Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.

1 Tahun 2011

ASPEK PERDATA TRANSAKSI TERAPEUTIK


DALAM HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN

Syarifa Mahila1
Abstract
Legal relationship between doctor and patient relationship begins with a vertical pattern that
departed from the principles that gave birth father knows best paternalistic relationship. In this
connection the position of doctor and patient are not equals. The relationship between doctor and
patient gave birth to the legal aspects of the object inspanningsverbintenis perikatannya are best efforts
to cure / health maintenance of patients who performed with caution based on knowledge and
experience of doctors to seek to cure the patient. When the legal relationship between doctor and patient
medical services in an effort to begin from the moment patients who responded to the complaint filed
by a doctor. Liability of physician medical services in an effort to include responsibility for ethics,
professional responsibility and legal liability. Legal responsibilities relating to the responsibilities of
doctors relating to criminal law, civil law and administrative law. In this paper specifically discusses the
legal relationship between doctor and patient of aspects of civil law.
Keyword : Law, Doctors, Patients
PENDAHULUAN kepatuhan pasien untuk mentaati nasehat dokter.
Memperoleh pelayanan kesehatan adalah Faktor-faktor tadi dapat mengakibatkan upaya
hak asasi setiap manusia. Pemerintah menyadari medis (yang terbaik sekalipun) menjadi tidak
rakyat yang sehat merupakan aset dan tujuan berarti apa-apa. Oleh sebab itu, tidaklah salah
utama dalam mencapai masyarakat adil jika kemudian dikatakan bahwa hasil suatu
makmur. Penyelenggaraan upaya kesehatan upaya medis penuh dengan uncertainty dan
dilakukan secara serasi dan seimbang oleh tidak dapat diperhitungkan secara matematik.
pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Menjalankan profesi kedokteran / kesehatan
Agar penyelenggaraan upaya kesehatan itu ada hal-hal yang jarang disadari oleh dokter,
berhasil guna dan berdaya guna, maka bahwa saat ia menerima pasien untuk mengatasi
pemerintah perlu mengatur, membina dan masalah kesehatan baik di bidang kuratif,
mengawasi baik upayanya maupun sumber preventif, rehabilitasi maupun promotif,
dayanya. sebetulnya telah terjadi transaksi atau
Mula-mula profesi dokter dianggap sebagai persetujuan antara dua belah pihak (dokter dan
suatu profesi yang sangat disanjung-sanjung pasien) dalam bidang kesehatan.Dari beberapa
karena kemampuannya untuk mengetahui hal- uraian tersebut, pokok bahasan dalam makalah
hal yang tidak tampak dari luar. Bahkan seorang ini adalah:
dokter dianggap sebagai rohaniawan yang dapat Bagaimana aspek perdata Transaksi
menyembuhkan pasien dengan doa- Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara
doa. Dewasa ini dokter lebih dipandang Dokter Dengan Pasien .
sebagai ilmuwan yang pengetahuannya sangat Transaksi Terapeutik
diperlukan untuk menyembuhkan berbagai Transaksi berarti perjanjian atau
penyakit. Kedudukan dan peran dokter tetap persetujuan yaitu hubungan timbal balik antara
dihormati, tetapi tidak lagi disertai unsur dua pihak yang bersepakat dalam satu hal.
pemujaan. Dari dokter dituntut suatu kecakapan Terapeutik adalah terjemahan dari therapeutik
ilmiah tanpa melupakan segi seni dan yang berarti dalam bidang pengobatan. Ini tidak
artistiknya. sama dengan therapy yang berarti pengobatan.
Kesenjangan yang besar antara harapan Persetujuan yang terjadi di antara dokter dengan
pasien dengan kenyataan yang diperolehnya pasien bukan di bidang pengobatan saja tetapi
menyusul dilakukannya merupakan lebih luas, mencakup bidang diagnostik,
predisposing faktor. Kebanyakan orang kurang preventif, rehabilitasi maupun promotif, maka
dapat memahami bahwa sebenarnya masih persetujuan ini disebut persetujuan terapeutik
banyak faktor lain di luar kekuasaan dokter atau transaksi terapeutik.
yang dapat mempengaruhi hasil upaya medis, Dalam bidang pengobatan, para dokter dan
seperti misalnya stadium penyakit, kondisi fisik, masyarakat menyadari bahwa tidak mungkin
daya tahan tubuh, kualitas obat dan juga dokter menjamin upaya pengobatan akan selalu
berhasil sesuai yang diinginkan pasien /
1
Dosen Fak. Hukum Universitas Batanghari keluarga. Dokter hanya dapat memberikan
61
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

upaya maksimal. Hubungan dokter dengan Pengertian perjanjian terapeutik di atas oleh
pasien ini dalam perjanjian hukum perdata undang-undang dimaknai berbeda, karenanya
termasuk kategori perikatan berdasarkan daya Salim HS, menyempurnakan pengertian
upaya / usaha maksimal Perjanjian Terapeutik, yaitu sebagai:
(inspanningsverbintenis). Ini berbeda dengan “Kontrak yang dibuat antara pasien dengan
ikatan yang termasuk kategori perikatan yang tenaga kesehatan dan/atau dokter atau dokter
berdasarkan hasil kerja (resultaatsverbintenis). gigi, di mana tenaga kesehatan dan/atau dokter
Yang terakhir ini terlihat dalam urusan kontrak atau dokter gigi berusaha melakukan upaya
bangunan, dimana bila pemborong tidak maksimal untuk melakukan penyembuhan
membuat rumah sesuai jadwal dan bestek yang terhadap pasien sesuai dengan kesepakatan yang
disepakati, maka pemesan dapat menuntut dibuat antara keduanya dan pasien berkewajiban
pemborong. membayar biaya penyembuhannya.”
Kontrak terapeutik terletak di bidang Dalam pelaksanaanya perjanjian
Hukum Perdata. Kontrak terapeutik dapat teurapeutik ini harus didahului oleh adanya
digolongkan ke dalam kelompok kontrak atau persetujuan tindakan tenaga
perjanjian. Namun hal ini tidaklah berarti bahwa kesehatan/dokter/dokter gigi terhadap pasien
kontrak terapeutik ini sama sekali tidak ada yang lazim disebut Informed consent. Istilah
hubungannya dengan Hukum Pidana. Karena transaksi atau perjanjian Terapeutik memang
bisa saja pasien atau keluarga yang merasa tidak dikenal dalam KUH Perdata, akan tetapi
dirugikan oleh suatu tindakan medik (gross dalam unsur yang terkandung dalam perjanjian
negligence), menuntut dokternya berdasarkan teurapeutik juga dapat dikategorikan
KUHP pasal 359 tentang kelalaian yang sebagaisuatu perjanjian sebagaimana
menyebabkan kematian. atau berdasarkan diterangkan dalam Pasal 1319 KUH Perdata,
KUHP pasal 360 karena menyebabkan pasien bahwa untuk semua perjanjian baik yang
sampai cacat tubuh berat (Zwaarlichamelijk mempunyai suatu nama khusus, maupun yang
letse). Dalam konteks ini hanya dibahas segi tidak terkenal dengan suatu nama tertentu,
perdatanya, yaitu yang ada sangkut pautnya tunduk pada peraturan umum mengenai
dengan informed consent yang merupakan perikatan pada umumnya (Bab 1 buku III KUH
syarat diambilnya suatu tindakan medik. Perdata).
Kontrak atau Perjanjian terapeutik dengan Pengaturan subyek-subyek dari suatu
“kontrak dimana pihak dokter berupaya perjanjian pada umumnya, kontrak teraupetik
maksimal menyembuhkan pasien khususnya, diatur di dalam KUH Perdata. Hal
(inspaningsverbintenis) jarang merupakan ini membawa akibat, bahwa sah tidaknya suatu
kontrak yang sudah pasti (resultastsverbintenis). perjanjian (kontrak terapeutik) harus memenuhi
Perjanjian Terapeutik tersebut disamakan syarat-syarat yang ditentukan di dalam KUH
inspaningsverbintenis karena dalam kontrak ini Perdata pasal 1320 dan seterusnya.
dokter hanya berusaha untuk menyembuhkan Di dalam suatu kontrak terapeutik secara
pasien dan upaya yang dilakukan belum tentu yuridis terdapat 2 (dua) kelompok subyek-
berhasil. subyek yang dinamakan :
Hubungan dokter dan pasien dalam 1. Pemberi pelayanan kesehatan (health
transaksi teurapeutik (perjanjian medis) provider):
bertumpu pada dua macam hak asasi yang Umumnya yang diartikan sebagai pemberi
merupakan hak dasar manusia. yaitu : pelayanan kesehatan adalah semua tenaga
(1) Hak untuk menentukan nasib sendiri (the kesehatan (tenaga medis, paramedis perawatan
right to self-determinations) dan tenaga kesehatan lainnya) yang terlibat
(2) Hak atas dasar informasi (the right to secara langsung dalam pemberian jasa
informations). perawatan dan pengobatan (cure and care).
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Termasuk juga sarana-sarana kesehatan, seperti
tentang Kesehatan menyatakan bahwa para rumah sakit, rumah bersalin, klinik-klinik serta
pihak dalam kontrak terapeutik adalah pasien badan atau kelompok lain yang memberi jasa
dengan tenaga kesehatan, sedangkan dalam tersebut.
Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang 2. Penerima pelayanan kesehatan (health
Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa para receiver):
pihak dalam kontrak teurapeutik adalah pasien Setiap orang yang datang ke rumah sakit
dan dokter/dokter gigi. untuk menjalani prosedur tindakan medik
62
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

tertentu, lazim disebut sebagai “pasien”, sembuh penyakitnya. Karena dengan


walaupun ia sebenarnya atau mungkin tidak mengutarakan demikian, kontrak terapeutik itu
sakit dalam arti umum. secara yuridis akan beralih dari suatu
Umumnya obyek dari suatu kontrak “inspanningsverbintenis” menjadi suatu
terapeutik adalah penyembuhan suatu penyakit “resultaatsverbintenis” dengan segala
(medical treatment, curative). Sebagaimana konsekuensinya.
lazimnya di dalam suatu perjanjian, in casu Aspek Perdata Hubungan Hukum Antara
kontrak terapeutik, maka harus dipenuhi pula Dokter Dengan Pasien
syarat-syarat yang ditentukan di dalam KUH Hubungan hukum antara dokter dengan
Perdata pasal 1320, yaitu : pasien telah terjadi sejak dahulu (jaman Yunani
1) Kesepakatan dari pihak-pihak yang kuno), dokter sebagai seorang yang memberikan
bersangkutan (overeenkomst van partijen), pengobatan terhadap orang yang
2) Kecakapan (bekwaamheid) untuk membutuhkannya. Hubungan ini merupakan
membuat suatu perjanjian, hubungan yang sangat pribadi karena
3) Suatu obyek tertentu (een bepaald didasarkan atas kepercayaan dari pasien
voorwerp) terhadap dokter yang disebut dengan transaksi
4) Suatu sebab yang diizinkan (geoorloofde terapeutik. Hubungan hukum antara dokter
oorzaak). dengan pasien ini berawal dari pola hubungan
Sesuai dengan KUH Perdata pasal 1320 vertikal paternalistik seperti antara bapak
ayat 3, maka obyeknya harus tertentu, harus dengan anak yang bertolak dari prinsip “father
jelas. Timbul pertanyaan, bagaimana dengan knows best” yang melahirkan hubungan yang
obyek perjanjian di bidang medik? Apakah bersifat paternalistik.
memenuhi syarat tersebut? Sebagaimana Dalam hubungan ini kedudukan dokter
diketahui bahwa obyek dari suatu kontrak dengan pasien tidak sederajat yaitu kedudukan
terapeutik adalah suatu ikhtiar penyembuhan dokter lebih tinggi daripada pasien karena
(geneeskundige behandeling, medical treatment, dokter dianggap mengetahui tentang segala
to cure and to care), dalam arti bahwa sesuatu yang berhubungan dengan penyakit dan
dokter/rumah sakit harus berusaha sedapat penyembuhannya. Sedangkan pasien tidak tahu
mungkin untuk penyembuhan penyakitnya. apa-apa tentang hal itu sehingga pasien
Namun keberhasilannya belum dijamin, menyerahkan nasibnya sepenuhnya di tangan
sehingga obyeknya menjadi tidak jelas. Obyek dokter.
kontrak terapeutik mempunyai kekhususan, Hubungan hukum timbul bila pasien
karena ia berdasarkan suatu kepercayaan menghubungi dokter karena ia merasa ada
(fiduciary relationship, trust, vertrouwen). sesuatu yang dirasakannya membahayakan
Seorang pasien adalah awam di bidang kesehatannya. Keadaan psikobiologisnya
kedokteran, sehingga hubungan antara kedua memberikan peringatan bahwa ia merasa sakit,
pihak (dokter-pasien) tidaklah seimbang seperti dan dalam hal ini dokterlah yang dianggapnya
umumnya pihak-pihak dalam suatu perjanjian mampu menolongnya, dan memberikan bantuan
biasa. Sebagai seorang pasien ia harus percaya pertolongan. Jadi, kedudukan dokter dianggap
bahwa : lebih tinggi oleh pasien, dan peranannya lebih
 Dokter memiliki kemampuan dan ilmu penting daripada pasien. Sebaliknya, dokter
pengetahuan untuk menyembuhkan berdasarkan prinsip “father knows best” dalam
penyakitnya. hubungan paternatistik ini akan mengupayakan
 Dokter itu akan bekerja dengan teliti dan untuk bertindak sebagai ‘bapak yang baik’,
hati-hati. yang secara cermat, hati-hati untuk
 Dokter itu akan berusaha sebisanya untuk menyembuhkan pasien. Dalam mengupayakan
menyembuhkannya. kesembuhan pasien ini, dokter dibekali oleh
Secara yuridis suatu kontrak terapeutik Lafal Sumpah dan Kode Etik Kedokteran
termasuk jenis “perjanjian berikhtiar” Indonesia.
(inspanningsverbintenis). Oleh karena seorang Pola hubungan vertikal yang melahirkan
tidak menjamin akan keberhasilan usaha sifat paternalistik dokter terhadap pasien ini
penyembuhan, maka sewaktu mengadakan mengandung baik dampak positif maupun
pembicaraan dengan pasien, ia harus hati-hati dampak negatif. Dampak positif pola vertikal
dan jangan sekali-kali memberikan jaminan yang melahirkan konsep hubungan paternalistik
akan pasti berhasil tindakannya atau pasti akan ini sangat membantu pasien, dalam hal pasien
63
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

awam terhadap penyakitnya. Sebaliknya dapat Perdata merupakan saat terjadinya kesepakatan
juga timbul dampak negatif, apabila tindakan antara dokter dengan pasien yaitu pada saat
dokter yang berupa langkah-langkah dalam pasien menyatakan keluhannya dan ditanggapi
mengupayakan penyembuhan pasien itu oleh dokter. Di sini antara pasien dengan dokter
merupakan tindakan-tindakan dokter yang saling mengikatkan diri pada suatu perjanjian
membatasi otonomi pasien, yang dalam sejarah terapeutik yang obyeknya adalah upaya
perkembangan budaya dan hak-hak dasar penyembuhan.
manusia telah ada sejak lahirnya. Pola Bila kesembuhan adalah tujuan utama maka
hubungan yang vertikal paternalistik ini akan mempersulit dokter karena tingkat
bergeser pada pola horizontal kontraktual. keparahan penyakit maupun daya tahan tubuh
Hubungan ini melahirkan aspek hukum terhadap obat setiap pasien adalah tidak sama.
horisontal kontraktual yang bersifat Obat yang sama tidak pasti dapat hasil yang
“inspanningsverbintenis” yang merupakan sama pada masing-masing penderita.
hubungan hukum antara 2 (dua) subyek hukum b. Kecakapan untuk membuat perikatan
(pasien dan dokter) yang berkedudukan (bekwaamheid om eene verbintenis aan te
sederajat melahirkan hak dan kewajiban bagi gaan)
para pihak yang bersangkutan. Hubungan Secara yuridis yang dimaksud dengan
hukum ini tidak menjanjikan sesuatu kecakapan untuk membuat perikatan adalah
(kesembuhan atau kematian), karena obyek dari kemampuan seseorang untuk mengikatkan diri,
hubungan hukum itu berupa upaya dokter karena tidak dilarang oleh undang-undang. Hal
berdasarkan ilmu pengetahuan dan ini didasarkan Pasal 1329 dan 1330 Kitab
pengalamannya (menangani penyakit) untuk Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut
menyembuhkan pasien. Pasal 1329 Kitab Undang-Undang Hukum
1. Saat Terjadinya Hubungan Hukum Perdata bahwa setiap orang adalah cakap untuk
Antara Dokter Dengan Pasien membuat perikatan, jika oleh undang-undang
Hubungan hukum kontraktual yang terjadi tidak dinyatakan tidak cakap. Kemudian, di
antara pasien dan dokter tidak dimulai dari saat dalam Pasal 1330 Kitab Undang-Undang
pasien memasuki tempat praktek dokter Hukum Perdata, disebutkan orang-orang yang
sebagaimana yang diduga banyak orang, tetapi dinyatakan tidak cakap yaitu orang yang belum
justru sejak dokter menyatakan kesediaannya dewasa, mereka yang ditaruh di bawah
yang dinyatakan secara lisan (oral statement) pengampuan, orang perempuan, dalam hal yang
atau yang tersirat (implied statement) dengan ditetapkan oleh undang-undang dan pada
menunjukkan sikap atau tindakan yang umumnya semua orang kepada siapa undang-
menyimpulkan kesediaan; seperti misalnya undang telah melarang dibuat perjanjian
menerima pendaftaran, memberikan nomor urut, tertentu.
menyediakan serta mencatat rekam medisnya Di dalam transaksi terapeutik, pihak
dan sebagainya. Dengan kata lain hubungan penerima pelayanan medis, terdiri dari orang
terapeutik juga memerlukan kesediaan dokter. dewasa yang cakap untuk bertindak, orang
Hal ini sesuai dengan asas konsensual dalam dewasa yang tidak cakap untuk bertindak, yang
hukum kontrak. memerlukan persetujuan dari pengampunya,
2. Sahnya Transaksi Terapeutik anak yang berada di bawah umur yang
Mengenai syarat sahnya transaksi memerlukan persetujuan dari orang tuanya atau
terapeutik didasarkan Pasal 1320 Kitab Undang- walinya.
Undang Hukum Perdata, yang menyatakan Di Indonesia ada berbagai peraturan yang
bahwa untuk syarat sahnya perjanjian menyebutkan batasan usia dewasa diantaranya :
diperlukan 4 (empat) syarat sebagai berikut : 1) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Perdata Pasal 330 dikatakan bahwa belum
(toestemming van degene die zich dewasa ialah mereka yang belum mencapai
verbinden) umur genap 21 tahun dan tidak / belum
Secara yuridis, yang dimaksud adanya menikah. Berarti dewasa ialah telah berusia
kesepakatan adalah tidak adanya kekhilafan, 21 tahun atau telah menikah walaupun
atau paksaan, atau penipuan (Pasal 1321 Kitab belum berusia 21 tahun, bila
Undang-Undang Hukum Perdata). Saat perkawinannya pecah sebelum umur 21
terjadinya perjanjian bila dikaitkan dengan tahun, tidak kembali dan keadaan belum
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum dewasa.
64
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 penyembuhan itu tidak hanya bergantung


tentang Perkawinan, pasal 47 ayat (1), kepada kesungguhan dan keahlian dokter dalam
menyatakan bahwa anak yang belum melaksanakan tugas profesionalnya, tetapi
mencapai 18 tahun atau belum pernah banyak faktor lain yang ikut berperan, misalnya
melangsungkan perkawinan ada di bawah daya tahan pasien terhadap obat tertentu, tingkat
kekuasaan orang tuanya selama mereka keparahan penyakit dan juga peran pasien dalam
tidak dicabut dari kekuasannya. Ayat (2), melaksanakan perintah dokter demi kepentingan
menyatakan bahwa orang tua mewakili pasien itu sendiri.
anak tersebut mengenai segala perbuatan d. Suatu sebab yang sah (geoorloofde
hukum di dalam dan di luar pengadilan. oorzaak)
Kemudian pasal 50 ayat (1), menyatakan Di dalam Pasal 1337 Kitab Undang-
bahwa anak yang belum mencapai umur 18 Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa
tahun atau belum pernah melangsungkan suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang
perkawinan, yang tidak berada di bawah oleh undang-undang atau apabila berlawanan
kekuasaan orang tua, berada di bawah dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.
kekuasaan wali. Ayat (2), menyatakan Dengan demikian, yang dimaksud dengan sebab
bahwa perwalian ini mengenai pribadi anak yang sah adalah sebab yang tidak dilarang oleh
maupun harta bendanya. undang-undang, kesusilaan atau ketertiban
3) Dalam Kompilasi Hukum Islam Bab XIV umum.
yang disebarluaskan berdasarkan instruksi 3. Informed Consent
presiden nomor 1 tahun 1991 tanggal 10 Persetujuan tindakan medis (informed
Juni 1991 tentang Pemeliharaan Anak pasal consent) mencakup tentang informasi dan
98 tercantum : persetujuan, yaitu persetujuan yang diberikan
a) Batas usia anak yang mampu berdiri setelah yang bersangkutan mendapat informasi
sendiri / dewasa adalah 21 tahun, terlebih dahulu atau dapat disebut sebagai
sepanjang anak tersebut tidak bercacat persetujuan berdasarkan informasi. Berdasarkan
fisik atau mental atau belum pernah Permenkes 585/1989 dikatakan bahwa informed
melangsungkan perkawinan (ayat (1)). consent adalah persetujuan yang diberikan oleh
b) Orang tua yang mewakili anak tersebut pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai segala perbuatan hukum di mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
dalam dan di luar pengadilan (ayat (2)).terhadap pasien tersebut.
c) Pengadilan agama dapat menunjuk Di tinjau dari aspek hukum perdata, maka
salah seorang kerabat dekat yang masalah informed consent banyak terkait
mampu menunaikan kewajiban tersebut dengan ketentuan hukum perikatan yang diatur
apabila kedua orang tuanya tidak dalam Buku III KUH Perdata tentang perjanjian
mampu (ayat (3)). secara umum. Dalam Hukum Perdata, informed
Dari berbagai peraturan tersebut di atas consent merupakan suatu toesteming
ternyata ada beberapa peraturan yang (Kesepakatan/ perizinan sepihak) dari pihak
menyebutkan usia 21 tahun sebagai suatu pasien kepada dokter yang akan melakukan
batasan usia dewasa. Demikian juga batasan tindakan medis terhadap dirinya, dimana
dewasa yang ditentukan dalam Pasal 8 ayat (2) persetujuan itu dilandasi oleh suatu informasi
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor yang cukup dari dokter kepada pasiennya.
585/Men.Kes/Per/IX/1989, yang ditindaklanjuti Karena hanya berfungsi sebagai toesteming
dengan SK Dirjen Yan.Med 21 April 1999 yang itulah maka persetujuan itu dapat dicabut setiap
menyatakan bahwa pasien dewasa sebagaimana saat jika pasien menghendakinya. Dengan
dimaksud ayat (1) adalah telah berumur 21 demikian, informed consent hanya sebagai
tahun atau telah menikah. syarat terjadinya suatu transaksi terapeutik dan
c. Suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp) bukan merupakan syarat sahnya. Sebab sahnya
Hal tertentu ini yang dapat dihubungkan suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat
dengan obyek perjanjian / transaksi terapeutik sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320
ialah upaya penyembuhan. Oleh karenanya KUH Perdata. Informed consent yang telah
obyeknya adalah upaya penyembuhan, maka dibakukan ini dinamakan perjanjian standar.
hasil yang diperoleh dari pencapaian upaya Sebelum pasien memberikan
tersebut tidak dapat atau tidak boleh dijamin persetujuannya diperlukan beberapa masukan
oleh dokter. Lagi pula pelaksanaan upaya sebagai berikut :
65
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

1) Penjelasan lengkap mengenai prosedur kemungkinan tindakan medis yang tidak


yang akan digunakan dalam tindakan medis disetujui atau tidak diijinkan oleh pasien
tertentu (yang masih berupa upaya, tersebut, sekaligus melindungi dokter (secara
percobaan) yang diusulkan oleh dokter hukum) terhadap kemungkinan akibat yang tak
serta tujuan yang ingin dicapai (hasil dari terduga dan bersifat negatif.
upaya, percobaan), Yang tidak boleh dilupakan adalah dalam
2) Deskripsi mengenai efek-efek sampingan memberikan informasi tidak boleh bersifat
serta akibat-akibat yang tak dinginkan yang memperdaya, menekan atau menciptakan
mungkin timbul. ketakutan sebab ketiga hal itu akan membuat
3) Diskripsi mengenai keuntungan- persetujuan yang diberikan menjadi cacat
keuntungan yang dapat diperoleh pasien. hukum. Sudah seharusnya informasi diberikan
4) Penjelasan mengenai perkiraan lamanya oleh dokter yang akan melakukan tindakan
prosedur berlangsung. medis tertentu, sebab hanya ia sendiri yang tahu
5) Penjelasan mengenai hak pasien untuk persis mengenai kondisi pasien dan segala seluk
menarik kembali persetujuan tanpa adanya beluk dari tindakan medis yang akan dilakukan.
prasangka (jelek) mengenai hubungannya Memang dapat didelegasikan kepada dokter lain
dengan dokter dan lembaganya. atau perawat, namun jika terjadi kesalahan
6) Prognosis mengenai kondisi medis pasien dalam memberikan informasi maka yang harus
bila ia menolak tindakan medis tertentu bertanggung jawab atas kesalahan itu adalah
(percobaan) tersebut. dokter yang melakukan tindakan medis. Lagi
Mengenai bentuk informed consent dapat pula dalam proses mendapatkan persetujuan
dilakukan secara tegas atau diam-diam. Secara pasien, tidak menutup kemungkinan terjadi
tegas dapat disampaikan dengan kata-kata diskusi sehingga memerlukan pemahaman yang
langsung baik secara lisan ataupun tertulis dan memadai dari pihak yang memberikan
informed consent yang dilakukan secara diam- informasi.
diam yaitu tersirat dari anggukan kepala Ada sebagian dokter menganggap bahwa
ataupun perbuatan yang mensiratkan tanda informed consent merupakan sarana yang dapat
setuju. Informed consent dilakukan secara lisan membebaskan mereka dari tanggung jawab
apabila tindakan medis itu tidak berisiko, hukum jika terjadi malpraktek. Anggapan
misalnya pada pemberian terapi obat dan seperti ini keliru besar dan menyesatkan
pemeriksaan penunjang medis. Sedangkan mengingat malpraktek adalah masalah lain yang
untuk tindakan medis yang mengandung risiko erat kaitannya dengan pelaksanaan pelayanan
misalnya pembedahan, maka informed consent medis yang tidak sesuai dengan standar.
dilakukan secara tertulis dan ditandatangani Meskipun sudah mengantongi informed consent
oleh pasien.Yang paling aman bagi dokter kalau tetapi jika pelaksanaannya tidak sesuai standar
persetujuan dinyatakan secara tertulis, karena maka dokter tetap harus bertanggung jawab atas
dokumen tersebut dapat dijadikan bukti jika kerugian yang terjadi.
suatu saat muncul sengketa. Cara yang terakhir Dari sudut hukum perdata informed consent
ini memang tidak praktis sehingga kebanyakan wajib dipenuhi. Hal ini terkait bahwa hubungan
dokter hanya menggunakan cara ini jika antara dokter dengan pasien adalah suatu
tindakan medis yang akan dilakukannya perikatan (transaksi terapeutik) untuk syahnya
mengandung risiko tinggi atau menimbulkan perikatan tersebut diperlukan syarat syah dari
akibat besar yang tidak menyenangkan. perjanjian yaitu Pasal 1320 Kitab Undang-
Di negara-negara maju, berbagai bentuk Undang Hukum Perdata, di antaranya adalah
formulir persetujuan tertulis sengaja disediakan adanya kesepakatan antara dokter dengan
di setiap rumah sakit. Hal ini berdasarkan pasien. Pasien dapat menyatakan sepakat
pengalaman yang menuntut dan digugat apabila telah diberikan informasi dari dokter
menjadikan mereka lebih berhati-hati. Pada yang merawatnya terhadap terapi yang akan
prinsipnya formulir yang disediakan tersebut diberikan serta efek samping dan risikonya.
memuat pengakuan bahwa yang bersangkutan Juga terkait dengan unsur ke-2 (dua) mengenai
telah diberi informasi serta telah memahami kecakapan dalam membuat perikatan. Hal ini
sepenuhnya dan selanjutnya menyetujui terkait dengan pemberian informasi dokter
tindakan medis yang disarankan dokter. terhadap pasien yang belum dewasa atau yang
Jadi, pada hakekatnya informed consent ditaruh di bawah pengampuan agar diberikan
adalah untuk melindungi pasien dari segala kepada orang tua, curator atau walinya.
66
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

Pada prinsipnya, persyaratan untuk 2) Menerbitkan surat keterangan palsu.


memperoleh informed consent dalam tindakan 3) Membuka rahasia jabatan atau
medis tertentu tidak dibedakan dengan Informed pekerjaan dokter.
consent yang diperlukan dalam suatu 4) Abortus provokatus.
eksperimen. Hanya saja, dalam eksperimen 2. Tanggung Jawab Hukum
suatu penelitian baik yang bersifat terapeutik Tanggung jawab hukum dokter adalah
maupun non-terapeutik yang menggunakan suatu “keterikatan” dokter terhadap ketentuan-
pasien sebagai naracoba, maka informed ketentuan hukum dalam menjalankan
consent harus lebih dipertajam, sebab profesinya. Tanggung jawab seorang dokter
menyangkut perlindungan terhadap harkat dan dalam bidang hukum terbagi dalam 3 (tiga)
martabat manusia, pencegahan terjadinya bagian, yaitu tanggungjawab bidang hukum
paksaan dan kesesatan serta penyalahgunaan pidana, tanggungjawab bidang hukum perdata
keadaan. dan tanggungjawab bidang hukum administrasi.
Pertanggungjawaban Dokter Terhadap Berikut ini hanya dibahas tanggungjawab
Pasien bidang hukum perdata saja sesuai dengan pokok
1. Tanggung Jawab Etis bahasan makalah ini.
Peraturan yang mengatur tanggung jawab Tanggung jawab hukum dokter dalam
etis dari seorang dokter adalah Kode Etik bidang hukum perdata adalah sebagai berikut :
Kedokteran Indonesia dan Lafal Sumpah Tanggung Jawab Hukum Perdata Karena
Dokter. Kode etik adalah pedoman perilaku. Wanprestasi
Kode Etik Kedokteran Indonesia dikeluarkan Pengertian wanprestasi ialah suatu
dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan no. keadaan dimana seseorang tidak memenuhi
434 / Men.Kes/SK/X/1983. Kode Etik kewajibannya yang didasarkan pada suatu
Kedokteran Indonesia disusun dengan perjanjian atau kontrak. Pada dasarnya
mempertimbangkan International Code of pertanggungjawaban perdata itu bertujuan untuk
Medical Ethics dengan landasan idiil Pancasila memperoleh ganti rugi atas kerugian yang
dan landasan strukturil Undang-undang Dasar diderita oleh pasien akibat adanya wanprestasi
1945. Kode Etik Kedokteran Indonesia ini atau perbuatan melawan hukum dari tindakan
mengatur hubungan antar manusia yang dokter. Menurut ilmu hukum perdata, seseorang
mencakup kewajiban umum seorang dokter, dapat dianggap melakukan wanprestasi apabila
hubungan dokter dengan pasiennya, kewajiban tidak melakukan apa yang disanggupi akan
dokter terhadap sejawatnya dan kewajiban dilakukan, melakukan apa yang dijanjikan tetapi
dokter terhadap diri sendiri. terlambat dan melaksanakan apa yang
Pelanggaran terhadap butir-butir Kode Etik dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
Kedokteran Indonesia ada yang merupakan serta melakukan sesuatu yang menurut
pelanggaran etik semata-mata dan ada pula yang perjanjian tidak boleh dilakukannya.
merupakan pelanggaran etik dan sekaligus Sehubungan dengan masalah ini, maka
pelanggaran hukum. Pelanggaran etik tidak wanprestasi yang dimaksudkan dalam tanggung
selalu berarti pelanggaran hukum, sebaliknya jawab perdata seorang dokter adalah tidak
pelanggaran hukum tidak selalu merupakan memenuhi syarat-syarat yang tertera dalam
pelanggaran etik kedokteran. Berikut diajukan suatu perjanjian yang telah diadakan dengan
beberapa contoh : pasiennya. Gugatan untuk membayar ganti rugi
a. Pelanggaran etik murni atas dasar persetujuan atau perjanjian yang
1) Menarik imbalan yang tidak wajar atau terjadi hanya dapat dilakukan bila memang ada
menarik imbalan jasa dari keluarga perjanjian dokter dengan pasien. Perjanjian
sejawat dokter dan dokter gigi. tersebut dapat digolongkan sebagai persetujuan
2) Mengambil alih pasien tanpa untuk melakukan atau berbuat sesuatu.
persetujuan sejawatnya. Perjanjian itu terjadi bila pasien memanggil
3) Memuji diri sendiri di depan pasien. dokter atau pergi ke dokter, dan dokter
4) Tidak pernah mengikuti pendidikan memenuhi permintaan pasien untuk
kedokteran yang berkesinambungan. mengobatinya. Dalam hal ini pasien akan
5) Dokter mengabaikan kesehatannya membayar sejumlah honorarium. Sedangkan
sendiri. dokter sebenarnya harus melakukan prestasi
b. Pelanggaran etikolegal menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Tetapi
1) Pelayanan dokter di bawah standar. penyembuhan itu tidak pasti selalu dapat
67
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

dilakukan sehingga seorang dokter hanya etis yang umumnya dianut (adat istiadat yang
mengikatkan dirinya untuk memberikan bantuan baik) (4) Tidak sesuai dengan kepatuhan dan
sedapat-dapatnya, sesuai dengan ilmu dan kecermatan sebagai persyaratan tentang diri dan
ketrampilan yang dikuasainya. Artinya, dia benda orang seorang dalam pergaulan hidup.
berjanji akan berdaya upaya sekuat-kuatnya Seorang dokter dapat dinyatakan
untuk menyembuhkan pasien. melakukan kesalahan. Untuk menentukan
Dalam gugatan atas dasar wanprestasi ini, seorang pelaku perbuatan melanggar hukum
harus dibuktikan bahwa dokter itu benar-benar harus membayar ganti rugi, haruslah terdapat
telah mengadakan perjanjian, kemudian dia hubungan erat antara kesalahan dan kerugian
telah melakukan wanprestasi terhadap yang ditimbulkan.
perjanjian tersebut (yang tentu saja dalam hal Berdasarkan Pasal 1366 Kitab Undang-
ini senantiasa harus didasarkan pada kesalahan Undang Hukum Perdata
profesi). Jadi di sini pasien harus mempunyai Seorang dokter selain dapat dituntut atas
bukti-bukti kerugian akibat tidak dipenuhinya dasar wanprestasi dan melanggar hukum seperti
kewajiban dokter sesuai dengan standar profesi tersebut di atas, dapat pula dituntut atas dasar
medis yang berlaku dalam suatu kontrak lalai, sehingga menimbulkan kerugian. Gugatan
terapeutik. Tetapi dalam prakteknya tidak atas dasar kelalaian ini diatur dalam Pasal 1366
mudah untuk melaksanakannya, karena pasien Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang
juga tidak mempunyai cukup informasi dari bunyinya sebagai berikut : “Setiap orang
dokter mengenai tindakan-tindakan apa saja bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian
yang merupakan kewajiban dokter dalam suatu yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi
kontrak terapeutik. Hal ini yang sangat sulit juga untuk kerugian yang disebabkan karena
dalam pembuktiannya karena mengingat kelalaian atau kurang hati-hatinya”.
perikatan antara dokter dan pasien adalah Berdasarkan Pasal 1367 Kitab Undang-
bersifat inspaningsverbintenis. Undang Hukum Perdata
Tanggung Jawab Perdata Dokter Karena Seseorang harus memberikan
Perbuatan Melanggar Hukum pertanggungjawaban tidak hanya atas kerugian
(onrechtmatige daad) yang ditimbulkan dari tindakannya sendiri,
Tanggung jawab karena kesalahan tetapi juga atas kerugian yang ditimbulkan dari
merupakan bentuk klasik pertanggungjawaban tindakan orang lain yang berada di bawah
perdata. Berdasar tiga prinsip yang diatur dalam pengawasannya. (Pasal 1367 Kitab Undang-
Pasal 1365, 1366, 1367 Kitab Undang-Undang Undang Hukum Perdata).
Hukum Perdata yaitu sebagai berikut : Dengan demikian maka pada pokoknya
1) Berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang- ketentuan Pasal 1367 BW mengatur mengenai
Undang Hukum Perdata pembayaran ganti rugi oleh pihak yang
Pasien dapat menggugat seorang dokter menyuruh atau yang memerintahkan sesuatu
oleh karena dokter tersebut telah melakukan pekerjaan yang mengakibatkan kerugian pada
perbuatan yang melanggar hukum, seperti yang pihak lain tersebut. Nuboer Arrest ini
diatur di dalam Pasal 1365 Kitab Undang- merupakan contoh yang tepat dalam hal
Undang Hukum Perdata yang menyebutkan melakukan tindakan medis dalam suatu ikatan
bahwa : “Tiap perbuatan melanggar hukum, tim. Namun dari Arrest tersebut hendaknya
yang membawa kerugian kepada orang lain, dapat dipetik beberapa pengertian untuk dapat
mewajibkan orang yang karena salahnya mengikuti permasalahannya lebih jauh. Apabila
menerbitkan kesalahan itu, mengganti kerugian dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1367 BW,
tersebut”. Undang-undang sama sekali tidak maka terlebih dahulu perlu diadakan identifikasi
memberikan batasan tentang perbuatan mengenai sampai seberapa jauh tanggung jawab
melawan hukum, yang harus ditafsirkan oleh perdata dari para dokter pembantu Prof. Nuboer
peradilan. Semula dimaksudkan segala sesuatu tersebut. Pertama-tama diketahui siapakah yang
yang bertentangan dengan undang-undang, jadi dimaksudkan dengan bawahan. Adapun yang
suatu perbuatan melawan undang-undang. Akan dimaksudkan dengan bawahan dalam arti yang
tetapi sejak tahun 1919 yurisprudensi tetap telah dimaksud oleh Pasal 1367 BW adalah pihak-
memberikan pengertian yaitu setiap tindakan pihak yang tidak dapat bertindak secara mandiri
atau kelalaian baik yang : (1) Melanggar hak dalam hubungan dengan atasannya, karena
orang lain (2) Bertentangan dengan kewajiban memerlukan pengawasan atau petunjuk-
hukum diri sendiri (3) Menyalahi pandangan petunjuk lebih lanjut secara tertentu.
68
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.1 Tahun 2011

Sehubungan dengan hal itu seorang dokter harus Harapan, Jakarta.


bertanggung jawab atas tindakan yang ___________________. 1999. Peranan
dilakukan oleh bawahannya yaitu para perawat, Informed Consent Dalam Transaksi
bidan dan sebagainya. Kesalahan seorang Terapeutik. Citra Aditya Bakti,
perawat karena menjalankan perintah dokter Bandung.
adalah tanggung jawab dokter. Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan
KESIMPULAN DAN SARAN yang lahir dari Perjanjian,
Hubungan dokter dengan pasien ini dalam PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta,
perjanjian hukum perdata termasuk kategori 2003.
perikatan berdasarkan daya upaya / usaha Mariam Darus Badrulzaman.dkk, Kompilasi
maksimal (inspanningsverbintenis) yang disebut Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya
dengan perjanjian Terapeutik. Hubungan hukum Bakti, Bandung, 2001.
kontraktual antara pasien dan dokter dimulai Ridhwan Indra, Ragam Perjanjian di Indonesia,
sejak dokter menyatakan kesediaannya yang Trisula:Jakarta:1996.
dinyatakan secara lisan (oral statement) atau Sutrisno, S. 1991. “Tanggung Jawab Dokter di
yang tersirat (implied statement) dengan Bidang Hukum Perdata , Segi-Segi
menunjukkan sikap atau tindakan yang hukum Pembuktian”. Makalah pada
menyimpulkan kesediaan; seperti misalnya Seminar Malpraktek Kedokteran,
menerima pendaftaran, memberikan nomor urut, Aspek Hukum dan Pencegahan. 29
menyediakan serta mencatat rekam medisnya Juni di Semarang.
dan sebagainya. Dengan kata lain hubungan
terapeutik juga memerlukan kesediaan dokter.
Hal ini sesuai dengan asas konsensual dalam
hukum kontrak.
Tanggung jawab seorang dokter dalam
bidang hukum terbagi dalam 3 (tiga) bagian,
yaitu tanggungjawab bidang hukum pidana,
tanggungjawab bidang hukum perdata dan
tanggungjawab bidang hukum administrasi.
Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang
hukum perdata meliputi wanprestasi dan
perbuatan melanggar hukum.
Untuk dapat mengurangi sengketa medis
antara dokter dengan pasien, dokter dalam
menjalankan tugas profesinya jangan menjamin
hasil pengobatan; dokter diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang sesuai dengan
harapan pasien yaitu perawatan yang informatif,
manusiawi dan bermutu sesuai dengan standar
profesi. Pasien agar lebih memahami bahwa
hubungan hukum antara dokter dengan pasien
itu melahirkan aspek hukum
inspanningsverbintenis karena obyek dari
hubungan hukum itu adalah upaya maksimal
yang dilakukan oleh dokter secara hati-hati dan
penuh ketegangan berdasarkan pengetahuannya
untuk menyembuhkan pasien. Jadi, tidak
menjanjikan suatu hasil yang pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Umar Seno. 1991. “Profesi Dokter Etika
Profesional dan Hukum
Pertangungjawaban Pidana Dokter”
Erlangga Jakarta.
Komalawati, Veronika. 1989. Hukum dan Etika
Dalam Praktek Dokter. Pustaka Sinar
69
Aspek Perdata Transaksi Terapeutik Dalam Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien

Anda mungkin juga menyukai