DISUSUN OLEH :
INTAN ANGELINA DOMBO
CI LAHAN CI INSTITUSI
2. Anatomi fisiologi
Respirator nyeri (Nosireceptor) adalah orang tuuh yang berfungsi
menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat
yang secara potensial merusak
a. Mekanik (mekano sensitif): kerusakan ujung saraf bebas akibat
trauma karena benturan atau gerakan
b. Thermis (termo sensitif): rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan
c. Kimia (khemo sensitif): ragsangan zat kimia berupa bradykinin,
serotonin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetikolon, dan enzim
proteolitik
Mekanisme penghantar implus nyeri
1) Serabut delta A (menusuk dan tajam): pada kulit dan otot, tidak
bermielin, garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30m/detik
2) Serabut delta C (panas dan terbakar): dalam otot, tidak bermielin,
garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0m/detik
3. Perubahan fungsi
a. Perubahan emosi
Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
b. Perubahan Status mobilisasi
Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot,
dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko cedera
c. Gangguan Persepsi Sensori
Adanya gangguan persepsi sensori yang akan mempengaruhi
adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
d. Perubahan Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma menyebabkan respon
terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
e. Perubahan Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
4. Pemeriksaan fisik
Ekspresi wajah
a. Menutup mata rapat-rapat
b. Membuka mata lebar-lebar
c. Menggit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Berteriak
Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Pernapasan
Ekstremitas
Amati gerakan tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan dengan skala nyeri
b. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
misalnya diabdomen
c. Rontgen untuk mengetahui tulang yang abnormal
d. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik
lainnya
e. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah diotak.
6. Tindakan penanganan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3) Distraksi dan ajarkan tehnik relaksasi
4) Kompres hangat
b. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian analgetik
Obat Pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total. Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada
dalam keadaan sadar
2) Pemberian obat ANS (anti inflamasi non seteroid)
Aspirin dan ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja
di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan
tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan luka
Wati, Eno Apriliya. (2021). ‘Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik Pada Ny. B
dan Ny. M Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di
Ruang Melati RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2022’. Study Literatur,
Prodi D-III Keperawatan. Lumajang : Universitas Jember.