TUGAS 3
MasaUjian :2023/2024Ganjil(2023.2)
KEMENTERIANPENDIDIKANDANKEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA
NOMOR 1
Dalam konteks pelayanan informasi publik yang dikecualikan dari akses publik, beberapa informasi
memang dapat dikecualikan untuk menjaga kepentingan tertentu, seperti keamanan nasional, privasi
individu, atau informasi yang bersifat rahasia. Namun, pengecualian ini seharusnya diatur dengan
jelas dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Berikut adalah beberapa analisis terkait dengan
penanganan informasi publik yang dikecualikan dari akses publik:
Keterbukaan dan Keterbatasan Akses:
Meskipun Kementerian ESDM berkomitmen untuk memberikan akses informasi publik secara
baik dan efisien, ada situasi di mana beberapa informasi harus dikecualikan. Pengecualian
tersebut dapat mencakup informasi yang bersifat strategis atau memiliki dampak besar
terhadap keamanan dan stabilitas sektor ESDM.
Ketentuan Hukum:
Dalam menyajikan informasi publik, penting untuk memastikan bahwa penanganan informasi
yang dikecualikan dari akses publik sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pengecualian ini seharusnya terbatas pada kasus-kasus yang memang memerlukannya, dan
alasan untuk pengecualian harus jelas dan beralasan.
Meskipun beberapa informasi dikecualikan, penting bagi Kementerian ESDM untuk tetap
mempertahankan komitmen terhadap transparansi. Memberikan penjelasan yang memadai
terkait alasan pengecualian dan memastikan bahwa informasi yang memang bisa diakses oleh
masyarakat tetap tersedia akan memperkuat kepercayaan masyarakat.
Pengembangan sistem informasi yang efisien dan terintegrasi, seperti yang dilakukan oleh
Kementerian ESDM, dapat membantu dalam manajemen informasi yang dikecualikan.
Penerapan Service Level Agreement (SLA) yang ketat juga memastikan bahwa proses
penanganan permohonan informasi berjalan dengan baik.
Melibatkan pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, pelaku usaha, dan organisasi
masyarakat sipil dapat membantu dalam menentukan kebijakan terkait pengecualian
informasi. Keterlibatan mereka dapat memastikan bahwa kebutuhan masyarakat tetap
diperhatikan.
Dalam konteks ini, pengecualian informasi dari akses publik seharusnya selalu diiringi dengan
keterbukaan dan pertanggungjawaban untuk menjaga keseimbangan antara hak masyarakat untuk
mendapatkan informasi dan kepentingan tertentu yang perlu dijaga. Kementerian ESDM perlu terus
memastikan bahwa kebijakan dan praktiknya sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan supremasi
hukum.
NOMOR 1B
Memperoleh informasi publik adalah hak masyarakat yang dijamin oleh konstitusi. Namun, seiring
dengan hak tersebut, pemohon informasi publik juga memiliki kewajiban untuk menggunakan
informasi tersebut secara bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa kewajiban yang harus
dilakukan oleh pemohon informasi publik:
Pemohon informasi publik memiliki kewajiban untuk memahami informasi yang diperoleh
dengan benar. Mereka seharusnya berusaha memahami konteks dan makna dari informasi
yang mereka minta dan terima.
Informasi yang diperoleh seharusnya digunakan secara etis dan sesuai dengan tujuan
permohonan. Penggunaan informasi yang bertentangan dengan etika atau melanggar hukum
dapat merugikan pihak lain dan dapat menyebabkan konsekuensi hukum.
Jika pemohon informasi publik memutuskan untuk menyebarkan atau membagikan informasi
yang diperoleh, mereka harus bertanggung jawab atas penyebaran tersebut. Hal ini termasuk
memastikan bahwa informasi disebarluaskan dengan benar dan tidak digunakan untuk tujuan
yang merugikan.
Pemohon informasi publik perlu memahami batasan dan pengecualian yang mungkin ada
terkait dengan informasi yang mereka minta. Mereka harus menghormati hak-hak atau
kepentingan tertentu yang dilindungi oleh hukum.
Jika pemohon informasi publik menggunakan informasi untuk tujuan tertentu, mereka
seharusnya memberikan kredit kepada sumber informasi tersebut. Hal ini penting untuk
menjaga integritas dan keberlanjutan sistem pertukaran informasi.
Tidak Menggunakan Informasi untuk Keuntungan Pribadi atau Melanggar Privasi:
Dengan memahami dan mematuhi kewajiban-kewajiban ini, pemohon informasi publik dapat
membantu memastikan bahwa hak untuk memperoleh informasi tidak disalahgunakan dan tetap
sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi, etika, dan hukum.
NOMOR 2A
Lembaga Ombudsman telah mengambil serangkaian tindakan sebagai respons terhadap pengaduan
masyarakat terkait lonjakan tagihan air di Sumatera Utara. Berikut adalah gambaran tindakan yang
dilakukan oleh lembaga Ombudsman:
Penerimaan Pengaduan:
Ombudsman telah menyimpulkan bahwa lonjakan tagihan air terjadi secara serentak pada
bulan Maret 2021 berdasarkan data yang mereka terima. Langkah selanjutnya adalah
memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait temuan ini dan terus membuka pintu bagi
laporan lebih lanjut.
NOMOR 2B
Jalur litigasi adalah jalur hukum formal yang dapat digunakan oleh masyarakat jika mereka
memutuskan untuk mengajukan gugatan atau tuntutan hukum terkait lonjakan tagihan air kepada
PDAM Tirtanadi. Berikut adalah uraian umum proses pengaduan melalui jalur litigasi:
Konsultasi dengan Ahli Hukum:
Sebelum memulai proses litigasi, masyarakat yang merasa dirugikan oleh lonjakan tagihan air
dapat berkonsultasi dengan ahli hukum atau pengacara. Konsultasi ini membantu mereka
memahami potensi keberhasilan gugatan dan proses hukum yang akan dihadapi.
Pengajuan Gugatan:
Jika setelah konsultasi, masyarakat memutuskan untuk melanjutkan dengan gugatan hukum,
langkah pertama adalah mengajukan gugatan ke pengadilan. Gugatan ini harus memuat
rincian yang jelas mengenai keluhan, bukti-bukti yang mendukung, dan dasar hukum tuntutan.
Setelah pengajuan gugatan, pengadilan akan memeriksa permohonan pendaftaran gugatan. Ini
mencakup pengecekan apakah gugatan tersebut memenuhi persyaratan formal dan substansial
yang diperlukan oleh hukum acara perdata.
Sidang Pengadilan:
Jika mediasi tidak berhasil, maka persidangan akan dimulai. Pihak penggugat dan tergugat
akan menyampaikan argumen dan bukti-bukti mereka di hadapan hakim. Hakim akan
mempertimbangkan bukti dan argumen dari kedua belah pihak sebelum membuat keputusan.
Putusan Pengadilan:
Jika putusan pengadilan mengharuskan tindakan tertentu, PDAM Tirtanadi harus mematuhi
putusan tersebut. Jika ada pembayaran ganti rugi yang diamanahkan oleh pengadilan,
pemenuhan putusan tersebut dapat melibatkan proses eksekusi.
Proses litigasi merupakan upaya formal untuk menyelesaikan sengketa melalui sistem hukum.
Meskipun dapat memberikan keputusan hukum yang mengikat, litigasi seringkali memakan waktu,
biaya, dan energi yang signifikan. Oleh karena itu, sebelum memilih jalur litigasi, masyarakat
NOMOR 3A
prinsip kesamaan kesempatan melalui Program Prioritas Kapolri, yang memungkinkan penyandang
disabilitas untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN) Polri. Berikut adalah analisis terkait keterkaitan
Artikel menyoroti bahwa Program Prioritas Kapolri didasarkan pada prinsip kesamaan
kesempatan, yang mencerminkan komitmen pemerintah untuk memberikan akses yang setara
kepada semua warga negara, termasuk penyandang disabilitas. Ini sejalan dengan prinsip-
prinsip hak asasi manusia dan persamaan di hadapan hukum.
Program ini mencerminkan sikap inklusif dan pengakuan terhadap keberagaman masyarakat,
di mana setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, dianggap memiliki potensi untuk
berkontribusi dalam sektor publik. Pemberian kesempatan kepada penyandang disabilitas
dapat meningkatkan diversitas dalam struktur Polri.
Penggunaan data Susenas yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 20 persen penyandang
disabilitas yang memperoleh kesempatan kerja memberikan landasan empiris untuk langkah
ini. Pemerintah, termasuk Polri, memanfaatkan data ini untuk merumuskan kebijakan yang
responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Arahan Presiden Joko Widodo untuk menyediakan kuota 2 persen dari keseluruhan formasi
Calon ASN (CASN) bagi penyandang disabilitas mencerminkan upaya konkret pemerintah
untuk memastikan kehadiran penyandang disabilitas dalam sektor publik. Program Prioritas
Kapolri sejalan dengan arahan ini.
Artikel mencatat bahwa gagasan Program Prioritas Kapolri didasari oleh UU No. 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Permen PANRB 27/2021 tentang Pengadaan PNS.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya ini tidak hanya bersifat inisiatif semata, tetapi juga sesuai
dengan landasan hukum yang mengatur hak dan kewajiban penyandang disabilitas.
Dengan demikian, Program Prioritas Kapolri menunjukkan upaya nyata pemerintah dalam
memastikan kesamaan kesempatan dan inklusivitas di sektor publik, khususnya dalam hal penerimaan
ASN di Polri, yang dapat dianggap sebagai langkah positif dalam mendukung jaminan sosial dan hak
asasi manusia.
NOMOR 3B
Berdasarkan artikel di atas, terdapat beberapa upaya aksesibilitas yang diberikan kepada penyandang
disabilitas dalam konteks Program Prioritas Kapolri dan rekrutmen ASN Polri. Berikut adalah uraian
aksesibilitas yang dapat diidentifikasi:
Program Prioritas Kapolri:
Salah satu tujuan Program Prioritas Kapolri adalah menjadikan SDM Polri unggul di era
Police 4.0. Dengan mengalokasikan rekrutmen ASN Polri yang mengakomodir kelompok
berkebutuhan khusus, termasuk penyandang disabilitas, program ini mendukung inklusi dan
menghadirkan keberagaman di dalam Polri.
Program Prioritas Kapolri dan upaya rekrutmen ASN Polri didasarkan pada pendekatan tidak
diskriminatif. Pemerintah dan Polri berkomitmen untuk memberikan kesempatan kepada siapa
pun, termasuk penyandang disabilitas, untuk berkontribusi lebih nyata kepada negara,
menciptakan lingkungan yang inklusif dan setara.
Arahan Presiden Joko Widodo dan undang-undang, seperti UU No. 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas, memberikan dasar hukum yang mengatur keharusan menyediakan
kesempatan bagi penyandang disabilitas. Hal ini menciptakan aksesibilitas berdasarkan
ketentuan hukum yang mengikat.
Artikel mencatat bahwa dalam rekrutmen ini, kelompok disabilitas akan ditempatkan di
sejumlah bidang meliputi administrasi, pelayanan, analisis teknologi, dan informasi. Dengan
memilih bidang tertentu, Polri berusaha untuk menyediakan aksesibilitas yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan individu penyandang disabilitas.
Melalui upaya-upaya tersebut, Program Prioritas Kapolri memberikan aksesibilitas yang lebih baik
kepada penyandang disabilitas, memberikan peluang untuk terlibat dalam sektor publik, dan
mewujudkan prinsip-prinsip inklusi dalam lingkungan Polri. Hal ini tidak hanya menciptakan peluang
pekerjaan, tetapi juga meningkatkan citra dan kesejahteraan penyandang disabilitas dalam
masyarakat.