Anda di halaman 1dari 30

Keragaman Pada Tingkat Organisasi Kehidupan

Standar Kompetensi:

Mendeskripsikan ciri-ciri dan keanekaragaman makhluk hidup, komponen ekosistem serta


interaksi antar makhluk hidup dalam lingkungan, pentingnya pelestarian makhluk hidup
dalam kehidupan.

Kompetensi Dasar:

Mendepskrisikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel
sampai organisme, berdasarkan interpretasi hasil kegiatan.

I. SEL

Setiap makhluk hidup tersusun dari bagian-bagian terkecil yang masing-masing bagian
memiliki fungsi tertentu untuk dapat menunjang kehidupannya. Bagian terkecil ini disebut
Sel.

Jadi, Sel adalah unit atau satuan struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup.
Berdasarkan jumlah sel penyusunnya, makhluk hidup dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Bersel satu (uniseluler)
b. Bersel banyak (multiseluler)

 Bagian-bagian sel:
1. Membran sel,
- bagian luar sel yg melindungi sel
- berfungsi mengatur keluar masuknya zat
- bersifat semipermeabel (hanya dpt dilalui oleh air)
- Terdapat pada sel hewan dan tumbuhan

2. Sitoplasma
- Cairan kental yg berada di antara membran sel dan inti sel
- Terdapat vakuola dan organel sel di dalamnya (badan golgi, riboson, reticulum endoplasma,
dan sentrosom pada hewan, plastida pada tumbuhan)
- Jarang ditemukan pada hewan multiseluler

3. Inti sel (Nukleus)


- Umumnya berbentuk bulat atau lonjong
- Terletak agak di tengah sel
- Berfungsi sbg pusat pengatur seluruh kegiatan sel
- Di dalamnya terdapat plasma yg disebut nukleoplasma. Di dalam inti sel terdapat kromosom
yg mengandung gen (DNA)
- Terdapat pada sel hewan dan tumbuhan
 Sel tumbuhan dan sel hewan memiliki beberapa perbedaan, antara lain:

Bagian Tumbuh Hewa


sel an n
Bentuk Tetap Berub
sel ah
Dinding Ada Tidak
sel ada
Vakuola Besar, Kecil,
hanya 1 biasan
ya
banya
k

Plastida Ada Tidak


ada
Sentros Tidak Ada
om ada

II. JARINGAN

 Jaringan adalah kelompok sel yg mempunyai bentuk dan fungsi yg sama

 Jaringan pada tumbuhan adalah:


 Jaringan Meristem (Aktif Membelah) Berada pada
- Ujung akar
- Ujung Batang
- Kambium

 Jaringan Permanen Terdiri dari:


- Epidermis/ pelindung
- Parenkim (korteks dan empulur)
- Penyongkong/penunjang (kolenkim dan Sklerenkim
- Pengangkut/Fasikuler (Xilem dan Floem)

 Jaringan pada hewan vertebrata dan manusia adalah;



 Jaringan epitel
- Jaringan penutup / pelapis tubuh
- Berfungsi melindungi jaringan di bawahnya, kelenjar, penyerap, dan penerima ransangan
dari luar tubuh
- Terdiri dari : epitel pipih (epitel di rongga mulut) epitel kubus (terdapat pd ginjal) dan epitel
silindris (epitel pada usus)

 Jaringan otot
- Tersusun atas sel-sel otot yg tersusun oleh serabut halus yaitu miofibril
- Befungsi sebagai penggerak tubuh
- Dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

Otot Otot Otot


Lurik Polos Jantun
g
Menuru Tdk Tdk
t menuru menuru
kehend t t
ak kita kehend kehend
ak ak
Tidak Tahan Tahan
tahan lelah lelah
lelah
Contoh Contoh Contoh
: otot : : pada
tangan dinding jantung
lambun
g
 Jaringan saraf
- Berfungsi menerima dan meneruskan ransangan
- Tersusun dari sel saraf (neuron)
- Setiap sel terdiri dari badan sel, dendrit dan akson
 Jaringan pengikat
- Berfungsi utk mengikat jaringan dan alat tubuh serta menunjang berdirinya tubuh. Contoh :
tulang, tulang rawan, darah, dan lemak

III. ORGAN

 Organ adalah kumpulan jaringan yg bersatu, menjalankan fungsi tertentu dan membentuk
alat tubuh
 Contoh organ pada manusia dan hewan:
1) Mata
2) Telinga
3) Paru-paru
4) Jantung
5) Hati
6) Lambung
7) Usus Halus

 Contoh organ pada tumbuhan:


1) Akar (terbentuk dari jaringan epidermis, parenkim, xilem dan floem)
2) Batang (terbentuk dari jaringan parenkim, korteks, xilem dan floem)
3) Daun (terbentuk dari jaringan epidermis, jaringan tiang, xilem, dan floem.

IV. SISTEM ORGAN

 Beberapa macam organ akan membentuk suatu sistem organ.


 Sistem organ pada vertebrata dan manusia antara lain:
1) Sistem pencernaan
2) Sistem ekskresi
3) Sistem reproduksi
4) Sistem otot
5) Sistem pernapasan
6) Sistem rangka
7) Sistem saraf
8) Sistem hormon

 Sistem organ pada tumbuhan antara lain:


1) Sistem pengangkutan pada batang untuk mengangkut makanan hasil fotosintesis
2) Sistem reproduksi untuk memperbanyak organisme
3) Sistem penyerapan pada akar

V. ORGANISME

 Beberapa sistem organ akan membentuk suatu organisme secara utuh.


 Contoh organisme adalah manusia, hewan, dan tumbuhan
Objek dan permasalahan biologi pada tingkat organisasi kehidupan
Apa saja yang dipelajari dalam biologi?objek yang menjadi kajian biologi sangat banyak,
yaitu semua yang berkaitan dengan mahluk hidup, baik pada tingkat molekul ,sel, jaringan,
organ, sistem, organ, individu, populasi, ekosistem, maupun tingkat bioma.

1. Tingkat molekul

Kajian biologi pada tingkat moleku meliputi kajian mengenai berbagai jenis biomolekul yang
menyusun tubuh makhluk hidup, diantaranya adalah protein, karbohidrat, lemak, asam
nukleat, dan vitamin. Disitu dipelajari bagaimana molekul-molekul tersebut dibuat dan apa
fungsi atau peran berbagai jenis biomolekul tersebut dalam menunjang kehidupan suatu
organisme.

2. Tingkat sel

Objek dan persoalan biologi pada tingkat sel dipelajari dalam cabang ilmu sitologi atau
biologi sel. Kajian biologi pada tingkat sel meliputi, antara lain morfologi dan jenis-jenis sel,
bagaimana macam organela penyusun sel (misalnya, inti sel, mitokondria, reticulum
endoplasma, ribosom, dan membrane sel), fungsi organela tersebut, fungsi berbagai sel,
metabolisme yang terjadi di dalam sel , transfortasi zat ke dalam dan keluar sel, serta cara sel
bereproduksi dan membelah diri.

3. Tingkat jaringan

Jaringan merupakan kumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi sama. Contoh:
jaringan epitel, jaringan darah. Contoh permasalahan biologi di tingkat jaringan adalah cara
jaringan otot dapat berkontraksi sehingga menggerakkan tulang.

4. Tingkat organ

Organ merupakan kumpulan jaringan dengan fungsi tertentu. Cabang biologi yang
mempelajari organ disebut organologi. Kajian biologi pada tingkat organ meliputi asal usul
dan perkembangan organ, berbagai jenis organ (misalnya mata, telinga, jantung, paru-paru,
ginjal dan lambung), fungsi berbagai macam organ, komponen penyusun organ, kelainan
yang terjadi pada organ, serta transplantasi organ. Contoh permasalahan biologi di tingkat
organ adalah infeksi usus halus.

5. Tingkat sistem organ

Sistem organ di susun oleh organ-organ yang saling berinteraksi dan melaksanakan fungsi di
dalam tubuh.

6. Tingkat individu

Objek kajian biologi pada tingkat individu meliputi jenis-jenis organisme, kedudukannya
secara taksonmis, cara memperoleh makana, cara bereproduksi, cara bergerak, cara
mempertahankan diri, dan cara beradaptasi dengan lingkungan.

7. Tingkat populasi
Kumpulan individu yang berada pada waktu dan tempat yang sama disebut populasi.
Misalnya populasi rumput, populasi pohon kelapa, populasi burung merpati, populasi cacing
tanah, dan sebagainya.

8. Tingkat komunitas

Kumpulan populasi yang berada di tempat dan waktu yang sama disebut komunitas.
Misalnya komunitas padang rumput, yang terdiri dari populasi rumput, populasi belalang,
populasi kupu-kupu, populasi cacing tanah, populasi alang-alang, dan sebagainya.

9. Tingkat ekosistem

Ekosistem adalah interaksi antara populasi-populasi penyusun komunitas dengan lingkungan


abiotiknya (misalnya sinar matahari, tanah, air, dan udara).
Ekosistem dibedakan jadi tiga yaitu
a. Ekosistem darat, meliputi; tundra, taiga, padang rumput, padang pasir atau gurun, savanna,
hutan hujan tropis, dan hutan deciduous (hutan gugur).
b. Ekosistem perairan, meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
c. Ekosistem suksesi, adalah ekosistem yang berkembang setelah terjadi perusakan terhadap
ekosistem alami.

10. Tingkat bioma

Kumpulan ekosistem yang meliputi wilayah yang luas akan membentuk bioma.

ORGANISASI KEHIDUPAN
A. Sel
Sel merupakan unit penyusun tubuh makhluk hidup. Dalam biologi, sel adalah kumpulan
materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk
hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia
untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Terdapat makhluk hidup yang
tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme uniseluler, m isalnya bakteri dan
amoeba. Sedangkan tumbuhan, hewan, dan manusia, merupakan organisme multiseluler yaitu
organism yang terdiri dari banyak tipe sel yang terspesialisasi dengan fungsinya masing-
masing. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih dari 1013 sel. Namun demikian, seluruh
tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri
berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan
sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Sel-sel pada organisme multiseluler tidak akan bertahan lama jika masing-masing berdiri
sendiri. Sel yang sama dikelompokkan menjadi jaringan, yang membangun organ dan
kemudian sistem organ yang membentuk tubuh organisme tersebut. Contohnya, sel otot
jantung membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan bagian dari
sistem organ peredaran darah pada tubuh manusia. Sementara itu, sel sendiri tersusun atas
komponen-komponen yang disebut organel. Sel terkecil yang dikenal manusia ialah bakteri
Mycoplasma dengan diameter 0,0001 sampai 0,001 mm, sedangkan salah satu sel tunggal
yang bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam yang belum dibuahi. Akan tetapi,
sebagian besar sel berdiameter antara 1 sampai 100 µm (0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa
dilihat dengan mikroskop. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan
sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke-17. Robert Hooke
pertama kali mendeskripsikan dan menamai sel pada tahun 1665 ketika ia mengamati suatu
irisan gabus (kulit batang ketela pohon) dengan mikroskop yang memiliki perbesaran 30 kali.
Namun demikian, teori sel sebagai unit kehidupan baru dirumuskan hampir dua abad setelah
itu oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann. Selanjutnya, sel dikaji dalam cabang
biologi yang disebut biologi sel.

Sejarah Penemuan Awal Sel


Mikroskop majemuk dengan dua lensa telah ditemukan pada akhir abad ke-16 dan
selanjutnya dikembangkan di Belanda, Italia, dan Inggris. Hingga pertengahan abad ke-17
mikroskop sudah memiliki kemampuan perbesaran citra sampai 30 kali. Ilmuwan Inggris
Robert Hooke kemudian merancang mikroskop majemuk yang memiliki sumber cahaya
sendiri sehingga lebih mudah digunakan. Ia mengamati irisan-irisan tipis gabus melalui
mikroskop dan menjabarkan struktur mikroskopik gabus sebagai "berpori-pori seperti sarang
lebah tetapi pori-porinya tidak beraturan" dalam makalah yang diterbitkan pada tahun 1665.
Hooke menyebut pori-pori itu cells karena mirip dengan sel (bilik kecil) di dalam biara atau
penjara. Yang sebenarnya dilihat oleh Hooke adalah dinding sel kosong yang melingkupi sel-
sel mati. Ia juga mengamati bahwa di dalam tumbuhan hijau terdapat sel yang berisi cairan.
Gambar struktur gabus yang dilihat Robert Hooke melalui mikroskopnya

Pada masa yang sama di Belanda, Antony van Leeuwenhoek, seorang pedagang kain,
menciptakan mikroskopnya sendiri yang berlensa satu dan menggunakannya untuk
mengamati berbagai hal. Ia berhasil melihat sel darah merah, spermatozoid, khamir bersel
tunggal, protozoa, dan bahkan bakteri. Pada tahun 1673 ia mulai mengirimkan surat yang
memerinci kegiatannya kepada Royal Society, perkumpulan ilmiah Inggris, yang lalu
menerbitkannya. Pada salah satu suratnya, Leeuwenhoek menggambarkan sesuatu yang
bergerak-gerak di dalam air liur yang diamatinya di bawah mikroskop. Ia menyebutnya
diertjen atau dierken (bahasa Belanda: 'hewan kecil', diterjemahkan sebagai animalcule
dalam bahasa Inggris oleh Royal Society), yang diyakini sebagai bakteri oleh ilmuwan
modern. Pada tahun 1675–1679, ilmuwan Italia Marcello Malpighi menjabarkan unit
penyusun tumbuhan yang ia sebut utricle ('kantong kecil'). Menurut pengamatannya, setiap
rongga tersebut berisi cairan dan dikelilingi oleh dinding yang kokoh. Nehemiah Grew dari
Inggris juga menjabarkan sel tumbuhan dalam tulisannya yang diterbitkan pada tahun 1682,
dan ia berhasil mengamati banyak struktur hijau kecil di dalam sel-sel daun tumbuhan, yaitu
kloroplas.
Teori sel
Beberapa ilmuwan pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 telah berspekulasi atau
mengamati bahwa tumbuhan dan hewan tersusun atas sel, namun hal tersebut masih
diperdebatkan pada saat itu. Pada tahun 1838, ahli botani Jerman Matthias Jakob Schleiden
menyatakan bahwa semua tumbuhan terdiri atas sel dan bahwa semua aspek fungsi tubuh
tumbuhan pada dasarnya merupakan manifestasi aktivitas sel. Ia juga menyatakan pentingnya
nukleus (yang ditemukan Robert Brown pada tahun 1831) dalam fungsi dan pembentukan
sel, namun ia salah mengira bahwa sel terbentuk dari nukleus. Pada tahun 1839, Theodor
Schwann, yang setelah berdiskusi dengan Schleiden menyadari bahwa ia pernah mengamati
nukleus sel hewan sebagaimana Schleiden mengamatinya pada tumbuhan, menyatakan
bahwa semua bagian tubuh hewan juga tersusun atas sel. Menurutnya, prinsip universal
pembentukan berbagai bagian tubuh semua organisme adalah pembentukan sel.
Perkembangan biologi sel
Antara tahun 1875 dan 1895, terjadi berbagai penemuan mengenai fenomena seluler
dasar, seperti mitosis, meiosis, dan fertilisasi, serta berbagai organel penting, seperti
mitokondria, kloroplas, dan badan Golgi. Lahirlah bidang yang mempelajari sel, yang saat itu
disebut sitologi. Perkembangan teknik baru, terutama fraksinasi sel dan mikroskopi elektron,
memungkinkan sitologi dan biokimia melahirkan bidang baru yang disebut biologi sel. Pada
tahun 1960, perhimpunan ilmiah American Society for Cell Biology didirikan di New York,
Amerika Serikat, dan tidak lama setelahnya, jurnal ilmiah Journal of Biochemical and
Biophysical Cytology berganti nama menjadi Journal of Cell Biology. Pada akhir dekade
1960-an, biologi sel telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mapan, dengan perhimpunan dan
publikasi ilmiahnya sendiri serta memiliki misi mengungkapkan mekanisme fungsi organel
sel.
Struktur
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma, sementara
daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Setiap sel mengandung DNA sebagai materi yang
dapat diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel memiliki
struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan digunakan
sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel tersebut. Setiap organisme tersusun atas
salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik.
Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA
pada eukariota terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan
prokariota tidak memiliki nukleus. Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik,
sementara protista, tumbuhan, jamur, dan hewan memiliki sel eukariotik.

Sel Prokariotik

Gambar sel prokariotik.


Pada sel prokariotik (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon, 'biji'), tidak ada
membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan daerah tempat DNA
terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan prokariotik merupakan organisme
uniseluler dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan volumenya sekitar 1 µm 3)
serta umumnya terdiri dari selubung sel, membran sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa
struktur lain. Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya.
Jika selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari karbohidrat atau
kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu disebut sebagai dinding sel.
Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran luar yang menutupi lapisan peptidoglikan, dan
ada pula bakteri yang memiliki selubung sel dari protein. Sementara itu, kebanyakan
selubung sel arkea berbahan protein, walaupun ada juga yang berbahan peptidoglikan.
Selubung sel prokariotik mencegah sel pecah akibat tekanan osmotik pada lingkungan yang
memiliki konsentrasi lebih rendah daripada isi sel.
Prokariotik umumnya memiliki satu molekul DNA dengan struktur lingkar yang
terkonsentrasi pada nukleoid. Selain itu, prokariotik sering kali juga memiliki bahan genetik
tambahan yang disebut plasmid yang juga berstruktur DNA lingkar. Pada umumnya, plasmid
tidak dibutuhkan oleh sel untuk pertumbuhan meskipun sering kali plasmid membawa gen
tertentu yang memberikan keuntungan tambahan pada keadaan tertentu, misalnya resistansi
terhadap antibiotik. Prokariotik juga memiliki sejumlah protein struktural yang disebut
sitoskeleton, yang pada mulanya dianggap hanya ada pada eukariotik. Protein skeleton
tersebut meregulasi pembelahan sel dan berperan menentukan bentuk sel.
Sel Eukariotik
Gambaran sel tumbuhan.
Gambar sel hewan.

Tidak seperti prokariotik, sel eukariotik (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya' dan karyon)
memiliki nukleus. Diameter sel eukariotik biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih
besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara nukleus dan membran
sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium semicair yang disebut sitosol, yang di dalamnya
terdapat organel-organel dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian besar tidak
dimiliki prokariotik. Organel satu dengan yang lain dibatasi oleh satu lapis membran, namun
ada pula yang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus. Selain nukleus, sejumlah
organel lain dimiliki hampir semua sel eukariotik, yaitu (1) mitokondria, tempat sebagian
besar metabolisme energi sel terjadi; (2) retikulum endoplasma, suatu jaringan membran
tempat sintesis glikoprotein dan lipid; (3) badan Golgi, yang mengarahkan hasil sintesis sel
ke tempat tujuannya; serta (4) peroksisom, tempat perombakan asam lemak dan asam amino.
Lisosom, yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan
oleh sel, ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas, tempat
terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu daun tumbuhan dan sejumlah
organisme uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah eukariotik uniseluler memiliki
satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat menyimpan nutrien dan limbah serta tempat
terjadinya sejumlah reaksi penguraian.
Jaringan protein serat sitoskeleton mempertahankan bentuk sel dan mengendalikan
pergerakan struktur di dalam sel eukariotik. Sentriol, yang hanya ditemukan pada sel hewan
di dekat nukleus, juga terbuat dari sitoskeleton. Dinding sel yang kaku terbuat dari selulosa
mengelilingi sel tumbuhan dan membuatnya kuat. Fungi juga memiliki dinding sel, namun
komposisinya berbeda dari dinding sel bakteri maupun tumbuhan. Di antara dinding sel
tumbuhan yang bersebelahan terdapat saluran yang disebut plasmodesmata.

Membran Sel

Membran sel terdiri dari lapisan ganda fosfolipid dan berbagai protein. Membran sel
yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan berfungsi sebagai rintangan selektif
yang memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang cukup untuk melayani seluruh
volume sel. Membran sel juga berperan dalam sintesis ATP, pensinyalan sel, dan adhesi sel.
Membran sel berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari molekul lipid dan protein.
Membran sel bersifat dinamik dan kebanyakan molekulnya dapat bergerak di sepanjang
bidang membran. Molekul lipid membran tersusun dalam dua lapis dengan tebal sekitar 5 nm
yang menjadi penghalang bagi kebanyakan molekul hidrofilik. Molekul-molekul protein yang
menembus lapisan ganda lipid tersebut berperan dalam hampir semua fungsi lain membran,
misalnya mengangkut molekul tertentu melewati membran. Ada pula protein yang menjadi
pengait struktural ke sel lain, atau menjadi reseptor yang mendeteksi dan menyalurkan sinyal
kimiawi dalam lingkungan sel. Diperkirakan bahwa sekitar 30% protein yang dapat disintesis
sel hewan merupakan protein membran.
Nukleus (Inti Sel)
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariotik
(sebagian lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-rata 5
µm, organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel eukariotik.
Sebagian besar sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak nukleus,
contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel darah
merah matang yang kehilangan nukleusnya saat berkembang.
Selubung nukleus melingkupi nukleus dan memisahkan isinya (yang disebut
nukleoplasma) dari sitoplasma. Selubung ini terdiri dari dua membran yang masing-masing
merupakan lapisan ganda lipid dengan protein terkait. Membran luar dan dalam selubung
nukleus dipisahkan oleh ruangan sekitar 20–40 nm. Selubung nukleus memiliki sejumlah pori
yang berdiameter sekitar 100 nm dan pada bibir setiap pori, kedua membran selubung
nukleus menyatu.
Di dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi kromatin.
Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang berbentuk benang akan menggulung,
menjadi cukup tebal untuk dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur terpisah yang
disebut kromosom. Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak
membelah ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen ribosom disintesis
dan dirakit. Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan melalui pori nukleus ke
sitoplasma, tempat semuanya bergabung menjadi ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari
satu nukleolus, bergantung pada spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut. Nukleus
mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara mengirim molekul pembawa
pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan "pesan" gen pada DNA. RNA
ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada ribosom, tempat
pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein yang disintesis.
Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis protein
yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati manusia yang memiliki
beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah
molekul RNA. Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota, namun keduanya
sangat mirip dalam hal struktur dan fungsi. Keduanya terdiri dari satu subunit besar dan satu
subunit kecil yang bergabung membentuk ribosom lengkap dengan massa beberapa juta
dalton. Pada eukariotik, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat pada bagian
luar retikulum endoplasma. Sebagian besar protein yang diproduksi ribosom bebas akan
berfungsi di dalam sitosol, sementara ribosom terikat umumnya membuat protein yang
ditujukan untuk dimasukkan ke dalam membran, untuk dibungkus di dalam organel tertentu
seperti lisosom, atau untuk dikirim ke luar sel. Ribosom bebas dan terikat memiliki struktur
identik dan dapat saling bertukar tempat. Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif masing-
masing ribosom begitu metabolismenya berubah.

Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang terdiri dari
jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling terhubung.
Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum
endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya
ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis protein dengan tempat tujuan
tertentu, seperti organel tertentu atau membran, akan menempel pada retikulum endoplasma
kasar. Protein yang terbentuk akan terdorong ke bagian dalam retikulum endoplasma yang
disebut lumen. Di dalam lumen, protein tersebut mengalami pelipatan dan dimodifikasi,
misalnya dengan penambahan karbohidrat untuk membentuk glikoprotein. Protein tersebut
lalu dipindahkan ke bagian lain sel di dalam vesikel kecil yang menyembul keluar dari
retikulum endoplasma, dan bergabung dengan organel yang berperan lebih lanjut dalam
modifikasi dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke badan Golgi, yang akan
mengemas dan memilahnya untuk diantarkan ke tujuan akhirnya.
Retikulum endoplasma halus berfungsi dalam sintesis lipid komponen membran sel.
Dalam jenis sel tertentu, misalnya sel hati, membran retikulum endoplasma halus
mengandung enzim yang mengubah obat-obatan, racun, dan produk sampingan beracun dari
metabolisme sel menjadi senyawa-senyawa yang kurang beracun atau lebih mudah
dikeluarkan tubuh.

Badan Golgi
Badan Golgi (dinamai menurut nama penemunya, Camillo Golgi) tersusun atas
setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna. Biasanya terdapat tiga sampai
delapan sisterna, tetapi ada sejumlah organisme yang memiliki badan Golgi dengan puluhan
sisterna. Jumlah dan ukuran badan Golgi bergantung pada jenis sel dan aktivitas
metabolismenya. Sel yang aktif melakukan sekresi protein dapat memiliki ratusan badan
Golgi. Organel ini biasanya terletak di antara retikulum endoplasma dan membran plasma.
Sisi badan Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis, sementara sisi yang
menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi cis, protein dimasukkan ke dalam
lumen sisterna. Di dalam lumen, protein tersebut dimodifikasi, misalnya dengan penambahan
karbohidrat, ditandai dengan penanda kimiawi, dan dipilah-pilah agar nantinya dapat dikirim
ke tujuannya masing-masing.
Badan Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke
luar sel, ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada
pula yang ditempatkan di dalam lisosom. Protein yang disekresikan dari sel diangkut ke
membran plasma di dalam vesikel sekresi, yang melepaskan isinya dengan cara bergabung
dengan membran plasma dalam proses eksositosis. Proses sebaliknya, endositosis, dapat
terjadi bila membran plasma mencekung ke dalam sel dan membentuk vesikel endositosis
yang dibawa ke badan Golgi atau tempat lain, misalnya lisosom.

Lisosom
Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30 jenis enzim
hidrolitik untuk menguraikan berbagai molekul kompleks. Sel menggunakan kembali subunit
molekul yang sudah diuraikan lisosom itu. Bergantung pada zat yang diuraikannya, lisosom
dapat memiliki berbagai ukuran dan bentuk. Organel ini dibentuk sebagai vesikel yang
melepaskan diri dari badan Golgi. Lisosom menguraikan molekul makanan yang masuk ke
dalam sel melalui endositosis ketika suatu vesikel endositosis bergabung dengan lisosom.
Dalam proses yang disebut autofagi, lisosom mencerna organel yang tidak berfungsi dengan
benar. Lisosom juga berperan dalam fagositosis, proses yang dilakukan sejumlah jenis sel
untuk menelan bakteri atau fragmen sel lain untuk diuraikan. Contoh sel yang melakukan
fagositosis ialah sejenis sel darah putih yang disebut fagosit, yang berperan penting dalam
sistem kekebalan tubuh.

Vakuola
Kebanyakan fungsi lisosom sel hewan dilakukan oleh vakuola pada sel tumbuhan.
Membran vakuola, yang merupakan bagian dari sistem endomembran, disebut tonoplas.
Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti 'kosong' dan dinamai demikian
karena organel ini tidak memiliki struktur internal. Umumnya vakuola lebih besar daripada
vesikel, dan kadang kala terbentuk dari gabungan banyak vesikel. Sel tumbuhan muda
berukuran kecil dan mengandung banyak vakuola kecil yang kemudian bergabung
membentuk suatu vakuola sentral seiring dengan penambahan air ke dalamnya. Ukuran sel
tumbuhan diperbesar dengan menambahkan air ke dalam vakuola sentral tersebut. Vakuola
sentral juga mengandung cadangan makanan, garam-garam, pigmen, dan limbah
metabolisme. Zat yang beracun bagi herbivora dapat pula disimpan dalam vakuola sebagai
mekanisme pertahanan. Vakuola juga berperan penting dalam mempertahankan tekanan
turgor tumbuhan.
Vakuola memiliki banyak fungsi lain dan juga dapat ditemukan pada sel hewan dan
protista uniseluler. Kebanyakan protozoa memiliki vakuola makanan, yang bergabung
dengan lisosom agar makanan di dalamnya dapat dicerna. Beberapa jenis protozoa juga
memiliki vakuola kontraktil, yang mengeluarkan kelebihan air dari sel.

Mitokondria

Gambar mitokondria.

Sebagian besar sel eukariota mengandung banyak mitokondria, yang menempati


sampai 25 persen volume sitoplasma. Organel ini termasuk organel yang besar, secara umum
hanya lebih kecil dari nukleus, vakuola, dan kloroplas. Nama mitokondria berasal dari
penampakannya yang seperti benang (bahasa Yunani mitos, 'benang') di bawah mikroskop
cahaya. Organel ini memiliki dua macam membran, yaitu membran luar dan membran dalam,
yang dipisahkan oleh ruang antar membran. Luas permukaan membran dalam lebih besar
daripada membran luar karena memiliki lipatan-lipatan, atau krista, yang menyembul ke
dalam matriks, atau ruang dalam mitokondria.
Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu proses
kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak merupakan contoh molekul
makanan berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di
dalam mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang dilepas dalam proses
itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP. Mitokondria-lah yang menghasilkan sebagian
besar ATP sel. Energi kimiawi ATP nantinya dapat digunakan untuk menjalankan berbagai
reaksi kimia dalam sel. Sebagian besar tahap pemecahan molekul makanan dan pembuatan
ATP tersebut dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam krista dan matriks
mitokondria.
Mitokondria memperbanyak diri secara independen dari keseluruhan bagian sel lain. Organel
ini memiliki DNA sendiri yang menyandikan sejumlah protein mitokondria, yang dibuat pada
ribosomnya sendiri yang serupa dengan ribosom prokariota.

Kloroplas

Gambar kloroplas.

Kloroplas merupakan salah satu jenis organel yang terdapat pada sel tumbuhan dan
alga. Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap energi cahaya untuk
fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimiawi
yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan senyawa organik lain. Satu sel alga uniseluler
dapat memiliki satu kloroplas saja, sementara satu sel daun dapat memiliki 20 sampai 100
kloroplas. Organel ini cenderung lebih besar daripada mitokondria, dengan panjang 5–10 µm
atau lebih. Kloroplas biasanya berbentuk seperti cakram dan, seperti mitokondria, memiliki
membran luar dan membran dalam yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Membran
dalam kloroplas menyelimuti stroma, yang memuat berbagai enzim yang bertanggung jawab
membentuk karbohidrat dari karbon dioksida dan air dalam fotosintesis. Suatu sistem
membran dalam yang kedua di dalam stroma terdiri dari kantong-kantong pipih disebut
tilakoid yang saling berhubungan. Tilakoid-tilakoid membentuk suatu tumpukan yang disebut
granum (jamak, grana).
Klorofil terdapat pada membran tilakoid, yang berperan serupa dengan membran
dalam mitokondria, yaitu terlibat dalam pembentukan ATP. Sebagian ATP yang terbentuk ini
digunakan oleh enzim di stroma untuk mengubah karbon dioksida menjadi senyawa antara
berkarbon tiga yang kemudian dikeluarkan ke sitoplasma dan diubah menjadi karbohidrat.
Sama seperti mitokondria, kloroplas juga memiliki DNA dan ribosomnya sendiri serta
tumbuh dan memperbanyak dirinya sendiri.[44] Kedua organel ini juga dapat berpindah-pindah
tempat di dalam sel.

Peroksisom
Peroksisom berukuran mirip dengan lisosom dan dapat ditemukan dalam semua sel
eukariota. Organel ini dinamai demikian karena biasanya mengandung satu atau lebih enzim
yang terlibat dalam reaksi oksidasi menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen
peroksida merupakan bahan kimia beracun, namun di dalam peroksisom senyawa ini
digunakan untuk reaksi oksidasi lain atau diuraikan menjadi air dan oksigen. Salah satu tugas
peroksisom adalah mengoksidasi asam lemak panjang menjadi lebih pendek yang kemudian
dibawa ke mitokondria untuk oksidasi sempurna. Peroksisom pada sel hati dan ginjal juga
mendetoksifikasi berbagai molekul beracun yang memasuki darah, misalnya alkohol.
Sementara itu, peroksisom pada biji tumbuhan berperan penting mengubah cadangan lemak
biji menjadi karbohidrat yang digunakan dalam tahap perkecambahan.

Sitoskeleton
Sitoskeleton sel eukariotik; mikrotubulus diwarnai hijau, sementara mikrofilamen
diwarnai merah. Sitoskeleton eukariotik terdiri dari tiga jenis serat protein, yaitu
mikrotubulus, filamen intermediat, dan mikrofilamen. Protein sitoskeleton yang serupa dan
berfungsi sama dengan sitoskeleton eukariota ditemukan pula pada prokariota. Mikrotubulus
berupa silinder berongga yang memberi bentuk sel, menuntun gerakan organel, dan
membantu pergerakan kromosom pada saat pembelahan sel. Silia dan flagela eukariota, yang
merupakan alat bantu pergerakan, juga berisi mikrotubulus. Filamen intermediat mendukung
bentuk sel dan membuat organel tetap berada di tempatnya. Sementara itu, mikrofilamen,
yang berupa batang tipis dari protein aktin, berfungsi antara lain dalam kontraksi otot pada
hewan, pembentukan pseudopodia untuk pergerakan sel ameba, dan aliran bahan di dalam
sitoplasma sel tumbuhan.
Sejumlah protein motor menggerakkan berbagai organel di sepanjang sitoskeleton
eukariota. Secara umum, protein motor dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu kinesin,
dinein, dan miosin. Kinesin dan dinein bergerak pada mikrotubulus, sementara miosin
bergerak pada mikrofilamen.
Komponen ekstraseluler
Sel-sel hewan dan tumbuhan disatukan sebagai jaringan terutama oleh matriks
ekstraseluler, yaitu jejaring kompleks molekul yang disekresikan sel dan berfungsi utama
membentuk kerangka pendukung. Terutama pada hewan, sel-sel pada kebanyakan jaringan
terikat langsung satu sama lain melalui sambungan sel.

Matriks ekstraseluler hewan


Matriks ekstraseluler sel hewan berbahan penyusun utama glikoprotein (protein yang
berikatan dengan karbohidrat pendek), dan yang paling melimpah ialah kolagen yang
membentuk serat kuat di bagian luar sel. Serat kolagen ini tertanam dalam jalinan tenunan
yang terbuat dari proteoglikan, yang merupakan glikoprotein kelas lain Variasi jenis dan
susunan molekul matriks ekstraseluler menimbulkan berbagai bentuk, misalnya keras seperti
permukaan tulang dan gigi, transparan seperti kornea mata, atau berbentuk seperti tali kuat
pada otot. Matriks ekstraseluler tidak hanya menyatukan sel-sel tetapi juga memengaruhi
perkembangan, bentuk, dan perilaku sel.

Dinding sel tumbuhan


Dinding sel tumbuhan merupakan matriks ekstraseluler yang menyelubungi tiap sel
tumbuhan. Dinding ini tersusun atas serabut selulosa yang tertanam dalam polisakarida lain
serta protein dan berukuran jauh lebih tebal daripada membran plasma, yaitu 0,1 µm hingga
beberapa mikrometer. Dinding sel melindungi sel tumbuhan, mempertahankan bentuknya,
dan mencegah pengisapan air secara berlebihan.

Sambungan antarsel
Sambungan sel (cell junction) dapat ditemukan pada titik-titik pertemuan antarsel atau
antara sel dan matriks ekstraseluler. Menurut fungsinya, sambungan sel dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu (1) sambungan penyumbat (occluding junction), (2) sambungan jangkar
(anchoring junction), dan (3) sambungan pengomunikasi (communicating junction).
Sambungan penyumbat menyegel permukaan dua sel menjadi satu sedemikian rupa sehingga
molekul kecil sekalipun tidak dapat lewat, contohnya ialah sambungan ketat (tight junction)
pada vertebrata. Sementara itu, sambungan jangkar menempelkan sel (dan sitoskeletonnya)
ke sel tetangganya atau ke matriks ekstraseluler. Terakhir, sambungan pengomunikasi
menyatukan dua sel tetapi memungkinkan sinyal kimiawi atau listrik melintas antarsel
tersebut. Plasmodesmata merupakan contoh sambungan pengomunikasi yang hanya
ditemukan pada tumbuhan.

Fungsi Metabolisme
Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu melakukan
aktivitasnya disebut metabolisme, dan sebagian besar reaksi kimia tersebut terjadi di dalam
sel. Metabolisme yang terjadi di dalam sel dapat berupa reaksi katabolik, yaitu perombakan
senyawa kimia untuk menghasilkan energi maupun untuk dijadikan bahan pembentukan
senyawa lain, dan reaksi anabolik, yaitu reaksi penyusunan komponen sel. Salah satu proses
katabolik yang merombak molekul makanan untuk menghasilkan energi di dalam sel ialah
respirasi seluler, yang sebagian besar berlangsung di dalam mitokondria eukariota atau sitosol
prokariota dan menghasilkan ATP. Sementara itu, contoh proses anabolik ialah sintesis
protein yang berlangsung pada ribosom dan membutuhkan ATP.

Komunikasi sel
Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari
dan kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler serta mengatur fungsi
dan perkembangan tubuh organisme multiseluler. Misalnya, bakteri berkomunikasi satu sama
lain dalam proses quorum sensing (pengindraan kuorum) untuk menentukan apakah jumlah
mereka sudah cukup sebelum membentuk biofilm, sementara sel-sel dalam embrio hewan
berkomunikasi untuk koordinasi proses diferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Komunikasi sel terdiri dari proses transfer sinyal antarsel dalam bentuk molekul
(misalnya hormon) atau aktivitas listrik, dan transduksi sinyal di dalam sel target ke molekul
yang menghasilkan respons sel. Mekanisme transfer sinyal dapat terjadi dengan kontak
antarsel (misalnya melalui sambungan pengomunikasi), penyebaran molekul sinyal ke sel
yang berdekatan, penyebaran molekul sinyal ke sel yang jauh melalui saluran (misalnya
pembuluh darah), atau perambatan sinyal listrik ke sel yang jauh (misalnya pada jaringan otot
polos). Selanjutnya, molekul sinyal menembus membran secara langsung, lewat melalui
kanal protein, atau melekat pada reseptor berupa protein transmembran pada permukaan sel
target dan memicu transduksi sinyal di dalam sel. Transduksi sinyal ini dapat melibatkan
sejumlah zat yang disebut pembawa pesan kedua (second messenger) yang konsentrasinya
meningkat setelah pelekatan molekul sinyal pada reseptor dan yang nantinya meregulasi
aktivitas protein lain di dalam sel. Selain itu, transduksi sinyal juga dapat dilakukan oleh
sejumlah jenis protein yang pada akhirnya dapat memengaruhi metabolisme, fungsi, atau
perkembangan sel.

Siklus sel
Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan sel
antara pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel. Pada
kebanyakan sel, siklus ini terdiri dari empat proses terkoordinasi, yaitu pertumbuhan sel,
replikasi DNA, pemisahan DNA yang sudah digandakan ke dua calon sel anakan, serta
pembelahan sel. Pada bakteri, proses pemisahan DNA ke calon sel anakan dapat terjadi
bersamaan dengan replikasi DNA, dan siklus sel yang berurutan dapat bertumpang tindih.
Hal ini tidak terjadi pada eukariota yang siklus selnya terjadi dalam empat fase terpisah
sehingga laju pembelahan sel bakteri dapat lebih cepat daripada laju pembelahan sel
eukariota. Pada eukariota, tahap pertumbuhan sel umumnya terjadi dua kali, yaitu sebelum
replikasi DNA (disebut fase G1, gap 1) dan sebelum pembelahan sel (fase G2). Siklus sel
bakteri tidak wajib memiliki fase G1, namun memiliki fase G2 yang disebut periode D. Tahap
replikasi DNA pada eukariota disebut fase S (sintesis), atau pada bakteri ekuivalen dengan
periode C. Selanjutnya, eukariota memiliki tahap pembelahan nukleus yang disebut fase M
(mitosis).
Peralihan antartahap siklus sel dikendalikan oleh suatu perlengkapan pengaturan yang
tidak hanya mengoordinasi berbagai kejadian dalam siklus sel, tetapi juga menghubungkan
siklus sel dengan sinyal ekstrasel yang mengendalikan perbanyakan sel. Misalnya, sel hewan
pada fase G1 dapat berhenti dan tidak beralih ke fase S bila tidak ada faktor pertumbuhan
tertentu, melainkan memasuki keadaan yang disebut fase G0 dan tidak mengalami
pertumbuhan maupun perbanyakan. Contohnya adalah sel fibroblas yang hanya membelah
diri untuk memperbaiki kerusakan tubuh akibat luka. Jika pengaturan siklus sel terganggu,
misalnya karena mutasi, risiko pembentukan tumor—yaitu perbanyakan sel yang tidak
normal—meningkat dan dapat berpengaruh pada pembentukan kanker.

Diferensiasi sel
Diferensiasi sel menciptakan keberagaman jenis sel yang muncul selama
perkembangan suatu organisme multiseluler dari sebuah sel telur yang sudah dibuahi.
Misalnya, mamalia yang berasal dari sebuah sel berkembang menjadi suatu organisme
dengan ratusan jenis sel berbeda seperti otot, saraf, dan kulit. Sel-sel dalam embrio yang
sedang berkembang melakukan pensinyalan sel yang memengaruhi ekspresi gen sel dan
menyebabkan diferensiasi tersebut.

Kematian sel terprogram


Sel dalam organisme multiseluler dapat mengalami suatu kematian terprogram yang
berguna untuk pengendalian populasi sel dengan cara mengimbangi perbanyakan sel,
misalnya untuk mencegah munculnya tumor. Kematian sel juga berguna untuk
menghilangkan bagian tubuh yang tidak diperlukan. Contohnya, pada saat pembentukan
embrio, jari-jari pada tangan atau kaki manusia pada mulanya saling menyatu, namun
kemudian terbentuk berkat kematian sel-sel antarjari. Dengan demikian, waktu dan tempat
terjadinya kematian sel, sama seperti pertumbuhan dan pembelahan sel, merupakan proses
yang sangat terkendali. Kematian sel semacam itu terjadi dalam proses yang disebut
apoptosis yang dimulai ketika suatu faktor penting hilang dari lingkungan sel atau ketika
suatu sinyal internal diaktifkan. Gejala awal apoptosis ialah pemadatan nukleus dan
fragmentasi DNA yang diikuti oleh penyusutan sel.

Kajian tentang sel


Biologi sel modern berkembang dari integrasi antara sitologi, yaitu kajian tentang
struktur sel, dan biokimia, yaitu kajian tentang molekul dan proses kimiawi metabolisme.
Mikroskop merupakan peralatan yang paling penting dalam sitologi, sementara pendekatan
biokimia yang disebut fraksinasi sel juga telah menjadi sangat penting dalam biologi sel.

Mikroskopi
Silia pada permukaan sel bagian dalam trakea mamalia dilihat dengan SEM
(perbesaran 10.000 kali pada berkas aslinya). Mikroskop berperan dalam kajian tentang sel
sejak awal penemuannya. Jenis mikroskop yang digunakan para ilmuwan Renaisans dan yang
kini masih banyak digunakan di laboratorium ialah mikroskop cahaya. Cahaya tampak
dilewatkan menembus spesimen dan kemudian lensa kaca yang merefraksikan cahaya
sedemikian rupa sehingga citra spesimen tersebut diperbesar ketika diproyeksikan ke mata
pengguna mikroskop. Namun demikian, mikroskop cahaya memiliki batas daya urai, yaitu
tidak mampu menguraikan perincian yang lebih halus dari kira-kira 0,2 µm (ukuran bakteri
kecil). Pengembangan teknik penggunaan mikroskop cahaya sejak awal abad ke-20
melibatkan usaha untuk meningkatkan kontras, misalnya dengan pewarnaan atau pemberian
zat fluoresen. Selanjutnya, biologi sel mengalami kemajuan pesat dengan penemuan
mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron sebagai pengganti cahaya tampak dan
dapat memiliki resolusi (daya urai) sekitar 2 nm. Terdapat dua jenis dasar mikroskop
elektron, yaitu mikroskop elektron transmisi (transmission electron microscope, TEM) dan
mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM). TEM terutama digunakan
untuk mengkaji struktur internal sel, sementara SEM sangat berguna untuk melihat
permukaan spesimen secara rinci.[72]

Fraksinasi sel
Fraksinasi sel ialah teknik untuk memisahkan bagian-bagian sel. Secara umum, teknik
ini melibatkan homogenisasi, yaitu pemecahan sel secara halus dengan bantuan blender atau
alat ultrasuara, dan sentrifugasi, yaitu pemisahan komponen-komponen sel oleh gaya
sentrifugal dalam alat sentrifuge, alat seperti komidi putar untuk tabung reaksi yang dapat
berputar pada berbagai kecepatan. Sentrifuge yang paling canggih, yang disebut
ultrasentrifuge, dapat berputar secepat 80.000 rotasi per menit (rpm) dan memberikan gaya
pada partikel-partikel sampel hingga 500.000 kali gaya gravitasi bumi (500.000 g).
Pemutaran homogenat di dalam sentrifuge akan memisahkan bagian-bagian sel ke dalam dua
fraksi, yaitu pelet, yang terdiri atas struktur-struktur lebih besar yang terkumpul di bagian
bawah tabung sentrifuge, dan supernatan, yang terdiri atas bagian-bagian sel yang lebih kecil
yang tersuspensi dalam cairan di atas pelet tersebut. Supernatan ini disentrifugasi kembali
dan prosesnya diulangi, dengan kecepatan putaran yang semakin tinggi pada setiap tahap,
sehingga komponen sel yang semakin lama semakin kecil terkumpul dalam pelet yang
berurutan.

B. JARINGAN
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang
sama. Jaringan dipelajari dalam cabang biologi yang dinamakan histologi, Sedangkan cabang
biologi yang mempelajari berubahnya bentuk dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan
penyakit adalah histopatologi. Jaringan dimiliki oleh organisme yang telah memiliki
pembagian tugas untuk setiap kelompok sel-selnya. Organisme bertalus, seperti alga
("ganggang") dan fungi ("jamur"), tidak memiliki perbedaan jaringan, meskipun mereka
dapat membentuk struktur-struktur khas mirip organ, seperti tubuh buah dan sporofor.
Tumbuhan lumut dapat dikatakan telah memiliki jaringan yang jelas, meskipun ia belum
memiliki jaringan pembuluh yang jelas.
1. Jaringan pada hewan
Ada empat kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan, termasuk
manusia dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti artropoda: jaringan epitelium,
jaringan pengikat, jaringan penyokong, dan jaringan saraf.

a. Jaringan Epitel
Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau
permukaan saluran tubuh hewan. Berdasarkan bentuk dan susunannya jaringan epitel dibagi
menjadi
1. Epitel Pipih
a. Epitel pipih selapis
Contoh:pada pembuluh darah, alveolus, pembuluh limfe, glomerulus ginjal.
b. Epitel banyak lapis.
Contoh: pada kulit, rongga mulut, vagina.
2. Epitel Kubus
a. Epitel kubus selapis
Contoh:pada kelenjar tiroid, permukaan ovarium.
b. Epitel kubus banyak lapis
Contoh:pada saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.
3. Epitel Silindris
a. Epitel silindris selapis
Contoh:pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernafasan bagian atas.
b. Epitel silindris banyak lapis
Contoh: pada saluran kelenjar ludah, uretra.
c. Epitel silindris banyak lapis semu/epitel silindris bersilia
Contoh:pada trakea, rongga hidung.
4. Epitel Transisional
Merupakan bentuk epitel banyak lapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan berdasarkan
bentuknya. Bila jaringannya menggelembung bentuknya berubah. Contoh: pada kandung
kemih.
b. Jaringan Pengikat
Jaringan pengikat dapat disebut juga connective tissue. Jaringan Pengikat dapat dibagi ke
dalam 3 kategori :
1. Jaringan Pengikat Sebenarnya
2. Jaringan Pengikat Penyokong : Kartilago dan Tulang
3. Jaringan Pengikat dengan Fungsi Khusus : Darah
Berdasarkan tingkat diferensiasi jaringan pengikat dapat dibedakan menjadi jaringan pengikat
embrional dan jaringan pengikat dewasa.
Jaringan Pengikat Embrional
Dalam embrio terdapat dua jenis jaringan embrional yaitu jaringan mesenkhim dan
jaringan mukosa. Jaringan mesenkhim semula terdapat sebagai jaringan pengisi antara
lapisan entoderm dan ektoderm dalam embrio. Jaringan inilah yang banyak berkembang
menjadi jaringan dasar dewasa khususnya menjadi jaringan pengikat. Gambaran
histologisnya sangat khas, karena sebagian besar tersusun secara longgar sel-sel yang
mempunyai tonjolan sitoplasma yang saling berhubungan. Dalam keadaan hidup celah-celah
antara sel diisi oleh mukopolisakharid. Kadang-kadang di antara sel-sel tersebut sudah
tampak fibril halus. Jaringan mukosa juga merupakan jaringan embrional hanya terdapat
dalam tali pusat, humor vitreus dalam bola mata. Bentuk sel yang menyusunnya berbentuk
oval stelat dengan inti berbentuk sesuai dengan bentuk selnya. Di antara sel-selnya tampak
serabut-serabut kolagen dan terdapat bahan yang lebih cair yang menyerupai lendir. Pada tali
pusat bahan tersebut dinamakan Wharton jelly.

Jaringan Pengikat Dewasa


Ada lima jenis jaringan pengikat dewasa yaitu jaringan pengikat longgar, jaringan
pengikat padat, jaringan pengikat retikuler, jaringan pengikat berpigmen, dan jaringan lemak.

a. Jaringan pengikat longgar


Strukturnya longgar karena komponen sel-selnya dipisahkan oleh substansi interseluler yang
nyata. Jaringan pengikat longgar dengan pembuluh kapilernya trsebar luas di seluruh tubuh
biasanya memberikan tempat kedudukan bagi sel-sel epitel di atasnya untuk bertumpu atau di
sekitar sel-sel kelenjar, serabut saraf. Jaringan pengikat longgar berfungsi untuk menyokong
dan memberikan nutrisi kepada sel-sel otot. Gambaran histologisnya yaitu adanya bermacam-
macam sel yang tersebar berjauhan di antara serabut-serabut kolagen dan elastis yang
tersusun tidak teratur. Biasanya serabut kolagen berada sebagai berkas-berkas bercabang dan
serabut elastis yang lebih tipis tampak lebih kemerah-merahan. Jenis sel yang terdapat di
dalam jaringan pengikat longgar yaitu : fibroblas, sel lemak, plasmasit, makrofag, mastosit,
sel-sel mesenkhimbelum berdiferensiasi, sel imigran dan sel pigmen.
Fibroblas
Sel ini berbentuk sebagai kumparan dengan bagian yang membesar mengandung inti yang
berbentuk ovoid dengan butir-butir khromatin halus dan sebuah nukleolus. Sitoplasma
fibroblas mempunyai tonjolan-tonjolan dan tampak pucat.Sel yang masih muda lebih banyak
tonjolan-tonjolannya. Sitoplasma sekeliling inti lebih basofil karena sel tersebut sedang aktif
mensintesis protein. Fibroblas muda mampu mengadakan pembelahan sel. Fibroblas dewasa
sedikit kemampuan untuk membelah. Sel lemak
Apabila kelompok sel-sel lemak menjadi sangat besar maka terbentuk jaringan lemak. Sel
lemak sangat mudah dibedakan terhadap jenis sel lain. Sel lemak telah dapat dibedakan sejak
mulai terjadi penimbunan tetes-tetes lemak dalam sitoplasma sampai terjadinya penyatuan
yang semakin membesar sehingga inti bersama sitoplasma terdorong ke tepi.
Plasmasit
Sel ini sangat erat hubungannya dengan sistem imunitas karena berasal dari perkembangan
limfosit B yang akan menghasilkan antibody. Plasmasit mudah dikenal karena
penampilannya yang khas yaitu : berbentuk bulat panjang, inti bulat yang terletak eksentrik.
Susunan khromatin dalam inti menyerupai gambaran jari-jari roda, sitoplasma bersifat basofil
karena aktif mensintesis antibody yang merupakan protein.
Sel Makrofag
Mempunyai kemampuan memangsa (fagositosis) oleh karena itu berperan dalam pertahanan
tubuh. Sitoplasmanya mengandung lisosom yang mengandung enzim guna untuk melisiskan
bakteri. Bentuk sel biasanya oval tetapi tidak tetap. Inti terletak eksentrik. Makrofag berasal
dari monosit dalam darah. Apabila benda yang akan difagositosis cukup besar maka beberapa
sel makrofag berfusi membentuk sel raksasa atau sel benda asing.
Mastosit (Mast Cell)
Dinamakan mast cell karena terlihat sebagai sebuah sel yang besar yang terisi penuh dengan
butir-butir. Bentuk sel biasanya ovoid dengan inti bulat di tengah. Biasanya inti sulit terlihat
karena tertutup oleh butir-butir yang memenuhi sel. Butir-butir tersebut mengandung bahan-
bahan seperti heparin, histamin dan berbagai enzim yang diketahui berhubungan dengan
gejala alergi anafilaksis. Terlepasnya buti-butir yang mengandung berbagai zat aktif tersebut
disebabkan oleh adanya alergen dan antibody dari kelas IgE yang menempel pada permukaan
sel. Gejala yang timbul akibat terlepasnya butir-butir ini antara lain gatal-gatal, udem, sesak
nafas.
Sel mesenkhim muda
Dalam jaringan pengikat longgar biasanya dapat diketemukan sel-sel mesenkhim yang belum
mengalami diferensiasi.
Sel imigran
Yang dimaksud dengan sel imigran yaitu berbagai jenis sel yang biasanya tidak dijumpai
dalam jaringan pengikat longgar tetapi merupakan pendatang dari luar misalnya leukosit,
limfosit, monosit.
b. Jaringan Pengikat Padat
Tergantung pada keteraturan komponen serabut penyusunnya, jaringan pengikat padat
dibedakan da lam : jaringan pengikat padat ireguler dan jaringan pengikat padat reguler.
Jaringan Pengikat Padat Ireguler
Berfungsi sebagai pembungkus berbagai organ, tendo, serabut saraf, otot dan sebagai dermis
pada kulit. Gambaran jaringan ini menunjukkan lalu lalangnya serabut kolagen dari berbagai
ukuran dengan sel-sel yang tidak begitu banyak jumlahnya.
Jaringan Pengikat Padat Reguler
Gambarannya sangat berbeda karena komponen fibriler berjalan dalam arah yang sama sesuai
dengan kebutuhan mekanik yang diperlukan. Tergantung pada serabut yang paling menonjol
dibedakan menjadi : jaringan pengikat padat kolagen reguler dan jaringan pengikat padat
elastis.
1. Jaringan Pengikat Padat Kolagen Reguler
Sebagian besar serabut-serabutnya dari jenis kolagen misalnya terdapat sebagai tendo,
ligamentum, fascia, aponeurosis dan cornea. Pada tendo terlihat jelas kolagen tersusun
memanjang padat. Di antara berkas-berkas serabut kolagen terdapat fibroblas yang seakan-
akan terhimpit. Badan sel menjadi lebih panjang dengan tonjolan-tonjolan yang melebar di
antara berkas kolagen. Karena tonjolan-tonjolannya seperti sayap maka disebut Flugel Zell
(sel sayap).
2. Jaringan Pengikat Padat Elastis
Jaringan pengikat ini misalnya terdapat sebagai : ligamentum flavum, ligamentum vocale,
ligamentum nuchae dan ligamentum stylohyoideum. Pada potongan memanjang tampak
berkas-berkas serabut elastis tersusun sangat rapat dengan sel-sel fibroblas tersebar di
antaranya. Pada potongan melintang jelas sekali adanya sel-sel fibroblas yang terhimpit di
antara berkas-berkas serabut elastis yang berbentuk bulat atau bersudut-sudut. Jaringan padat
elastis dapat juga berbentuk sebagai lembaran misalnya fascia scarpae pada dinding perut
atau sebagai membrana fenestra pada dinding aorta.
c. Jaringan Retikuler
Sebagian besar jaringan ini tersusun oleh serabut retikuler. Biasanya terdapat sel
retikuler primitif atau sel makrofag. Serabut bersama sel-selnya membentuk kerangka atau
stroma dalam jaringan limfoid dan jaringan mieloid (sumsum tulang).
d. Jaringan Pengikat Pigmen
Termasuk jaringan pengikat khusus yang tidak banyak terdapat dalam tubuh, di
antaranya terdapat sebagai Tunica suprachoroidea dan Lamina fusca pada sclera bola mata.

e. Jaringan Lemak
Fungsinya sebagai pelindung terhadap gangguan suhu dan mekanik, serta mempunyai
arti penting dalam metabolisme.
1. jaringan lemak putih
Merupakan jaringan lemak yang biasa terdapat. Biasanya berbentuk bulat dan tersusun
sangat rapat. Jaringan lemak jenis ini banyak terdapat sebagai jaringan di bawah kulit.
Kelompok sel-sel lemak tersebut biasanya membentuk lobulus yang dipisahkan oleh jaringan
pengikat padat. Sel-sel lemak yang menyusun biasanya mempunyai sebuah rongga yang
besar yang diisi oleh lemak sehingga disebut sel lemak unilokuler, inti sel terdesak ke tepi.
2. jaringan lemak cokelat
Warna jaringan lemak ini mulai cokelat sampai kemerah-merahan. Warna cokelat
disebabkan oleh kepadatan sitokhrom dan juga karena banyak mengandung pembuluh darah.
Jaringannya tersusun oleh sel-sel lemak yang lebih kecil ukurannya dari sel lemak pada
jaringan lemak putih. Sel lemak berbentuk poligonal. Sitoplasmanya lebih jelas terlihat
dengan sejumlah tetes-tetes lemak yang menempati dalam rongga yang jumlahnya lebih dari
sebuah sehingga disebut sel lemak multilokuler, inti yang bulat terletak eksentrik. Kalau
jaringan lemak putih atau kuning dapat berasal dari jaringan pengikat longgar yang tersebar
di seluruh tubuh sepanjang hidupnya, maka jaringan lemak cokelat terbatas pada tempat-
tempat tertentu dan terbentuk pada waktu embrio saja. Sehingga jaringan lemak cokelat tidak
akan bertambah setelah lahir.

c. Jaringan Penyokong
Jaringan yang termasuk jaringan penyokong adalah jaringan tulang dan jaringan tulang
rawan/kartilago, jaringan darah dan limfe.
1) Jaringan Tulang
Merupakan jaringan penyokong yang menegakkan tubuh. Sel sel nya disebut osteosit yang
berada dalam lakuna. Matriks mengalami pengapuran/kalsifikasi yang mengandung Ca-
karbonat & Ca-fosfat; sehingga keras dan kuat. Proses penulangan disebut ossifikasi.
Meliputi jaringan tulang kompak dan spons.
2) Jaringan tulang rawan/kartilago
Termasuk jaringan penyokong. Selnya disebut kondrosit, berada dalam lakuna. Matrik elastis
dan padat oleh sel sel rawan di dalam rongga matriks. Pada anak berasal dari jaringan ikat
embrional/mesenkim dan orang dewasa dibentuk dari selaput rawan/perikondrium.
Dibedakan menjadi kartilago hialin (trachea, permukaan tulang sendi), fibrosa (cakram antar
ruas tulang belakang, simfisis pubis) dan elastis (daun telinga, epiglotis, laring, pmbuluh
eustachia)
3) Jaringan darah
jaringan darah terdiri atas komponen eritrosit, leukosit, trombosit, plasma darah. Fungsi
jaringan darah yaitu mengangkut sari makanan, hasil metabolisme, imunitas dan pembekuan
darah.
4) Jaringan limfe
jaringan darah terdiri atas komponen limfosit dan granulosit yang berada dalam cairan limfe
(terdiri dari air, glukosa, lemak dan garam). Fungsinya untuk mengangkut lemak, protein &
cairan jaringan.

d. Jaringan Syaraf
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas badan
sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-
tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf.
Gambar Sel saraf (neuron) dengan akson dan dendrit).
Terdapat 3 macam sel saraf
1. Sel Saraf Sensorik
Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan) ke sumsum
tulang belakang.
2. Sel Saraf Motorik
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke efektor.
3. Sel Saraf Penghubung
Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya
kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas artinya
kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls saraf.

C. ORGAN
Organ adalah jaringan yang bersama-sama melakukan fungsi dan tugas tertentu.
1. Organ pada tumbuhan, meliputi akar, batang, dan daun.
a. Akar
Akar berasal dari akar lembaga (radix). Pada tumbuhan dikotil, akar lembaga akan terus
tumbuh sehingga mereka dapat membentuk akar tunggang. Ujung akar monokotil dan dikotil
dilindungi oleh tudung akar yang fungsinya tentu saja untuk melindungi ujung akar sewaktu
menembus tanah. Akar ini punya lapisan-lapisan, seperti lapisan epidermis,
korteks/endodermis, dan silinder pusat (stele korteks/endodermis, dan silinder pusat (stele).
Akar juga punya fungsi yaitu sebagai berikut.
• Untuk memperkokoh tubuh tumbuhan pada tanah.
• Memiliki fungsi yaitu untuk menyimpan cadangan makanan.
• Serta dapat Menyerap air dan garam-garam mineral terlarut di dalam tanah.
b. Batang
Batang juga punya fungsi yaitu sebagai tempat tumbuhnya tunas, cabang, serta daun. Batang
itu juag tersusun dari jaringan epidermis, jaringan penyokong, jaringan pengangkut, dan
jaringan penyimpan.
c. Daun
Daun memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis. Daun disusun oleh
jaringan epidermis, parenkim, penyokong, dan pengangkut.
• Jaringan epidermis.
Pada epidermis atas, terdapat lapisan lilin yang fungsinya untuk membatasi penguapan air
dari daun. Pada epidermis bawah daun, terdapat stomata (mulut daun) yang fungsinya sebagai
tempat masuknya udara yang mengandung gas karbon dioksida dan melepaskan oksigen hasil
fotosintesis ke alam.
• Jaringan penyokong
Merupakan penyusun dari bagian luar tulang daun dan fungsinya untuk memperkuat
tegaknya daun.
• Jaringan pengangkut
Terdapat pada tulang daun, yang terdiri atas jaringan pembuluh kayu (xylem) dan jaringan
pembuluh tapis (floem).
2. Organ pada hewan dan manusia
Organ pada hewan dan manusia, antara lain mata, yang fungsinya untuk melihat,
telinga untuk mendengar, jantung fungsinya sebagai pemompa darah, paru-paru untuk
bernapas, lambung untuk mencerna makanan, ginjal untuk mengeluarkan urine (air seni), dan
indung telur untuk menghasilkan sel telur. Organ merupakan bagian tubuh yang memiliki
satu atau lebih fungsi tertentu. Penyusun organ adalah beberapa jenis jaringan yang
terorganisir dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Contoh usus halus berfungsi
mencerna dan menyerap sari sari makanan. Struktur usus halus terdiri dari jaringan epitel,
jaringan ikat dan jaringan saraf.

D. SISTEM ORGAN
Sistem organ ialah sekumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi dan tugas
tertentu.berikut ini adalah sistem yang ada pada manusia
1. Sistem hormone, organ penyusunya terdiri dari kelenjer penghasil hormon dan memiliki
fungsi untuk mengatur fungsi organ
2. Sistem saraf organ penyusunya otak, sumsum tulang belakang, serabut saraf, dan alat indra.
Memiliki fungsi untuk mengkoordinasi gerak dan tanggapan terhadap rangsang
3. Sistem reproduksi organ penyusunya testis, ovarium, dan rahim. Memiliki fungsi untuk
berkembang biak
4. Sistem pengeluaran organ penyusunya ginjal, hati, kulit, dan paru-paru dan memiliki fungsi
untuk mengeluarkan zat-zat sisa
5. Sistem otot organ penyusunya serabut dan tendon dan memiliki fungsi sebagai alat gerak
aktif
6. Sistem rangka organ penyusunya tengkorak, alat gerak, memiliki fungsi sebagai alat gerak
pasif.
7. Sistem peredaran darah organ penyusunya seperti jantung, pembuluh nadi, vena, dan aorta.
Memiliki fungsi untuk mengangkut sari-sari makanan,oksigen, dan CO2
8. Sistem pernapasan organ penyusunya seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru dan
memiliki fungsi memasukan oksigen ke tubuh serta mengeluarkan gas CO2 dan uap air
9. Sistem pencernaan organ penyusunya seperti mulut, lambung, dan usus halus. Memiliki
fungsi untuk mencerna makanan.

Sistem Organ Pada Tumbuhan


1. Daun membentuk sistem fotosintesis yang meyediakan makanan bagi tumbuhan untuk
tumbuh.
2. Batang tersusun atas sistem pembuluh angkut. Transpor air, zat hara dan hasil fotosintesisi
melalui batang.
3. Akar merupakan sistem penyerapan bagi tumbuhan. Akar menyerap zat-zat hara dan air dari
dalam tanah
Jaringan pada daun memiliki fungsi yang berbeda. Jaringan epidermis daun memiliki
stomata berfungsi sebagai tempat masuknya CO2. Jaringan palisade berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis. Jaringan bunga karang yang berongga berfungsi sebagai tempat
penampungan CO2 untuk fotosintesis. Air dan zat-zat hara yang sangat penting untuk
fotosintesis dibawa melaui Xilem yang berasal dari akar, batang & tulang daun. Selanjutnya
hasil fotosintesis diedarkan keseluruh tubuh tumbuhan melalui floem.

E. ORGANISME
Dalam biologi dan ekologi, organisme (bahasa Yunani: organon yang berarti alat)
adalah kumpulan molekul-molekul yang saling memengaruhi sedemikian sehingga berfungsi
secara stabil dan memiliki sifat hidup. Istilah organisme kompleks mengacu pada organisme
yang memiliki lebih dari satu sel. nama lainya yag sering disebut selain organisme adalah
makhluk hidup Organisme terdiri dari manusia ,tumbuhan, hewan, serta mikro organisme.
Ciri-ciri yang umum didapati pada banyak organisme adalah Memerlukan nutrisi, Bernafas,
Bergerak, Tumbuh, Berkembang biak, Peka terhadap rangsang, dan Beradaptasi. Virus tidak
digolongkan sebagai organisme secara umum sebab virus tidak dapat berkembang biak
maupun melakukan metabolisme secara independen. Meskipun memiliki enzim dan molekul-
molekul yang menjadi ciri organisme hidup, virus tidak mampu bertahan hidup di luar sel
inangnya, dan sebagian besar proses metabolisme virus membutuhkan inang beserta
perlengkapan genetikanya.

Anda mungkin juga menyukai