Anda di halaman 1dari 8

BUKUJAWABANTUGASMATAKULIAH

TUGAS 3

NamaMahasiswa : Khaerul Fahmi

Nomor IndukMahasiswa/NIM : 047881674

Kode/NamaMataKuliah : Hukum Administrasi Negara

Kode/NamaUPBJJ : Universitas Terbuka Mataram

MasaUjian :2023/2024Ganjil(2023.2)

KEMENTERIANPENDIDIKANDANKEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA
NOMOR 1

Dalam konteks pelayanan informasi publik yang dikecualikan dari akses publik, beberapa informasi
memang dapat dikecualikan untuk menjaga kepentingan tertentu, seperti keamanan nasional, privasi
individu, atau informasi yang bersifat rahasia. Namun, pengecualian ini seharusnya diatur dengan
jelas dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Berikut adalah beberapa analisis terkait dengan
penanganan informasi publik yang dikecualikan dari akses publik:
Keterbukaan dan Keterbatasan Akses:

Meskipun Kementerian ESDM berkomitmen untuk memberikan akses informasi publik secara
baik dan efisien, ada situasi di mana beberapa informasi harus dikecualikan. Pengecualian
tersebut dapat mencakup informasi yang bersifat strategis atau memiliki dampak besar
terhadap keamanan dan stabilitas sektor ESDM.

Ketentuan Hukum:

Dalam menyajikan informasi publik, penting untuk memastikan bahwa penanganan informasi
yang dikecualikan dari akses publik sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pengecualian ini seharusnya terbatas pada kasus-kasus yang memang memerlukannya, dan
alasan untuk pengecualian harus jelas dan beralasan.

Komitmen Terhadap Transparansi:

Meskipun beberapa informasi dikecualikan, penting bagi Kementerian ESDM untuk tetap
mempertahankan komitmen terhadap transparansi. Memberikan penjelasan yang memadai
terkait alasan pengecualian dan memastikan bahwa informasi yang memang bisa diakses oleh
masyarakat tetap tersedia akan memperkuat kepercayaan masyarakat.

Sistem Pengelolaan Informasi:

Pengembangan sistem informasi yang efisien dan terintegrasi, seperti yang dilakukan oleh
Kementerian ESDM, dapat membantu dalam manajemen informasi yang dikecualikan.
Penerapan Service Level Agreement (SLA) yang ketat juga memastikan bahwa proses
penanganan permohonan informasi berjalan dengan baik.

Keterlibatan Pemangku Kepentingan:

Melibatkan pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, pelaku usaha, dan organisasi
masyarakat sipil dapat membantu dalam menentukan kebijakan terkait pengecualian
informasi. Keterlibatan mereka dapat memastikan bahwa kebutuhan masyarakat tetap
diperhatikan.

Dalam konteks ini, pengecualian informasi dari akses publik seharusnya selalu diiringi dengan

keterbukaan dan pertanggungjawaban untuk menjaga keseimbangan antara hak masyarakat untuk

mendapatkan informasi dan kepentingan tertentu yang perlu dijaga. Kementerian ESDM perlu terus
memastikan bahwa kebijakan dan praktiknya sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan supremasi

hukum.

NOMOR 1B
Memperoleh informasi publik adalah hak masyarakat yang dijamin oleh konstitusi. Namun, seiring
dengan hak tersebut, pemohon informasi publik juga memiliki kewajiban untuk menggunakan
informasi tersebut secara bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa kewajiban yang harus
dilakukan oleh pemohon informasi publik:

Pemahaman Terhadap Informasi:

Pemohon informasi publik memiliki kewajiban untuk memahami informasi yang diperoleh
dengan benar. Mereka seharusnya berusaha memahami konteks dan makna dari informasi
yang mereka minta dan terima.

Penggunaan Secara Etis:

Informasi yang diperoleh seharusnya digunakan secara etis dan sesuai dengan tujuan
permohonan. Penggunaan informasi yang bertentangan dengan etika atau melanggar hukum
dapat merugikan pihak lain dan dapat menyebabkan konsekuensi hukum.

Pertanggungjawaban dalam Penyebaran:

Jika pemohon informasi publik memutuskan untuk menyebarkan atau membagikan informasi
yang diperoleh, mereka harus bertanggung jawab atas penyebaran tersebut. Hal ini termasuk
memastikan bahwa informasi disebarluaskan dengan benar dan tidak digunakan untuk tujuan
yang merugikan.

Pemahaman Batasan dan Pengecualian:

Pemohon informasi publik perlu memahami batasan dan pengecualian yang mungkin ada
terkait dengan informasi yang mereka minta. Mereka harus menghormati hak-hak atau
kepentingan tertentu yang dilindungi oleh hukum.

Ketertiban dan Keharmonisan Masyarakat:

Penggunaan informasi seharusnya tidak merugikan ketertiban dan keharmonisan masyarakat.


Pemohon informasi publik memiliki tanggung jawab untuk tidak menyebarluaskan atau
menggunakan informasi secara yang dapat menciptakan konflik atau merugikan kepentingan
bersama.

Pemberian Kredit dan Sumber:

Jika pemohon informasi publik menggunakan informasi untuk tujuan tertentu, mereka
seharusnya memberikan kredit kepada sumber informasi tersebut. Hal ini penting untuk
menjaga integritas dan keberlanjutan sistem pertukaran informasi.
Tidak Menggunakan Informasi untuk Keuntungan Pribadi atau Melanggar Privasi:

Pemohon informasi publik harus menghindari menggunakan informasi untuk keuntungan


pribadi atau melanggar privasi individu. Penggunaan informasi yang tidak etis dapat
merugikan individu atau kelompok tertentu.

Dengan memahami dan mematuhi kewajiban-kewajiban ini, pemohon informasi publik dapat
membantu memastikan bahwa hak untuk memperoleh informasi tidak disalahgunakan dan tetap
sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi, etika, dan hukum.

NOMOR 2A

Lembaga Ombudsman telah mengambil serangkaian tindakan sebagai respons terhadap pengaduan
masyarakat terkait lonjakan tagihan air di Sumatera Utara. Berikut adalah gambaran tindakan yang
dilakukan oleh lembaga Ombudsman:
Penerimaan Pengaduan:

Ombudsman menerima sebanyak 39 laporan pengaduan dari masyarakat terkait lonjakan


tagihan air dari pelanggan PDAM Tirtanadi, Sumatera Utara. Pengaduan ini mencakup
berbagai kisaran lonjakan, termasuk yang tertinggi mencapai Rp12 juta.

Pembukaan Posko Pengaduan:

Sejak tanggal 12 Maret 2021, Ombudsman membuka posko pengaduan di Kantor


Ombudsman Sumut untuk menerima laporan dari masyarakat terkait lonjakan tagihan air.
Posko ini menjadi saluran bagi warga untuk menyampaikan keluhan mereka.

Penyelidikan dan Pemeriksaan:

Ombudsman melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap laporan-laporan yang


diterima. Mereka memeriksa bukti tagihan dari warga pada bulan Januari dan Februari 2021
untuk memahami pola lonjakan yang terjadi pada bulan Maret 2021.

Klarifikasi kepada PDAM Tirtanadi:

Sebagai langkah selanjutnya, Ombudsman berencana untuk mengundang pihak PDAM


Tirtanadi untuk memberikan klarifikasi terkait lonjakan tarif air yang dianggap tidak wajar
oleh masyarakat. Pemanggilan tersebut bertujuan untuk mendapatkan penjelasan resmi dari
pihak PDAM.

Kesimpulan dan Langkah Selanjutnya:

Ombudsman telah menyimpulkan bahwa lonjakan tagihan air terjadi secara serentak pada
bulan Maret 2021 berdasarkan data yang mereka terima. Langkah selanjutnya adalah
memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait temuan ini dan terus membuka pintu bagi
laporan lebih lanjut.

Penerimaan Laporan Setelah Penutupan Posko:


Meskipun posko pengaduan telah ditutup, Ombudsman tetap membuka peluang bagi
masyarakat untuk melaporkan masalah terkait lonjakan tagihan air. Mereka tetap menerima
laporan dan melengkapi data yang diperlukan.

Dengan langkah-langkah ini, Ombudsman berusaha untuk mengumpulkan informasi yang


komprehensif, mendengarkan kedua belah pihak, dan menentukan apakah ada pelanggaran atau
ketidakwajaran yang perlu diperbaiki dalam penyediaan layanan air oleh PDAM Tirtanadi.

NOMOR 2B

Jalur litigasi adalah jalur hukum formal yang dapat digunakan oleh masyarakat jika mereka
memutuskan untuk mengajukan gugatan atau tuntutan hukum terkait lonjakan tagihan air kepada
PDAM Tirtanadi. Berikut adalah uraian umum proses pengaduan melalui jalur litigasi:
Konsultasi dengan Ahli Hukum:

Sebelum memulai proses litigasi, masyarakat yang merasa dirugikan oleh lonjakan tagihan air
dapat berkonsultasi dengan ahli hukum atau pengacara. Konsultasi ini membantu mereka
memahami potensi keberhasilan gugatan dan proses hukum yang akan dihadapi.

Pengajuan Gugatan:

Jika setelah konsultasi, masyarakat memutuskan untuk melanjutkan dengan gugatan hukum,
langkah pertama adalah mengajukan gugatan ke pengadilan. Gugatan ini harus memuat
rincian yang jelas mengenai keluhan, bukti-bukti yang mendukung, dan dasar hukum tuntutan.

Pemeriksaan Permohonan Pendaftaran Gugatan:

Setelah pengajuan gugatan, pengadilan akan memeriksa permohonan pendaftaran gugatan. Ini
mencakup pengecekan apakah gugatan tersebut memenuhi persyaratan formal dan substansial
yang diperlukan oleh hukum acara perdata.

Mediasi atau Konsiliasi:

Beberapa pengadilan mungkin mengharuskan pihak-pihak yang terlibat untuk mencoba


mediasi atau konsiliasi sebelum memulai persidangan. Mediasi dapat membantu mencapai
penyelesaian damai tanpa melalui proses persidangan.

Sidang Pengadilan:

Jika mediasi tidak berhasil, maka persidangan akan dimulai. Pihak penggugat dan tergugat
akan menyampaikan argumen dan bukti-bukti mereka di hadapan hakim. Hakim akan
mempertimbangkan bukti dan argumen dari kedua belah pihak sebelum membuat keputusan.

Putusan Pengadilan:

Setelah mendengarkan argumen dan mempertimbangkan bukti, pengadilan akan memberikan


putusan. Putusan ini dapat mencakup perintah pembayaran ganti rugi, perintah perubahan tarif
air, atau tindakan lain yang dianggap perlu untuk memperbaiki masalah.
Pelaksanaan Putusan:

Jika putusan pengadilan mengharuskan tindakan tertentu, PDAM Tirtanadi harus mematuhi
putusan tersebut. Jika ada pembayaran ganti rugi yang diamanahkan oleh pengadilan,
pemenuhan putusan tersebut dapat melibatkan proses eksekusi.

Proses litigasi merupakan upaya formal untuk menyelesaikan sengketa melalui sistem hukum.

Meskipun dapat memberikan keputusan hukum yang mengikat, litigasi seringkali memakan waktu,

biaya, dan energi yang signifikan. Oleh karena itu, sebelum memilih jalur litigasi, masyarakat

sebaiknya mempertimbangkan alternatif penyelesaian sengketa seperti mediasi atau negosiasi.

NOMOR 3A

Artikel tersebut mencerminkan upaya pemerintah, khususnya Polri, dalam mengimplementasikan

prinsip kesamaan kesempatan melalui Program Prioritas Kapolri, yang memungkinkan penyandang

disabilitas untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN) Polri. Berikut adalah analisis terkait keterkaitan

upaya pemerintah dalam jaminan sosial melalui kesamaan kesempatan tersebut:

Prinsip Kesamaan Kesempatan:

Artikel menyoroti bahwa Program Prioritas Kapolri didasarkan pada prinsip kesamaan
kesempatan, yang mencerminkan komitmen pemerintah untuk memberikan akses yang setara
kepada semua warga negara, termasuk penyandang disabilitas. Ini sejalan dengan prinsip-
prinsip hak asasi manusia dan persamaan di hadapan hukum.

Inklusivitas dan Diversitas:

Program ini mencerminkan sikap inklusif dan pengakuan terhadap keberagaman masyarakat,
di mana setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, dianggap memiliki potensi untuk
berkontribusi dalam sektor publik. Pemberian kesempatan kepada penyandang disabilitas
dapat meningkatkan diversitas dalam struktur Polri.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas):

Penggunaan data Susenas yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 20 persen penyandang
disabilitas yang memperoleh kesempatan kerja memberikan landasan empiris untuk langkah
ini. Pemerintah, termasuk Polri, memanfaatkan data ini untuk merumuskan kebijakan yang
responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Kuota 2 Persen dari Keseluruhan Formasi CASN:

Arahan Presiden Joko Widodo untuk menyediakan kuota 2 persen dari keseluruhan formasi
Calon ASN (CASN) bagi penyandang disabilitas mencerminkan upaya konkret pemerintah
untuk memastikan kehadiran penyandang disabilitas dalam sektor publik. Program Prioritas
Kapolri sejalan dengan arahan ini.

Undang-Undang dan Peraturan:

Artikel mencatat bahwa gagasan Program Prioritas Kapolri didasari oleh UU No. 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Permen PANRB 27/2021 tentang Pengadaan PNS.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya ini tidak hanya bersifat inisiatif semata, tetapi juga sesuai
dengan landasan hukum yang mengatur hak dan kewajiban penyandang disabilitas.

Dukungan terhadap Kebutuhan dan Potensi Penyandang Disabilitas:

Pemerintah, termasuk Polri, diwajibkan untuk menyediakan kesempatan kerja tanpa


diskriminasi bagi penyandang disabilitas sesuai dengan Pasal 11 huruf a UU No. 8 Tahun
2016. Ini menegaskan bahwa program seperti ini tidak hanya sekadar kewajiban, tetapi juga
dukungan terhadap kebutuhan dan potensi penyandang disabilitas.

Dengan demikian, Program Prioritas Kapolri menunjukkan upaya nyata pemerintah dalam

memastikan kesamaan kesempatan dan inklusivitas di sektor publik, khususnya dalam hal penerimaan

ASN di Polri, yang dapat dianggap sebagai langkah positif dalam mendukung jaminan sosial dan hak

asasi manusia.

NOMOR 3B
Berdasarkan artikel di atas, terdapat beberapa upaya aksesibilitas yang diberikan kepada penyandang
disabilitas dalam konteks Program Prioritas Kapolri dan rekrutmen ASN Polri. Berikut adalah uraian
aksesibilitas yang dapat diidentifikasi:
Program Prioritas Kapolri:

Program Prioritas Kapolri menciptakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dengan


menyediakan jalur khusus rekrutmen ASN Polri. Ini mengindikasikan kesadaran terhadap
kebutuhan dan potensi penyandang disabilitas serta memberikan mereka peluang yang setara
dalam menjadi bagian dari aparat sipil negara.

Inklusi dalam Sumber Daya Manusia (SDM) Polri:

Salah satu tujuan Program Prioritas Kapolri adalah menjadikan SDM Polri unggul di era
Police 4.0. Dengan mengalokasikan rekrutmen ASN Polri yang mengakomodir kelompok
berkebutuhan khusus, termasuk penyandang disabilitas, program ini mendukung inklusi dan
menghadirkan keberagaman di dalam Polri.

Pendekatan Tidak Diskriminatif:

Program Prioritas Kapolri dan upaya rekrutmen ASN Polri didasarkan pada pendekatan tidak
diskriminatif. Pemerintah dan Polri berkomitmen untuk memberikan kesempatan kepada siapa
pun, termasuk penyandang disabilitas, untuk berkontribusi lebih nyata kepada negara,
menciptakan lingkungan yang inklusif dan setara.

Pengakuan Terhadap Potensi Individu:

Dengan menciptakan program yang mengakomodir kelompok berkebutuhan khusus, seperti


penyandang disabilitas, Polri mengakui dan memberikan aksesibilitas terhadap potensi
individu. Ini mencerminkan keyakinan bahwa penyandang disabilitas memiliki kontribusi
berharga dalam pembangunan negara.

Arahan Presiden dan Hukum yang Mengatur:

Arahan Presiden Joko Widodo dan undang-undang, seperti UU No. 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas, memberikan dasar hukum yang mengatur keharusan menyediakan
kesempatan bagi penyandang disabilitas. Hal ini menciptakan aksesibilitas berdasarkan
ketentuan hukum yang mengikat.

Pemilihan Bidang Tertentu:

Artikel mencatat bahwa dalam rekrutmen ini, kelompok disabilitas akan ditempatkan di
sejumlah bidang meliputi administrasi, pelayanan, analisis teknologi, dan informasi. Dengan
memilih bidang tertentu, Polri berusaha untuk menyediakan aksesibilitas yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan individu penyandang disabilitas.

Melalui upaya-upaya tersebut, Program Prioritas Kapolri memberikan aksesibilitas yang lebih baik

kepada penyandang disabilitas, memberikan peluang untuk terlibat dalam sektor publik, dan

mewujudkan prinsip-prinsip inklusi dalam lingkungan Polri. Hal ini tidak hanya menciptakan peluang

pekerjaan, tetapi juga meningkatkan citra dan kesejahteraan penyandang disabilitas dalam

masyarakat.

SUMBER : BMP ADPU4332/Hukum Administrasi Negara

Anda mungkin juga menyukai