Tujuan Metode
Data yang digunakan adalah data hasil UN 2019 dan AN UN 2019 Bahasa Indonesia & Matematika, memiliki item
2022 pada tingkat sekolah di SMP dan SMA Negeri. pertanyaan yang berbeda dengan AN 2022 Literasi &
Sekolah yang masuk dalam analisis adalah sekolah Numerasi. Untuk itu, sebelum membandingkan, diperlukan
panel yang UN 2019 nya menggunakan komputer (CBT) proses equating. Salah satu metode yang bisa dilakukan
dan AN 2022 memiliki status Memadai. adalah dengan menghasilkan z-score. Z-score adalah
ukuran statistik yang menunjukkan penyimpangan suatu
titik dari rata-rata dalam satuan standar deviasinya. Pada
kasus ini, z-score distandarisasi ke hasil UN 2019.
Selanjutnya, kesenjangan z-score akan dikonversi dalam
bulan pembelajaran*
* konversi ke bulan pembelajaran dilakukan dengan mengacu studi education endowment foundation
UK. https://educationendowmentfoundation.org.uk/education-evidence/using-the-toolkits
Analisis Kesenjangan Hasil Belajar 20% Sekolah SSE Teratas: SMP Negeri
Kesenjangan hasil
belajar literasi dan
numerasi antara
Sekolah 20% SSE
teratas dengan
Median di SMP Negeri
konsisten menurun
Analisis Kesenjangan Hasil Belajar 20% Sekolah SSE Teratas: SMA Negeri
Kesenjangan hasil
belajar literasi dan
numerasi antara
Sekolah 20% SSE
teratas dengan
Median di SMA
Negeri konsisten
menurun
Secara nasional, kesenjangan mutu literasi dan numerasi antara SMPN dengan SSE 20% terendah & tertinggi
menurun.
Perbandingan kesenjangan hasil belajar SMP, 2019 dan 2022 (dalam bulan belajar)
Kesenjangan Mutu Literasi Kesenjangan Mutu Numerasi
Penurunan kesenjangan numerasi jauh lebih signifikan dibanding literasi (Penurunan 1 bulan & 3 bulan
pembelajaran).
Secara Nasional, kesenjangan mutu literasi antara 20% SMA dengan SSE* terendah & tertinggi di SMA konsisten
turun. Namun, pola ini tidak ditemukan untuk numerasi.
Perbandingan kesenjangan hasil belajar SMA, 2019 dan 2022 (dalam bulan belajar)
Kesenjangan Mutu Literasi Kesenjangan Mutu Numerasi
Kesenjangan mutu literasi SMA Negeri (berdasarkan SSE) turun cukup signifikan (17 menjadi 14 bulan). Pola yang serupa terjadi pada
mutu literasi di SMA Swasta. Ini mungkin terjadi akibat PPDB sekarang (setelah permendikbud) yang menyebabkan kualitas antar
sekolah semakin rata di sekolah negeri. Meski terjadi penurunan, perlu diperhatikan bahwa tingkat kesenjangan mutu masih cukup
tinggi.
Analisis Kesenjangan Hasil Belajar 20% Sekolah Performa Teratas: SMP Negeri
Kesenjangan hasil
belajar literasi dan
numerasi antara
Sekolah dengan 20%
performa teratas*
dengan Median di SMP
Negeri konsisten
menurun
* Berdasarkan nilai UN 2019 (Bahasa Indonesia dan Matematika)
Analisis Kesenjangan Hasil Belajar 20% Sekolah Performa Teratas: SMA Negeri
Kesenjangan hasil
belajar literasi dan
numerasi antara
Sekolah dengan 20%
performa teratas*
dengan Median di
SMA Negeri konsisten
menurun
* Berdasarkan nilai UN 2019 (Bahasa Indonesia dan Matematika)
SMP: Kesenjangan mutu literasi & numerasi di SMP Negeri semakin mendekati median, baik untuk 20% sekolah
performa teratas maupun terbawah, hal ini menunjukkan kemungkinan input peserta didik ke SMP Negeri semakin
merata
Median Median
Secara nasional kesenjangan mutu literasi & numerasi di SMP Negeri semakin mendekati median baik untuk 20% sekolah performa
teratas maupun terbawah, hal ini menunjukkan kemungkinan input peserta didik ke SMP Negeri semakin merata dan tidak lagi
berpusat pada SMP tertentu setelah PPDB sekarang (setelah permendikbud). Selanjutnya, kesenjangan dari median antara kedua
kelompok juga mengecil, artinya 20% sekolah performa terbawah mutu nya semakin mendekati 20% sekolah performa teratas.
SMA: Hasil analisis median menemukan kesenjangan mutu literasi antara 20% SMA Negeri berdasarkan performa teratas dan
terbawah menurun. Namun untuk numerasi cenderung stagnan.
Median Median
Secara nasional kesenjangan mutu literasi di 20% SMA Negeri dengan performa teratas & terbawah semakin menjauhi median, namun
kesenjangan dari median antara kedua kelompok juga turun karena 20% SMA Negeri dengan performa terbawah meningkat signifikan di atas
median di tahun 2022. Di sisi lain, di mutu numerasi, kesenjangan cenderung stagnan karena meski 20% SMA Negeri dengan performa teratas
semakin mendekati median, kesenjangan mutu 20% SMA Negeri dengan performa terbawah juga turun semakin jauh dari median di 2022.
Implementasi
Kebijakan PPDB ilustrasi
Kebijakan PPDB diterjemahkan dengan cara yang beragam
oleh pemerintah daerah
Jalur PPDB Isu Pola A Pola B Pola C
Aspek Uraian
Ragam zonasi ● Zonasi dalam dan luar kota (Kota Pontianak, Kota Makassar)
● Zonasi reguler, anak GTK, dan bina lingkungan (Prov. Kaltim)
● Zonasi mutu dan wilayah (Kota Yogyakarta)
● Sebaran sekolah yang tidak mengikuti sebaran permukiman membuat beberapa wilayah tempat tinggal tidak
memiliki sekolah di dekatnya.
Blank spot ● Banyak calon siswa di Bandar Lampung, Denpasar, dan Makassar dilaporkan tidak dapat mengikuti PPDB
melalui jalur zonasi reguler.
● Berbagai modus perpindahan KK (pindah permanen, pindah sementara, pindah ke lokasi fiktif, atau menitip ke
KK orang lain)
Perpindahan KK ● Transaksi ekonomi (seorang penjaga sekolah memungut biaya hingga 5jt per kepala untuk memasukkan belasan
anak ke KK-nya)
● Tidak semua daerah punya perjanjian kerja sama perbatasan, sehingga tidak menerima calon siswa yang
Siswa di mendaftar dari wilayah lain.
perbatasan ● Salah satu alasan tidak bekerja sama karena sekolah di salah satu daerah tersebut masih kekurangan atau telah
kelebihan murid
Belum semua daerah melibatkan stakeholders terkait di daerah dan/atau memanfaatkan data yang diperlukan
Penetapan zona dalam menetapkan peta zonasi
Anggota DPRD, aktivis LSM, dan wartawan lokal kerap menitipkan kerabat atau keluarga tim sukses agar diterima
Tekanan politik di sekolah favorit. Seringkali disertai dengan ancaman
Beberapa upaya daerah mengatasi masalah zonasi
Penetapan zona berbasis data, Pelibatan sekolah swasta (DKI, Asesmen terstandar (DIY)
mengatasi blank spot (Berau) Kaltim, NTT)
● Untuk mengatasi isu daya
● Kab. Berau menetapkan zonasi ● DKI melaksanakan PPDB
tampung dan memberi ruang
berbasis kelurahan dan bersama dengan sekolah swasta
kecamatan menggantikan zonasi terpilih untuk SMA dan SMK. lebih luas bagi siswa
berbasis jarak sebelumnya. Diberikan subsidi untuk sekolah berprestasi, diterapkan 2
swasta tersebut. jenis zonasi: zonasi mutu
● Setiap sekolah melayani zona
yang sudah ditetapkan. ● Pemprov Kaltim melibatkan dan wilayah.
● Penentuan zona
beberapa SMA swasta dalam ● DIY memiliki asesmen
PPDB bersama. Tidak ada terstandar (ASPD) yang
mempertimbangkan data
insentif dari pemda, selain
penduduk, sebaran sekolah, wajib diikuti oleh semua siswa
anjuran agar tidak menarik SPP
dan daya tampung sekolah. SMP kelas akhir dan hasilnya
mahal.
● Simulasi pemetaan anak akan digunakan menyeleksi
● Di Prov. NTT, beberapa SMA
dilakukan saat penyusunan
swasta menawarkan SPP 6 jalur zonasi mutu.
juknis PPDB.
bulan pertama secara gratis ● Calon siswa luar DIY yang
untuk menarik minat siswa. mendaftar PPDB wajib ASPD
Praktik penerapan jalur afirmasi
Aspek Uraian
Kuota ● 2% (DKI)
● 5% (daerah-daerah lain)
Lokasi Ada daerah yang membedakan perpindahan dalam kota dan luar kota (Prov. DIY)
Kebijakan Banyak pemda memberikan kebijakan prioritas untuk anak guru yang bekerja di sekolah terkait tanpa
khusus mempertimbangkan sisa kuota sebagaimana diatur dalam Permendikbud 1/2021
Permasalahan Tidak ada permasalahan berarti selain aspek administratif seperti perbedaan antara lokasi kerja
orang tua dalam SK mutasi dengan lokasi sekolah
Variasi praktik penerapan jalur prestasi
Aspek Uraian
Pembobotan ● Berdasarkan peringkat yang dicapai saat perlombaan: dipilih juara 1, 2, & 3.
● Berdasarkan level kompetisi: dibedakan berdasarkan level kabupaten/kota, provinsi,
nasional, dan internasional.
● Berdasarkan jumlah peserta: dibedakan antara perorangan atau beregu.
Berbagai permasalahan dalam jalur prestasi
Permasalahan Kasus
● Sejumlah orang tua membuat sertifikat atau piagam palsu sebagai bukti
prestasi anak
Kecurangan
● Sejumlah sekolah swasta dilaporkan mendongkrak nilai prestasi siswa agar
diterima di sekolah negeri favorit (laporan dari DKI dan Sulsel)
Analisis
Permasalahan ilustrasi
Isu-isu lain yang perlu diperhatikan
Permasalahan Kasus
Variasi kriteria ini menimbulkan isu yang cukup mengganggu. Di Provinsi NTT, karena
Kriteria seleksi jika
kriteria penyeleksi jalur zonasi hanya zona wilayah dan waktu daftar, ada anak yang
pendaftar melebihi
jarak rumahnya hanya 300 M tidak lolos karena mendaftar sedikit lebih lambat dari
kuota calon siswa yang jaraknya lebih jauh.
Kriteria seleksi
Kesenjangan Pola pikir
instan (tes, waktu
kualitas sekolah favoritisme
daftar, dll)
Kecurangan
(perpindahan KK
Zonasi Keterbatasan daya instan) dan tekanan
tampung Tidak dilakukan Zonasi tidak merata ● Terdapat anak
politik
pemetaan zonasi & munculnya blank yang tidak
berbasis data spot memperoleh
akses sekolah
Sinkronisasi data sesuai haknya
kependudukan Kecurangan
Mengandalkan Data siswa miskin
Afirmasi (pemalsuan SKTM) ● Terjadinya
dokumen manual tidak terverifikasi
dan tekanan politik polemik dan
kegaduhan
Tidak ada acuan Variasi penentuan Kecurangan PPDB
Perangkingan
Prestasi standar prestasi & kriteria prestasi dan (pengatrolan nilai &
siswa oleh sekolah
penilaiannya penilaiannya fabrikasi prestasi)
perbedaan antara
• PTO
PTO lokasi kerja orang
• Anak tendik
tua dgn lokasi skl
Kesimpulan dan
rekomendasi ilustrasi
kebijakan
Kebijakan PPDB perlu dilanjutkan karena sudah menunjukkan dampak positif,
meskipun implementasinya masih menghadapi sejumlah tantangan
● Kebijakan PPDB sejak 2017 tidak saja mengubah metode penerimaan peserta didik baru,
tetapi perubahan paradigma yang berbasis pada capaian akademik (merit-based system)
menuju pembukaan akses berbasis pada hak warga negara (public education system).
● Kebijakan tersebut sudah menunjukkan dampak pada peningkatan akses pendidikan yang
setara bagi semua kelompok dan penurunan kesenjangan kualitas pendidikan.
● Banyak daerah sudah mulai mengimplementasikan PPDB sesuai dengan paradigma dan
aturan yang ditetapkan, terus melakukan inovasi, serta melakukan refleksi berkelanjutan
untuk menemukan formasi dan formulasi yang sesuai dengan konteks daerahnya.
● Akan tetapi, berbagai tantangan masih ditemukan dalam penerapan jalur-jalur PPDB yang
banyak berujung pada praktik kecurangan
● Berbagai permasalahan ini berakar pada isu mendasar seperti keterbatasan daya tampung,
kesenjangan kondisi fasilitas sekolah, dan belum adanya sinkronisasi data.
Rekomendasi kebijakan untuk pemerintah pusat