Anda di halaman 1dari 20

Ujian Kompetensi Dasar 1

Hukum Perlindungan Konsumen


Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Dimas Ari Yanto


E0010113
Kelas D

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2013

Dasar Hukum Perlindungan Konsumen


Pada hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum penting yang menjadi landasan
kebijakan perlindungan konsumen di Indonesia, yakni:
Pertama, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan melalui sistem
pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan
mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi oleh
masyarakat.
Kedua, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK). Lahirnya Undang-undang ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia,
untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan
jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen.
Tujuan Perlindungan Konsumen
Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari
Perlindungan Konsumen adalah
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri,
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa,
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen,
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi,
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha,

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha


produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan
konsumen.
Azas Perlindungan Konsumen
1. Asas Manfaat
mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen
dan pelaku usaha secara keseluruhan,
2. Asas Keadilan
partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan
kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil,
3. Asas Keseimbangan
memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan
pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,
4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen
dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan;
5. Asas Kepastian Hukum
baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh
keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum.
Hak-hak Konsumen

Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah


1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban Konsumen
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen
adalah :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.


PENGADUAN KONSUMEN
1. Konsumen mengadukan permasalahannya dalam lingkup perlindungan konsumen.
2. Konsumen dalam kapasitasnya sebagai konsumen akhir sesuai UUPK.
FASILITAS TERSEDIA
1. Melalui Telepon :
a. Penjelasan pokok permasalahan
Kewenangan Penanganan oleh DIrektorat Perlindungan Konsumen

Mendorong konsumen untuk bertindak langsung dengan bekal pemberian


advis kepada konsumen
Pengumpulan bukti pendukung

Pengaduan secara tertulis

Penjadwalan pertemuan dengan pejabat pelayanan pengaduan.

2. Datang Langsung :
Konsumen membawa permasalahannya langsung ke Subdit Pelayanan
Pengaduan di Direktorat Perlindungan Konsumen dengan terlebih dahulu melakukan :
.

Pengisian Formulir Regristrasi Pengaduan


a. Menguraikan kronologis singkat permasalahan yang dihadapi

b. Petugas akan meng-croos cek dengan pendataan pengaduan dan bukti pendukung,
yang telah diisi oleh konsumen, dalam computer file.
c. Kelengkapan laporan akan ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pejabat
penerima pengaduan dan konsumen yang mengadu.
d. Laporan pengaduan konsumen menjadi dasar pembuatan surat klarifikasi kepada
pelaku usaha.
e. Setiap surat yang terkirim, konsumen akan memperoleh tembusan.
3. Media Massa :
Pengaduan dapat diterima oleh Subdit Pelayanan Pengaduan melalui Media
massa khususnya Surat Pembaca, untuk surat pembaca yang ditanggapi adalah:
.

Memiliki data identitas lengkap


a. Menimbulkan gejolak sosial
b. Berdampak pada kemanan, kenyamanan , dan keselamatan konsumen.
c. Atas pengaduan yang disampaikan melalui media cetak harus dikumpulkan dalam
kliping sebagai data awal yang akurat.
d. Mengundang kedua belah pihak antara pelaku usaha dan konsumen.
4. Internet :

Pengaduan dari internet akan ditindak lanjuti dengan cara :


.

Klasifikasi permasalahan

a. Pengecekan identitas
b. Langsung ditanggapi via internet
BENTUK PENGADUAN
1. Tertulis
Pengaduan masyarakat dapat disampaikan dalam bentuk tertulis, dikirim
melalui surat dengan syarat :
a. Diketahui alamat dan identitasnya
Dapat disampaikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia

Masuk dalam kategori perlindungan konsumen

Selanjutnya diproses dalam register

Dikonfirmasi ulang

Proses selanjutnya mengikuti ketentuan diatas.

2. Lisan
Pengaduan masyarakat dapat disampaikan dalam bentuk lisan, dikirim melalui
surat dengan syarat :
.

Mengisi/ diisikan dalam formulir pendaftaran

a. Dapat disampaikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia


b. Masuk dalam kategori perlindungan konsumen
c. Selanjutnya diproses dalam register
d. Dikonfirmasi ulang
e. Proses selanjutnya mengikuti ketentuan diatas.
REGISTER
1. Proses register / regristrasi adalah proses dimana data dimasukkan dalam sistem
filling oleh petugas yang bersangkutan, sebagai berikut :
a. Pengelompokan komoditi pengaduan
Pembagian kasus kepada petugas yang bersangkutan

Pemberian nomor

Pendataan dalam filling

Pengolahan jawaban kasus

Pengiriman jawaban secara tertulis

2. Tujuan register ini adalah untuk menciptakan alur komunikasi yang mudah untuk
diakses oleh siapapun
3. Filling status kasus pada akhir penanganan perkara.

MASALAH KONSUMEN
PRINSIP : Mudah, Murah dan Cepat
Penentuan Perkara /masalah konsumen merupakan kunci terpenting dalam penanganan
masalah selanjutnya, dengan menggunakan dasar sebagai berikut :
1. Permasalahan Konsumen :
a. Adakerugian konsumen
Konsumen adalah konsumen akhir

Ada pelaku usaha

Produk dapat terdiri atas barang dan atau jasa

2. Bukan Permasalahan Konsumen :


.

Klarifikasi melalui surat


a. Pemberitahuan tugas, wewenang, serta fungsi
3. Dianggap selesai

KONFIRMASI
Proses pengecekan kebenaran materi pengaduan
1. Pengiriman surat untuk meminta konfirmasi kepada konsumen
2. Pemberitahuan kepada aparat/pejabat yang bersangkutan

3. Penentuan jadwal pertemuan dengan konsumen, pelaku usaha dan keduanya dengan
Pejabat Penerima Pelayanan Pengaduan
4. Klarifikasi biasanya ditujukan kepada konsumen dan pengirim surat tembusan, serta
instansi/ dinas yang terkait.
5. Pejabat yang berwenang akan melakukan :
a. Penelusuran kebijakan dan peraturan pemerintah yang mendukung
Analisis permasalahan yang diadukan

b. Klarifikasi kepada konsumen, dengan melakukan :


Permintaan bukti pendukung

Kronologis kejadian secara akurat

KLARIFIKASI
Proses jawaban pengaduan dilakukan setelah ada konfirmasi atas posisi pengaduan yang
masuk kepada pelaku usaha, untuk selanjutnya pelaku usaha melakukan sanggahan atas
pengaduan yang diadukan konsumen dengan mempersiapkan :
1. Data, hasil uji, dll.
a. Kebijakan internal perusahaan
b. Peraturan per UU an yang mendukung.
c. Persiapan pembuktian terbalik dari Pelaku Usaha
MEDIASI

Madiasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ke tiga


bersifat netral dengan tujuan membantu penyelesaian sengketa dan tidak memiliki
wewenang untuk membuat keputusan

KONSILIASI
Konsiliasi adalah penyelesaian yang dilakukan sendiri oleh para pihak yang
bersengketa dengan didampingi pihak ke tiga yang bertindak pasif sebagai
Konsiliator. Sedangkan proses sepenuhnya diserahkan pada pihak yang bersengketa
yaitu Pelaku Usaha dan Konsumen baik menegani bentuk atau jumlah ganti ruginya.
Apabila kedua media ini tidak dapat menghasilkan satu bentuk keputusan maka dakan
ditempuh langkah tindak lanjut, berupa:
1. Pelimpahan ke BPSK
a. Ke jalur yuridis formil
Demikian mekanisme pelayanan pengaduan konsumen secara lengkap, hasil akhir akan
dipilih sendiri oleh para pihak untuk menyelesaikan permaslahannya tersebut.
Pelaku Usaha
Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha; berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.

Hak Pelaku Usaha


1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik;
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
Kewajiban Pelaku Usaha
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang


dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan;
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Klausula Baku
Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang
telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan / atau perjanjian yang mengikat dan wajib
dipenuhi oleh konsumen.
Klausula Baku aturan sepihak yang dicantumkan dalam kwitansi, faktur /
bon, perjanjian atau dokumen lainnya dalam transaksi jual beli yang sangat merugikan
konsumen.
Dengan pencantuman Klausula Baku posisi konsumen sangat lemah / tidak
seimbang dalam menghadapi pelaku usaha.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen menetapkan bahwa Klausula Baku
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian dilarang bagi pelaku
usaha, apabila dalam pencantumannya mengadung unsur-unsur atau
pernyataan sebagai berikut :

1. Pengalihan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada konsumen


2. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen
3. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang dibayarkan atas barang atau jasa
yang dibeli oleh konsumen
4. Pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan
barang yang dibeli secara angsuran
5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa
yang dibeli konsumen
6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi
harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa
7. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan atau
lanjutan dan / atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha
dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya
8. Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan,
hak gadai, hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;
BATAL DEMI HUKUM

Setiap transaksi jual beli barang dan atau jasa yang mencantumkan Klausula Baku
yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

Konsumen dapat menggugat pelaku usaha yang mencantumkan Klausula Baku yang
dilarang dan pelaku usaha tersebut dapat dijatuhi sanksi pidana denda atau pidana
penjara;

Pencantuman Klusula Baku yang benar adalah yang tidak mengandung 8 unsur atau
pernyataan yang dilarang dalam Undang-Undang, bentuk dan pencantumannya
mudah terlihat dan dipahami;

Tata Cara Penyelesaian Sengketa


Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen, penyelesaian dari
permasalahan konsumen dapat dipecahkan melalui jalan peradilan maupun nonperadilan. Mereka yang bermasalah harus memilih jalan untuk memecahkan
permasalahan mereka. Penyelesaian dengan cara non-peradilan bisa dilakukan melalui
Alternatif Resolusi Masalah (ARM) di BPSK, LPKSM, Direktorat Perlindungan
Konsumen atau lokasi-lokasi lain baik untuk kedua belah pihak yang telah disetujui.
Ketika kedua pihak telah memutuskan untuk melakukan penyelesaian nonperadilan, nantinya ketika mereka akan pergi ke pengadilan (lembaga peradilan) untuk
masalah yang sama, mereka hanya dapat mengakhiri tuntutan mereka di pengadilan
jika penyelesaian non peradilan gagal.
ARM berdasarkan pertimbangan bahwa penyelesaian peradilan di Indonesia
memiliki kecenderungan proses yang sangat formal.
Penyelesaian melalui LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat)

Proses penyelesaian sengketa melalui LPKSM menurut Undang-Undang


Perlindungan Konsumen dapat dipilih dengan cara mediasi, konsiliasi dan arbitrase.
Dalam prosesnya para pihak yang bersengketa/bermasalah bersepakat memilih cara
penyelesaian tersebut. Hasil proses penyelesaiannya dituangkan dalam bentuk
kesepakatan (Agreement) secara tertulis, yang wajib ditaati oleh kedua belah pihak
dan peran LPKSM hanya sebagai mediator, konsiliator dan arbiter. Penentuan butirbutir kesepakatan mengacu pada peraturan yang dimuat dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen serta undang-undang lainnya yang mendukung.
Penyelesaian melalui BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen)
BPSK adalah institusi non struktural yang memiliki fungsi sebagai institusi
yang menyelesaikan permasalahan konsumen diluar pengadilan secara murah, cepat
dan sederhana. Badan ini sangat penting dibutuhkan di daerah dan kota di seluruh
Indonesia. Anggota-anggotanya terdiri dari perwakilan aparatur pemerintah,
konsumen dan pelaku usaha.
Konsumen yang bermasalah terhadap produk yang dikonsumsi akan dapat
memperoleh haknya secara lebih mudah dan efisien melalui peranan BPSK. Selain itu
bisa juga menjadi sebuah akses untuk mendapatkan infomasi dan jaminan
perlindungan hukum yang sejajar baik untuk konsumen maupun pelaku usaha..
Dalam menangani dan mengatur permasalahan konsumen, BPSK memiliki
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan dan keterangan
dari para pihak yang bersengketa.. Tagihan, hasil test lab dan bukti-bukti lain oleh
konsumen dan pengusaha dengan mengikat penyelesaian akhir.
Tugas-tugas utama BPSK :

1. Menangani permasalahan konsumen melalui mediasi, konsiliasi atau arbitrasi;


2. Konsultasi konsumen dalam hal perlindungan konsumen;
3. Mengontrol penambahan dari bagian-bagian standarisasi;
4. Memberikan sanksi administrasi terhadap pengusaha yang menyalahi aturan

Tata Cara Penyelesaian Sengketa melalui BPSK


1. Konsiliasi:
a. BPSK membentuk sebuah badan sebagai pasif fasilitator;
b. Badan yang membiarkan yang bermasalah untuk menyelesaikan masalah
mereka secara menyeluruh oleh mereka sendiri untuk bentuk dan jumlah
kompensasi;
c. Ketika sebuah penyelesaian dicapai, itu akan dinyatakan sebagai persetujuan
rekonsiliasi yang diperkuat oleh keputusan BPSK;
d. Penyelesaian dilaksanakan paling lama 21 hari kerja.
2. Mediasi:
BPSK membentuk sebuah fungsi badan sebagai fasilitator yang aktif untuk
memberikan petunjuk, nasehat dan saran kepada yang bermasalah;

a. Badan ini membiarkan yang bermasalah menyelesaikan permasalahan mereka


secara menyeluruh untuk bentuk dan jumlah kompensasinya;
b. Ketika sebuah penyelesaian dicapai, itu akan diletakkan pada persetujuan
rekonsiliasi yang diperkuat oleh keputusan BPSK;
c. Penyelesaian dilaksanakan paling lama 21 hari kerja.
3. Arbitrasi:
Yang bermasalah memilih badan CDSB sebagai arbiter dalam menyelesaikan
masalah konsumen;
a. Kedua belah pihak seutuhnya membiarkan badan tersebut menyelesaikan
permasalahan mereka;
b. BPSK membuat sebuah penyelesaian final yang mengikat;
c. Penyelesaian harus diselesaikan dalam jangka waktu 21 hari kerja paling lama.
d. Ketika kedua belah pihak tidak puas pada penyelesaian tersebut, kedua belah
pihak dapat mengajukan keluhan kepada pengadilan negeri dalam 14 hari
setelah penyelesaian di informasikan;
e. Tuntutan dari kedua belah pihak harus dipenuhi dengan persyaratan sebagai
berikut :
f. Pengadilan negeri dari badan peradilan berkewajiban memberikan
penyelesaian dalam 21 hari kerja;

g. Jika kedua belah pihak tidak puas pada keputusan pengadilan/penyelesaian,


mereka tetap memberikan kesempatan untuk mendapatkan sebuah kekuatan
hukum yang cepat kepada pengadilan tinggi dalam jangka waktu 14 hari.
h. Pengadilan Tinggi badan pengadilan berkewajiban memberikan penyelesaian
dalam jangka waktu 30 hari.

Surat atau dokumen yang diberikan ke pengadilan adalah diakui atau


dituntut salah/palsu;

Dokumen penting ditemukan dan di sembunyikan oleh lawan; atau;

Penyelesaian dilakukan melalui satu dari tipuan pihak dalam


investigasi permasalahan di pengadilan.

Sanksi Bagi Pelaku Usaha Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
Sanksi Perdata :
1. Ganti rugi dalam bentuk :
2. Ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi
a. Pengembalian uang atau
b. Penggantian barang atau
c. Perawatan kesehatan, dan/atau
d. Pemberian santunan

Sanksi Administrasi :
maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), melalui BPSK jika
melanggar Pasal 19 ayat (2) dan (3), 20, 25.
Sanksi Pidana :
1. Kurungan :
a. Penjara, 5 tahun, atau denda Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah) (Pasal 8,
9, 10, 13 ayat (2), 15, 17 ayat (1) huruf a, b, c, dan e dan Pasal 18
b. Penjara, 2 tahun, atau denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) (Pasal 11,
12, 13 ayat (1), 14, 16 dan 17 ayat (1) huruf d dan f
2. Ketentuan pidana lain (di luar Undang-undang No. 8 Tahun. 1999 tentang
Perlindungan Konsumen) jika konsumen luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
kematian
3. Hukuman tambahan , antara lain :
a. Pengumuman keputusan Hakim
b. Pencabuttan izin usaha;
c. Dilarang memperdagangkan barang dan jasa ;
d. Wajib menarik dari peredaran barang dan jasa;
e. Hasil Pengawasan disebarluaskan kepada masyarakat .

Anda mungkin juga menyukai