Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kencana Violeta Maharsi Asmanto (202210050311013)

Yeni Melani (202210050311014)


Akhmad Zaim Hasan (202210050311019)
Kelas : A

LEMBAGA KEHAKIMAN MELANGGAR KODE ETIK?

1. LATAR BELAKANG
Pesta demokrasi akbar bagi rakyat Indonesia akan dilangsungkan pada 14
Februari 2024 melalui Pemilihan Umum (Pemilu) serentak. Pemilu merupakan peristiwa
besar di Indonesia yang berlangsung setiap lima tahun sekali. Tahun 2024 menjadi tahun
pesta demokrasi yang dimana jumlah pemilih muda sangat banyak. Pemilu sering kali
menjadi puncak dari proses demokratisasi dalam suatu masyarakat. Di banyak negara,
termasuk Indonesia, pemilihan umum dilakukan secara berkala untuk memilih para
pemimpin dan wakil rakyat yang akan mewakili kepentingan masyarakat dalam
mengelola pemerintahan.
Pada pemilu tahun 2024, terjadi perdebatan yang signifikan mengenai batasan
usia bagi calon pemimpin. Masalah ini menjadi perhatian publik ketika Mahkamah
Konstitusi (MK) di Indonesia membuat keputusan yang membatasi usia seseorang untuk
mencalonkan diri dalam pemilihan umum. Dalam studi kasus ini, salah satu lembaga
yudikatif di Indonesia yaitu Mahkamah Konstitusi Indonesia baru-baru ini membuat
keputusan kontroversial yang membuat masyarakat Indonesia memiliki dua kubu yaitu
pro dan kontra terkait mengenai batas usia calon presiden dan calon wakil presiden.
Keputusan, yang dibuat sebagai tanggapan atas tantangan terhadap batas usia yang
dibawa oleh seorang mahasiswa, memungkinkan pemimpin regional di bawah usia 40
tahun untuk mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden jika mereka
sebelumnya atau saat ini menjabat sebagai pemimpin regional. Keputusan tersebut telah
dikritik oleh para ahli hukum dan politik, yang berpendapat bahwa itu merusak integritas
Mahkamah Konstitusi dan dapat memiliki implikasi negatif bagi demokrasi Indonesia.
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa keputusan tersebut tidak sah secara
hukum. Perlu dicatat bahwa Mahkamah Konstitusi akan memeriksa kembali aturan batas
usia dalam waktu dekat, dan bahwa keputusan sebelumnya dapat dibatalkan. Keputusan
itu juga telah mendorong diskusi tentang perlunya peraturan dan undang-undang yang
lebih jelas mengenai batas usia untuk kandidat presiden dan wakil presiden. Sementara
keputusan itu final dan mengikat, DPR telah mengusulkan penyelidikan parlemen atas
tuduhan nepotisme terkait dengan keputusan tersebut. Kontroversi seputar keputusan itu
menyoroti pentingnya memastikan independensi dan ketidakberpihakan peradilan dalam
menegakkan aturan hukum dan melindungi lembaga demokrasi.
Namun, di sisi lain kelompok yang menentang batasan usia mungkin berargumen
bahwa kualitas, pengalaman, dan kompetensi seorang kandidat tidak hanya ditentukan
oleh usia. Mereka mungkin berpendapat bahwa batasan usia dapat menjadi diskriminatif
terhadap individu yang memiliki kapabilitas dan kecakapan yang kuat, meskipun berada
di luar rentang usia yang ditetapkan. Keputusan MK dalam kasus ini akan memiliki
dampak yang besar pada proses pemilihan umum. Jika MK memutuskan untuk
mempertahankan atau mengubah batasan usia, hal itu dapat mempengaruhi akses politik
individu dalam mencalonkan diri dan juga mempengaruhi dinamika kompetisi politik
secara keseluruhan.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul yaitu:
1. Bagaimana keputusan MK bisa dikatakan tidak sah dan melanggar kode etik?
2. Apakah keputusan tersebut dibuat atas dasar “politic interest” ?

Anda mungkin juga menyukai