Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT dr.


SAIFUL ANWAR MALANG
Dian Pusparini, Anis Artiyani, dan Hery Setyobudiarso
Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Nasional Malang
Email: dianpusparini166@gmail.com

ABSTRAK

Rumah Sakit dr. Saiful Anwar merupakan Rumah Sakit Umum. Berbagai
pelayanan kesehatan tentunya menghasilkan limbah padat B3 cukup banyak.
Pengelolaan limbah padat B3 belum dikelola maksimal berdasarkan
peraturan PerMenLHK No. 56 Tahun 2015 dan PP RI No. 101 Tahun 2014.
Kurangnya sarana berupa troli 120 L, tidak sesuainya tata ruang TPS B3,
dan tidak ada rute khusus pengangkutan limbah padat B3. Penelitian ini
bertujuan mengetahui timbulan, volume, serta densitas limbah padat B3 dan
mengevaluasi proses pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
penampungan sementara, dan pengolahan limbah padat B3 serta kesesuaian
dengan peraturan yang berlaku yaitu PerMenLHK No. 56 Tahun 2015 dan
PP RI No. 101 Tahun 2014. Data jumlah timbulan, volume, dan densitas
limbah padat B3 diambil dari ruang Rawat Inap, Paviliun, CVCU, HCU (Ok
Paru), Endoskopi, IGD, OK Sentral, Obgin, Perinatologi, IRNA IV, BDRS,
Path Anatomi, Mikrobiologi, Infeksi, Jiwa, CAPD, Haemodialisa, dan Poli.
Metode pengukuran dengan cara penimbangan dan dilakukan selama 8 hari
berturut-turut sesuai SNI 19-3694-1995. Hasil timbulan rata-rata 854,5
kg/hari (0,503 kg/orang.hari), volume 1,225 m3, dan densitas 95,00 kg/m3.
Alternatif pengelolaan adalah melakukan penambahan jumlah troli 120 L
sebanyak 101 buah, pemanfaatan kembali hasil pengolahan limbah padat
B3, serta TPS B3 disesuaikan dengan peraturan Kepka Bapedal No. 1 Tahun
1995.

Kata kunci: Pengelolaan, Limbah Padat B3, Rumah Sakit

ABSTRACT

Dr. Saiful Anwar hospital its general hospital. Various existing health
services certainly produce a lot of solid waste. Various health services
certainly produce a lot of Hazardous and Toxic Material solid waste.
Hazardous and Toxic Material solid waste management has not been
managed optimally based on PerMenLHK regulation No. 56 of 2015 and PP
RI No. 101 of 2014. Lack of facilities in the form of 120 L trolleys,
incompatibility with Hazardous and Toxic Material temporary storage
spatial planning, and no special route for transporting Hazardous and Toxic
Material solid waste. This study aims to determine the generation, volume,
and density of Hazardous and Toxic Material solid waste and evaluate the
process of sorting, storage, collection, transportation, temporary storage,
and processing of Hazardous and Toxic Material solid waste and compliance
with applicable regulations, specially PerMenLHK No. 56 of 2015 and PP RI
No. 101 of 2014. Data on the amount of generation, volume, and density of
B3 solid waste that taken from the Inpatient Room, Pavilion, CVCU, HCU

1
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO. 2

(Lungs OK), Endoscopy, ED, OK Central, Obgin, Perinatology, IRNA IV,


BDRS, Path Anatomy, Microbiology, Infection, Nerve, CAPD, Haemodialisa,
and Poly. Measurement method by weighing and carried out for 8
consecutive days according to SNI 19-3694-1995. The average yield of 854.5
kg/day (0.503kg/person.day), volume 1.225 m3, and density 95.00 kg/m3.
The alternative management is to increase the number of 120 L trolleys by
101 units, to reuse the results of processing B3 solid waste, and B3 TPS
according to the regulation of Kepka Bapedal No. 1 of 1995.

Keywords: Managements, B3 Solid Waste, Hospital

PENDAHULUAN Kehutanan No. 56 Tahun 2015 tentang tata


Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan cara dan persyaratan teknis pengelolaan
yang menyelenggarakan upaya pelayanan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
kesehatan yang meliputi pelayanan rawat fasilitas kesehatan, serta Keputusan
jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995
pelayanan medis dan non medis yang Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
dalam melakukan proses kegiatan tersebut Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
akan menimbulkan dampak positif dan Bahan Berbahaya dan Beracun.
negatif. Limbah B3 yang ditimbulkan dari Berdasarkan karakteristiknya limbah B3
kegiatan laboratorium berupa sisa proses digolongkan menjadi, mudah meledak,
penyembuhan orang sakit seperti bahan mudah menyala, bersifat reaktif, beracun,
tambahan untuk pencucian luka, cucian infeksius, bersifat korosif (PP No. 101
darah, proses terapi kanker, praktek bedah, Tahun 2014).
produk farmasi, dan residu dari proses
insenerasi. Limbah yang dihasilkan
Limbah Medis Padat
tersebut dapat mencemari lingkungan,
Limbah medis padat adalah limbah padat
untuk mengatasi dampak limbah tersebut
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
telah dilakukan berbagai upaya
patologi, limbah benda tajam, limbah
pengolahan limbah.
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimia,
limbah radioaktif, limbah kontainer
Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
bertekanan, dan limbah dengan kandungan
menjadi pilihan tempat untuk
logam berat yang tinggi.
dilakukannya penelitian limbah B3.
1. Limbah Infeksius
Dikarenakan belum adanya informasi
Limbah infeksius adalah limbah yang
tentang sejauh mana penyebaran limbah
diduga mengandung patogen (bakteri,
medis yang berasal dari rumah sakit serta
virus, parasit, atau jamur) dalam
diketahui hasil pembakaran insinerator
konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk
hanya mencapai 95%. Pengolahan limbah
menyebabkan penyakit (A. Puss dkk.,
B3 adalah proses untuk mengubah jenis,
2005).
jumlah, dan karakteristik limbah B3
2. Limbah Jaringan Tubuh (Patologis)
menjadi tidak berbahaya dan atau tidak
Limbah jaringan tubuh atau patologis
beracun serta immobilisasi limbah B3
terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh,
sebelum ditimbun dan atau
darah, cairan tubuh, janin manusia dan
memungkinkan agar limbah B3
bangkai hewan (A. Puss dkk., 2005).
dimanfaatkan kembali (daur ulang).
3. Limbah Benda Tajam
Perlakuan terhadap limbah B3 dapat
Limbah benda tajam merupakan materi
dilakukan dengan proses pengolahan
yang dapat menyebabkan luka iris atau
seperti didalam Peraturan Pemerintah No.
luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik,
101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
skalpel dan jenis belati lain, pisau,
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
peralatan infus, gergaji, pecahan kaca, dan
Peraturan Menteri Lingkungan dan
paku. Baik terkontaminasi maupun tidak.,

2
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

benda semacam itu biasanya dipandang kesehatan, serta kelangsungan hidup


sebagai limbah layanan kesehatan yang manusia dan makhluk hidup lain. Kriteria
sangat berbahaya (A. Puss dkk., 2005). Penetapan Limbah Bahan Berbahaya Dan
4. Limbah Farmasi Beracun Berdasarkan PP Nomer 101
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat Tahun 2014 adalah :
diolah dengan insinerator pirolitik 1. Limbah B3 Mudah Meledak
(pyrolytic incinerator), rotary kiln, Limbah B3 mudah meledak adalah limbah
dikubur secara aman, sanitary landfill, yang pada suhu dan tekanan standar yaitu
dibuang ke sarana air limbah atau 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau
inersisasi. Limbah padat farmasi dalam 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh
jumlah besar harus dikembalikan kepada millimeters of mercury) dapat meledak,
distributor, sedangkan bila dalam jumlah atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika
sedikit dan tidak memungkinkan dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
dikembalikan supaya dimusnahkan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
melalui insinerator pada suhu diatas merusak lingkungan sekitarnya.
1000°C (KepMenkes No 1204 Tahun 2. Limbah B3 Mudah Menyala
2004). Limbah berupa cairan yang mengandung
5. Limbah Sitotoksis alkohol kurang dari 24% (dua puluh empat
Limbah sitotoksik adalah limbah dari persen) volume dan/atau pada titik nyala
bahan yang terkontaminasi dari persiapan tidak lebih dari 60oC (enam puluh derajat
dan pemberian obat sitotoksik untuk Celcius) atau 140oF (seratus empat puluh
kemoterapi kanker yang mempunyai derajat Fahrenheit) akan menyala jika
kemampuan untuk membunuh atau terjadi kontak dengan api, percikan api
menghambat pertumbuhan sel hidup atau sumber nyala lain pada tekanan udara
(KepMenkes No 1204 Tahun 2004). 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh
6. Limbah Kimia millimeters of mercury).
Limbah kimia mengandung zat kimia yang 3. Limbah B3 reaktif
berbentuk padat, cair maupun gas yang Limbah B3 reaktif adalah limbah yang
berasal dari aktifitas diagnosa dan memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat
eksperimen. Limbah kimia yang tidak berikut:
berbahaya antara lain gula, asam amino a. Limbah yang pada keadaan normal
dan garam-garam organik dan non organik tidak stabil dan dapat menyebabkan
(A. Prus dkk., 2005). perubahan tanpa peledakan.
7. Limbah Radioaktif b. Limbah yang jika bercampur dengan
Limbah radioaktif adalah bahan yang air berpotensi menimbulkan ledakan,
terkontaminasi dengan radioisotop yang menghasilkan gas, uap, atau asap.
berasal dari penggunaan media atau riset c. Merupakan Limbah sianida, sulfida
radionuclida. Limbah ini dapat berasal dari yang pada kondisi pH antara 2 (dua)
tindakan kedokteran nuklir, radio dan 12,5 (dua belas koma lima) dapat
immunoassay, dan bakteriologis dapat menghasilkan gas, uap, atau asap
berbentuk padat, cair atau gas (Menkes No beracun.
1204 Tahun 2004). 4. Limbah B3 Infeksius
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah
Limbah B3 medis padat yang terkontaminasi
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun organisme patogen yang tidak secara rutin
2014 menerangkan yang dimaksud dengan ada di lingkungan, dan organisme tersebut
limbah B3 adalah “zat energi, dan/atau dalam jumlah dan virulensi yang cukup
komponen lain yang karena sifat, untuk menularkan penyakit pada manusia
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik rentan.
secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau
membahayakan lingkungan hidup,

3
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

5. Limbah B3 Korosif
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang
memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat
berikut:
a. Limbah dengan pH sama atau kurang
dari 2 (dua) untuk Limbah bersifat
asam dan sama atau lebih besar dari
12,5 (dua belas koma lima) untuk
yang bersifat basa.
b. Limbah yang menyebabkan tingkat
iritasi yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema dan
pembengkakan atau edema.
6. Limbah B3 Beracun
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang
memiliki karakteristik beracun
berdasarkan uji penentuan karakteristik
beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi
LD50, dan uji sub-kronis.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Dr. Saiful Anwar Kota Malang pada
bagian Instalasi Penyehatan Lingkungan
(IPL). Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juni-Juli 2018.

Variabel Analisa
Variabel yang dianalisa kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Laju timbulan Limbah padat B3
(kg/hari)
b. Volume limbah padat B3 (m3)
c. Densitas limbah padat B3 (kg/m3)

Kerangka Penelitian
Gambar -1: Diagram Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan acuan
dalam melaksanakan penelitian, dapat Adapun cara pengambilan dan pengukuran
dilihat pada Gambar 1 Diagram Kerangka jumlah timbulan limbah padat B3
Penelitian. dilakukan dalam delapan hari berturut-
berturut sesuai dengan SNI 19-3964-1995
tentang Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komposisi dan Jumlah Berat Limbah
Padat B3 Di RSSA
Limbah padat B3 rumah sakit dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Limbah dengan karakter infeksius
b. Limbah benda tajam
3
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

c. Limbah patologis didapatkan data densitas limbah padat B3


d. Limbah bahan kimia kadaluwarsa, di RSSA Malang dalam Tabel 1 sebesar
tumpahan, sisa kemasan 95,00 kg/m3. Sedangkan untuk volume dan
e. Limbah radioaktif densitas limbah padat B3 diperoleh dari
f. Limbah farmasi rumus berikut ini:
g. Limbah sitotoksik Volume (m3)
V = p x l x t (tinggi limbah didalam
Komposisi limbah padat B3 di RSSA gerobak)
Malang yang ditemukan saat pengambilan V = 1,75m x 0,7m x 1m
sampel dapat dilihat pada Tabel 1. V = 1,225 m3
Densitas (kg/m3)
Tabel -1: Komposisi Limbah Padat B3 di
Densitas = V / Berat Sampah
RSSA Malang
Densitas = 1,225 m3/120 kg
Densitas = 97,959 kg/m3

Tabel -2: Hasil Pengukuran Volume dan


Densitas Limbah Padat B3 di RSSA Malang

Sumber: Hasil Penelitian, 2018

Hasil Densitas limbah padat B3 di RSSA


Sumber: Hasil Penelitian, 2018 Malang selama 8 hari dapat dilihat pada
Grafik 2.
Jumlah berat limbah padat B3 dapat
dilihat pada Grafik 1 Total Berat Limbah
Padat B3 Di RSSA Malang.

Grafik -2: Densitas Limbah Padat B3 di


RSSA Malang
Grafik -1: Total Berat Limbah Padat B3 di
RSSA Malang Pewadahan
RSSA Malang telah melakukan
Volume dan Densitas Limbah Padat B3 pewadahan dengan memisahkan wadah
Densitas diperoleh dengan cara melakukan antara limbah padat B3 dengan limbah
pengukuran berat limbah padat B3 dengan padat non B3. Berdasarkan hasil
volume berat limbah padat B3 yang diukur pengamatan lapangan dengan
dalam gerobak 200 L. Sehingga kesesuaiannya dengan SOP sudah cukup

3
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

baik. Wadah sampah medis yang B3). Area penyimpanan limbah padat B3
digunakan sudah sesuai dengan SOP yaitu harus diamankan untuk mencegah
dilapisi dengan kantong plastik berwarna binatang, anak – anak untuk memasuki
kuning, ungu, dan coklat. Kantong plastik dan mengakses daerah tersebut. Selain itu
ini difungsikan untuk memudahkan harus kedap air (sebaiknya beton),
petugas cleaning service melakukan terlindung dari air hujan, harus aman,
kegiatan pengumpulan. Pewadahan untuk dipagari dengan penanda yang tepat, dan
limbah padat B3 tajam telah menggunakan memiliki fasilitas pendukung.
safety box sesuai dengan SOP. Pewadahan
limbah padat B3 dapat dilihat seperti RSSA Malang memiliki TPS B3 yang
Gambar 2 di bawah ini. terletak di bagian utara rumah sakit. TPS
B3 memiliki ukuran bangunan 28m2, TPS
B3 berbahan dasar beton juga kedap air,
TPS B3 dilengkapi dengan pagar dan juga
simbol. Penyimpanan limbah padat B3
dilakukan paling lama selama 18 jam
sebelum dibakar menggunakan insinerator.
Permasalah yang ditemukan di lapangan
adalah TPS B3 tidak dilengkapi dengan
saluran penampung limbah untuk
menampung ceceran limbah apabila terjadi
tumpahan. Kesesuai kondisi TPS B3
Gambar -2: Alur Pewadahan Limbah Padat dengan peraturan yang berlaku.
B3 di RSSA Malang
Pengolahan
Pengumpulan Pengolahan limbah padat B3 dilakukan
Pengumpulan merupakan tahap oleh petugas-petugas pengelolaan
pengangkutan limbah padat B3 dari wadah lingkungan RSSA Malang sendiri.
maupun fasilitas pengumpulan menuju Pengelolaan limbah padat B3 dilakukan
Tempat Penampungan Sementara (TPS dengan membakar limbah padat B3 yang
B3). Pada tahap pengumpulan limbah dihasilkan sumber. Pembakaran dilakukan
menurut Permenlhk No. 56 Tahun 2015, menggunakan 2 Insinerator yang dimilki
volume paling tinggi limbah yang RSSA. Pembakaran dilakukan satu kali
dimasukan ke dalam wadah atau kantong dalam sehari yaitu pada pukul 07.00 pagi
pengumpul adalah 3/4 limbah dari volume hingga pukul 13.00 siang kemudian
sebelum dilakukan pengelolaan dilanjutkan dengan proses pendinginan
selanjutnya. Apabila limbah padat B3 selama 2-3 jam. Suhu pembakaran yang
sudah penuh sebelum waktunya digunakan yaitu 1000–1200 ᵒC. Kapasitas
pengumpulan, maka limbah padat B3 akan pembakaran limbah padat B3 pada
langsung dibawa ke TPS B3. Jadwal insinerator 1 maksimal sebanyak 400 kg
pengumpulan limbah padat B3 di RSSA serta untuk kapasitas pembakaran limbah
Malang dilakukan selama 2 kali dalam padat B3 pada insinerator 2 maksimal 600
sehari dengan rincian waktu sebagai kg.
berikut:
Pengambilan I : 06.00 – 08.00 Metode pengolahan limbah padat yang
Pengambilan II : 14.30 – 15.30 digunakan RSSA Malang adalah dengan
memusnahkan limbah berkategori B3
Penyimpanan dengan insinerator. Setelah itu abu yang
Setelah pengumpulan dari sumber dihasilkan oleh pembakaran insinerator
penghasil limbah, kemudian ditempatkan tersebut dimasukkan kedalam drum
pada tempat penyimpanan sementara (TPS tertutup yang kemudian disimpan didalam
TPS B3, kemudian dilakukan pengolahan
3
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

oleh pihak ketiga berizin yaitu PT. PPLI


(Prasada Pamunah Limbah Industri). Volume limbah yang dihasilkan
Alternatif Pengelolaan Limbah Padat =
B3 di RSSA Malang =
Pewadahan
Upaya pewadahan harus dilakukan sesuai = 12.073,68 L
dengan peraturan dan persyaratan yang
berlaku. Hal ini dilakukan untuk Jumlah wadah
mengurasi potensi bahaya yang dihasilkan =
terutama untuk limbah padat B3. Secara
keseluruhan RSSA Malang telah =
melakukan upaya pewadahan dengan baik, = 100,61
namun diperlukan beberapa penambahan = 101 buah
sebagai berikut:
1. Penambahan simbol pada wadah Kondisi Eksisting di RSSA Malang yaitu
limbah padat medis sesuai dengan terdapat 62 tempat sampah limbah padat
karakteristik dan kategori limbah. B3 dengan kapasitas 120 L. Perhitungan
2. Penambahan jumlah wadah limbah diatas diperoleh hasil yaitu 101 tempat
padat B3 sampah limbah padat B3 120 L yang harus
Perencanaan yang dilakukan adalah disediakan pihak RSSA Malang. Hal ini
penambahan label sesuai kategori limbah agar tidak terjadi penumpukan limbah
padat B3 dan penambahan jumlah wadah padat B3 pada saat ditaruh tempat sampah
ketika Bed Occupancy Rate (BOR) 120 L serta agar tempat sampah dapat
mencapai 100%. Berikut merupakan tertutup dengan rapat.
perhitungan timbulan limbah padat B3
ketika BOR mencapai 100% (Edwin, Waktu dan Rute Pengumpul
2017). Alternatif Waktu pengumpulan yang dapat
dilakukan di RSSA Malang adalah,
Contoh Perhitungan : pengumpulan pertama dilakukan paa
BOR Eksisting = 203,43 % pukul 05.00 – 07.00 WIB dan
Timbulan Eksisting = 1147 kg/hari pengumpulan kedua dilakukan pukul
BOR Perencanaan = 100% 13.0 – 15.00 WIB. Hal ini disesuaikan
Maka timbulan BOR 100% dengan aktivitas rumah sakit yang dimulai
= pada pukul 07.00 WIB serta jam besuk
rumah sakit yaitu pukul 16.00 WIB. Jadi
= pengumpulan limbah padat B3 tidak
= 563,83 kg/hari mengganggu aktivitas-aktivitas rumah
sakit dan tidak mengganggu pada jam
Sedangkan jumlah wadah dengan ukuran besuk pasien rumah sakit.
120 L yang dibutuhkan untuk limbah
padat B3 diperoleh dengan perhitungan Penyimpanan
sebagai berikut : RSSA Malang memerlukan suatu upaya
Berat limbah padat B3 = 1147 penyimpanan yang memenuhi berbagai
kg/hari Densitas = 95,00 kg/m3 persyaratan mengenai kegiatan
penyimpanan limbah padat B3.
Volume limbah padat B3 Rekomendasi untuk kegiatan penyimpanan
limbah padat B3 di RSSA Malang adalah:
= 1. Memperbaiki tata ruang/denah TPS
= B3 sesuai dengan timbulan ketika
x 1000 L
BOR 100%.
= 12.073,68 L

4
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

2. Melengkapi TPS B3 dengan fasilitas c. Densitas rata-rata limbah padat B3


pendukung seperti APAR, saluran sebesar 95,00 kg/m3.
dan bak penampung cecera atau 2. Kondisi pengelolaan limbah padat B3
tumpahan, spill kit. di RSSA Malang adalah:
a. Pewadahan: Wadah yang tersedia
Berdasarkan pengamatan di lapangan, yaitu tempat sampah kuning untuk
diperlukan peningkatan kualitas dari medis dengan kapasitas 36 L serta
tempat penyimpanan limbah padat B3 di savety box 5 L.
RSSA Malang. Hal ini dikarenakan masih b. Pengumpulan: Menggunakan troli
kurang sesuai untuk cara menyimpanan 120 L, tidak ada rute pengumpulan
limbah padat B3. Maka dari itu diperlukan khusus limbah padat B3, serta
perbaikan untuk meningkatkan penggunaan APD petugas yang masih
penyimpanan pada TPS B3 yang belum lengkap.
disesuaikan dengan Keputusan Kepala c. Penyimpanan: Belum adanya sarana
Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang Tata pendukung pada TPS B3.
Cara Dan Persyaratan Teknis d. Pengolahan dan Pengangkutan:
Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Limbah medis disimpan kurang dari 1
Bahan Berbahaya Dan Beracun. hari kemudian dilakukan pembakaran
menggunakan 2 insinerator dengan
Upaya Minimisasi (In-Proces-Out) hasil abu rata-rata sebesar 49,38 kg.
Upaya minimisasi limbah padat B3 di Abu hasil pembakaran limbah padat
RSSA Malang dari proses awal sampai B3 diangkut oleh pihak ke-3 yaitu PT.
proses akhir dapat dilakukan dengan cara Persadha Pamunah Limbah Industri.
berikut pada Tabel 3.
Saran
Tabel-3: Upaya Minimisasi (In-Proces-Out)
Saran yang dapat diberikan untuk
pengelolaan limbah padat B3 di RSSA
Malang adalah :
a. Penggunaan APD lengkap untuk para
petugas pengelolaan limbah padat B3
b. Penambahan troli pengumpul 120 L
dari 62 troli yang ada menjadi 101
troli yang disesuaikan dengan limbah
padat B3 yang dihasilkan jika
mencapai 100%
c. Alternatif rute pengumpulan limbah
Sumber: Hasil Penelitian, 2018
padat B3
d. TPS B3 yang harus disesuaikan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dengan peraturan Keputusan Kepala
Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang
Kesimpulan dari hasil dan pembahasan
Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
pengelolaan limbah padat B3 di RSSA
Penyimpanan Dan Pengumpulan
Malang, didapatkan sebagai berikut:
Limbah Bahan Berbahaya Dan
1. Hasil pengukuran dan perhitungan
Beracun.
limbah padat B3 di RSSA Malang
adalah sebagai berikut : e. Melakukan pemanfaatan kembali dari
a. Timbulan rata-rata limbah padat B3 hasil limbah padat B3 seperti hasil
sebesar 854,5 kg/hari (0,503 abu dan jurigen yang telah
kg/orang.hari). disterilisasi
b. Volume rata-rata limbah padat B3
sebesar 1,225 m3.

4
JURNAL ENVIROTEK VOL. 10 NO.

DAFTAR PUSTAKA Tarigan, Edwin Cris P. (2017).


Abdurahman, Deden. (2006). Biologi Peningkatan Pengelolaan Limbah
Kelompok Pertanian dan Padat Medis Dan Non Medis
Kesehatan. Rumah Sakit Pendidikan
Departemen Kesehatan RI. (2004). Universitas Airlangga Surabaya.
Keputusan Menteri Kesehatan Teknik Lingkungan. Institut
Republik Indonesia Tentang Teknologi Sepuluh November.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Wiyono, Gendro. (2011). Merancng
Rumah Sakit No. Penelitian Bisnis dengan Alat
1204/MENKES/SK/X/2004.Jakarta Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0.
Departemen Kesehatan RI. (2006). STIM YKPN. Yogyakarta.
Pedoman Penatalaksanaan Yulian, Risty Putri. (2016). Evaluasi
Pengelolaan Limbah Padat dan cair Sistem Pengelolaan Limbah Padat
di Rumah Sakit. Jakarta: Bhakti (Medis Dan Non Medis) RS Dr.
Husada. Soedirman Kebumen. Jurusan Ilmu
Javadi, M., Maryam, Y., Maryam, T. Kesehatan Masyarakat. Universitas
(2013). Waste Minimization in Negeri Semarang.
Hospital. Journal of Health Policy
and Sustainabe Health, 1(1), 19–
22.
Keputusan Kepala Bapedal. (1995).
Keputusan Kepala Bapedal No. 1
Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan
Dan Pengumpulan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun. Jakarta
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia.
(2015). Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun Dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan No.
P.56/Menlhk-Setjen/2015.
Peraturan Pemerintah RI. (2014).
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun No. 101.
Pruss, A., Giroult, E., Rushbrook, P.
(2005). Pengelolaan Aman Limbah
Layanan Kesehatan (Penerjemah :
Munaya Fauziah, Mulia Sugiarti,
dan Ela Laelasari). Jakarta: EGC.
Reinhardt, P. A & Gordon, J. G. (1995).
Infectious and Medical Waste
Management.USA: Lewish
Publisher Inc. Michigan.
Sumisih. (2010). Studi Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) Di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Universitas Negeri
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai