Anda di halaman 1dari 53

TUGAS BESAR

PERENCANAAN DIMENSI DRAINASE JALAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : DANIEL RUME’


NIM : 31220006
KELAS : 3A D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
Kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Besar Drainase
Jalan dengan tepat waktu.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing Dr. Andi Muh. Subhan, S.T., M.T. yang telah membimbing saya
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Adapun pembuatan tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya
dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas yang akan datang. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Makassar, Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Analisa Hidrologi....................................................................................................... 5
2.2 Bentuk Saluran Drainase........................................................................................... 8
2.3 Dimensi Saluran........................................................................................................ 12

BAB III. ANALISA PERHITUNGAN


2.4 Peta Lokasi................................................................................................................ 16
2.5 Analisa Data Hidrologi............................................................................................. 18
2.6 Debit Rencana........................................................................................................... 34
2.7 Dimensi Saluran........................................................................................................ 40

LEMBAR ASISTENSI................................................................................................... 45
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, maka untuk
menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya
drainase. Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir
dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat
serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.

Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan air secara alami akan
semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton dan aspal, hal ini akan menambah
kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini jika tidak dapat dialirkan akan menyebabkan
genangan. Dalam perencanaan saluran drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah
tangkapan air saluran drainase yang bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi
kelebihan air, sehingga air permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna jalan.

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang
berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen
penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal
dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan:

1
1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan social budaya yang ada di
kawasan kota.
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi daerah pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, kampus
dan sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum, lapangan olah raga, dan lain – lain.

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air/banjir.
3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :


1. Menurut sejarah terbentuknya
a. Drainase alamiah (Natural Drainage)

Drainase alamiah adalah sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada
unsur campur tangan manusia.
b. Drainase buatan (Artificial Drainage)

Drainase alamiah adalah sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu
drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.
2. Menurut letak saluran
a. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage)

Drainase permukaan tanah adalah saluran drainase yang berada di atas permukaan
tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya
merupakan analisa open channel flow.

2
b. Drainase bawah tanah (Sub Surface Drainage)

Drainase bawah tanah adalah saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air
limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa),
dikarenakan alasan-alasan tertentu.
3. Menurut konstruksi
a. Saluran Terbuka

Saluran terbuka adalah sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan
sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota,
saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi
saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu
(masonry) ataupun dengan pasangan bata.
b. Saluran Tertutup

Saluran tertutup adalah saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota Metropolitan dan
kota-kota besar lainnya.
4. Menurut fungsi
a. Single Purpose

Single purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan
saja.
b. Multy Purpose

Multy purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan,
baik secara bercampur maupun bergantian. (H.A Halim Hasmar.2011)
1.2 Maksud dan Tujuan

Manfaat yang dapat diharapkan dari perencanaan drainase jalan ini adalah agar dapat mencegah
terjadinya banjir akibat genangan air hujan di beberapa ruas jalan Kota Makassar, Sulawesi
Selatan

3
1.3 Rumusan Masalah
1. Mengenal jenis-jenis metode yang dipakai dalam menganalisis data curah hujan.
2. Merancang suatu dimensi saluran dari debit puncak yang telah didapat dari perhitungan
yang telah direncanakan.
3. Mengetahui kecepatan aliran pada dimensi saluran yang telah direncanakan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Hidrologi

Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan titik (point rainfall).
Dalam analisis selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan rerata DAS. Sebelum data
hujan digunakan terlebih harus melewati pengujian untuk konsistensi data, karena hal ini dapat
mempengaruhi ketelitian hasil analisis. Hasil perhitungan hujan wilayah berdasarkan 3 metode,
yaitu metode Aritmatika, metode Thiessen, dan metode Isohyet. Tapi dalam perhitungan hujan
pada materi ini hanya menggunakan metode Aritmatika.
2.1.1 Metode Aritmatika
Metode ini digunakan pada daerah yang datar dan banyak station penakar hujannya dan
dengan anggapan, bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah merata (uniform).

d 1 + d 2 +d 3 +…+d n
Atau d= n d
d=∑n
i

i=1 n
dimana:
d = Curah hujan rata-rata daerah aliran (mm)
d1, d2, d3= curah hujan yang tercatat pada station penakar hujan (mm)
2.1.2 Analisis Frekuensi
Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian
parameter statistik dari data yang bersangkutan atau dipilih berdasarkan pertimbangan teknis
lainnya. Ada beberapa jenis distribusi dalam analisis frekuensi yaitu :
A. Metode Gumbel
Metode pendekatan untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan metode E.J
Gumbel Type I, dengan persamaan sebagai berikut :
Xt = Xr + K. St

5
Dimana :
Xt = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode
ulang T tahun
Xr = Harga rerata dari data
n
1
Xr = ∑ xi
n i=1
St = Standard Deviasi

√∑
n n
St = xi – ∑ xi
2

i=1 i=1

K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang

Untuk menghitung faktor frekuensi E.J Gumbel Type I digunakan rumus:


Yt−Yn
K =
Sn
Dimana :
Yt = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
= -Ln (-Ln (T-1)/T)
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di atas diperoleh :

Xt = Xr + ( Sx / Sn ) ( Yt – Yn )

B. Metode Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan metode normal, jika data yang dipergunakan
adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus berikut :
XT = X +KTS
Dimana :
XT = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata dari data hujan (X) mm
S = Standar deviasi dari data hujan (X) mm
KT = Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari T (Variabel reduksi Gauss)

6
C. Metode Log Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan metode log normal, jika data yang
dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Log XT = Log X + KT × S Log X
Dimana :
Log XT = Nilai logaritmik hujan rencana dengan periode ulang T tahun
LogX = Nilai rata-rata Log X
KT = Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari T
S Log X = Standar deviasi dari Log X

D. Metode Log Person Type III


Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type adalah
dengan mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.
Langkah-langkah perhitungan curah hujan rencana dengan metode Log Pearson Type
III adalah sebagai berikut :
 Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X
 Hitung harga rata – rata :
n

∑ log log X i
log X = i=1
n
 Hitung Harga simpangan Baku

s=¿
 Hitung koefisien Kemencengan :
n
G=n ∑ ¿ ¿ ¿
i=1

 Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :

log X T =log X + K . s
Dimana :
K = Variabel standar (standardized Variable) untuk X besarnya
tergantung koefisien kemencengan G

7
Log X = Logaritma data yang dicari
Log Xi = Logaritma data tahun ke -i
G = Konstanta Log Pearson Type III, berdasarkan Cs
S1 = Simpangan baku
Cs = Koefisien kepencengan
N = Jumlah data

2.1.3 Analisa Intensitas Hujan


Analisis Intensitas Hujan Metode Dr. Mononobe

R 24 24
( )
2
I= ∗ 3
24 t
Dimana :
I = Intensitas hujan
t = Waktu hujan / durasi
R24 = Curah hujan maksimum dengan T tahun

2.2 Bentuk Saluran Drainase

Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran irigasi pada umumnya.
Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat membentuk dimensi yang ekonomis,
sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena daya tamping
yang tidak memedai. Adapun bentuk-bentuk saluran antara lain :
2.2.1 Trapesium
Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup kemungkinan
dibuat dari pasangan batu dan beton. Saluran ini memerlukan cukup ruang. Berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit
yang besar.

8
B Keterangan :

H= Tinggi Saluran
b = Lebar Dasar Saluran
W = Tinggi Jagaan
Y= Tinggi Muka Air
Rumus yang digunakan untuk merancang dimensi saluran ini :
- A = (b + 2h)h
- m = 1/√ 3 (untuk ukuran ekonomis)
- b = 2h (untuk ukuran ekonomis)

- P = b +2h√ m2+1

- R = A/P
2 1
1 3 2
- V = R S
n
- Q = V. A
Dimana :
A = luas penampang (m2)
b = lebar dasarsaluran (m)
h = tinggi permukaan air (m)
m = perbandingan kemiringan dinding saluran
n = nilai kekasaran manning saluran
P = keliling basah saluran (m)
R = jari – jari hidrolis (m)
V = kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
Q = debit aliran dalam saluran (m3/det)
2.2.2 Persegi
Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton.Bentuk saluran ini tidak memerlukan
banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
serta air buangan domestik dengan debit yang besar.

9
Keterangan :

H= Tinggi Saluran
B= Lebar Dasar Saluran
W = Tinggi Jagaan
Y= Tinggi Muka Air

Rumus yang digunakan untuk merancang dimensi saluran ini :


- A = (b + 2h)h
- m = 1/√ 3 (untuk ukuran ekonomis)
- b = 2h (untuk ukuran ekonomis)

- P = b +2h√ m2+1

- R = A/P
2 1
1
- V = R3 S 2
n
- Q = V. A
Dimana :
A = luas penampang (m2)
b = lebar dasarsaluran (m)
h = tinggi permukaan air (m)
m = perbandingan kemiringan dinding saluran
n = nilai kekasaran manning saluran
P = keliling basah saluran (m)

R = jari – jari hidrolis (m)


V = kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
Q = debit aliran dalam saluran (m3/det)
Rumus yang digunakan untuk merancang dimensi saluran ini :

10
- A = (b + 2h)h
- m = 1/√ 3 (untuk ukuran ekonomis)
- b = 2h (untuk ukuran ekonomis)

- P = b +2h√ m2+1

- R = A/P
2 1
1
- V = R3 S 2
n
- Q = V. A
Dimana :
A = luas penampang (m2)
b = lebar dasarsaluran (m)
h = tinggi permukaan air (m)
m = perbandingan kemiringan dinding saluran
n = nilai kekasaran manning saluran
P = keliling basah saluran (m)
R = jari – jari hidrolis (m)
V = kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
Q = debit aliran dalam saluran (m3/det)
2.2.3 Segitiga
Saluran ini sangat jarang digunakan tetap mungkin digunakan dalam kondisi tertentu.

Penampang
Segitiga

2.2.4 Setengah Lingkaran

11
Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan yang telah tersedia.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik
dengan debit yang besar.

2.3 Dimensi Saluran

Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampungoleh saluran (Qs dalam
m3/detik) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang diakibatkan oleh hujan rencana (Qr
dalam m3/detik). Kondisi demikian dapat dirumuskan dengan persamaan berikut :
QS ≥ Qr

Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan rumus dibawah ini :
Qs = As . V

Dimana :

As = Luas penampang saluran (m2)

V = Kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)

Kecepatan rata – rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Manning sebagai berikut :
1 2/ 3 1 /2
V= .R .s
n
As
R=
P

Dimana :

12
V = Kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)

N = Koefisien kekasaran Manning

R = Jari – jari hidrolis (m)

S = Kemiringan dasar saluran

As = Luas penampang saluran (m3)

P = Keliling basah saluran (m)

2.3.1 Debit Puncak


Debit puncak merupakan debit yang akan memberikan banjir rencana. Untuk menghitung
debit puncak rencana digunakan Rasional Method (RM) sesuai untuk areal dengan luas
pengaliran sampai dengan 1300 Ha, dimana data hidrologi memberikan kurva intensitas
durasi frekuensi (IDF) yang seragam dengan debit puncak dari curah hujan rata-rata sesuai
waktu konsentrasi.

Debit Puncak dapat diformulasikan sebagai berikut :


Q = 0,278 .C .I . A

Dimana :
Q = Debit Puncak rencana (m3/detik)
I = Intensitas curan hujan (mm/jam)
A = Luas catchment area (ha)
C = Koefisien pengaliran
2.3.2 Koefisien Pengaliran
Pada saat terjadinya hujan pada umumnya sebagian air hujan akan menjadi limpasan dan
sebagian mengalami infiltrasi dan evaporasi. Bagian hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah dan saat sesudahnya merupakan limpasan/pengaliran. Besarnya koefisien pengaliran
untuk daerah perencanaan disesuaikan dengan karakteristik daerah pengaliran yang
dipengaruhi oleh tata guna lahan (Land use) yang terdapat dalam wilayah pengaliran tersebut.
Besarnya koefisien dapat dilihat pada Tabel berikut.

13
Tabel 2.1 Koefisien Pengaliran
Deskripsi lahan/karakter Koefisien Pengaliran
permukaan (C)
Business :
• Perkotaan 0,70 - 0,95
• Pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan :
• Rumah tinggal 0,30 - 0,50
• Multiunit, terpisah 0,40 - 0,60
• Multiunit, tergabung 0,60 - 0,75
• Perkampungan 0,25 - 0,40
• Apartemen 0,50 - 0,70
Perkerasan :
• Aspal dan Beton 0,70 - 0,95
• Batu bata, Paving 0,50 - 0,70

Halaman berpasir :
• Datar (2%) 0,05 - 0,10
• Curam (7%) 0,15 - 0,20
Halaman Tanah :
• Datar (2%) 0,13 - 0,17
• Curam (7%) 0,18 - 0,22
Hutan :
• Datar 0 - 5% 0,10 - 0,40
• Bergelombang 5 - 10% 0,25 - 0,50
• Berbukit 10 - 30% 0,30 - 0,60

2.3.3 Waktu Konsentrasi (Tc)


Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan membedakannya menjadi 2 komponen yaitu :
Tc = to + td
2 n
To = × 3,28 × L ×
3 √S
Ls
Td =
60 ×V
Dimana,

14
L = Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
n = Angka kekasaran permukaan lahan
S = Kemiringan lahan
Ls = Panjang lintasan aliran didalam saluran sungai (m)
V = Kecepatan aliran didalam saluran (m/det)

15
3.1 Peta Lokasi
Lokasi perencanaan drainase jalan, yaitu Jalan Kedamaian Selatan Raya BTP Kota
Makassar, Sulawesi Selatan :

Gambar 3.1 Lokasi perencanaan drainase jalan

16
17
3.2 Analisis Data Hidrologi
3.2.1 Data Curah Hujan Stasiun
Tabel 3.1. Data Curah Hujan
STASIUN
RACING
MANDAI POETERE
NO TAHUN CENTER
Curah Hujan Curah Hujan Curah Hujan
(mm) (mm) (mm)
1 1998 240 130 130
2 1999 125 187 168
3 2000 260 190 166
4 2001 160 185 158
5 2002 180 200 150
6 2003 250 230 200
7 2004 180 125 100
8 2005 240 290 210
9 2006 150 180 140
10 2007 155 220 195

3.2.2 Metode Aritmatika


Metode ini digunakan pada daerah yang datar dan banyak station penakar
hujannya dan dengan anggapan, bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya
adalah merata (uniform).

 d1  d 2  d 3 …  d n
d
n
Atau
n
di
d
i1
n
Dimana:
d = Curah hujan rata-rata daerah aliran (mm)
d1, d2, d3 = curah hujan yang tercatat pada station penakar
hujan (mm)

Perhitungan hujan wilayah metode aritmatika pada tahun 2005


d1+d2+d3
a= 240 + 290 + 210
= 247
= 3
n

18
Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Hujan wilayah dengan metode Aritmatika
METODE ARITMATIKA (HUJAN
MAX) RATA-
NO TAHUN
RATA
STA 1 STA 2 STA 3
1 1998 240 130 130 167
2 1999 125 187 168 160
3 2000 260 190 166 205
4 2001 160 185 158 168
5 2002 180 200 150 177
6 2003 250 230 200 227
7 2004 180 125 100 135
8 2005 240 290 210 247
9 2006 150 180 140 157
10 2007 155 220 195 190

3.2.3 Metode Analisis Frekuensi


A. Metode Gumbel
Tabel 3.3 Hubungan reduced mean Yn dengan banyaknya data n
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0,5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5402 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0,5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600

Tabel 3.4 Hubungan reduced standart deviation Sn dengan banyaknya data n


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0.9676 0.9833 0.9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 10.628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1086
30 11.124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 11.413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 11.607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 11.747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 11.854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 11.938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 12.007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065

19
Tabel 3.5 Reduced variated (Yt)

Periode Ulang
Reduced Variated
(Tahun)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
20 2.9606
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
200 5.2960
500 6.2140
1000 6.9190
5000 8.5390
10000 9.9210

Contoh perhitungan data tabel analisis metode gumbel


1
 P × 100
= [N+1]
1
× 100
=
[10+1]
= 9,09

 X1 = Data curah hujan metode aritmatika

 X1 – Xrt = 167 – 183


= -16,67
 (X1 – Xrt)2 = (167 – 183)2
= 271,15
∑n [Xi−Xrt]2

=√
i=0
S n−1

10576
=√
10−1

= 34,280

20
 Yn = Harga rata-rata reduced variabe (Tabel 3.6)
 Yn = Reduced standart (Tabel 3.7)
 Yt = Reduced variated (Tabel 3.8)
Tabel 3.6 Hasil Analisis Metode Gumbel
No. P X1 X1 - X (X1 –
X)2
1 9,09 167 -16,47 271,15
2 16,67 160 -23,13 535,15
3 25,00 205 22,20 492,84
4 33,33 168 -15,47 239,22
5 41,67 177 -6,47 41,82
6 50,00 227 43,53 1895,15
7 58,33 135 -48,13 2316,82
8 66,67 247 63,53 4036,48
9 75,00 157 -26,47 700,48
10 83,33 190 6,87 47,15
jumlah 459,09 1831 0 10576
Xrt 45,91 183 0 1058
n 10
s 34,280
Yn 0,4952
Sn 0,9496

Contoh perhitungan curah hujan rancangan metode gumbel


 Faktor Frekuensi
Yt−Yn
K =
Sn
0,3665−0,4952
=
0,9496
= -0,136
 Rencana Curah Hujan
Maks Xt = Xrt + (K × S)
= 183 + (-0,136 × 34,280)
= 178,488

21
Tabe 3.7 Analisis Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel
Hasil Perhitungan Hujan Rancangan Metode Gumbel
no. periode ulang Yt faktor (k) Xt
1 2 0,367 -0,136 178,488
2 5 1,500 1,058 219,404
3 10 2,250 1,848 246,494
4 20 2,970 2,606 272,480
5 25 3,199 2,847 280,723
6 50 3,902 3,588 306,116
7 100 4,600 4,323 331,321
8 200 5,296 5,055 356,434
9 500 6,214 6,022 389,566
10 1000 6,907 6,752 414,607

B. Metode Normal
Tabel 3.8 Nilai Variabel Reduksi Gauss

Periode Ulang Peluang KT

2 0.500 0.000
5 0.200 0.840
10 0.100 1.280
20 0.050 1.640
25 0.040 1.880
50 0.020 2.050
100 0.010 2.330
200 0.005 2.580
500 0.002 2.880
1000 0.001 3.090

22
Contoh perhitungan data tabel analisis metode normal
 X1 = Data curah hujan metode aritmatika

 X1 – Xrt = 167 – 183


= -16,67
 (X1 – Xrt)2 = (167 – 183)2
= 271,15
∑n [Xi−Xrt]2

=√
i=0
S n−1

10576
=√
10−1

= 34,280
Tabel 3.9 Hasil Analisis Metode Normal
No. Tahun X1 X1 - Xrt (X1 –
X)2
1 1998 167 -16,47 271,15
2 1999 160 -23,13 535,15
3 2000 205 22,20 492,84
4 2001 168 -15,47 239,22
5 2002 177 -6,47 41,82
6 2003 227 43,53 1895,15
7 2004 135 -48,13 2316,82
8 2005 247 63,53 4036,48
9 2006 157 -26,47 700,48
10 2007 190 6,87 47,15
jumlah 1831,33 0 10576
Xrt 183,13
n 10
s 34,280

Contoh perhitungan curah hujan rancangan metode gumbel


 Rencana Curah Hujan
Maks Xt = Xrt + (KT × S)
= 183,13 + (0,000 × 34,280)
= 183,133

23
Tabe 3.10 Analisis Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Normal
Hasil Perhitungan Hujan Rancangan Metode Normal
No. Periode Ulang KT XT
1 2 0,000 183,133
2 5 0,840 211,929
3 10 1,280 227,012
4 20 1,640 239,353
5 25 1,880 247,580
6 50 2,050 253,408
7 100 2,330 263,006
8 200 2,580 271,577
9 500 2,880 281,861
10 1000 3,090 289,060

C. Metode Log Normal


Contoh perhitungan data tabel analisis log person
 Xi = Data curah hujan metode aritmatika
 Log Xi = Log (176)
= 2,256
 (Log Xi – Log Xrt)2 = (2,222 – 2,256)2
= 0,00118
 Rumus menghitung rata-rata logaritma
∑n log Xi
i=1
Log Xrt =
n
22,562
=
10
= 2,256

24
Tabel 3.11. Hasil Analisis Log Normal

(Log Xi-Log
NO. TAHUN Xi Log Xi
Xrt)^2
1 1998 167 2,222 0,00118
2 1999 160 2,204 4,51498
3 2000 205 2,312 5,34747
4 2001 168 2,224 4,94816
5 2002 177 2,247 5,04970
6 2003 227 2,355 5,54785
7 2004 135 2,130 4,53832
8 2005 247 2,392 5,72219
9 2006 157 2,195 4,81792
10 2007 190 2,279 5,19272
JUMLAH 1831 22,562 45,68050
N 10
Log Xrt 2,256
S 0,079

Contoh perhitungan curah hujan rancangan metode log normal


 Rencana Curah Hujan Maks
Log Xt = Log Xrt + (KT ×
S)
= 2,256 + (0,000 × 0,079)
= 2,256

Xt = 10Log Xrt
= 183,133

Tabe 3.12 Analisis Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Log Normal
Hasil Perhitungan Hujan Rancangan Metode Normal
No. Periode Ulang KT XT
1 2 0,000 183,133
2 5 0,840 211,929
3 10 1,280 227,012

25
D. Metode Log Pearson Type III
Contoh perhitungan data tabel analisis log person
 Xi = Data curah hujan metode aritmatika
 Log Xi = Log (167)
= 2,256
 (Log Xi – Log Xrt)2 = (2,222 – 2,256)2
= 0,00118
 (Log Xi – Log Xrt)3 = (2,222 – 2,256)3
= 0,000039394
 Rumus menghitung rata-rata logaritma
∑n log Xi
i=1
Log X =
n
22,56
=
10
= 2,256
Tabel 3.13. Hasil Analisis Log Person

NO. TAHUN Xi LOG Xi (LOG Xi-LOG Xrt)^2 (LOG Xi -LOG Xrt)^3


1 1998 167 2,222 0,001177 -0,000040390
2 1999 160 2,204 0,002708 -0,000140926
3 2000 205 2,312 0,003170 0,000178456
4 2001 168 2,224 0,001006 -0,000031893
5 2002 177 2,247 0,000081 -0,000000730
6 2003 227 2,355 0,009846 0,000977033
7 2004 135 2,130 0,015832 -0,001992071
8 2005 247 2,392 0,018483 0,002512755
9 2006 157 2,195 0,003743 -0,000229025
10 2007 190 2,279 0,000511 0,000011535
JUMLAH 1831 22,56 0,056557 0,001244743
N 10
LOG XRT 2,256159
S 0,079272
Cs 0,347

26
Tabel 3.14. Harga G pada Distribusi Log Person III

Tabel 3.15 Data Kemencengan (Cs)


PUH 2 5 10 25 50 100 200 500 1000
-
0,1 0,836 1,292 1,785 2,107 2,4 2,67 2,882 3,235
0,017
-
0,165 0,821 1,314 1,867 2,235 2,578 2,900 3,159 3,593
0,057
-
0,2 0,83 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763 2,994 3,38
0,033

Contoh perhitungan periode ulang log person


 Log Xt periode ulang 2 tahun = Log Xrt + ( G × S )
= 2,256 + ( -0,057 × 0,079 )
= 2,256
 Xt Periode Ulang 2 tahun = 10(LogXt)
(2.256)
= 10
= 178,516
27
Tabel 3.16 Analisi Hasil Perhitungan Periode Ulang Log Person III
PERIODE ULANG G LOG Xt Xt
2 -0,057 2,252 178,516
5 0,821 2,321 209,535
10 1,314 2,360 229,267

3.2.4 Metode Uji Distribusi


Contoh uraian perhitungan data dengan metode Uji Distribusi Hujan (2005)
 X = Nilai curah hujan dari metode aritmatika
= 167
ƩXi
 Xrt
= n
167
= 10
= 16,47
 X – Xrt = 167 – 181,13
= -16,47
 (X – Xrt)2 = (-16,47)2
= 271,15
 (X – Xrt)3 = (-16,47)3
= -4464,95
 (X – Xrt)4 = (16,47)4
= 73522,95
∑n [Xi−Xrt]2
 Deviasi (S) = √
i=0
n−1

10567
=√
10−1

= 34,280

28
 Koef. Variasi S
Cv =
Xrt
= 34,280
181,13

= 3,30
 Koef.Skewness
Cs =
10 (199348)
=
(10−1)(10−2)× 34,2803

= 0,687
 Koef. Kwitosisi

Ck =
102 (26407125,5)
=
(10−1)(10−2)(10−3)× 38,764

= 0,02864
Tabel 3.17. Hasil Pengujian data dengan Metode Uji Distribusi Hujan
(X-
TAHUN HUJAN (X) X-Xrt Xrt)^2 (X-Xrt)^3 (X-Xrt)^4
1998 167 -16,47 271,15 -4464,95 73522,9
1999 160 -23,13 535,15 -12379,83 286386,7
2000 205 22,20 492,84 10941,05 242891,3
2001 168 -15,47 239,22 -3699,90 57225,1
2002 177 -6,47 41,82 -270,42 1748,7
2003 227 43,53 1895,15 82502,25 3591597,7
2004 135 -48,13 2316,82 -111516,16 5367644,6
2005 247 63,53 4036,48 256451,31 16293206,7
2006 157 -26,47 700,48 -18539,5 490678,5
2007 190 6,87 47,15 323,77 2223,2
Jumlah 1831 0 10576 199348 26407125,5
Deviasi 34,280
Rata-Rata 183,133

29
3.2.5 Metode Uji Validitas
Contoh uraian perhitungan data dengan metode Uji Validitas Hujan
 X = Nilai curah hujan dari metode aritmatika
= 167
 Ln X = Ln (167)
= 5,116
 Ln X – Ln Xrt = 5,116 – 5,195
= 0,079
 (Ln X – Ln Xrt)2 = (0,079)2
= 0,0062
 (Ln X – Ln Xrt)3 = (0,079)3
=- 0,0005
 (Ln X – Ln Xrt)4 = (0,0079)4
= 0,000039
∑n [Xi−Xrt]2
=√
i=0
 Deviasi (S)
n−1

0,2999
=√
10−1

= 0,183
 Koef.
Variasi S
Cv
Xrt
= 0,183
183,13
=
= 0,001

 Koef.Skewness

Cs =
10 (0,152)
=
(10−1)(10−2)× 0,1833

30
= 0,347

31
 Koef. Kwitosisi

Ck =
102 (0,0203)
=
(10−1)(10−2)(10−3)× 0,1834

= 3,634
Tabel 3.18. Hasil Pengujian data dengan Metode Uji Validitas Hujan
Ln X - Ln (Ln X - Ln (Ln X - Ln (Ln X - Ln
TAHUN X Ln X Xrt)2 Xrt)3 Xrt)4
Xrt
1998 167 5,116 -0,079 0,0062 -0,0005 0,000039
1999 160 5,075 -0,120 0,0144 -0,0017204 0,00020615
2000 205 5,325 0,130 0,0168 0,0022 0,0003
2001 168 5,122 -0,073 0,0053 -0,0004 0,0000
2002 177 5,174 -0,021 0,0004 0,0000 0,0000
2003 227 5,423 0,228 0,0522 0,0119 0,0027
2004 135 4,905 -0,290 0,0839 -0,0243 0,0070
2005 247 5,508 0,313 0,0980 0,0307 0,0096
2006 157 5,054 -0,141 0,0198 -0,0028 0,0004
2007 190 5,247 0,052 0,0027 0,0001 0,0000
Jumlah 1831 51,950 0 0,2999 0,0152 0,0203
Deviasi 0,183
Rata-
Rata 183,13 5,195
Cv 0,001
Cs 0,347
Ck 3,634

3.2.6 Kesimpulan Hasil Hitung


Tabel 3.19 Hasil Hitung Disribusi
Hujan Rencana
Periode
Metode Metode Metode Log
Ulang Metode Log Pearson
Gumbel Normal Normal
2 178,488 183,133 180,368 178,516
5 219,404 211,929 210,256 209,535
10 246,494 227,012 227,839 229,267

32
Tabel 3.20 Hasil Hitung Distribusi Curah Hujan
Hasil
No Distribusi Persyaratan Kesimpulan
Perhitungan
Cv = 1,14 3,428 Tidak
1 Gumbel
Ck = 5,4 0,029 Tidak
Cs = 0 0,687 Tidak
2 Normal
Ck = 3 0,029 Tidak
Log Cs = 0,137 0,347 Tidak
3
Normal Ck = 3,033 3,634 Tidak
Log Jika semua syarat tidak 0,347 Iya
4
Person III terpenuhi 3,634 Iya

3.2.7 Analisa Intensitas Curah Hujan


A. Metode Log Person
Dari perhitungan curah hujan sebelumnya diperoleh data sebagai
berikut R2 = 178,516
R5 = 209,535
R10 = 229,267
Rumus intensitas curah hujan menurut Mononobe yaitu:

Comtoh perhitungan intensitas curah hujan pada 5


menit Dimana, R2 = 178,516
T = 5 menit

Sehingga, I2 =
178,516

=
= 204,35 mm/jam

33
Tabel 3.21 Rekapitulasi Hasil Analisis Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode Log
Person
Intensitas curah hujan
T
(mm/jam)
(Menit) I2 I5 I10
5 324,39 380,75 416,61
10 204,35 239,86 262,45
20 128,73 151,10 165,33
30 98,24 115,31 126,17
40 81,10 95,19 104,15
60 61,89 72,64 79,48
80 51,09 59,96 65,61
120 38,99 45,76 50,07

Grafik 3.1 Intensitas Rencana Metode Log Person

Chart Title
450.00
400.00
350.00
300.00
250.00
200.00 y = 1113.3x-0.667
150.00
100.00 y = 948.51x-0.667
50.00 y = 1218.2x-0.667
0.00

0 20 40 60 80 100 120 140

2 5 10Power (2)Power (5)Power (10)

34
3.3 Debit Rencana
3.3.1 Koefisien Pengaliran Gabungan (C)
Tabel 3.22. Koefisien Pengaliran
Deskripsi lahan/karakter Koefisien Pengaliran
permukaan (C)
Business :
• Perkotaan 0,70 - 0,95
• Pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan :
• Rumah tinggal 0,30 - 0,50
• Multiunit, terpisah 0,40 - 0,60
• Multiunit, tergabung 0,60 - 0,75
• Perkampungan 0,25 - 0,40
• Apartemen 0,50 - 0,70
Perkerasan :
• Aspal dan Beton 0,70 - 0,95
• Batu bata, Paving 0,50 - 0,70
Halaman berpasir :
• Datar (2%) 0,05 - 0,10
• Curam (7%) 0,15 - 0,20
Halaman Tanah :
• Datar (2%) 0,13 - 0,17
• Curam (7%) 0,18 - 0,22
Hutan :
• Datar 0 - 5% 0,10 - 0,40
• Bergelombang 5 - 10% 0,25 - 0,50
• Berbukit 10 - 30% 0,30 - 0,60

35
Gambar 3.3 Tata Guna Lahan

Rumus yang digunakan menghitung Cgabungan :

Cgabungan =

Dimana, C1 = 0,50 A1 = 0,27km2


C2 = 0,70 A2 = 0,04 km2

C1 . A1 + C2 . A2 + C3 . A3
Sehingga, C =
A1 + A2 + A3
0,50 . 0,27 + 0,70 . 0,04
=
0,27 + 0,04
= 0,448

36
3.3.2 Waktu Konsentrasi (Tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari
titik terjauh dari catchment menuju suatu titik yang ditinjau besarnya. Besar
waktu waktu konsentrasi dihitung dengan rumus :
Tc = To + Td
Tabel 3.23 Angka Kekasaran Permukaan Lahan

Tata Guna Lahan n

• Kedap Air 0.02

• Timbunan Tanah 0.10

Tanaman pangan/tegalan dengan sedikit


• rumput pada tanah gundul yang kasar 0.20
dan lunak

• Padang Rumput 0.40


Tanah gundul yang kasar dengan runtuhan
• 0.60
dedaunan
• Hutan dan sejumlah semak belukar 0.80

2 n
To = × 3,28 × L ×
3 √S
ΔH
S
s
= Ls
60 × V
Td

=
Dimana, L = Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan
(m) n = Angka kekasaran permukaan lahan
S = Kemiringan lahan
Ls = Panjang lintasan aliran didalam saluran sungai
(m) V = Kecepatan aliran didalam saluran (m/det)
37
 Saluran kanan
1,5−1
S = 19
= 0,5
2
0,02
To = × 3,28 × 19 ×
3 √0,00084
= 5,12222 menit
57
Td
60 × 2
=
= 0,48 menit
Tc = 5,12222 + 0,48
= 5,60 menit
 Saluran kiri
1,5−1
S = 14
= 0,00015
2
0,02
To = × 3,28 × 14 ×
3 √0,00015
= 2,2 menit
44
Td
60 × 2
=
= 0,37 menit

Tc = 2,2 + 0,37
= 2,66 menit

Dari hasil perhitungan Tc disubtitusi kedalam persamaan intensitas :


 Saluran kanan
I2 = 948,51x-0,667
= 948,51 ( 5,60 )-0,667
= 300,71 mm/jam
38
I5 = 1113,3x-0,667
= 1113,3 ( 5,60 )-0,667
= 352,95 mm/jam

39
I10 = 1218,2x-0,667
= 1218,2 ( 5,60 )-0,667
= 386,21 mm/jam
 Saluran kiri
I2 = 948,51x-0,667
= 948,51 ( 2,66 )-0,667
= 494,21 mm/jam
I5 = 1113,3x-0,667
= 1113,3 ( 2,66 )-0,667
= 580,07 mm/jam
I10 = 1218,2x-0,667
= 1218,2 ( 2,66 )-0,667
= 634,73 mm/jam

3.3.3 Metode Rasional


Metode rasional dapat digunakan untuk menghitung debit puncak 23ungai atau
saluran namun dengan daerah pengaliran yang terbatas. Rumus yang digunakan
untuk menghitung debit dengan metode rasional adalah :
Q = 0,278 . C . I . A

Dimana, Q = Debit (m3/det)


C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan
(mm/jam) A = Luas daerah
pengaliran (km2)
Contoh perhitungan debit rencana untuk saluran kanan :
Diketahui :
C = 0,45
I2 = 300,71 mm/jam
A = 0,0030 km2
Ditanyakan :

40
Q = ….. ?

41
Penyelesaian :
Q2 = 0,278 . C . I2 . A
= 0,278 × 0,45 × 300,71 × 0,0030
= 0,063 m3/jam

Tabel 3.24 Hasil Perhitungan Debit Rencana Untuk Saluran Kanan


KET C I A Q
Q2 0,45 47,69 0,0030 0,018
Q5 0,45 55,98 0,0030 0,021
Q10 0,45 61,25 0,0030 0,023
0,063

Contoh perhitungan debit rencana untuk saluran kiri


: Diketahui :
C = 0,45
I2 = 494,21 mm/jam
A = 0,0030 km2
Ditanyakan :
Q = ….. ?
Penyelesaian :
Q2 = 0,278 . C . I2 . A
= 0,278 × 0,45 × 494,21 × 0,0030
= 0,088 m3/jam

Tabel 3.25 Hasil Perhitungan Debit Rencana Untuk Saluran Kiri


KET C I A Q
Q2 0,45 67,14 0,0030 0,025
Q5 0,45 78,81 0,0030 0,030
Q10 0,45 86,24 0,0030 0,033
0,088

42
3.4 Dimensi Saluran
3.4.1 Dimensi Saluran Persegi

 Saluran Kanan
Diketahui :
b asumsi = 2h
n = 0,029
V asumsi = 2 m/det
S = 0,00877
Q rencana = 0,063 m3/det
Pada saluran digunakan saluran dengan konstruksi dari pasangan batu
Penyelesaian :
a. Menentukan nilai h
Q
A =
V asumsi

0,063
= 2,000
= 0,031 m2
A =b×h
0,031 = 2h × h
0,031 = 2h2
2h2 = 0,031

h = √ 0,031
2

= 0,125 m
b. Menentukan nilai b
b = 2h
= 2 × 0,125
= 0,250 m

43
c. Menentukan nilai P
P = b + 2h
= 0,250 + ( 2 × 0,125 )
= 0,500 m
d. Menetukan nilai R
A
R =
P

0,031
= 0,500
= 0,063 m
e. Menetukan nilai V
1
V = n × R2/3 × S1/2

1
= 0,029 × 0,0632/3 × 0,08771/2
= 0,509 m/det
f. Menentukan nilai Q saluran
Q =V×A
= 0,509 × 0,031
= 0,01592 m3/det
g. Menetukan nilai tinggi jagaan (w)
w = 0,20 × 0,15 × Q2/3
= 0,20 × 0,15 × 0,0251212/3
= 0,001899 m

44
Dari perhitungan diatas didapatkan dimensi saluran pada ruas Jl.
Kedamaian Selatan Raya BTP pada saluran kanan adalah sebagai berikut :
- b = 0,250 m
- h(Y) = 0,125 m
- w = 0,0015 m

0,0015 m

0,125 m

0,250 m

 Saluran Kiri
Diketahui :
b asumsi = 2h
n = 0,029
V asumsi = 2 m/det
S = 0,02273
Q rencana = 0,088 m3/det

Pada saluran digunakan saluran dengan konstruksi dari pasangan batu


Penyelesaian :
a. Menentukan nilai h
Q
A =
V asumsi

0,088
= 2,000
= 0,044 m2
A =b×h
0,044 = 2h × h
45
0,044 = 2h
2h2 = 0,044

h = √ 0,044
2

= 0,148 m
b. Menentukan nilai b
b = 2h
= 2 × 0,148
= 0,297 m
c. Menentukan nilai P
P = b + 2h
= 0,297 + ( 2 × 0,148 )
= 0,594 m

d. Menetukan nilai R
A
R =
P

0,044
= 0,594
= 0,088 m
e. Menetukan nilai V
1
V = n × R2/3 × S1/2

1
= 0,02 × 0,0882/3 × 0,0022731/2
= 0,918 m/det
f. Menentukan nilai Q saluran
Q =V×A
= 0,918 × 0,044
= 0,040435 m3/det
g. Menetukan nilai tinggi jagaan (w)
w = 0,20 × 0,15 × Q2/3
= 0,20 × 0,15 × 0,0404352/3
46
= 0,003534

47
Dari perhitungan diatas didapatkan dimensi saluran pada ruas Jl.
Kedamaian Selatan Raya BTP pada saluran kanan adalah sebagai berikut :
- b = 0,297 m
- h(Y) = 0,148 m
- w = 0,0035 m

0,0035 m

0,148 m

0,297 m

48

Anda mungkin juga menyukai