Tugas Hukum Agraria
Tugas Hukum Agraria
A. Pendahuluan
Kepemilikan tanah dan perjanjian nominee dalam konteks hukum Indonesia
telah menjadi perbincangan yang menarik dalam beberapa tahun terakhir.
Terdapat dua pertanyaan penting yang akan kita bahas dalam essay ini.
Pertama, apakah desa pakraman di Bali dapat menjadi pemegang hak milik
atas tanah? Kedua, apakah perjanjian nominee antara warga negara asing
(WNA) dan warga negara Indonesia dapat dianggap sah berdasarkan ius
constitutum Indonesia?
Dalam konteks Bali, desa pakraman memiliki sistem kepemilikan tanah
yang unik. Desa pakraman adalah sebuah entitas tradisional yang
memegang kendali penuh atas wilayah dan sumber daya alam di dalamnya,
termasuk tanah. Namun, apakah status desa pakraman memberikan mereka
hak milik yang jelas atas tanah yang mereka huni? Ini menjadi pertanyaan
yang menarik untuk dieksplorasi dalam konteks hukum Indonesia.
Selain itu, perjanjian nominee juga menjadi sorotan dalam diskusi
kepemilikan tanah di Indonesia. Perjanjian ini melibatkan WNA yang
bermitra dengan warga negara Indonesia, menggunakan nama pihak
Indonesia sebagai pemilik tanah dalam rangka memperoleh hak milik atas
tanah tersebut. Namun, apakah perjanjian nominee seperti ini sesuai dengan
ius constitutum Indonesia ataukah melanggar ketentuan hukum yang
berlaku?
Dalam essay ini, kita akan menggali lebih dalam tentang status desa
pakraman di Bali sebagai pemegang hak milik tanah dan mencari
pemahaman tentang regulasi hukum yang mengatur kepemilikan tanah
dalam konteks tersebut. Selanjutnya, kita akan menganalisis validitas
perjanjian nominee dalam kerangka hukum Indonesia, dengan merujuk
pada prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan putusan-putusan pengadilan
yang relevan. Dengan demikian, kita dapat memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam mengenai peran desa pakraman dan perjanjian nominee
dalam sistem kepemilikan tanah di Indonesia.
B. Pembahasan
I. Pemegang Hak Milik Tanah di Desa Pakraman di Bali
Desa pakraman merupakan entitas tradisional di Bali yang memiliki
kekhasan budaya dan sistem pemerintahan sendiri. Desa pakraman diatur
oleh adat dan memiliki sistem kepemilikan tanah yang berbeda dengan
sistem yang berlaku di wilayah lain di Indonesia. Sumber daya alam,
termasuk tanah, di dalam desa pakraman dianggap sebagai milik bersama
masyarakat desa dan diatur berdasarkan prinsip kebersamaan dan
keseimbangan.
Pemegang hak milik tanah di desa pakraman memiliki hak-hak tertentu
terkait penggunaan, pengelolaan, dan pemindahan tanah. Mereka memiliki
hak untuk menggunakan dan menguasai tanah yang mereka miliki sesuai
dengan adat dan tradisi setempat. Meskipun hak kepemilikan secara
kolektif, pemegang hak milik tanah juga dapat mengalihkan hak tersebut
kepada anggota komunitas desa atau pihak luar melalui mekanisme yang
diatur oleh adat.
Status desa pakraman dan hak kepemilikan tanah di Bali diatur oleh
berbagai peraturan dan regulasi. Di tingkat nasional, Undang-Undang
Pokok Agraria (UU No. 5 Tahun 1960) mengakui hak-hak masyarakat adat,
termasuk desa pakraman, atas tanah adat mereka. Di tingkat provinsi,
terdapat Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2009 yang mengatur
tentang perlindungan dan pengelolaan desa pakraman di Bali. Selain itu,
terdapat juga peraturan desa yang mengatur tata cara pemanfaatan dan
pengalihan tanah di dalam desa pakraman.
D. Daftar Pustaka
Sumber :
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
Pokok Agraria.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Desa Pakraman di Provinsi Bali.
Yuliastuti, N. (2020). Land Ownership in Bali Traditional Village (Desa
Pakraman) Based on the Concept of Customary Law. The
Indonesian Journal of International Law, 17(3), 325-342.
Kusumadewi, I. A. G. (2016). The Concept of Land Ownership in
Traditional Village (Desa Pakraman) in Bali. Procedia
Environmental Sciences, 28, 371-380.
Tjitrosudibio, R. (2016). Legal Aspects of Land Ownership by Foreigners
in Indonesia. Journal of Indonesian Legal Studies, 1(1), 1-17.