Anda di halaman 1dari 4

PENERAPAN WORKLIFE BALANCE DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT KOTA MATARAM


Gita Seny Lestari
2203010119
Universitas Bumigora Mataram
gitasenylestari23@gmail.com

Ada banyak definisi yang berkaitan dengan kota. kota adalah kehidupan manusia yang
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Secara fisik, kota selalu berkembang baik
melalui perembesan wilayah perkotaan maupun pemekaran kota (Pandaleke, 2015).Wilayah
perkotaan adalah suatu kota dengan wilayah pengaruhnya. Seperti hubungan kebergantungan
antara suatu wilayah perkotaan dengan kota-kota kecil atau desa-desa dan sebaliknya. Wilayah
kota adalah kota yang secara administratif berada di wilayah yang dibatasi oleh batas
administratif yang berdasarkan kepada peraturan perundangan yang berlaku. Kehidupan ekonomi
masyarakat desa dan kota tentu memiliki perbedaan yang cukup signifikan (Rahman, 2018).
Wilayah kota adalah kota yang secara administratif berada di wilayah yang dibatasi oleh batas
administratif yang berdasarkan kepada peraturan perundangan yang berlaku. Apalagi wilayah
pedesaan yang letaknya cukup terpencil dengan beberapa pemukiman kecil Sedangkan perkotaan
cenderung 24 jam aktivitas berjalan terus tidak berhenti sehingga hal ini jelas mempengaruhi
kehidupan ekonomi kota dan desa. masyarakat kota cenderung ke arah masyarakat heterogen
(Sutrisno, 1995). Di mana, pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat kota cukup beragam. Mulai
dari karyawan perkantoran, wirausahawan, dan masih banyak lainnya. Oleh karena itu,
kebutuhan akan kesempatan bekerja cenderung lebih unggul di kota daripada di desa. Ketika
masyarakat kota memilih pekerjaan utama, maka mereka akan terus bekerja di posisi tersebut
dan dapat memutuskan untuk pindah ke tempat lain karena keinginan dan pertimbangan yang
menguntungkan pastinya. Biasanya karena tawaran gaji dan jenjang karir yang lebih menjanjikan
dibandingkan tempat sebelumnya. Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada
dasarnya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat
kesejahteraan, antara lain sosial ekonomi rumah tangga atau masyarakat, struktur kegiatan
ekonomi sektor yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau masyarakat, potensial
regional (sumber daya alam, lingkungan, dan infrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan
struktur kegiatan produksi, dan kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi
dan pemasaran pada skala lokal, regional, dan global (Wahyudi & Sukmasari, 2018).
Ciri-ciri yang dapat dilihat tentang bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat kota (Solihin,
2016). Profesi yang banyak ditekuni adalah sebagai pegawai, baik pegawai kantor atau pegawai
pabrik. Profesi pekerja jasa biasanya meliputi sopir, montir, jasa ojek, dan masih banyak lainnya.
Lalu, ada profesi jasa lainnya seperti dokter, polisi, guru bagi orang-orang yang memiliki gelar di
bidang tersebut, Adanya standar penghasilan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui UMR atau
Upah Minimum Regional. Kota Mataram merupakan pusat pemerintahan Kota Mataram dan
Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta sebagai pusat pendidikan yang menyokong kebutuhan
sekolah bagi sebagian besar masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kota Mataram dengan
adanya Kota Tua Ampenan sebagai Kota Pelabuhan, telah menjadi pusat perdagangan dan bisnis
sejak jaman penjajahan yang lalu. Kota Mataram dibagi menjadi beberapa pusat pelayanan
dengan fungsi utama adalah wilayah Ampenan berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan
perdagangan dan jasa serta pariwisata, wilayah Mataram berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi
kegiatan perkantoran pemerintahan dan fasilitas sosial,dan wilayah Cakranegara berfungsi
sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perdagangan dan pusat bisnis. Pusat-pusat pelayanan
tersebut di atas dikembangkan sebagai pusat bisnis skala Kota dan regional, karena memiliki
daya tarik yang tinggi terhadap perkembangan dan pertumbuhan kota. Permasalahan yang
terdapat di Kota Mataram ialah kemampuan dan keterbatasan sarana prasarana serta perilaku
masyarakat yang belum memiliki pengetahuan pengelolaan sampah berbasis partisipasi
masyarakat, Kualitas pelayanan publik masih belum optimal yang disebabkan antara lain
kurangnya sarana prasarana, SDM maupun prosedur pelayanan publik. Masih kurangnya ruang
masyarakat terhadap pembangunan (Herwanti et al., 2021).
Lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Pemerintah Kota Mataram adalah signifikan atau
dapat dipercaya karena menjelaskan pengaruhnya bersifat searah, artinya lingkungan kerja yaitu
kenyamanan dan ketenangan di tempat kerja, fasilitas kerja yang tersedia, hubungan
antarpegawai, dan kesehatan dan kesejahteraan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kinerja pegawai. Hasil analisis faktor diketahui bahwa faktor dominan yang membentuk
lingkungan kerja pegawai adalah kenyamanan dan ketenangan di tempat kerja (1.010), diikuti
oleh kesehatan dan kesejahteraan (0.910), fasilitas kerja yang tersedia (0.687), dan hubungan
antar pegawai (0.482) (Mulia & Saputra, 2020). suasana kenyamanan yang dirasakan pegawai
dalam melaksanakan pekerjaannya, baik kenyamanan yang timbul dari lingkungan internal
maupun lingkungan eksternal (Malik, 2015). Faktor internal berasal dari diri sendiri mengenai
kemampuan dalam memenuhi ekspetasi orang lain, misalnya mendorong diri menjadi top
performance setiap bulannya dan meragukan kemampuan yang dimiliki, hal ini bisa saja terjadi
karena terlalu memikirkan apakah kita bisa atau tidaknya melakukan pekerjaan, tak hanya itu
biasanya tekanan internal saat bekerja bisa terjadi karena diri kita yang belum bisa mengatur
waktu dengan baik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau orang yang ada
disekitar, misalnya manajer menuntut untuk melakukan pekerjaan dengan beban kerja yang
melebihi kapasitas, rekan kerja yang tidak sesuai dengan keinginan, biasanya bekerja
diperusahaan rekan kerja akan menjadi saingan untuk mendapatkan validasi dari atasan.
Penurunan kinerja karyawan salah satunya disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan pekerjaan atau Work Life Balance. Salah satu upaya menjaga dan
mempertahankan kinerja karyawan yang baik adalah dengan sistem Work Life Balance
(Muliawati & Frianto, 2020). Work Life Balance adalah kemampuan seseorang dalam
menyeimbangkan tanggungjawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan
pekerjaan. Lembaga Rekrutmen Profesional Global mengungkapkan ada tiga hal yang
diminta pekerja kepada perusahaan agar dapat bekerja dengan baik, salah satunya adalah
Work Life Balance. Hal ini harus disadari oleh perusahaan karena karyawan bukan hanya
memilki tanggung jawab pekerjaan namun juga tanggung jawab pribadi diluar pekerjaan
seperti keluarga, jadi sebisa mungkin karyawan dapat menyeimbangkan waktu bekerja dan
waktu pribadi diluar pekerjaan (Pangemanan et al., 2017).
Seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lukmiati (2020) dengan judul Pengaruh
Work Life Balance terhadap Kinerja Karyawan Staff Produksi PT.Muara Tunggal Cibadak-
Sukabumi. penelitian terdahulu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh Work Life Balance dalam meningkatkan kinerja karyawan staff produksi PT.Muara
Tunggal, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
dengan analisis regresi linier sederhana sebagai teknik analisa data, dengan jumlah responden
sejumlah 46 orang yaitu dengan menggunakan survey melalui kuesioner kepada 46 karyawan
PT. Muara Tunggal, hasil penelitian ini dapat menunjukan bahwa Work Life Balance berpenguh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Total pengaruhnya sebesar 61,6%, sisanya
sebesar 38,4% dipengaruhi oleh variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
WorkLife Balance yang tidak terpenuhi berdampak menurunkan produktivitas pegawai.
Terlalu lama bekerja dapat mengakibatkan kelelahan secara fisik dan mental. Kelelahan yang
diakibatkan, dapat membuat seseorang cenderung menjadi kurang fokus dan sering berbuat
kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan membuat penyelesaian tugas membutuhkan
waktu yang lebih lama, akhirnya menurunkan kinerja pegawai (Yunita, 2018). Dampak positif
Work Life Balance yaitu meningkatkan produktivitas, dengan keseimbangan kehidupan di kantor
dan di luar kantor, akan membuat pegawai menjadi lebih bahagia. Perasaan bahagia ini akan
membuat pegawai menjadi lebih produktif dan mampu memberikan inovasi untuk kinerja yang
lebih baik, tak hanya itu Worklife Balance juga dapat membuat sehat jasmani dan rohani.
Pengaturan pola hidup sehat dan pola bekerja yang baik akan menciptakan kondisi tubuh dan
mental yang sehat sehingga pekerjaan apapun dapat diselesaikan dengan cepat dan terasa ringan,
dan dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik karena memiliki Work Life Balance
berdampak pada hubungan pegawai dengan keluarga, kerabat, dan rekan kerja menjadi lebih baik
karena memiliki porsi waktu untuk berinteraksi(Lukmiati, 2020) .
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis mengambil judul tersebut
karena kurangnya kesadaran Work Life Balance diri dalam pengoptimalan waktu sehingga
membuat seseorang mengalami stres, dengan adanya penerapan dapat memberikan
keseimbangan antara bekerja dan kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
Herwanti, T., Irwan, M., & Maryam, S. (2021). Analisis Kualitas Sumber Daya Insani Pekerja
Lokal Pada Sektor Formal Dan Informal Di Kota Mataram. Journal of Economics and
Business, 7(2), 251–274.
Lukmiati, R. (2020). Pengaruh Work Life Balance Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ekobis
Dewantara, 3(3), 46–50.
Malik, H. A. (2015). Analisis Kinerja Pegawai Melalui Komitmen Organisasional, Lingkungan
Kerja Dan Kepuasan Kerja Pegawai Pemerintah Kota Mataram. JMM17: Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Manajemen, 2(01).
Mulia, R. A., & Saputra, N. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan
Masyarakat Kota Padang. Jurnal El-Riyasah, 11(1), 67–83.
Muliawati, T., & Frianto, A. (2020). Peran Work Life Balance Dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Milenial: Studi Literatur. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 8(2), 606–619.
Pandaleke, A. (2015). Sosiologi Perkotaan. Bogor: Maxindo Internasional.
Pangemanan, F. L., Pio, R. J., & Tumbel, T. M. (2017). Pengaruh Work Life Balance Dan
Burnout Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 5(003).
Rahman, H. (2018). Potret Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Dan Kemiskinan Di Indonesia
Dalam Tinjauan Ekonomi Politik Pembangunan. Jurnal Ilmu Dan Budaya, 40(55).
Solihin, O. (2016). Terpaan Iklan Mendorong Gaya Hidup Konsumtif Masyarakat Urban. JIPSI-
Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi UNIKOM, 5(2).
Sutrisno, S. (1995). Permukiman untuk Golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dengan
Tinjauan Khusus terhadap Perilaku Meruang Masyarakat Setempat (Studi Kasus
Permukiman di Kawasan Kali Code).
Wahyudi, H. S., & Sukmasari, M. P. (2018). Teknologi Dan Kehidupan Masyarakat. Jurnal
Analisa Sosiologi, 3(1), 13–24.
Yunita, P. I. (2018). Menciptakan Keseimbangan Antara Pekerjaan Dan Kehidupan (Work Life
Balance): Apakah Faktor Situasional Pekerjaam Berpengaruh. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan
Bisnis, 3(2), 135–144.

Anda mungkin juga menyukai