Anda di halaman 1dari 4

PAPER

FISIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN

NAMA : FAHREZA DELIAR R.


NIM : 19/448853/PPN/04468

MAGISTER FITOPATOLOGI
PASCASARJANA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
Pengendalian penyakit busuk buah sudah dilakukan dengan berbagai upaya, seperti
penggunaan pestisida yang sering dilakukan oleh petani karena mudah untuk diaplikasikan
(Ploetz, 2007). Namun dampak dari penggunaan pestisida dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, biaya tinggi, dan tidak mengatasi masalah (Aikpokpodion et al., 2010). Langkah
pengendalian yang efektif adalah penggunaan genotype kakao yang tahan (Mc Mahon dan
Purwantara, 2004). Penggunaan klon tahan merupakan salah satu cara pengendalian penyakit
yang memungkinkan digunakan sebagai agen pengendalian secara kultur teknis, karena selain
tidak mencemari lingkungan juga mempunyai daya adaptasi yang tinggi (Opoku, 2000).

Toleransi terhadap Phytophthora dianggap sebagai sifat kuantitatif dengan bukti untuk
mendukung setidaknya 13 konsensus QTL dan 8 wilayah genomic yang terlibat (Lanaud et
al., 2009). EST libraries dari jaringan yang terinfeksi Phytophthora dimasukkan ke dalam uji
lengkap transcriptome kakao (Bailey et al., 2015). Pada akhirnya, kemungkinan besar dapat
digunakan untuk memverifikasi kontribusi QTL terhadap resistensi/toleransi individu
terhadap spesies Phytophthora, dan juga berkontribusi terhadap resistensi/toleransi terhadap
semua spesies Phytophthora yang menyerang kakao (Ali et al., 2017).

Setidaknya 240 gen diduga mengkode Pr-protein terkait yang dianggap diekspresikan
dalam analisis RNA-seq yang mewakili 14 dari 17 kelas Pr-protein yang dikarakterisasi.
Infeksi menekan ekspresi dari gen 47 dan 54 yang mengkode Pr-protein terkait untuk P.
palmivora dan P. megakarya, sementara gen 81 dan 87 yang mengkode Pr-protein terkait
diinduksi masing-masing oleh infeksi P. palmivora dan P. megakarya. Hanya 10 gen yang
mengkode Pr-protein terkait yang lebih tinggi diekspresikan sebagai respons terhadap infeksi
P. megakarya dibandingkan dengan infeksi P. palmivora. Sementara, gen 24 yang mengkode
Pr-protein terkait lebih banyak diekspresikan sebagai respons terhadap infeksi P. palmivora
dibandingkan dengan infeksi P. megakarya. Seringkali, gen yang menunjukkan ekspresi yang
berbeda berbagi tingkat ekspresi yang sama bersama dengan pola ekspresi yang sama. Jelas
tidak semua gen pertahanan tanaman perlu diinduksi agar berfungsi. Dalam beberapa kasus,
anggota individu dari pathway gagal menunjukkan induksi, tetapi sebaliknya menunjukkan
ekspresi konstitutif yang tinggi. Selanjutnya, gen yang dikelompokkan oleh analisis ekspresi
berbasis SOM dapat digunakan untuk menetapkan prioritas untuk analisis promoter dan
perbandingan gen lainnya berdasarkan pada regulasi yang sama (Ali et al., 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Nyadanu et al. (2013), menunjukkan bahwa terdapat
lebih banyak kandungan flavonoid, tannins, dan lignin pada genotipe buah dan daun dari
genotype kakao yang kurang rentan, daripada genotype yang lebih rentan menunjukkan
keterlibatan mereka dalam resistensi terhadap busuk buah Phytophthora pada kakao.
Peningkatan kadar senyawa fenolik spesifik ini di antara genotype kakao dengan tingkat
resistensi tinggi disebabkan oleh reaksi genotype terhadap kolonisasi Phytophthora sp.
Fenolik tanaman, terutama flavonoid dan lignin merupakan metabolit sekunder yang paling
luas yang diketahui terlibat dalam interaksi tanaman dengan mikroba. Dalam penelitiannya,
korelasi negative yang kuat antara sifat biokimia dengan jumlah bercak, ukuran bercak pada
buah, dan penilaian uji leaf disc dari P. palmivora dan P. megakarya menunjukkan bahwa
seiring meningkatnya factor biochemical, infeksi yang disebabkan oleh spesies Phytophthora
pada daun dan buah menurun.

Aminullah et al. (2017) menyatakan bahwa, pertahanan diri sebelum penetrasi P.


palmivora berhubungan dengan bentuk structural buah kakao dan zat biokimia yang
dihasilkan sebelum adanya serangan pathogen. Zat biokimia yang dihasilkan sebelum adanya
serangan pathogen adalah fenolik dan tannin. Senyawa fenolik dan hasil oksidasinya dapat
menghasilkan ketahanan terhadap penyakit melalui reaksi penghambatan enzim pektolitik
dan enzim pathogen yang lain. Pertahanan biokimia akan menentukan tahan atau tidaknya
buah kakao terhadap serangan P. palmivora. Ketahanan pasca penetrasi yang berperan adalah
mekanisme ketahanan biokimia dan ketahanan secara seluler (Iwaro et al., 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Aikpokpodion P.E., Lajide L., Aiyesanmi A.F., 2010. Heavy Metals Contamination in
Fungicide Treated Cocoa Plantations in Cross River State. Nigeria. Am.-
Eurasian. J. Agric. Environ. Sci. 8. 268–274.
Ali, S.S., Shao, J., Lary, D.J., Strem, M.D., Meinhardt, L.W., and Bailey, B.A. 2017.
Phytophthora megakarya and Phytophthora palmivora, causal agents of
black pod rot, induce similar plant defense responses late during infection of
susceptible cacao pods. Frontiers in Plant Sciences 8: 1-18.
Aminullah, M.F.S., Panggeso, J., dan Rosmini. Uji ketahanan beberapa klon kakao
(Theobroma cacao L.) terhadap penyakit busuk buah (Phytophthora
palmivora butl.). E-J. Agrotekbis 5: 458-465.
Bailey, B. A., Ali, S. S., Akrofi, A. Y., and Meinhardt, L. W. 2015. “Phytophthora
megakarya, a causal agent of black pod rot in Africa,” in Cacao Diseases: A
History of Old Enemies and New Encounters, eds B. A. Bailey and L. W.
Meinhardt (New York, NY: Springer International Publishing), 267–303.
Iwaro, A.D., Sreenivasan, T.N., dan Umaharan, P. 1997. Foliar Resistance to Phytophthora
palmivora as an Indicator of Pod Resistance in Theobroma cacao. Plant Dis.
81: 619–624.
Lanaud, C., Fouet, O., Clément, D., Boccara, M., Risterucci, A., and Surujdeo-Maharaj, S.
2009. A meta–QTL analysis of disease resistance traits of Theobroma cacao
L. Mol. Breed. 24, 361–374.
Nyadanu, D., Akromah, R., Adomako, B., Kwoseh, C., Lowor, S.T., Dzahini-Obiatey, H.,
Akrofi, A.Y., Ansah, F.O., Asiama, Y.O., and Assuah, M.K. 2013.
Biochemical mechanisms of resistance to black pod disease in cocoa
(Theobroma cacao L.). Am. J. of Bio. And Mol. Biology 3: 20-37.
Ploetz R.C., Cacao diseases. 2007. Important Threats to Chocolate Production World Wide.
Phythopatology. 97: 1634-1639.

Anda mungkin juga menyukai