PENDAHULUAN
Setiap tahap perkembangan anak merupakan fase kritis dalam membentuk dasar-dasar
kemampuan mereka sepanjang hidup. Ini adalah periode di mana anak-anak mengalami
pertumbuhan dan perubahan signifikan dalam segala aspek, mulai dari fisik, kognitif,
hingga sosial. Salah satu aspek yang memainkan peran sentral dalam perkembangan
anak adalah kemampuan berbicara (Andesta & Nurhafizah, 2023). Bicara bukan hanya
sebagai keterampilan komunikasi biasa; melainkan sebagai pondasi utama bagi
pemahaman dunia sekitarnya, proses belajar, dan kemampuan untuk terlibat dalam
interaksi sosial. Anak yang memiliki kemampuan berbicara yang baik dapat lebih
efektif mengungkapkan pikiran, kebutuhan, dan perasaan mereka, membuka pintu untuk
pengembangan keterampilan berpikir yang lebih tinggi (Azhari, 2021).
Pentingnya kemampuan berbicara di masa awal kehidupan anak tidak hanya terbatas
pada lingkup pribadi mereka, tetapi juga berdampak pada keberhasilan akademis di
masa depan. Pemahaman awal terhadap bahasa dan kemampuan berbicara adalah
fondasi yang kuat untuk pembelajaran membaca dan menulis, keterampilan-
keterampilan esensial yang diperlukan dalam pendidikan formal (Anriani, 2023).
Sayangnya, keterlambatan bicara pada anak usia 3 tahun sering kali menjadi tantangan
yang dihadapi banyak orang tua dan pendidik. Hal ini dapat menjadi indikator adanya
kendala dalam perkembangan anak yang memerlukan perhatian khusus. Keterlambatan
ini dapat merugikan perkembangan keseluruhan anak, terutama karena usia ini adalah
periode yang sangat responsif terhadap stimulus dan interaksi lingkungan.
Keterlambatan bicara pada anak usia 3 tahun bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang
memengaruhi perkembangan bahasa dan komunikasi mereka. Salah satu faktor utama
adalah kurangnya stimulasi lingkungan. Lingkungan yang kurang mendukung, di mana
anak tidak mendapatkan rangsangan yang memadai melalui interaksi verbal atau
paparan terhadap berbagai kata dan kalimat, dapat menghambat perkembangan bahasa
mereka (Wahyuningtyas, 2023).
Selain itu, gangguan pendengaran juga dapat menjadi penyebab keterlambatan bicara.
Anak-anak dengan masalah pendengaran mungkin mengalami kesulitan dalam
memahami dan meniru suara-suara yang diperlukan untuk mengembangkan
keterampilan berbicara.
Dalam menghadapi tantangan keterlambatan bicara ini, peran orang tua dan pendidik
menjadi sangat penting. Mereka perlu mencari metode yang efektif dan mendukung
untuk membantu anak-anak mengatasi keterlambatan bicara tersebut. Salah satu
pendekatan yang menjanjikan adalah menggunakan metode bercerita. Penelitian terbaru
oleh Erna Budiarti (2023) yang menyoroti aspek-aspek keterlambatan bicara pada anak
usia 3 tahun, termasuk pengucapan kata-kata tertentu yang tidak sempurna dan
kecenderungan anak memberikan respon non verbal terhadap rangsangan. Studi ini
mencatat bahwa mendongeng dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk merangsang
anak agar tidak hanya mendengarkan cerita, tetapi juga aktif dalam bercerita. Aditya
PAUD, yang menggunakan metode storytelling, telah berhasil merangsang anak-anak
untuk menunjukkan minat, kreativitas, dan motivasi untuk bertanya kepada guru,
bahkan dapat membaca nama mereka sendiri dari berbagai media di sekitarnya (Budiarti
et al., 2023). Oleh karena itu, integrasi metode bercerita seperti yang dilakukan Aditya
PAUD dapat menjadi landasan untuk pengembangan strategi intervensi yang efektif
dalam penanggulangan keterlambatan bicara pada anak usia 3 tahun.
Dengan melibatkan anak dalam aktivitas bercerita, tidak hanya keterampilan berbicara
yang dapat ditingkatkan, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang
menyenangkan dan merangsang perkembangan bahasa secara holistik. Pentingnya
merespons keterlambatan bicara pada usia dini tidak hanya untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi anak, tetapi juga sebagai langkah preventif untuk menghindari
dampak jangka panjang terhadap perkembangan akademis dan sosial mereka (Rohmah,
2022). Melalui metode bercerita, diharapkan dapat memberikan solusi kreatif dan
menarik yang memotivasi anak-anak untuk berbicara, sambil memberikan mereka
pengalaman belajar yang menyenangkan.
REFERENSI
Andesta, A. N. A., & Nurhafizah, N. (2023). Keterlambatan Berbicara Pada Anak Usia
5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Al Hidayah Parupuk Tabing. JCE (Journal
of Childhood Education), 7(1), Article 1. https://doi.org/10.30736/jce.v7i1.1522
Azhari, S. (2021). Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita Di
Lembaga Paud Meraje Gune. WISDOM: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
2(2), Article 2. https://doi.org/10.21154/wisdom.v2i2.3312
Budiarti, E., Kartini, R. D., H, S. P., Indrawati, Y., & Daisiu, K. F. (2023). Penanganan
Anak Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Usia 5—6 Menggunakan
Metode Bercerita Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(02), 112–121.
https://doi.org/10.59141/japendi.v4i02.1584