Anda di halaman 1dari 2

Fenomena “Ndadi” dalam pementasan Jaranan.

Tanpa ada bumbu-bumbu ndadi (kesurupan) seperti halnya makan nasi tanpa lauk.

Ketika saya pulang kampung sekitar setahun yang lalu saya bertemu (Bopo) TARIMO 35 yang
merupakan Pimpinan salah satu kesenian jaranan yang ada di daerah saya yaitu “MACAN KUMBANG
MARGOSUKO”

“Mas, ndadi (kesurupan) itu benar apa tidak?

Ada yang beneran ada yang tidak mas.

Lah yang miliknya sampean?

Pura-pura ndadi mas. Tetapi saya meyakini ada yang ndadi beneran mas.

Bagaimana membedakan antara ndadi beneran sama tidak sama?

Gampang mas, kan saya bopo yang seolah-olah pawang, biasanya kalo tampil ngobati yang ndadi
bawah kain lap sama rokok mas. Saya sentuh pakai ujung rokok mas kalo kaget berarti pura-pura
mas.

Kenapa pura-pura ndadi mas?

Memang itu acara yang ditunggu penonton mas, ibaratnya barongan tidak ndadi sama seperti makan
tanpa lauk. Tidak bisa gayeng.

Kalo yang ndadi beneran gimana cara mengatasinya mas?

Kita ada mel,nya mas, semacam media untuk menetralisis kerasukan. Jadi ketika benar-benar
keserupan kita minumi air yang sudah dibacakan oleh tetua kita. Bisa juga berupa kain yang sudah
didoakan. Kalo ndadi tinggal diusapkan.

Kalo masih tidak berhasil mas?

Selama ini berhasil terus mas. Kan memang gak ada yang kerasukan beneran mas. Kita kan juga
punya tetua mas (orang sakti/ Dukun) kita perlu beliau takutnya ada orang yang mencoba merusak
pertunjukkan kita dengan cara mengetes ilmunya ke dalam pertunjukkan kita.

Jadi kesimpulannya ndadi itu asli apa tidak?

Selama saya main barongan ini ndadi adalah bagian dari pertunjukkan, sehingga kalau kesenian saya
tidak ada yang ndadi beneran semua hanya bagian pertunjukkan, tapi saya percaya kalo di tempat
lain.

Berbeda Pula dengan Jaranan di Batang.

Pendapat Bopo Tarimo sangat berbeda dengan pendapatnya Bopo Kahono 60 th. Pimpinan salah
satu kesenian jaranan yang ada di kabupaten Batang.

Selama saya KKN di Kabupaten Batang lebih tepatnya di Desa Plosowangi kecamatan Tersono. Saya
bertemu dengan pimpinan jaranan tersebut. Untuk meminta pentas diakhir kkn saya.

Kemudian saya bertanya berkaitan dengan fenomena ndadi atau kesurupan. Menurut beliau
kesurupan di dalam acara jaranan yang beliau pimpin benar terjadi. Beliau menjelaskan bahwa
dirinya merupakan pawang turunan dari kakek buyutnya. Beliau mendapkan kesaktian yaitu bisa
bekerja sama dengan Makhluk Ghoib dengan cara laku.

Untuk meyakinkan saya beliau bercerita tentang proses- proses yang dilakukan beliau sebelum
pentas dilakukan. Beliau menjelaskan bahwa hal pertama yang dilakukan yaitu puasa tiga hari
sebelum acara dimulai. Dilanjutkan dengan berbagai ritual dirumahnya.

Beliau juga bercerita bahwa setiap pemain sudah memiliki pasangan (makhluk astral) yang biasa
memasuki tubuh pemainnya. Sehingga tidak akan tertukar antara pasangan tersebut tuturnya. Ritual-
ritual yang dilakukan sebelumnya dalam rangka memanggil makhluk tersebut.

Menurutnya terkadang ada makluk yang sudah setia kepada pemainnya. Sehingga ketika pemain
tersebut mendengar dengungan gamelan di tempat lain, dengan mudah kesurupan padahal
posisinya tidak sedang pentas. Itu yang menurut beliau berbahaya. Sehingga perlu ruwatan terhadap
pemain yang bersangkutan.

Selain wawancara saya juga melihat pentas jaranan untuk mengisi acara penutupan KKN saya.

Benar, Masyarakat mulai antusias ketika beberapa pemain menunjukkan gejala kesurupan. Hal
tersebut semakin menarik ketika yang kesurupan itu mewakili hewan-hewan tertentu.

Dalam acara tersebut pemain jaranan kesurupan hewan celeng sehingga lari kesana kemari sambil
makan ketela yang dipersiapkan oleh pawang. Sedangkan pemain lainnya kesurupan seperti hewan
anjing. Pemain yang kesurupan anjing ini mengejar yang kesurupan celeng.

Sayapun penarasan supaya percaya terhadap kesurupan ini, saya mendekat kepawang untuk
meminta supaya bisa kesurupan. Karena sebelumnya ada penonton yang diusapi mukanya oleh
tangan pawang langsung bisa nari-nari kesurupan.

Mulanya penontoh tersebut menari dengan irama sesuai lagu. Namun lama-kemalama bentuk
tarinya muli berantakan dan tidak terkedalikan. Dilanjutkan dengan jatuh ke tanah berguling-guling.
Setelah itu mengaung seperti macan.

Namun pawang katanya tidak bisa. “Tidak bisa kalo orang dari luar mas” tuturnya. Karena nanti bisa
membahayakan. Sayapun mengikuti perintahnya dan menikmati pertunjukkan tersebut.

Memang tidak semua orang bisa percaya bahwa ndadi itu benar adanya, karena tidak ada alat yang
bisa membuktikkannya. Apalagi orang yang berfikis secara ilmiah, maka ndadi tidak akan pernah
adanya. Sedangkan jika dilhat dari pendekatan agama, ndadi itu benar adanya. karena kita juga
dirusuh mengimani bahwa mahkluk Ghoib itu ada.

Anda mungkin juga menyukai