
131. Alfred Cattermole (Figuran)
132. Ted Tonks (Figuran)
133. Andromeda Tonks (Figuran)
134. Teddy Lupin (Figuran)
135. Augusta Longbottom Nenek Neville (Figuran)
136. Alice Longbottom (Figuran)
137. Frank Longbottom (Figuran)
138. Victoire Weasley (Figuran)
139. Dominique Weasley (Figuran)
140. Louis Weasley (Figuran)
141. Molly Weasley II (Figuran)
142. Lucy Weasley (Figuran)
143. Fred Weasley II (Figuran)
144. Roxanne Weasley (Figuran)
145. Rose Granger-Weasley (Figuran)
146. Hugo Granger-Weasley (Figuran)
147. James Sirius Potter II (Figuran)
148. Albus Severus Potter (Figuran)
149. Lily Luna Potter (Figuran)
150. Scorpius Malfoy (Anak Draco Malfoy) (Figuran)
151. Percival Dumbledore (Ayah Dumbledore)(Figuran)
152. Kendra Dumbledore (Ibu Dumbledore) (Figuran)
153. Tom, bartender Leaky Cauldron (Figuran)
154. Chudley Cannons (Figuran)
155. Vernon Dursley (Figuran)
156. Petunia Dursley(Figuran)
157. Dudley Dursley (Figuran)
158. Barty Crouch (Figuran)
159. Bogrod goblin (Figuran)
160. Ragnok goblin (Figuran)
161. Grawpy (Figuran)
162. Godric Gryffindor (Figuran)
163. Helga Hufflepuff (figuran )
164. Rowena Ravenclaw
165. Salazar Slytherin (Figuran)
166. Hedwig burung hantu (Figuran)
167. Fang Anjing Hagrid (Figuran)
168. Aragog Laba-laba besar (Figura)
169. Buckbeak si Hippogriff (Figuran)
170. Thestral (Figuran)
171. Crookshanks (Figuran)
172. Mr.Filch (Figuran)
173. Madam Porfrey (Figuran)
174. Bane si Centaurus (Figuran)
175. Ronan si Centaurus (Figuran)
176. Margorian si Centaurus (Figuran)
177. Fawkes (burung phoenix milik Albus Dumbledore) (Figuran)
178. Nagini (ular milik Lord Voldemort) (Figuran)
179. Norbert (bayi naga ) (Figuran)
180. Dementor, penjaga penjara sihir Azkaban (Figuran)
181. Lukisan Phineas Nigellus (Figuran)
182. Lukisan Armando Dippet (Figuran)
183. Lukisan Albus Dumbledore (Figuran)
184. Lukisan Nyonya Gemuk (Figuran)
185. Lukisan Walburga Black (Figuran)
186. Lukisan Dilys Derwent (Figuran)
187. Lukisan Dexter Fortescue (Figuran)

C. LATAR
a. Waktu
Malam Hari
1. Kedua laki-laki itu muncul begitu saja, berjarak beberapa meter di
jalan kecil disinari cahaya bulan. (11)
2. "Yang Mulia, Orde Phoenix bermaksud memindahkan Harry Potter
dari tempatnya yang aman saat ini pada hari Sabtu depan, saat malam
tiba." (14)
3. “Sabtu... saat malam tiba,” ulang Voldemort. (14)
4. “Yang Mulia, yang saya dengar berbeda.” Yaxley menunggu, namun
Voldemort tidak berkata apa-apa, maka dia melanjutkan, “Dawlish, si
Auror, memberi kisikan bahwa Potter tidak akan dipindahkan sampai
tanggal tiga puluh, malam sebelum anak itu berusia tujuh belas
tahun.” (15)
5. Mata gaibnya berputar dari langit yang menggelap ke rumah lalu ke
halaman dengan kecepatan yang membuat pusing. (68)
6. Satu-satunya yang menguntungkan pihak kita adalah Kau-Tahu-
Siapa tidak tahu kami akan memindahkanmu malam ini. (71)
7. Kita berempat belas tidak akan terbang ke rumah orangtua Tonks.
Akan ada tujuh Harry Potter bergerak di angkasa malam ini, masing-
masing dengan seorang pengawal, masing-masing terbang menuju
rumah aman yang berbeda.” (72)
8. Berpegangan seerat mungkin, Harry meluncurkan Mantra Bius
secara acak ke arah malam yang berpusing. (88)
9. “Tapi ada yang mengkhianati kita! Mereka tahu, mereka tahu kita
ber- gerak malam ini.” (102)
10. Keheningan menyelimuti mereka berempat ketika mereka
menengadah menatap langit. Tak ada gerakan apa pun. Bintang-
bintang balas menatap mereka, tanpa berkedip, tak peduli, tak
terhalang oleh teman-teman yang terbang. (104)
11. “Ya, dan itu semua bagus sekali,” tukas Fleur, “tapi tetap tidak
menjelaskan bagaimana mereka tahu kita memindahkan ‘Arry malam
ini, kan? Pasti ada yang ceroboh. Ada yang membocorkan tanggal
kepada orang luar. Itu satu-satunya penjelasan kenapa mereka tahu
tanggal tapi tidak tahu keseluruhan rencananya.” (112)
12. . “Tujua utama malam ini adalah membawamu ke sini dengan
selamat” (115)
13. “Kami tahu itu,” kata Mr Weasley pelan, “tapi seluruh usaha kita
malam ini akan sia-sia kalau kau pergi.” (115)
14. “Astaga, Harry, setelah semua yang kami alami malam. Ini untuk
bawa kau ke sini?” (115)
15. “Kurasa Mum mengira kalau dia bisa mencegah kalian bertiga
berkumpul dan menyusun rencana, dia akan bisa menunda
keberangkatan kalian,” Ginny memberitahu Harry dengan suara
pelan, ketika mereka sedang menyiapkan meja untuk makan malam
pada malam ketiga Harry di sana. (125)
16. Dapur penuh sesak malam itu sehingga sulit untuk menggerakkan
garpu dan pisau. (127)
17. Pukul tujuh malam semua tamu telah tiba, dibawa ke rumah oleh
Fred dan George, yang menanti mereka di ujung jalan kecil. (165)
18. Malamnya Harry merasa putus asa dan cemas, dan makan malam
yang sebagian besar terdiri atas roti berjamur, yang telah dicoba
dibersihkan dengan berbagai mantra Transfigurasi oleh Hermione
tapi gagal, tidak membantu. (270)
19. Mereka tidak pergi tidur sebelum larut malam, setelah melewatkan
berjam-jam mempelajari rencana mereka berulang kali, (314)
20. Harry menyalakan tongkat sihirnya ketika dia menggantikan
Hermione pukul sepuluh malam, (369)
21. Sekarang menghirup dalam-dalam udara malam untuk menenangkan
diri, (436)
22. Malam mencapai kegelapan yang benar-benar kelam, pekat, (486)
23. Tempat mereka mendirikan tenda malam itu, (575)
24. Kita saling jaga agar selamat, tetaplah setia. Selamat malam.” (587)
25. Angin keras menerpa jendela-jendela pondok ketika Bill dan
Ollivander berangkat menembus malam. (677)
26. Harry nyaris tak bisa tidur malam itu (689)
27. Keheningan malam dirobek oleh lengkingan yang kedengarannya
seperti jeritan Voldemort ketika dia menyadari pialanya telah dicuri
(732)
28. Jam malam telah dilanggar, kaudengar bunyinya,” salah satu
temannya berkata pada si pelayan bar. “Ada yang keluar ke jalan
melawan peraturan-“ (736)
29. “Kalau aku ingin mengeluarkan kucingku, kukeluar kan dia, masa
bodoh amat dengan jam malammu!” (736)
30. “cemaskan saja dirimu sendiri, melanggar jam malam!” (736)
31. “Langgar jam malam lagi, dan kami tidak akan setoleran ini!” (737)
32. Harry telah menjelajahi kastil pada malam hari banyak kali
sebelumnya, tetapi belum pernah jantungnya berdebar sekencang ini
(772)
33. “Aku tak tahu malam ini giliranmu berpatroli di koridor, Minerva,”
(786)
34. Malam itu penuh teriakan dan pukulan menyeramkan ketika para
raksasa saling baku hantam. (853)
35. Ketika si raksasa mengayunkan pentungan lagi dan raungannya
bergema menembus malam, (856)
36. Sekalipun malam itu tak berangin. (856)
37. Saat itu paling tinggal satu jam lagi sebelum subuh, namun masih
gelap gulita. (870)
38. “Datanglah ke kantorku malam ini, Severus, pukul sebelas, dan kau
tak akan mengeluh bahwa aku tidak memercayaimu...” (903)

Subuh
39. Dia sedang berjalan sepanjang jalan pegunungan dalam keremangan
cahaya subuh yang sejuk. (154)
40. Matahari belum terbit dan kamar itu masih remang-remang. (154)
41. Subuh rasanya menyusul tengah malam kelewat cepat. (315)
42. Dia bisa menduga hari sudah hampir subuh, (459)
43. Subuh itu dingin sekali, tetapi hanya ada sedikit angin (689)

Pagi Hari
44. Harry telah melewatkan sepanjang pagi untuk mengosongkan koper
sekolahnya untuk pertama kalinya sejak dia mengepaknya enam
tahun yang lalu. (28)
45. Namun sekarang Harry menyadari, secangkir teh dingin yang
diinjaknya pagi tadi mungkin sama sekali bukan jebakan. (61)
46. Harry terbangun pagi-pagi sekali keesokan harinya, terbungkus
dalam kantong tidur di lantai ruang tamu. (238)
47. Harry yakin penangkapan Mundungus hanya akan perlu beberapa
jam paling lama, dan dia hilir-mudik dalam rumah sepanjang pagi
dengan harapan besar. (270)
48. Namun Kreacher tidak pulang pagi itu, (270)
49. “Pagi, Reg” seru seorang penyihir lain berjubah biru laut (321)
50. “Pagi, Albert,” kata seorang pria berkumis lebat, tersenyum kepada
Harry. (326)
51. “P-pagi,” dia tergagap menyapa Harry, ketika lift bergerak lagi.
“Ron, ini aku, Harry!” (338)
52. Pagi-pagi keesokan harinya, sebelum yang dua lainnya bangun,
Harry meninggalkan tenda untuk mencari-cari di hutan di sekitar
mereka pohon yang paling tua, paling berbonggol-bonggol, dan
paling kokoh yang bisa ditemukannya. (378)
53. Setiap pagi, mereka memastikan telah menyingkirkan segala
petunjuk tentang keberadaan mereka. (387)
54. Bahwa dia masih hidup dan bisa memandang matahari terbit di atas
perbukitan bersalju yang berkilauan seharusnya merupakan harta
paling tak ternilai di dunia, (465)
55. Mereka ber-Disapparate pagi berikutnya (526)
56. Mereka mengepak tenda keesokan paginya dan pindah dalam
siraman hujan yang suram. (575)
57. Harry berdiri bergeming, matanya menerawang, memandang ke
tempat lingkaran emas matahari yang menyilaukan terbit di kaki
langit. (639)
58. “Selamat pagi,” kata Hermione, (692)
59. “Jadi, apa yang membawamu dan-ah-temanmu yang simpatik ke
Diagon Alley sepagi ini?” tanya Travers. (697)
60. Pendar merah keemasan tiba-tiba menebar di langit sihir di atas
mereka, ketika tepi matahari yang menyilaukan muncul di atas
ambang jendela terdekat. Cahayanya menimpa wajah mereka berdua
pada saat bersamaan, sehingga wajah Voldemort mendadak menjadi
kabur menyala. (980)
61. Matahari baru yang cerah berkilauan di jendela-jendela ketika
mereka menggemuruh ke arahnya, (981)
62. Pagi hari pertama bulan September segar dan kering dan keemasan
seperti apel, (991)

Siang Hari
63. Menjelang makan siang, Mrs Weasley menjauhkan Harry dari yang
lain dengan memintanya membantu mengidentifikasi sebelah kaus
kaki pria yang dia pikir mungkin terjatuh dari ransel Harry. (123)
64. “Selamat siang, Pak Menteri.” (329)
65. Siang hari mereka lewatkan dengan berusaha menentukan
kemungkinan-kemungkinan lokasi pedang Gryffindor, (416)

Sore Hari
66. Di luar matahari telah bergantung rendah di atas pagar-pagar semak
privet, dengan daunnya yang hampir selalu kehijauan dan bunganya
yang putih kecil-kecil. (52)
67. “Selamat sore, sanak Harry Potter!” sapa Dedalus riang, seraya
melangkah memasuki ruang keluarga. (56)
68. Namun Kreacher tidak pulang pagi itu, atau bahkan sore itu. (270)
69. Sore itu, serpih-serpih salju turun ke atas mereka, (485)
70. Matahari menggelincir semakin rendah di langit, yang sekarang
berwarna nila, dan tetap saja si naga terbang, kota-kota besar dan
kecil menggeleser menghilang dari pandangan di bawah mereka,
(720)
71. Dia sedang berbaring di tepi danau dalam cahaya matahari terbenam,
(728)

Agustus
72. Sementara hari demi hari di bulan Agustus berlalu, rumput di
lapangan di tengah Grimmauld Place yang tak terawat layu ditimpa
terik matahari sampai akhirnya menjadi kering dan cokelat. (298)

September
73. Pada hari pertama bulan September ada lebih banyak orang
mengintip dari lapangan dibanding sebelumnya. (299)
74. Pagi hari pertama bulan September segar dan kering dan keemasan
seperti apel, (991)

Maret
75. Namun baru pada bulan Maret keberuntungan akhirnya menghampiri
Ron. (579)

April
76. "Sori," katanya kepada Fleur, pada suatu senja berangin kencang di
bulan April, (674)

Mei
77. Karena sekarang sudah bulan Mei. (689)

Musim Gugur
78. Musim gugur melanda daerah pedesaan ketika mereka melintasinya.
(389)
79. Musim gugur rasanya datang mendadak tahun itu. (991)

Malam Natal
80. "Harry, kurasa ini Malam Natal!" seru Hermione. (429)
81. “aku yakin ini Maam Natal” kata Hermione (429)

Jam
82. Keluarga Delacour tiba hari berikutnya pukul sebelas. (148)
83. Pukul tiga sore hari berikutnya, Harry, Ron, Fred, dan George berdiri
di depan tenda putih besar di kebun buah, menunggu kedatangan
tamu-tamu pernikahan. (187)
84. Sungguh lega ketika pukul enam tiba dan meraka bisa keluar dari
kantong tidur mereka, (689)
85. “Kalian punya waktu satu jam. Urus korban yang mati dengan
selayaknya. Rawat yang terluka. (869)
86. “Aku akan menunggu selama satu jam di Hutan Terlarang. Jika, pada
akhir satu jam itu, kau tidak datang kepadaku, tidak menyerah, maka
pertempuran mulai lagi.” (869)

Tanggal
87. James Potter, Lahir 27 Maret 1960, Meninggal 31 Oktober 1981
(435)
88. Lily Potter, Lahir 30 Januari 1960, Meninggal 31 Oktober 1981 (435)
89. Di tempat ini, pada malam 31 Oktober 1981 Lily dan James Potter
kehilangan nyawa mereka. (441)

b. Suasana
1. Suasana Misterius
Kerikil berderik ketika Snape dan Yaxley bergegas menuju pintu
depan, yang membuka sendiri ketika mereka mendekat, meskipun
tak tampak ada orang yang membukanya. Ruang depan itu luas,
penerangannya remang- remang, dan dekorasinya mewah, dengan
permadani besar indah terhampar menutupi sebagian besar lantai
batu. Mata lukisan-lukisan berwajah pucat di dinding mengikuti
Snape dan Yaxley ketika mereka lewat. Kedua laki-laki itu berhenti
di depan pintu kayu tebal yang menuju ke ruang berikutnya, ragu-
ragu sesaat, kemudian Snape memutar pegangan perunggunya. (12-
13)

2. Suasana Perasaan ( tegang, takut dan gelisah)


Minat di sekeliling meja menajam dengan gamblang: beberapa orang
menegang, yang lain gelisah, semuanya menatap Snape dan
Voldemort.
“Sabtu...saat malam tiba,” Mata merahnya terpancang pada mata
hitam Snape dengan demikian intensnya sehingga beberapa orang
yang memandang mereka mengalihkan pandangan, rupanya takut
mereka akan terbakar oleh kegarangan pandangan itu. Namun Snape
balas memandang wajah Voldemort dengan tenang dan, selewat
beberapa saat, Mulut Voldemort yang tak berbibir melengkung
seperti membentuk senyuman. “Bagus. Bagus sekali. Dan informasi
ini berasal, Dari-“
“Dari sumber yang kita diskusikan,” kata Snape. (14)

3. Suasana menegangkan dan menakutkan


Pada akhir kata-kata ini, seakan menanggapinya, mendadak
terdengar lolongan, jerit panjang penderitaan dan kesakitan yang
mengerikan. Banyak di antara mereka di sekitar meja memandang ke
bawah, kaget, karena suara itu kedengarannya datang dari bawah
kaki mereka. (19)

4. Suasana menegangkan dan menakutkan


“Tentu saja, Yang Mulia,” kata Lucius Malfoy. Tangannya gemetar
ketika dia menyeka keringat dari bibir atasnya. “Kami memang
menginginkannya, sungguh.” Di sebelah kirinya, istrinya
mengangguk janggal, kaku, matanya menghindari Voldemort dan
ularnya. Di sebelah kanannya, anaknya Draco, yang selama ini
menatap sosok diam di atas, mengerling sekilas kepada Voldemort
dan cepat-cepat memalingkan wajah lagi, ngeri berkontak mata
dengannya. (21-22)

5. Suasana Bahagia
Terdengar tawa cemooh dari sekeliling meja. Banyak yang
membungkuk ke depan untuk bertukar pandang senang, beberapa
memukul meja dengan tinju mereka. (23)

6. Suasana Perasaan (Marah dan kesal)


Wajah Bellatrix, yang baru saja merona bahagia, telah berubah
bebercak merah padam jelek.
“Dia bukan keponakan kami, Yang Mulia,” serunya mengatasi
kegembiraan yang membanjir. “Kami Narcissa dan saya tak pernah
melihat lagi saudara kami sejak dia mengawini si Darah-lumpur.
Anak celaka ini tak ada hubungannya dengan kami, begitu pula
binatang yang dikawininya.” (23)

7. Suasana Bahagia dan Suasana perasaan (takut, gelisah dan cemas)


Kegembiraan memuncak. Draco Malfoy memandang ngeri ayahnya,
yang menunduk memandang pangkuannya, kemudian menangkap
pandang ibunya. Narcissa menggeleng nyaris tak tampak, kemudian
melanjutkan pandangannya yang tanpa ekspresi ke dinding di
seberangnya. (23 – 24)

8. Suasana perasaan (takut)


Selagi berputar menghadapi perapian, sosok wanita itu berkata,
dengan suara parau dan ketakutan, “Severus! Tolong aku!” “Ah, ya”
kata Snape, ketika si tawanan perlahan berputar ke arah lain lagi.
“Dan, kau Darco” tanya Voldemort, seraya membelai moncong ular
dengan tangannya yang tidak memegang tongkat. Draco
menggeleng tertegun-tegun. Sekarang setelah wanita itu terbangun,
Draco tampaknya tak sanggup memandangnya lagi. (25)

9. Suasana perasaan (marah, sedih, dan ketakutan)


Tak seorang pun tertawa kali ini: tak salah lagi, kemarahan dan
penghinaanlah yang terdengar dalam suara Voldemort. Untuk ketiga
kalinya Charity Burbage berputar menghadap Snape. Air mata
bercucuran dari matanya, membasahi rambutnya. Snape balas
menatap- nya, tanpa ekspresi, ketika Charity berputar pelan berpaling
darinya lagi. (26)

10. Suasana perasaan (kesal)


Sungguh bodoh, tak berguna, luar biasa menjengkelkan, bahwa dia
masih harus menunggu empat hari sebelum bisa melakukan sihir...
tetapi dia harus mengakui bahwa irisan bergerigi di jarinya akan
membuat-nya tak berdaya. (28)

11. Suasana perasaan (menyesal dan rindu)


Kemudian dia meletakkan pecahan cermin itu di atas surat kabar
Daily Prophet edisi hari itu, yang tergeletak tak terbaca di atas
tempat tidurnya, dan berusaha membendung kenangan pahit, tikaman
sesal dan kerinduan yang mendadak muncul akibat penemuan
pecahan cermin itu, dengan menyerang sisa sampah di dalam
kopernya. (29)

12. Suasana perasaan (cemas)


Harry duduk. Dia menduga sudah tahu apa yang akan terjadi.
Pamannya mulai berjalan hilir mudik, Bibi Petunia dan Dudley
mengikuti gerakannya dengan ekspresi cemas. (49)

13. Suasana Perasaan (takut)


Tangan Dudley melayang menekap mulutnya. Dengan mata orang
tuanya dan Harry menatapnya, dia lambat-lambat menurunkan
tangannya lagi dan bertanya, “Mereka... ada lebih banyak lagi?” (54)

14. Suasana Haru


Meskipun agak terharu, dia lega Dudley tampaknya sudah kehabisan
kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya. Setelah membuka
mulutnya sekali-dua kali lagi, Dudley menyerah dengan muka merah
padam.
Bibi Petunia bercucur air mata. Hestia Jones memberinya anggukan
setuju yang berubah menjadi kegusaran ketika Bibi Petunia berlari
maju dan memeluk Dudley alih-alih Harry.
“M-manis sekali, Dudders...” isaknya dalam dada besar anaknya. “A-
anak baik... bilang t-terima kasih...” (62)

15. Suasana Senang dan Bahagia


Membuka pintu belakang, Harry berlari ke tengah mereka. Terdengar
sapaan riuh ketika Hermione melingkarkan tangan memeluknya, Ron
menepuk punggungnya, dan Hagrid berkata, “Baik-baik saja, Harry?
Siap berangkat?”
Jelas,” kata Harry, tersenyum berseri-seri kepada mereka semua.
“Tapi aku tidak mengharapkan kalian sebanyak ini!” (68)

16. Suasana Senang dan Bahagia


“Harry, coba tebak?” kata Tonks dari tangkringannya di atas mesin
cuci, dan dia menggerak-gerakkan jari di tangan kirinya kepada
Harry; sebentuk cincin berkilauan melingkari jari itu.
“Kalian menikah?” Harry mendengking, memandang Tonks dan
Lupin bergantian.
“Sayang sekali kau tak bisa hadir, Harry, pernikahan kami sangat
sepi.” (69)

17. Suasana Perasaan (terharu)


“Aku akan membawa Fleur naik Thestral,” kata Bill.
“Dia tidak begitu suka sapu.”
Fleur pindah berdiri di sebelah Bill, memberinya pandangan berkaca-
kaca, pasrah. Harry berharap sepenuh hati, pandangan semacam itu
tak akan pernah muncul di wajahnya lagi. (78)

18. Suasana Perasaan Menegangkan


Dan kemudian, mendadak saja, mereka sudah dikepung. Paling tidak
tiga puluh sosok berkerudung melayang di tengah udara, membentuk
lingkaran ketat mengelilingi para anggota Orde yang sedang
mengangkasa, tanpa menyadarinya.
Jeritan-jeritan, sambaran cahaya hijau di segala jurusan. Hagrid
berteriak dan motornya terguling. Harry tak tahu lagi mereka berada
di mana: lampu-lampu jalanan di atasnya, teriakan-teriakan di
sekelilingnya, dia mencengkeram erat-erat sespannya. Sangkar
Hedwig, Firebolt, dan sapunya menggelincir dari bawah lututnya.
(81)

19. Suasana Perasaan (Takut)


Namun burung hantunya tergeletak tak bergerak menyedihkan
seperti mainan di dasar sangkarnya. Harry tak tahan lagi, dan
kengeriannya memikirkan yang lain luar biasa besarnya. (82)

20. Suasana Menegangkan dan Menakutkan


Dengan teriakan kemarahan, Hagrid melompat dari motornya ke arah
si Pelahap Maut. Ngeri sekali Harry melihat Hagrid dan si Pelahap
Maut terjatuh lenyap dari pandangan, berat tubuh mereka berdua
terlalu besar untuk sapunya- (88)

21. Suasana Perasaan (Sedih)


Kesadaran ini menghantamnya. Dia merasa malu ketika matanya
memanas dan air mata merebak. (96)

22. Suasana Perasaan (Takut dan sedih)


“Kenapa dia?” kata Fred parau, tampak ketakutan.(105)

23. Suasana Sedih


“Ah, biarlah,” kata George, nyengir kepada ibunya yang bersimbah
air mata. “Bagaimanapun juga, Mum sekarang akan bisa
membedakan kami, Mum." (106)

24. Suasana Perasaan (Takut)


Harry tidak berkata apa-apa. Dia sudah berusaha mengesampingkan
ketakutannya sejak tiba di The Burrow, namun sekarang ketakutan
itu menyelubunginya, merayapi kulitnya, berdenyut dalam dadanya,
menyumbat tenggorokannya. (106)

25. Suasana Sedih


Tak seorang pun tampaknya tahu apa yang harus dilakukan. Tonks
menangis diam-diam dalam saputangannya. Dia dekat dengan Mad-
Eye, Harry tahu, Tonks orang yang paling disukai Mad-Eye,
sekaligus anak didik yang dilindunginya di Kementerian Sihir.
Hagrid, yang telah duduk di lantai di sudut, tempat paling luas
baginya, mengusap matanya dengan saputangan selebar taplak meja.
(111)

26. Suasana Tegang


Suasana langsung berubah: semua orang kelihatan tegang, menatap
Lupin, mengharapkannya melanjutkan kata-katanya dan sekaligus
agak takut akan apa yang bakal mereka dengar. Begitu tampaknya
bagi Harry. (111)

27. Suasana Perasaan (Marah)


“Tidak seperti itu,” kata Harry dengan gigi mengertak. Bekas
lukanya membara: dia marah dan frustrasi; dia benci bahwa mereka
semua membayangkan dia memiliki kehebatan yang menandingi
kehebatan Voldemort. (117)

28. Suasana Bahagia


“Enchantée,” katanya. “Suami Anda menceritakan kepada kami
kisah-kisah lucu!” Mr Weasley tertawa seperti orang gila, (149)

29. Suasana Perasaan (Menyesal)


Mrs Weasley menatapnya, lama dan tajam, kemudian tersenyum
agak sedih, meluruskan diri dan berjalan menjauh. Harry mengawasi
ketika dia melambaikan tongkat sihirnya dekat tali jemuran, dan
pakaian- pakaian basah melayang naik menjemur sendiri, dan tiba-
tiba saja Harry merasakan gelombang penyesalan bagi segala
kerepotan dan penderitaan yang ditimpakannya kepada Mrs Weasley.
(152-153)

30. Suasana Perasaan Senang


Bersukacita atas penghapusan Jejaknya, Harry membuat barang-
barang milik Ron beterbangan sekeliling kamar, sampai Pigwidgeon
terbangun dan terbang bergairah sekeliling sangkarnya. (157)

31. Suasana Bahagia


Untuk menghormati kesempatan itu Hagrid memakai jasnya yang
paling bagus dan paling mengerikan, jas bulu cokelatnya. Walaupun
Lupin tersenyum ketika menjabat tangan Harry, Harry merasa dia
tampak kurang bahagia. Aneh sekali; Tonks, di sebelahnya, tampak
sangat berseri-seri.
“Selamat ulang tahun, Harry,” kata Tonks, memeluknya erat-erat.
(165)
32. Suasana Perasaan (Cemas)
Harry melihat Mr Weasley bertukar pandang cemas dengan Mrs
Weasley, ketika dia, Ron, dan Hermione bangkit berdiri. (169)

33. Suasana Menegangkan


“Kau sudah bertindak terlalu jauh!” teriak Scrim- geour, berdiri.
Harry juga melompat bangun. Scrimgeour berjalan timpang
mendekati Harry dan menusuknya keras dengan ujung tongkat
sihirnya: ujung tongkat itu membakar T-shirt, membuatnya berlubang
seperti kena api rokok yang menyala. (179)

34. Suasana Perasaan (Kecewa)


“Tepat,” kata Harry, dan dengan jantung berdebar cepat, dia
menekankan mulutnya ke Snitch. Snitch tidak terbuka. Frustrasi dan
kekecewaan pahit membuncah di dalam tubuhnya. (184)

35. Suasana Haru


“Apakah kau, William Arthur, bersedia mengambil Fleur Isabelle...?”
Di deretan depan, Mrs Weasley dan Madame Delacour keduanya
terisak diam-diam ke dalam helaian brokat. Bunyi seperti tiupan
trompet dari bagian belakang tenda memberitahu semua orang bahwa
Hagrid telah mengeluarkan salah satu saputangannya yang seukuran
taplak meja. Hermione menoleh dan tersenyum kepada Harry; kedua
matanya juga digenangi air mata.
“...Kalau begitu aku menyatakan kalian berdua terikat seumur
hidup.” (198)

36. Suasana Tegang


Krum mengeretakkan buku-buku jarinya dengan mengancam dan
memandang marah kepada Xenophilius. (202)

37. Suasana Tegang dan Panik


Harry dan Hermione berlari menghambur ke dalam kerumunan
orang-orang yang panik. Tamu-tamu berlari serabutan ke segala
jurusan; banyak di antaranya yang ber-Disapparate; mantra
perlindungan di sekitar The Burrow sudah pecah. (218)

38. Suasana Perasaan (Ketakutan)


Suara Mad-Eye Moody berbisik dari dalam kegelapan, membuat
mereka bertiga terlonjak ketakutan. (231)

39. Suasana Perasaan (Senang)


“Mereka baik-baik saja, mereka baik-baik saja!” bisik Hermione, dan
Ron setengah tertawa sambil memeluknya. (236)

40. Suasana Perasaan (Senang)


Dengan luapan kegembiraan, Harry mengenali ayahya; rambutnya
yang hitam berantakan berdiri di bagian belakang, seperti rambut
Harry dan dia, juga, memakai kacamata. (240)
41. Suasana Sedih
“Kreacher meminumnya, dan sementara dia minum, dia melihat hal-
hal mengerikan... organ-organ dalam tubuh Kreacher terbakar...
Kreacher menjerit memanggil Tuan Regulus untuk
menyelamatkannya, dia menjerit memanggil nyonyanya Mistress
Black, tetapi Pangeran Kegelapan hanya tertawa... dia memaksa
Kreacher meminum semua racunnya... dia menjatuhkan liontin ke
dalam baskom kosong... kemudian baskom itu dipenuhinya lagi
dengan ramuan.”
“Dan kemudian Pangeran Kegelapan pergi naik perahu,
meninggalkan Kreacher di pulau itu...” (261)

42. Suasana Perasaan


Kreacher sekarang terisak keras sekali sehingga kata- katanya tak
bisa dimengerti lagi. Air mata membanjiri pipi Hermione ketika dia
mengawasi Kreacher, tetapi dia tidak berani menyentuhnya lagi.
Bahkan Ron, yang bukan penggemar Kreacher, tampak terganggu.
Harry bersimpuh dan menggelengkan kepalanya, berusaha
menjernihkan pikirannya. (266)

43. Suasana Tegang


Semua saraf di tubuhnya menegang. Dia mencabut tongkat sihirnya,
bergerak ke tempat remang-remang di sebelah penggalan kepala-
kepala peri-rumah dan. Menunggu. Pintu terbuka: sekilas dilihatnya
lapangan yang diterangi lampu di luar, dan sosok memakai mantel
masuk ke ruang depan dan menutup pintu di belakangnya. (272)

44. Suasana Bahagia


“Tonks akan punya bayi.”
“Oh, menyenangkan sekali!” pekik Hermione.
“Bagus sekali!” kata Ron antusias. “Selamat,” kata Harry. (284)

45. Suasana Menegangkan


Wajah Lupin menjadi pucat pasi. Seolah temperatur di dapur anjlok
sepuluh derajat. Ron memandang berkeliling ruangan seakan dia
disuruh mengingatnya, sementara mata Hermione berpindah-pindah
dari Harry ke Lupin. (284)

46. Suasana Tegang


Lupin melompat berdiri, kursinya terguling ke belakang dan dia
melotot kepada mereka dengan begitu ganasnya, sehingga Harry
melihat, untuk pertama kalinya, bayangan serigala di atas wajah
manusianya. (285)

47. Suasana Tegang


Lupin mencabut tongkat sihirnya begitu cepat sehingga Harry tak
sempat meraih tongkatnya. Terdengar ledakan keras dan Harry
merasa dirinya terbang ke belakang seakan ditonjok. Ketika dia
menghantam dinding dapur dan merosot ke lantai, sekilas dilihatnya
ekor mantel Lupin menghilang dari pintu. (287)

48. Suasana Menegangkan dan Lucu


Kreacher telah berlari mendekati Mundungus dan memukul atas
kepalanya dengan wajan. “Suruh dia pergi, suruh dia pergi, dia
seharusnya dikurung!” teriak Mundungus, meringkuk ketika
Kreacher mengangkat lagi wajan berdasar berat itu. “Kreacher,
jangan!” cegah Harry. Lengan kurus Kreacher gemetar saking
beratnya wajannya, yang masih dipegangnya tinggi-tinggi.
“Barangkali sekali lagi, Tuan Harry, untuk keberuntungan?” Ron
tertawa. (295)

49. Suasana Senang


Selagi Ron dan Hermione tertawa, rasa sakit menyambar bekas luka
di dahi Harry. (309)

50. Suasana Ketakutan


Para pegawai Kementerian di sebelah mereka langsung terdiam, mata
mereka menunduk. Harry bisa merasakan ketakutan melanda mereka.
(324)

51. Suasana Perasaan (Marah)


Harry ikut memandangnya dan kemarahan bangkit dalam dirinya,
seperti ular kobra yang siap menyambar. (333)

52. Suasana Menegangkan


Mereka telah tiba di Atrium. Mr Weasley melempar pandang pedas
dan tajam ke arah Harry dan keluar dari lift. Harry berdiri saja di
sana, terguncang. Dia berharap dia menyamar jadi orang lain, bukan
Runcorn... pintu lift berdentang menutup. (341)

53. Suasana Perasaan (Putus Asa)


Rasa dinginnya menusuk masuk ke tenggorokannya dan merobek
paru-parunya. Dan kemudian dia merasakan keputusasaan,
ketidakberdayaan, memenuhinya, mengembang di dalam
dirinya...Dementor, pikirnya. (342)

54. Suasana Menakutkan


Dan kemudian, mendadak dan mengejutkan di antara keheningan
yang membeku, salah satu pintu ruangan bawah tanah di sisi kiri
koridor menjeblak terbuka dan terdengar jeritan-jeritan dari dalam
ruangan.
“Tidak, tidak, saya berdarah-campuran, saya berdarah-campuran,
sungguh! Ayah saya penyihir, betul, silakan dicek, Arkie Alderton,
dia desainer sapu yang terkenal, coba cek-lepaskan saya, lepaskan
sa-“ (343)

55. Suasana Menegangkan


Para kolega si penyihir botak gempar. Dalam kehiruk-pikukan ini
Ron menyambar Mrs Cattermole, menariknya ke dalam perapian
yang masih terbuka dan menghilang. Kebingungan, Yaxley
bergantian memandang Harry dan si penyihir yang ditinju, sementara
Reg Cattermole yang asli berteriak, “Istriku! Siapa tadi yang
membawa istriku? Apa yang terjadi?” (355)

56. Suasana Menakutkan


Harry mengawasi, ngeri, ketika Hermione merobek baju Ron. Dia
selama ini selalu menganggap Splinching- terpisahnya bagian-bagian
tubuh saat Apparation sebagai sesuatu yang konyol, tapi ini... organ-
organ dalam tubuhnya serasa merayap-rayap memualkan ketika
Hermione membuka lengan atas Ron. Sepotong besar daging tak ada,
seolah diiris oleh pisau. (358)

57. Suasana Perasaan (Putus Asa)


Ekspresi ketakutan dan kekecewaan mereka membuat Harry merasa
malu. Tapi itu pengalaman yang seperti mimpi buruk, melihat para
Dementor melayang dari kabut di kejauhan dan menyadari, ketika
dingin yang melumpuhkan mencekik paru-parunya dan jeritan di
kejauhan memenuhi telinganya, bahwa dia tak akan mampu
melindungi dirinya. (379-380)

58. Suasana Perasaan (Cemas)


Ron tidak berusaha menyembunyikan suasana hatinya yang buruk,
dan Harry mulai khawatir bahwa Hermione juga kecewa oleh
kepemimpinannya yang parah. Dalam keputusasaannya dia berusaha
memikirkan lokasi-lokasi Horcrux yang lain, (388-389)

59. Suasana Perasaan (Marah)


“Jadi, bagian mana yang tidak sesuai dengan harapanmu?” tanya
Harry. Kemarahan melanda pertahanannya sekarang. (408)

60. Suasana Menegangkan


“Oh, kau yakin, ya? Baiklah, oke, aku tidak akan mrisaukan mereka.
Mudah bagi kalian berdua, kan, orangtua kalian sudah selamat-“
“Orangtuaku sudah meninggal!” teriak Harry.
“Dan orangtuaku mungkin sedang menuju kematian juga!” Ron balas
berteriak.
“Kalau begitu PERGILAH!” raung Harry. (410)

61. Suasana Perasaan Sedih


Harry berdiri tak bergerak dan tak bersuara, mendengarkan
Hermione tersedu dan memanggil-manggil nama Ron di antara
pepohonan. (412)

62. Suasana Sedih


Dia bergerak ke arah Hermione, merasakan seolah sesuatu yang berat
menekan dadanya, sensasi yang sama yang dirasakannya tepat
setelah Dumbledore meninggal, kesedihan yang benar-benar
membebani jantung dan paru-parunya. (435)

63. Suasana Sedih


Mereka sudah pergi. Kata-kata kosong itu tidak bisa
menyembunyikan fakta bahwa jenazah kedua orangtuanya yang
sudah rusak terbaring di bawah salju dan batu, tak peduli, tak tahu.
Dan air mata mengucur sebelum dia bisa mencegahnya, panas
membara dan seketika membeku di wajahnya, dan apa gunanya
mengusapnya, atau berpura-pura? Dia membiarkan air matanya
bercucuran, bibirnya terkatup rapat, menunduk memandang salju
tebal yang menyembunyikan dari matanya tempat peristirahatan
terakhir Lily dan James, sudah tinggal tulang sekarang, tentu, atau
debu, tak tahu dan tak peduli bahwa putra tunggal mereka berdiri
begitu dekat, jantungnya masih berdetak, masih hidup karena
pengorbanan mereka dan nyaris berharap, saat ini, dia tidur di bawah
salju bersama mereka. (436)

64. Suasana Perasaan (Senang)


Namun Harry tersenyum berseri-seri kepadanya. “Itu brilian. Aku
senang mereka menulis di situ. Aku...” (442)

65. Suasana Perasaaan (Takut dan Cemas)


Harry melihatnya dari sudut matanya. Kepanikan membuatnya
menoleh dan kengerian melumpuhkannya ketika dia melihat tubuh
tua itu ambruk dan si ular besar meluncur keluar dari tempat yang
tadinya lehernya. Ular itu mematuk ketika Harry mengangkat tongkat
sihirnya. (451)

66. Suasana Perasaan (Putus Asa)


Dia telah menumpahkan darahnya sendiri lebih banyak kali daripada
yang bisa dihitungnya, dia pernah kehilangan semua tulang di lengan
dan tangan kanannya; perjalanan ini telah memberinya bekas luka di
dada dan lengan atasnya, menambah bekas luka yang sudah ada di
punggung tangan dan dahinya, namun tak pernah, sampai saat ini, dia
merasa dirinya dilemahkan secara begini fatal, rawan serangan dan
telanjang, seolah bagian terbaik kemampuan sihirnya telah dicabik
darinya. (466)

67. Suasana (Takut dan Sedih)


Hermione tampak ketakutan Harry mungkin akan meluncurkan
kutukan dengan tongkat sihirnya sendiri. Wajahnya bersimbah air
mata, dia berjongkok di sebelah Harry, dua cangkir teh bergetar di
tangannya dan sesuatu yang tebal terkepit di lengannya. (467)

68. Suasana Perasaan Panik


Xenophilius tidak menjawab. Dia tak hentinya menelan ludah,
matanya bergerak-gerak di antara mereka bertiga. Harry mendapat
kesan dia sedang mengalami perang batin yang menyakitkan. (533)
69. Suasana Takut dan Cemas
“Tidak-tidak-kumohon!” isak Xenophilius. “Benar- benar ada Potter!
Sungguh!”
“Dan sekarang ternyata kau memanggil kami ke sini untuk mencoba
meledakkan kami!” raung si Pelahap Maut, dan terdengar rentetan
letusan diseling oleh jeritan-jeritan kesakitan Xenophilius. (557)

70. Suasana Cemas dan Takut


Harry melihat kecemasan dan sesuatu yang lebih sulit didefinisikan
dalam ekspresi Hermione. Kemudian, ketika Hermione mengerling
Ron, Harry menyadari itu ketakutan. Dia telah membuat Hermione
ketakutan dengan omongannya tentang hidup bersama orang mati.
(565)

71. Suasana Sedih


“Para pendengar, saya mengundang Anda sekalian sekarang
bergabung dengan kami untuk mengheningkan cipta bagi arwah Ted
Tonks, Dirk Cresswell, Bathilda Bagshot, Gornuk, dan para Muggle
yang dibantai Pelahap Maut, yang walaupun tak kita ketahui
namanya, kematiannya kita sesali sama besarnya.” (581)

72. Suasana Perasaan (Tenang dan Senang)


Untuk pertama kalinya selama berminggu-minggu, Harry tertawa.
Dia bisa merasakan beban ketegangan meninggalkannya. (586-587)

73. Suasana Menegangkan dan Suasana Perasaan (Cemas, Panik dan


Takut)
“Lepaskan dia!” teriak Ron. Terdengar bunyi keretak yang tak
diragukan lagi bunyi buku-buku jari menghantam daging. Ron
menggerung kesakitan dan Hermione menjerit. “Jangan! Jangan
pukul dia, jangan pukul dia!” (591)

74. Suasana Perasaan (Takut dan Panik)


Suara Lucius Malfoy yang seperti diulur-ulur, yang sudah
dikenalnya, menerpa telinga Harry. Dia panik sekarang. Dia tak
melihat jalan keluar, dan lebih mudah, ketika ketakutannya
memuncak, memblokir pikiran Voldemort, meskipun bekas lukanya
masih membara. (604)

75. Suasana Perasaan (Panik dan Takut)


“Kami menemukannya kami menemukannya-TO- LONG!”
Hermione menjerit lagi. Ron meronta lebih keras dari sebelumnya
dan paku berkarat itu tergelincir ke pergelangan tangan Harry. (613)

76. Suasana Cemas dan Takut


Hermione menjerit lagi. Jeritannya menusuk Harry seperti luka fisik.
Hampir-hampir tak menyadari kesakitan yang menusuk-nusuk bekas
lukanya, dia, juga, mulai berlari mengelilingi gudang bawah tanah,
meraba-raba dinding, tak tahu mencari apa, dalam hati tahu bahwa
itu tak ada gunanya. (615)
77. Suasana Perasaan (Putus Asa)
Jeritan Hermione bergaung dari dinding-dinding di atas. Ron
setengah terisak ketika dia memukul-mukul dinding dengan tinjunya,
dan Harry, dalam keputusasaan yang sangat, (615)

78. Suasana Menegangkam dan Susana Perasaan (Cemas dan Takut)


Tersengal, Harry mengintip dari balik ujung sofa. Bellatrix
menyangga Hermione, yang tampaknya pingsan, dan memegangi
pisau peraknya yang pendek ke leher Hermione.
“Jatuhkan tongkat sihir kalian,” bisiknya. “Jatuhkan, kalau tidak, kita
akan melihat dengan jelas, betapa kotornya darahnya.”
Ron berdiri kaku, mencengkeram tongkat sihir Wormtail. Harry
meluruskan diri, masih memegangi tongkat sihir Bellatrix.
“Kubilang, jatuhkan tongkat sihir kalian!” pekik Bellatrix,
menekankan pisaunya ke leher Hermione. Harry melihat butir-butir
darah muncul di sana. (624)

79. Suasana Perasaan (Cemas dan Sedih)


“Dobby-tidak-TOLONG!” Harry berteriak ke arah pondok, ke arah
orang-orang yang bergerak di sana. “TOLONG!”
Dia tidak tahu ataupun peduli apakah mereka penyihir atau Muggle,
teman atau musuh. Yang dipedulikannya hanyalah noda gelap yang
sedang melebar di bagian depan tubuh Dobby, dan bahwa dia
mengulurkan tangannya yang kurus ke arah Harry dengan pandangan
penuh permohonan. Harry menangkapnya dan membaringkannya
miring di rerumputan yang sejuk.
“Dobby, jangan, jangan mati, jangan mati-“ (628)

80. Suasana Sedih


Sama seperti Voldemort tidak mampu menguasai Harry ketika dia
diliputi kesedihan kehilangan Sirius, demikian juga pikiran-pikiran
Voldemort tidak bisa menembus Harry sekarang, ketika dia berduka
bagi Dobby. Kesedihan, tampaknya, membentengi dirinya dari
Voldemort... meskipun Dumbledore, tentu saja, akan mengatakan
bahwa itu adalah cinta... (632)

81. Suasana Bahagia


“Ya, ya, dia sudah melahirkan!” teriak Lupin. Di sekeliling meja
makan terdengar teriakan-teriakan gembira, helaan napas lega.
Hermione dan Fleur memekik, “Selamat!” dan Ron berkata, “Astaga,
bayi!” seolah dia tidak pernah mendengar hal semacam itu
sebelumnya.
“Ya-ya-bayi laki-laki,” kata Lupin lagi, yang tampak linglung saking
bahagianya. Dia berjalan mengitari meja dan memeluk Harry. (679)

82. Suasana Perasaan (Takut dan Cemas)


Harry yakin dia bisa mendengar teriakan-teriakan di belakang
mereka di aula utama, ketika mereka semua naik ke kereta itu. (704)
83. Suasana perasaan (Takut dan Cemas)
Mereka sungguh-sungguh terperangkap sekarang, tak ada jalan
keluar kecuali melewati pintu itu, dan serombongan goblin
tampaknya sedang mendekat di balik pintu. Harry memandang Ron
dan Hermione dan melihat kengerian di wajah mereka. (712)

84. Suasana Menegangkan


Kita tak mungkin keluar, dia terlalu besar!” jerit Hermione, tetapi si
naga membuka mulutnya dan menyemburkan api lagi,
menghancurkan lorong, yang lantai dan langit-langitnya retak dan
runtuh. Hanya dengan kekuatannya belaka si naga mencakar-cakar
dan berjuang keluar dari lorong. Mata Harry terpejam rapat untuk
melindunginya dari panas dan debu. Telinganya dipekakkan oleh
debam batu yang berjatuhan dan raungan si naga, dia hanya bisa
bertahan di punggungnya, siap dilemparkan setiap saat, kemudian dia
mendengar Hermione berteriak, “Defodio!” (716)

85. Suasana Perasaan (Lega, Bersyukur)


Perasaan yang menguasai Harry adalah bersyukur telah berhasil lolos
dari sesuatu yang tampaknya tak mungkin. (718)

86. Suasana Perasaan (Senang)


Mereka bertiga mulai tertawa, dan begitu mulai, sulit untuk berhenti.
Perut Harry sampai terasa sakit, dia pusing karena lapar, tetapi dia
berbaring di rerumputan di bawah langit yang memerah dan tertawa
sampai tenggorokannya kering. (723)

87. Suasana perasaan (Marah dan Cemas)


Teriakan kemurkaan, penyangkalan, keluar dari dirinya, sepertinya
itu teriakan orang asing dia seperti orang gila, panik, ini mana bisa
terjadi. Tak mungkin, tak seorang pun pernah tahu: bagaimana
mungkin anak itu bisa mengetahui rahasianya? (725)

88. Suasana Menegangkan


Harry menyambar pergelangan tangan Ron ketika dia mengangkat
tongkat sihirnya. Terlalu banyak Pelahap Maut untuk di bius, bahkan
mencobanya akan membuat tempat mereka berada ketahuan. Salah
satu Pelahap Maut melambaikan tongkat sihirnya dan lengkingan itu
berhenti, masih bergaung di sekeliling pegunungan di kejauhan.
(732)

89. Suasana Perasaan (Cemas)


Kengerian memenuhi Harry Untuk memukul mundur Dementor dia
harus membuat Patronus, yang akan langsung membuka rahasia
mereka. (733)

90. Suasana Perasaan (Sedih)


Suaranya tercekat pada kata terakhir itu dan dia terenyak pada kursi
terdekat. Wajah Hermione bersimbah air mata dan Ron hampir sama
pucatnya dengan Aberforth. Harry tidak merasakan apa-apa kecuali
shock: dia menyesal telah mendengarnya, dia ingin sekali mencuci
pikirannya agar bersih dari cerita itu. (748)

91. Suasana Perasaan (Bahagia dan Senang)


Memanjat keluar Neville Longbottom yang asli, yang berteriak
kegirangan, melompat dari perapian dan berseru, “Aku tahu kau akan
datang! Aku tahu, Harry!” Namun Neville sudah melihat Ron dan
Hermione, dan dengan teriakan-teriakan senang dia memeluk mereka
juga. (752-753)

92. Suasana Perasaan (Takut)


Anak-anak Ravenclaw saling berbisik, ketakutan. Kemudian,
mendadak terdengar serentetan letusan keras, sepertinya ada yang
menembakkan senapan ke pintu. (777)

93. Suasana Menegangkan


Profesor McGonagall bergerak lebih cepat daripada yang bisa
dipercayai Harry. Tongkat sihirnya menebas udara dan selama
sepersekian detik Harry mengira Snape akan roboh, pingsan, tetapi
kesigapan Mantra Pelindungnya sedemikian rupa sehingga
McGonagall terlempar kehilangan keseimbangan. McGonagall
mengacungkan tongkat sihirnya pada sebuah obor di dinding dan
obor itu terbang dari wadahnya. Harry, yang sudah akan melancarkan
kutukan kepada Snape, terpaksa menarik Luna menghindari lidah-
lidah api yang melayang turun kemudian membentuk lingkaran api
yang memenuhi koridor dan meluncur seperti laso kepada Snape.
Kemudian lingkaran itu bukan lagi api, melainkan seekor ular besar,
hitam yang diledakkan McGonagall menjadi asap, yang berubah
bentuk dan memadat da lam waktu beberapa detik menjadi
sekelompok belati yang mengejar. Snape menghindari serbuan belati-
belati itu hanya dengan mendorong baju zirah ke depannya, dan
dengan bunyi berkelontangan belati-belati itu menembus, satu demi
satu, dada baju zirah. (787)

94. Suasana Menegangkan


Dan di sepanjang koridor patung-patung serta baju-baju zirah
melompat turun dari dasar tumpuannya, dan dari bunyi gedubrakan
di lantai-lantai atas dan bawah, Harry tahu rekan-rekan mereka di
seluruh kastil melakukan hal yang sama. “Hogwarts terancam!”
teriak Profesor McGonagall. “Jaga perbatasan, lindungi kami,
lakukan tugas kalian terhadap sekolah kita!” Berkelontangan dan
berteriak-teriak, rombongan pa- tung-patung bergerak itu berlari
melewati Harry: beberapa di antaranya lebih kecil, yang lain lebih
besar daripada sosok manusia. Ada binatang-binatang juga, dan baju-
baju zirah yang berkelontangan mengacung-acungkan pedang dan
mengayunkan bola-bola berpaku di ujung rantai. (792-793)

95. Suasana Haru


Mrs Weasley bercucuran air mata. Dia berlari maju, mendorong
minggir Fred, dan menarik Percy ke dalam pelukan sangat erat,
sementara Percy mengelus pung gungnya, matanya menatap
ayahnya. “Aku minta maaf, Dad,” Percy berkata. Mr Weasley
mengerjap cepat, kemudian dia juga bergegas memeluk anaknya.
(797)

96. Suasana Menegangkan dan Menakutkan


“...Evakuasi akan diatur oleh Mr Filch dan Madam Pomfrey. Para
prefek, kalau sudah kuberikan aba-aba, kalian akan mengorganisir
asrama-asrama kalian dan membawa anak-anak yang menjadi
tanggung jawab kalian, dengan teratur, ke titik evakuasi.” Banyak
anak yang kelihatan amat ketakutan. (800-801)

97. Suasana Perasaan (Takut)


“Aku tahu kalian sedang bersiap-siap untuk bertempur.” Terdengar
jeritan-jeritan di antara murid-murid, beberapa di antaranya saling
cengkeram, memandang berkeliling dengan ngeri, mencari sumber
suara. (802)

98. Suasana Menegangkan Dan Menakutkan


Crabbe berbalik dan berteriak, “Avada Kedavra!” lagi. Ron
melompat menghilang dari pandangan untuk menghindari sambaran
cahaya hijau. Malfoy yang tanpa tongkat sihir gemetar ketakutan di
belakang lemari pakaian berkaki tiga ketika Hermione menyerbu
mereka, menghantam Goyle dengan Mantra Bius ketika dia datang.
Malfoy menyambar Goyle yang pingsan dan menyeretnya. Crabbe
mendahului mereka semua, sekarang tampak ketakutan; Harry, Ron,
dan Hermione berlari di belakangnya, dan api mengejar mereka. Itu
bukan api normal. Crabbe telah menggunakan mantra kutukan yang
tidak dikenal Harry. Ketika mereka membelok di tikungan, lidah-
lidah api itu mengejar mereka seolah mereka hidup, sadar, bertekad
membunuh mereka. Sekarang api itu bermutasi, membentuk
kerumunan raksasa binatang-binatang api: ular-ular menyala,
Chimaera-Chimaera dan naga-naga naik dan turun dan naik lagi, dan
tumpukan barang selama berabad-abad yang disambar mereka
terlempar ke udara ke dalam moncong-moncong bertaring mereka,
dicengkeram cakar-cakar mereka, sebelum terbakar habis lautan api.
(831)

99. Suasana Menakutkan dan Menegangkan


Harry merasa dirinya melayang di udara, dan yang bisa dilakukannya
hanyalah memegang seerat mungkin sepotong kayu kurus yang
merupakan satu-satunya senjatanya, dan melindungi kepalanya
dalam lengannya. Dia mendengar jeritan-jeritan dan teriakan-teriakan
teman-temannya, tanpa harapan bisa mengetahui apa yang terjadi
terhadap mereka Dan kemudian dunia berubah menjadi kesakitan
dan semi-kegelapan: dia setengah terkubur dalam reruntuhan koridor
yang baru saja menerima serangan mengerikan: udara dingin
memberitahunya bahwa sisi kastil ini telah hancur dan sesuatu yang
panas dan lengket di pipinya memberitahunya dia berdarah banyak
sekali. Kemudian dia mendengar jeritan memilukan yang membetot
organ-organ dalam tubuhnya, yang mengekspresikan penderitaan
yang tak bisa diakibatkan oleh api ataupun kutukan, dan dia berdiri,
lebih takut, barangkali, daripada yang pernah dialaminya seumur
hidupnya.... (838)

100. Suasana Menegangkan


“Percy!” Harry melihat aliran air mata membuat corengan di kotoran
yang melapisi wajah Ron ketika dia menyambar bahu kakaknya dan
menarik, tetapi Percy bergeming. “Percy, kau tak bisa melakukan
apa-apa baginya! Kita akan-“ Hermione menjerit, dan Harry,
berpaling, tidak perlu bertanya kenapa. Seekor laba-laba raksasa
seukuran mobil kecil sedang berusaha memanjat masuk melewati
lubang besar di dinding: salah satu keturunan Aragog telah ikut
meramaikan pertempuran. (841)

101. Suasana Menegangkan


“AYO KITA PERGI!” Harry berteriak, dan dia, Ron, dan Hermione
memegangi Jubah erat-erat di sekeliling mereka dan berlari, kepala
menunduk, menyeruak di antara mereka yang bertarung, sedikit
terpeleset lendir Snargaluff, menuju puncak tangga pualam ke Aula
Depan. (849)

102. Suasana Menakutkan dan Menegangkan


Jeritan-jeritan ngeri memecah udara: para petarung bertebaran, baik
Pelahap Maut maupun pejuang Hogwarts, dan sambaran cahaya
merah dan hijau beterbangan ke tengah monster-monster yang
merangsek maju, bergetar dan mendompak, jauh lebih mengerikan
daripada sebelumnya. (851)

103. Suasana Menakutkan


“Bunuh,” Terdengar jerit mengerikan. Harry melihat wajah Snape
yang memang sudah pucat kehilangan warna, wajahnya pucat pasi
sementara mata hitamnya melebar, ketika gigi-gigi taring si ular
menembus lehernya, ketika dia gagal mendorong kurungan sihir
lepas darinya, ketika lututnya lemas, dan dia terjatuh ke lantai. (865)

104. Suasana Sedih


Sebuah botol, disihir dari ketiadaan, disorongkan ke tangannya yang
gemetar oleh Hermione. Harry memasukkan zat keperakan itu ke
dalamnya dengan tongkat sihirnya. Ketika botol itu sudah penuh, dan
Snape sepertinya sudah kehabisan darah, cengkeramannya pada
jubah Harry mengendur. “Tatap... lah... aku...” dia berbisik. (866)

105. Suasana Perasaan (Putus Asa)


Aula Besar serasa terbang pergi, menjadi lebih kecil, mengkeret,
ketika Harry mundur dari ambang pintu.. Dia tidak bisa menarik
napas. Dia tak tahan melihat tubuh-tubuh yang lain, melihat siapa
lagi yang telah mati baginya. Dia tak sanggup bergabung dengan
keluarga Weasley, tak mampu memandang mata mereka, karena
seandainya dia telah menyerah dari awal, Fred mungkin tidak akan
mati... (871)

106. Suasana Perasaan (Marah)


“Kau menolak memberitahuku segalanya, tapi kau mengharapkan
jasa kecil itu dariku!” gertak Snape, dan kemarahan berkobar di
wajah kurusnya sekarang. (902)

107. Suasana Perasaan (Putus Asa)


Kalau saja dia bisa mati pada malam musim panas ketika dia
meninggalkan Privet Drive nomor empat untuk terakhir kalinya,
ketika tongkat sihir bulu phoenix yang mulia menyelamatkannya!
Kalau saja dia bisa mati seperti Hedwig, begitu cepat sampai dia tak
menyadari kematian sudah terjadi! Atau kalau saja dia bisa melempar
diri ke depan tongkat sihir untuk menyelamatkan orang yang
dicintainya... dia iri bahkan terhadap kematian orangtuanya sekarang.
Perjalanan berdarah dingin ke kebinasaannya sendiri akan menuntut
jenis keberanian yang lain. (911)

108. Suasana Perasaan (Putus Asa)


Dia bisa merasakan dinginnya, dan dia tak yakin dia akan sanggup
melewati mereka dengan selamat. Dia tak punya sisa kekuatan lagi
untuk memanggil Patronus. Dia tak sanggup lagi mengontrol
gemetarnya. Ternyata, mati tidak begitu mudah. Setiap detik yang
dinapaskannya, bau rerumputan, sapuan udara dingin pada wajahnya,
sangatlah berharga: memikirkan bahwa orang punya bertahun-tahun,
waktu untuk disia-siakan, begitu banyak waktu sehingga rasanya
lamban sekali berlalu, dan dia berpegang erat pada setiap detik
waktunya. Pada saat bersamaan dia berpikir dia tak sanggup lagi
terus, namun dia tahu dia harus terus. Permainan panjang ini telah
berakhir, Snitch-nya telah ditangkap, sudah waktunya meninggalkan
angkasa...(919)

109. Suasana Perasaan Haru


“Aku juga menyesal,” kata Lupin. “Menyesal aku tidak akan pernah
mengenalnya... tetapi dia akan tahu kenapa aku mati dan kuharap dia
akan mengerti aku sedang berusaha menciptakan dunia tempat dia
bisa menjalani hidup yang lebih berbahagia.” (922)

110. Suasana Perasaan (Takut dan Pasrah)


Tak seorang pun bicara. Mereka tampaknya sama takutnya seperti
Harry, yang jantungnya sekarang melempar diri ke rusuknya seolah
bertekad kabur dari tubuh yang akan ditinggalkannya. Tangannya
berkeringat ketika dia menarik Jubah Gaib dan menjejalkannya di
balik jubahnya, bersama tongkat sihirnya. Dia tak ingin tergoda
untuk melawan. (926)

111. Suasana Perasaan (Tegang dan Takut)


Harry tidak tahu siapakah yang disuruh memeriksanya. Dia hanya
bisa tergeletak di sana, dengan jantung berdebar keras berkhianat,
dan menunggu untuk diperiksa, namun pada saat bersamaan
menyadari, walau ini hanya sedikit menghibur, bahwa Voldemort
berhati-hati tidak mau mendekatinya, bahwa Voldemort mencurigai
segalanya tidak berlangsung sesuai rencana... (956)

112. Suasana Sedih


Suara Ron, Hermione, dan Ginny lebih parah dari pada suara
McGonagall. Tak ada yang lebih diinginkan Harry daripada
menyahuti mereka, namun dia memaksa dirinya terbaring diam, dan
jeritan-jeritan mereka beraksi seperti pemicu, kerumunan orang yang
selamat bereaksi, berteriak-teriak dan memekikkan makian kepada
para Pelahap Maut, (962)

113. Suasana Menegangkan


Kekacau-balauan terjadi. Para centaurus yang menyerbu membuat
Pelahap Maut berhamburan, semua kabur dari injakan kaki para
raksasa, dan makin dekat dan makin dekat bergemuruh bala bantuan
yang entah datang dari mana. (967)

114. Suasana Menegangkan


Masih tersembunyi di bawah Jubah Gaib, Harry terdesak ke Aula
Depan. Dia mencari Voldemort dan melihatnya di seberang ruangan,
meluncurkan serangan dari tongkat sihirnya sembari mundur ke Aula
Besar, masih meneriakkan instruksi-instruksi kepada pengikutnya
sambil meluncurkan kutukan ke kiri dan kanan Harry meluncurkan
lebih banyak Mantra Pelindung dan calon-calon korban Voldemort,
Seamus Finnigan dan Hannah Abbott, berlari melewatinya menuju
Aula Besar, tempat mereka bergabung dengan pertempuran yang
sudah berlangsung seru di dalamnya. (967)

115. Suasana Menegangkan


Mrs Weasley melempar mantelnya sambil berlari, membebaskan
lengannya. Bellatrix berputar di tempat, tertawa terbahak-bahak
melihat penantang barunya. “MINGGIR!” teriak Mrs Weasley
kepada ketiga gadis itu, dan dengan sapuan tangannya, dia mulai
berduel. Harry mengawasi dengan ngeri dan kegirangan sementara
tongkat sihir Molly Weasley menyabet dan memelintir, dan senyum
Bellatrix terputus, menjadi seringai geram. Kilatan cahaya
menyambar-nyambar dari kedua tongkat sihir, lantai di sekeliling
kaki mereka menjadi panas dan retak. Kedua wanita itu berduel
untuk membunuh. (970)

116. Suasana Bahagia dan Menegangkan


Teriakan shock, sorakan gembira, jeritan-jeritan dari semua sisi,
“Harry!” “DIA MASIH HIDUP” langsung, dipadamkan. Kerumunan
orang menjadi ketakutan dan mendadak Aula sunyi senyap ketika
Voldemort dan Harry saling pandang, dan mulai, pada saat
bersamaan, saling mengitari. (971-972)

117. Suasana Menegangkan


“Kebetulankah namanya ketika ibuku mati untuk
menyelamatkanku?” tanya Harry. Mereka masih bergerak
menyamping, keduanya, dalam lingkaran yang sempurna,
mempertahankan jarak yang sama dari yang lain, dan bagi Harry tak
ada wajah lain yang ada selain wajah Voldemort. “Kebetulan, ketika
aku memutuskan melawan di makam itu? Kebetulan, bahwa aku
tidak mempertahankan diri malam ini, dan masih selamat, dan
kembali untuk bertempur lagi?” (972-973)

118. Suasana Gembira dan Bahagia


Dan yang pertama mencapainya adalah Ron dan Hermione, dan
lengan-lengan merekalah yang memeluknya, teriakan-teriakan
mereka yang tak bisa dimengertilah yang memekakkan telinganya.
Kemudian Ginny, Neville, dan Luna di sana, dan kemudian semua
Weasley dan Hagrid, dan Kingsley dan McGonagall dan Flitwick dan
Sprout, dan Harry tak bisa mendengarkan sepatah kata pun yang
diteriakkan siapa pun, ataupun membedakan tangan siapakah yang
menyambarnya, menariknya, berusaha memeluk bagian mana saja
dari tubuhnya, ratusan orang mendesak, semuanya bertekad untuk
menyentuh Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup, alasan semuanya
selesai akhirnya. (981)

119. Suasana Perasaan (Bahagia, Senang, Sedih, dan Haru)


Dia harus bicara kepada mereka yang kehilangan, menggenggam
tangan mereka, menyaksikan air mata mereka, menerima ucapan
terima kasih mereka, mendengar berita yang sekarang merayap dari
segala pelosok, sementara pagi berlalu, bahwa orang-orang yang
terkena Kutukan Imperius di seluruh negeri sudah sadar kembali,
bahwa para Pelahap Maut kabur atau ditangkap, bahwa orang-orang
yang tak bersalah di Azkaban sedang dibebaskan saat itu juga, dan
bahwa Kingsley Shacklebolt telah diangkat sebagai pejabat
sementara Menteri Sihir... (982)

c. Tempat
1. Malfoy Manor
- "Telah kuberikan kebebasanmu, Lucius. Tidakkah itu cukup
bagimu? Tetapi kuperhatikan kau dan keluargamu belakangan
ini tidak bahagia... apanya dari keberadaanku di rumahmu yang
membuatmu tidak senang, Lucius?" (21)
- “Yang Mulia,” kata seorang wanita berkulit gelap yang duduk
di pertengahan meja, suaranya sesak terbebani emosi, “sungguh
suatu kehormatan Anda berada di sini, di rumah keluarga kami.
Tak ada kebahagiaan yang lebih besar.” (22)
- “Ini rumahku, Bella, kau tidak bisa memberi perintah di
rum-“(Narcissa) (611)

2. Privet Drive No 4
- Dia memandang berkeliling; bordes rumah di Privet Drive,
nomor empat, kosong. (27)
- Sekarang tinggal setumpuk tinggi koran di atas mejanya di
samping burung hantunya yang seputih salju: jumlahnya sama
dengan jumlah hari yang telah dilewatkan Harry di Privet Drive
musim panas ini. (30)
- Ketika sudah mendekati dasar tumpukan koran, Harry
memperlambat kerjanya, mencari satu edisi khusus yang dia
tahu tiba tak lama setelah dia kembali ke Privet Drive untuk
liburan musim panas. (31)
- Mereka sebetulnya tak berkomunikasi selama musim panas ini
ataupun musim panas lalu, karena Harry hanya kembali ke
Privet Drive sangat singkat dan berkurung terus di kamarnya.
(61)

3. The Burrow (Rumah Keluarga Weasly)


- “Kau akan pergi ke rumah orangtua Tonks. Begitu kau sudah
berada dalam batas mantra perlindungan yang kami pasang di
rumah mereka, kau akan bisa memakai Portkey ke The Burrow.
Ada pertanyaan?” (72)
- Beberapa detik kemudian kaki Harry terbanting ke tanah keras
dan dia jatuh terjungkal pada tangan dan lututnya di halaman
The Burrow. (96)
- Harry tidak berkata apa-apa. Dia sudah berusaha
mengesampingkan ketakutannya sejak tiba di The Burrow,(106)
- Anggota Orde yang lain sering bergabung untuk makan malam
sekarang, karena The Burrow telah meng- gantikan fungsi
Grimmauld Place nomor dua belas se- bagai Markas Besar.
(126)
- Dia tak bisa mengikuti lagi berapa banyak mantra pengamanan
telah dipasang di The Burrow baik oleh Orde maupun
Kementerian; yang diketahuinya hanyalah bahwa tak lagi
memungkinkan bagi siapa pun untuk langsung datang ke
tempat itu dengan sihir.
- Sisi negatifnya, The Burrow tidak dibangun untuk menampung
begitu banyak orang.
- Tamu-tamu ber- lari serabutan ke segala jurusan; banyak di
antaranya yang ber-Disapparate; mantra perlindungan di sekitar
The Burrow sudah pecah.

4. Tottenham Court Road


- "Tottenham Court Road," engah Hermione. (219)

5. Cafe kecil kumuh


- Mereka masuk ke sebuah kafe kecil kumuh yang buka semalam
suntuk. (223)

6. Grimmauld Place No 12
- "Dan bawa dia ke sini, ke Grimmauld Place," kata Harry. (268)
- Kehadiran dua Pelahap Maut di luar membuat suasana dalam
rumah nomor dua belas semakin tidak menyenangkan. Mereka
tak pernah mendengar kabar dari siapa pun di luar Grimmauld
Place sejak Patronus Mr Weasley, dan ketegangan sudah mulai
terasa. (271)
- Penghuni rumah nomor dua belas tidak pernah dilihat oleh
siapa pun di rumah-rumah di sekelilingnya, dan rumah nomor
dua belas itu sendiri pun tidak. Para Muggle yang gagal di
Grimmauld Place sudah lama menerima kekeliruan yang lucu
dalam penomoran rumah yang menyebabkan rumah nomor
sebelas terletak bersebelahan dengan rumah nomor tiga belas.
(298)
- Nyaris tak ada hari berlalu tanpa satu atau dua orang datang di
Grimmauld Place tanpa tujuan lain,(299)

7. Kementerian Sihir
- "Kau sadar, kan, bahwa mungkin tak ada tempat lain di seluruh
dunia ini yang lebih berbahaya bagi kita daripada
Kementerian-" "Kurasa kita harus melakukannya besok pagi,"
kata Harry. (307)

8. Hutan Piala Dunia Quidditch


- “Di hutan tempat mereka menyelenggarakan Piala Dunia
Quidditch,” jawab Hermione. (362)

9. Hutan Forest Of Dean


- “Forest of Dean,” katanya. “Aku pernah berkemah di hutan ini
sekali, dengan ibu dan ayahku.” (484)

10. Panti Asuhan Di London


- Tanpa petunjuk lain, mereka pergi ke London dan, tersembunyi
di bawah Jubah Gaib, mencari panti asuhan tempat Voldemort
dibesarkan. (386)

11. Danau Di Skotlandia


- di pulau mungil di tengah danau Skotlandia, tempat salju
separo memendam tenda mereka di malam hari. (419)

12. Godric’s Hollow


- Dia sebentar lagi akan pulang, kembali ke tempat di mana dia
pernah memiliki keluarga. Di Godric’s Hollowlah, (426)
- Harry akan dengan senang hati berangkat ke Godric’s Hollow
hari berikutnya (427)
- Mereka merencanakan ber-Apparate ke desa itu dalam
lindungan kegelapan, (427)

13. Desa Ottery St Catchpole Rumah Keluarga Lovegood


- Mereka bisa melihat jelas desa Ottery St Catchpole dari sisi
bukit berangin, (526)
- Sebuah rumah yang sangat aneh menjulang lurus ke langit,
silinder besar, hitam, dengan bulan pucat menggantung di
belakangnya di langit senja. “Itu pasti rumah Luna, siapa lagi
yang akan tinggal di tempat seperti itu? Kelihatannya seperti
rook raksasa!” (527)

14. Shell Cottage Pondok Kerang


- "Rumah Bill dan Fleur," kata Ron. "Shell Cottage di daerah
pinggiran Tinworth!" (618)
- “Pergilah, kalian berdua! Kita bertemu lagi di rumah Bill dan
Fleur.” (619)
- Selewat kira-kira semenit, dia sadar mereka ternyata telah tiba
di tempat yang benar, karena Bill dan Fleur, Dean dan Luna,
berkerumun mengelilinginya, sementara dia masih berlutut di
sisi si peri-rumah. (630
- Pondok Bill dan Fleur berdiri sendirian di atas bukit karang,
menghadap ke laut, dinding-dindingnya ditempeli kerang-
kerang dan dilabur. (663)

15. Diagon Alley


- Berkonsentrasi sekuat tenaga pada Leaky Cauldron, losmen
yang merupakan jalan masuk ke Diagon Alley. (692)
- Akhirnya membentuk jalan masuk melengkung menuju jalan
sempit bertatah batu yang adalah Diagon Alley. (693)
- Masuknya mereka ke Diagon Alley tak bisa lebih mencolok
daripada itu. (694)

16. Bar di Leaky Cauldron


- Berkonsentrasi sekuat tenaga pada Leaky Cauldron, losmen
yang merupakan jalan masuk ke Diagon Alley. (692)
- Bar di Leaky Cauldron hampir kosong. (692)

17. Gringotts
- "Aku perlu ke Gringotts," kata Hermione. (697)
- Hermione tak punya pilihan lain kecuali melangkah di
sebelahnya dan menyusuri jalan berbatu berliku-liku menuju ke
tempat Gringotts yang seputih salju berdiri menjulang di atas
toko-toko kecil lainnya. (697)
- Gringotts tampak seperti tempat yang mengagumkan hari itu,
(699)

18. Hogsmeade
- "Kita akan ke Hogsmeade," kata Harry, (730)
- Dia melihat jalan raya Hogsmeade yang sudah sangat
dikenalnya. (731)
- Dalam cahaya sebatang lilin yang bergoyang, bar Hog’s Head
yang kumuh dengan serbuk gergaji bertebaran (735)
- Yang sekarang Harry kenali sebagai pelayan bar Hog’s Head,
adalah satu-satunya yang tidak memakai kerudung kepala.
(735)

19. Sekolah Hogwarts


- "Kami tidak akan pergi," kata Harry. "Kami harus ke
Hogwarts." (740)
- “Sudah berapa lama terowongan ini di sini?” Ron bertanya,
sambil berjalan. “Ini tidak ada di Peta Perampok, kan, Harry?
Kupikir Cuma ada tujuh lorong untuk keluar-masuk sekolah!”
(755)
- “Tapi,” kata Ron, benar-benar bingung, “bukankah- bukankah
kita sedang menuju Hogwarts?” (760)

20. Kamar Kebutuhan


- Harry melihat singa emas Gryffindor menghiasi panji- panji
merah darah; musang hitam Hufflepuff pada panji-panji
kuning, dan elang perunggu Ravenclaw pada panji-panji biru.
Hanya warna perak dan hijau Slytherin yang absen. Ada rak-rak
buku yang penuh sesak berisi buku, beberapa sapu disandarkan
ke din- ding, dan di sudut, sebuah radio besar berkerangka
kayu. “Di mana kita?”
“Kamar Kebutuhan, tentu saja!” kata Neville. (761)

21. Ruang Rekreasi Ravenclaw


- Ruang rekreasi Ravenclaw yang kosong adalah ruangan besar
berbentuk bundar, lebih luas dan lebih berangin daripada ruang
mana pun yang pernah dilihat Harry di Hogwarts. (773)

22. Shrieking Shack


- "Dia di Shrieking Shack. Ular itu bersamanya, ada semacam
perlindungan sihir di sekelilingnya. Dia baru saja mengirim
Lucius Malfoy untuk mencari Snape."
"Voldemort duduk-duduk di Shrieking Shack?" kata Hermione,
berang. "Dia tidak-dia bahkan tidak ikut bertempur?" (846)

23. Kantor Kepala Sekolah


- Harry berlari tanpa berhenti, menggenggam botol kristal berisi
pikiran-pikiran terakhir Snape, dan dia tidak memperlambat
larinya sampai tiba di depan gargoyle batu yang mengawal
kantor Kepala Sekolah. (872)

24. Hutan Terlarang Hogwarts.


- Harry berjalan terus, dan sekarang dia tiba di tepi Hutan, dan
dia berhenti. (918)

25. Peron Sembilan Tiga Perempat, Stasiun King’s Cross


- “Kelihatannya,” katanya perlahan, “seperti Stasiun King’s
Cross. Hanya saja ini jauh lebih bersih, dan kosong, dan tak ada
kereta api sejauh yang saya lihat.”
“Stasiun King’s Cross!” Dumbledore terkekeh geli. (939)
- “Oh, ya,” Dumbledore tersenyum kepadanya. “Kita berada di
King’s Cross, katamu? Kukira kalau kau memutuskan tidak
akan kembali, kau akan bisa... kita katakan saja... naik kereta
api.” (952)
- Alih-alih tabrakan, keluarga itu muncul di peron sembilan tiga
perempat, yang kabur oleh tebalnya asap putih yang
membubung dari Hogwarts Express yang berwarna merah tua.
(993)

D. ALUR
Alur cerita dari novel “Harry Potter dan Relikui Kematian adalah campuran.
Karena urutan waktu dalam novel berawal dari permulaan tahun ke 7 Harry di sekolah
sihir Hogwart, dan di bagian buku menuju akhir ada bagian Harry Potter melihat
kenangan masa lalu Snape, lalu cerita berlanjut lagi sampai 19 tahun kemudian.

1. Pengenalan
Orde Phoenix diatur untuk memindahkan Harry ke lokasi
baru sebelum dia dapat dilacak karena berusia tujuh belas tahun.
Mereka diserang oleh Pelahap Maut dan Mad-Eye dibunuh.

2. Timbul Masalah
Pada perayaan pernikahan Fleur dan Bill, mereka menerima
kabar bahwa Kementerian Sihir telah jatuh ke tangan Voldemort dan
pestanya diserang. Harry, Ron, dan Hermione menguap dan akhirnya
melarikan diri ke rumah tua Sirius Black. Ini menandai kepergian
mereka dari dunia normal dan dimasukkan ke dalam konflik utama:
menemukan dan menghancurkan horcrux agar mampu mengalahkan
Voldemort.

3. Konflik
Harry, Ron, dan Hermione mengetahui bahwa profesor lama
mereka, Dolores Umbridge, memiliki horcrux pertama yang mereka
cari. Mereka harus menyusup ke Kementerian Sihir untuk
mendapatkan horcrux tersebut, dan mereka berhasil. Namun, mereka
tidak punya cara untuk menghancurkannya, dan karena kekuatan
gelap horcrux, teman-teman berdebat, berakhir dengan Ron
menghilang karena marah. Segalanya tampaknya bertentangan
dengan Harry—terutama setelah pergi ke tempat kelahirannya,
Godric’s Hollow, di mana dia diserang oleh ular Voldemort, Nagini,
yang menyamar sebagai Bathilda Bagshot dan tongkatnya patah saat
melarikan diri dari Harry. Ular—tapi kemudian Patronus berbentuk
rusa betina muncul. Patronus membawanya ke pedang Gryffindor
tempat Ron menemukannya. Mereka menghancurkan horcrux
pertama.

4. Klimaks
Harry, Ron, dan Hermione ditangkap oleh Penjambret dan
dibawa ke Malfoy Manor. Harry dan Ron dipenjara sementara
Bellatrix Lestrange menyiksa Hermione untuk mengetahui
bagaimana dia, Harry, dan Ron mendapatkan pedang Gryffindor.
Mereka berhasil melarikan diri, dengan bantuan Dobby, yang
meninggal saat menyelamatkan mereka. Harry mengubur Dobby
tanpa menggunakan sihir, dan segera menyadari bahwa dia harus
membobol bank Gringotts untuk menemukan horcrux yang dia yakin
ada di brankas Bellatrix Lestrange. Melihat betapa mustahilnya
membobol Gringotts, Harry membuat kesepakatan dengan Griphook
—seorang goblin yang pernah bekerja di Gringotts dan yang dibantu
Dobby untuk melarikan diri dari penjara di Malfoy Manor. Harry,
Ron, dan Hermione bersama Griphook membobol brankas Bellatrix
Lestrange di Gringotts. Mereka menemukan horcux yang mereka cari
dan nyaris tidak bisa melarikan diri dari bank dengan nyawa mereka.
Dalam sebuah penglihatan, Harry melihat bahwa Voldemort sekarang
memahami rencana Harry, dan mengetahui bahwa horcrux lain ada di
Hogwarts.

5. Penyelesaian
Banyak hal yang terjadi di akhir buku ini karena tidak hanya
menyelesaikan konflik yang ada di buku ini, tetapi juga mengungkap
kebenaran subplot yang telah kita lihat di semua buku. Harry, Ron,
dan Hermione tiba di Hogwarts. Para guru mengusir Snape dari
sekolah untuk memberi Harry waktu untuk menemukan horcrux, dan
Voldemort serta para pengikutnya menyerang sekolah. Harry
kemudian berangkat ke perkemahan Voldemort, di mana dia
menyaksikan Snape sekarat karena Voldemort membunuhnya untuk
menjadikan Tongkat Elder benar-benar miliknya. Snape kemudian
memberi Harry kenangan untuk dilihat dalam pensieve. Harry
mengetahui kebenaran tentang Snape: bahwa dia tidak membunuh
Dumbledore dan bahwa dia telah melindungi Harry selama ini. Harry
mengetahui bahwa dia sendiri adalah horcrux dan harus mati untuk
menjadikan Voldemort fana. Dalam perjalanan ke Voldemort, Harry
memberitahu Neville Longbottom untuk membunuh Nagini, horcrux
terakhir yang diketahui.

Begitu Harry berhadapan langsung dengan Voldemort, dia


membiarkan dirinya dibunuh. Setelah berbicara dengan Dumbledore
di jalur antara hidup dan mati—lokasi seperti mimpi yang terlihat
seperti Stasiun Kings Cross—Harry memutuskan untuk kembali ke
kehidupan orang hidup. Percaya bahwa Harry sudah mati, Voldemort
memperlihatkan tubuhnya di depan temannya di Hogwarts. Neville
membunuh Nagini, membuat Voldemort rentan. Harry menunjukkan
dirinya, hidup, dan terlibat dalam duel terakhir antara dirinya dan
Voldemort. Melihat bagaimana Tongkat Elder sebenarnya bukan
milik Voldemort karena Snape tidak membunuh Dumbledore—tuan
tongkat sihir sebelumnya—melainkan milik Draco Malfoy yang
melucuti senjata Dumbledore pada malam sang Kepala Sekolah
meninggal dan sekarang, pada gilirannya, menjadi milik Harry yang
melucuti senjata Draco Malfoy di Malfoy Manor di awal cerita.

Voldemort mencoba kutukan pembunuh, tapi Tongkat Elder


menolak untuk bertindak melawan Harry, yang merupakan master
sebenarnya dari tongkat itu. Kutukan itu memantul kembali dan
malah membunuh Voldemort. Setelah pertempuran dimenangkan,
Harry menggunakan Tongkat Elder untuk memperbaiki tongkat
aslinya yang rusak dalam pertarungan melawan Nagini di rumah
Bathilda Bagshot, dan mengatakan bahwa dia akan mengembalikan
tongkat itu ke makam Dumbledore, di mana tongkat itu mungkin
hilang dari sejarah. Sebuah epilog kemudian menunjukkan Harry dan
yang lainnya mengirim anak-anak mereka ke Hogwarts.

E. SUDUT PANDANG
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, serba tahu, karena didalam novel
penulis hanya menceritakan dengan jelas dan sangat tahu kejadian para tokoh tetapi
tidak memasukkan dirinya didalam cerita tersebut. Jadi, penulis hanya sekedar
bercerita orang lain diluar dirinya.

F. GAYA BAHASA
Gaya penulisan mudah untuk dipahami. tidak banyak kata-kata kiasan dan
majas. Penulis menggunakan bahasa Inggris kuno untuk mantra-mantra sihir.

G. AMANAT
Kita sebagai manusia harus berani untuk rela berkorban demi keluarga, Kita
juga harus menyayangi dan peduli kepada mereka yang selalu ada untuk kita, serta
berani melindungi mereka dalam kebenaran atau kebaikan.

UNSUR EKTRINSIK
1. LATAR PENGARANG
Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling (lahir 31 Juli 1965 di Chipping
Sodbury, dekat Bristol, Inggris). Ia menjadi sorotan kesusasteraan internasional pada
tahun 1999 saat tiga seri pertama novel remaja Harry Potter mengambil alih tiga tempat
teratas dalam daftar "New York Times best-seller" setelah memperoleh peringkat yang
sama di Britania Raya. Kemudian, saat seri ke-4, Harry Potter dan Piala Api diterbitkan
pada bulan Juli tahun 2000, scri ini menjadi buku paling laris penjualannya dalam sejarah.
Sebagai seorang lulusan Universitas Exeter, Rowling pindah ke Portugal pada
tahun 1990 untuk mengajar Bahasa Inggris. Di sana ia menikah dengan seorang wartawan
Portugis. Anak perempuannya, Jessica dilahirkan pada tahun 1993. Setelah perkawinan
pertamanya berakhir dengan perceraian, Rowling pindah ke Edinburgh bersama dengan
anaknya. Rowling menghadapi masalah untuk menghidupi keluarganya. Semasa hidup
dalam kesulitan, Rowling mulai menulis sebuah buku.
Ia mendapat ide tentang penulisan buku ini sewaktu dalam perjalanan menaiki
kereta api dari Manchester ke London pada tahun 1990. Saat tiba di Stasiun King's Cross,
sosok penyihir cilik yang kurus kering, berambut hitam, dan berkacamata itu telah
tergambar jelas di depan matanya. Tokoh-tokoh pendukung lain pun telah terbayang
dalam imajinasinya. Selama lima tahun berikutnya ia menyusun kerangka setiap buku
sambil menulis buku pertamanya, Harry Potter and the Philosopher's Stone. J.K. Rowling
yang pada saat itu merupakan seorang single parent sempat mengalami kesulitan dalam
hidup kemudian mengambil inisiatif untuk menjadikan Harry Potter sebagai inspirasi
hidupnya. Setelah beberapa kali ditolak, Rowling berhasil menjual buku Harry Potter dan
Batu Bertuah untuk jumlah sebanyak $4000.
Menjelang musim panas pada tahun 2000, tiga buku pertama Harry Potter: Harry
Potter dan Batu Bertuah, Harry Potter dan Kamar Rahasia, dan Harry Potter dan Tawanan
Azkaban telah memperoleh keuntungan lebih kurang 480 juta dolar Amerika Serikat
dalam masa tiga tahun dengan cetakan 35 juta naskah dalam 35 bahasa. Pada Juli 2000,
Harry Potter dan Piala Api telah dicetak untuk pertama kalinya sebanyak 5.3 juta naskah
dengan pesanan tambahan sebanyak 1.8 juta naskah. Buku kelimanya, Harry Potter dan
Orde Phoenix telah mulai dipasarkan pada 21 Juni 2003, serentak di seluruh dunia setelah
lebih kurang 3 tahun buku keempat diterbitkan. Buku keenam, Harry Potter dan Pangeran
Berdarah-Campuran juga telah diluncurkan secara resmi pada 16 Juli 2005.
Harry Potter and the Sorcerer's Stone telah dibuat film yang mulai tayang pada 16
November 2001. Pada awal minggu pembukaannya di Amerika Serikat, telah
memecahkan rekor dengan keuntungan sekitar 93,5 juta dolar Amerika Serikat (20 juta
dolar lebih banyak dari pemegang rekor terdahulu yaitu film The Lost World: Jurassic
Park (1999). Sekuel film seri ini, Harry Potter and the Chamber of Secrets, mulai
ditayangkan pada 15 November 2002 dan menjadi film ketiga untuk pembukaan ujung
minggu terbaik dalam sejarah pecah panggung. Film ketiga, Harry Potter and the Prisoner
of Azkaban telah mulai ditayangkan pada 4 Juni 2004.
Penghujung Desember 2001, Rowling menikah dengan Dr. Neil Murray di
Skotlandia. Anak kedua dan anak lelaki pertama mereka, David Gordon Rowling Murray,
dilahirkan pada 24 Maret 2003, di Royal Infirmary, Edinburgh. Setelah mengumumkan
buku keenam seri Harry Potter, Rowling melahirkan anak perempuan, Mackenzie Jean
Rowling Murray pada 23 Januari 2005. Kini, J.K. Rowling telah mulai mengarang buku
ketujuh, Harry Potter and the Deathly Hallows yang merupakan akhir dari seri Harry
Potter.
Perempuan kelahiran 31 Juli 1965 itu, terhitung telah menulis tujuh novel Harry
Poter. Buku kelimanya, Harry Potter and the Order of the Phoenix (2003), menyusul
Harry Potter and the Half-Blood Prince (2005) dan Harry Potter and the Deathly Hallows
(2007). Rowling menjadi sangat beruntung, setelah keseluruhan edisi bukunya diproduksi
dalam bentuk layar lebar. Dan keseluruhannya merengkuh kesuksesan yang luar biasa.

Berikut data lengkap tentang Joanne Kathleen Rowling


Nama Lengkap: Joanne Kathleen Rowling
Lahir: Chipping Sodbury, 31 Juli 1965
Profesi : Penulis Novel Harry Potter
Suami Dr. Neil Murray (suami kedua)
Anak:
Jessica (dari suami pertama)
David Gordon Rowling Murray
Mackenzie Jean Rowling Murray
Pendidikan Terakhir: Lulusan Universitas Exeter

Karir:
Staf Pengajar Bahasa Inggris di Portugal (1990)
Penulis Novel Harry Potter Seri Ke 1-6 (Harry Potter dan Batu Bertuah, Harry Potter dan
Kamar Rahasia, Harry Potter dan Tawanan Azkaban, Harry Potter dan Piala Api. Harry
Potter dan Orde Phoenix, serta Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran)

2. SUDUT PANDANG PENGARA


Rowling menghadapi masalah untuk menghidupi keluarganya. Semasa hidup
dalam kesulitan, Rowling mulai menulis sebuah buku. Ia mendapat ide tentang penulisan
buku ini sewaktu dalam perjalanan menaiki kereta api dari Manchester ke London pada
tahun 1990. Saat tiba di Stasiun King’s Cross, sosok penyihir cilik yang kurus kering,
berambut hitam, dan berkacamata itu telah tergambar jelas di depan matanya. Tokoh-
tokoh pendukung lain pun telah terbayang dalam imajinasinya. Selama lima tahun
berikutnya ia menyusun kerangka setiap buku sambil menulis buku pertamanya, Harry
Potter and the Philosopher’s Stone.

3. NILAI NILAI YANG TERKANDUNG

A. Nilai Moral
1. Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kita bisa mengubah masa depan
2. Kadang-kadang kita harus menghadapi ketakutan terbesar kita untuk
mendapatkan hal paling yang kita inginkan
3. Teman sejati akan menghadapi masalah bersama kita
4. Hadapi masalahmu sendiri dengan lapang dada.
5. Jangan menilai seseorang dari tampilan luarnya.
6. Kita harus bisa memilih antara kebaikan dan kejahatan.

B. Nilai Politik
Dalam novel "Harry Potter and the Deathly Hallows," terdapat banyak nilai
politik yang dapat ditemukan. Salah satunya adalah tema perlawanan terhadap
kekuasaan yang otoriter dan penindasan. Novel ini juga menyoroti isu-isu seperti
diskriminasi, hak asasi manusia, dan perjuangan melawan ketidakadilan. Selain itu,
terdapat juga tema tentang persatuan dan solidaritas dalam menghadapi ancaman yang
besar. Melalui cerita-cerita ini, pembaca dapat memetik pelajaran tentang pentingnya
memperjuangkan keadilan dan kesetaraan dalam masyarakat.

C. Nilai sosial
Novel "Harry Potter and the Deathly Hallows" mengandung banyak nilai
sosial, seperti persahabatan, keberanian, pengorbanan, dan perlawanan terhadap
ketidakadilan. Kisah ini juga menyoroti isu-isu sosial seperti diskriminasi, kekuasaan,
dan persahabatan.

D. Nilai Budaya
Novel ini masih mempunyai kepercayaan tentang penyihir hitam ini
dibuktikan dengan banyak orang-orang yang tidak mau menyebut nama penyihir yang
paling ditakuti didunia sihir yaitu Voldemort.

E. Nilai Agama
Sekalipun agama bukan bagian terang-terangan dari Harry Potter, gambaran
keagamaan dalam Relikui Kematian sulit untuk diabaikan. Seperti yang diketahui
oleh para penggemar Potter, Harry mengetahui bahwa dia adalah salah satu Horcrux
milik Voldemort dan menerima bahwa dia harus mati untuk mengalahkan penguasa
kegelapan. Setelah Voldemort melemparkan kutukan pembunuhan, Harry kembali
hidup bebas dari jiwa Voldemort dan mengakhiri pertempuran untuk selamanya.
Kesamaan dengan kisah Yesus dan pengorbanannya yang mulia membuat Harry
menjadi sosok Kristus yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai