Anda di halaman 1dari 6

MENGUBAH KESUKARAN MENJADI KESEMPATAN

Sukabumi, 1 Oktober 2023

PENGANTAR

Acapkali Alkitab menggambarkan kehidupan sebagi pengkiut kristus sebagai orang yang mengikuti
perlombaan lari:

Sebagaimana kita ketahui, seorang pelari hanya akan menjadi juara ketika ia mencapai garis finis
lebih awal dari pelari-pelari lainnya: artinya disatu sisi, ia harus berlari dengan kecepatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan para atlet lainnya. Di sisi lain, ia harus menyeleseikan
pertandingkan sampai akhir sebagaimana seharusnya.

Secepat apapun ia berlari, namun kalau ia tidak mencapai garis finis, dan berhenti ditengah
jalan, maka ia tidak pernah menjadi juara. Selain itu, masih ada syarat yang lain yaitu ia harus
berlari dari start sampai garis finis.

Ilustrasi : Rosie Ruiz

Hal itulah yang tidak dilakukan oleh Rosie Ruiz, seorang pelari Amerika Serikat yang dinyatakan
sebagai pemenang dalam lomba lari Boston Marathon tahun 1980. Tak hanya itu, ia juga
dinobatkan sebagai pelari wanita yang memecahkan rekor lomba lari marathon yang sangat
bergengsi tersebut. Ia mencapai garis finis dengan jarak waktu 2 menit lebih cepat dari pelari
berikutnya.

Namun, seminggu kemudian, pujian yang disampaikan banyak orang berubah emnjadi
cemoohan. Karena beberapa orang mulai merasa curiga terhadap kemenangan yang ia peroleh.
Hal itu disebabka karena ketika Rosie mencapai garis finis, ia tidak seperti pelari marathon
biasayanya yang bermandikan keringat. Segera setelah terjadi pengalungan medali, Rozie
nampak segar bukan seperti orang yang baru saja berlari.

Usut demi usut, setelah melalui penyedikan, ternyata Rosie tidak berlari sejauh 42 km
seharusnya. Rosie hanya berlari 800 meter sebelum mencapai finis. Akibatnya gelar juara
tersebut dicopot dan diberikan kepada pelari berikutnya.

Review

Apa yang menjadi pejaran dari kisah Rosie ini ialah bahwa dalam kehidupan ini, kita bukan saja
harus mencapai garis finis, namun kita harus mencapai garis finis dengan finishing strong secara
gemilang dan sempurna.
Untuk mencapai kehidupan yang finishing strong, 2 minggu lalu kita telah mempelajari dua sikap
yang harus kita miliki yaitu memiliki tujuan hidup yang jelas dan memaksimalkan waktu yang
kita miliki.

Sekarang kita mempelajari sikap berikutnya yang harus kita miliki yaitu bersedia menghadapi
kesukaran. Sikap ini penting karena sikap inilah yang tidak ada pada Rosie, dimana ia tidak
bersedia menghadapi kesukaran sebagaimana pelari lainnya alami yang harus menempuh jarah
42 km dengan pelbagai tantangannya.

Dengan kata lain, orang yang tidak bersedia untuk menghadapi kesukaran, tidak akan pernah
mengalami kehidupan yang finishing strong

Pertanyaannya adalah apakah yang kita perlukan keitka menghadapi kesukaran dalam hidup kita? Oleh
karena itu, kita akan membaca Firman Tuha dalam Yakobus 1: 2-24. Dalam ayat2 tersebut, kita akan
melihat apa yang diperlukan oleh pengikut kristus ketika ia menghadapi kesulitan dalam kehidupannya.

PEMBACAAN ALKITAB

1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam
berbagai-bagai pencobaan

1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu g itu menghasilkan ketekunan. h

1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, i supaya kamu menjadi
sempurna 2 dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun

Eksegesa:

Di dalam ayat ke 2, Rasul Yakobus menjelaskan tentang pencobaan yang dihadapi oleh para
pengikut Kristus. Sedangkan ayat 3 dan 4, menjelaskan tentang kaitan antara kesukaran dan
kehidupan yang finishing strong atau didalam ayat keempat digambarkan sebagai hidup yang
sempurna, utuh dan tak kekurangan apapun, maka orang harus bersedia menghadapi
kesukaran.

Kesukaran yang dimaksud ayat kedua dalam Bahasa aslinya memakai kata Yunani:

Peirasmos : pencobaan (temtation) atau ujian (Trial), dalam ayat ini, akan lebih baik kita
menerjemahkannya kata kesukaran itu sebagai ujian atau Trial, sebagaimana dicatat dalam
terjemahan Bahasa Inggris ESV

Anggaplah hal itu sebagai sukacita, saudara-saudaraku. Ketika engkau menglami berbagai
ujian.

Dalam ayat tersebut dengan jelas mengatakan bahwa apabila kesuakran atau ujian tersebut
disikapi dengan tepat, maka kesukaran tersebut justru akan menghasilkan kehidupan yang
finishing strong atau mencapai garis akhir secara gemilang.
SIKAP DALAM MENGHADAPI KESUKARAN

Oleh karena kita harus menghadapi kesukaran dengan sikap yang tepat, sikap yang tepat untuk
menghadapi kesukaran tersebut yaitu :

1. Menyadari bahwa kesuakran merupakan suatu realitas kehidupan

Memang adalah suatu kenyataan bahwa hidup ini tidak pernah terlepas dari pelbagai
kesukaran. Haitu merupakan suatu realita.

Adalah diantara saudara yang tidak pernah mengalami kesukaran sekalipun? Semua orang
pernah mengalammi kesukaran.

Hal itulah yang terlihat dalam ayat ke 2 berdasarkan terjemahan ESV:


Anggaplah hal itu sebagai sukacita, saudara-saudaraku. Ketika engkau mengalami berbagai
ujian.

“jika” => Apabila memakai kata jika maka artinya bisa saja ya atau tidak, dapat dialami
atau tidak dialami.

“ketika” =>artinya pasti akan terjadi yang membedakannya ialah hanya masalah waktu.

Dengan kata lain, ujian atau kesukaran dalam kehidupan kita itu pasti akan terjadi, hanya
waktunya saja yang sifatnya relatif. Sehingga kesukaran itu merupakan realitas kehidupan
yang harus kita terima.

 Seorang siswa sekolah, harus pasti menghadapi ujian

Kesadaran terhadap adanya ujian dan kesuakran ini penting, mengapa karena supaya
ketika siswa tersbeut menghadapi ujian, ia tidak terkejut. Ia tidak bertanya mengapa
saya harus mengalami ujian ?

Kalau sejak awal ia menyadari bahwa memang ia harus menghadapi ujian, maka ia tidka
akan memandang ujian sebagai suatu beban.

 Hal itulah yang ditulis oleh Scott Peck dalam bukunya yaitu “The Roadless Travel” /
“Jalan yang jarang dilalui”:

“Hidup itu sulit, ketika kita benar-benar mengetahui bahwa hidup itu sulut, ketika
sungguh sungugh memahami dan menerimanya, maka hidup itu tidak lagi sulit”

Dengan kata lain, selama kita bersedia menerima realitas yaitu tidak terlepas dari
kesulitan dan kesukaran seperti diungkapkan oleh rasul yakobus, maka ketika
menghadapi ujian, kita tidak akan berputus asa dan terus berjuang.

Kita juga harus menyadari bahwa sebagai pengikut kristus, bukan berarti kita akan terlepas dari
kesukaran. Kesadaran terebut akan menolong kita untuk tidka berputus asa ketika mengalami ujian.
2. Melihat kesukaran dengan cara pandang jangka panjang

Artinya : jangan melihat kesuakran hanya sebagai kesukaran biasa, tetapi lihatlah apa yang
menjadi maksud Tuhan dibalik kesukaran yang kita alami.

Sikap yang salah :

 Tuhan tidak menepati janjinya untuk menjaga kita sebagaimana gembala yang baik
 Tuhan memiliki maksud yang buruk, sehingga ia menginjinkan kita mengalami kesukaran

Sikap yang benar :

 Dibalik kesukaran itu, ada maksud Tuhan yang baik, yaitu untuk membentuk karakter
yang mulia dalam kehidupan kita.

Itulah yang ditulis dalam ayat 3 & 4

“Sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Biarlah
ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna, dan utuh,
serta tidak kekurangan apapun

Dalam ayat ini dikatakan bahwa ujian dalam bentuk kesukaran tadi, akan menghasilkan
ketekunan yang mendatangkan buah yang matang.

Artinya apabila kita tidak dapat melihat maksud baik dibalik kesukaran yang kita alami, maka
bukannya ketekunan, tetapi justru sikap marah kepada Tuhan dan kita merasa putus asa ketika
diperhadapkan dengan kesukaran.

Kadang kala sikap kita nampak seperti video berikut :

Video tadi mengajarkan kepada kita untuk kita tidak melihat kesukarna yang kita alamid dari
sudut pandang sempit atau jangka pendek.

Lihatlah kesukaran kita dari sudut yang lebih luas: yaitu dibalik kesukaran yang Tuhan ijinkan kita
alami, ada maksud baik Tuhan untuk membentuk karakter saudara agar menjadi karakter yang
mulia. Itulah karakter yang gigih, pantang menyerah dan tekun.
3. Menanggapi kesukaran dengan reaksi yang berbeda

Pada umumnya orang akan menganggapi kesukarna dengan kecewa, kesal, marah, dan putus
asa.

Perasaan tersebut itu dapat menimbulkan sikap yang negative:

 Orang melihat dirinya sendiri secara negatif. Perasaan tersebut timbul karena ia merasa
tidak mampu menghdapi kesukaran yang ia alami. Akaibatnya ia memandang dirinya
secara negated
 Dunia di sekitarnya negative. Dalam hal ini ia mengangap orang disekitarnya tidak peduli
dengan keadaannya. Sampai pada batas tertentu ia juga menganggap Tuhan seakan
tidak peduli karena tidak segera menolongnya
 Melihat masa depan secara negatif. Orang tersebut merasa berputus asa akan masa
depannya.

Apabila ketiga hal tersebut menjadi sikap seseorang dalam melihat kesukarang yang ia alami,
maka akaibatnya ia akan mengalami depresi.

Oleh karena itu, sikap yang benar ketika kita mengalami kesukaran ialah melihat bahwa dibalik
kesulitan yang kita alami sesungguhnya Tuhan memiliki maksud yang baik dalam hidup kita.
Sehingga kita tidak terjerumus ke dalam sikap yang salah.

Sebaliknya, dari melihat kesukaran dengan penuh kekecewaan, kita akan melihat maksud baik
Tuhan di balik keksukaran yang kita alami.

Sebaliknya dari melihat kesukaran dengan sikap marah, kita akan gigih menghadapi pelbagai
kesukaran yang kita alami.

Sebaliknya dari sikap putus asa, kita akan mengalami sukacita takkala kita diperhadapkan
dengan kesukaran karena ada pengharapan dibalik semuanya itu.

Itulah yang dikatakan oleh Yakobus dalam ayat 2 :

Anggaplah hal itu sebagai sukacita, saudara-saudaraku. Ketika engkau mengalami berbagai
ujian.
Pengantar Perjamuan Kudus

Pengaharapan itulah yang kristus telah berikan tahun yang silam tak kala ia ada dikayu salib. Di dalam
penderitaan yang ia alami, ia berkata “done” sudah selesai.

Artinya segala kesukaran apapun yang kita alami, segala pergumulan berat apapun yang kita alami,
segala ujian apapun yang kita sedang hadapi sesungguhnya telah ditanggung oleh kristus di kayu salib.
Sehingga segala perkara dapat kita tanggung di dalam kristus yang memberi kekuatan kepada kita.

Karena itu, saat ini kita akan mengingat pengorbanannya di kayu Salib dengan mengatakan dalam doa :
Tuhan Yesus, kini aku tahu kesukaran yang kualami adalah kesempatan untuk aku mengalami Tuhan dan
mukjizatmu dalam hidupku.

Sembari kita mengingat kebaikan Tuhan, saya mengundang pelayan perjamuan kudus untuk
membagikan roti dan anggur sembari kita menyanyikan : ingat kasihNya, ingat kebaiknya.

Anda mungkin juga menyukai