Anda di halaman 1dari 3

Nama novel : Harry Potter And The Sorcerer's Stone

Penulis : J.K Rowling


Pengulas : Mikhael Kristian Warsito
NIM : 2210116310003

Sinopsis :
Kisah ini diawali dengan bayi Harry yang di sengaja ditinggalkan di depan rumah
kerabatnya oleh Profesor Dumbledore, Profesor McGonagal dan Hagrid. Keanehan muncul
saat Harry bersama keluarga pamannya Vernon dan Petunia Dursley sengaja berkunjung ke
kebun binatang. Harry tidak sengaja menyadari bahwa ia dapat berbicara dengan ular dan
membuat kaca penghalang ular itu hilang.
Hingga suatu hari Harry mulai mendapatkan surat yang berasal dari Hogwarts School
of Witchcraft and Wizardry. Tak senang akan hal ini, Paman Harry membawanya pindah ke
tempat antah berantah, namun tepat di ulang tahunnya Harry dijemput langsung oleh Hagrid.
Ia membantu Harry untuk menyiapkan segala keperluan untuk sekolahnya di Diagon Alley.
Harry kaget ternyata orang tuanya meninggalkan begitu banyak harta untuknya di Bank
Gringotts. Selain itu ia juga mengambil suatu barang dari salah satu brankas, menurut Hagrid
itu adalah hal rahasia. Mengingat itu hari ulang tahun Harry, Hagrid memberikannya kado
berupa burung hantu. Harry juga membeli tongkat sihir di Ollivander, Tempat dijualnya
tongkat shiri.
Uniknya Harry dipilih oleh tongkat khusus yang ternyata kakak dari pemilik tongkat
itu yang memberikan ia bekas luka di dahinya. Harry Pertama, Harry bertemu dengan anak
lain yang bernama Ronald Weasley yang identik dengan rambut merahnya. Tak hanya Ron,
Harry juga bertemu dengan anak perempuan lainnya yang bernama Hermione Granger. Meski
dikenal sebagai “The Boy Who Live” ternyata kehidupan sekolah Harry tidaklah semulus
yang diharapkan.
Pasalnya sejak awal sekolah, Harry sudah memiliki musuh yaitu Draco Malfoy yang
selalu meremehkannya. Belum lagi Harry yang belum terbiasa untuk hidup dan bergaul
bersama para penyihir, hingga ia merasa terintimidasi oleh Profesor Snape. Berkat
rekomendasi Profesor McGonagall, Harry berhasil masuk ke dalam tim Quidditch Gryffindor
sebagai Seeker.
Menjadi Seeker termuda, Harry berhasil membawa kemenangan pertamanya untuk
Gryffindor meski ia harus terluka karena sapunya disihir oleh Snape. Beralih dari hal itu
suatu malam Harry, Ron dan Hermione tidak sengaja masuk ke ruangan terlarang di
Hogwarts. Mereka menemukan Fluffy anjing berkepala tiga yang sedang menjaga sebuah
pintu di bawah kakinya.
Hal menakutkan muncul saat Profesor Quirrell berlari dan berteriak di aula besar
bahwa trolls terlepas. Harry dan Ron yang menyadari bahwa Hermione masih di toilet wanita
bergegas mendatanginya, namun sang trolls sudah berada di sana. Harry dan Ron pun
melawan trolls itu berbekal dengan mantra sederhana yang dipelajari mereka.
Harry akhirnya menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengincar batu bertuah
yang pernah ia ambil bersama Hagrid di bank. Harry berpikir bahwa Profesor Snape berada
dibalik hal ini untuk menghidupkan lagi Voldemort. Mereka bertiga kembali ke ruangan
terlarang dan melihat bahwa Fluffy tertidur karena harpa yang disihir.
Setelah masuk ke ruangan itu mereka di lilit oleh tanaman akar hingga melakukan
pertandingan catur penyihir yang brutal. Namun hal mengejutkan muncul saat Harry akhirnya
sadar bahwa bukan Snape tapi Quirrell yang mencoba mengambil batu tersebut. Di belakang
kepala Quirrell ternyata ada wajah Voldemort dan ia mengatakan untuk harry bercermin
untuk melihat dimana batu itu.
Saat Harry berbohong, Voldemort memerintahkan Quirrell untuk membunuhnya.
Namun tubuh Quirrell berubah menjadi abu setelah disentuh oleh Harry. Hingga jiwa
Voldemort bangkit dari abu itu dan lari menembus tubuhnya dan ia pun pingsan. Harry, Ron,
Hermione akhirnya selamat dan bisa kembali bersekolah seperti semula.
Dumbledore juga mengatakan bahwa alasan Harry bisa membutuh Quirrell dengan
sentuhannya karena cinta. Cinta yang diberikan ibunya untuk Harry saat menyelamatkannya
dari Voldemort lah yang membunuh orang itu. Harry akhirnya memiliki keluarga dan rumah
barunya ketika ia berada di Hogwarts.

Resensi saya terhadap novel tersebut :


Sejujurnya ini bukanlah kali pertama saya menonton Harry Potter and The
Philosopher's Stone. Bisa dikatakan bahwa saya sudah membaca atau menonton film ini lebih
dari 10x sejak saya masih remaja. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa film pertama Harry
Potter ini memang membuat saya terkesan, sampai saya mencoba membaca novelnya.
Pasalnya novel ini berhasil memberikan gambaran bagaimana para penyihir muda hidup dan
belajar. Meski bentuk novel dan filmnya bisa terbilang agak berbeda, saya masih merasakan
gambaran tersebut.
Saya sangat menyukai bagaimana novel ini menjadi tuntunan yang sempurna bagi
para pembacanya untuk mengetahui kehidupan para penyihir. Novel ini benar-benar
mengulas setiap detailnya dengan sangat baik dan sangat jelas. Karena saya merasa sedang
melihat satu sekolah yang sedang mempromosikan program dan kelas-kelasnya.
Mulai dari Harry yang menyiapkan segala keperluannya, datang ke bank Gringotts
yang dipenuhi dengan goblin arogan. Lalu berbelanja keperluan sekolah di Diagon Alley,
membeli tongkat sihir di Ollivander, lalu bersiap untuk pergi ke asrama bersama teman-teman
di peron 9 ¾. Jujur saya suka bagaimana Chris Columbus menunjukkan bahwa para penyihir
sama-sama sibuknya di tahun ajaran baru.
Memasuki sekolah, kita dimanjakan dengan berbagai pengalaman magical di sekolah
yang megah. Langit-langit ruang makan yang terlihat seperti langit sungguhan dengan aksen
lilin, hiasan halloween hingga salju yang turun. Tentu saja setiap sekolah memiliki misteri
tersendiri, begitu pula dengan dari Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry karena
terdapat para hantu yang jenaka.
Jujur saja, Harry Potter and The Philosopher's Stone ini membuat banyak anak pasti
ingin menjadi penyihir. Bukan karena bisa bermain sihir tapi karena bisa bersekolah di
sekolah seperti Hogwarts yang terlihat begitu menyenangkan. Ini benar-benar bisa membuat
anak-anak kecil mengganti cita-citanya dari polisi atau dokter menjadi seorang penyihir
seperti Harry, Ron atau Hermione.
Kelebihan dari novel tersebut beberapa sudah saya sampaikan di atas, saya cukup
terkejut karena melihat novel dan film yang cukup mirip alurnya, bisa dibilang kerja sama
antara sutradara dengan penulis begitu baik. Banyak latar atau tempat yang unik dan tidak
bisa ditemui di dunia nyata, meski begitu ada beberapa tempat yang terinspirasi dari salah
satu kota di Eropa.
Novel ini membawa anak-anak ingin menjadi seorang penyihir, ditambah dalam novel
terdapat mantra-mantra yang sudah diucapkan banyak orang sekedar untuk seru-seruan
bersama teman. Ada makna yang terkandung dalam novel ini meski tersirat, yaitu tidak
boleh menyerah dalam keadaan apapun termasuk pembullyan. Selalu percaya dirilah karena
bisa saja diri sendiri menjadi terbaik di antara yang terbaik lainnya.

Kekurangan dari novel ini adalah masih banyak alur yang sulit dipahami dan terlihat
membingungkan. Beberapa tokoh ada yang muncul, namun sedikit mengganggu alurnya
cerita. Ada beberapa alur yang cukup sadis atau menyeramkan, jadi ketika saya membacanya
saya tidak ada bayangan visual dari tokoh yang berada di alur tersebut. Namun, ketika saya
menonton filmnya, adegan tersebut tidak dimasukkan ke dalamnya.
Meski memiliki halaman yang cukup panjang, novel Harry Potter series ini cukup
membangun alur yang baik, hanya saja ketika saya baca kembali menuju halaman terakhir
ada beberapa paragraf susah dipahami oleh saya. Entah, saya yang tidak bisa memahami atau
kalimat tersebut yang benar-benar susah untuk dibaca.

Anda mungkin juga menyukai