Anda di halaman 1dari 12

Perlukah Alternatif Penghitungan Nilai Tukar Petani?...............……………………………………………….………..

(Masarina Flukeria)

Perlukah Alternatif Penghitungan Nilai Tukar Petani?


Simulasi Perbandingan Indeks Harga Laspeyres Index dan Rothwell
Index pada Komoditas Ikan Segar di Indonesia
(Is An Alternative for Calculation of Famer’s Terms of Trade Needed?
Simulation of Price Index Comparison of Laspeyres Index and Rothwell Index on
Fresh Fish Commodities in Indonesia)

Masarina Flukeria
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
E-mail: masarina@bps.go.id

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk memperbaiki penghitugan Nilai Tukar Petani (NTP). NTP digunakan untuk mengukur daya
beli keseluruhan komoditas pertanian yang dihitung dari rasio 2 (dua) jenis indeks harga yaitu Indeks Harga yang Diterima
oleh Petani (IT) dan Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani (IB). Penggunaan Modified Laspeyres Index untuk IT
dianggap belum mampu menangkap dinamika kuantitas produksi pertanian dan perikanan yang umumnya bersifat volatile
dan dapat dipengaruhi oleh faktor musim karena mengasumsikan volume produksi yang konstan. Perlu dibangun
alternatif indeks harga lain yang mampu menangkap dinamika harga dan kuantitas produksi sehingga penilaian kinerja
pertanian dan perikanan yang lebih baik dapat dicapai. Penulis mengimplementasikan Rothwell Index pada komponen IT
pada komoditas ikan segar sebagai objek penelitian karena atributnya yang relatif dominan dipengaruhi oleh faktor cuaca
sehingga baik harga dan kuantitas produksinya pun mempunyai volatilitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan nyata antara indeks harga komoditas ikan segar dengan menggunakan Laspeyres Index dan Rothwell Index.
Rothwell Index lebih rasional daripada Laspeyres Index karena mampu menangkap volatilitas harga dan kuantitas
produksi komoditas ikan segar tersebut. Dari sisi kebijakan, NTP yang dihitung saat ini penting untuk diperbaiki karena
digunakan untuk merumuskan dan mengevaluasi kebijakan pertanian dan perikanan di Indonesia.

Kata kunci: nilai tukar petani, indeks harga, laspeyres index, rothwell index, volatilitas

ABSTRACT

This paper aims to improve the calculation of the Farmer's Terms of Trade (FTT). The FTT is intended to measure the
overall purchasing power of agricultural commodities which is calculated from the ratio of 2 (two) types of price indexes,
namely the Prices Received Index (IT) and the Prices Paid Index (IB). The use of the Modified Laspeyres Index for IT is
considered not able to capture the dynamics of the quantity of agricultural and fishery production which is generally
volatile and can be influenced by seasonal factors because the Modified Laspeyres Index assumes a constant production
volume. It is necessary to develop an alternative price index that can capture the dynamics of price and quantity of
production so that a better assessment of agricultural and fishery performance can be achieved. The author implements
the Rothwell Index on the IT component of fresh fish commodities as the object of research because the attributes of fresh
fish commodities are dominantly influenced by weather factors so that both the price and quantity of production have
high volatility. The results showed that there was a significant difference between the fresh fish commodity price index
using the Laspeyres Index and the Rothwell Index. The Rothwell Index is more rational than the Laspeyres Index because
it can capture the volatility of the price and quantity of fresh fish production. From a policy perspective, the current
calculated FTT is important to improve because it is used to formulate and evaluate agricultural and fisheries policies in
Indonesia.

Keywords: farmer's terms of trade, price index, laspeyres index, Rothwell index, volatility, seasonal patterns

PENDAHULUAN

Nilai Tukar Petani (NTP) telah dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 1976. Tujuan dari
pengukuran NTP ini adalah untuk mengetahui tingkat daya beli petani (BPS, 2014; Niazi, et al., 2010).
Sejatinya, NTP berbicara tentang rasio indeks harga atau lebih tepatnya bagaimana perkembangan harga
komoditas pertanian yang dijual oleh petani dibandingkan dengan perkembangan harga barang dan jasa yang
umumnya dikonsumsi oleh petani baik barang dan jasa untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari maupun
untuk biaya ongkos produksi yang dikeluarkan oleh petani. Pada tahun 1976, cakupan subsektor NTP hanya

79
Seminar Nasional Official Statistics 2022

terbatas pada Tanaman Bahan Makanan (TBM) dan Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) di 4 provinsi
khususnya provinsi yang ada di Pulau Jawa. Seiring dengan waktu, cakupan subsektor dan provinsi pun
semakin bertambah. Pada tahun 2017, cakupan subsektor NTP meliputi Subsektor Tanaman Pangan, Tanaman
Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Perikanan, dan Kehutanan di 34 provinsi (lihat Gambar 1).

Sumber: Badan Pusat Statistik


Gambar 1. Sejarah Nilai Tukar Petani.
Perumusan kebijakan harga petani biasanya merespons harga relatif daripada hanya harga yang diterima
atau harga yang dibayarkan (Dev, et, al., 2015). NTP dihitung dengan menggunakan rasio antara Indeks Harga
yang Diterima oleh Petani (IT) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) atau dikenal dengan istilah parity
ratio. Kedua jenis indeks harga tersebut dihitung dengan menggunakan formula Modified Laspeyres Index.
Adapun formula Laspeyres Index adalah sebagai berikut:
∑𝑛 𝑃 𝑄
𝐼𝑡 = ∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑡𝑖 𝑄0𝑖 𝑥100…………………….………….……………………………………………………...…(1)
𝑖=1 0𝑖 0𝑖

Formula pada persamaan (1) tersebut kemudian dimodifikasi dengan tujuan untuk memudahkan implementasi
formula tersebut dengan kondisi di lapangan. Pada konteks ini, baik Nilai yang Diterima oleh Petani maupun
Nilai yang Dibayar oleh Petani yang merupakan perkalian dari harga dan kuantitas dapat disesuaikan dengan
kondisi terkini dengan menggunakan relatif harga, yaitu harga bulan ke-𝑡 dibandingkan dengan harga bulan
ke-(𝑡 − 1) pada jenis komoditas ke-𝑖 sehingga formula Laspeyres Index yang dimodifikasi atau Modified
Laspeyres Index adalah sebagai berikut:
𝑃𝑡𝑖
∑𝑛 𝑃 𝑄
𝑖=1 𝑃(𝑡−1)𝑖 (𝑡−1)𝑖 0𝑖
𝐼𝑡 = 𝑛
∑𝑖=1 𝑃0𝑖 𝑄0𝑖
𝑥100……………………………………………………………………………...…(2)

dimana:
Indeks harga bulan ke-t baik untuk Indeks Harga yang Diterima
𝐼𝑡 = oleh Petani (IT) maupun Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani
(IB).
𝑃𝑡𝑖 = Harga bulan ke- 𝑡 pada jenis komoditas ke- 𝑖

𝑃(𝑡−1)𝑖 = Harga bulan ke- (𝑡 − 1) pada jenis komoditas ke- 𝑖


𝑃𝑡𝑖 Relatif harga, harga bulan ke-t dibandingkan dengan harga bulan
=
𝑃(𝑡−1)𝑖 ke-(𝑡 − 1)pada jenis komoditas ke-𝑖
𝑃0𝑖 = Harga pada tahun dasar pada jenis komoditas ke-𝑖
𝑄0𝑖 = Kuantitas/volume pada tahun dasar pada jenis komoditas ke-𝑖
n = Banyak jenis komoditas yang tercakup dalam paket komoditas

80
Perlukah Alternatif Penghitungan Nilai Tukar Petani?...............……………………………………………….………..(Masarina Flukeria)

Adapun formula dari NTP adalah sebagai berikut:


𝐼𝑇
𝑁𝑇𝑃 = 𝑥100………………………………………………………............................................................(3)
𝐼𝐵

dimana:
𝑁𝑇𝑃 = Nilai Tukar Petani
𝐼𝑇 = Indeks Harga yang Diterima oleh Petani

𝐼𝐵 = Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani

Penggunaan formula Modified Laspeyres Index pada kedua jenis indeks harga telah berlangsung sejak
lama sampai saat ini. Bahkan, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh indeks harga dihitung dengan
menggunakan formula Modified Laspeyres Index, termasuk Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan
formula (3) dapat diketahui bahwa NTP mencerminkan perubahan tingkat harga dari harga yang diterima oleh
petani relatif terhadap tingkat harga yang dibayarkan oleh petani. NTP mengukur hubungan secara umum atau
keseluruhan antara tingkat harga komoditas yang dijual petani dan harga barang yang dibeli petani (Ellender,
1952). Lebih khusus lagi adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang
dibayar petani. Indeks harga yang diterima mencerminkan tingkat harga komoditas pertanian secara
keseluruhan. Sementara itu, indeks harga yang dibayar oleh petani itu sendiri meliputi indeks harga biaya
produksi dan penambahan barang modal yang menunjukkan perubahan harga barang dan jasa yang digunakan
dalam produksi pertanian dan indeks harga untuk komoditas barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah
tangga petani (Black & MacDonald, 1944).
Adapun interpretasi dari NTP tersebut adalah sebagai berikut:

Indeks Harga yang Diterima oleh Petani lebih besar daripada Indeks Harga yang
Dibayar oleh Petani. Petani mengalami kenaikan dalam hal perdagangan ketika rata-
1) NTP>100 :
rata tingkat harga yang mereka terima mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada
tingkat rata-rata harga yang dibayarkan.
Ketika hubungan secara umum antara tingkat harga komoditas yang dijual petani dan
2) NTP=100 : harga barang yang dibeli petani sama. Harga pertanian secara umum dianggap setara
antara tingkat harga komoditas yang dijual petani dan harga barang yang dibeli petani.

Indeks Harga yang Diterima oleh Petani lebih kecil daripada Indeks Harga yang
Dibayar oleh Petani. Petani mengalami penurunan dalam hal perdagangan ketika harga
3) NTP<100 :
yang mereka bayar mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada harga yang mereka
terima.
Indeks Harga yang Diterima oleh Petani merupakan salah satu komponen penting dalam penghitungan
NTP. Indeks harga ini menjelaskan perkembangan harga komoditas atau produk pertanian dari waktu ke
waktu. Secara konsep, harga produk pertanian yang tinggi dapat menguntungkan bagi petani. Harga yang lebih
tinggi di sektor pertanian tidak hanya berimplikasi pada efisiensi penggunaan sumber daya tetapi juga dapat
menggeser fungsi produksi di daerah pedesaan (Niazi, et al, 2010; Rosidi, 2007). Namun, pada saat yang sama,
tingginya harga produk pertanian justru sekaligus mengindikasikan adanya kelangkaan dari produk pertanian
tersebut (Bappenas & JICA, 2013). Dengan kata lain, kenaikan harga pada produk pertanian tidak berarti
menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan petani. Lebih lanjut, Hazell (1988) menyatakan bahwa
produksi pertanian biasanya merupakan bisnis yang berisiko. Petani menghadapi berbagai risiko harga, hasil,
dan sumber daya yang membuat pendapatan mereka tidak stabil dari tahun ke tahun. Dalam banyak kasus,
petani juga dihadapkan pada risiko bencana. Misalnya, tanaman mungkin hancur total oleh badai, kebakaran,
kekeringan, hama, atau penyakit, dan harga produk pertanian dan perikanan mungkin anjlok karena
penyesuaian struktural di pasar dunia. Harga dan kuantitas produksi pertanian dan perikanan sangat
dipengaruhi oleh ketidakpastian (uncertainty) dan cenderung bersifat volatile.
NTP yang dihitung dengan formula Modified Laspeyres Index tidak responsif terhadap alur produksi
ataupun pergeseran produksi pertanian dan perikanan dari input menjadi output. NTP tidak mengukur biaya
produksi, standar hidup, atau pendapatan. NTP bukanlah ukuran komprehensif dari kesejahteraan ekonomi
petani. NTP hanya didasarkan pada hubungan harga (National Agricultural Statistics Service, 2011; Report of
the Comptroller General of the United States, 1980). NTP juga bukan ukuran pendapatan petani dan total daya

81
Seminar Nasional Official Statistics 2022

beli petani. Kesejahteraan petani tergantung pada sejumlah faktor, tidak hanya hubungan harga. Kesejahteraan
petani juga bergantung pada efisiensi dan teknologi produksi, jumlah produk pertanian yang dijual, dan
penghasilan tambahan termasuk dari pekerjaan di luar pertanian dan program permerintah. Pada kenyataannya,
NTP hanya berfokus pada rasio antara Indeks Harga yang Diterima oleh Petani dengan Indeks Harga yang
Dibayar oleh Petani. NTP hanya mencerminkan perubahan dalam tingkat profitabilitas dan taraf hidup petani
dari sisi perubahan harga dan bukan pada pendapatan petani. NTP hanya didasarkan pada pergerakan harga
baik pergerakan harga yang diterima oleh petani maupun pergerakan harga yang dibayar oleh petani. Kedua
pergerakan harga tersebut saling dibandingkan dan dinyatakan dengan sebuah rasio atau disebut sebagai parity
ratio.
Asumsi volume atau kuantitas produksi konstan tidak tepat digunakan pada Penghitungan Indeks Harga
yang Diterima Petani dengan menggunakan formula Modified Laspeyres Index pada persamaan (2) khususnya
untuk produk pertanian atau perikanan yang mempunyai volatilitas tinggi ataupun mempunyai pola musiman
tertentu. Ketika memasuki masa panen, volume produksi pertanian dapat menjadi sangat tinggi, tetapi ketika
memasuki masa paceklik, volume pertanian dapat turun drastis. Penggunaan Modified Laspeyres Index relatif
relevan jika digunakan untuk Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani daripada Indeks Harga yang Diterima
oleh Petani karena perubahan volume konsumsi tidak akan setajam perubahan volume produksi pada produk
pertanian dan perikanan. Meskipun demikian, perlu diakui pula bahwa beberapa komoditas konsumsi juga
dapat mempengaruhi perubahan volume konsumsi jika konsumen mengalami perubahan harga yang tajam
seperti adanya peningkatan harga cabai merah, bawang merah, minyak goreng, dan sebagainya.
Secara teori, formula Modified Laspeyres Index dibangun dengan menjumlahkan seluruh perkalian harga
komoditas pada periode berjalan dengan kuantitas produksi yang dipasarkan pada periode dasar dan kemudian
membaginya dengan jumlah dari perkalian harga komoditas dan kuantitas pada periode dasar. Formula
Modified Laspeyres Index belum dapat menggambarkan secara akurat kuantitas produksi petani yang
bervariasi dari bulan ke bulan.
Bean & Stine (1924) menyatakan bahwa untuk menganalisis harga pertanian, sangat penting untuk
mempertimbangkan variasi musiman dalam harga dan jumlah yang dipasarkan. Bahkan, National Agricultural
Statistics Service (2011) & Stine (1928) menyatakan bahwa penyusunan indeks harga produk pertanian dan
perikanan pada umumnya lebih sulit dilakukan karena dipengaruhi oleh adanya dua permasalahan, yaitu:
a) pola musiman yang dapat berubah sepanjang tahun menurut tahun untuk beberapa komoditas;
b) volatilitas dalam harga dan produksi yaitu disebabkan oleh kondisi eksternal seperti cuaca atau
pengaruh ekonomi seperti dampak perubahan tajam di pasar internasional.
Kedua permasalahan tersebut harus diatasi dalam membangun indeks harga sehingga volatilitas harga dan
kuantitas produksi termasuk pola musiman pada sektor pertanian dan perikanan tersebut dapat lebih
mencerminkan tren harga produk pertanian.
Formula Rothwell Index dirancang sebagai indikator pergerakan harga pertanian (International Monetary
Fund, 2004). Pada awalnya formula ini diusulkan pada tahun 1924 oleh dua orang ahli ilmu ekonomi dari
Departemen Pertanian Amerika Serikat yaitu Louis H. Bean dan O. C. Stine dalam penghitungan indeks harga
pertanian. Doris Rothwell, seorang ahli ilmu ekonomi di Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat kembali
mengusulkan formula tersebut dalam makalahnya tahun 1958 untuk IHK Amerika Serikat. Rothwell (1958)
menyatakan bahwa indeks harga yang mengasumsikan pengeluaran rumah tangga konstan itu kurang tepat
karena pada kenyataannya pengeluaran rumah tangga tidak konstan dari bulan ke bulan. Teori konstruksi
indeks harga perlu untuk dipelajari dan dimodernisasi sehubungan dengan perubahan adanya pola bobot akibat
faktor musiman. Rothwell Index telah digunakan oleh United States of Department Agriculture (USDA) untuk
penghitungan Indeks Harga yang Diterima oleh Petani (National Agricultural Statistics Service, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan alternatif penghitungaan NTP khususnya pada
komponen Indeks Harga yang Diterima oleh Petani dengan menggunakan formula Rothwell Index. Formula
Rothwell Index dianggap lebih unggul diimplementasikan untuk indeks harga produk pertanian dan perikanan
daripada formula Modified Laspeyres Index karena tidak hanya mempertimbangkan volatilitas ataupun pola
musiman harga tetapi juga kuantitas produksi (National Agricultural Statistics Service, 2011; Flukeria &
Wicaksana, 2019). Dengan demikian, NTP diharapkan dapat memberikan standar yang lebih tepat dalam
mengukur status ekonomi petani saat ini. Penggunaan Modified Laspeyres Index pada Indeks Harga yang
Diterima oleh Petani dinilai kurang tepat karena mengasumsikan volume produksi yang konstan sepanjang
waktu. Pada kenyataannya, produk pertanian khususnya pada Subsektor Tanaman Pangan, Tanaman
Hortikultura, dan Perikanan merupakan komoditas yang harga dan kuantitas produksinya dapat mempunyai
sifat volatile dan dapat menunjukkan pola musiman (seasonal pattern) yang pada masa panen mengalami

82
Perlukah Alternatif Penghitungan Nilai Tukar Petani?...............……………………………………………….………..(Masarina Flukeria)

lonjakan volume produksi yang sangat tinggi dan masa paceklik mengalami penurunan volume produksi yang
tajam. Oleh karena itu, penggunaan Modified Laspeyres Index pada komponen Indeks Harga yang Diterima
oleh Petani perlu dipertimbangkan kembali. Dengan kata lain, perlu dibangun alternatif indeks harga lainnya
yang mampu menangkap volatilitas dan pola musiman pada produk pertanian dan perikanan sehingga
penilaian kinerja pertanian dan perikanan yang lebih baik dapat dicapai.

METODE
Implementasi Formula Rothwell Index

Indeks harga yang menggunakan formula Modified Laspeyres Index hanya membutuhkan data kuantitas
pada periode dasar. Pada periode berikutnya, hanya data harga yang perlu dikumpulkan (U.S. Congress Joint
Economic Committee, 1961). Formula ini menjadi tidak rasional ketika digunakan untuk menghitung indeks
harga untuk komoditas pertanian atau perikanan karena tidak mampu menangkap dinamika kuantitas produksi.
Penyusunan indeks harga untuk produk pertanian dan perikanan menjadi lebih sulit dilakukan karena
adanya dua faktor penyebab yaitu pola musiman produksi komoditas yang membuat harga menjadi tidak dapat
diamati selama beberapa periode dalam setahun dan juga volatilitas harga dan produksi yang disebabkan oleh
kekuatan eksternal seperti cuaca atau pengaruh ekonomi seperti dampak perubahan harga internasional. Perlu
ada solusi dalam penghitungan indeks harga yang dapat mengatasi kedua permasalahan tersebut. Indeks harga
(month to month) Bean and Stine Type C atau Rothwell Index dapat dipertimbangkan untuk memperhitungkan
volatilitas ataupun pola musiman komoditas pertanian dan perikanan. Perlu diketahui bahwa formula Rothwell
Index ini digunakan oleh negara-negara di Eropa. Formula ini juga untuk menghitung IHK kelompok
komoditas musiman di beberapa negara, antara lain Jepang, Prancis, dan Inggris (International Monetary
Fund, 2004).
Formula Rothwell Index mengikuti konsep keranjang musiman (seasonal basket concept) dimana
kontribusi volume produksi berbagai komoditas menjadi berbeda untuk setiap bulannya dalam setahun. Jadi,
ada 12 seasonal basket berbeda yang digunakan dalam menghitung indeks harga setiap bulannya dalam satu
tahun kalender. Indeks ini menggunakan keranjang bulanan untuk tahun dasar. Indeks juga menggunakan
vektor harga satuan tahun dasar. Bobot kuantitas untuk indeks ini berubah dari bulan ke bulan. Dengan
demikian, pergerakan bulanan dalam indeks ini merupakan campuran dari perubahan harga dan kuantitas
(Diewert, et. al., 2009).
Formula Rothwell Index pada bulan ke-m tahun ke-t dapat didefinisikan sebagai berikut:

∑𝑁 𝑡.𝑚 𝑡.𝑚
𝑛=1 𝑝𝑛 𝑞𝑛
𝐼𝑅 𝑡.𝑚 = 𝑁 0 𝑞 𝑡.𝑚 .........................................................................................................................................(4)
∑𝑛=1 𝑝𝑛 𝑛

Berdasarkan persamaan tersebut, 𝑝𝑛𝑡.𝑚 adalah harga komoditas ke-𝑛 untuk bulan ke- 𝑚 pada tahun ke-𝑡, 𝑝𝑛0
adalah harga pada periode dasar 0, dan 𝑞𝑛𝑡.𝑚 adalah kuantitas produksi terjual untuk bulan ke-𝑚 pada tahun
ke-𝑡 . Formula Rothwell Index menggunakan seasonal basket pada tahun dasar, dalam konteks tersebut,
0,m
dinotasikan sebagai vektor q untuk bulan ke- 𝑚, dimana 𝑚 =1,2,...12. Sementara itu, vektor dari harga pada
tahun dasar p 0  [ p10 ,.. pn0 ] dimana rata-rata harga tertimbang pada periode dasar untuk komoditas ke-𝑛 dalam
vektor ini didefinisikan sebagai berikut:

∑12 0.𝑚 0.𝑚


𝑚=1 𝑝𝑛 𝑞𝑛
𝑝𝑛0 = ∑12 0.𝑚 ............................................................................................................................................(5)
𝑚=1 𝑞𝑛

Dari formula Rothwell Index tersebut dapat diketahui bahwa bobot kuantitas untuk indeks harga berubah
setiap bulannya. Oleh karena itu, pergerakan indeks harga dengan Rothwell Index dari bulan ke bulan
merupakan gabungan dari perubahan harga dan kuantitas. Kekuatan utama dari formula Rothwell Index ini
adalah menghitung indeks harga untuk komoditas yang volatile ataupun memiliki pola musiman dimana
komoditas tersebut hanya tersedia untuk beberapa bulan dalam setahun. Ketika menggunakan formula
Modified Laspeyres Index, paket komoditas yang digunakan bersifat tetap (fixed commodity basket), diperoleh
sekali dalam tahun tertentu (periode dasar), dan volume produksi suatu komoditas diasumsikan sama di setiap
bulannya dalam setahun atau bahkan dalam lima tahun hingga terselenggaranya kembali survei penyusunan
diagram timbang NTP. Dalam konteks ini, perlu dilakukan penghitungan imputasi harga dalam bulan-bulan
ketika tidak ada kuantitas yang terjual. Di sisi lain, dengan menggunakan pendekatan seasonal basket concept,
pendekatan yang digunakan adalah paket komoditas bulanan dimana kontribusi volume produksi berbagai

83
Seminar Nasional Official Statistics 2022

komoditas berbeda untuk setiap bulan dalam setahun. Artinya, jika tidak ada penjualan untuk suatu komoditas
pada bulan tertentu, maka komoditas tersebut akan keluar dari keranjang indeks harga. Tidak perlu menghitung
imputasi harga untuk komoditas tersebut. Dengan demikian, implementasi formula Rothwell Index membuat
asesmen kinerja pertanian dan perikanan yang lebih baik dapat dicapai. Hal ini tentu saja berbeda dengan
indeks harga yang dihitung dengan menggunakan Modified Laspeyres Index yang belum dapat menjelaskan
fakta yang sebenarnya bahwa kuantitas produksi yang dijual oleh petani bervariasi dari bulan ke bulan.
Pada prakteknya di lapangan, BPS akan mengalami kondisi seperti pergantian kualitas suatu komoditas,
pergantian responden, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan harga menjadi tidak dapat dibandingkan.
Oleh karena itu, dilakukan modifikasi Rothwell Index. Adapun modifikasi Rothwell Index adalah sebagai
berikut:

𝑝𝑡.𝑚
𝑛 𝑡.(𝑚−1) 𝑞𝑡.𝑚
𝑛 𝑡.(𝑚−1)
∑ 𝑡.(𝑚−1) 𝑝𝑛 𝑡.(𝑚−1) 𝑞𝑛
𝑝 𝑞𝑛
𝐼𝑅 𝑡.𝑚 = 𝑛
𝑡.𝑚 ……………………………………………………………………….(6)
0 𝑞𝑛
∑ 𝑝𝑛
𝑡.(𝑚−1)
𝑡.(𝑚−1) 𝑞𝑛
𝑞𝑛

Berdasarkan formula (6) dapat diketahui bahwa untuk menghitung Rothwell Index dibutuhkan harga
komoditas bulan ke-𝑚 dan ke-(𝑚 − 1) tahun 𝑡. Selain itu, dibutuhkan juga kuantitas komoditas bulan ke-𝑚
dan ke-(𝑚 − 1) tahun 𝑡. Sesungguhnya, pada formula tersebut sudah mengandung komponen Relatif Harga
(RH), Relatif Volume (RV), dan Nilai Produksi (NP) bulan sebelumnya. Untuk mendapatkan RH pada bulan
ke-m dibutuhkan harga komoditas ke-n di bulan ke-m tahun 𝑡 yaitu 𝑝𝑛𝑡.𝑚 dan harga komoditas ke-n di bulan ke-
(𝑚 − 1) tahun 𝑡, yaitu 𝑝𝑛𝑡.(𝑚−1). Untuk mendapatkan RV pada bulan ke-m dibutuhkan kuantitas di bulan ke-
𝑡.(𝑚−1)
m dan bulan ke- (𝑚 − 1) tahun 𝑡 . Semenatara itu, Nilai Produksi bulan sebelumnya, 𝑁𝑃𝑛 , dapat
diformulasikan sebagai berikut:

𝑡.(𝑚−1) 𝑡.(𝑚−1) 𝑡.(𝑚−1)


𝑁𝑃𝑛 = 𝑝𝑛 . 𝑞𝑛 ………………………………………………………………………………(7)

Sehingga, formula (6) dapat dituliskan kembali menjadi:


𝑡.(𝑚−1)
𝑡.𝑚 ∑(𝑅𝐻𝑛𝑡.𝑚 ) (𝑅𝑉𝑛𝑡.𝑚 ) (𝑁𝑃𝑛 )
𝐼𝑅 = 0 𝑞 (𝑡−1).𝑚 (𝑅𝑉 𝑡.𝑚 )
…………………………………………………………………………..(8)
∑ 𝑝𝑛 𝑛 𝑛

Formula (8) dapat diubah menjadi andil inflasi sehingga nantinya andil setiap komoditas yang memberikan
pengaruh terhadap pembentukan perubahan Rothwell Index dapat diformulasikan sebagai berikut:

𝑡.(𝑚−1) 𝑞𝑡.𝑚
𝑛 𝑡.(𝑚−1)
𝑝𝑛 𝑡.(𝑚−1) 𝑞𝑛
𝑞𝑛 𝑝𝑛𝑡.𝑚
𝐼𝑅 𝑡.𝑚 = ∑ ( 𝑡.𝑚 ) 𝑡.(𝑚−1) …………………………………………………………………(9)
0 𝑞𝑛
∑ 𝑝𝑛
𝑡.(𝑚−1) 𝑝𝑛
𝑡.(𝑚−1) 𝑞𝑛
𝑞𝑛

𝑡.(𝑚−1) 𝑡.(𝑚−1)
𝑡.(𝑚−1) 𝑝𝑛 𝑞𝑛 𝑅𝑉𝑛𝑡.𝑚
Wn = 0 𝑡.(𝑚−1) ……………………………………………………………………………(10)
∑ 𝑝𝑛 𝑞𝑛 𝑅𝑉𝑛𝑡.𝑚

∑ Wn𝑡.(𝑚−1) = 1……………………………………………………………………………………………..(11)

𝑡.(𝑚−1)
𝐼𝑅 𝑡.𝑚 = ∑ Wn 𝑅𝐻𝑛𝑡.𝑚 …………………………………………………………………………………(12)

dimana:
Indeks harga dengan menggunakan Rothwell Index bulan ke-𝑚, tahun
𝐼𝑅 𝑡.𝑚 =
ke-𝑡
𝑝𝑛0 = Rata-rata harga tertimbang pada periode dasar untuk komoditas ke-𝑛
𝑝𝑛0.𝑚 = Harga bulan ke-𝑚, tahun dasar, pada jenis komoditas ke-𝑛
𝑞𝑛0.𝑚 = Kuantitas bulan ke-𝑚, tahun dasar, pada jenis komoditas ke-𝑛
𝑝𝑛𝑡.𝑚 = Harga bulan ke-𝑚, tahun ke-𝑡, pada jenis komoditas ke-𝑛

84
Perlukah Alternatif Penghitungan Nilai Tukar Petani?...............……………………………………………….………..(Masarina Flukeria)

𝑡.(𝑚−1)
𝑝𝑛 = Harga bulan ke-(𝑚 − 1), tahun ke- 𝑡, pada jenis komoditas ke-𝑛
𝑅𝐻𝑛𝑡.𝑚 = Relatif harga bulan ke-𝑚, tahun ke-𝑡, pada jenis komoditas ke-𝑛
𝑞𝑛𝑡.𝑚 = Kuantitas bulan ke-𝑚, tahun ke-𝑡, pada jenis komoditas ke-𝑛
𝑡.(𝑚−1)
𝑞𝑛 = Kuantitas bulan ke-(𝑚 − 1), tahun ke-𝑡, pada jenis komoditas ke-𝑛
𝑅𝑉𝑛𝑡.𝑚 = Relatif volume bulan ke-𝑚, tahun ke-𝑡, pada jenis komoditas ke-𝑛
𝑡.(𝑚−1) Nilai produksi bulan ke-(𝑚 − 1), tahun ke- 𝑡, pada jenis komoditas
𝑁𝑃𝑛 =
ke-𝑛
𝑡.(𝑚−1) Bobot (weight) bulan ke-(𝑚 − 1), tahun ke- 𝑡, pada jenis komoditas
Wn =
ke-𝑛
𝑛 = Banyak jenis komoditas yang tercakup dalam paket komoditas.

Sehingga dapat dikatakan bahwa Rothwell Index tersebut bergantung pada bobot komoditas pada bulan
sebelumnya (𝑚 − 1) di tahun ke-t dan relatif harga bulan sekarang (𝑚) di tahun ke-t. Semakin besar bobot
komoditas di bulan sebelumnya serta perubahan harga pada bulan yang bersangkutan maka hal ini akan
mengakibatkan Rothwell Index juga akan semakin membesar.

Sumber Data

Untuk mengetahui bagaimana hasil implementasi formula Bean and Stine Type C atau Rothwell Index
jika dibandingkan dengan Laspeyres Index, simulasi dilakukan pada perkembangan harga produsen dan
kuantitas produksi 20 ikan segar selama tahun 2019-2021 dengan mempertimbangkan bahwa harga dan
kuantitas produksi ikan segar mempunyai karakteristik sangat volatile yang dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti curah hujan, cuaca buruk, dan sebagainya (lihat Lampiran 1). Komoditas ikan segar tersebut
meliputi ikan alu-alu, bandeng, bawal hitam, cakalang, cucut mako, gabus, gulamah, gurita, kakap, kepiting
bakau kerapu, selar kuning, sotong, tenggiri, teri, tongkol abu-abu, tuna mata besar, dan udang windu. Data
diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui
perkembangan Indeks Harga yang Diterima oleh Petani baik menggunakan formula Laspeyres Index maupun
menggunakan Rothwell Index. Sementara itu, data Indeks Harga yang Dibayar oleh Nelayan selama tahun
2019-2021 diperoleh dari BPS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Volatilitas Harga Produsen dan Kuantitas Produksi Ikan Segar

Usaha di sektor perikanan umumnya merupakan usaha yang rentan terhadap risiko faktor volatilitas
ataupun musim. Ketika musim panen, umumnya hasil produksi akan meningkat tajam, sedangkan pada musim
paceklik hasil produksi akan menurun drastis. Berdasarkan data harga produsen dan kuantitas produksi ikan
segar dapat diketahui bahwa ada kalanya harga produsen maupun kuantitas produksi ikan segar tertentu tidak
tersedia di lapangan karena adanya faktor musiman, cuaca, iklim, dan sebagainya seperti Ikan Bandeng. Pada
kenyataannya, harga dan kuantitas produksi ikan bandeng sangat berfluktuatif (lihat Lampiran 1). Bahkan,
harga dan kuantitasnya dapat tidak tersedia sama sekali di pasaran.
Asumsi kuantitas produksi ikan segar konstan menjadi tidak rasional karena faktanya baik harga
maupun kuantitas produksi senantiasa mengalami perubahan, bahkan kuantitas produksi dapat menjadi nol.
Indeks harga yang dihitung dengan menggunakan Modified Laspeyres Index yang mengasumsikan kuantitas
produksi konstan juga menjadi tidak rasional lagi ketika digunakan untuk komoditas-komoditas yang
mengalami dinamika perubahan kuantitas produksi secara signifikan. Formula Bean and Stine Type C or
Rothwell Index direkomendasikan untuk digunakan pada penghitungan indeks harga khususnya untuk
komoditas yang mengalami fluktuasi kuantitas produksi secara nyata seperti komoditas pertanian dan
perikanan. Keunggulan formula indeks harga Bean and Stine Type C or Rothwell Index dibandingkan dengan
Laspeyres Index adalah memperhitungkan kondisi perikanan baik dari sisi harga maupun kuantitas
produksinya dari bulan ke ke bulan.

Perbandingan Formula Rothwell Index dan Laspeyres Index

85
Seminar Nasional Official Statistics 2022

Angka indeks harga yang dihitung dengan formula Rothwell Index dan Laspeyres Index sangat berbeda.
Pengamatan perkembangan harga ikan segar dengan menggunakan formula indeks harga Bean and Stine Type
C atau Rothwell dan Laspeyres Index menunjukkan perbedaan indeks harga yang signifikan baik ditinjau dari
segi arah perubahan indeks harga (naik/turunnya indeks harga) maupun besaran angka indeksnya. Indeks harga
dengan menggunakan formula Laspeyres Index cenderung lebih berfluktuatif daripada dengan menggunakan
Rothwell Index karena asumsi kuantitas produksi konstan menyebabkan pergerakan harga saja yang tercermin
pada Laspeyres Index. Sementara itu, perkembangan indeks harga dengan menggunakan Rothwell Index relatif
lebih stabil karena formula ini memperhitungkan dinamika harga dan kuantitas produksi setiap bulannya
termasuk adanya pola musiman yang terjadi pada komoditas ikan segar.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa ketika indeks harga mengalami
peningkatan tajam pada Laspeyres Index pada bulan tertentu, maka indeks harga dengan Rothwell Index dapat
mengalami penurunan indeks pada bulan tertentu tersebut. Sebagai contoh, pada Juni 2021, terjadi kenaikan
indeks harga yang relatif tajam dengan menggunakan formula Laspeyres Index sedangkan hasil simulasi
indeks harga dengan menggunakan Rothwell Index menunjukkan adanya penurunan indeks harga. Hal ini
disebabkan karena Laspeyres Index hanya mencerminkan perubahan harga. Sesungguhnya, tingginya harga
justru menunjukkan adanya kelangkaan suplai produksi. Dengan kata lain, dinamika produksi pertanian dan
perikanan dapat terjadi seiring dengan adanya perubahan harga tetapi dinamika produksi ini justru tidak dapat
ditangkap oleh indeks harga dengan menggunakan formula Laspeyres Index. Sementara itu, perkembangan
indeks harga dengan menggunakan Rothwell Index relatif lebih stabil karena formula ini memperhitungkan
dinamika harga dan kuantitas produksi setiap bulannya termasuk adanya pola musiman yang terjadi pada
komoditas ikan segar. Hal ini juga dikonfirmasi melalui statistik koefisien variasi dari Rothwell Index sebesar
0,0955 sedangkan koefisien variasi dari Laspeyres Index sebesar 0,2467.

180,00

160,00

140,00

120,00

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00

Rothwell Index Laspeyres Index

Sumber: hasil penghitungan penulis diolah dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan
Gambar 2. Simulasi Indeks Harga yang Diterima oleh Petani
Menggunakan Laspeyres Index dan Rothwell Index
Perlu dicatat bahwa fenomena harga dan kuantitas terkini terekam dalam penghitungan indeks harga
dengan Rothwell Index tetapi tidak untuk Laspeyres Index yang hanya menangkap perubahan kenaikan harga
komoditas ikan. Indeks harga dengan Laspeyres Index akan dapat menyebabkan NTP > 100 (asumsi IB tidak
mengalami perubahan), suatu besaran angka yang banyak diharapkan padahal pada kondisi ini seharusnya
justru menjadi indikasi adanya kelangkaan suplai komoditas ikan segar seperti pada November 2019 dimana
NTP menunjukkan angka sebesar 129,22 (IT= Modified Laspeyres Index) tetapi NTP menunjukkan angka
sebesar 90,35 (IT= Rothwell Index). Sebaliknya, pada Januari 2021, NTP mencapai angka 107,94 (IT=
Rothwell Index) tetapi NTP hanya mencapai angka 83,19 (IT= Modified Laspeyres Index). Informasi lebih
rinci terkait simulasi penghitungan NTP dimana IT menggunakan Modified Laspeyres Index dan Rothwell

86
Perlukah Alternatif Penghitungan Nilai Tukar Petani?...............……………………………………………….………..(Masarina Flukeria)

Index dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil simulasi tersebut, formula Rothwell Index lebih
direkomendasikan untuk menghitung indeks harga khususnya untuk komoditas yang mempunyai volatilitas
tinggi ataupun pola musiman (seasonal pattern) baik untuk harga dan kuantitas produksi seperti komoditas
pertanian dan perikanan. Sebaliknya, formula Modified Laspeyres Index yang mengasumsikan volume
kuantitas produksi konstan menjadi tidak rasional ketika diimplementasikan untuk komoditas pertanian dan
perikanan.
Tabel 1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (Rothwell Index), Indeks Harga yang Diterima Nelayan
(Modified Laspeyres Index), Indeks Harga yang Dibayar Nelayan, dan Nilai Tukar Nelayan Tahun
2019‒2021.
Indeks Harga yang Indeks Harga yang Indeks Harga
NTP NTP
Bulan Diterima Nelayan Diterima Nelayan yang Dibayar
(IT = Rothwell Index) (IT = Laspeyres Index)
(Rothwell Index) (Laspeyres Index) Nelayan
Januari 2019 120,12 91,17 101,94 117,83 89,43
Februari 122,99 70,70 101,94 120,65 69,35
Maret 99,62 73,02 102,00 97,67 71,59
April 101,76 105,47 102,31 99,46 103,09
Mei 94,64 93,05 102,85 92,02 90,47
Juni 113,51 71,81 103,39 109,79 69,46
Juli 106,57 130,19 103,29 103,18 126,04
Agustus 103,96 113,71 103,40 100,54 109,97
September 92,92 116,60 103,57 89,72 112,58
Oktober 90,45 122,81 103,40 87,48 118,77
November 93,58 133,83 103,57 90,35 129,22
Desember 84,15 77,65 103,67 81,17 74,90
Januari 2020 79,34 60,39 104,25 76,11 57,93
Februari 88,64 71,42 104,59 84,75 68,29
Maret 95,08 98,43 104,68 90,83 94,03
April 96,49 92,42 104,90 91,98 88,10
Mei 109,59 119,73 105,04 104,33 113,99
Juni 105,80 89,92 105,01 100,75 85,63
Juli 106,92 127,47 104,94 101,89 121,47
Agustus 96,32 76,96 104,93 91,79 73,34
September 99,79 169,41 105,03 95,01 161,30
Oktober 98,73 137,75 105,27 93,79 130,85
November 99,34 124,19 105,27 94,37 117,97
Desember 100,97 107,06 105,54 95,67 101,44
Januari 2021 114,32 88,11 105,91 107,94 83,19
Februari 117,39 118,60 106,00 110,75 111,89
Maret 108,19 134,85 106,14 101,93 127,05
April 100,67 117,04 106,28 94,72 110,12
Mei 103,63 104,94 106,40 97,40 98,63
Juni 97,95 163,24 106,29 92,15 153,58
Juli 105,29 110,58 106,44 98,92 103,89
Agustus 101,04 101,13 106,47 94,90 94,98
September 95,87 131,57 106,46 90,05 123,59
Sumber: hasil penghitungan penulis

KESIMPULAN

Penghitungan NTP saat ini belum dapat menangkap dinamika kuantitas produksi baik volatilitas maupun
pola musiman untuk komoditas perikanan. Penggunaan Indeks Laspeyres yang dimodifikasi (Modified
Laspeyres Index) pada Indeks Harga yang Diterima oleh Petani dinilai kurang tepat karena mengasumsikan
volume produksi yang konstan sepanjang waktu. Pada kenyataannya, produk perikanan tersebut dapat
mengalami masa panen yang mengalami lonjakan volume produksi yang sangat tinggi dan masa paceklik yang
mengalami penurunan volume produksi yang tajam. Oleh karena itu, penggunaan Modified Laspeyres Index
pada komponen Indeks Harga yang Diterima oleh Petani perlu dipertimbangkan kembali. Dengan kata lain,
perlu dibangun alternatif indeks harga lainnya yang mampu menangkap pola musiman pada produk pertanian
sehingga penilaian kinerja pertanian yang lebih baik dapat dicapai. NTP saat ini belum dapat memberikan
standar yang tepat dengan yang mengukur status ekonomi petani saat ini.

87
Seminar Nasional Official Statistics 2022

Formula Bean and Stine Type C atau Rothwell Index direkomendasikan untuk digunakan pada
penghitungan indeks harga khususnya untuk komoditas yang mempunyai sifat yang volatile atau bahkan
dipengaruhi oleh musim baik pada harga maupun kuantitas produksinya seperti komoditas perikanan.
Keunggulan formula indeks harga Bean and Stine Type C atau Rothwell Index dibandingkan dengan Laspeyres
Index adalah memperhitungkan kondisi perikanan baik dari sisi harga maupun kuantitas produksinya dari
bulan ke ke bulan sehingga asesmen kinerja perikanan dapat dilakukan dengan baik secara periodik. Namun
demikian, perlu diketahui bahwa implementasi Rothwell Index relatif tidak mudah karena memerlukan
ketersediaan data harga dan produksi yang akurat secara berkala. Faktanya, ketersediaan data kuantitas
produksi tidak secepat ketersediaan data harga. Akibatnya, jika data harga dan kuantitas diperlukan dalam
setiap periode, maka publikasi atau rilis indeks harga bulan berjalan dapat mengalami penundaan satu atau
beberapa bulan.
Peningkatan kualitas NTP perlu terus dilakukan. Perbaikan NTP pada studi ini lebih difokuskan pada
Indeks Harga yang Diterima oleh Petani/Nelayan khususnya pada Subsektor Perikanan Kegiatan Perikanan
Tangkap yang hanya terdiri dari 20 komoditas ikan segar karena ketersediaan data yang ada. Penghitungan
indeks harganya pun belum terinci menurut provinsi. Kedepannya, diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk Subsektor Perikanan Kegiatan Perikanan Budidaya atau bahkan subsektor lainnya seperti
Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, dan Peternakan. Tidak hanya itu,
perbaikan kualitas NTP juga perlu dilakukan pada Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas & JICA. (2013). Analisis Nilai Tukar Petani Sebagai Bahan Penyusunan RPJMN Tahun 2013.
https://www.bappenas.go.id/files/2713/9772/4567/Buku_Analisis_NTP_Sebagai_Bahan_Penyusunan_
RPJMN_2015-2019.pdf.
Bean, L., & Stine, O. (1924). Four Types of Index Numbers of Farm Prices. Journal of the American Statistical
Association, 19(145), 30-35. doi:10.2307/2277256.
Black, J., & MacDonald, A. (1944). Cost of Living on Farms and Prices Paid by Farmers. Journal of the
American Statistical Association, 39(227), 377-386. doi:10.2307/2280043.
Badan Pusat Statistik. (2014). Pedoman Penyusunan Nilai Tukar Petani. BPS.
Dev, et, al. (2015). Improved Terms of Trade for Agriculture: Results from Revised Methodology. Economic
and Political weekly, Vol 1 No. 15, 2015.
Diewert, et. al. (2009). Price and Productivity Measurement. Volume 2 Seasonality.
Khan & Ahmed. (2005). Agricultural Terms of Trade in Pakistan: Issues of Profitability and Standard of
Living of The Farmers. PSDE Conference Paper No. 60.
Ellender. (1952). Parity Handbook: A Reference Manual on Parity Price, Index of Prices Paid by Farmers
and Index of Prices Received. United States Government Printing Office.
Flukeria, M & Wicaksana, A.K. (2019). Dealing with Seasonal commodities on Prices Received Index for
Farmers in Indonesia: Simulation Scenarios of Horticultural Commodities in Central Java Province.
62nd International Statistical Institute World Statistics Congress 2019.
Hazell, P. B. R. (1988). Risk and uncertainty in domestic production and prices. In Agricultural price policy
for developing countries. Mellor, John W. and Ahmed, Raisuddin (Eds.) Chapter 6. Pp. 94-102.
Baltimore, MD: Published for the International Food Policy Research Institute (IFPRI) by Johns
Hopkins University Press. http://ebrary.ifpri.org/cdm/ref/collection/p15738coll2/id/129550.
International Monetary Fund. (2004). Producer Price Index Manual.
National Agricultural Statistics Service. (2011). Price Program: History, Concepts, Methodology, Analysis,
Estimates, and Dissemination. United States Department of Agriculture.
Niazi, et al. (2010). Pakistan’s Agricultural Terms of Trade. Pakistan J. Agric. Res. Vol 23 No. 3-4, 2010.
Stine, O. (1928). Constructing Agricultural Price Index Numbers. Journal of the American Statistical
Association, 23(161), 92-94. doi:10.2307/2277566.
Report of the Comptroller General of the United States. (1980). An Assessment of Parity as Tool for
Formulating and Evaluating Agricultural Policy. Washington, DC.
Rosidi, A. (2007). Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan. Working Paper.
Rothwell, Doris P. (1958). Use of Varying Seasonal Weights in Price Index Construction. Journal of the
American Statistical Association, 03/1958, Volume 53, Issue 281. http://www.jstor.org/stable/117024.
U.S. Congress Joint Economic Committee. (1961). Government Price Statistics, Hearings Before the
Subcommittee on Economic Statistics of the Joint Economic Committee Congress of the United States.
Washington, D.C.

88
Perlukah Alternatif Penghitungan Nilai Tukar Petani?...............……………………………………………….………..(Masarina Flukeria)

Lampiran 1. Pergerakan Harga Produsen dan Kuantitas Produksi Ikan Segar


Ikan Alu-alu Ikan Bandeng

Ikan Bawal Hitam Ikan Cakalang

Ikan Cucut Mako Cumi-cumi

Ikan Gabus Ikan Gulamah

Gurita Ikan Kakap

89
Seminar Nasional Official Statistics 2022

Lampiran 1. (Lanjutan)
Kepiting Bakau Ikan Kerapu

Ikan Rajungan Ikan Selar Kuning

Sotong Tenggiri

Ikan Teri Ikan Tongkol Abu-abu

Ikan Tuna Mata Besar Udang Windu

90

Anda mungkin juga menyukai