Manajemen ASN
Manajemen ASN
KATA PENGANTAR
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AGUS DWIYANTO
DAFTAR ISI
Hal
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
A. Deskripsi Singkat..................................................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................... 2
C. Tujuan Pembelajaran Khusus.................................................................................. 2
Bab II Pokok-pokok Aparatur Sipil Negara...................................................................... 3
A. Umum...................................................................................................................... 3
B. Pengertian Pegawai Negeri ..................................................................................... 4
C. Asas, Prinsip,Nilai Dasar Serta Kode Etik dan Kode Perilaku .................................. 5
D. Jenis, Status dan Kedudukan .................................................................................. 8
E. Fungsi, Tugas dan Peran......................................................................................... 8
F. Hak dan Kewajiban PNS ......................................................................................... 8
G. Peraturan Disiplin PNS ............................................................................................ 13
H. Keanggotaan PNS Sebagai Anggota KORPRI ........................................................ 18
I. Keanggotaan PNS dalam Partai Politik.................................................................... 24
J. Penghargaan........................................................................................................... 24
Bab III Manajemen Aparatur Sipil Negara........................................................................ 22
A. Formasi Pegawai Negeri Sipil.................................................................................. 26
B. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil............................................................................. 28
Bab IV Sistem Penempatan ............................................................................................. 34
A. Pegawai Baru .......................................................................................................... 34
B. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil ......................................................... 35
C. Kenaikan Pangkat PNS ........................................................................................... 37
Bab V Sistem Karier PNS................................................................................................. 44
A. Pengembangan Karir............................................................................................... 44
B. Konsep Pola Karir.................................................................................................... 46
C. Kebijakan Pembinaan PNS...................................................................................... 48
D. Jabatan dalam ASN................................................................................................. 49
Bab VI Sistem Penggajian dan Penghargaan PNS ........................................................ 58
A. Penggajian PNS ...................................................................................................... 58
B. Penghargaan PNS................................................................................................... 59
Bab VII Sistem Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil.................................... 60
A. Arti Pentingnya Diklat PNS ...................................................................................... 60
B. Tujuan Diklat PNS ................................................................................................... 61
C. Jenis dan Jenjang Diklat PNS ................................................................................. 62
D. Peserta Diklat .......................................................................................................... 63
E. Penyelenggaraan Diklat .......................................................................................... 63
Bab VIII Sistem Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS) ......................................... 64
A. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Atas Permintaan Sendiri ............................... 64
B. Pemberhentian Karena Telah Mencapai Batas........................................................ 65
C. Pemberhentian Karena adanya Penyederhanaan Organisasi ................................. 66
D. Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran..................................................... 66
E. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani atau Rohani..................................... 67
F. Pemberhentian Karena Tugas................................................................................. 67
G. Pemberhentian Karena Meninggal Dunia ................................................................ 67
H. Pemberhentian Karena Hal-hal Lain........................................................................ 67
Latihan............................................................................................................................... 68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Bagi warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan diangkat
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Berbagai persyaratan untuk menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil antara lain lulus mengikuti serangkaian tes yang diadakan oleh suatu
panitia seleksi masuk Calon Pegawai Negeri Sipil dalam suatu instansi pemerintah,
baik tes tertulis maupun lisan. Setelah mengikuti serangkaian tes tersebut, dan peserta
dinyatakan lulus, selanjutnya peserta diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Lebih
lanjut, seorang Calon Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat sebagai Pegawai Negeri
Sipil disyaratkan telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang dilakukan oleh
masing-masing instansi atau kerjasama dengan lembaga Diklat di lingkungan instansi
Pemerintah, baik tingkat Pusat maupun Daerah.
Diklat Prajabatan adalah salah satu Diklat yang diperuntukkan bagi Calon Pegawai
Negeri Sipil yang akan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Diklat ini dimaksudkan
untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan pembentukan perilaku bagi
CPNS agar mempunyai kemampuan dan etika dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Tuntutan terhadap kemampuan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab dalam arti memahami tugas, fungsi, dan berbagai peraturan perundang-
undangan di bidang Pemerintahan, disamping pengetahuan teknis lainnya. Secara
khusus, Calon Pegawai Negeri Sipil sangat penting untuk memahami permasalahan
Manajemen Kepegawaian Negara, dengan harapan seluruh CPNS memahami
berbagai ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil termasuk
berbagai hak dan kewajibannya selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Mata pelajaran ini membahas beberapa hal pokok dalam bidang Manajemen
Kepegawaian Negara, yang mencakup hal-hal seperti Pengertian Pegawai Negeri Sipil,
Kedudukan, Tugas, serta Fungsi Pegawai Negeri Sipil (PNS); Kewajiban dan Hak Pegawai
Negeri; Sistem Rekruitmen Pegawai Negeri; Sistem Penggajian dan Penghargaan Pegawai
Negeri; Sistem Karir Pegawai Negeri; Sistem Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri;
1
2 Manajemen ASN
dan Sistem Pemberhentian Pegawai Negeri, serta berbagai persoalan lain di bidang
Kepegawaian.
B. Hasil Belajar
Peserta Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, diharapkan setelah mengikuti pendidikan
dan pelatihan ini mampu menjelaskan peran dan fungsi ASN serta kedudukan, kewajiban dan
hak PNS.
A. Umum
Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat,
mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat
madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan
bermoral tinggi yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila
dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil
yang berkemampuan pelaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sebelum menjelaskan pengertian tentang Pegawai Negeri Sipil maka perlu
dijelaskan tentang pengertian Manajemen Aparatur Sipil Negara . Manajemen
Aparatur Sipil Negara dalam buku ini adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dalam rangka menjamin kelancaran penyelenggaraan kebijaksanaan
manajemen Aparatur Sipil Negara, dibentuklah Badan Kepegawaian Negara
(BKN). Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN Pasal 47 BKN
memiliki fungsi:
a. pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;
b. penyelenggaraan Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis
formasi, pengadaan, perpindahan antarinstansi, persetujuan kenaikan pangkat,
pensiun; dan
3
4 Manajemen ASN
Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan. Sedangkan yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
C. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Kode Perilaku Aparatur
Sipil Negara
1. Manajemen ASN berdasarkan pada asas:
a. kepastian hukum;
b. profesionalitas;
c. proporsionalitas;
d. keterpaduan;
e. delegasi;
f. netralitas;
g. akuntabilitas;
h. efektif dan efisien;
i. keterbukaan;
j. nondiskriminatif;
k. persatuan dan kesatuan;
l. keadilan dan kesetaraan; dan
m. kesejahteraan.
6 Manajemen ASN
Cuti PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1976,
terdiri dari :
a. cuti tahunan;
b. cuti besar;
c. cuti sakit;
d. cuti bersalin;
e. cuti karena alasan penting;
f. cuti di luar tanggungan negara.
a. Cuti Tahunan
Persyaratan Pegawai Negeri Sipil untuk mendapat cuti tahunan adalah
apabila yang bersangkutan telah bekerja secara terus-menerus selama satu
(1) tahun, maka PNS berhak mendapatkan cuti tahunan. Cuti tahunan bagi
PNS adalah selama duabelas (12) hari kerja. Pemberian cuti tahunan
dapat diberikan tambahan paling lama empat belas (14) hari kerja apabila
pegawai yang bersangkutan tinggal atau cuti tersebut dijalankan di tempat
yang sulit transportasinya.
b. Cuti Besar
Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang kurangnya selama
enam (6) tahun berturut-turut maka yang bersangkutan berhak mendapatkan
cuti besar yang lamanya adalah 3 (tiga) bulan. PNS yang menjalani cuti besar
masih berhak mendapatkan cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
c. Cuti Sakit
1) Pegawai Negeri Sipil yang sakit selama satu (1) atau dua (2) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan yang bersangkutan harus
memberitahukan kepada atasan yang bersangkutan;
2) Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari dua (2) sampai dengan
empatbelas (14) hari berhak atas cuti dengan ketentuan yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada
Modul Diklat Prajabatan 11
Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak atas cuti karena alasan penting. Lama
cuti karena alasan penting ditentukan oleh Pejabat yang berwenang yaitu
paling lama dua (2) bulan.
f. Cuti di luar Tanggungan Negara
Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya lima
(5) tahun secara terus-menerus, karena alasan pribadi yang penting dan
mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara selama tiga (3)
tahun dan dapat diperpanjang paling lama satu (1) tahun apabila ada alasan-
alasan yang penting untuk memperpanjangnya. Untuk mendapatkan cuti di
luar tanggungan negara, PNS mengajukan permintaan secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang disertai alasan-alasannya. Pegawai Negeri Sipil yang
menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak berhak menerima
penghasilan dari negara dan harus melepaskan jabatannya. Masa
menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja.
g. Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa sesuatu kecelakaan dalam
dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
h. Memperolah tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani
dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya yang
mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga;
i. Memperoleh uang duka bagi keluarga Pegawai Negeri Sipil yang tewas;
j. Memperoleh pensiun bagi PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan;
k. Menjadi peserta TASPEN;
l. Menjadi peserta BPJS.
Modul Diklat Prajabatan 13
3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing;
5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen
atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, temansejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara;
7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat
dalam jabatan;
8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut
PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
Modul Diklat Prajabatan 17
2. Tujuan KORPRI
Berdasarkan fungsi di atas, yang menjadi tujuan dibentuknya KORPRI adalah:
a. Mewujudkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan Pegawai
Republik Indonesia serta menjamin perlindungan hak-hak Pegawai
Republik Indonesia guna mencapai ketenangan dan kelangsungan
kerja usaha untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan
kesejahteraan Pegawai Republik Indonesia beserta keluarganya;
b. Menghimpun dan menyatukan Pegawai Republik Indonesia untuk
mewujudkan rasa setia kawan dan tali persaudaraan antara sesama
pegawai Republik Indonesia.
22 Manajemen ASN
3. Usaha-Usaha KORPRI
Dalam rangka mencapai tujuan di atas KORPRI melakukan usaha-usaha
sebagai berikut:
a. Meningkatkan peran serta anggota KORPRI dalam pembangunan
nasional untuk mewujudkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945;
b. Memperjuangkan terciptanya dan terlaksananya peraturan perundangan
untuk mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan hak-hak Pegawai
Republik Indonesia pada umumnya dan anggota KORPRI pada
khususnya;
c. Mengadakan upaya-upaya untuk mempertinggi mutu pengetahuan,
keterampilan bidang pekerjaan dan atau profesi serta kemampuan
organisasi;
d. Bekerjasama dengan badan pemerintah dan swasta serta organisasi-
organisasi lain didalam dan di luar negeri untuk melaksanakan usaha-
usaha yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga;
e. Memperjuangkan anggota untuk memperoleh kesempatan yang sama
dalam mengembangkan karir sesuai dengan kemampuan masing-
masing;
f. Membina korps dalam mewujudkan kesatuan pola pikir, ucapan, dan
tindakan, serta pengembangan mental dan rohani yang baik.
Keanggotaan KORPRI adalah mencakup seluruh Pegawai Republik
Indonesia sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
J. Penghargaan
Pasal 82 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
menyebutkan PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
Modul Diklat Prajabatan 25
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan
Sistem Merit. Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen ASN meliputi:
1. penyusunan dan penetapan kebutuhan;
2. pengadaan;
3. pangkat dan jabatan;
4. pengembangan karier;
5. pola karier;
6. promosi;
7. mutasi;
8. penilaian kinerja;
9. penggajian dan tunjangan;
10. penghargaan;
11. disiplin;
12. pemberhentian;
13. jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
14. perlindungan.
26
Modul Diklat Prajabatan 27
2. Uraian Jabatan
Uraian jabatan adalah uraian tentang hasil analisa jabatan yang berisi tentang nama
jabatan, kode jabatan, unit organisasi, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja,
perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang, nama jabatan yang berada
di bawahnya, koreksi jabatan, kondisi lingkungan kerja, resiko bahaya, syarat jabatan,
dan informasi jabatan lainnya.
28 Manajemen ASN
3. Peta Jabatan
Peta jabatan adalah susunan nama dan tingkat jabatan struktural dan fungsional
yang tergambar dalam suatu struktur organisasi dari tingkat yang paling rendah sampai
dengan yang paling tinggi.
2. Seleksi
Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian
secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang
dibutuhkan oleh jabatan. Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS terdiri dari 3 (tiga)
tahap, meliputi seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar, dan seleksi
kompetensi bidang.
Ujian seleksi bagi pelamar yang memenuhi syarat dilaksanakan oleh suatu
panitia yang dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Panitia ini terdiri
sekurang-kurangnya 3 (tiga) pejabat, yaitu seorang ketua merangkap anggota, sekretaris
merangkap anggota, dan seorang anggota. Apabila jumlah anggota panitia lebih dari 3
(tiga) orang, maka jumlahnya harus merupakan bilangan ganjil. Tugas panitia
tersebut adalah sebagai berikut :
30 Manajemen ASN
a. Golongan ruang I/a untuk yang memiliki STTB Sekolah Dasar atau setingkat;
b. Golongan ruang I/c untuk yang memiliki STTB SLTP atau setingkat;
c. Golongan ruang II/a untuk yang memiliki STTB SLTA atau setingkat;
d. Golongan ruang II/b untuk yang memiliki STTB Sekolah Guru Pendidikan Luar
Biasa atau Diploma III;
e. Golongan ruang II/c untuk yang memiliki ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau
Diploma;
f. Golongan ruang III/a untuk yang memiliki ijazah Sarjana, atau Diploma IV;
g. Golongan ruang III/b untuk yang memiliki ijazah Dokter, Apoteker, dan ijazah
lainnya yang setara, Magister (S2), atau ijazah Spesialis I; dan
h. Golongan ruang III/c untuk yang memiliki ijazah Doktor (S3), atau ijazah Spesialis II.
Setiap Calon PNS wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan dilaksanakan
melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang. Masa percobaan bagi calon PNS dilaksanakan selama 1 (satu) tahun. Instansi
Pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan kepada calon PNS selama masa
percobaan.
CPNS yang telah menjalankan masa percobaan selama 1 (satu) tahun diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Pejabat Pembina kepegawaian dalam jabatan
dan pangkat tertentu, apabila:
a. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik;
b. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil , dan
c. Telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan.
Syarat penilaian prestasi kerja/DP-3 dinyatakan secara tertulis oleh atasan yang
berwenang membuat penilaian prestasi kerja, sedangkan syarat kesehatan jasmani
dimaksud oleh Dokter Penguji Tersendiri atau Tim Penguji Kesehatan yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan, sedangkan untuk Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Sementara itu
tanggal mulai berlakunya pengangkatan menjadi PNS tidak boleh berlaku surut.
CPNS yang telah diangkat menjadi PNS tersebut kemudian diberikan pangkat
tertentu. Pengertian Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian
dan digunakan sebagai dasar panggajian. Pangkat yang diberikan kepada CPNS
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Golongan ruang I/a pangkat Juru Muda;
b. Golongan ruang I/c pangkat Juru;
c. Golongan ruang II/a pangkat Pengatur Muda;
d. Golongan ruang II/b pangkat Pengatur Muda Tk. I;
e. Golongan ruang II/c pangkat Pengatur;
f. Golongan ruang III/a pangkat Penata Muda;
g. Golongan ruang III/b pangkat Penata Muda Tingkat I;
h. Golongan ruang III/c pangkat Penata.
A. Pegawai Baru
Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 68 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014,
Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Pengangkatan PNS
dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi,
dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai. Setiap jabatan tertentu dikelompokkan dalam
klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola
kerja.
Jabatan dalam birokrasi pemerintah adalah Jabatan Administrasi, Jabatan Fungsional dan
Jabatan Pimpinan Tinggi. Adapun yang dimaksud dengan Jabatan Administrasi adalah
sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta
administrasi pemerintahan dan pembangunan. Sedangkan Jabatan Fungsional adalah
sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional
yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Dan Jabatan Pimpinan Tinggi
adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.
Jabatan Administrasi terdiri atas jabatan administrator; jabatan pengawas; dan jabatan
pelaksana. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan
jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlianterdiri atas ahli utama; ahli
madya; ahli muda; dan ahli pertama. Sedangkan Jabatan fungsional keterampilanterdiri atas
penyelia; mahir; terampil; dan pemula. Adapun Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas
jabatan pimpinan tinggi utama; jabatan pimpinan tinggi madya; dan jabatan pimpinan tinggi
pratama.
Pejabat dalam jabatan administrator bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh
kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Pejabat dalam
jabatan pengawas bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
oleh pejabat pelaksana. Pejabat dalam jabatan pelaksana bertanggung jawab melaksanakan
kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jabatan
34
Modul Diklat Prajabatan 35
Pimpinan Tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN pada Instansi
Pemerintah melalui:
a. kepeloporan dalam bidang: keahlian profesional; analisis dan rekomendasi kebijakan;
dan kepemimpinan manajemen.
b. pengembangan kerja sama dengan instansi lain; dan
c. keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik dan kode
perilaku ASN.
Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur: SKP; dan perilaku kerja. Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
Sedangkan yang dimaksud dengan Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau
tindakan yang dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap PNS wajib menyusun SKP berdasarkan rencana kerja tahunan instansi. SKP
memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian
yang bersifat nyata dan dapat diukur. SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan
oleh pejabat penilai. Dalam hal SKP yang disusun oleh PNS tidak disetujui oleh pejabat
penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat penilai dan bersifat final. SKP
ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari. Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah
bulan Januari maka yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuai dengan
surat perintah melaksanakan tugas atau surat perintah menduduki jabatan. PNS yang tidak
menyusun SKP dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai disiplin PNS.
Penilaian SKP meliputi aspek kuantitas; kualitas; waktu; dan biaya. Penilaian SKP
paling sedikit meliputi aspek kuantitas, kualitas, dan waktu, sesuai dengan karakteristik, sifat,
dan jenis kegiatan pada masing-masing unit kerja.
Penilaian perilaku kerja meliputi aspek orientasi pelayanan; integritas; komitmen;
disiplin; kerja sama; dan kepemimpinan. Penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi
PNS yang menduduki jabatan struktural. Penilaian perilaku kerja dilakukan melalui
pengamatan oleh pejabat penilai terhadap PNS sesuai kriteria yang ditentukan. Pejabat
penilai dalam melakukan penilaian perilaku kerja dapat mempertimbangkan masukan dari
pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja masing-masing. Nilai perilaku
kerja dapat diberikan paling tinggi 100 (seratus).
Penilaian prestasi kerja dilakukan dengan cara menggabungkan penilaian SKP dengan
penilaian perilaku kerja. Adapun bobot nilai unsur SKP 60% (enam puluh persen) dan
perilaku kerja 40% (empat puluh persen). Penilaian prestasi kerja PNS dilaksanakan oleh
pejabat penilai sekali dalam 1 (satu) tahun, dan dilakukan setiap akhir Desember pada tahun
yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun berikutnya. Nilai prestasi kerja PNS
dinyatakan dengan angka dan sebutan sebagai berikut:
Modul Diklat Prajabatan 37
h. Pembina Tingkat I Golongan ruang IV/b bagi yang memiliki ijazah Doktor (S 3),
atau Spesialis II;
Masa atau periode kenaikan pangkat PNS ditetapkan pada tanggal 01 April dan 01
Oktober. Selanjutnya, selain jenis- jenis kenaikan pangkat reguler dan pilihan, ada
juga kenaikan pangkat Pengabdian.
PNS yang menduduki jabatan struktural dan pangkatnya masih dalam jenjang
pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat dinaikkan pangkatnya
setingkat lebih tinggi apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam
12 (dua belas) tahun terakhir.
Demikian pula bagi PNS yang pangkatnya masih 1 (satu) tingkat di bawah jenjang
pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dinaikkan pangkatnya setingkat
lebih tinggi. PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya selama 1 (satu)
40 Manajemen ASN
tahun terakhir, dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa terikat pada jenjang
pangkat apabila
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir;
b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja bernilai amat baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Dengan Keputusan Presiden, PNS dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih
tinggi apabila menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara tanpa terikat
dengan jenjang pangkatnya. Hal ini dapat dilakukan apabila PNS yang bersangkutan telah
1 (satu) tahun dalam pangkat terkhir dan mempunyai penilaian prestasi kerja dalam 1
(satu) tahun terakhir rata-rata bernilai baik. Begitu pula bagi PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara dan diberhentikan dari jabatan organiknya, dapat dinaikkan
pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi tanpa terikat dengan jenjang pangkatnya
apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir;
b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dalam 1 (satu) tahun terakhir sekurang-
kurangnya bernilai baik.
PNS juga dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila yang
bersangkutan memperoleh:
a. Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau
setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I, Golongan ruang I/b ke bawah,
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru, Golongan ruang I/c;
b. Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah Sekolah Lanjutan atas, diploma I atau
setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I, Golongan ruang I/d ke bawah,
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, Golongan ruang II/a;
c. Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau
Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, Golongan ruang II/a ke
bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, Golongan
ruang II/b;
d. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademik atau Ijazah Diploma III dan masih
berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, Golongan ruang II/b ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, Golongan ruang II/c;
Modul Diklat Prajabatan 41
e. Ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur Tingkat I,
Golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda,
Golongan ruang III/a;
f. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah lain yang setara, Ijazah Magister (S2)
atau Ijazah Spesialis I dan masih berpangkat Penata Muda, Golongan ruang III/a ke
bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, Golongan
ruang III/b;
g. Ijazah Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II dan masih barpangkat Penata Muda
Tingkat I, Golongan rung III/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Penata, Golongan ruang III/c.
Demikian pula bagi PNS yang melaksanakan tugas belajar apabila telah lulus dan
memperoleh:
a. Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Ijazah Diploma II dan masih
berpangkat Pengatur Muda, Golongan ruang II/a ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, Golongan ruang II/b;
b. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademik atau Ijazah Diploma III dan masih
berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, Golongan ruang II/b ke bawah, dinaikkan
pangkatnya menjadi Pengatur Golongan ruang II/c;
c. Ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur Tingkat I,
Golongan ruang II/d ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda,
Golongan ruang III/a;
d. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah lain yang setara, Ijazah Magister (S2)
atau Ijazah Spesialis I dan masih berpangkat Penata Muda, Golongan ruang III/a ke
bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, Golongan ruang
III/b;
e. Ijazah Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II dan masih berpangkat Penata Muda
Tingkat I, Golongan ruang III/b ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata,
Golongan ruang III/c.
42 Manajemen ASN
Selain itu kepada PNS atau CPNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat
karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diberikan
kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi.
Selanjutnya, bagi PNS yang akan naik Golongan, yaitu dari Golongan I ke
Golongan II, dan dari Golongan II ke Golongan III untuk dapat dinaikkan ke
Golongan yang lebih tinggi selain harus memenuhi syarat yang ditentukan juga harus
harus lulus ujian dinas, kecuali bagi mereka yang misalnya telah mengikuti dan lulus
Modul Diklat Prajabatan 43
Pendidikan da Pelatihan Kepemimpinan atau telah memperoleh Ijazah sarjana (S1) dan
yang dianggap sama dengan itu atau yang lebih tinggi.
BAB V
SISTEM KARIER PNS
A. Pengembangan Karir
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang
didasarkan sistem prestasi dan sistem karier. Pengembangan karier PNS dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah.
Pengembangan karier PNS dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas.
Integritas diukur dari kejujuran, kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan, kemampuan bekerja sama, dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan
negara. Sedangkan Moralitas diukur dari penerapan dan pengamalan nilai etika agama,
budaya, dan sosial kemasyarakatan.
Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
Pengembangan kompetensi antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus,
dan penataran. Pengembangan harus dievaluasi oleh Pejabat yang berwenang dan
digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.
Dalam mengembangkan kompetensi setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun rencana
pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam rencana kerja anggaran tahunan
instansi masing-masing.
Sedangkan Kompetensi meliputi:
1. kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis;
2. kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan
3. kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan perlu disusun pola karier PNS yang terintegrasi secara
44
Modul Diklat Prajabatan 45
nasional. Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier PNS secara khusus sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan pola karier nasional.
Dalam penyusunan pola karir di lingkungan Instansi atau organisasi Pemerintah,
paling tidak ada 2 (dua) manfaat utama, yaitu manfaat bagi pegawai yang bersangkutan dan
manfaat bagi organisasi/ instansi:
1. Manfaat bagi Pegawai
a. Pegawai lebih menyadari keterampilan atau kemampuan, kekuatan dan
kelemahannya, sehingga dapat meningkatkan dan memperbaiki kinerja pegawai;
b. Dapat menyadarkan para pegawai tentang kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai dan
tujuan-tujuan yang diinginkan di dalam instansi atau organisasi;
c. Dengan adanya pola karir yang jelas akan menyadarkan para pegawai tentang
adanya peluang, karir dan pekerjaan yang selaras dengan kemampuan dan minat
pegawai yang bersangkutan;
d. Dapat meningkatkan harga diri dan kebanggaan atas kontribusi yang bersangkutan
terhadap organisasi atau instansi;
e. Menumbuhkan kepuasan diri pegawai sebagai refleksi dari produktivitas kerja
pegawai;
f. Dapat memberikan arahan bagi pegawai akan karir yang diinginkannya pada masa
yang akan datang.
Dari satu prespektif, karir adalah urutan posisi yang didukung oleh kemampuan
seseorang selama hidupnya (Henry Simamora, 1997). Dalam kehidupan
pegawai/karyawan, baik pegawai/karyawan pemerintah maupun swasta, karir berarti
perjalanan seseorang dalam menjalani kehidupan yang dilaluinya sejak diangkat
sebagai pegawai/karyawan dalam suatu organisasi sampai diberhentikan sebagai
pegawai/karyawan.
Adapun pola karir pegawai adalah pola pembinaan pegawai yang menggambarkan
jalur pengembangan karir yang menunjukkan pola keterkaitan serta keserasian antara
jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan serta masa kerja seorang pegawai sejak
pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.
Pengembangan karir adalah proses identifikasi potensi atau kemampuan pegawai
dengan mencari serta menerapkan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan potensi
atau kemampuan tersebut. Pengembangan karir juga dapat diartikan sebagai peningkatan
pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai rencana karirnya. Dalam prakteknya
pengembangan karir (career development) mencakup manajemen karir (career management)
dan perencanaan karir (career planning).
Modul Diklat Prajabatan 47
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan organisasi dalam menyusun suatu pola jalur
karir adalah:
1. Mengevaluasi struktur organisasi yang ada, agar didapatkan gambaran secara penuh
tentang pekerjaan atau jabatan yang akan dibuat pola jalur karirnya;
48 Manajemen ASN
Secara umum proses perencanaan dan pengembangan karir dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Melalui proses perencanaan ini memungkinkan para pegawai untuk
mengidentifikasikan sasaran-sasaran karir dan jalur-jalur menuju ke sasaran tersebut.
Kemudian melalui kegiatan-kegiatan pengembangan para pegawai mencari cara-cara untuk
meningkatkan dirinya dan mengembangkan sasaran-sasaran karir mereka (Handoko,1995).
PENGEMBANGAN
FEEDBACK
dimungkinkan seseorang naik pangkat tanpa ujian jabatan dan pengangkatan dalam jabatan
dilaksanakan berdasarkan jenjang yang telah ditentukan. Sementara sistem prestasi kerja
adalah suatu sistem kepegawaian yang dalam kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam
jabatan didasarkan pada kriteria yang jelas, misalnya melalui serangkaian tes agar
memenuhi syarat kompetensi yang diperlukan serta dengan melihat prestasi kerjanya
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan demikian terdapat obyektivitas
yang tinggi dalam kenaikan pangkat maupun pengangkatan dalam suatu jabatan.
Dalam pembinaan karir PNS dikenal dua sistem, yaitu:
1. Sistem Karir Terbuka
Sistem karir terbuka ialah suatu sistem kepegawaian, di mana untuk menduduki
jabatan yang lowong dalam suatu unit organisasi terbuka bagi setiap warga negara
asalkan ia mempunyai kecakapan dan pengalaman yang diperlukan untuk jabatan
yang lowong itu.
2. Sistem Karir Tertutup
Sistem karir tertutup adalah suatu sistem kepegawaian di mana suatu jabatan yang
lowong dalam suatu organisasi hanya dapat diduduki oleh pegawai yang telah ada dalam
organisasi itu, tidak boleh diduduki oleh orang luar. Dalam sistem karir tertutup,
mempunyai beberapa arti, yaitu:
a. Tertutup dalam arti Departemen, artinya bahwa jabatan yang lowong dalam suatu
Departemen.
b. Hanya diisi oleh pegawai yang telah ada dalam Departemen itu dan tidak boleh
diisi oleh pegawai dari Departemen lain.
c. Karir tertutup dalam arti negara, yaitu bahwa jabatan-jabatan yang ada dalam
organisasi Pemerintah hanya dapat diisi oleh pegawai yang telah ada dalam organisasi
Pemerintah. Dalam sistem karir tertutup dalam arti negara dimungkinkan
perpindahan dari Departemen yang satu ke Departemen yang lain atau dari
provinsi/kabupaten/kota yang satu ke provinsi/kabupaten/kota yang lain.
jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan Jabatan Fungsional
adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan
fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Dan yang dimaksud
dengan Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.
Jabatan Administrasi terdiri atas:
a. jabatan administrator;
b. jabatan pengawas; dan
c. jabatan pelaksana.
Pejabat dalam jabatan administrator bertanggung jawab memimpin pelaksanaan
seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.
Pejabat dalam jabatan pengawas bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh pejabat pelaksana. Pejabat dalam jabatan pelaksana bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.
Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan
fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian terdiri atas jabatan fungsional ahli
utama; ahli madya; ahli muda; dan ahli pertama. Sedangkan Jabatan fungsional
keterampilan terdiri atas jabatan fungsional penyelia; mahir; terampil; dan pemula.
Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas jabatan pimpinan tinggi utama; jabatan pimpinan
tinggi madya; dan jabatan pimpinan tinggi pratama. Jabatan Pimpinan berfungsi
memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui:
a. kepeloporan dalam bidang:
1. keahlian profesional;
2. analisis dan rekomendasi kebijakan; dan
3. kepemimpinan manajemen.
b. pengembangan kerja sama dengan instansi lain; dan
c. keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik dan kode
perilaku ASN.
Sampai saat ini (Maret 2014) jumlah jabatan fungsional tertentu adalah 133 jabatan,
daftar selengkapnya sebagai berikut:
Modul Diklat Prajabatan 51
26 Perpustakaan Nasional 111 1 Pustakawan No.009 Tahun 2014 MencabutNo. P/D Baru
(PERPUSNAS) 132/KEP/M.PAN/12/2002 2014
27 Badan Pusat Statistik 112 1 Statistisi No. 19 Tahun 2013 P/D Baru
(BPS) 2013
113 2 Pranata No. 66/KEP/M.PAN/7/2003 P/D
Komputer
28 Badan Pengawas 114 1 Pengawas No. 46 Tahun 2012 Mencabut P/D Revisi
Tenaga Nuklir Radiasi Kepmen No. 67/KEP/M.PAN/7/2003 2012
(BAPETEN)
29 Badan Tenaga Nuklir 115 1 Pranata Nuklir No. 002 Tahun 2014 MencabutNo. P/D Baru
Nasional (BATAN) 149/KEP/M.PAN/11/2003 2014
30 Badan Intelijen Negara 116 1 Agen No. 31/KEP/M.PAN/5/2002 P/D 2002
(BIN)
31 Lembaga Sandi Negara 117 1 Sandiman No. 76 Tahun 2012 Mencabut P/D Baru
(LEMSANEG) No.134/KEP/M.PAN/11/2003 2012
118 2 Operator No.133/KEP/M.PAN/11/2003 P/D 2003
Transmisi Sandi
32 Badan Koodinasi 119 1 Penyuluh No. KEP/120/M.PAN/9/2004 P/D 2004
Keluarga Berencana Keluarga
Nasional (BKKBN) Berencana
33 Badan Koordinasi 120 1 Surveyor No. 134/KEP/M.PAN/12/2002 P/D 2002
Survei dan Pemetaan Pemetaan
Nasional
(BAKORSURTANAL
)
34 Badan Pengawasan 121 1 Auditor No.PER/220/KEP/M.PAN/6/2008 jo P/D Revisi
Keuangan dan No. 51 Tahun 2012 2012
Pembangunan (BPKP)
35 Lembaga Ilmu 122 1 Peneliti No. KEP/128/M.PAN/9/2004 P/D 2004
Pengetahuan Indonesia
(LIPI)
36 Badan Pengkajian dan 123 1 Teknisi No. 23/KEP/M.PAN/2/2003 jo P/D Revisi
Penerapan Teknologi Penelitian dan KEP/193/M.PAN/11/2004 2004
(BPPT) Perekayasaan
124 2 Perekayasa No. PER/219/M.PAN/6/2008 P/D 2008
Mencabut 24/KEP/M.PAN/2/2003
37 Badan Pengawas Obat 125 1 Pengawas No. 48/KEP/M.PAN/8/2002 P/D 2002
dan Makanan (BPOM) Farmasi dan
Makanan
38 Badan Meteorologi, 126 1 Pengamat No. KEP/18/M.PAN/2/2004 P/D 2004
Klimatologi dan Meteorologi dan
Geofisika (BMKG) Geofisika
39 Kejaksaan Agung 127 1 Jaksa No/ 18/M.PAN/1989 jo Kepmen no. 41 P/D Revisi
Tahun 1990 1990
128 2 Juru Sita dan P/D
Juru Sita
Pengganti
40 Mahkamah Konstitusi 129 1 Kepaniteraan P/D
Mahkamah
Konstitusi
41 Sekretariat Negara 130 1 Penerjemah No. PER/124/M.PAN/5/2006 P/D 2006
42 BPK 131 1 Pemeriksa No. 17 Tahun 2010 P Revisi
jo No. 79 Tahun 2012 2012
Modul Diklat Prajabatan 57
A. Penggajian PNS
Gaji adalah balas jasa atau penghargaan atas hasil kerja seorang pegawai. Pada
dasarnya setiap PNS beserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gajinya. Sehingga
dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk
melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam sistem penggajian PNS di
Indonesia dikenal adanya perpaduan antara:
1. Sistem berkala tunggal (mono scale system), dan
2. Sistem skala ganda (multy scale system).
Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama
kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat
pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam
melaksanakan pekerjaan itu. Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang
menentukan besarnya gaji, bukan saja didasarkan pada pangkat tetapi juga didasarkan pada
sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab
yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.
Sebagaimana diuraikan di atas, sistem penggajian PNS adalah sistem skala gabungan
antara skala tunggal dan skala ganda. Bagi PNS yang belum menduduki jabatan
struktural atau jabatan fungsional pada umumnya berlaku sistem skala tunggal, namun
bagi yang sudah menduduki jabatan structural atau fungsional berlaku sistem sakala ganda.
Artinya, selain gaji pokok yang sama dengan PNS lain sesuai dengan kepangkatannya,
PNS yang menduduki jabatan tersebut juga memperoleh tunjangan jabatan struktural atau
fungsional.
Selain tunjangan jabatan di lingkungan PNS juga diberikan tunjangan keluarga (bagi
PNS yang berkeluarga atau sudah menikah). Tunjangan keluarga ini terdiri dari tunjangan
isteri atau suami dan tunjangan anak (dengan ketentuan maksimum, 2 anak). Tunjangan lain
yang diberikan adalah pangan, yaitu 10 kg beras untuk 1 orang dan maksimum 4 orang
(PNS yang bersangkutan, isteri atau suami, dan 2 orang anak). Namun untuk memberi
58
Modul Diklat Prajabatan 59
tunjangan dalam bentuk beras pada saat ini telah diganti dan diberikan dalam bentuk uang.
Dalam sistem penggajian PNS juga dikenal adanya kenaikan gaji berkala, yaitu kenaikan gaji
yang diberikan setiap 2 tahun sekali bagi semua PNS yang memenuhi syarat ditetapkan untuk
mendapatkan kenaikan gaji berkala.
Gaji PNS diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2003 tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil. Untuk lebih jelasnya, matrik gaji pokok PNS dapat dilihat pada lampiran.
B. Penghargaan PNS
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan,
dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan. Penghargaan
dapat berupa pemberian: tanda kehormatan; kenaikan pangkat istimewa; kesempatan
prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau kesempatan menghadiri acara resmi
dan/atau acara kenegaraan. Penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil berupa kenaikan
pangkat istimewa diatur dalam PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai
Negeri) atau bentuk penghargaan lain penghargaan dalam bentuk tanda jasa dapat diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 25
Tahun 1994 tentang Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya. Macam tanda jasa yang
dapat diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil:
1. Satyalancana Karya Satya Sepuluh Tahun berwarna Perunggu diberikan kepada
PNS yang telah bekerja secara terus menerus sekurang-kurangnya 10 tahun;
2. Satyalancana Karya Satya Dua Puluh Tahun berwarna perak diberikan kepada PNS
yang telah bekerja secara terus menerus sekurang-kurangnya 20 tahun;
3. Satya Lancana Karya satya Tiga Puluh Tahun berwarna emas diberikan kepada PNS
yang telah bekerja terus menerus sekurang-kurangnya 30 tahun;
Satyalancana Karya Satya dianugerahkan dengan Keputusan Presiden setelah mendapat
pertimbangan dari Dewan Tanda-tanda Kehormatan Republik Indonesia atas usulan
Pimpinan Instansi, yang dikoordinasikan dengan Kepala BKN. Setiap pemberian
Satyalancana Karya Satya disertai piagam tanda kehormatan yang ditandatangani
Presiden yang penganugrahannya dilaksanakan setiap tanggal 17 Agustus, Hari Besar
Nasional dan Hari Ulang Tahun Instansi.
BAB VII
SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
60
Modul Diklat Prajabatan 61
D. Peserta Diklat
Peserta Diklat disesuaikan dengan jenis Diklat yang diselenggarakan, yaitu :
1. Peserta Diklat Prajabatan adalah seluruh Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS);
2. Peserta Diklatpim adalah PNS yang akan atau telah menduduki Jabatan Struktural
eselon I, II, III, dan IV;
3. Peserta Diklat Fungsional adalah PNS yang akan atau telah menduduki Jabatan
Fungsional tertentu;
4. Peserta Diklat Teknis adalah PNS yang membutuhkan peningkatan kompetensi
teknis dalam pelaksanaan tugasnya.
E. Penyelenggaraan Diklat
Penyelenggaraan Diklat dapat dilakukan secara klasikal maupun nonklasikal.
1. Penyelenggaraan Diklat PNS secara klasikal artinya dilaksanakan di dalam kelas atau
penyelenggaraan Diklat dilakukan secara tatap muka langsung;
2. Penyelenggaraan Diklat nonklasikal dilakukan dengan
3. pelatihan di alam bebas, pelatihan di tempat kerja, atau pelatihan dengan sistem jarak
jauh.
BAB VIII
SISTEM PEMBERHENTIAN PEGAWAI
NEGERI SIPIL (PNS)
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ini ada 2 (dua) macam atau sifat, yaitu
pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian dengan tidak hormat.
64
Modul Diklat Prajabatan 65
Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena mencapai Batas
Usia Pensiun, diberitahukan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan satu tahun
sebelum mencapai batas usia tersebut.
LATIHAN
KASUS I:
perkawinannya dengan Saudari EVA tidak didasari rasa cinta hanya untuk
menyelamatkan yang halal dari yang haram dan yang bersangkutan juga terbukti belum
pernah dihukum dan dijatuhi hukuman disiplin. Inspektur Jenderal Departemen Kehakiman
dengan Nota Dinasnya Nomor…….Tanggal 5 April 1994 telah melaporkan diri kembali
kepada instansi induknya setelah habis masa cutinya, diberhentikan dengan hasil
pemeriksaan kepada Seketaris Jenderal Departemen Kehakiman bahwa Saudara GANI
telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2 huruf w, x, PP No. 30 Tahun 1980
jis Pasal 2 PP No. 10 Tahun 1983 dan PP No. 45 Tahun 1990.
Dengan memperhatikan faktor yang memberatkan dan faktor yang meringankan, maka
Inspektur Jenderal Departemen Kehakiman telah menyarankan kepada Pejabat yang
berwenang, agar terhadap Saudara GANI dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Menteri Kehakiman sebagai pejabat yang berwenang menghukum pada tanggal 25
Agustus 1994 telah menjatuhkan hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil terhadap Saudara GANI sesuai
dengan ketentuan Pasal 6 ayat (4) huruf c PP No. 30 Tahun 1980.
PERTANYAAN:
Bacalah kasus tersebut di atas dengan seksama.
1. Buatlah singkatan/kronologis kasus tersebut!
2. Tentukan pokok permasalahannya!
3. Tentukan jenis-jenis yang dipertimbangkan melalui analisis Saudara jenis hukuman
disiplin yang diberikan :
a. Hal-hal yang meringankan
b. Hal-hal yang memberatkan
4. Buatlah kesimpulan kasus:
a. Sebutkan perbuatan dan pelangaran disiplin yang dilakukan oleh yang bersangkutan
b. Sebutkan hukuman disiplin yang dijatuhkan
5. Apakah hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil tersebut
telah memenuhi rasa keadilan? Jelaskan!
Jelaskan dampak yang mungkin timbul di lingkungan masyarakat sebagai akibat
pelanggaran disiplin!
70 Manajemen ASN
KASUS II :
2. Melakukan Perceraian Tanpa Izin Pejabat Yang Berwenang
Saudara YAHYA, NIP. 47……..; sejak tanggal 1 Juli 1971 telah bekerja dilakukan
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, dan terakhir ditugaskan sebagai pelaksana pada
Sudin P2K Jakarta Barat dengan pangkat Pengatur Tingkat I (II/d).
Pada tahun 1972 yang bersangkutan menikah dengan Saudari DINA dikaruniai dua orang
anak, setelah ± 5 tahun dalam rumah tangganya timbul percekcokan dengan istrinya
sehingga pada tahun1977 Saudara YAHYA menjatuhkan talak secara agama,
percekcokkan tersebut timbul karena Saudara YAHYA berhubungan dengan Saudari
ANA dan pada akhir tahun 1977 itu juga Saudara YAHYA melangsungkan pernikahan
dengan Saudari ANA, namun ternyata Saudara YAHYA masih mencintai Saudari DINA,
maka pada tahun 1979 Saudara YAHYA rujuk kembali dengan Saudari DINA. Rumah
tangga Saudara YAHYA dengan 2 (dua) istri yaitu Saudari DINA dan Saudari ANA bertahan
hingga ± 5 tahun, meskipun diwarnai dengan berbagai perbedaan-perbedaan dan antara
Saudari DINA dan Saudari ANA sudah telihat saling cemburu. Pada tahun 1985, yaitu
setelah berlaku ketentuan Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin
Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil Saudara YAHYA melaksanakan
perceraian dengan Saudari DINA di Pengadilan Agama Jakarta Timur tanpa meminta izin
dari Pejabat yang berwenang dan setelah cerai juga tidak melaporkan perceraiannya.
Dengan perceraian tersebut Saudara YAHYA hanya mempunyai seorang isteri yaitu
Saudari ANA, namun di tempatnya bertugas Saudari ANA tidak tercatat, karena pada
saat Saudara YAHYA kawin dengan Saudari ANA tidak dilaporkan, bahkan Saudara
YAHYA mengaku sebagai Karyawan swasta.
Sejak hidup dengan satu istri rumah tangga Saudara YAHYA mulai tenteram, sampai
dengan saat bersangkutan berkenalan dengan Saudara HANUM pada tahun 1988,
ternyata kemudian Saudara YAHYA melakukan perkawinan lagi dengan Saudari
HANUM (mengaku berstatus duda), tanpa izin pejabat yang berwenang dan juga tidak
dilaporkan, karena sebenarnya Saudara YAHYA telah pisah rumah dengan Saudari ANA,
bahkan kemudian Saudari ANA ditalak 1 (satu) secara agama. Kehidupan rumah tangga
Saudara YAHYA dengan Saudari HANUM berjalan lancar, apalagi Saudari HANUM
sebagai karyawan swasta yang berpenghasilan lebih besar dari Saudara YAHYA.
Modul Diklat Prajabatan 71
Situasi dan kondisi rumah tangga sebagaimana digambarkan di atas rupanya tidak
bertahan lama, karena kemudian Saudara YAHYA makin lama makin sering tidak pulang
ke rumah bahkan sering melupakan tanggung jawabnya terhadap isteri, antara lain Saudara
YAHYA terlibat hutang yang selalu dilunasi oleh istrinya (Saudari HANUM) sehingga,
pada tanggal 22 Maret 1990 di Pengadilan Agama Jakarta Timur telah terjadi
perceraian antara Saudara YAHYA dengan Saudari HANUM, tanpa terlebih dahulu
meminta izin dari Pejabat yang berwenang.
Sebelum bercerai secara sah dengan Saudara YAHYA, Saudari HANUM telah
melaporkan perbuatan suaminya tersebut kepada Walikota Jakarta Barat. Berdasarkan
adanya laporan tersebut maka ditindak lanjuti dengan ditugaskannya Inspektur Wilayah
Kota Jakarta Barat untuk melakukan pemeriksaan terhadap Saudara YAHYA. Dalam
berita acara pemeriksaan tanggal 30 Maret 1990 Saudara YAHYA mengaku telah
melakukan pelanggaran disiplin.
Sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Walikota Jakarta Barat
Nomor……… tanggal……… Saudara YAHYA telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan Pasal 2 huruf w, x Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 jis
Pasal 34 ayat (1). Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 serta Pasal 3 ayat (1) Pasal 4 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
1990. Dengan memperhatikan faktor yang memberatkan dan yang meringankan, maka
pejabat pemeriksa dari Inspektorat Wilayah Kota Jakarta Barat telah menyarankan
kepada pejabat yang berwenang, agar terhadap Saudara YAHYA dijatuhi hukuman disiplin
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil
Saran tersebut segera ditindaklanjuti oleh Walikota Jakarta Barat, yang mengusulkan
kepada Gubernur DKI Jakarta agar terhadap Saudara YAHYA dijatuhi hukuman disiplin.
Namun Sekretaris Wilayah/Daerah DKI Jakarta dengan Nota Dinasnya
Nomor………tanggal………telah menyarankan kepada Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta agar terhadap Saudara YAHYA dijatuhi hukuman dengan 2 (dua) alternatif
jenis hukuman yaitu:
Alternatif I
Berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai
Negeri Sipil .
72 Manajemen ASN
Alternatif II
Penurunan Pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah selama satu tahun.
PERTANYAAN:
Bacalah kasus tersebut di atas dengan seksama.
1. Buatlah singkatan/kronologis kasus tersebut !
2. Tentukan pokok permasalahannya !
3. Tentukan jenis-jenis yang dipertimbangkan melalui analisis Saudara. Jenis hukuman
disiplin:
a. Hal-hal yang meringankan;
b. Hal-hal yang memberatkan.
4. Buatlah kesimpulan kasus:
a. Sebutkan perbuatan dan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh yang bersangkutan;
b. Sebutkan hukuman disiplin yang dijatuhkan.
5. Apakah hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil tersebut
telah memenuhi rasa keadilan? Jelaskan!
Modul Diklat Prajabatan 73
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri
Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1994 tentang Tanda Kehormatan Satya Lancana
Karya Satya;
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil Yang Menjadi
Anggota Partai Politik;
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil Yang Menjadi Anggota
Partai Politik;
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Gaji Pegawai Negeri Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
Dalam Jabatan Struktural;
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
Negeri Sipil ;
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil , sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997;
Keputusan Presiden Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar
Korps Pegawai Republik Indonesia;
74 Manajemen ASN
Surat Edaran Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan Nomor SE/A/2000 tanggal 9
Maret 2000;
Hasil Munas Korps Pegawai Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 1999, Jakarta.
Buku-Buku
Amstrong, Michael and Baron, Anggela: Performace Management The New Realities, (1998),
Institute Of Personal Development, Camp Road, London.
Grendhaus, Jeffry H. dkk., Career Management, (2000), The Dry Press, USA.
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (1999), BPFE,
Yogyakarta.
Manullang dan Manullang, Marihot, AMH (2001), Manajemen Personalia Edisi-3, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Prowirosentono, Suyadi, Kebijakan Kinerja Karyawan, (1999), BPFE, Yogyakarta.
Sayidan, Gauzali, Manajemen Sumber Daya Manusia, jilid 2, (2000), PT. Gunung Agung,
Jakarta.
Schuler, Randall. S dan Jackson, E. Susan, Manajemen Sumber Daya Manusia jilid 2, (1999),
terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi kedua, (1997), Jakarta.