Anda di halaman 1dari 16

ETIKA PROFESI

KAIDAH DASAR BIOETIK,


PERJANJIAN TERAPEUETIK,
INFORMED CONSENT

Junika Naomi Br Tamba


P01031121068
5B/D-III Gz

Dosen Pengampu:
Efendi Nainggolan,SKM,M.Kes
KAIDAH DASAR BIOETIK

Bioetika merupakan  terbentuk dari dua kata Yunani (bios = hidup dan


“ethos” = adat istiadat atau moral), yang secara harfiah berarti etika hidup.
Bioetika dapat dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan untuk mempertahankan
hidup dan terpusat pada penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk memperbaiki
mutu hidup. Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah penerapan etika dalam
ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan bidang-bidang terkait.
Sebagai sebuah etika rasional, bioetika bertitik tolak
dari analisis tentang data-data ilmiah, biologis, dan medis.
Keabsahan campur tangan manusia dikaji. Nilai
transendental manusia disoroti dalam kaitan dengan sang
pencipta sebagai pemegang nilai mutlak. Terkadang, istilah
bioetika juga digunakan untuk mengganti istilah etika medis,
yang mencakup masalah etis tentang ilmu-ilmu biologis
seperti penyelidikan tentang hewan, serta usaha-usaha
manipulasi spesies-spesies bentukan genetik non manusiawi

Bidang cakupan bioetika telah mencapai berbagai


penelitian pada manusia, mulai dari perdebatan tentang
“batas-batas kehidupan”, misalnya aborsi, eutanasia,
pembedahan dengan alokasi sumber daya pelayanan
kesehatan terbatas (misalnya donasi organ) benar-benar
dapat menolak pelayanan kesehatan untuk alasan agama atau
budaya
Prinsip-prinsip
prinsip-prinsip dasar menurut Belmont (1979)
yaitu
 menghormati orang
 kebaikan dan keadilan
 non-maleficence
 martabat manusia,dan
 kesucian hidup ke dalam daftar nilai-nilai
utama ini.
Tiga etika dalam bioetika

 Etika sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral


yang dipakai seseorang atau suatu keloompok
sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
 Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang
berkenaan dengan moralitas (apa yang
dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode
Etik Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit.
 Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai
moral.
Perjanjian terapeuetik
Perjanjian terapeuetik merupakan perikatan
yang dilakukan antara dokter dan tenaga
kesehatan dengan pasien, berupa hubungan
hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi
kedua belah pihak..
Dikutip dari Medical Dictionary, perjanjian
terapeutik adalah interaksi antara perawat profesional
dan pasien yang bertujuan untuk meningkatkan:
 kenyamanan,
 keamanan,
 Kepercayaan
 kesejahteraan pasien.
Tujuan perjanjian terapeutik

 Membantu pasien untuk memperjelas


dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
 Mengurangi keraguan, membantu
dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan
egonya.
 Memengaruhi orang lain, lingkungan
fisik, dan dirinya sendiri.
Suatu perjanjian dianggap sah dan mengikat apabila
adanya kesepakatan atau persetujuan dari para pihak
yang akan mengadakan suatu perjanjian.  Perjanjian
dianggap telah terjadi apabila para pihak telah
membuat suatu kesepakatan atau persetujuan. 
Kesepakatan atau persetujuan merupakan pertemuan
kehendak dari masing-masing pihak yang terlibat
dalam perjanjian.  Seorang yang memberikan
kesepakatan atau persetujuan berarti benar-benar
menghendaki apa yang disepakatinya
Tahap perjanjian Terapeutik
 Tahap pre-interaksi
Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan berkomunikasi dengan
pasien. Perawat perlu menilai dirinya seberapa kemampuan yang dimilikinya dalam
menjalankan komunikasi terapeutik.
 Tahap orientasi atau perkenalan
Tahap ini dimulasi saat perawat dan pasien bertemu untuk pertama kalinya. Perawat berkenalan
dengan pasien. Tugas perawat pada tahap ini untuk membangun hubungan saling percaya
dengan pasien.
 Tahap kerja 
Tahap ini merupakan inti dari proses komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat kepada
pasien. Perawat dituntut mampu memberikan dukungan dan bantuan kepada pasien.
 Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses komunikasi terapeutik. Perawat dan pasien
diharapkan meninjau kembali proses yang telah dilalui dan dicapai.
Informed consent
Informed consent terdiri dari dua kata yaitu informed dan consent.
Informed yaitu telah mendapatkan penjelasan atau keterangan telah disampaikan atau diinformasikan. 
Sedangkan consent yang berarti persetujuan yang telah diberikan pada seseorang untuk berbuat
sesuatu
Jadi informed consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter
untuk melakukan tindakan kedokteran tertentu setelah mendapatkan penjelasan dari dokter yang
bersangkutan.
Secara luas informed consent merupakan suatu persetujuan yang dibuat oleh pasien atau keluarganya,
untuk memberikan izin terhadap dokter dalam melakukan serangkaian pemeriksaan, menetapkan
diagnosis , melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang medis dan melakukan tindakan medis tertentu
kepada pasien.
 Informed Consent sebagai sebuah hubungan hukum 
perjanjian terapeutik, maka kedudukan dokter dan pasien
adalah setara yakni masing-masing  bertindak sebagai subyek
hukum  yang memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban dokter
merupakan hak yang harus diterima oleh pasien dan
sebaliknya kewajiban pasien merupakan hak yang harus
diterima oleh dokter atau pihak rumah sakit. Suatu hubungan
disebut sebagai hubungan hukum apabila hubungan tersebut
diatur oleh hukum dan akibat yang ditimbulkan juga diatur
oleh hukum.
Persetujuan tindakan medis (Informed consent) dalam hubungan hukum
perjanjian terapeutik tanpa melalui suatu proses atau tata cara yang benar
menurut hukum, dipandang sebagai  suatu perjanjian yang tidak sah dan
batal demi hukum atau dianggap bahwa perjanjian tersebut tidak pernah
lahir. Sebagai konsekwensi hukumnya adalah segala kerugian , cacat atau
kematian yang dialami oleh pasien menjadi tanggung jawab hukum dokter
atau pihak rumah sakit.
Suatu kesepakatan atau pertemuan kehendak dari
para pihak yang terlibat dalam perjanjian tidak
terjadi secara spontan, melainkan melalui suatu
proses penjelasan dan pemberian informasi
mengenai hal-hal apa yang dikehendaki oleh
masing-masing pihak yang sekiranya dapat diterima
oleh pihak yang lainnya. Dalam hal ini terjadi
dialog atau negosiasi yang berlangsung secara
seimbang, maka ketika terjadi suatu kesepakatan,
maka kesepakatan tersebut adalah kesepakatan
bersama. Kesepakatan bersama inilah yang
kemudian menjadi dasar perikatan diantara para
pihak yang kemudian berlaku sebagai undang-
undang diantara mereka
Pelaksanaan Informed consent dalam konteks HAM adalah sampai
sejauh mana para dokter dapat menghargai keputusan setiap pasien
untuk menyetujui atau menolak suatu tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap dirinya sendiri secara bebas  tanpa tekanan ataupun
paksaan dan terhindar dari rasa ketakutan atas keputusan yang
diambilnya. Sekalipun pasien telah menolak tindakan medis yang akan
diberikan oleh dokter, tidaklah berarti dokter harus lepas tangan atau
memutuskan hubungan hukum secara sepihak. Seorang dokter terikat
dengan sumpah dokter dan kode etik kedokteran untuk menjalankan
tugas kedokterannya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai
dengan martabat profesi kedokteran.
Beberapa aturan hukum yang menjadi dasar pelaksanaan Informed consent
yaitu antara lain  :
1. Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran
yang menyatakan bahwa “Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan”.
2. Pasal 37 ayat (1)  UU Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Rumah sakit  yang
menyatakan bahwa “Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit
harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya”
3. Pasal 56 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima
dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap”

Anda mungkin juga menyukai