Setiap manusia memiliki ciri khas yang berbeda. Baik itu ciri fisik maupun ciri
psikisnya. Tidak mungkin seorang manusia memiliki ciri khas yang sama persis
dengan orang lain. bahkan seseorang yang di katakan kembar identik pun pasti
memiliki ciri khas yang berbeda, misal dari sidik jarinya. Keunikan dan ciri khas
masing-masing orang itulah yang dijadikan faktor pembeda antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain.
Walaupun secara umum manusia itu memiliki perangkat fisik yang sama, tetapi kalau
perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan-
perbedaan. Perbedaan itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat, dan lain-lainnya. Kita
dapat membedakan seseorang dari orang lainnya berdasarkan perbedaan-perbedaan
yang ada, baik pada perbedaan fisik maupun psikis. Begitu pula dalam kumpulan atau
kerumunan ribuan atau jutaan manusia, kita tetap dapat mengenali seseorang yang
sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang sudah kita kenal. Seperti di tengah-
tengah pasar yang penuh orang atau di lapangan di mana berkumpul ribuan orang, kita
akan dapat mengenali orang yang sudah kita kenal. Sebaliknya, bila hal terjadi pada
kumpulan atau kerumunan hewan atau binatang, sulit bagi kita untuk mengenali satu
hewan di tengah ribuan hewan yang sejenis (Suratman dkk, 2013).
Ciri-ciri seseorang tidak hanya bisa dilihat melalui fisiknya saja, tetapi juga dapat
dilihat dari sifatnya dan karakter seseorang tersebut. Jika dilihat dari fisiknya,
seseorang dapat dibedakan menjadi orang yang gemuk, orang yang kurus, tinggi,
langsing, pendek, mancung, tidak mancung, bermata sipit, bermata bundar, berkulit
putih, hitam atau berkulit sawo matang. Jika dilihat dari sifatnya, seseorang dapat
dibedakan menjadi orang yang penyabar, pendiam, cerewet, sombong, pemalas, rajin
dan lainnya.
Dalam bahasa Inggris kata masyarakat disebut society, asal katanya socius
yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syirk,
artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan
hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh
unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan
(Soelaeman, 1989).
Proses imitasi dapat berlangsung terhadap hal-hal yang positif maupun negatif, maka
pengaruhnya terhadap interaksi sosial juga dapat positif maupun negatif. Apabila
imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang positif maka akan
menghasilkan interaksi sosial yang berlangsung dalam keteraturan, sebaliknya apabila
imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang negatif, maka akan berperan
besar terhadap munculnya proses-proses interaksi sosial yang negatif (Herimanto,
2011).
b) Identifikasi (menyamakan ciri)
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk menjadi sama (identik) dengan seseorang atau sekelompok orang lain.
Identifikasi dapat dinyatakan sebagai proses yang lebih dalam atau lebih lanjut dari
imitasi. Apabila pada imitasi orang hanya meniru cara yang dilakukan oleh orang lain,
maka dalam identifikasi ini orang tidak hanya meniru tetapi mengidentikkan dirinya
dengan orang lain tersebut. dalam identifikasi yang terjadi tidak sekedar peniruan pola
atau cara, namun melibatkan proses kejiwaan yang dalam (Herimanto, 2011).
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan allah kepadamu (kebahagiaan)negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
danberbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah telah berbuat baik
kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
allah tidak menyukaiorang-orang yang berbuat kerusakan. (qs. Alqashash: 77)
Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makandan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya allah tidak
menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.( qs. Al-araf: 31)manusia tersusun dari
organ-organ fisik sebagaimana hewan, artinya jasmanimerupakan salah satu esensi
manusia, dalam hakikat manusia lanjut ahmad tafsir salah satuaspek terpentingnya
adalah akal, yang dalam al-quran disebut dalam berbagai kosa katauntuk mewakili
konsep akal, diantaranya kata nazara, tadabbara, tafakkara, faqiha,tadzakkara, fahima,
aqala. Selanjutnya merujuk pada abdul fattah jalal, kata aqala denganberbagai
turunannya dalam al-quran banyak memakai bentuk fiilnya, mengindikasikanpada
proses berpikirnya bukan bentuk/bendanya, terdapat pada 49 tempat, hal
inimempertegas bahwa akal/berpikir adalah salah satu unsur manusia hakiki. Selain
dua unsurhakikat manusia adalah roh atau rohani, aspek rohaniyah ini menjadi penentu
kualitas dankemuliaannya, karena kedua aspek yang lain jasmani dan akal sangat
ditentukan unsurrohaniyahnya. Kehilangan rohaniyahnya manusia sama dengan
binatang atau bahkan lebihrendah dari hewan
Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin
danmanusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayatallah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tandatanda kekuasaan allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannyauntuk mendengar (ayat-ayat allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan merekalebih sesat lagi. Mereka itulah orangorang yang lalai. (qs. Al-
araf: 179).
Dalam aspek fisik, manusia mengalami evolusi dan adaptasi untuk berdiri tegak,
mengembangkan otak yang lebih besar, dan memperoleh keterampilan tangan yang
canggih. Perubahan ini memungkinkan manusia untuk mengembangkan alat-alat,
teknologi, dan keahlian yang membedakan mereka dari makhluk lain di bumi.
Di samping perubahan fisik, manusia juga mengalami perkembangan kognitif yang
mencakup peningkatan kapasitas otak, perkembangan bahasa, dan kemampuan untuk
berpikir abstrak. Kemampuan ini membuka jalan bagi perkembangan budaya yang
kompleks, termasuk sistem kepercayaan, seni, agama, dan ilmu pengetahuan.
Manusia juga terlibat dalam konflik dan kolaborasi, membentuk negara, menciptakan
undang-undang, dan mendukung nilai-nilai yang membentuk landasan etika dan
moralitas. Dalam konteks sejarah, manusia telah belajar dari pengalaman masa lalu,
mengembangkan pemikiran filosofis, dan memajukan pengetahuan dan teknologi
untuk meningkatkan kualitas hidup.
Secara keseluruhan, manusia sebagai makhluk mensejarah adalah hasil dari evolusi
biologis, perkembangan kognitif, dan kompleksitas budaya. Perjalanan sejarah
manusia mencerminkan adaptasi, inovasi, dan aspirasi untuk meningkatkan kehidupan
dan memahami tempat mereka di dunia.
Indonesia mempunyai salah satu ciri khas bila dibandingkan dengan negara Asia
lainnya, dalam hal ini keanekaragaman budaya, agama, bahasa dan suku
bangsanya.Setiap keanekaragaman tersebut selalu memiliki identitasnya tersendiri
dan tidak dapat dipersatukan
oleh kondisi fisik apapun.Dengan demikian, satu hal yang bisa memahami dan
mengenal setiap kanekaragaman tersebut adalah bahasa.
Bahasa berfungsi sebagai salah satu produk kebudayaan dan mampu menyatukan
keanekaragaman yang ada. Bahasa juga sebagai salah satu instrumen dalam mengenal
dan mengetahui tentang kebudayaan secara mendalam. Intinya bahwa, bahasa adalah
salah satu produk penting dari sebuah budaya. Konkretisasi dari keanekaragaman ini
merupakan pelestarian sejarah dalam konteks bahasa yang menunjukkan eksisnya
budaya tersebut.
Mempertahankan nilai-nilai fundamental dari keanekaragaman kebudayaan
merupakan suatu hal yang sulit. Oleh karena itu, peran serta masyarakat untuk
melestarikan nilai-nilai tersebut secara nyata, sangat penting. Misalnya, melalui
bahasa lisan, simbol, ataupun tulisan yang memiliki makna serta fungsi tertentu.
Indonesia memiliki banyak macam upacara adat,salah satunya adalah adat Ngembah
Belo Selambar Batak Karo. Penyelanggaran acara merupakan salah satu kegiatan yang
dipakai oleh berbagai masyarakat di Indonesia. Dan setiap suku sudah pasti
mempunyai cara dan proses yang berbeda dalam menjalankan acara
kebudayan.SepertihalnyapadamasyarakatKaro, terdapat berbagai bentuk upacara yang
berhubungan dengan acara kebudayaan mereka.
Reference
Edi Sumanto. (n.d.). Hubungan Esensi, Hakikat, dan Eksistensi Manusia (Sebuah
Kajian Filsafat Islam).
Gramedia Literasi. (n.d.). Pengertian dan Contoh Manusia sebagai Makhluk Sosial.
Online Learning UHAMKA. (n.d.). Manusia sebagai mahkluk individu dan makhluk
social.