Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS

PEGAWAI PADA PUSKESMAS LUNTO KECAMATAN LEMBAH


SEGAR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Administrasi Publik (S.AP)

Oleh:

RIZKI NOFANZA

18042061

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan kerja dari sebuah instansi yang kondusif mendukung

produktivitas pegawai dalam bekerja, dan juga sebaliknya, kondisi lingkungan kerja

yang kurang nyaman dan kurang kondusif dapat mengganggu konsentrasi kerja

pegawai. Sehingga dapat menyebabkan menurun dan mengurangnya produktivitas

pegawai dalam melakukan tugasnya. Menurut Mardiana (2005) dalam (Sri

Wahyuningsih, 2018), lingkungan kerja merupakan sebuah lingkungan yang mana

pegawai melakukan kegiatan sehari harinya. Menurut Alex S. Nitisemito dalam

(Apfia Ferawati, 2017) Lingkungan kerja adalah “segala bentuk dan jenis sesuatu

yang ada disekitar pekerja dan mempengaruhi para pekerja dalam menjalankan tugas

yang telah dibebankan kepada pekerja”. Para pegawai akan mampu menyelesaikan

pekerjaannya dengan baik apabila didukung dengan lingkungan kerja yang baik juga.

Lingkungan kerja menjadi salah satu factor yang harus diperhatikan dalam

sebuah instansi atau perusahaan yang sedang beroperasi. Menurut Sunyoto (2012)

dalam (Maludin Panjaitan, 2017) menjelaskan, terdapat beberapa factor yang

mempengaruhi lingkungan kerja yang meliputi hubungan karyawan, Tingkat

kebisingan lingkungan kerja, peraturan kerja, penerangan, sirkulasi udara, dan

keamanan.

Lingkungan kerja juga merupakan salah satu komponen yang sangat penting

dalam sebuah instansi atau perusahaan yang harus diperhatikan oleh pihak

manajemen. Lingkungan kerja terbagi antara lingkungan kerja fisik dan lingkungan

kerja non fisik. Menurut Sedarmayanti (2013:19) dalam (Lyta Lestary dan Harmon,

2017) lingkungan kerja fisik merupakan semua keadaan yang berbentuk fisik yang

1
berada di sekitar lingkungan tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan secara

langsung ataupun secara tidak langsung. Menurut (Sedarmayanti, 2013:21) dalam

(Lyta Lestary dan Harmon, 2017) lingkungan kerja non fisik merupakan sebuah

keadaan lingkungan kerja seperti suasana kerja yang harmonis yang didalamnya

terjadi sebuah komunikasi antara bawahan dan atasan atau hubungan vertikal dan

hubungan antar karyawan atau hubungan horizontal.

Produktivitas adalah sebuah ukuran dari kualitas dan kuantitas yang berasal

dari sebuah pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan mempertimbangkan banyak hal,

salah satunya biaya sumber daya yang sudah digunakan untuk melakukan pekerjaan.

Produktivitas diartikan sebagai sebuah tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang

atau jasa. Menurut Simamora dalam (Abdul Rachman Saleh dan Hardi Utomo, 2018)

produktivitas kerja karyawan adalah sebuah kemampuan dalam memperoleh manfaat

yang sebesar besarnya dari sarana dan prasarana yang telah disediakan dengan

menghasilkan ouput dan input yang optimal. Produktivitas juga merupakan sebuah

ukuran mengenai seberapa produktifnya suatu proses dalam menghasilkan sebuah

capaian.

Produktivitas para pegawai akan meningkat apabila pegawai selalu hadir dan

memiliki prospek kerja yang bagus, dan pekerja keras. Produktivitas pegawai juga

dapat menurun jika pegawai tidak dapat bersaing bersama dengan pegawai lainnya,

sering absen, kerja asal-asalan dan tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap

kewajibannya. Menurut Sutrisno dalam (Abdul Rachman Saleh dan Hardi Utomo,

2018) dalam mengukur produktivitas kerja, diperlukan beberapa indicator, yaitu

adanya kemampuan untuk melakukan tugas, adanya usaha untuk Meningkatkan hasil

yang telah dan akan dicapai, adanya semangat kerja untuk melaksanakan kegiatan

yang lebih baik lagi dari hari sebelumnya.

2
Lingkungan kerja sangatlah berpengaruh terhadap produktivitas kerja

pegawai, oleh karena itu setiap instansi atau perusahaan harus mampu menciptakan

sebuah lingkungan kerja yang nyaman untuk para pegawainya agar produktivitas

kerja para pegawai dapat mencapai target atau capaian yang diharapkan oleh instansi

atau perusahaan.

Faktor penting yang dapat mempengaruhi produktivitas adalah lingkungan

kerja. Lingkungan kerja dikatakan baik apabila lingkungan kerja itu dapat menunjang

jalannya kerja karyawan. Karyawan merasa aman, nyaman, tak ada gangguan dan

merasa betah di tempat kerja, sehingga karyawan dapat berkonsentrasi dalam hal

bekerja dan dapat menggunakan waktu seefektif mungkin untuk bekerja. Lingkungan

kerja dikatakan buruk jika sebaliknya, karyawan merasa tidak betah bekerja, tidak

aman, tidak nyaman dan merasa terganggu, sehingga dia tidak dapat berkerja secara

baik dan tidak dapat berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Beberapa faktor dari

lingkungan kerja antara lain: pewarnaan untuk ruangan, penerangan, kebersihan dan

pertukaran udara. Faktor yang tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan

produktivitas yaitu kepuasan kerja dari karyawan itu sendiri. Kepuasan kerja

berkaitan erat dengan pribadi karayawan. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap

pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Departemen

personalia atau manajemen harus senantiasa memonitor kepuasan kerja karyawan.

Salah satu instansi yang akan menjadi objek untuk penelitian ini berada di

Kota Sawahlunto, yaitu Puskesmas Lunto, kecamatan Lembah Segar. Kota

Sawahlunto merupakan salah satu kota yang memiliki lingkungan kerja yang asri,

rindang dan nyaman. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk tidak

terjadinya penurunan produktivitas kerja pegawai karena faktor lingkungan kerja, baik

3
itu faktor lingkungan kerja secara fisik maupun non fisik. A.Aji Tri Budianto dan

Amelia Katini (2015), melaporkan bahwa faktor lingkungan kerja fisik dan non fisik

dapat mempengaruhi produktivitas pegawai. Lingkungan kerja fisik adalah

lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan karyawan seperti fasilitas

berupa bangunan tempat kerja, peralatan kerja yang layak, tempat istirahat, dan

adanya tempat ibadah keagamaan. Sedangkan, lingkungan kerja non fisik adalah

lingkungan kerja karyawan yang berupa suasana kerja yang harmonis dimana terjadi

hubungan atau komunikasi antara bawahan dengan atasan atau hubungan vertikal

serta hubungan antar sesama karyawan atau hubungan horizontal.

Dengan ada nya pengaruh lingkungan kerja terhadap produktivitas pegawai

pada Puskesmas Lunto Barat, tentunya juga memberikan dampak terhadap kepuasan

konsumen. Berdasarkan keterangan dari Devi Oktaria selaku Bendahara Puskesmas

Lunto Barat mengatakan bahwa :

“…Produktivitas pegawai di puskesmas lunto masih rendah dikarenakan


beberapa faktor seperti lingkungan kerja yang tidak kondusif. Salah satunya
lingkungan fisik yang berupa sarana atau fasilitas yang telah disediakan seperti
ruangan kerja yang tidak mencukupi untuk melakukan beberapa aktivitas sehingga
ruangan tersebut dijadikan ruangan multifungsi. Selain itu fasilitas seperti tempat
parkir pegawai dan masyarakat sangat sempit sehingga menyebabkan kepadatan
kendaraan yang tidak teratur yang menyebabkan terhambat nya ambulance untuk
keluar dari tempat parkirnya”.

Hal yang sama mengenai lingkungan kerja juga disampaikan oleh Siska Arnita

selaku Administrasi Umum Puskesmas Lunto Barat, yang mengatakan bahwa :

“…Kendala jaringan juga mempengaruhi produktivitas pegawai pada


Puskesmas Lunto Barat, dikarenakan letak geografisnya yang berada di perbukitan
dan jauh dari pusat kota, dan sering terjadi pemadaman listrik membuat hilangnya
jaringan secara otomatis. Walaupun ada sumber listrik lainnya yang dapat digunakan,
akan tetapi membutuhkan waktu untuk mendapatkan Kembali sinyal yang hilang
tadinya”.

Sementara itu, untuk linkungan non fisik pada Puskesmas Lunto Barat terkait

hubungan antar karyawan, Devi Oktaria selaku Bendahara mengatakan bahwa :

4
“…Hubungan antara pegawai dengan pegawai maupun antar atasan dengan
pegawai semuanya berjalan secara baik dan harmonis, hal ini mungkin dikarenakan
jumlah pegawai yang tidak terlalu banyak, sehingga tidak butuh waktu lama untuk
para pegawai dapat menyesuaikan diri dengan kelompok yang telah dibuat
berdasarkan dengan kebutuhan tugas yang akan dijalani nantinya”.

Berbeda dengan pendapat yang disampaikan Devi Oktaria terkait hubungan

antara pegawai, menurut Zilfitratil Rahmi B selaku penanggung jawab bagian

kepegawaian mengatakan bahwa :

“…Hubungan yang terjadi antar pegawai Puskesmas Lunto Barat mungkin


terlihat baik-baik saja, namun tidak menutup kemungkinan tidak akan terjadinya suatu
masalah diantara pegawai pegawai tersebut. Saya sendiri pernah mengalami hubungan
yang kurang baik dengan rekan kerja sebelumnya, hal tersebut tidak hanya
memberikan pengaruh terhadap hubungan antara saya dengan rekan itu saja, namun
juga mempengaruhi produktivitas kerja, karena hubungan yang kurang baik tersebut
menyebabkan renggang nya komunikasi dan interaksi yang berlangsung selama jam
kerja”.

Produktivitas kerja yang buruk tentunya berdampak kepada kepuasan

konsumen terhadap layanan yang didapatkan oleh masyarakat sebagai konsumen,

karena terhambat nya proses produktivitas yang seharusnya berjalan dengan lancar,

berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu konsumen pada Puskesmas Lunto

Barat, Bapak Ifsan mengatakan bahwa :

“…Fasilitas parkir dan ruang tunggu yang disediakan kurang memadai


menurut saya secara pribadi, karena disaat saya datang, parkiran motor yang tidak
beraturan sehingga saat hendak pulang, sulit sekali untuk mengeluarkan sepeda motor
yang telah diparkir, dan untuk ruang tunggu yang cukup terbatas, sehingga
menyebabkan ada beberapa konsumen yang menunggu diatas motor nya yang sedang
terparkir”.

Berdasarkan situasi dari lingkungan kerja pada Puskesmas Lunto Barat diatas,

dapat dilihat bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik dapat

memberikan dampak, baik itu secara positif ataupun dampak negative terhadap

produktivitas pegawainya. lingkungan kerja yang berada pada Puskesmas Lunto

Barat dapat dijadikan tempat penelitian dikarenakan Puskesmas Lunto ini

5
berlokasikan pada daerah terpencil yang ada pada Kota Sawahlunto, dan tentunya

terdapat perbedaan yang sangat mencolok terhadap lingkungan kerja dengan

puskesmas yang berada di pusat Kota Sawahlunto pada umumnya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai

Pada Puskesmas Lunto Kecamatan Lembah Segar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti dapat

mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Masih rendahnya produktivitas pegawai pada Puskesmas Lunto Kecamatan

Lembah Segar.

2. Lingkungan kerja yang ada pada Puskesmas Lunto Kecamatan Lembah Segar

masih ada yang menyebabkan rendahnya produktivitas para pegawainya.

3. Beberapa sarana dan prasarana pada Puskesmas Lunto Kecamatan Lembah Segar

masih belum bisa digunakan secara maksimal sehingga menyebabkan beberapa

diantara kegiatan pegawai jadi terhambat prosesnya.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka

penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi

variabelnya. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Pengaruh

Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai Pada Puskesmas Lunto

Kecamatan Lembah Segar.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

6
1. Apakah lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap produktivitas pegawai di

Puskesmas Lunto?

2. Apakah lingkungan kerja non fisik berpengaruh terhadap produktivitas pegawai di

Puskesmas Lunto?

3. Apakah lingkungan kerja fisik dan non fisik secara bersamaan berpengaruh

terhadap produktivitas pegawai di Puskesmas Lunto?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan jabaran rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menganalisis apakah lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap

produktivitas kerja pegawai di puskesmas Lunto.

2. Untuk menganalisis apakah lingkungan kerja non fisik berpengaruh terhadap

produktivitas kerja pegawai di puskesmas Lunto.

3. Untuk menganalisis apakah lingkungan kerja fisik dan non fisik berpengaruh

terhadap produktivitas kerja pegawai di puskesmas Lunto.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat ditarik manfaat penelitian sebagai

berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam

memperkaya ilmu pengetahuan dan menambah kajian Ilmu Administrasi Negara,

khususnya yang terkait dengan kajian kebijakan publik dan implementasi

kebijakan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk instansi Terkait.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan awal dan referensi bagi peneliti

lain yang akan melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara

hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga

kerja, modal, tanah, dan seterusnya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil

tersebut. Konsep produktivitas berkaitan erat dengan seberapa jauh suatu proses

menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan tertentu. Produktivitas

berasal dari kata produksi, kata produksi sering digunakan dalam istilah membuat

sesuatu. Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi

hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil tersebut bisa berupa barang ataupun

jasa. Istilah produksi ini sering dikaitkan dengan istilah produktivitas, meskipun

fasilitas produksi yang aktif.

Menurut Hartatik (2014) dalam Sri Wahyuningsih (2018), setiap instansi

selalu berusaha agar karyawan dapat berprestasi dalam bentuk memberi

produktivitas kerja yang maksimal terhadap perusahaan. Produktivitas kerja

karyawan bagi suatu instansi sangat penting sebagai tolak ukur keberhasilan

dalam menjalankan usaha. Konsep produktivitas berkaitan erat dengan seberapa

jauh suatu proses menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan dengan

fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan suatu proses. Biasanya suatu

kombinasi dapat digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat keluaran tertentu.

Menurut Simamora (2004:110) dalam Among Makarti (2018) Produktivitas

kerja pegawai adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari

sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan Ouput dan Input yang

8
optimal. Produktivitas merupakan suatu ukuran tentang seberapa produktif suatu

proses menghasilkan suatu keluaran, produktivitas juga diartikan sebagai suatu

rasio antara masukan dan keluaran, produktivitas juga diartikan sebagai suatu

rasio antara masukan dan keluaran. Masukan sering dibatasi dengan masukan

tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.

Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi

barang dan jasa. Menurut Hasibuan (2012) dalam Sri Wahyunigsih (2018) “Untuk

mengukur sebuah produktivitas kerja, dibutuhkan suatu indikator, yaitu sebagai

berikut :

a) Kemampuan, Kemampuan dari karyawan bergantung pada keterampilan yang

dimiliki dan profesionalisme dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk

melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang akan dikerjakan seorang

karyawan.

b) Meningkatkan hasil yang ingin dicapai, hasil adalah salah satu hal yang dapat

dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil

pekerjaan tersebut.

c) Semangat kerja, merupakan suatu usaha agar lebih baik dari hari kemarin.

d) Pengembangan diri, dapat dilakukan dengan memperhatikan tantangan serta

harapan dengan apa yang dihadapi.

e) Mutu, merupakan hasil pekerjaan yang dapat memperlihatkan sebuah kualitas

kerja seorang karyawan.

Sama hal nya dengan indikator diatas, menurut Sutrisno (2014) dalam Deden

dan Ade (2016) tambahan dari indikator diatas yaitu efisiensi, yang merupakan

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang

digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan

9
pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan (Misbahudin Muayyad & Irma Oktafia

Gawi, 2016).

Sedangkan menurut Simamora dalam Abdul Rachman Saleh dan Hardi Utomo

(2018) indikator produktivitas kerja antara lain sebagai berikut :

a) Kuantitas kerja

b) Kualitas kerja

c) Ketepatan waktu penyelesaian suatu pekerjaan

d) Sikap Kooperatif, meliputi sikap terhadap organisasi, pimpinan, karyawan lain dan

kerja sama.

Berdasarkan dari beberapa indikator diatas, maka pada penelitian ini akan digunakan

indikator berdasarkan Simamora dalam Abdul Rachman Saleh dan Hardi Utomo

(2018) yaitu kuantitas kerja, kualitas kerja, ketepatan waktu penyelesaian suatu

pekerjaan, dan sikap kooperatif meliputi sikap terhadap organisasi, pimpinan,

karyawan lain dan kerja sama. Pemilihan indikator ini sesuai berdasarkan data

yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa pegawai pada

Puskesmas Lunto.

Salah satu hal yang juga harus diperhatikan dalam konsep produktivitas kerja,

yaitu mengenai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas kerja

diantaranya lingkungan dan iklim kerja, sarana produksi, teknologi, disiplin dan

etika kerja. Menurut Simanjuntak dalam Jailani (2021), menyebutkan bahwa ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yaitu

pelatihan, mental dan kemampuan fisik karyawan, dan hubungan antara atasan

dan bawahan.

Produktivitas merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen.

10
Produktivitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi

pelanggan.

Menurut Hartatik (2014) dalam Sri Wahyuningsih (2018), setiap instansi

selalu berusaha agar pegawai bisa berprestasi dalam bentuk memberikan

produktivitas kerja yang sangat maksimal. Produktivitas kerja pegawai bagi suatu

instansi sangat penting sebagai pengukur keberhasilan dalam menjalankan usaha.

Konsep produktivitas berkaitan erat dengan seberapa jauh suatu proses

menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan dengan fokus perhatian

pada keluaran yang dihasilkan suatu proses. Biasanya suatu kombinasi dapat

digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat keluaran tertentu.

Penurunan produktivitas kerja pegawai dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, kajian teoretis maupun hasil hasil riset sebelumnya menunjukan bahwa

produktivitas kerja dipengaruhi diantaranya adalah lingkungan kerja.

Menurut Lea dan Wibawa (2014) dalam Made (2019) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa lingkungan kerja merupakan salah satu tempat dimana

pegawai menghabiskan sebagian waktu mereka dalam menyelesaikan

pekerjaannya dan beristirahat sejenak dari aktivitas bekerja. Lingkungan kerja

merupakan komponen-komponen yang berhubungan dengan suatu lembaga,

organisasi atau perusahaan yang memiliki suatu pola yang tidak lepas dari

lingkungan dimana lembaga, organisasi, atau perusahaan itu berada.

Lingkungan kerja secara langsung maupun tidak langsung akan memiliki

dampak bagi perusahaan dan berpengaruh pada produktivitas dari pegawai.

Lingkungan kerja yang nyaman dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai,

sehingga menimbulkan perasaan nyaman dalam diri pegawai. Pegawai merasa

11
lebih termotivasi dan semangat dalam bekerja, karena pegawai memiliki

hubungan yang baik dengan atasan atau dengan sesama rekan pegawai.

Menurut Ahyari (2011) dalam Made (2019) lingkungan kerja yaitu suatu

kondisi dimana karyawan melaksanakan dan menjalankan tugas dan pekerjaannya

setiap harinya. Menurut Senata et al. (2014) manfaat lingkungan kerja adalah

menciptakan gairah kerja sehingga produktivitas kerja meningkat. Kondisi

lingkungan kerja yang baik dan sehat dalam organisasi juga akan mendorong

karyawan agar lebih termotivasi untuk mengerahkan segala kemampuannya dalam

mengerjakan tugas yang diberikan serta tidak menyimpang dari tujuan atau misi

awal perusahaan (Bachtiar, 2012). Menurut Swandono (2016) lingkungan kerja

yang kondusif dan nyaman akan mempengaruhi semangat kerja karyawan

sehingga pegawai termotivasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi lingkungan

kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pegawai yang dapat mempengaruhi

kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga memperoleh hasil

yang maksimal.

Lingkungan kerja merupakan kondisi yang ada di tempat kerja baik itu fisik

maupun non fisik yang mempengaruhi pegawai dalam menjalankan pekerjaannya

(Subagyo, 2014). Sama hal nya dengan pendapat Maslichah & Hidayat (2017)

Kondisi dan fasilitas di lingkungan kerja yang sesuai dengan harapan karyawan

dapat meningkatkan produktivitas kerja terhadap pekerjaan yang mereka miliki

dan perusahan tempat mereka bekerja.

Berdasarkan penjelasan Lestari (2013) dalam Dahlia (2019) lingkungan kerja

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi baik buruknya

produktivitas pegawai, karena Lingkungan kerja merupakan situasi maupun

kondisi yang ada dalam lingkungan pekerjaan itu sendiri seperti bagaimana

12
perlakuan dari atasan, rekan kerja, bagaimana beban kerja yang diberikan, serta

penghargaan bagi karyawan yang berprestasi dan lain sebagainya.

Menurut Swandono (2016) lingkungan kerja yang baik memiliki peranan

penting dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawai dalam perusahaan.

Lingkungan kerja yang baik dapat dilihat dari suasana kerja seperti penerangan

yang cukup, sirkulasi udara yang baik, tersedianya alat-alat pengamanan,

hubungan pegawai yang baik, dan fasilitas yang diberikan. Senata et al. (2014)

menyatakan bahwa Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas

kerja pegawai.

Menurut Sedarmayanti dalam Wahyuningsih (2018) yang menyatakan bahwa

lingkungan kerja secara fisik dalam arti semua keadaan yang terdapat disekitar

tempat kerja, akan mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara

tidak langsung. Lingkungan kerja yang dikatakan baik juga tidak terlepas dari

hubungan kerja yang baik, baik itu antara karyawan dengan karyawan maupun

karyawan dengan pimpinan. Berdasarkan hasil pra obsevasi, lingkungan kerja

yang baik tersebut akan menimbulkan suasana yang nyaman dan menyenangkan

sehingga karyawan bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya. Kenyamanan

pada tempat kerja merupakan salah satu pendorong peningkatan produktivitas

kerja karyawan, hal ini sesuai dengan pendapat Sutalaksana dkk dalam Ulum, dkk

(2018) yang mengatakan bahwa manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya

dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya

ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang baik.

Terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh lingkungan kerja terhadap

produktivitas kerja pegawai, salah satunya berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Leblebici (2012) dalam Mufti (2016) yang menyatakan bahwa lingkungan

13
kerja berpengaruh positif pada produktivitas karyawan, yang berartikan semakin

baik kualitas lingkungan kerja karyawan maka akan semakin tinggi pula

produktivitasnya.

Sedangkan berdasarkan penelitian Parashakti (2021) untuk meningkatkan

produktivitas, lingkungan kerja sangat mempengaruhi produktivitas kerja

pegawai, karena lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kemudahan

pelaksanaan tugas. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri dari lingkungan kerja fisik

dan non fisik yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari

usaha pengembangan produktivitas kerja pegawai. Dan menurut Sunyoto (2015)

dalam Parashakti (2021), lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang

sangat penting ketika pegawai melakukan aktivitas bekerja. Dengan

memperhatikan lingkungan kerja yang baik atau menciptakan kondisi kerja yang

mampu memberikan motivasi untuk bekerja, maka akan membawa pengaruh

terhadap semangat pegawai saat bekerja.

Penelitian berikutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Delmas &

Pekovic (2012) dalam Mufti (2016) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja

berpengaruh pada produktivitas kerja, perusahaan yang mengadopsi standar

lingkungan memperoleh satu standar deviasi lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang tidak mengadopsi standar lingkungan di perusahaannya.

Agustino, dkk (2022) mengatakan bahwa produktivitas kerja karyawan sangat

penting sebagai alat ukur keberhasilan dalam menjalankan usaha. Produktivitas

kerja dapat dicapai apabila karyawan memiliki lingkungan kerja yang memadai.

Oleh karena itu perlu adanya lingkungan kerja yang kondusif serta memadai

sehingga dapat mencapai produktivitas kerja karyawan dengan baik.

2. Konsep Lingkungan Kerja

14
Lingkungan kerja merupakan salah satu tempat yang paling sering dilakukan

oleh karyawan dalam melakukan kegiatan aktivitasnya sehari-hari. Lingkungan

kerja merupakan lingkungan dimana para pegawai tersebut bekerja. Lingkungan

kerja bagi para pegawai akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap

jalannya operasi instansi. Lingkungan kerja akan mempengaruhi para pegawai

sehingga langsung maupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi

produktifitas instansi. Lingkungan kerja yang baik dan memuaskan para pegawai

tentu akan meningkatkan kinerja dari para pegawai. Sebaliknya lingkungan kerja

yang tidak baik akan menurunkan kinerja para pegawai dan secara tidak langsung

juga menurunkan produktifitas instansi.

Menurut George R. Terry (2006:23) dalam A.Aji Tri Budianto dan Amelia

Katini (2015) lingkungan kerja bisa diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang

mempengaruhi, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja

perusahaan. Dilain pendapat menurut Mardiana (2005) A.Aji Tri Budianto dan

Amelia Katini (2015) “Lingkungan kerja merupakan sebuah lingkungan yang

dimana pegawai melakukan pekerjaan sehari hari nya”. Menurut Sunyoto

(2012:43) dalam Maludin Panjaitan (2017) mendefinisikan Lingkungan kerja

merupakan komponen yang sangat penting dalam karyawan dalam melakukan

aktivitas saat bekerja. Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa lingkungan

kerja adalah segala sesuatu yang tampak fisiknya berhubungan dengan organisasi

perusahaan atau kantor.

a. Jenis-Jenis Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja sangat berperan penting dalam keberlangsungan perusahaan,

sehingga sangat penting diperhatikan oleh seorang pemimpin di suatu perusahaan

akan kenyamanan lingkungan kerja, sebab lingkungan kerja yang nyaman sangat

15
mempengaruhi produktivitas pegawai dalam bekerja diperusahaan. Suatu

lingkungan kerja dikatakan baik apabila pegawai dapat melaksanakan kegiatan

secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Terdapat dua jenis lingkungan kerja,

yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik, menurut Siagian

(2014:57) dalam Ronal Donra Sihaloho (2019) lingkungan kerja fisik adalah

semua keadaan yang berbentuk fisik yang berada di lingkungan tempat kerja yang

dapat mempengaruhi karyawan yang terdiri dari beberapa indikator seperti

a) Tempat kerja yang baik seperti bangunan tempat kerja

b) Peralatan kerja yang layak

c) Tempat istirahat

d) Dan adanya tempat ibadah keagamaan.

Sedangkan lingkungan kerja non fisik menurut Sedarmayanti (2013:21) dalam

Lyta Lestary (2017) adalah keadaan lingkungan kerja karyawan yang berupa

suasana kerja yang harmonis dimana terjadi hubungan atau komunikasi antara

bawahan dengan atasan atau hubungan vertikal serta hubungan antar sesama

karyawan atau hubungan horizontal. Lingkungan kerja non fisik terdiri dari

beberapa indikator yaitu:

i. Hubungan atasan dengan karyawan, hubungan atasan dengan bawahan atau

karyawannya harus di jaga dengan baik dan harus saling menghargai antara

atasan dengan bawahan, dengan saling menghargai maka akan

menimbulkan rasa hormat diantara individu masing-masing.

ii. Kerjasama antar karyawan, kerjasama antara karyawan harus dijaga dengan

baik, karena akan mempengaruhi pekerjaan yang mereka lakukan. Jika

kerjasama antara karyawan dapat terjalin dengan baik maka karyawan dapat

menyelesaiakan pekerjaan mereka secara efektif dan efesien”.

16
b. Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan kerja

Manusia akan mampu melaksanakan kegiatanya dengan baik, sehingga

dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi

lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai

apabila manusia dapat melaksanakan kegiatanya secara optimal, sehat, aman dan

nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka

waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat

menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya

rancangan sistem kerja yang efisien, banyak faktor yang memperngaruhi

terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.

Adapun beberapa faktor yang sudah diuraikan menurut Sedarmeyanti

(2007:21) dalam A.Aji Tri Budianto dan Amelia Katini (2015) yang dapat

mempengaruhi sebuah kondisi lingkungan kerja antara lain:

i. Penerangan / cahaya ditempat kerja Cahaya, penerangan sangat besar

manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja.

ii. Sirkulasi Udara di tempat Kerja, Oksigen merupakan gas yang di butukan

oleh makhluk hidup untuk menjaga kelasungan hidup, apabila sirkulasi udara

disana tidak baik dan menyebabkan kadar oksigen yang buruk, tentunya

dapat mempengaruhi lingkungan kerja sekitar

iii. Kebisingan di Tempat Kerja, suasana kebisingan di tempat kerja sangat

mempengaruhi lingkungan kerja, apabila suatu lingkungan kerja memiliki

tingkat kebisingan yang tinggi, maka para pegawai tentunya akan merasa

terganggu dan berkurangnya tingkat kefokusan kerja pegawai.

iv. Hubungan karyawan, pada hubungan karyawan,memiliki dua hubungan

antara lain hubungan sebagai individu dan hubungan sebagai kelompok.

17
v. Keamanan di tempat kerja, lingkungan kerja yang memiliki tingkat

keamanan yang bagus pasti akan menimbulkan ketenangan serta

kenyamanan, sehingga dapat mendorong semangat para pegawai dalam

produktivitasnya.

c. Manfaat Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang tidak bagus akan memberikan dampak yang tidak

bagus juga terhadap tingkat produktivitas pegawainya, sebaliknya jika lingkungan

kerja bagus, akan sangat bermanfaat untuk instansi nya terutama dalam

meningkatkan produktivitas pegawai. Siagian (2014:2013) dalam Ronal Donra

Sihaloho (2019) mengemukakan bahwa Manfaat lingkungan kerja adalah

menciptakan gairah kerja, sehingga membuat produktivitas dan prestasi kerja

pegawai jadi meningkat, dan lingkungan kerja juga berpengaruh terhadap

kepuasan kerja karyawan. Yang berartikan dengan adanya lingkungan kerja yang

nyaman maka akan mempengaruhi meningkatnya kinerja karyawan, begitu juga

sebaliknya lingkungan kerja karyawan yang kurang nyaman akan menyebabkan

karyawan kurang bersemangat bekerja sehingga menurunya performa karyawan.

B. Penelitian Relevan

Untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau pengulangan

terhadap suatu penelitian yang sama, serta menghindari anggapan plagiasi

terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukakan review (tinjauan) terhadap kajian

yang pernah ada. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dikaji oleh penulis

mengenai penelitian yang berkaitan dengan Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap

Produktivitas Pegawai Pada Puskesmas Lunto Di Desa Lunto Barat Kecamatan

lembah Segar.

No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

18
Analisis

1 Sri Pengaruh Regresi lingkungan kerja

Wahyuningsih Lingkungan Linear mempunyai pengaruh

(2018) Kerja Terhadap Sederhana yang positif dan

Produktivitas signifikan terhadap

Kerja produktivitas kerja

kerja

2 Elvy Muna Pengaruh Regresi Dalam penelitian ini

Rahmaningrum Lingkungan Linear menunjukan bahwa

(2017) Kerja Terhadap Sederhana kantor kementrian

Produktivitas agama kabupaten

Kerja Bagi bantul memiliki

Pegawai lingkungan kerja

Kementrian yang nyaman dan

Agama produktivitas kerja

Kabupaten yang tinggi.

Bantul

3 Maludin Pengaruh Regresi Dalam penelitian ini

Panjaitan Lingkungan kerja Linear menunjukan bahwa

(2017) terhadap Sederhana terdapat pengaruh

produktivitas yang positif dan

kerja karyawan signifikan lingkungan

kerja terhadap

produktivitas kerja

4 Ni Made Ita Pengaruh Regresi Dalam penelitian ini

19
Purnami Pemberdayaan, Linear menunjukan bahwa

(2019) Motivasi Dan Berganda adanya hubungan

Lingkungan antara lingkungan

Kerja Terhadap kerja dengan

Produktivitas produktivitas kerja

Kerja Karyawan karyawan dan a

lingkungan kerja

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap

produktivitas kerja

pegawai.

5 Swandono Pengaruh Regresi Dalam penelitian ini

Sinaga (2016) Lingkungan Linear menunjukan bahwa

Kerja Terhadap Sederhana lingkungan kerja PT.

Produktivitas Mitra Unggul Pusaka

Kerja Karyawan Segati Pelalawan

(Bagian Produksi Riau berjalan baik,

Minyak Kelapa namun ada komponen

Sawit PT.Mitra lingkungan kerja

Unggul Pusaka yang kurang berjalan

Segati Pelalawan baik yaitu pelayanan

Riau) karyawan kerja yang

memiliki skor

terendah

20
dibandingkan

komponen lainnya.

6 Mufti Aspiyah Pengaruh Regresi Dalam penelitian ini

(2016) Disiplin Kerja, Linear menunjukan bahwa

Lingkungan Berganda lingkungan kerja

Kerja, Dan berpengaruh positif

Pelatihan Pada dan signifikan pada

Produktivitas produktivitas kerja

Kerja karyawan CV LPS,

dan pelatihan

berpengaruh positif

dan signifikan pada

produktivitas kerja

karyawan CV LPS.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan deskripsi teoritis di atas, selanjutnya diajukan kerangka berpikir

dan model hubungan antar variabel dalam penelitian ini. Sesuai dengan ruang

lingkup ini penelitian yaitu Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas

Pegawai Pada Puskesmas Lunto Kecamatan lembah Segar, dapat diduga bahwa

salah satu aspek yang dapat mempengaruhi produktivitas pegawai di Puskesmas

Lunto adalah lingkungan kerja.

21
Lingkungan Kerja
(X)
Lingkungan Kerja Fisik
(X1)
Produktivitas
Pegawai (Y)
Lingkungan Kerja Non
Fisik (X2)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti

dan masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Hipotesis ini juga hasil

dari refleksi peneliti berdasarkan kajian pustaka yang digunakan sebagai dasar

argumentasi. Hipotesis penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :

H01 = Tidak adanya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap produktivitas

pegawai di Puskesmas Lunto

H11 = Adanya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap produktivitas pegawai di

Puskesmas Lunto

H02 = Tidak adanya pengaruh lingkungan kerja non fisik terhadap produktivitas

pegawai di Puskesmas Lunto

H12 = Adanya pengaruh lingkungan kerja non fisik terhadap produktivitas

pegawai di Puskesmas Lunto

H03 = Tidak adanya pengaruh lingkungan kerja fisik dan non fisik secara

bersamaan terhadap produktivitas pegawai di Puskesmas Lunto

H13 = Adanya pengaruh lingkungan kerja fisik dan non fisik secara bersamaan

terhadap produktivitas pegawai di Puskesmas Lunto.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul dan permasalahan yang akan penulis teliti, maka Penelitian

ini menggunakan penelitian kuantitatif asosiatif, yaitu penelitian yang bersifat

menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013). Hubungan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal. Hubungan kasual

adalah hubungan yang bersifat sebab akibat, yang terdiri dari variabel bebas

(independent variable) yaitu variabel Lingkungan Kerja fisik (X1), Lingkungan Kerja

Non Fisik (X2) terhadap variabel terikat (dependent variable) yaitu Produktivitas

Pegawai (Y).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Lunto di Desa Lunto Barat

Kecamatan Lembah Segar. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Puskesmas

Lunto di Desa Lunto Barat Kecamatan Lembah Segar adalah sesuai dengan judul

penelitian peneliti dan memenuhi syarat untuk dijadikan tempat penelitian.

C. Definisi Operasional

Defenisi operasional variabel adalah penjelasan dari variabel yang telah dipilih

oleh penulis, untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis

perlu menjelaskan defenisi operasional variabel penelitian, sebagai berikut

a. Lingkungan Kerja terdiri dari:

1. Lingkungan Fisik (X1)

Lingkungan fisik adalah lingkungan kerja yang dimana semua keadaan

yang berbentuk fisik dan terdapat di lingkungan tempat kerja yang dapat

mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

23
2. Lingkungan Non Fisik (X2)

Lingkungan non fisik adalah lingkungan kerja yang dimana semua

keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan

dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan

bawahannya.

b. Produktivitas Pegawai (Y)

Produktivitas merupakan suatu ukuran tentang seberapa produktif suatu

proses menghasilkan suatu keluaran. Sunyoto (2012) dalam Sri Wahyuningsih

(2018) mendefinisikan, “Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu

berusaha dan mempunyai pandangan bahwa suatu kehidupan hari esok lebih baik

dari hari ini”.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D” populasi adalah wilayah generalisasi obyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah Pegawai yang bekerja di

Puskesmas Lunto Kecamatan Lembah Segar, dengan asumsi populasi data pegawai

tahun 2021 berjumlah 46 Pegawai.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi

dalam penelitian. Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

24
yang dimiliki oleh populasi. Sampel pada penelitian ini dilakukan pada seluruh pegawai di

Puskesmas Lunto Barat dengan jumlah 42 orang.

Tabel 3. 1
Jumlah Data pegawai di DPRD Kota Bukittinggi
No. Nama Bidang Jumlah
Pegawai
1. Sekretaris DPRD 1 Orang
2. Kebag Umum Dan Keuangan 1 Orang
3. Kabag Persidangan Dan Perundang-Undangan 1 Orang
4. Kebag Fasilitas Penganggaran Dan Pengawasan 1 Orang
5. Kasubag Umum Dan Kepegawaian 1 Orang
6. Kasubag Perencanaan Dan Keuangan 1 Orang
7. Kasubag Persidangan, Risalah Dan Publikasi 1 Orang
8. Kasubag Kajian Perundang-Undangan 1 Orang
9. Kasubag Fasilitas Penganggaran 1 Orang
10. Kasubag Pengawasan 1 Orang
11. Staff 41 Orang
12. Tenaga Keamanan Dan Cleaning Service 10 Orang
Sumber : Bidang Kesekretariatan DPRD Kota Bukittinggi

E. Instrumen Penelitian

Menurut pendapat dari Jamaluddin (2015), menyebutkan bahwa instrumen

penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, mengamati,

menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan

menyajikan data-data secara sistematis secara objektif dengan tujuan memecahkan

suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Dalam penelitian ini instrumen yang

digunakan berbentuk kuisioner dengan model skala likert yang telah dimodifikasi

yang digunakan untuk mengukur skala variabel.

25
Menurut Sugiyono pengukuran variabel menggunakan instrumen kuesioner

dengan masing-masing dari item pertanyaan mengunakan skala likert yakni

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok

orang tentang fenomenal sosial (Sugiyono, 2013). Skala likert yang digunakan dalam

penelitian menggunakan 5 alternatif jawaban sebagai berikut :

Tabel 3.1

Tolak Ukur Jawaban Untuk Pertanyaan Responden

Pertanyaan Positif Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu Ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : sugiyono (2013)

F. Jenis, Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data dalam penelitian ini berdasarkan dengan data primer, yaitu data yang

diperoleh dari Pegawai Puskesmas Lunto Kecamatan Lembah Segar yang menjadi

responden. Data primer dikumpulkan melalui kuisioner online dalam bentuk

google form.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui

angket atau kuisioner secara online dengan menyebarkan beberapa pertanyaan

kepada responden yang dijadikan sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk

mengumpulkan data primer. Dalam penelitian ini, data primer meliputi identitas

26
responden dan data yang berhubungan dengan Pengaruh Lingkungan Kerja

Terhadap Produktvitas Pegawai Pada Puskesmas Lunto Kecamatan Lembah

Segar.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2013) valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Data yang diperoleh dari penelitian itu adalah

data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid. Validitas

menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek

dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Untuk mencari nilai validitas di

sebuah item kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika ada

item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut.

Syarat tersebut menurut Sugiyono (2013) yang harus dipenuhi yaitu harus memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a. Jika r≥0,30 maka item-item tersebut dinyatakan valid.

b. Jika r ≤0,30 maka item-item tersebut dinyatakan tidak valid

c. Rtabel= 0,361 pada α = 5% atau 0,05

Validasi ini menggunakan bantuan Software Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 16 for windows. Valid atau tidaknya pertanyaan yang diuji dapat

dilihat dari Corrected Item-Total Correlation. Validitas instrumen penelitian dari

masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. 2
Uji Validitas Variabel Religiusitas
Pertanyaan Correcct item-total Keterangan
correlation
1 0.788 Valid

2 0.750 Valid

27
3 0.799 Valid

4 0.604 Valid

5 0.804 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2022

Berdasarkan hasil tabel 3.5 di atas dapat diketahui bahwa 5 (lima) pertanyaan,

dinyatakanvalid. Suatu pertanyaan dapat dikatakan valid apabila corrected item-total

correlation lebih dari 0,361. Karena item pernyataan 1-5 berada di atas 0,361 maka

dapat dijadikan sebagai item pernyataan untuk di uji.

Tabel 3. 3
Uji Validitas Variabel Integritas
Pertanyaan Correcct item-total Keterangan
correlation

1 0.550 Valid

2 0.576 Valid

3 0.858 Valid

4 0.602 Valid

5 0.547 Valid

6 0.744 Valid

7 0.567 Valid

8 0.469 Valid

Pertanyaan Correcct item-total Keterangan


correlation

9 0.709 Valid

10 0.785 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2022

Berdasarkan hasil tabel 3.6 di atas dapat diketahui bahwa 10 (sepuluh)

pernyataan, dinyatakan 10 (pertanyaan) valid. Suatu pertanyaan dapat dikatakan valid

apabila corrected item-total correlation lebih dari 0,361. Karena item pernyataan 1-10

berada di atas 0,361 maka dapat dijadikan sebagai item pernyataan untuk di uji.

28
2. Uji Reabilitas

Menurut Sugiyono (2013) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan

ketepatan atau konsisten dan juga dapat di percaya. Dengan arti bahwa instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini akan memberikan hasil yang sama meskipun

diulang-ulang digunakan oleh siapapun dan kapanpun. Sebuah kusioner di katakan

reliable atau handal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaantersebut konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan internal

consistency dimana pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan cara mencoba sekali

instrument saja, kemudian data yang diperoleh di analisis dengan teknik tertentu.

Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument (Sugiyono :

2013). Uji reliabilitas instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode Cronbach Alpha. Apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6, maka

jawaban dari para responden pada kuesioner sebagai alat pengukur nilai dinyatakan

reliabel. Jika nilai Cronsbach’s Coefficient Alpha lebih kecil dari 0,6, maka jawaban

dari para responden pada kuesioner sebagai alat pengukur dinilai dinyatakan tidak

reliabel. Pengujian reliabilitas ini akan dilakukan dengan program SPSS versi 16.0for

windows. Reliabilitas instrument penelitian dari masing-masing variabel dapat dilihat

dari tabel berikut:

Tabel 3. 4
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items

0,825 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian 2022

29
Bedasarkan tabel 3.7 diatas dapat dilihat bahwa item pertanyaan mengenai

Religiusitas didapat nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,825 yang berarti berada di atas

0,6 maka instrument dapat dikatakan reliable.

Tabel 3. 5
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Integritas
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items

0,872 10

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian 2022

Bedasarkan tabel 3.7 diatas dapat dilihat bahwa item pertanyaan mengenai

Integritas didapat nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,872 yang berarti berada di atas 0,6

maka instrument dapat dikatakan reliable.

H. Teknik Analisis data

Teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Teknis analisis data dalam penelitian ini

menggunakan:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu cara untuk menemukan dan menafsirkan

data sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan data,

penyusunan data dan penganalisaan data sehingga dapat diketahui gambaran

Pengaruh Lingkungan kerja terhadap produktivitas pegawai di Puskesmas Lunto

Barat.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jawaban

responden melalui angket dengan menggunakan 5 alternatif jawaban yaitu sangat

30
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalam penelitian ini

analisis deskriptif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Verifikasi data, yaitu memeriksa kembali angket yang telah diisi responden

untuk memastikan apakah semuanya sudah dijawab dengan lengkap.

b. Mentabulasikan dengan cara menghitung frekuensi dari masingmasing

alternatif jawaban yang diberikan oleh responden.

c. Menghitung rata-rata tiap indikator variabel.

Data dihitung menggunakan frekuensi, persentase, dan mean ( x ) atau disebut

juga rata-rata. Mean ( x ) adalah angka yang diperoleh dengan membagikan

jumlah nilai-nilai ( x ) dengan jumlah indvidu (N), dengan rumus sebagai

berikut :

x=
∑X
n

Dimana:

x = Mean

∑X = Jumlah Nilai dalam distribusi

N = Number atau Jumlah Individu

Setelah didapat mean maka data akan dikelompokkan dengan ketentuan:

Nilai > mean= tinggi dan Nilai < mean = rendah

( 5×SS ) + ( 4×S ) + ( 3×R ) + ( 2×TS ) +(1×STS)


Mean =
N

31
SS = Sangat Setuju

S = Setuju

R = Ragu-ragu

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

Dengan ketentuan (Sutrisno Hadi, 2004) :

a. Jika rata-rata jawaban responden berada pada rentang 81% - 100% kategori

jawaban termasuk sangat tinggi atau sangat baik.

b. Jika rata-rata jawaban responden berada pada rentang 61% - 80% kategori

jawaban termasuk tinggi atau baik.

c. Jika rata-rata jawaban responden berada pada rentang 41% - 60% kategori

jawaban termasuk cukup atau sedang.

d. Jika rata-rata jawaban responden berada pada rentang 21% - 40% kategori

jawaban termasuk rendah.

e. Jika rata-rata jawaban responden berada pada rentang 00% - 20% kategori

jawaban termasuk sangat rendah atau sangat tidak baik

2. Tingkat Capaian Responden (TCR)

Analisis Tingkat Capaian Responden (TCR) digunakan untuk mengetahui masing-

masing kategori jawaban responden pada masing-masing variabel. Menurut Sugiyono

(2004), cara menghitung TCR adalah menggunakan rumus , yaitu :

Rs
TCR= ×100
n

32
Dimana :

TCR = Tingkat Capaian Responden

Rs = Rata-Rata Skor Jawaban Responden

n = Nilai Skor Jawaban

Menurut iktisar Arikunto (2010). pengkategorian nilai TCR (Total Capaian

Responden) digunakan klasifikasi sebagai berikut :

Kategori Rentan Nilai TCR

Sangat Setuju 90% - 100%

Setuju 80% - 89%

Cukup Setuju 65% - 79%

Tidak Setuju 55% - 64%

Sangat Tidak Setuju 0% - 54%

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang

digunakan benar menunjukkan pengaruh yang signifikan dan representif.

a. Uji Normalitas Data.

Menurut pendapat dari Duwi Priyanto (2010), menyebutkan uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau

tidak. Kenormalan data dapat dilihat dari nilai residualnya. Uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Packpage for the

Social Sciences) versi 22.

b. Uji Heteroskedastisitas.

Menurut pendapat dari Duwi Priyanto (2010), mengatakan heteroskedastisitas

adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada

33
model regresi. Dalam mode regresi yang baik adalah jika terjadi

heteroskedastisitas, yaitu apabila titik-titik dalam grafik menyebar diatas dan

dibawah sumbu Y. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Package for the Sciences) versi 22.

c. Uji Linearitas

Untuk mencari persamaan garis regresi variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y) dilakukan uji linearitas. Pengujian linearitas melihat

penyebaran titik jika mengikuti garis lurus diagonal maka memenuhi syarat

linearitas dan dapat digunakan dalam model regresi. Uji linearitas dilakukan

dengan menggunakan program SPSS (Statistic Programme for Social Science)

versi 22.

d. Uji Multikolinieritas.

Uji multikolinieritas adalah kondisi dimana dua atau lebih variabel bebas

saling berkolerasi. Munculnya multikolinieritas dapat diindikasikan dari nilai

VIF yang merupakan simpangan baku kuadrat dan digunakan keeratan

hubungan antar variabel. Uji multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Package for the Sciences) versi 22. Dalam

penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas didalam

model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance sebesar 0,1 dan VIF dibawah

10, ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas diantara variabel

bebasnya.

e. Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi persamaan model regresi adalah bebas

auto korelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi pada penelitian ini

34
digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Model regresi dinyatakan bebas

auto korelasi jika mempunyai angka D-W diantara -2 dan +2.

4. Uji Regresi

a. Regresi Linear Berganda

Uji linear regresi berganda bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Hal ini untuk mengetahui nilai hubungan antara

variabel yang menjadi pokok dalam penelitian tersebut. Pengujian ini untuk

mengetahui nilai hubungan kearah positif atau negatif. Selain itu, uji linear

regresi berganda juga dapat memprediksi variabel dependen dimasa yang akan

datang. Hal itu dapat dilihat dari nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan. Analisis korelasi berganda merupakan analisis yang

digunakan untuk mengetahui derajat atau hubungan antara variabel Pengaruh

Lingkungan Kerja Fisik (X1), Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik (X2),

dan Produktivitas Pegawai (Y). Persamaan regresi linear bergandanya

dituliskan, sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Variabel Terikat (Variabel Yang Diduga)

X1, dan X2 = Variabel bebas I, dan II

b1 b2 dan b3 = Koefisien Regresi

b. Koefisien Kolerasi (R)

Koefisien kolerasi (R) dilakukan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan

antara variabel yang dianalisis. Pedoman untuk memberikan interprestasi

koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

35
Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

c. Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat. Nilai Rsquare

dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai Rsquare berikisar antara 0-1. Pada

umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki Rsquare

maupun adjusted Rsquare cukup tinggi (diatas 0,5) sedangkan sampel dengan

data item tertentu yang disebut data silang (crossection) pada umumnya

memiliki Rsquare agak rendah (dibawah 0,5) namun tidak menutup

kemungkinan data jenis crossection memiliki nilai Rsquare maupun adjusted

Rsquare cukup tinggi.

5. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji T (Uji Parsial),

Uji T dalam regresi adalah uji yang digunakan untuk menyatakan signifikan

pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Dengan

kriteria, jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas

Sig.(0.05 Sig.), Ho diterima (Ha ditolak) artinya tidak signifikan. Jika nilai

probabilitas lebih besar dari pada atau sama dengan nilai probabilitas Sig.(0.05

36
Sig.), Ho ditolak (Ha diterima) artinya signifikan. Sedangkan nilai t hitung lebih

besar dari nilai t tabel, maka dapat dinyatakan bahwa variabel bebas secara

individual berpengaruh positif terhadap variabel terikat, dan begitupun

sebaliknya. Nilai dari uji t – test dapat dilihat dari p-value. Nilai T tabel dihitung

dengan cara :

T tabel = ( a/2 : n-k-1)

Keterangan :

a = 5%/ 0,05

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah secara simultan koefisien regresi

variabel bebas mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.

Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output uji

ANOVA. Jika nilai signifikansi kecil dari < 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa

variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Sedangkan nilai F tabel dihitung dengan cara :

F tabel = ( a/2 : n-k-1)

Keterangan :

a = 5%/ 0,05

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Variabel Bebas

37
DAFTAR PUSTAKA

Aspiyah, M., & Martono, S. (2016). Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja dan
Pelatihan pada Produktivitas Kerja. Management Analysis Journal, 5(4).

Bachtiar, D. (2012). Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.
Management Analysis Journal, 1(1), 212–218.
Dahlia, M. (2019). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Kelelahan Kerja Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan Bagian Produksi (studi kasus PT. Sumber Graha Sejahtera (SGS).
Jurnal Manajemen STIE Muhammadiyah Palopo, 5(1), 11-16.
Elvy Muna R.(2017). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai
Kementrian Agama Kabuaten Bantul. Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga.
Ferawati, Apfia. (2017). Pengaruh lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja
karyawan. Jurnal Universitas Kristen Petra, Vol.5, No.7.
Lestary, Lyta., Harmon. (2017, Agustus). Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan. Jurnal riset bisnis & investasi, Vol.3 No.2.
Misbahudin Muayyad, D., & Irma Oktafia Gawi, A. (2016). Pengaruh kepuasan kerja
terhadap
produktivitas kerja pegawai bank syariah x kantor wilayah ii. Jurnal Manajemen
Dan Pemasaran Jasa, 9(1), 75–98.
Madjidu, A., Usu, I., & Yakup, Y. (2022). Analisis Lingkungan Kerja, Budaya Organisasi
Dan Semangat Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai.
Jesya (Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah), 5(1), 444-462.
Maslichah, N. I., & Hidayat, K. (2017). Pengaruh Work-Life Balance dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada Perawat RS Lavalette Malang
Tahun 2016 ). Jurnal Administrasi Bisnis, 49(1), 60–68.
Nabawi, Rizal. (2019, September). Pengaruh lingkungan kerja, kepuasan kerja dan beban
kerja terhadap kinerja pegawai. Jurnal Ilmiah Magister Manajemen,Vol.2, No. 2.
Nurrulloh, M. (2013). Pengaruh Lingkungan kerja terhadap produktivitas pegawai dinas
pekerjaan umum provinsi Kalimantan timur. Ekonomia, 2(1), 297-306.
Panjaitan, Maludin. (2017, Juni). Pengaruh lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan. Jurnal Manajemen, Vol 3. No.2, P. 1-5.

38
Parashakti, R. D., & Noviyanti, D. (2021). Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, dan
Pelatihan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Ekonomi Bisnis,
Manajemen dan Akuntansi (JEBMA), 1(2), 127-136.
Purnami, N. M. I., & Utama, I. W. M. (2019). Pengaruh Pemberdayaan, Motivasi Dan
Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, 8(9), 5611-5631.
Saleh, Abdul Rachman. (2018, Juli). Pengaruh disiplin kerja, motivasi kerja, etos kerja dan
lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja kaeyawan bagian produksi di PT. Inko
Java Semarang. Jurnal of STIE AMA Salatiga, Vol. 11.
Senata, I. W., Nuridja, I. M., & Suwena, K. R. (2014). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan UD. Kembang Sari Kabupaten Bandung Tahun 2012.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 4(1), 1–10.

Sinaga, S., & Ibrahim, M. (2016). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan (Bagian Produksi Minyak Kelapa Sawit Pt. Mitra Unggul Pusaka
Segati Pelalawan Riau) (Doctoral dissertation, Riau University).

Subagyo, A. (2014). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Self Efficacy terhadap Komitmen
Organisasional Dosen Politeknik Negeri Semarang. ORBITH, E-Jurnal Manajemen,
Vol. 8, No. 9, 2019 :5611-5631

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Sofia, S., & Rahayu, A. (2022). Pengaruh keterampilan dan lingkungan kerja terhadap
produktivitas karyawan PT. United Tractors kota sorong. Kalianda Halok Gagas,
5(1), 23-30.
Swandono, S. (2016). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
(Bagian Produksi Minyak Kelapa Sawit Pt.Mitra Unggul Pusaka Segati Pelalawan
Riau). Jom Fisip, 3(2), 1–13.
Wahyuningsih, Sri. (2018, Juli). Pengaruh lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja.
Jurnal Warta Edisi, 57.

39

Anda mungkin juga menyukai