Disusun Oleh :
KELOMPOK 05 PAI – 4A
1. Asma Sukma Sari Azizah (126201211006)
2. Dinda Laily Septriana (126201211013)
3. Fadhilatul Umah (126201211018)
4. Mohammad Fatkhur Rozak (126201211047)
5. Muhammad Abdullah Azzam Brilian (126201211048)
PENDAHULUAN
Sebagai orang yang beriman, pertolongan Allah swt adalah keniscayaan. Setiap saat,
Allah swt selalu menolong hamba-Nya, namun sayang hamba-Nya tidak mengetahuinya, ia
merasa semua yang telah dicapainya adalah murni kerja kerasnya, dan bukan pertolongan-Nya.
Anggapan seperti ini akan merugikan dan mencelakakannya, khususnya di akhirat kelak.1
Allah-lah sang pemegang kekuasaan sejati, yang mampu memberikan pertolongan dalam
bentuk kesalamatan, kemenangan, dan kedigdayaan kepada siapa pun. Pertolongan Allah swt
di dunia dan akhirat diperuntukan bagi orang-orang yang dicintainya. Dengan kata lain, mereka
selalu menjaga diri dari hal-hal yang membuatnya murka. Bila Allah swt murka terhadap
seorang, pertolongan-Nya pun akan jauh dari orang tersebut. Orang yang tidak mendapatkan
pertolongan dari Allah swt., kecelakaan akan selalu menghampiri hidupnya. Adapun beberapa
sifat dan perilaku yang menyebatkan murka Allah swt., dan menjadi penghalang pertolongan-
Nya: Sombong, terpedaya dunia, menururuti hawa nafsu, menebarkan kerusakan, tertipu
godaan setan.2
Hanya orang-orang yang tersesat dan tidak mendapat hidayahlah yang mencari
perlindungan kepada selain Allah, apakah itu dalam bentuk sembahan, dukun, jin maupun
setan. Sebab hanya Allah-lah z}at yang berkuasa atas segala sesuatu, yang menentukan segala
hal yang terjadi pada makhluknya lagi Maha Perkasa.3 Zaman yang semakin maju sekarang ini
mengakibatkan banyak perilaku yang jauh dari ajaran agung Agama. Demi memuaskan nafsu
pribadi dan kelompok, banyak orang melakukan apa saja tanpa mempertimbangkan baik dan
buruk, Inilah tanda-tanda kehancuran kehidupan ini. Musibah datang tanpa henti, alam sudah
tidak bersahabat dengan manusia, dan agama semakin tersisih dalam interaksi sosial
1
Jamal Ma‟mur Asmani. Agar Anda Selalu ditolong Allah (Cet. I; Jogjakarta: Sabil, 2011), h. 5.
2
Jamal Ma‟mur Asmani. Agar Anda Selalu Ditolong Allah, h. 141-156
3
Fuad Kauma, Tamsil al-Qur’an: Memahami Pesan-Pesan Moral dalam Ayat-Ayat Tamsil (Cet. II;
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), h. 264
1
kemasyarakatan. Pertolongan Allah swt sulit datang di tengah kehidupan yang hilang dimensi
keimanan dan ketakwaannya.
PEMBAHASAN
A. Syarah Hadist
Penjelasan Hadis
Perkataan Ibnu Abbas
اّللُ َعلَْي يه
َّ صلَّى ت َخلْ َ ي
ِّف الن ي
َ َّب ُ ُكْن
“Suatu ketika aku berada di belakang Nabi”.
Kemungkinan Ibnu Abbas membonceng Nabi Muhammad SAW atau berjalan di
belakang beliau. Dengan kemungkinan mana saja, yang penting Nabi Muhammad
SAW menyampaikan wasiat-wasiat agung ini padanya.
2
ََي غُ َال ُم
“Nak”.
Ibnu Abbas saat itu masih kecil, karena saat Nabi Muhammad SAW wafat, Ibnu Abbas
hampir mendekati usia baligh, kurang lebih antara 15 hingga 16 tahun.
ٍ ك َكليما ي ي
ت َ َ إيِِّن أ َُعلِّ ُم
“Sungguh aku akan mengerjakan kalimat-kalimat padamu.”
Nabi Muhammad SAW menyampaikan kata-kata ini agar Ibnu Abbas siap
menerima.4
Wasiat pertama
4
Muhammad Shalih bin Al-Utsmani, Syarah Hadist Arba'in: Penjelasan 40 Hadist Inti Ajaran Islam Imam An-
Nawawi, (Solo: Ummul Qura,2012) hlm. 255-264
3
“Jagalah (perintah dan larangan) Allaah, niscaya mendapati-Nya dihadapanmu
(menjagamu dai hal-hal yang tidak diinginkan, baik di dunia maupun di akhirat).”
“Jagalah Allah,” penjelasannya sama seperti sebelumnya. Makna “Niscaya
mendapati-Nya di hadapanmu” sama seperti makna kata-kata sebelumnya, yaitu
engkau akan mendapati Allah dihadapanmu, menunjukkan kebaikan padamu,
mendekatkanmu kepada-Nya, memberimu petunjuk menuju pada-Nya, menjagamu
dari segala kejahatan, terlebih ketika engkau menjaga Allah dengan memohon
pertolongan kepada-Nya. Karena orang yang memohon pertolongan kepada Allah Swt
dan bertawakal kepada-Nya, Allah akan melindungi, dan tidak lagi membutuhkan
siapapun setelah Allah. Allah Swt berfirman :
يي ك ٓاّلل وم ين اتَّب ع َ ي
ي
َ ْ ك م َن الْ ُم ْؤمن ُّ ٓاَيَيُّ َها الني
َ َ َ َ ُِّ َ َُّب َح ْسب
Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi
orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (Al-Anfal : 64)
Yaitu cukuplah Allah sebagai pelindung bagimu dan bagi orang-orang mukmin yan
mengikutimu. Ketika Allah melindungi seseorang , ia tidak akan tetimpa keburukan
apapun. Karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jagalah (hak) Allah, niscaya
kau mendapatkan-Nya di hadapanmu (menjagamu dari segala hal yang tidak
diinginkan, baik di dunia maupun di akhirat.”
Wasiat ketiga
ت فَ ي
ْ َ ْإيذَا َسأَل
َاسأَل هللا
“Jika kau meminta, mintalah pada Allah (semata).”
Yaitu jika kau memohon suatu keperluan, jangan meminta kepada siapapun selain
kepada Allah semata, jangan meminta apapun kepada makhluk. Jika pun Anda
ditakdirkan meminta sesuatu pada makhluk yang bisa dipenuhi, harus diketahui bahwa
makhluk hanyalah perantara saja, yang berbuat tetap Allah Saw. Jika berkehendak,
Allah akan mencegah si makhluk itu untuk memenuhi permintaanmu. Karena itu, Anda
harus bersandar hanya kepada Allah semata.
Wasiat keempat
وإي َذا است عْنت فَاستعين يِبهللي
ْ َْ َ َ َْ َ
“Jika kau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.”
Jika kau menginginkan dan meminta pertolongan, jangan meminta pada siapapun selain
kepada Allah semata, karena kerajaan langit dan bumi berada di tangan-Nya. Dialah
4
yang akan menolongmu jika la berkehendak. Jika engkau memohon pertolongan
kepada Allah secara ikhlas dan bertawakal kepada-Nya, la pasti menolongmu. Saat
Anda meminta pertolongan kepada makhluk untuk hal-hal yang bisa dilakukan,
yakinlah bahwa dia hanya sebab, dan Allah-lah yang memudahkan pertolongan itu
untuk Anda.
Kedua wasiat ini menunjukkan, orang yang memohon kepada selain Allah,
berarti tauhidnya kurang. Karena itulah tidak dianjurkan untuk memohon apapun
kepada selain Allah. Ketika Allah berkehendak menolong Anda, la akan mempermudah
pertolongan itu, baik dengan sebab-sebab yang diketahui ataupun tidak. Kadang Allah
menolong Anda melalui perantara yang tidak Anda ketahui, menangkal keburukan dari
Anda yang tidak akan mampu dihadapi oleh siapapun selain-Nya. Kadang Allah
menolong Anda melalui seseorang yang Allah tundukkan untuk Anda hingga menolong
Anda. Meski seperti itu, Anda tetap tidak boleh lupa bahwa musabbab-nya adalah Allah
Saw.
Wasiat kelima
وك إيالَّ بي َش ْي ٍء قَ ْد َكتَ بَهُ هللاُ لَك
َ ُوك بي َش ْي ٍء ََلْ يَْن َفع
َ ُت َعلَى أَ ْن يَْن َفع ْ َن األ َُّمةَ لَ يو
ْ اجتَ َم َع َّ َو ْاعلَ ْم أ
”Ketahuilah! Andai umat seluruhnya bersatu untuk memberimu suatu manfaat, mereka
tidak akan bisa memberimu suatau manfaat pun padamu selain yang telah Allah
tetapkan untukmu.”
Umat secara keseluruhan, dari yang pertama hingga terakhir, andai mereka
semua sepakat untuk memberimu suatu manfaat, mereka tidak akan bisa sedikit pun
memberimu manfaat, selain yang telah Allah takdirkan untukmu. Ketika ada seseorang
yang memberi suatu manfaat pada orang lain, itu sejatinya dari Allah, karena Dialah
yang manakdirkannya untuk orang tersebut. Ini mendorong kita untuk bersandar
kepada Allah, dan kita tahu bahwa umat secara keseluruhan tidak akan mampu
memberikan kebaikan pada kita, tanpa izin Allah Saw.
Wasiat keenam
“ Dan jika mereka bersatu untuk menimpakan suatu bahaya padamu, mereka tidak
akan menimpakan sedikit pun bahaya padamu, selain yang telah Allah tentukan
padamu.”
Ketika Anda tertimpa suatu bahaya atas perlakuan seseorang, Anda harus tahu
bahwa Allah telah menakdirkan hal itu pada Anda, Anda harus menerima putusan dan
5
takdir Allah dengan rela hati. Meski demikian, tidak ada salahnya jika Anda berusaha
untuk menangkal mara bahaya tersebut, karena Allah Saw Berfirman:
ٰۤ
َو َج ٓزُؤا َسيِّئَ ٍة َسيِّئَةٌ يِّمثْ لُ َها
“ Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa.” (Asy-Syura : 40)
Wasiat ketujuh
ف رفيع ي
ت األَقْالَم وجف ي
ُ الص ُح
ُّ َّت ََ ُ َُ
“Pena-pena (takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tulisan takdir) telah
kering.”
Semua takdir yang Allah tulis telah berakhir, pena-pena takdir sudah diangkat,
dan lembaran-lembaran takdir sudah mengering, tidak ada perubahan pada kalimat-
kalimat Allah.
Perkataan penulis, "Diriwayatkan Tirmidzi dan berkata, 'Hadits hasan shahih.
Selain matan di atas ada riwayat selain Tirmidzi menyebutkan, Jagalah (perintah dan
larangan) Allah, niscaya mendapati-Nya di hadapanmu (menjagamu dari hal-hal yang
tidak diinginkan, baik di dunia maupun di akhirat), kenalilah (tunaikan hak) Allah saat
kau berada dalam kesenangan, niscaya ia akan mengenalimu saat kau kesusahan'."
Kala Anda tidak lagi sehat, kekayaan lenyap, dan sangat memerlukan bantuan, Allah
mengenali kebaikan- kebaikan sebelumnya yang telah Anda tunaikan kepada Allah
Azza wa Jalla.
"Ketahuilah! Apapun (musibah dan nikmat) yang (ditakdirkan) luput darimu tidak akan
menimpamu, dan apapun (musibah dan nikmat) yang (ditakdirkan) menimpamu tidak
akan luput darimu." Apapun yang akan menimpa Anda, tidak mungkin dielakkan, dan
apapun yang tidak akan Anda raih, tidak akan bisa Anda capai. Kemungkinan makna
hadits ini adalah, suatu takdir yang telah Allah tetapkan bagi Anda, pasti menimpa
Anda, tidak akan luput dari Anda, pasti terjadi, karena sudah Allah takdirkan. Dan
apapun yang telah Allah takdirkan tidak akan menimpa Anda, tidak akan menimpa
Anda. Semua urusan berada di tangan Allah. Ini mengharuskan agar setiap orang
bersandar secara sempurna hanya kepada Rabb semata.
Selanjutnya Nabi SWT bersabda, "Ketahuilah! Sesungguhnya pertolongan itu
ada di balik kesabaran." Sabda ini mendorong untuk bersabar, karena ketika
kemenangan ada di balik kesabaran, siapapun akan bersabar menghadapi segala ujian
6
demi mendapat pertolongan. Sabar di sin mencakup sabar menjalankan ketaatan kepada
Allah, sabar menjauhi kemaksiatan, dan sabar atas takdir-takdir yang memilukan. Saat
musuh mengepung dari segala penjuru, mungkin seseorang akan merasa tidak mampu
menghadapi musuh, akhirnya down dan meninggalkan jihad. Atau mungkin turut serta
berjihad, namun ketika tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, akhirnya lemas dan
berhenti. Atau mungkin berjihad, sehingga mendapat luka karena serangan musuh.
Semua ini memerlukan kesabaran. Allah berfirman:
ٗس الْ َق ْوَم قَ ْر ٌح يِّمثْ لُه ي
َّ ا ْن ََّّيْ َس ْس ُك ْم قَ ْر ٌح فَ َق ْد َم
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir)
itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa.” (Ali Imran: 140)
Firman Allah Saw :
ٰۤ
ِّٓ َوَال ََتينُ ْوا يِف ابْتيغَا يء الْ َق ْويم اي ْن تَ ُك ْونُ ْوا ََتْلَ ُم ْو َن فَاي ََّّنُْم ََيْلَ ُم ْو َن َك َما ََتْلَ ُم ْو َن َۚوتَ ْر ُج ْو َن يم َن
ُِّٓ اّللي َما َال يَ ْر ُج ْو َن َوَكا َن
اّلل
” Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu
menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu rasakan, sedang kamu masih dapat
mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana.” (An-Nisa’ : 104)
Ketika seseorang bersabar, teguh dalam kesabaran dan tetap siapa di perbatasan,
Allah pasti akan menurunkan pertolongan.
Sabdanya, "Jalan keluar (faraj) itu ada di balik kesulitan." Faraj adalah lenyapnya
kesulitan dan musibah. Semakin sulit segala urusan, jalan keluar kian dekat. Allah Saw
berfirman, "Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan." (An-Naml:
62). Kemudian ada setelah kesulitan, bahkan satu kesulitan disertai dua kemudahan;
kemudahan sebelumnya dan kemudahan setelahnya. Allah Saw berfirman, "Maka
sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu
ada kemudahan." (Asy-Syarh:5-6). Ibnu Abbas mengatakan, "Satu kesulitan tidak akan
mengalahkan dua kemudahan."
Intisari Hadits
Pertama; perlakuan lembut Nabi SWT terhadap orang memiliki tingkatan lebih
rendah, seperti yang beliau katakan pada Ibnu Abbas, "Nak! Sungguh aku akan
mengajarkan kalimat-kalimat padamu."
7
Kedua; saat hendak menyampaikan sesuatu yang penting, selaiknya terlebih
dahulu menyebut kata-kata yang menarik perhatian, seperti yang Nabi SWT katakan,
"Nak! Sungguh aku akan mengajarkan kalimat-kalimat padamu.
Ketiga; siapapun yang menjaga (perintah dan larangan) Allah, Allah pasti
menjaganya, berdasarkan sabda Nabi SWT "Jagalah (perintah dan larangan) Allah,
niscaya la menjagamu (dari segala petaka dunia dan siksa akhirat)."
Keempat, siapapun yang menyia-nyiakan agama Allah, Allah akan menyia-
nyiakannya dan tidak akan menjaganya. Allah Saw berfirman, "Dan janganlahkamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa
akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik." (Al-Hasyr: 19)
Kelima; siapapun yang menjaga (perintah dan larangan) Allah, Allah akan
menuntun dan menunjukkan menuju kebaikan, dan siapapun yang senantiasa menjaga
(perintah dan larangan) Allah, Allah akan menghindarkannya dari keburukan.
Keenam; saat memerlukan pertolongan, mintalah kepada Allah. Namun bisa juga
meminta pertolongan kepada selain Allah, dengan catatan yang dimintai pertolongan
bisa dan mampu, berdasarkan sabda Nabi Saw
يي ي
ٌص َدقَة َ َالر ُج َل ييف َدابَّته فَتَ ْحملَهُ َعلَْي َها أَو تَ ْرفَ َع لَهُ َعلَْي َها َمت
َ ُاعه ُّ عي
َ ُوت
"Engkau membantu seseorang (menyiapkan) kendaraannya, lalu kau mem- bantunya
naik ke atas (kendaraan), atau kau angkatkan barang-barang ke atasnya, itu sedekah
(bagimu)."
Ketujuh; umat secara keseluruhan tidak akan mampu memberi manfaat pada
seorang pun, selain manfaat yang telah Allah takdirkan untuknya. Mereka semua juga
tidak akan bisa menimpakan suatu bahaya pada seorang pun, selain bahaya yang telah
Allah takdirkan baginya.
Kedelapan; siapapun wajib menggantungkan harapan kepada Allah semata,
bukan kepada makhluk, karena makhluk tiada kuasa untuk menimpakan mara bahaya
ataupun memberi manfaat.
Kesembilan; segala sesuatu sudah ditakdirkan, seperti yang diriwayatkan dari Nabi
SWT bahwa Allah menulis takdir-takdir makhluk seribu tahun sebelum menciptakan
langit dan bumi."5
5
HR. Muslim, kitab : Takdir, bab: Debat Adam dengan Musa, hadist nomor 2653.
8
Kesepuluh; riwayat lain menyebutkan, ketika seseorang mengenal Allah dengan
menunaikan ketaatan kepada-Nya saat sehat dan leluasa, Allah akan mengenalnya saat
berada dalam kesulitan, sehingga Allah akan mengasihi, menolong dan menghilangkan
kesulitannya.
Kesebelas; nuatu takdir yang telah Allah tetapkan pada seseorang, tidak akan luput, dan
jika Allah tidak menakdirkan sesuatu padanya, tidak akan
Keduabelas berita gembira besar bagi mereka yang bersabar, dan pertolongan itu
senantiasa menyertai kesabaran.
Ketigabelas berita gembira bahwa jalan keluar senantiasa menyertai segala musibah
dan kesulitan. Semakin pelik musibah dan kesulitan yang menimpa, jalan keluar dari
Allah akan segera tiba.
Keempat belas; berita gembira behwa siapapun yang tertimpa kesulitan,
silahkan menantikan datangnya kemudahan. Dalam Al-Quran, Allah berfirman:
فَيإ َّن َم َع الْعُ ْس ير يَُر يان إي َّن َم َع الْعُ ْس ير يُ ْسران
9
kokoh yang tidak ada sedikitpun keraguan padanya.6 Sementara pengertian aqidah
secara khusus yaitu Keimanan yang pasti kepada Allah dan segala sesuatu yang
wajib pada-Nya berupa iman kepada rububiyyah, uluhiyyah, nama-nama dan sifat
Allah, begitu juga beriman dengan perkara-perkara gaib diantaranya beriman
kepada malaikat- malaikat, kitab-kitab, para Nabi, hari kiamat dan taqdir. Serta
mengimani semua yang diterangkan oleh dalil-dalil nash perihal keyakinan, dan
apa yang disepakati oleh ulama salaf , tunduk kepada hukum, perintah dan syariat
Allah dan mentaati Rasulullah, berhukum dengannya serta mengikutinya.7
Hadis Ibnu Abbas menjelaskan dua pokok nilai keimanan, pertama nilai
keimanan yang berkaitan dengan uluhiyyah Allah dan yang kedua keimanan
terhadap taqdir Allah yang baik maupun buruk.
a. Mengimani uluhiyyah Allah berarti meyakini bahwa semua ibadah merupakan
hak Allah dan wajib untuk diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Dan diantara
bentuk beribada adalah memohon serta minta tolong, dan hadis ini menjelaskan
tentang wajibnya meminta tolong kepada Allah serta larangan meminta tolong
kepada selain Allah.8
b. Keimanan terhadap takdir. Nilai keyakinan kedua yang disebutkan dalam hadis
Ibnu Abbas adalah terkait keimanan terhadap taqdir Allah, keimanan terhadap
taqdir mencakup empat tingkatan, yang pertama iman terhadap ilmu Allah yang
meliputi segala sesuatu secara global maupun terperinci, yang kedua Al kitabah,
yaitu Allah menulis takdir segala sesuatu hingga terjadinya kiamat di al Lauh Al
Mahfudh sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, ketiga keimanan bahwa
segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas kehendak Allah, keempat bahwa Allah
menciptakan semua makhluk.9
2. Nilai pendidikan ubudiyah
Pendidikan Islam selain menanamkan keyakinan atau keimanan yang
benar kepada peserta didik juga berperan di dalam memperbaiki hubungan antara
makhluk atau manusia dengan penciptanya melalui praktek amal ibadah.
6
Muhammad bin Abdul Aziz bin Muhammad al ‘Aqil, Al ‘Aqidah Al Islamiyyah Wa al Madzahib Al
Mu’ashirah, (tanpa disebutkan kota : Jami’ah Al Malik Fais}al,1430), 3
7
Nasir bin Abdu Al Karim Al ‘Aql, Mabahith Aqidah Ahli Al Sunnah Wa Al Jama’ah Wa Mauqif Al
Harakat Aal Islamiyyah Al Mu’asirah Minha, (tanpa menyebutkan kota penerbit : Daar al Wathan : 1412), 1.
8
Mansur bin Muhammad Al Saq’ub, Al Hulal Al Bahiyyah Sharhu Al Arba’in Al Nawawiyyah . 160
9
Muhammad bin Salih Al Uthaimin , Sharah Al Arba’in Al Nawawiyyah . 60-63
10
Nilai ubudiyah yang terdapat di hadis Ibnu Abbas di atas diambil dari
sabda Nabi Muhammad berikut:
.احفظ هللا َيفظك احفظ هللا َتد ه َتا هك
“Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan
mendapati-Nya di hadapanmu.”
Ibnu Rajab mejelaskan bahwa maksud dari ucapan Nabi “ Jagalah Allah” adalah
menjaga batasanbatasan Allah dengan cara menjalankan apa yang Allah
perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang.
Nilai ibadah atau ubu>ydiyah hakekatnya bagian dari keimanan terhadap
ulu>hiyyah Allah, penanaman keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya yang
berhak untuk disembah harus dibarengi dengan pemahaman tentang penyembahan
kepadah Allah dalam praktek amal perbuatan, pendidikan Islam harus mengajarkan
bagaimana beribadah dan menyembah Allah sesuai dengan landasan ajaran Islam
yaitu quran dan sunnah.
3. Nilai pendidikan mental
Pendidikan Islam selain menyiapkan manusia-manusia yang memiliki
kecakapan dalam keilmuan, jiwa religius juga menyiapkan manusia-manusia yang
siap menghadai kehidupan di masa yang akan datang. Kehidupan tidak pernah
terlepas dari sebuah problem atau masalah, oleh sebab itu diperlukan proses
pendidikan yang berfungsi sebagai penyelesai dari proplem-probelem.
Pendidikan mental yang utama adalah kesabaran. Sabar berarti al-
habs(mencegah, menghalangi, memenjarakan), al-jara’ah(keberanian),dan
ketabahan. Sabar adalah menahan diri dari sesuatu baik perbuatan maupun ucapan
yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah. Hakikat sabar adalah kuatnya
dorongan agama dalam menghadapi dorongan hawa nafsu.10 Dari makna menahan,
lahir makna konsisten/bertahan, karena yang bersabar bertahan diri pada suatu
sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai bersabar.
C. Hubungan Hadits Dengan Konteks Saat Ini
Kemenangan Islam dan dakwah islamiyyah adalah impian para pejuang di jalan
Allah. Salah satu bentuk kemenangan itu adalah manakala nilai-nilai ilahiyyah
mendapat tempat dalam kehidupan manusia, baik dalam urusan pribadi, keluarga,
10
Muhammad Shalih Al Munajjid, Al S}abr, (Jeddah : Majmu>’ah Al Za>d, 2009),8.
11
masyarakat, negara, ekonomi, politik, maupun urusan lainnya. Nilai-nilai ilahiyyah
yang dimaksud tentu bukan saja perilaku-perilaku saleh individual akan tetapi juga
kesalehan yang berdaya guna semisal keadilan, kejujuran, dan keberpihakan kepada
kebenaran apa pun risikonya.
“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) pada setiap hamba yang selalu kembali
(kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang
takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia
datang dengan hati yang bertaubat.” (QS. Qaf ayat 32).13
11
Rangkuman Kajian dakwah alhikmah, Jagalah alloh, pasti engkau menang, hal 3
12
Abul-Faraj Al-Hambali kitab Jami’ul-‘Ulumi Wal-Hikam, Hadits patuhilah perintah dan larangan
agama
13
https://www.merdeka.com/quran/qaf/ayat-32 diakes pada tanggal 1 April 2023
12
bersegera untuk bertaubat jika melakukan kesalahan-kesalahan. Di antara perintah-
perintah agung yang harus dijaga oleh setiap Muslim adalah:
a. Sholat
Jadi, sangat ironis bila semakin banyak kegiatan malah semakin terlalaikan
shalat dan lebih celakalah lagi bila shalat itu dilalaikan justru dengan alasan
kesibukan. Tidak akan ada barokah dari aktivitas yang melalaikan shalat. Apa pun
alasannya. Termasuk dengan alasan bahwa yang penting adalah shalat aktivitas.
Yang dimaksud dengan shalat aktivitas adalah kegiatan yang diklaim sebagai
perjuangan menegakkan kebenaran. Itu saja dianggap cukup sekalipun
meninggalkan shalat. Pasti perjuangan itu bukan di jalan Allah melainkan di jalan
yang sesat
Integritas dan kredibelitas seseorang dapat dilihat, antara lain, dari tingkat
komitmennya terhadap sumpah dan janji. Makanya Allah swt. memesankan agar
14
https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-238 diakses pada tanggal 1 April 2023
15
Rangkuman Kajian dakwah alhikmah, Jagalah alloh, pasti engkau menang, hal 3
13
orang beriman berpegang teguh kepada janji atau sumpah yang dibuatnya. Firman-
Nya:
Lebih berat lagi bobot janji itu apabila pelanggarannya dapat menyebabkan
kesengsaraan orang banyak. Misalnya janji atau sumpah jabatan. Atau janji yang
dibuat untuk menarik dan merekrut orang agar mendukung dirinya dan berpihak
kepadanya.17
Hal yang wajib dijaga adalah menumbuhkan rasa malu dalam diri seseorang
yang Rasulullah lakukan di masanya. Rasululloh SAW bersabda “Telah
menceritakan kepada kami Yaḥya bin Musa telah menceritakan kepada kami
Muḥammad bin ‘Ubaid dari Aban bin Ishaq dari Ash Shabbah bin Muḥammad
dari Murrah Al Hamdani dari Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah SAW
bersabda, “Malulah pada Allah dengan sebenarnya.” Berkata Ibnu Mas’ūd: Kami
berkata, Wahai Rasūlullah , kami malu, alhamdulillah. Beliau bersabda, “Bukan
itu, tapi malu kepada Allah dengan sebenarnya adalah kau menjaga kepala dan
apa yang difahami dan perut beserta isinya, mengingat kematian dan segala
16
https://www.merdeka.com/quran/al-maidah/ayat-89 diakses pada tanggal 1 April 2023
17
Rangkuman Kajian dakwah alhikmah, Jagalah alloh, pasti engkau menang, hal 3
14
kemusnahan, barangsiapa menginginkan akhirat, ia meninggalkan perhiasan
dunia, barangsiapa melakukannya, ia malu kepada Allah dengan sebenarnya”18
Ketika di era digital salah satunya media sosial saat ini rasa malu sudah
terkikis, sudah tidak lagi menjunjung tinggi rasa malu, seperti contoh maraknya
video seorang wanita berjoget-joget memperlihatkan bentuk tubuhnya kemudian
di bagikan ke media social. Karna itu kita harus menjaga rasa malu kita dengan
menjaga pendengaran, penglihatan, lidah dari hal-hal yang diharamkan.19
KESIMPULAN
Intisari hadist Pertama; perlakuan lembut Nabi SWT terhadap orang memiliki tingkatan
lebih rendah, seperti yang beliau katakan pada Ibnu Abbas, "Nak! Sungguh aku akan
mengajarkan kalimat-kalimat padamu."
Kedua; saat hendak menyampaikan sesuatu yang penting, selaiknya terlebih dahulu menyebut
kata-kata yang menarik perhatian, seperti yang Nabi SWT katakan, "Nak! Sungguh aku akan
mengajarkan kalimat-kalimat padamu.
Ketiga; siapapun yang menjaga (perintah dan larangan) Allah, Allah pasti menjaganya,
berdasarkan sabda Nabi SWT "Jagalah (perintah dan larangan) Allah, niscaya la menjagamu
(dari segala petaka dunia dan siksa akhirat)."
Keempat, siapapun yang menyia-nyiakan agama Allah, Allah akan menyia-nyiakannya dan
tidak akan menjaganya. Allah Saw berfirman, "Dan janganlahkamu seperti orang-orang yang
lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah
orang-orang fasik." (Al-Hasyr: 19)
Kelima; siapapun yang menjaga (perintah dan larangan) Allah, Allah akan menuntun dan
menunjukkan menuju kebaikan, dan siapapun yang senantiasa menjaga (perintah dan larangan)
Allah, Allah akan menghindarkannya dari keburukan.
Keenam; saat memerlukan pertolongan, mintalah kepada Allah. Namun bisa juga meminta
pertolongan kepada selain Allah, dengan catatan yang dimintai pertolongan bisa dan mampu,
berdasarkan sabda Nabi Saw.
Ketujuh; umat secara keseluruhan tidak akan mampu memberi manfaat pada seorang pun,
selain manfaat yang telah Allah takdirkan untuknya. Mereka semua juga tidak akan bisa
menimpakan suatu bahaya pada seorang pun, selain bahaya yang telah Allah takdirkan baginya.
18
Hadis At-Tirmiżī, menumbuhkan rasa malu dalam diri seseorang juz 4 hal. 550
19
Sofatul Marwah, kontekstualisasi hadis malulah pada allah dengan sebenarnya pada media sosial
(studi ma’anil hadis), hal 6
15
Kedelapan; siapapun wajib menggantungkan harapan kepada Allah semata, bukan kepada
makhluk, karena makhluk tiada kuasa untuk menimpakan mara bahaya ataupun memberi
manfaat.
Kesembilan; segala sesuatu sudah ditakdirkan, seperti yang diriwayatkan dari Nabi SWT
bahwa Allah menulis takdir-takdir makhluk seribu tahun sebelum menciptakan langit dan
bumi."
Kesepuluh; riwayat lain menyebutkan, ketika seseorang mengenal Allah dengan menunaikan
ketaatan kepada-Nya saat sehat dan leluasa, Allah akan mengenalnya saat berada dalam
kesulitan, sehingga Allah akan mengasihi, menolong dan menghilangkan kesulitannya.
Kesebelas; nuatu takdir yang telah Allah tetapkan pada seseorang, tidak akan luput, dan jika
Allah tidak menakdirkan sesuatu padanya, tidak akan
Keduabelas berita gembira besar bagi mereka yang bersabar, dan pertolongan itu senantiasa
menyertai kesabaran.
Ketigabelas berita gembira bahwa jalan keluar senantiasa menyertai segala musibah dan
kesulitan. Semakin pelik musibah dan kesulitan yang menimpa, jalan keluar dari Allah akan
segera tiba.
Keempatbelas; berita gembira behwa siapapun yang tertimpa kesulitan, silahkan menantikan
datangnya kemudahan.
Kelimabelas; hiburan saat musibah menimpa atau kehilangan sesuatu yang dicintai, menurut
salah satu dari dua kemungkinan makna sabda Nabi SWT "Ketahuilah! Apapun (musibah dan
nikmat) yang (ditakdirkan) luput darimu tidak akan menimpamu, dan apapun (musibah dan
nikmat) yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan luput darimu.”
Hadis Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Al Ima>m Al Nawawiy , maka kita akan
temukan bahwa hadis tersebut mengandung beberapa nilai pendidikan Islam yaitu nilai
pendidikan akidah, nilai pendidikan ubudiyah,nilai pendidikan mental. Hadis Ibnu Abbas
menjelaskan dua pokok nilai keimanan, pertama nilai keimanan yang berkaitan dengan
uluhiyyah Allah dan yang kedua keimanan terhadap taqdir Allah yang baik maupun buruk.
Konteks hadits dengan saat ini Salah satu bentuk kemenangan itu adalah manakala nilai-
nilai ilahiyyah mendapat tempat dalam kehidupan manusia, baik dalam urusan pribadi,
keluarga, masyarakat, negara, ekonomi, politik, maupun urusan lainnya. Nilai-nilai ilahiyyah
yang dimaksud tentu bukan saja perilaku-perilaku saleh individual akan tetapi juga kesalehan
yang berdaya guna semisal keadilan, kejujuran, dan keberpihakan kepada kebenaran apa pun
risikonya.
16
DAFTAR RUJUKAN
Al ‘Aql, Nasir bin Abdu Al Karim, Mabahith Aqidah Ahli Al Sunnah Wa Al Jama’ah Wa
Mauqif Al Harakat Aal Islamiyyah Al Mu’asirah Minha, (tanpa menyebutkan kota
penerbit : Daar al Wathan : 1412)
Al Munajjid,Muhammad Shalih, Al S}abr, (Jeddah : Majmu’ah Al Zad, 2009)
Al-Utsmani, Muhammad Shalih bin, Syarah Hadist Arba'in: Penjelasan 40 Hadist Inti Ajaran
Islam Imam An-Nawawi, (Solo: Ummul Qura,2012)
Cholis, nur. Agus santoso. (2021). Nilai pendidikan islam di hadis al-arba’in al-nawawiyah
(hadist ibnu abbas ya ghulam). STAI Ali bin abi thalib surabaya, jurnal al-fawa’id.
Hadis At-Tirmiżī, menumbuhkan rasa malu dalam diri seseorang juz 4
HR. Muslim, kitab : Takdir, bab: Debat Adam dengan Musa, hadist nomor 2653.
https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-238 diakses pada tanggal 1 April 2023
Jamal Ma‟mur Asmani. Agar Anda Selalu ditolong Allah (Cet. I; Jogjakarta: Sabil, 2011)
Kauma,Fuad, Tamsil al-Qur’an: Memahami Pesan-Pesan Moral dalam Ayat-Ayat Tamsil (Cet.
II; Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004)
Marwah, Sofatul, kontekstualisasi hadis malulah pada allah dengan sebenarnya pada media
sosial (studi ma’anil hadis),
Muhammad bin Abdul Aziz bin Muhammad al ‘Aqil, Al ‘Aqidah Al Islamiyyah Wa al
Madzahib Al Mu’ashirah, (tanpa disebutkan kota : Jami’ah Al Malik Fais}al,1430)
Wal-Hikam ,Abul-Faraj Al-Hambali kitab Jami’ul-‘Ulumi, Hadits patuhilah perintah dan
larangan agama
17